Anda di halaman 1dari 19

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman alpukat (Persea americana mill) merupakan tanaman yang

berasal dari daratan tinggi Amerika Tengah dan memiliki banyak varietas yang

tersebar di seluruh dunia. Alpukat secara umum terbagi atas tiga tipe: tipe West

Indian, tipe Guatemalan, dan tipe Mexican. Daging buah berwarna hijau di bagian

bawah kulit dan menguning kearah biji. Warna kulit buah bervariasi, warna hijau

karena kandungan klorofil atau hitam karena pigmen antosiasin (Andi, 2013).

Menurut Sunarjono (1998), alpukat termasuk tanaman hutan yang

tingginya mencapai 20 meter. Bentuk pohonnya seperti kubah sehingga dari jauh

tampak menarik. Daunnya panjang (lonjong) dan tersusun seperti pilin. Pohonnya

berkayu, umumnya percabangan jarang dan arahnya horizontal. Bunga alpukat

keluar pada ujung cabang atau ranting dalam tangkai panjang. Warna bunga putih

dan setiap bunga akan mekar sebanyak dua kali.

Tanaman alpukat (Persea Americana Mill) banyak tumbuh di Indonesia

terutama di dataran tinggi yang berhawa sejuk (curah hujannya tinggi). Alpukat

juga dapat tumbuh di tanah berpasir granit, dekomposit, serta dapat hidup pada

tanah dengan tingkat keasaman dan kebasaan yang berbeda (Kalie, 1997). Alpukat

bisa ditemukan di seluruh daerah di Indonesia. Salah satu daerah penghasil

alpukat terbanyak yaitu Sumatera Barat (Redaksi Agromedia, 2009) dan

kabupaten Solok merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Barat sebagai

penghasil alpukat terbanyak.

1
2

Tanaman alpukat memiliki lebih kurang 17 varietas. Varietas alpukat yang

cukup populer di pasaran adalah alpukat mentega, alpukat hijau panjang, dan

alpukat hijau bundar. Varietas alpukat unggul yang ditetapkan oleh Menteri

Pertanian RI yaitu alpukat hijau panjang dan hijau bundar. Varietas alpukat

unggul di Indonesia memiliki ciri-ciri di antaranya produksi buahnya tinggi,

toleran terhadap hama dan penyakit, buah seragam berbentuk oval dan berukuran

sedang, daging buah berkualitas baik dan tidak berserat, berbiji, serta kulit buah

licin (Redaksi Agromedia, 2009).

Alpukat merupakan salah satu komoditi unggulan Kabupaten Aceh

Tengah dari sektor tanaman buah-buahan. Sentra penjualan buah alpukat

tergolong sangat besar sehingga Pemerintah Aceh Tengah menyarankan

kepada petani untuk membudidayakan tanaman alpukat di samping tanaman

sayuran dan perkebunan lainnya. Melihat minat masyarakat atau pasar tinggi

akan kebutuhan buah alpukat, Pemerintah Aceh Tengah mulai memperhatikan

pola tanam dan pembagian bibit unggul kepada petani (Radio Republik

Indonesia). Alpukat daerah ini terkenal memiliki rasa yang manis, lebih gurih

dan ukuran yang lebih besar dibanding alpukat yang berasal dari daerah-

daerah lain. Tingginya produktivitas tanaman alpukat disini membuat Kabupaten

ini sebagai sentra penghasil alpukat untuk wilayah Aceh hingga ke beberapa

kawasan di Pulau Sumatera. Tanaman ini tumbuh baik di daerah ini karena

Kabupaten Aceh Tengah memiliki faktor iklim dan ketinggian yang sesuai untuk

pertumbuhan tanaman alpukat. Alpukat pada kawasan ini juga lebih tahan

terhadap serangan hama dan penyakit sehingga memiliki nilai ekonomi yang

tinggi bagi masyarakat yang memiliki tanaman tersebut.


