Anda di halaman 1dari 12

UJI KETOKSIKAN (LC50) EKSTRAK ETANOL DAUN EKOR KUCING (Acalypha

hispida Burm.f.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach DENGAN METODE


BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

TOXICITY TEST (LC50) OF ETHANOL EXTRACT OF EKOR KUCING LEAVES


(Acalypha hispida Burm.f.) AGAINST Artemia salina Leach LARVAE USING BRINE
SHRIMP LETHALITY TEST METHOD (BSLT)

Meri Ropiqa1
1
Mahasiswa Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Tanjungpura, Pontianak

ABSTRAK

Daun Ekor Kucing (Acalypha hispida Burm.f.) merupakan jenis tanaman hias yang
telah dikenal masyarakat untuk pengobatan, namun belum ada penelitian untuk meneliti
toksisitas akut daun ekor kucing. Tanaman ini mengandung senyawa alkaloid dan flavonoid.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi ketoksikan akut ekstrak etanol
daun ekor kucing (Acalypha hispida Burm.f.) terhadap larva Artemia salina Leach dengan
metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) yang ditunjukkan dengan nilai LC50. Penelitian
eksperimental ini menggunakan 300 ekor larva udang (Artemia salina Leach) yang dibagi
menjadi 5 kelompok kontrol negatif dan 5 kelompok seri konsentrasi ekstrak, masing-masing
terdiri dari 10 ekor larva dengan replikasi 3 kali untuk tiap kelompok perlakuan. Kelompok
perlakuan I (P1) diberi suspensi sediaan uji ekstrak etanol daun ekor kucing dengan
konsentrasi 100 ppm. Kelompok perlakuan II (P2), diberi suspensi sediaan uji dengan
konsentrasi 250 ppm. Kelompok perlakuan III (P3) diberi suspensi sediaan uji dengan
konsentrasi 500 ppm. Kelompok perlakuan IV (P4) diberi suspensi sediaan uji dengan
konsentrasi 750 ppm, sedangkan untuk kelompok perlakuan V (P5) diberikan konsentrasi
1000 ppm. Data kematian Artemia salina Leach dianalisis dengan analisis probit untuk
mengetahui nilai LC50. Hasil penelitian ini menunjukkan harga LC50 dari ekstrak etanol daun
ekor kucing adalah 220,005 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun ekor
kucing memiliki potensi toksisitas akut terhadap larva Artemia salina Leach menurut metode
BSLT yang ditunjukkan dengan harga LC50 < 1000 ppm.

Kata kunci: Uji Toksisitas Akut, Acalypha hispida Burm.f., Artemia salina Leach, BSLT,
LC50

ABSTRACT

Ekor kucing leaf is known as a decorative plant. That is commonly used by


community as a traditional herbs, unforrtunately there hasnt been any research yet to
measure the potency of acute toxicity. This plant contains alkaloid and flavonoid. The
purpose of this its research was to determine the potency of acute toxicity of ethanol extract
of ekor kucing leaves against larva of Artemia salina Leach by Brine Shrimp Lethality Test
method (BSLT) which is shown by LC50 value. This research was done by using 300 brine
shrimps (Artemia salina Leach) divided into 5 negative control groups and 5 treatment
groups, which contain 10 larvas each group with 3 times replication. Treatment group I (P1)is
a suspension which contain 100 ppm of ethanol extract of ekor kucing leaves, P2 group had
250 ppm consentration and P3 group had 500 ppm, P4 group had 750 ppm and P5 group had

1
1000 ppm consentration. The mortality of Artemia salina Leach was analyzed by probit
analysis to know LC50 value. The result shows that LC50 value of ethanol extracts of ekor
kucing leaves is 220,005 ppm. It means that ethanol extract of ekor kucing leaves had acute
toxicity potency against Artemia salina Leach larva according to BSLT method. It is
indicated by LC50 value < 1000 ppm.

Key words: Acute Toxicity Test, Acalypha hispida Burm.f., Artemia salina Leach, BSLT,
LC50

