Anda di halaman 1dari 16

Ester_punya

Selasa, 20 November 2012


FITOKIMIA

LAPORAN FITOFARMASI
SKRINING FITOKIMIA

OLEH :
BEATRIANA ESTER NAHAN (10.012)
AKFAR A

AKADEMI FARMASI PUTRA INDONESIA MALANG

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam seperti tanaman obat yang
sangat melimpah. Seiring perkembangan zaman yang semakin modern ini, penggunaan tanaman
sebagai obat sudah dikenal luas. Hal ini dapat dilihat dari program pemerintah yaitu back to
nature
Salah satu pemikiran back to nature adalah penggunaan obat tradisional, baik berupa
jamu, OHT ataupun fitofarmaka. Meluasnya penggunaan obat tradisional, disebabkan
kepercayaan masyarakat bahwa obat tradisional berbahan alami. Akan tetapi, selama ini
pengetahuan tentang obat tradisional hanya diperoleh melalui informasi tetapi masih belum
dieksplorasi. Untuk itu diperlukan penelitian tentang penggunaan obat tardisional, sehingga
nantinya obat tersebut dapat digunakan secara aman dan efektif dan dapat mengembangkan
industri farmasi khususnya di Indonesia.
Perkembangan industri farmasi diindonesia perlu dikaji terutama dalam memenuhi
kebutuhan bahan baku dan mengurangi ketergantungan impor pemilihan jenis bahan baku obat
yang akan dikembangkan perlu dilakukan dengan saksama apakah lebih memilih obat baru atau
obat yang perlindungan patennya sudah kadaluarsa. Sebisa mungkin langka-langkah
pengembangan obat perlu diperhatikan untuk mengejar ketinggalan indonesia dalam
pengembangan bahan baku obat tersebut agar masyarakat indonesia bisa meningkatkan
kemampuan dan reaktivitas dalam mengelola suatu bahan baku menjadi obat tradisional dan bisa
ditingkatkan menjadi Obat Herbak Terstandar (OHT) dan fitofarmaka.
Perkembangan jamu menjadi fitofarmaka tentu melalui proses yang sangat panjang
seperti uji keamanan pada jamu, uji khasiat, empiris dan turun-temurun dan pada OHT UJI uji
keamanan, Uji khasiat dan uji pre klinis sedangkan pada fitokimia dilakukan uji klinik pada
manusia dengan kriteria memenuhi syarat ilmiah.

1.2. Tujuan
1. Untuk mengidentifikasih senyawa kimia yang ada dalam suatu tanaman.
2. Untuk mempelajari metode skrining dengan cara metode KLT ( kromatografi Lapis Tipis) dan
metode Tabung.
1.3. Manfaat.
1. Dapat mengetahui suatu senyawa yang ada pada tanaman
2. Mengtahui cara pengujian dengan metode KLT dan metoe Tabung