3

Peneliti sebelumnya telah melakukan inventarisasi dengan melihat

penyebaran jenis tanaman alpukat pada berbagai ketinggian di salah satu

Kabupaten yang ada di Provinsi Aceh dengan menggunakan metode deskriptif.

Parameter yang diamati adalah banyaknya jumlah tanaman alpukat, jenis alpukat,

serangan hama dan penyakit, serta produktivitas tanaman alpukat yang ditemukan

berdasarkan ketinggian.

Namun penelitian tentang alpukat yang ada di Provinsi Aceh masih sangat

kurang, khususnya Kabupaten Aceh Tengah. Sangat banyak keragaman genetic

yang dimiliki oleh tanaman alpukat di wilayah tersebut yang belum terekomendasi

dan belum diketahui. Sehingga perlu dilakukannya eksplorasi dan karakterisasi

untuk mempertahankan keragaman genetic tanaman alpukat yang telah ada serta

mempublikasikan dan merekomendasikannya melalui badan pemerintahan terkait.

Keunggulan yang dimiliki tanaman alpukat di daerah ini perlu dikaji

keberadaannya sebagai perbandingan untuk tanaman alpukat yang terdapat di

daerah lain yang tidak memiliki keunggulan tersebut. Untuk itu perlu dilakukan

penelitian di Kabupaten Aceh Tengah agar informasi tersebut bermanfaat untuk

pengembangan alpukat pada daerah-daerah lain, baik daerah pengembangan yang

baru maupun yang sudah mengembangkannya.

Penelitian ini akan membahas mengenai eksplorasi dan karakterisasi

morfologi bagian vegetatif tanaman alpukat. Pelestarian plasma nutfah tanaman

buah alpukat unggulan Aceh Tengah perlu dilakukan sebagai dasar untuk

perlindungan tanaman buah unggulan Aceh dari kepunahan ataupun pencurian

sumber daya genetik oleh pihak lain.


4

1.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengumpulkan data morfologi tanaman

alpukat sebagai sumber informasi plasma nutfah tanaman alpukat. Manfaat

menginventarasasi dan mengkarakterisasi plasma nutfah tanaman alpukat ini

adalah sebagai informasi bagi masyarakat luas untuk dapat mengetahui dengan

jelas jenis-jenis alpukat yang ada di Kabupaten Aceh Tengah untuk

pengembangan pembudidayaan alpukat lebih luas.

1.3. Identifikasi Masalah

a. Bagaimana karakter morfologi tanaman alpukat unggul di Kabupaten

Aceh Tengah?

b. Bagaimana tingkat kekerabatan tanaman alpukat unggul di Kabupaten

Aceh Tengah?

1.4. Hipotesis

a. Kabupaten Aceh Tengah memiliki beberapa macam jenis tanaman alpukat

dengan karakter yang berbeda-beda.

b. Tanaman alpukat di Kabupaten Aceh Tengah memiliki tingkat

kekerabatan yang beragam.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Alpukat

Menurut Maryani (2003), Sistematika tanaman alpukat adalah sebagai

berikut :

Kingdom : Plantae

Devisi : Spermatophyta

Class : Dicotylendonae

Ordo : Ranunculales

Family : Lauraceac

Genus : Persea

Spesies : Persea gratissima Gaertn.

Tanaman alpukat (Persea americana Mill atau Persea gratisima Gaertin)

wujud atau bentuk pohonnya bermacam-macam, mulai dari pohon lurus dengan

batang yang kokoh kuat sampai pohon-pohon yang lebih kecil merimbun seperti

semak. Tanaman alpukat asal biji dapat mencapai ketinggian 15 m - 20 m,

sedangkan tanaman alpukat hasil mengenten dan mengokulasi lebih rendah.

Batangnya alpukat bercabang rendah dengan tajuk pohon berdaun rapat. Daunnya

alpukat berwarna hijau tua, berbentuk runcing sampai agak melebar, sepanjang 10

cm - 20 cm, daun-daun muda berwarna agak kemerah-merahan atau merah

anggur.