PENDAHULUAN

Dewasa ini, walaupun obat-obat toksisitas akut ekstrak etanol daun ekor
modern telah mendominasi pelayanan kucing ini dipilih mengingat masih
kesehatan formal, penggunaan obat kurangnya informasi ilmiah mengenai
tradisional tetap mendapat tempat yang potensi toksisitas daun ekor kucing. Metode
penting bahkan terus berkembang. Obat BSLT dipilih karena metode ini sering
tradisional tidak dapat dipisahkan dari digunakan untuk praskrining terhadap
kehidupan kita karena sudah lekat dengan senyawa aktif yang terkandung dalam
budaya bangsa dan digunakan oleh segenap ekstrak tumbuhan karena sederhana, cepat,
lapisan masyarakat. Sesuai standar mutu dari murah, mudah, dapat dipercaya, dan hasilnya
WHO, obat tradisional harus memenuhi representatif (Meyer et al., 1982). Uji
beberapa persyaratan meliputi kualitas, toksisitas dengan menggunakan BSLT ini
keamanan, dan khasiat (Departemen dapat ditentukan dari jumlah kematian
Kesehatan Republik Indonesia, 2002), untuk Artemia salina Leach akibat pengaruh
memenuhi persyaratan tersebut diperlukan ekstrak atau senyawa bahan alam. Hasil uji
upaya penegasan keamanan melalui uji dinyatakan sebagai LC50, dinyatakan bersifat
praklinik yang meliputi uji ketoksikan dan toksik/aktif terhadap Artemia salina Leach
aktivitas, yang jika syaratnya terpenuhi, bila ekstrak tumbuhan tersebut memiliki
maka dapat berlanjut ketahap uji klinik LC50 < 1000 g/mL dan berpotensi
(Setyawati & Suyatna et al., 2007). sitotoksik serta dapat dikembangkan sebagai
Ekor kucing merupakan tanaman antikanker (Meyer et al., 1982). Jika hasil uji
asli dari Hindia Barat. Umumnya, ditanaman BSLT menunjukkan bahwa ekstrak
sebagai tanaman hias di halaman atau di tumbuhan bersifat toksik maka dapat
taman-taman. Ekor kucing telah dikenal oleh dikembangkan ke penelitian lebih lanjut
masyarakat untuk pengobatan bercak putih untuk mengisolasi senyawa sitotoksik
dikulit (vitiligo), batuk darah, sariawan, tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat
disentri, dan mimisan (Dalimartha, 2007). alternatif antikanker. Jika hasil uji BSLT
Bagian tanaman yang digunakan pada menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan tidak
penelitian ini adalah bagian daun ekor bersifat toksik maka dapat dikembangkan ke
kucing, karena pada umumnya masyarakat penelitian lebih lanjut untuk meneliti khasiat-
banyak menggunakan daun dalam proses khasiat lain dari ekstrak tersebut.
pengobatan. Mengingat pemanfaatan daun Skrining fitokimia terhadap fraksi
kesum berdasarkan pengalaman secara etanol daun ekor kucing menunjukkan
turun-temurun, maka perlu didukung oleh adanya senyawa-senyawa golongan
informasi ilmiah mengenai potensi toksisitas flavonoid dan alkaloid. Adanya kandungan
akut. golongan senyawa flavonoid ditunjukkan
Penelitian uji toksisitas akut ekstrak dengan hasil uji positif dengan pereaksi
etanol daun ekor kucing terhadap larva shinoda test dan H2SO4, sedangkan adanya
Artemia salina Leach menggunakan metode senyawa golongan alkaloid ditunjukkan
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Uji

2
dengan positifnya hasil uji dengan pereaksi ekstrak etanol daun ekor kucing (Acalypha
Wagner, Dragendorf dan Mayer. hispida Burm.f.) terhadap larva Artemia
Berdasarkan latar belakang di atas salina Leach dengan metode Brine Shrimp
dan karena belum adanya penelitian untuk Lethality Test (BSLT) yang ditunjukkan
meneliti potensi toksisitas akut daun kesum dengan nilai LC50.
maka penelitian ini diusulkan dengan tujuan
untuk mengetahui potensi ketoksikan akut

METODOLOGI

Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan dalam reagen mayer, reagen dragendorff (E.
penelitian ini adalah daun ekor kucing Merck), HCl pekat p.a. (E. Merck), serbuk
(Acalypha hispida Burm.f), telur udang logam Mg (Reidel de Haen), DMSO 1 %,
Artemia salina Leach, etanol teknis (E. NaCl p.a., heksan p.a., etil asetat p.a,
Merck), etanol p.a. (E. Merck), kloroform akuades dan ragi (Fermipan).
p.a. (E. Merck), amoniak p.a., H2SO4 2 M,

Alat
Alat-alat yang digunakan untuk cawan penguap, cawan porselin/crusibel,
penelitian ini adalah kain hitam, sendok oven (memmert), hot plate (Schott
tanduk, sendok stainlees, gegep kayu, neraca Instruments), kaca arloji, hair dryer,
analitik (Precisa XB 4200 C, Precisa XT desikator, vortex (Maxi Mix II Barnstead
220 A), blender, toples, botol selai, botol Thermolyne Type 37600 Mixer), mikroskop
semprot, batang pengaduk, erlenmeyer (Zeiss Primo Star dilengkapi kamera dan
(Pyrex), gelas ukur (Pyrex), beaker glass program Axio Cam), lup, labu takar/labu
(Pyrex), pipet ukur (Pyrex), ball filler, ukur (Pyrex), aluminium foil, lakban hitam,
pipet mikro (Rainin pipet lite SL-100 dan indikator pH, termometer, bejana/wadah
SL-1000), pipet tetes, tabung reaksi penetasan, vial, lampu pijar/neon 40-60 watt,
(Pyrex), rak tabung reaksi, plat tetes, rotary senter, plat KLT/lempeng silika gel 60 GF254
evaporator (Heidolph), corong gelas, (E. Merck), chamber, pipa kapiler, alat
corong Buchner, corong pisah, saringan, semprot, dan lampu UV 254 dan 366 nm.
kertas saring Whatman, pompa vakum,

Cara Kerja
Determinasi Tanaman
Determinasi bertujuan untuk kepustakaan. Identifikasi / determinasi
menetapkan kebenaran yang berkaitan dilakukan di Herbarium Bogoriense, Balai
dengan ciri-ciri morfologi secara Penelitian dan Pengembangan Botani Pusat
makroskopis tanaman daun ekor kucing Penelitian dan Pengembangan Biologi, LIPI
(Acalypha hispida Burm.f.) terhadap Bogor.