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia merupakan suatu analisa kualitatif kandungan kimia tumbuhan atau
bagian tumbuhan. Skring dapat dilakukan dengan metode KLT (kromatografi Lapis Tipis)
karena KLT mempunyai beberapa kelebihan dibanding kromatografi kertas yaitu dapat
mengahasilkan pemisahan lebih sempurna,kepekaan yang lebih tinggi,dilaksanakan hanya
beberapa menit saja, dapat dipakia preaksi kolosif, dapa dipakai senyawa hidrofob. Pada
penggunakan KLT menggunakan fase gerak dan fase diam dimana fase diam menggunakan
silika gel. Fase diam (lapisan penyerap) yang khusus digunakanuntuk KLT yang dihasilkan oleh
berbagai perusahaan. Silika gel ini menghasilkan perbedaan dalam efek pemisahan yang
tergantung pada cara pembuatannya. Selain itu fase gerak (pelarut pengembang) ialah medium
angkut yang terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Fase gerak ini menggunakan eluena dan etil
asetat karena bersifat kepolaran dari minyak atsiri dengan perbandingan (93:7) juga
menggunakan eluena IPA dan aquadest (1/3:1/4)
2.2 Tinjauan Tentang Metode KLT (Kromatogfafi Lapis Tipis)
KLT (Kromatogfafi Lapis Tipis) adalah metode pemisahan fitokikimia lapisan yang
memisahkan,yang terdiri atas bahan berbtir-butir (fase diam) ditempatkan pada penyangga
berupa plat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisahkan, berupa
larutan yang ditotolkan berupa bercak atau noda (awal), setelah plat atau lapisan ditaruh dalam
bejana tetutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak) pemisahann terjadi
perambatan kapiler.
2.3 Tinjauan Tentang Metode Tabung
Metode Tabung merupakan metode yang paling sederhana karena tidak menggunakan
alat yang canggih dan masih manual. Sebelum melakukan uji tabung terlebih dahulu dilakukan
uji pendahuluan dengan menggunakan larutan KOH 5% yang menghasilkan warna intensif.
Selanjutnya melakukan pengujian metode tabung pada beberapa senyawa misalnya
alkaloid,tanin, saponin,polifenol dll dengan menggunakan beberapa pelarut diantaranya Nacl
2%, Fecl.NaOH 2N dll.
2.4 Tinjauan Tentang Tanaman
Daun sirsak (Annonae muricatae folium) mempunyai daun yang tunggal, warna
kehijauan sampai hijau kecoklatan.helaian daun sepeti kulit, bentuk bundar panjang, lanset atau
bundar telur terbalik,panjang helaian daun 6cm-18cm,lebar 2cm.ujung daun
meruncing,pendek,pangkal daun runcing,tepi rata,panjang tangkai daun lebih kurang
0,7cm,permukaan agakl licin mengkilat,tulang daun menyirip,ibu tulang daun menonjol pada
permukaan bawah.
Pemerian daun berbau agak keras,rasa agak kelat.
Kandungan Daun Sirsak : senyawa acetogenin, antara lain asimisin, bulatacin dan squamosin.
Senyawa kimia Daun sirsak : antara lain. Alkaloid non toksik, flavonoid, glikosid, steroid,
saponin, tanin, calsium oksalat.
3.1 Senyawa Uraian Yang akan diteliti
3.1.1. steroid / triterpenoid
Triterpeoid adalah seyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprane
dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C3O a siklik yaitu skulen. Senyawa ini
berstruktur siklik yang hisbi rumit kebanyakan berupa alkohol, aldehida atau sama karbohidrat.
Uji yang banyak digunakan adalah reaksi Lieberman-Buchard (aldehida asetat H2S04 pekat)
yang dengan kebanyakan triterpen dan sterol memberikan warna hijau-biru ( Harbone, 1987)
3.1.2. Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa yang larut air, dapat diekstrasi dengan etanol 70% dan
tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak ini dikocok dengan eter minyak bumi. Flavonoid
berupa senyawa fenil oleh karakter itu warnnya berubah bila ditambah basa atau amonia.
Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjungsi sehingga kan menunjukan pita
serapan yang kuat pada sinar UV(ulta violet) dan sinar tampak (Harbone 1987)
3.1.3.Tanin
Tanin meruapakan senyawa polivenol yang berarti termasuk dalam senyawa fenolik.tanin
dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tidak larut dalam air.
3.1.4.Saponin
Saponin atau glikosida sapongenin adalah salah satu tipe glikosida yang tersebar lus
dalam tanaman. Tipe saponin terdiri dari sapongenin yang merupakan molekul aglikon dan
sebuah gula.saponin merupakan senyawa yang menimbulkan busa jika dikocok dengan air dan
pada konsentrasi rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah, sering digunakan
sebagai detergen (Clauss dkk 1970)
3.1.5. kumarin
Kumarin adalah turunan benz-alfa-piron ditemukan tersebar luas dalam tumbuhan
aktifitas biologi yang dimiliki oleh senyawa kumarin, anti bakteri analgesik (franswarth 1966)

BAB III
METODOLOGI KEJA

Cara Kerja Metode Tabung


4.1. Uji Pendahuluan 4.1.1. uji alkaloid

2 gram + 10 ml air 500mgserbuk + 1ml HCL


2N + 5ml air

Disaring dengan kertas saring dinginkan disaring

larutantan bewarna kuning kemerahan filtrat 2

gtt
+ KOH 5% 3 tetes 2gtt buochadat (A) tabung B

Warna intensif hitam ad coklat ft2gtt


draendro

endapan

.1.2.Uji Tanin

2 gram serbuk + 30ml air dipanaskan diatas tangas air 300

Disaring filtrat 5ml

+ NaCL 2% 1ml

Endapan disarng

Gelatin 1% 5 ml
Endapan

4.1.3. Uji Saponin

500mg serbuk + 10ml air panas

Dinginkan

Kocok kuat 10

Terbentuk buih + 1tetes HCL 2N Buih tidak hilang


4.1.3.Uji polivenol 4.1.4 uji glikosida

2 gram serbuk +10ml air 200mg serbuk + 5ml H2S04


2N dinginkan

Saring panas 10ml benzena / benzolp

Filtrat + FeCL 3 tetes kocok diamkan

Hijau biru larutan benzen (buih)