Bunga alpukat berjenis kelamin dua, tumbuh tersusun dalam malai pada

tunas pucuk dan tunas terminal. Bunga alpukat memiliki sifat unik: meskipun

berjenis kelamin dua, penyerbukan sendiri tidak pernah terjadi. Tanaman

5
6

alpukat tergolong tanaman yang berbunga banyak. Bunga alpukat memiliki sifat

yang disebut dikogami (dichogami), yaitu putik dan benang pada bunga masak

secara tidak bersamaan. Bila putik dan benang sari masak secara bersamaan

disebut bunga homogami. Bunga dikogami seperti bunga alpukat ini tidak

mungkin melakukan penyerbukan sendiri. Putik bunganya berfungsi bila

mengalami penyerbukan silang dari bungan pohon lain.

2.2. Morfologi Tanaman Alpukat

Tanaman alpukat termasuk jenis pohon kecil dengan tinggi 3 sampai 10 m,

berakar tunggang, batang berkayu, bulat, warnanya coklat kotor, banya bercabang,

dan ranting berambut halus. Daun pada tanaman alpukat ini berbentuk tunggal

dengan tangkai yang panjangnya 1,5-5 cm, kotor, letaknya berdesakan di ujung

ranting, bentuknya jorong sampai bundar telur memanjang, tebal seperti kulit,

ujung dan pangkal runcing, tepi rata kadang-kadang agak menggulung ke atas,

bertulang menyirip, panjang 10-20 cm, lebar 3-10 cm. Daun muda pada tanaman

alpukat mempunyai warna kemerahan dan berambut rapat, sedangkan daun tua

warnanya hijau dan gundul (Angelina, 2007).

Bunga pada tanaman alpukat merupakan bunga majemuk, berkelamin dua,

tersusun dalam malai yang keluar dekat ujung ranting, warnanya kuning

kehijauan. Buah pada tanaman alpukat ini termasuk golongan buah buni,

berbentuk bola atau bulat telur, mempunyai panjang 5-20 cm, warnanya hijau atau

hijau kekuningan, berbintik-bintik ungu atau ungu sarna sekali berbiji satu, daging

buah jika sudah masak lunak, warnanya hijau, kekuningan. Biji pada tanaman

alpukat berbentuk bulat seperti bola, mempunyai diameter 2,5-5 cm dengan

keping biji putih kemerahan. Buah alpukat yang masak daging buahnya lunak,
7

berlemak, biasanya dimakan sebagai es campur atau dibuat juice. Minyak pada

buah alpukat ini dapat digunakan antara lain untuk keperluan kosmetik.

Perbanyakan dengan biji, cara okulasi dan cara enten (Angelina, 2007).

Alpukat adalah tanaman diploid (2n=12), berbiji tunggal yang besar sekali.

Kulit luar agak tebal, kulit tengah tebal berdaging lunak, dengan lapisan kulit

dalam tipis berbatasan dengan kulit biji. Berat buah rata- rata antara 200- 400

gram, tetapi kadang- kadang ada yang mencapai 600- 700 gram, tergantung pada

varietasnya. Jumlah buah tiap tahunnya 200 buah/ pohon (AAK, 1987).

Buah alpukat termasuk buah buni, berbentuk bola atau buah peer, panjang

5 20 cm, berbiji 1, tanpa sisa bunga yang tinggal, berwarna hijau atau hijau

kuning, keungu- unguan atau berbintik- bintik, gundul (Gambar 1). Biji pada buah

alpukat ini berbentuk bola dengan garis tengah 2,5 5 cm (Steenis, 2003). Tanda-

tanda kematangan optimal pada alpukat, yaitu: bila buah digoyang-goyang dapat

berbunyi, karena bijinya terlepas dari daging buah dan rongga buah melebar. Buah

yang sudah masak dan dipetik perlu disimpan selama beberapa hari lagi agar

dapat dimakan dagingnya. Waktu berbuah secara lebat adalah pada bulan

Desember sampai Pebruari, dan berbuah biasa antara bulan Mei- Juni

(Rismunandar, 1983).