Preparasi Sampel
Daun tanaman ekor kucing diambil di Kalimantan Barat. Penyiapan bahan ini
jalan Adiwijaya Kelurahan Pulau Pedalaman dilakukan dengan memisahkan daun dari
Mempawah Timur Kabupaten Pontianak, tangkainya, batang, dan akar lalu dibersihkan

3
dari sisa-sisa tanah dan kotoran kemudian ditutupi kain hitam lalu diblender, kemudian
dicuci dengan air yang bersih dan mengalir. disimpan dalam wadah tertutup. Serbuk daun
Bagian tumbuhan yang diambil adalah daun. kering akan digunakan untuk membuat
Kemudian dikeringanginkan di bawah sinar ekstrak.
matahari secara tidak langsung yaitu dengan

Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Ekor


Kucing (Acalypha hispida Burm.f.) dengan
Cara Maserasi

Ekstraksi dilakukan secara maserasi. dituang dalam cawan penguap, kemudian


Simplisia daun ekor kucing dengan derajat diuapkan lebih lanjut pada hot plate. Untuk
halus yang cocok sebanyak 500 gram menghilangkan sisa pelarut etanol sisa residu
dimasukkan ke dalam bejana kaca/toples, diletakkan 24 jam di desikator berisi
kemudian dituangi dan direndam dengan 1,8- silika/pengering. Ekstrak kering kemudian
2 L penyari etanol teknis, kemudian ditutup ditimbang dan dihitung kadar dalam persen
dan dibiarkan/didiamkan selama 24 jam yang larut dalam etanol/dihitung
sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam rendemennya yakni perbandingan antara
pertama, maserat ditampung pada botol kaca, ekstrak yang diperoleh terhadap simplisia
kemudian dimaserasi kembali hingga 3 hari awal. Ekstrak kering yang diperoleh
terlindung dari cahaya dan tetap dilakukan selanjutnya diuji fitokimia dengan uji reagen
pengadukan beberapa kali sehari. Setelah 3 (skrining fitokimia) dilanjutkan dengan uji
hari sari diserkai, maserat dikumpul, ampas pemisahan dengan KLT berdasarkan
diperas, disaring dengan corong Buchner dan kandungan golongan senyawa yang positif
diambil filtratnya. Selanjutnya maserat yang dari hasil uji reagen, kemudian diuji
masih bercampur dengan pelarut dievaporasi toksisitasnya dengan mengunakan larva
dengan rotary evaporator hingga didapatkan udang Artemia salina Leach.
ekstrak kental daun ekor kucing. Filtrat

Pembuatan Air Laut Buatan (ALB)


Siapkan air laut buatan dengan
melarutkan 15 gram NaCl dalam 1 liter
aqua (Harmita & Radji, 2008).

Penyiapan Kontrol

Kontrol negatif yang digunakan sulfoksida (DMSO) 1 % 50 L, 10 ekor


untuk uji toksisitas pada larva udang Artemia larva udang Artemia salina Leach dan 1 tetes
salina Leach yaitu dibuat dengan (50 L) larutan ragi ke dalam vial, kemudian
dimasukkan pelarut (etanol p.a.) dan ditambahkan air laut buatan sampai
dikeringkan, lalu untuk masing-masing vial volumenya menjadi 5 mL.
ditambahkan 1 mL air laut, 50 L dimetil

Uji Ketoksikan dengan Metode Brine


Shrimp Lethality Test (BSLT)
Penetasan Telur Artemia salina Leach

4
Telur udang ditetaskan 2 hari 1 jam, lalu ditiriskan sampai airnya tuntas,
sebelum dilakukan uji. Disiapkan bejana kemudian telur ditempatkan / direndam pada
untuk penetasan telur udang. Wadah yang bagian gelap dari wadah berisi air laut buatan
digunakan dibagi menjadi dua bagian, bagian sekitar 300 mL. Telur udang yang terendam
gelap dan terang kemudian ditambahkan air air laut buatan dibiarkan selama 2 x 24 jam
laut buatan. Satu ruang dalam bejana tersebut sampai menetas menjadi benur (nauplius)
diberi penerangan dengan cahaya lampu yang matang dan siap digunakan dalam
pijar/neon 40-60 watt untuk menghangatkan percobaan. Telur akan menetas dalam waktu
suhu dalam penetasan agar suhu penetasan 18-48 jam dan akan bergerak secara alamiah
25oC-31oC tetap terjaga dan merangsang menuju daerah terang sehingga larva udang
proses penetasan, sedangkan di ruang terpisahkan dari bagian telur atau kulit telur.
sebelahnya diberi air laut buatan tanpa Larva yang sehat bersifat fototropik dan siap
penyinaran ditutup dengan aluminium foil dijadikan hewan uji setelah berumur 48 jam.
atau lakban hitam. Sebelum ditetaskan telur Nauplius dipisahkan dari telurnya dengan
Artemia salina Leach sebanyak 50-150 mg dipipet ke dalam beker/vial yang berisi air
terlebih dahulu dicuci yakni ditaburkan dan laut buatan.
direndam pada wadah berisi akuades selama

Persiapan Larutan Sampel yang Akan Diuji


Ekstrak yang akan diuji dibuat dalam
konsentrasi 0, 100, 250, 500, 750, 1000 ppm
dalam air laut buatan.