+ 1ml NaoH 2N

Merah intensif
Uji Kualitatif Secara KLT

Serbuk simplisia (2-3 gram)


Disari dengan petroleum eter 10ml 500 selama 5 menit

Disari dengan kloroform- asam asetat


(99:1)19ml 500C selama 5menit
Disari dengan
metanol-asam asetat (49,5-1) 1ml

Fraksi CHCL3-
met-Hac (lar B)

500C selama 5menit

Disari dengan metanol air (1:1) 10ml, 500C, 5menit


Keterangan :
Larutan A : untuk uji antrakinon, flavonoid, kumarin, dan sterol
Larutan B : untuk uji glikosida antakinon, glikosida kumarin, saponin dan tanin.
Larutan C : untuk uji karneldehida, saponin, glikosida flavonoid, glikosida antrakinon.

Sistem KLT yang digunakan :


Larutan A :
Fase gerak : eti asetat benzenan (9:11)
Fase diam : silika gel Gf 254
Larutan B :
Fase gerak : 1. N-butanal-asam asetat-air (5:4:1)
2.Etil asetat-asam fomiat-asam asetat-air (100:11:12:27)v/v
3. etil asetat-metanol-air (100:13,5:10)b/v
Larutan C :
Fase gerak : kloroform-metanol-air (64:50:10)
Perhitungan Bahan
a. Eti asetat - benzenan (9:11)

x 20ml = 9ml

x 20ml = 11ml
b. Etil asetat-metanol-air (100:13,5:10)

x 20ml = 17ml

x 20ml = 24 ml

x 20ml = 2ml
c. kloroform-metanol-air (64:50:10)

x 20ml = 10,32ml
x 20ml = 8ml

x 20ml = 1,61ml

PROSEDUR KERJA KLT

1.Sebelum Penjenuhan gelas arloji

A.

Kertas saring (penjenuhan)

Fase gerak

B. Gelas aoji
Kertas saring (penjenuhan)

Fase gerak
C. gelas arloji
Kertas saring (penjenuhan)

Fase gerak.

2.Setelah penjenuhan silika gel

Gelas arloji 1cm

Fase gerak sesuai dengan tinggi fase gerak

Setelah itu larutan ABC ditotolkan pada silika gel


Tunggu sampai fase gerak naik

Diangkat silika gel lalu dikeringkan

Diamati dengan sinar UV, ditandai bercak

Hitung nilai RF

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Data hasil pengamatan (Metode reaksi tabung)


No Larutan uji Daun sirsak keterangan
1 Uji penahuluan + Warna intensif
2 Alkaloid + Timbul endapan
3 Antrakinon - -
4 Polifenol + Hijau biru
5 Tanin - -
6 Kandenolida - -
7 saponin + Terbentuk buih