Pohon alpukat yang berukuran besar mampu menghasilkan jutaan bunga

dalam semusim. Bunga tersebut muncul diujung tunas. Bunga betinanya tunggal,

dengan tangkai sari panjang dan diakhiri dengan kepala sari yang membesar.

Benang sarinya sebanyak 9, yang tumbuh dari 2 lingkaran tempat kedudukan.

Lingkaran tempat kedudukan sebelah dalam (inner stamen) mempunyai 3 benang

sari sedangkan yang luar (outer stamen) mempunyai 6 (Ashari, 2004).


8

Bunga alpukat bersifat sempurna (hermaprodit), tetapi sifat pembungaan

nya dichogamy, artinya tiap bunga mekar 2 kali berselang, menutup antara 2

mekar dalam waktu berbeda. Pada hari mekar pertama, bunga betina yang

berfungsi sedangkan pada hari mekar berikutnya bunga jantan yang berfungsi.

Berdasarkan sifat pembungaannya, tanaman alpukat dibedakan menjadi 2 tipe.

Tipe A: bunga betina mekar pada pagi hari sedangkan bunga jantan mekar pada

sore hari pada hari berikutnya. Tipe B: bunga betina mekar pada sore harridan

bunga jantan mekar pada pagi hari berikutnya (Ashari, 2004).

Pertumbuhan individu bunga alpukat mempunyai dua tahap. Tahap I

adalah membukanya bunga betina dengan kepala putik yang reseptif (siang

diserbuki oleh bunga jantan). Pada tahap tersebut, penyerbukan dan pembuahan

dapat berlangsung. Selanjutnya bunga tersebut menutup kembali sesudah tahap I

dan membuka pada tahap II, yaitu penyebaran tepung sari (Ashari, 2004).

2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Alpukat

2.3.1. Iklim

Angin diperlukan oleh tanaman alpukat, terutama untuk proses

penyerbukan. Namun demikian angin dengan kecepatan 62,4-73,6 km/jam dapat

mematahkan ranting dan percabangan tanaman alpukat yang tergolong lunak,

rapuh dan mudah patah.

Curah hujan minimum untuk pertumbuhan adalah 750-1000 mm/tahun.

Ras Hindia Barat dan persilangannya tumbuh dengan subur pada dataran rendah

beriklim tropis dengan curah hujan 2500 mm/tahun. Untuk daerah dengan curah

hujan kurang dari kebutuhan minimal (2-6 bulan kering), tanaman alpukat masih

dapat tumbuh asal kedalaman air tanah maksimal 2 m. Kebutuhan cahaya


9

matahari untuk pertumbuhan alpukat berkisar 40-80 %. Untuk ras Meksiko dan

Guatemala lebih tahan terhadap cuaca dingin dan iklim kering, bila dibandingkan

dengan ras Hindia Barat.

Suhu optimal untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara 12,8-28,3 derajat

Mengingat tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran

tinggi, tanaman alpukat dapat mentolerir suhu udara antara 15-30 derajat C atau

lebih. Besarnya suhu kardinal tanaman alpukat tergantung ras masing-masing,

antara lain ras Meksiko memiliki daya toleransi sampai 7 derajat C, Guatemala

sampai -4,5 derajat C, dan Hindia Barat sampai 2 derajat C (BPPT, 2005).

2.3.2. Media Tanam

Tanaman alpukat agar tumbuh optimal memerlukan tanah gembur, tidak

mudah tergenang air, sistem drainase (pembuangan air) yang baik, subur dan

banyak mengandung bahan organik. Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan

alpukat adalah jenis tanah lempung berpasir (sandy loam), lempung liat (clay

loam) dan lempung endapan (alluvial loam).

Keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara Ph

sedikit asam sampai netral, (5,6-6,4). Bila pH di bawah 5,5 tanaman akan

menderita keracunan karena unsur Al, Mg, dan Fe larut dalam jumlah yang cukup

banyak. Sebaliknya pada pH di atas 6,5 beberapa unsur fungsional seperti Fe, Mg,

dan Zn akan berkurang (BPPT, 2005).