Prosedur Uji Toksisitas dengan Metode BSLT


Vial disediakan untuk tiap kelompok Selanjutnya vial yang telah diisi sampel
sesuai peringkat konsentrasi dengan masing- kemudian ditambah air laut buatan 1 mL dan
masing disediakan 5 vial dan direplikasi divortex sekitar 30 menit (Indiastuti, 2008),
sebanyak 3 kali. Pada uji toksisitas ini dibuat kemudian 10 ekor larva udang Artemia
larutan stok (induk) sebesar 1 % yaitu salina Leach yang berumur 48 jam
sebanyak 50 mg sampel dilarutkan dalam 5 dimasukan dalam vial. Satu tetes ragi (0,6
mL metanol p.a. Dari stok 1 % diambil mg/mL) dimasukkan ke dalam setiap vial
volume tertentu untuk membuat seri sebagai makanan Artemia (Harmita & Radji,
konsentrasi sampel sebesar 100 g/mL, 250 2008), lalu ditambahkan air laut buatan
g/mL, 500 g/mL, 750 g/mL, dan 1000 sampai tanda batas volume 5 mL. Kontrol
g/mL, kemudian vial yang berisi larutan uji negatif (blanko) dilakukan cara kerja yang
dikeringkan sampai semua pelarutnya sama tanpa memasukan ekstrak daun ekor
menguap selama beberapa hari pada suhu kucing ke dalam vial. Vial-vial tersebut
kamar dalam desikator sehingga tidak berbau diletakkan di bawah penerangan. Jumlah
pelarut dan dapat ditunjukkan dengan proses Artemia salina Leach yang mati dalam tiap
pengeringan menghasilkan penimbangan vial selama 24 jam dihitung dengan cara
yang konstan dengan bobot tetap (Adfa, manual dan mikroskopik. Kriteria standar
2005), kemudian ditambahkan DMSO 1 % untuk menilai kematian larva udang adalah
1-3 tetes (50-150 L) termasuk vial kontrol bila larva udang tidak menunjukkan
untuk melarutkan sampel kembali jika pergerakan selama beberapa detik observasi
diperlukan (Kadarisman, 2000; Sutisna, 2000 (Astuti, 2006 cit Cahyadi, 2009). Cara
cit Atmoko & Maruf, 2009; Adfa, 2007). manual yaitu dengan mengamati larva di

5
dalam vial dengan bantuan lup, kemudian pada tiap konsentrasi dengan jumlah nauplii
diamati dalam kaca arloji dengan bantuan yang masih hidup. Sedangkan cara
cahaya. Jumlah nauplii yang mati dihitung mikroskopik adalah dilakukan pengamatan
dengan mengurangkan jumlah total nauplii di bawah mikroskop.

Analisis Toksisitas
Efek toksik diperoleh dari hasil perkalian rasio dengan 100%, yaitu
pengamatan dengan menghitung % kematian larva yang mati dibagi jumlah larva awal
(mortalitas) larva Artemia salina Leach pada dikali 100% untuk tiap replikasi. Lalu
tiap konsentrasi. Jumlah Artemia salina dibandingkan dengan kontrol dan dilakukan
Leach yang mati dalam tiap vial selama 24 analisis hasil sehingga diperoleh harga LC50.
jam dihitung. Persen kematian diperoleh dari
Jumlah larva mati
% kematian = X 100%
Jumlah larva total awal
Apabila pada kontrol ada yang mati, Abbott (Meyer et al., 1982; Harmita &
persen kematian ditetapkan dengan rumus Radji,2008).

Jumlah larva yang mati pada uji jumlah larva mati pada kontrol
% kematian= X 100%
Jumlah larva uji mula - mula pada larutanuji

Dari persen kematian, dicari probit. Metode analisis probit manual


angka/nilai probit tiap kelompok hewan uji menggunakan tabel probit untuk menaksir
melalui tabel, menentukan log dosis tiap-tiap nilai probit dengan mengkonversi nilai
kelompok kemudian dibuat grafik dengan persen kematian nauplii pada tiap
persamaan garis lurus hubungan antara nilai konsentrasi ke nilai probit dalam tabel
probit vs log konsentrasi, y = bx + a. Dimana dengan mata, lalu regresi dihitung dengan
y : angka probit dan x : log konsentrasi, cara manual menggunakan kalkulator,
kemudian ditarik garis dari harga probit 5 (= kemudian sebagai pembanding nilai LC50
50% kematian) menuju sumbu X, didapatkan dihitung menggunakan program analisis
log konsentrasi. Log konsentrasi probit untuk memperkiraan regresi linear dan
diantilogkan untuk mendapatkan harga LC50 mengkonversi persen respon kematian
atau LC50 dapat juga dihitung dari persamaan keprobit secara otomatis, selanjutnya rata-
garis lurus tersebut dengan memasukkan rata nilai LC50 yang diperoleh melalui
nilai 5 (probit dari 50 % kematian hewan metode manual dan program analisis probit
coba) sebagai y sehingga dihasilkan x dibandingkan apakah berbeda signifikan atau
sebagai nilai log konsentrasi. LC50 dihitung tidak menggunakan uji dua sampel tidak
dan diperoleh dari antilog nilai x tersebut berhubungan/uji t (Independent Samples T
(Priyanto, 2009). Test) program statistik SPSS 16 for windows.
Metode analisis dilakukan dengan
metode manual dan metode program analisis

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan sampel Kelurahan Pulau Pedalaman Mempawah


tanaman ekor kucing (Acalypha hispida Timur Kabupaten Pontianak, Kalimantan
Burm.f.) yang diambil di jalan Adiwijaya Barat. Bagian tumbuhan yang diambil adalah