5.2. Pembahasan
Dalam melaksanakan praktikum skrining dapat digunakan beberapa metode salah satunya
metode tabung, metode ini digunakan untuk pengujian pendahuluan dan mengetahui kandungan
yang terdapat dalam daun sirsak diantaranya akaloid, flavonoid dll.
Setelah daun sirsak dinyatakan positif (+) mengandung senyawa alkaloid dapat dilihat
dari hasil praktikum yaitu mengambil filtrat daun sirsak ditambah pereaksi buochadat terbentuk
endapan hitam kecoklatan dan pereaksi dragendrof terbentuk endapan. Dengan demikian hasil
yang kami peroleh sesuai dengan literatur yang ada bahwadaun sirsak mengandung alkaloid.
Pengujian yang kedua adalah polivenol ketika simplisia atau serbuk daun sirsak ditambahkan
dengan air kemudian dipanaskan dan disaring, filtrat diambik kemudian ditetesi dengan FeCl 3
tetes akan memberikan warna hijau kebiruan. Dari perubahan warna tersebut menunjukan bahwa
daun sirsak memiliki kandngan polivenol.
Pengujian selanjutnya saponin yaitu dengan mengambil seruk daun sirsak ditambahkan
air panas dan dinginkan kemudian dikocok maka terbentuk buih yang banyak pada tabung
reaksi,dan tetesi dengan larutan HCL 2N sebanyak 1 tetes maka buih tidak akan hilang. Hal ini
menunjukan bahwa daun sirsak mengandung saponin sesuai dengan literatur yang ada. Pengujian
terakhir pada metode tabung adalah uji tanin dengan mengambil serbuk dan tambahkan air
10ml panaskan kemudian disaring filtrat ml tambahkan Nacl 2% 1 ml terbentuk endapan dan
disaring lagi setelah itu tambahkan gelain 1% 5ml maka akan terbentuk endapan tapi
padapengujian ini tidak ada tanda endapa yang mucul dan ini membuktikan kalo daun sirsak
tidak mengandung tanin begitu juga pada prengujian antrakinon kandenolida.

Selain itu ada pengujian dengan metode KLT (kromatigrafi lapis tipis) yang sebelumnya
ada beberapa tahapan diantaranya menimbang sejumlah zat atau simplisia yang akian diuji
sebanyak 2-3 gram, tambahkan petroleum eter sebanyak 10ml tujuannya untuk mendapatkan sari
simplisia yang murni sesuai dengan keinginan yang bisa diguakan untuk penguian KLT.
Setelah mendapatkan sari yang murni dari tahapan diatas maka sarian diuji dengan
menambahkan bebrapa pelarut diantaranya : kloroform-asam asetat dengan perbandingan (99:1),
yang disebut dengan fraksi CHCL3-HaC (lar A), selanjutnya disari dengan metanol-asam asetat
(49,5 : 1) sebanyak 10ml yang disebut dengan Fraksi CHCL3-met-Hac (lar B) dan yang terakhir
sisa ampas disari dengan metanol-air (1:1) sebanyak 10ml disebut Fraksi met-air (lar C)
kemudian sisa ampas dibuang dan sarian diambil untuk pengujian KLT yang ditotolkan pada
lempeng KLT.
Lempeng KLT yang akan diguanakan sebaiknya dioven terlebih dahulu pada suhu 1000C
kurang lebih selama 5-10 menit tujuannya agar kadar air pada silika gel dapat berkurang , karena
pada kelembaban pada silika gel dapat mempengaruhi eluen dan zat yangakan diuji.
Pada hasil pengujia dan pengamatan tidak terdapat bercak pada lempeng KLT setelah
dilihat dengan sinar ultaviolet (uv). Hal ini dikarenakan eluen yang digunakan sudah tidak bagus
dan tidak baru lagi sehingga pada pembacaa tidak dengan sinar uv tidak ada bercak. Eluen
memiliki sifat yang mudah menguap jika didiamkan dan dibuka terus-menerus maka
campurannya menguap sehingga eluennya rusak dan mempengaruhi timbulnya bercak.

BAB V
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan praktikum skrining fitokimia yang kami lakukan dengan metode
KLT(kromatogragi Lapis Tipis) dan metode tabung pada simplisia daun sirsak yaitu
1) Pada metode tabung kami memperoleh beberapa senyawa yang terdapat pada daun sirsak
diantaranya, Alkaloid, flavonoid,polivenol dan saponin. Dan data yang kami peroleh sesuai
dengan literatur
2) Pada metode KLT kami tidak menemukan adanya bercak dikarenakan eluen yang kami gunakan
sudah rusak.
6.2. Saran
1) Praktikan lebih teliti dan hati-hati dalam menggunakan metode KLT secara benar.
Dafta Pustaka
a) Agoes Goeswin. 2007. Teknologi Bahan Alam, Bandung, penerbit ITB
b) Materia Medika Indonesia jilid IV
c) Anonim. 1995. Farmakope Indonesia jilid V jakarta : Depkes RI
d) Anonim 1987. Analisis obat Tradisional 23 Jakarta : Depkes RI
e) Harbone.JB. 1989. Metode fitokimia penuntu cara modern menganalisa Tumbuhan.
Diterjemakan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwan Sudino, Penerbit ITB

Anda mungkin juga menyukai