2.3.3. Ketinggian Tempat

Pada umumnya tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai

dataran tinggi, yaitu 5-1500 m dpl. Namun tanaman ini akan tumbuh subur
10

dengan hasil yang memuaskan pada ketinggian 200-1000 m dpl. Untuk tanaman

alpukat ras Meksiko dan Guatemala lebih cocok ditanam di daerah dengan

ketinggian 1000-2000 m dpl, sedangkan ras Hindia Barat pada ketinggian 5-1000

m dpl (BPPT, 2005).

2.4. Tipe Tanaman Alpukat

2.4.1. Ras Meksiko

Berasal dari dataran tinggi Meksiko dan Equador beriklim semi tropis

dengan ketinggian antara 2.400-2.800 m dpl. Ras ini mempunyai daun dan

buahnya yang berbau adas. Masa berbunga sampai buah bisa dipanen lebih

kurang 6 bulan. Buah kecil dengan berat 100-225 gram, bentuk jorong (oval),

bertangkai pendek, kulitnya tipis dan licin. Biji besar memenuhi rongga buah.

Daging buah mempunyai kandungan minyak/lemak yang paling tinggi. Ras ini

tahan terhadap suhu dingin.

2.4.2. Ras Guatemala

Berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah beriklim sub tropis dengan

ketinggian sekitar 800-2.400 m dpl. Ras ini kurang tahan terhadap suhu dingin

(toleransi sampai -4,5 C). Daunnya tidak berbau adas. Buah mempunyai

ukuran yang cukup besar, berat berkisar antara 200-2.300 gram, kulit buah

tebal, keras, mudah rusak dan kasar (berbintil-bintil). Masak buah antara 9-12

bulan sesudah berbunga. Bijinya relatif berukuran kecil dan menempel erat dalam

rongga, dengan kulit biji yang melekat. Daging buah mempunyai kandungan

minyak yang sedang.


11

2.4.3. Ras Hindia Barat

Berasal dari dataran rendah Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang

beriklim tropis, dengan ketinggian di bawah 800 m dpl. Varietas ini sangat

peka terhadap suhu rendah, dengan toleransi sampai minus 2 derajat C.

Daunnya tidak berbau adas, warna daunnya lebih terang dibandingkan dengan

kedua ras yang lain. Buahnya berukuran besar dengan berat antara 400-2.300

gram, tangkai pendek, kulit buah licin agak liat dan tebal. Buah masak 6-9

bulan sesudah berbunga. Biji besar dan sering lepas di dalam rongga, keping

biji kasar. Kandungan minyak dari daging buahnya paling rendah (Kalie, 1997).

2.5. Manfaat Buah Alpukat

Penelitian terbaru di AS telah dilakukan terhadap orang-orang dewasa

yang mengkonsumsi buah alpukat dalam satu periode tertentu dibandingkan

dengan yang tidak memakannya. Hasilnya, orang yang mengkonsumsi alpukat

memiliki asupan serat, potasium, vitamin K, dan vitamin E yang lebih baik.

Penelitian juga pernah dilakukan dampak konsumsi buah alpukat terhadap

resiko penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskular seperti jantung. Orang

yang mengkonsumsi alpukat setiap hari memiliki resiko lebih rendah dari

serangan jantung. Diperkirakan kandungan lemak tak jenuh tunggal

(monounsaturated fat) yang terdapat dalam alpukat berperan penting menekan

resiko penyakit kardiovaskular.

Berikut ini beberapa rangkuman manfaat buah alpukat untuk kesehatan

manusia. Disarikan dari situs Medical News Today:

Kesehatan jantung. Alpukat mengandung beta sitosterol yang baik untuk

jantung.
12

Konsumsi beta sitosterol dan jenis sterol lainnya diketahui bisa menjaga

level kolesterol dalam darah.

Kesehatan mata. Alpukat mengandung lutein dan zeaxanthin, dua zat yang

berfungsi menjaga kesehatan jaringan mata. Zat-zat tersebut memiliki efek

antioksidan dan menjaga mata dari kerusakan akibat sinar ultra violet.