6
daun. Tanaman yang dipergunakan terlebih antara larutan di dalam dan di luar sel.
dahulu dideterminasi di Herbarium Pengocokan atau pengadukan dilakukan
Bogoriense, Balai Penelitian dan dengan harapan agar keseimbangan
Pengembangan Botani Pusat Penelitian dan konsentrasi bahan ekstraksi lebih cepat
Pengembangan Biologi, LIPI Bogor. Hasil dalam cairan. Keadaan diam selama maserasi
determinasi yang diperoleh menyatakan menyebabkan turunnya perpindahan bahan
bahawa daun ekor kucing yang diuji pada aktif.
penelitian ini adalah Acalypha hispida Setelah melalui proses maserasi
Burm.f. didapat hasil dari maserasi atau maserat yang
Bagian tumbuhan yang digunakan kemudian dilakukan pemekatan/evaporasi
adalah daun. Daun ekor kucing yang dengan rotary evaporator untuk
digunakan dalam penelitian ini adalah dalam menguapkan pelarut dan air yang masih
bentuk simplisia kering karena kadar air tersisa sehingga didapatkan ekstrak kental
yang lebih sedikit memudahkan cairan dengan berat konstan. Ekstrak kering yang
pengekstrak masuk ke dalam sel dan menarik diperoleh sebanyak 100,6208 gram yang
zat aktif yang terkandung secara sempurna. berwarna hijau tua, sehingga diperoleh
Simplisia kering yang berwarna hijau ini rendemen 20,124 % (b/b) dari berat sampel
dihaluskan menggunakan blender sehingga segarnya.
diperoleh serbuk. Pembuatan serbuk dapat Ekstrak daun ekor kucing
mempermudah proses ekstraksi. mengandung senyawa aktif dalam bentuk
Ekstraksi yang digunakan yaitu metabolit sekunder yaitu flavonoid dan
dengan ekstraksi maserasi. Serbuk kasar alkaloid. Kandungan flavonoid dan alkaloid
simplisia kering daun ekor kucing sebanyak ini diuji dengan skrining fitokimia
500 gram diekstraksi dengan teknik maserasi menggunakan reagen dan uji fitokimia
selama 3 hari menggunakan pelarut/penyari dengan KLT. Hasil identifikasi kandungan
etanol teknis dengan total pelarut 5 liter. senyawa aktif berdasarkan uji skrining
Selanjutnya rendaman tersebut disimpan fitokimia dengan reagen dan KLT pada
terlindung dari cahaya langsung untuk ekstrak etanol daun ekor kucing,
mencegah reaksi yang dikatalis cahaya atau menunjukkan adanya senyawa alkaloid dan
perubahan warna. Ekstraksi dilakukan flavonoid.
selama 3 hari sampai diperoleh filtrat Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
berwarna pucat. Setelah waktu tersebut, merupakan uji pendahuluan / praskrining
artinya keseimbangan antara bahan yang aktivitas biologis yang sederhana untuk
diekstraksi pada bagian dalam sel dengan menentukan toksisitas suatu senyawa atau
yang masuk kedalam cairan telah tercapai ekstrak secara akut dengan menggunakan
dan diharapkan dengan diperolehnya filtrat hewan coba larva udang (Artemia salina
yang warnanya pucat senyawa-senyawa nauplii). Uji toksisitas terhadap larva udang
terekstrak secara maksimal. Pada proses Artemia salina Leach dengan metode BSLT
maserasi dilakukan pengadukan berulang ini dapat digunakan sebagai uji
atau sesekali diaduk untuk memaksimalkan pendahuluan/praskrining pada penelitian
penyarian, sehingga permukaan pelarut senyawa-senyawa yang mengarah pada uji
masuk ke seluruh permukaan serbuk aktivitas sitotoksik. Korelasi antara uji
simplisia. Pengadukan diperlukan untuk toksisitas akut ini dengan uji sitotoksik
meratakan konsentrasi larutan di luar serbuk adalah jika mortalitas terhadap Artemia
sampel sehingga tetap terjaga adanya derajat salina Leach yang ditimbulkan memiliki
perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilnya harga LC50 < 1000 g/mL (ppm). Parameter

