Anda di halaman 1dari 4

Transistor Sebagai Saklar (Switch)

{0 Comments}

Posted by angga pradana

in Transistor BJT

Bagikan

Karena arus kolektor pada transistor proporsional dan dibatasi oleh arus basis, maka transistor
dapat digunakan sebagai pengontrol arus seperti fungsi saklar. Dengan melewatkan arus yang
kecil pada basis, maka kita bisa mengontrol aliran arus yang lebih besar yaitu arus yang melewati
kolektor-emitor.

Misalkan kita memiliki lampu dan ingin menyalakan dan mematikan lampu tersebut dengan
menggunakan saklar seperti ditunjukkan pada rangkaian sederhana gambar 1a.

Sekarang kita ganti saklar pada rangkaian gambar 1a dengan transistor. Transistor berfungsi
sebagai saklar, yaitu melewatkan dan menahan aliran arus listrik menuju lampu. Ingat bahwa
arus yang dikontrol pada transistor adalah arus yang melewati kolektor-emitor. Karena kita ingin
mengontrol arus listrik yang melewati lampu, maka kita letakkan pin kolektor dan emitor dari
transistor menggantikan kedua terminal saklar. Selain itu kita juga harus memastikan bahwa arus
yang keluar dari sumber tegangan harus searah dengan arah panah dari transistor yang
digunakan. Ingat bahwa arah arus dari transistor npn dan pnp saling berlawanan. Susunan
rangkaian untuk penggunaan transistor npn sebagai saklar ditunjukkan pada gambar 1b,
sedangkan penggunaan pnp ditunjukkan pada gambar 1c.

Gambar 1 (a)
Rangkaian dengan saklar mekanik. (b) saklar mekanik diganti transistor npn. (c) saklar mekanik
diganti dengan transistor pnp

Mana yang harus kita pilih, transistor npn atau pnp? Pilihan itu terserah anda. Yang perlu
diperhatikan adalah arah arus nya harus sesuai dengan panah dari transistor dan pemberian
tegangan bias pada masing-masing sambungan PN nya harus tepat.

Kita bahas tentang penggunaan transistor npn. Kita masih belum bisa menggunakan transistor
sebagai saklar pada rangkaian gambar 1b. Dibutuhkan sedikit modifikasi dan penambahan
resistor pada basis sehingga kita memiliki arus basis seperti ditunjukkan pada gambar 2. Apabila
basis dibiarkan tidak terhubung kemana-mana, maka arus basis sama dengan nol, dan transistor
tidak bisa menyala sehingga lampu akan selalu padam. Ingat, untuk transistor npn, arah arus
pada basis harus diarahkan dari basis menuju ke emitor sesuai arah panah. Mungkin cara yang
paling mudah untuk mempelajari bagaimana transistor dapat mengontrol arus, kita bisa
menambahkan saklar pada bagian basisnya seperti ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 2
Penggunaan transistor sebagai pengontrol lampu. (a) transistor mengalami cutoff, lampu padam.
(b) transistor mengalami saturasi, lampu menyala

Apabila saklar dalam kondisi terbuka seperti ditunjukkan pada gambar 2a, maka tidak akan ada
arus yang mengalir pada basis. Untuk kasus ini, transistor dikatakan berada dalam kondisi cutoff.
Transistor yang mengalami cutoff, memiliki resistansi yang sangat tinggi antara kolektor dan
emitor nya atau bisa dikatakan antara pin kolektor dan emitor mengalami open circuit. Karena
open circuit, maka tidak ada arus yang melewati lampu sehingga lampu padam. Apabila saklar
ditutup seperti pada gambar 2b, maka arus bisa mengalir pada basis. Untuk kasus ini, transistor
mengalami saturasi. Transistor yang mengalami saturasi memiliki resistansi yang sangat rendah
antara kolektor dan emitornya atau bisa dikatakan hampir mendekati short circuit. Pada kondisi
saturasi, arus yang mengalir dari kolektor ke emitor memiliki nilai yang maksimum. Karena arus
bisa mengalir melewati transistor, maka lampu bisa menyala.

Sekarang anda sudah mengetahui bagaimana transistor dapat bekerja sebagai saklar. Tapi
rangkaian pada gambar 2 sepertinya adalah rangkaian yang sia-sia, mengapa? Karena di awal
pembahasan tadi kita ingin memposisikan transistor sebagai pengganti saklar. Namun pada
kenyataannya rangkaian pada gambar 2 masih menggunakan saklar walaupun sudah memakai
transistor. Lalu apa gunanya menggunakan transistor, apakah tidak lebih baik kembali ke
rangkaian awal seperti pada gambar 1a.