Selain itu, asalm lemak tak jenuh tunggal dalam alpukat bisa melarutkan zat

seperti beta karoten yang bisa mencegah menurunan penglihatan akibat usia.

Keropos tulang. Alpukat kaya dengan vitamin K. Vitamin K melengkapi

kalsium dan vitamin D untuk menjaga kesehatan tulang. Kandungan vitamin

K membantu tubuh menyerap kalsium lebih banyak.

Pertumbuhan bayi. Buah alpukat kaya dengan asam folat. Bila dikonsumsi

oleh ibu hamil, asam folat berguna menekan resiko keguguran dan cacat

pada bayi.

Anti depresi. Asam folat yang terdapat dalam buah alpukat juga bermanfaat

sebagai asupan nutrisi bagi otak. Zat ini mencegah penumpukan

penumpukan homosistein.

Kelebihan homosistein akan menganggu produksi serotonin, dopamine, dan

norepinephrine yang berperan dalam menentukan suasana hati dan susah

tidur (insomnia).

Kesehatan pencernaan. Tekstur buah alpukat yang creamy, kaya dengan

serat.

Kandungan serat membantu mencegah sembelit dan kanker usus.


III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh

Tengah. Kegiatan penelitian juga dilakukan di laboratorium Agroekoteknologi

Fakultas Pertanian Unimal, dan Penelitian direncanakan dimulai sejak bulan

Maret 2017 sampai bulan April 2017.

3.2. Bahan dan Alat

Tanaman alpukat yang digunakan untuk pengamatan pada percobaan

eksplorasi adalah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan yaitu tanaman

yang sudah sering berbuah dan diminati masyarakat berdasarkan survei. Pencarian

jenis-jenis tanaman alpukat unggul dilakukan di Kecamatan Bebesen Kabupaten

Aceh Tengah, sehingga akan menghasilkan berbagai aksesi dari berbagai tempat

di Kabupaten Aceh Tengah. Alat yang digunakan ialah pisau, meteran, jangka

sorong dan haga altimeter, kamera digital.

3.3. Metode

Eksplorasi dilakukan menggunakan metode deskriptif dengan pengambilan

sampel secara sengaja purposive sampling, tanaman yang diamati sesuai dengan

kriteria yang telah ditetapkan yaitu tanaman yang sudah beberapa kali berbuah

dan diminati masyarakat berdasarkan survei. Pengambilan data yang dilakukan

berupa pengukuran dan pengamatan langsung terhadap tanaman alpukat di

lapangan sebagai data primer, sedangkan sumber data sekunder diperoleh

dengan mengisi kuisioner dan melakukan wawancara dengan pemilik tanaman

alpukat.

13
14

3.4. Pelaksanaan Penelitian

3.4.1. Eksplorasi

Eksplorasi dilaksanakan secara bertahap dengan mengandalkan nara

sumber dan sumber informasi, baik langsung dari pemberi informasi utama (key

informan) maupun data kepustakaan. Kegiatan eksplorasi diawali dengan

inventarisasi tanaman buah-buahan yang belum dikoleksi di Propinsi Aceh,

khususnya Kabupaten Aceh Tengah. Langkah pertama praeksplorasi adalah

mencari informasi ke dinas, BPS, dan instansi terkait, serta masyarakat sekitar

untuk memperoleh informasi tentang jenis dan habitat tumbuhnya. Informasi ini

kemudian dikembangkan pada saat eksplorasi ke lokasi sasaran yang umumnya

mencakup daerah asal dan penyebaran jenis tanaman.

Eksplorasi didukung oleh keterangan petani tentang preferensi mereka

terhadap kualitas buah alpukat di Aceh Tengah. Keterangan dari petani berupa

tempat tumbuh tanaman yang akan dijadikan pertimbangan dalam karakterisasi

dan deskripsi. Kriteria buah alpukat unggulan yang ditanyakan adalah rasa, aroma,

ketebalan dan warna daging buah. Tanaman alpukat unggulan dari hasil

wawancara kemudian dijadikan sebagai sampel untuk dilakukan pengamatan sifat

morfologi bagian vegetatif tanamannya.