7
yang ditunjukkan untuk menunjukkan mungkin bisa terjadi kesalahan dan tidak ada
adanya aktivitas biologi pada suatu senyawa data lain yang dapat dipakai.
pada Artemia salina Leach adalah jumlah Larutan uji dibuat dari larutan
kematian larva udang karena pengaruh induk/stok 1% (10.000 ppm) dengan
pemberian senyawa dengan dosis yang telah memipet 50 L 125 L, 250 L, 375 L, dan
ditentukan. Salah satu organisme yang 500 L ekstrak ke dalam botol vial.
sangat sesuai sebagai hewan uji untuk Selanjutnya vial yang berisi larutan uji
mengetahui bioaktivitas senyawa melalui uji dikeringkan sampai semua pelarutnya
toksisitas adalah brine shrimp (udang laut) menguap selama beberapa hari (1 pekan)
dari jenis Artemia salina Leach. Uji ini pada suhu kamar dalam desikator sehingga
menggunakan larva udang laut atau nauplii. tidak berbau pelarut dan dapat ditunjukkan
Beberapa kelebihan dari uji bioaktivitas dengan proses pengeringan menghasilkan
dengan brine shrimp lethallity test (BSLT) penimbangan yang konstan dengan bobot
menggunakan larva udang Artemia salina tetap agar kematian larva tidak dipengaruhi
Leach adalah cepat waktu ujinya, mudah, oleh pelarutnya. Kontrol negatif dibuat
tidak memerlukan peralatan khusus, dengan cara yang sama, yaitu dengan
sederhana (tanpa teknik aseptik), murah membuat larutan yang sama kecuali
(tidak perlu serum hewan), jumlah penambahan ekstrak. Larutan kontrol terdiri
organisme banyak, memenuhi kebutuhan atas 5 mL air laut yang berisi pelarut
validasi statistik dengan sedikit sampel, metanol, DMSO 1 % 50 L, 10 ekor larva
hasilnya representatif dan dapat dipercaya udang laut dan 1 tetes (50 L) larutan ragi ke
(Meyer et al, 1982). dalam vial. Setelah 24 jam, jumlah larva
Larutan ekstrak etanol daun ekor udang yang mati untuk tiap-tiap konsentrasi
kucing dibuat dengan konsentrasi 100 ppm, dihitung dan dicatat.
250 ppm, 500 ppm, 750 ppm, dan 1000 ppm Pelarutan ekstrak dengan air laut
serta sebagai pengontrolnya yaitu 0 ppm sering menimbulkan masalah karena adanya
yaitu hanya pelarutnya tanpa penambahan perbedaan tingkat kepolaran, ekstrak sukar
ekstrak. Larutan kontrol berfungsi untuk larut dengan air laut sehingga digunakan
menghilangkan pengaruh lain diluar ekstrak DMSO untuk membantu melarutkannya.
uji yang dapat menyebabkan kematian DMSO digunakan sebagai surfaktan karena
nauplius. Pada kontrol negatif hanya ekstrak tidak dapat larut dalam air laut.
digunakan pelarut metanol untuk melihat Surfaktan merupakan senyawa yang
pengaruh pelarut terhadap larva udang. memiliki ujung hidrofilik dan hidrofobik
Larva udang tidak ada yang mati disebabkan sehingga dapat melarutkan ekstrak dengan
pelarut metanol telah diuapkan seluruhnya air laut dengan cara menurunkan tegangan
sehingga dalam penelitian ini murni permukaan. Penggunaan DMSO 1 %
pengaruh dari ekstrak tanpa dipengaruhi oleh sebanyak 1 tetes (50 L) berfungsi untuk
pelarut. Sepuluh larva udang Artemia salina membantu kelarutan. Dimetilsulfoksida
Leach digunakan sebagai hewan uji (DMSO) merupakan cairan tak berwarna
toksisitas dalam setiap konsentrasi masing- yang memiliki rumus (CH3)2SO merupakan
masing ekstrak. Perlakuan uji toksisitas ini pelarut yang dapat melarutkan senyawa polar
dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan / maupun non polar.
replikasi (triplo) untuk mendapatkan Pada prosedur uji toksisitas pada
keakuratan data dan data yang didapat baik, penelitian ini digunakan air laut buatan
sehingga dapat dihitung secara statistik dari sebagai media uji. Penggunaan air laut
data yang diperoleh. Jika dilakukan simplo buatan ini untuk mengkondisikan bahwa air

8
laut yang digunakan tidak terkontaminasi mendekati pH yang baik untuk pertumbuhan
atau tercemar karena jika menggunakan air yakni sekitar pH 6-7 menggunakan indikator
laut asli dikhawatirkan terdapat cemaran atau pH.
kontaminasi. Air laut yang digunakan adalah Pada penelitian ini digunakan 300
air laut buatan yang dibuat dengan cara ekor larva uji. Rata-rata kematian larva untuk
melarutkan garam ke dalam air mineral. Air masing-masing kelompok perlakuan
laut buatan dibuat dengan melarutkan 15 diperoleh dengan menghitung total jumlah
gram garam tiap 1 L air. Air yang digunakan kematian setiap kelompok perlakuan
untuk melarutkan garam adalah air mineral sebanyak 3 replikasi dan kemudian
Aqua. Air mineral digunakan karena setelah membaginya dengan jumlah replikasi.
dilakukan pra-pengujian pH air laut buatan

Tabel 1. Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Ekor kucing (Acalypha hispida Burm.f.)
terhadap Kematian Larva Artemia salina Leach

Konsentrasi Jumlah Kematian


Ekstrak Larva Artemia salina pada
Kelompok
Etanol Daun Setiap Replikasi (Ekor)
Perlakuan
Ekor Kucing
RI RII RIII
(ppm)
P1 100 3 3 4
P2 250 4 5 5
P3 500 7 7 6
P4 750 8 9 8
P5 1000 9 9 8
K 0 0 0 0

Metode BSLT dilakukan dengan cara Leach. Pengujian terhadap ekstrak metanol
pemaparan larutan ekstrak senyawa yang daun ekor kucing (Acalypha hsipida Burm.f.)
diuji kepada larva Artemia salina Leach. menunjukkan harga LC50 sebesar 220,005
Dengan kata lain, larutan ekstrak senyawa g/mL atau ppm. Berdasarkan nilai LC50
tersebut harus larut sempurna dalam media yang diperoleh dapat dikatakan ekstrak
hidup larva Artemia salina Leach yaitu air metanol daun ekor kucing (Acalypha hispida
laut buatan, sehingga konsentrasi sampel Burm.f.) pada percobaan ini bersifat toksik
yang diperoleh menggambarkan konsentrasi terhadap Artemia salina Leach sehingga
sampel yang sebenarnya. memiliki potensi toksisitas akut menurut
Suatu senyawa dinyatakan metode BSLT yaitu pada perlakuan dengan
mempunyai potensi toksisitas akut jika hewan coba larva Artemia salina Leach.
mempunyai harga LC50 kurang dari 1000 Penelitian Meyer (1982), melaporkan bahwa
g/mL (ppm). LC50 (Lethal Concentration suatu ekstrak menunjukkan aktivitas
50) merupakan konsentrasi zat yang ketoksikan dalam BSLT jika ekstrak dapat
menyebabkan terjadinya kematian pada 50 % menyebabkan kematian 50% hewan uji pada
hewan percobaan yaitu larva Artemia salina konsentrasi kurang dari 1000 ppm. Nilai