Rangkaian pada gambar 2 memang tampak sia-sia, tetapi dari percobaan sederhana tersebut kita
mendapatkan fakta bahwa kita hanya memerlukan arus pengontrol yang nilainya kecil sekali
untuk mengontrol arus yang lebih besar. Ini adalah suatu keuntungan apabila saklar yang kita
gunakan memiliki rating arus yang sangat kecil sedangkan arus yang mengalir pada lampu
memiliki nilai yang jauh lebih besar. Keuntungan lainnya adalah kita bisa mengontrol lampu
menyala dan padam dengan cara yang baru, berbeda, dan unik seperti diilustrasikan pada contoh
rangkaian berikut ini. Perhatikan gambar 3, ada solar cell yang memiliki rating tegangan 1 V
dihubungkan pada basis transistor. Nilai tegangan 1 V ini sudah cukup untuk membuat basis
emitor menjadi bias maju (forward bias) karena hanya memerlukan tegangan 0.7 V. Jadi, begitu
solar cell menerima cahaya, solar cell tersebut akan menghasilkan tegangan dan mengalirkan
arusnya ke basis. Karena ada arus yang melewati basis, maka arus bisa melewati kolektor ke
emitor dan lampu menyala. Sebaliknya, apabila tidak ada cahaya yang mengenai solar cell, maka
tidak akan ada arus pada basis dan lampu akan padam. Dengan kata lain, nyala lampu pada
rangkaian gambar 3 dikontrol oleh cahaya.

Gambar 3 Solar cell sebagai sensor cahaya


untuk mengontrol lampu

Cara unik lainnya adalah mengganti solar cell dengan termokopel (thermocouple) untuk
menghasilkan arus pada basis seperti ditunjukkan pada gambar 4. Apabila termokopel menerima
energi kalor/panas yang cukup, maka akan dihasilkan tegangan yang digunakan untuk menyuplai
arus pada basis. Apabila ada arus pada basis, maka arus bisa lewat dari kolektor ke emitor dan
lampu menyala. Jadi, apabila termokopel mendapatkan energi panas, lampu baru akan menyala.
Tetapi termokopel yang digunakan pada basis tidak cukup satu. Karena sebuah termokopel
hanya bisa menghasilkan tegangan sekitar 10 mV. Untuk bisa membuat on transistor, maka
setidaknya butuh tegangan sekitar 0.7 V antara basis dan emitornya. Untuk mencapai tegangan
0.7 V, dibutuhkan beberapa termokopel yang dirangkai seri.

Gambar 4 Termokopel sebagai sensor


suhu digunakan untuk mengontrol lampu

Cara unik lainnya untuk menyalakan dan memadamkan lampu adalah dengan menggunakan
energi suara yaitu dengan memanfaatkan speaker seperti ditunjukkan pada gambar 5. Apabila
speaker mendapatkan suara yang cukup keras, maka speaker akan mengubah energi
suara/getaran itu menjadi pulsa listrik. Karena pulsa listrik dari suara berupa gelombang AC,
maka kita harus menyearahkan sinyal dari speaker tersebut sehingga menjadi tegangan DC dan
digunakan untuk menyuplai basis. Apabila tidak ada suara, lampu padam. Begitu ada suara yang
cukup berisik, maka lampu akan menyala.
Gambar 5 Mikrofon digunakan
sebagai sensor suara untuk mengontrol lampu. Sinyal dari mikrofon harus disearahkan terlebih
dahulu sebelum digunakan untuk menyuplai tegangan bias pada basis emitornya.

Dari ketiga contoh ilustrasi rangkaian di atas, kita bisa lebih merasakan manfaat dari transistor.
Point penting yang bisa kita simpulkan dari ketiga rangkaian tersebut adalah, kita hanya
memerlukan arus listrik yang sangat kecil untuk mengontrol arus yang lebih besar yaitu arus
yang digunakan untuk meyuplai lampu. Dari contoh tersebut kita bisa melihat bahwa transistor
tidak hanya berfungsi sebagai saklar, tetapi juga berfungsi sebagai penguat arus yaitu dengan
menggunakan sinyal dengan daya yang relatif kecil, kita dapat mengontrol arus dengan daya
yang lebih besar. Perhatikan pada tiga contoh rangkaian pengendali lampu di atas. Sinyal listrik
yang dihasilkan oleh solar cell, termokopel, dan speaker jauh lebih kecil daripada daya yang
digunakan untuk menyuplai lampu.

Anda mungkin juga menyukai