3.4.2. Karakterisasi Morfologi Bagian Vegetatif Tanaman Alpukat

Berbagai jenis buah alpukat yang dihasilkan di Indonesia memiliki

keanekaragaman morfologi yang berbeda-beda terhadap organ-organ vegetatif

maupun kualitas buahnya. Perbedaan ini memberikan keunikan tersendiri dan

memperkaya koleksi buah alpukat Indonesia. Hal yang sama juga terjadi pada
15

alpukat di Provinsi Aceh. Karakterisasi yang diamati berupa karakter morfologi

vegetatif (batang, daun dan cabang).

3.4.3. Data Karakterisasi

Data karakterisasi diperoleh dari hasil kegiatan penelitian berupa sifat-sifat

dari karakter morfologis. Dalam hal ini, dikenal dua macam data yaitu data

kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang merupakan hasil

observasi terhadap karakter kualitatif. Oleh karena itu pada kelompok data

kualitatif dikenal adanya kategori-kategori terhadap variable deskriptor.

Sementara data kuantitatif adalah data yang merupakan hasil pengukuran

(measurement) secara kuantitatif.

3.4.4. Pengumpulan Data

a. Observasi, dilakukan untuk mengatahui hal-hal yang berhubungan dengan

objek penelitian untuk melihat dan mencatat segala hal tentang jenis

tanaman alpukat terdapat di beberapa Desa di Kecamatan Bebesen.

b. Wawancara, dilakukan dengan mengunakan bahasa daerah, yaitu bahasa

Aceh. Wawancara dilakukan untuk melengkapi dan mencocokkan hasil

observasi. Wawancara dilakukan dengan masyarakat yang mengetahui

tentang jenis-jenis tanaman alpukat.

3.4.5. Pengamatan

Karakterisasi pada morfologi tanaman yang diamati yaitu :

a. Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diukur dengan cara menggunakan Klinometer sederhana

dan di hitung dengan menggunakan trigonometri.


16

Rumus Trigonometri : a = tan () . L + t

Keterangan :

A =Tinggi tanaman

tan () = Nilai sudut

L = Jarak antara tanaman

t = Tinggi alat klinometer

b. Lebar tajuk

Lebar tajuk diukur dengan menggunakan meteran.

c. Lingkaran batang

Lingkaran batang diukur dengan cara melilitkan pita meteran pada batang

tanaman alpukat dan batang yang diukur 1,30 m diatas permukaan tanah.

d. Jumlah cabang

Jumlah cabang dihitung dengan cara melihat langsung ke tempat

penelitian.

e. Umur tanaman

Umur tanaman dihitung munurut perkiraan oleh pemilik tanaman alpukat

di tempat.

f. Bentuk batang

Untuk mengetahui bentuk batang cara melihat langsung ke tempat

penelitian.
17

g. Permukaan batang

Untuk mengetahui permukaan batang cara melihat langsung ke tempat

penelitian.

h. Warna kulit batang

Untuk mengetahui karakterisasi bentuk batang, permukaan batang dan

warna kulit batang dideskripsikan dengan cara melihat langsung di

lapangan.

i. Bentuk percabangan

Untuk mengetahui bentuk percabangan dilihat pada tabel deskripsi

pertumbuhan

j. Kedudukan cabang

Untuk mengetahui bentuk percabangan dilihat pada tabel deskripsi

pertumbuhan.

k. Panjang daun

Panjang daun diukur dengan menggunakan penggaris ukur.

l. Lebar daun

Lebar daun diukur dengan menggunakan penggaris ukur.

m. Warna permukaan atas daun

Untuk mengetahui warna atas daun alpukat dengan cara melihat.

n. Warna permukaan bawah daun

Untuk mengetahui warna bawah daun alpukat dengan cara melihat.

o. Bentuk daun

Untuk mengetahui bentuk daun dilihat pada tabel deskripsi pertumbuhan

Luas daun : Luas daun diukur dengan menggunakan Leaf Area Meter.
18

3.5. Analisis Data

Data yang didapatkan di lapangan di analisis dengan dua cara yaitu secara

deskriptif dan analisis keragaman.