9
LC50 dari ekstrak etanol yang lebih kecil dari setelah dihitung dengan 2 metode
1000 ppm menunjukkan bahwa ekstrak penghitungan.
tersebut mempunyai potensi sitotoksik yang Pada penelitian ini didapatkan bahwa
dapat dikembangkan sebagai sebagai ekstrak etanol daun ekor kucing mempunyai
antikanker. Uji toksisitas terhadap larva potensi toksisitas akut. Hal tersebut berkaitan
udang Artemia salina Leach atau Brine dengan senyawa yang terdapat dalam daun
Shrimp Lethallity Test (BSLT) dapat ekor kucing yaitu alkaloid dan flavonoid,
digunakan sebagai uji pendahuluan pada dimana pada kadar tertentu memiliki potensi
penelitian yang mengarah pada uji sitotoksik toksisitas akut serta dapat menyebabkan
(Meyer et al, 1982). kematian larva Artemia salina Leach.
Selain menentukan nilai LC50 dengan Mekanisme kematian larva diperkirakan
metode manual, sebagai pembanding hasil berhubungan dengan fungsi senyawa
perhitungan maka LC50 juga ditentukan alkaloid dan flavonoid dalam daun ekor
Menggunakan program analisis probit SPSS kucing yang dapat menghambat daya makan
16 for windows. Hasil dari analisis probit larva (antifeedant/pengelak makanan). Cara
dengan menggunakan program probit kerja senyawa-senyawa tersebut adalah
menunjukkan harga LC50 dari ekstrak dengan bertindak sebagai stomach poisoning
metanol daun ekor kucing adalah 222,862 atau racun perut. Oleh karena itu, bila
ppm. Untuk mengetahui hubungan antara senyawa-senyawa ini masuk ke dalam tubuh
nilai LC50 dengan metode manual dan larva, alat pencernaannya akan terganggu.
metode program analisis probit maka Selain itu, senyawa ini menghambat reseptor
dilakukan uji statistik. Uji normalitas dengan perasa pada daerah mulut larva. Hal ini
metode Shapiro-Wilk disimpulkan bahwa mengakibatkan larva gagal mendapatkan
populasi data nilai LC50 metode manual dan stimulus rasa sehingga tidak mampu
nilai LC50 metode program analisis probit mengenali makanannya sehingga larva mati
terdistribusi normal. Setelah uji normalitas kelaparan (Rita, dkk., 2008; Nguyen &
dan uji homogenitas kemudian selanjutnya Widodo, 1999 cit Cahyadi, 2009).
dilakukan pengujian statistik parametrik uji Fase yang digunakan dalam
dua sampel tidak berhubungan / uji t penelitian ini adalah fase nauplius karena
(Independent Samples T Test). Uji t pada saat itu Artemia berada pada fase yang
dilakukan untuk mengetahui ada atau paling aktif membelah secara mitosis yang
tidaknya perbedaan rata-rata antara dua identik dengan sel kanker yang juga
kelompok sampel yang tidak berhubungan membelah secara mitosis. Hal ini
yaitu apakah ada perbedaan nilai LC50 antara menyebabkan uji BSLT ini sering digunakan
metode manual dan program analisis probit. sebagai penelitian pendahuluan dari aktivitas
Dari uji t menunjukkan bahwa tidak ada antikanker. Aktivitas sitotoksik adalah
perbedaan antara rata-rata nilai LC50 metode aktivitas yang dapat menyebabkan kematian
manual dengan rata-rata nilai LC50 metode pada sel (Rang et.al., 2003 cit Kresnamurti,
program analisis probit. Berdasarkan hasil Tanpa tahun). Salah satu mekanisme kerja
perhitungan dengan metode manual dan obat antikanker juga bersifat sitotoksik yaitu
metode program analisis probit menunjukkan dengan cara menghambat pertumbuhan sel
hasil nilai LC50 rata-rata yang tidak berbeda yang akhirnya menyebabkan kematian pada
signifikan yakni 220,005 ppm dengan sel sedangkan mekanisme aktivitas sitotoksik
metode manual dan 222,862 ppm dengan pada Artemia salina belum diketahui secara
program analisis probit, sehingga dapat pasti.
disimpulkan nilai LC50 yang diperoleh benar

10
Daya toksisitas suatu senyawa dapat 2. Ekstrak etanol daun ekor kucing
diketahui dengan menghitung jumlah (Acalypha hsipida Burm.f.) memiliki
kematian larva Artemia salina dengan potensi toksisitas akut terhadap Artemia
parameter lethal concentration 50 (LC50). salina Leach dengan menggunakan
Suatu ekstrak dinyatakan bersifat toksik metode Brine Shrimp Lethality Test
menurut metode BSLT ini jika memiliki (BSLT) karena dihasilkan nilai LC50
LC50 kurang dari 1000 g/mL (Meyer, et al. kurang dari 1.000 ppm.
1982). Hasil uji BSLT menunjukkan bahwa
ekstrak tumbuhan bersifat toksik maka dapat SARAN
dikembangkan ke penelitian lebih lanjut
untuk mengisolasi senyawa sitotoksik 1. Replikasi sebaiknya dilakukan 5 kali
tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat sebagai antisipasi jika terdapat data
alternatif antikanker. Pengujian terhadap pencilan (menyimpang).
ekstrak etanol daun ekor kucing 2. Hasil uji pendahuluan dengan metode
menunjukkan harga LC50 sebesar 220,005 Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
g/mL atau ppm, sehingga dapat dikatakan menunjukkan ekstrak etanol daun ekor
ekstrak etanol daun ekor kucing dalam kucing memiliki potensi toksisitas akut,
penelitian ini memiliki aktivitas sitotoksik sehingga perlu dilakukan pengujian
atau memliki potensi toksisitas terhadap bioaktivitas lebih lanjut terhadap tanaman
Artemia salina Leach menurut metode BSLT ini.
karena memiliki LC50 kurang dari 1000 ppm 3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
dan berkolerasi positif sebagai antikanker. mengenai profil metabolit sekunder yang
Sesuai penelitian terdahulu yang menyatakan berpotensi toksik dengan mengisolasi dan
bahwa apabila suatu ekstrak tanaman bersifat mengidentifikasi senyawa sitotoksik yang
toksik menurut harga LC50 dengan metode terdapat dalam tanaman ekor kucing
BSLT, maka tanaman tersebut dapat sampai menentukan struktur
dikembangkan sebagai obat anti kanker, molekul/senyawa aktif, kemudian
maka daun ekor kucing dapat dilanjutkan dilakukan uji aktivitas antikanker serta
penelitiannya sebagai obat antikanker di dilakukan standarisasi untuk
masa yang akan datang. Kandungan senyawa dikembangkan menjadi fitofarmaka
yang berpotensi dalam ektrak tanaman ini sebagai usaha pengembangan obat
dapat diketahui berdasarkan hasil uji alternatif antikanker.
fitokimia/uji kandungan senyawa ekstrak.
Hasil uji kandungan senyawa ekstrak dengan DAFTAR PUSTAKA
skrining fitokimia atau dengan reagen dan uji
fitokimia dengan KLT menunjukkan pada Adfa, M., 2005, Survey Etnobotani, Studi
ekstrak etanol daun ekor kucing terdapat Senyawa Flavonoid dan Uji Brine
senyawa alkaloid dan flavonoid yang diduga Shrimp Beberapa Tumbuhan Obat
berpotensi sitotoksik namun perlu dilakukan Tradisional Suku Serawai di Propinsi
uji lebih lanjut. Bengkulu, Gradien 1 (1): 43, 45-46.

KESIMPULAN Atmoko, T & A. Maruf, 2009, Uji


Toksisitas dan Skrining Fitokimia
1. LC50 ekstrak etanol daun ekor kucing Ekstrak Tumbuhan Sumber Pakan
(Acalypha hispida Burm.f.) adalah Orangutan Terhadap Larva Artemia
220,005 ppm.

11
salina L. Jurnal Penelitian Hutan dan Rita W.S., dkk., 2008. Isolasi dan
Konservasi Alam VI (1): 39. Identifikasi Senyawa yang Berpotensi
Sebagai Antitumor Pada Daging
Cahyadi, R., 2009, Uji Toksisitas Akut Buah Pare (Momordica charantia
Ekstrak Etanol Buah Pare L.), Jurusan Kimia FMIPA
(Momordica charantia l.) Terhadap Universitas Udayana, Bukit
Larva Artemia salina Leach dengan Jimbaran, Jurnal Kimia Vol. 2.
Metode Brine Shrimp Lethality Test
(BST), [Skripsi], Semarang: Fakultas Setyawati, A., F.D. Suyatna, et al., 2007,
Kedokteran, Universitas Diponegoro. Pengantar Farmakologi: farmakologi
dan terapi, (Edisi V), Dalam
Dalimartha, Setiawan,2000,Atlas Tumbuhan Ganiswara S.G., Setiabudi R.,
Obat Indonesia, Jilid kedua, Trubus Elysabeth, (Editor), Jakarta: Gaya
Agriwidya, Jakarta Baru, hal: 1-24.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia,


2000, Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat, Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan, hal: 1, 9-11, 13-17.

Harmita & M. Radji, 2008, Buku Ajar


Analisis Hayati, (Edisi III, Cetakan
I), Dalam Manurung J., (Editor),
Jakarta: EGC, hal: 42-43, 48, 76-78.

Kresnamurti, A & T. Budiati, Tanpa Tahun.


Perbandingan Uji Sitotoksik CNSL,
Asam Anakardat dan Kardol dengan
Metode Brine Shrimp Lethality Test,
Fakultas Farmasi Universitas
Arilangga Surabaya dan Fakultas
Farmasi Universitas Katolik Widya
Mandala Surabaya.

Meyer, B.N., et al., 1982, Brine Shrimp: A


Convenient General Bioassay for
Active Plant Constituents, Planta
Medica 45: 32-33.

Priyanto, 2009, Toksikologi: mekanisme,


terapi antidotum, dan penilaian
resiko, (Cetakan I), Dalam Sunaryo
H., (Editor), Jakarta: Lembaga Studi
dan Konsultasi Farmakologi, hal:
151-152, 157.

12

Anda mungkin juga menyukai