3.5.1. Analisis Deskriptif

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif yaitu mencatat hal-hal

berhubugan dengan karekter morfologi vegetatif tanaman alpukat yang di

tampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Untuk format deskripsi tanaman

alpukat hasil survei tersebut telah disusun dalam bentuk blanko isian baku.

3.5.2. Analisis Keragaman Bedasarkan Data Karakterisasi Morfologi

Analisis kemiripan data morfologi dilakukan melalui fungsi SIMQUAL

(Similarity for Qualitative Data), sedangkan pengelompokan data matrik (cluster

analysis) dan pembuatan dendogram dilakukan dengan fungsi SAHN (Sequential

Angglomerative Hierarchical and Nasted Clustering), metode UPGMA

(Unweiggted pair-Group Method Arithmetic), dan tingkat kepercayaan

dendogram ditentukan dengan fungsin MxComp menggunakan pogram

Numerical Toxonomy and Multivariate system (NTSYSpc) versi 2,02 (Rohlf

1998). Keselaraan pengelompokan ditentukan bedasarkan nilai goodness of fit,

yaitu tingkat kesamaan nilai matriks similaritybcoefficient, dengan interpretasi

kesesuaian matriks kolerasi dua data sangat sesuain (nilai r (kolerasi kofenetik

dari MxComp) 0,9), sesuai (0,8 r0,9), tidak sesuai (0,7r0,8), dan sangat

tidak sesuai (r0,7).


DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1987. Bertanam Pohon Buah- buahan 2. Yogyakarta: Kanisius.


Angelina, Giovanni. 2007. Tanaman Obat Indonesia. Yogyakarta, 2007.
Apandi, M. 1984. Teknologi Buah dan Sayur. Penerbit Alumni Bandung.
Bandung.
Ashari, Sumeru. 2004. Biologi Reproduksi Tanaman Buah- Buahan Komersial.
Bayumedia Publishing. Malang.
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI-Press, Jakarta.
Ashari, S. 2006. Meningkatkan Keunggulan Bebuahan Tropis Indonesia. Penerbit
Andi. Yogyakarta.
BPPT. 2005. Alpukat (Persea Americana, Mill). http://www.ristek.go.id. Diakses
pada tanggal 25 Januari 2017.
Chotimah, Ana Qusnul. 2008. Perlakuan Uap Panas dan Pelilinan untuk
Mempertahankan Mutu Buah Alpukat. Bandung : IPB
Indrayani, Hetty Y. Sumiarsih, Emi. Alpukat. Jakarta : Penebar Swadaya, 1992.
Indriani, Y.H dan E. Sumiarsih, 1992. Alpukat; Penanaman Jenis Komersial,
Aspek Pemasaran. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Kanisius. Budidaya Dan Pemanfaatan Alpukat. Yogyakarta, 1997.
Kalie, Moehd. Baga (1997). "Alpukat: budidaya dan pemanfaatannya".
Yogyakarta: Kanisius.
Nazaruddin dan F. Muchlisah, 1994. Buah Komersial. Penerbit Penebar
Swadaya.Jakarta.
Putra, N. 2010. Inventarisasi Alpukat (Persea Americana Mill.) pada Berbagai
Ketinggian di Kabupaten Bener Meriah. Skripsi.Fakultas Pertanian
USU. Medan.
Redaksi AgroMedia. 2009. Buku Pintar Budi Daya Tanaman Buah
Unggul Indonesia. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sunarjono, Hendro. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Jakarta : Penebar
Swadaya, 2008.
Sunarjono, H. H. 1998. Prospek Berkebun Buah. Penebar Swadaya. Jakarta
Sunarjono, H. 1997. Prospek Berkebun Buah. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai