Anda di halaman 1dari 5

.

3 Pendapat Para Ahli tentang Roma 13 :1-7

2.3.1. Martin Luther1[41]

Hubungan Gereja dan Negara menurut Martin Luther

Dalam menjelaskan hubungan antara gereja dan Negara, Luther menggunakan teori atau ajaran

tentang dua kerajaan atau dua pemerintahan. Luther menarik suatu perbedaan antara

pemerintahan spiritual yang berasal dari Allah yang diberlakukan melalui firman Allah dan

tuntunan Roh Kudus, dan pemerintahan duniawi Allah diberlakukan melalui raja-raja,

pengeran-pangeran dan hakim-hakim dengan mempergunakan pedang dan hukum Negara.

Luther juga menekankan perbedaan antara konsepsi manusia dan konsepsi Ilahi tentang

kebenaran atau keadilan, suatu tema yang merupakan karakteristik dari teologi salib.2[42]

Luther mengatakan bahwa Allah memberi kepada gereja kuasa untuk mengurusi

kehidupan rohani dari umat yang sudah berada dalam lingkungan kerajaan Allah, sedangkan

kepada negara, Allah memberikan kuasa mengurusi kehidupan duniawi untuk menertibkan

orang-orang jahat, sekaligus menolong gereja mengupayakan orang-orang yang belum Kristen

itu bisa masuk ke dalam naungan kerajaan Allah. Dengan alasan itu pula maka Luther setuju bila

orang Kristen duduk dalam pemerintahan. Ia menerima pandangan Augustinus yang mengatakan

bahwa pemerintahan Kristen harus memerintah dengan akal, kasih dan kehendak baik.

Pemerintah atau pangeran-pangeran itu harus tetap melaksanakan tugas ilahi (Luther mengacu

pada Roma 13:1-7, I Petrus 2:13-14).3[43]

Dalam menanggapi Roma 13, Luther melihat bahwa percakapan tentang aspek

eskatologis di dalam teks menunjuk kepada pemakaian kata evxousi,a dalam ayat 1(2 kali),

3
ayat 2 (1 kali), dan ayat 3 (1 kali). Menurutnya kata itu bisa diterjemahkan ke dalam kuasa

malaikat. Implikasinya ditarik dari kepatuhan kepada otoritas politis dalam kerangka kekuasaan

ilahi yang terwujud di dalam diri para penguasa politis. Namun banyak penafsir yang menolak

pandangan itu, bahwa ide dalam Roma 13:1-7 tidak menyangkut malaikat melainkan semata-

mata soal nasehat umum tentang kesetiaan kepada pemerintah.4[44]

Kalimat setiap orang harus takluk kepada pemerintah yang ada di atasnya menguatkan

pandangan Luther, bahwa kalimat itu menghunjuk kepada pemahaman bahwa hal takluk kepada

pemerintah adalah mutlak. Demikianlah kehendak Tuhan terhadap semua orang, yang Kristen

maupun yang bukan Kristen agar jemaat tidak condong kepada kekacaubalauan dan menjadi

anarkis.5[45]

2.3.2. Irenaeus6[46]

Dalam upaya melawan tafsiran Gnostik yang memandang pemerintah sebagai wakil kekuasaan

malaikat. Menurutnya, 1 Petrus 2:13-17 adalah tafsiran atas Roma 13, walaupun itu masih bisa

dipersoalkan. Bagaimanapun sudah ada jaminan bahwa tema politis ini ada di dalam tradisi

berdasarkan pemakaiannya pada daftar nasehat dalam 1 Petrus 2 itu. Tidak bisa diabaikan bahwa

pemakaian kata u,pacouein (= patuh), biasanya menunjukkan kepatuhan yang bebas,

sementara kata u`potasse,sqw (tunduk atau patuh) yang dipergunakan Paulus dalam Roma

13:1 menekankan dengan lebih kuat kenyataan bahwa perintah ilahi memerintah dunia yang

didirikan oleh Allah dan dengan demikian menghasilkan struktur super and sub-ordination untuk

menghindari kekacauan masyarakat. Memang kata ini dapat juga dipergunakan untuk melawan

6
kecenderungan emansipasi budak dan wanita Kristen untuk kesetaraan. Bagi rasul Paulus,

kepatuhan kepada Allah didemonstrasikan di dalam bentuk duniawi dengan tidak meninggalkan

keadaan subordinasi, tetapi di dalam bentuk kerendahan hati sebagai tanda kehidupan orang

Kristen.7[47]

2.3.3. Ernst Kaseman8[48]

Ksemann mulai memperhatikan ajaran Yahudi secara lebih bersungguh-sungguh dibandingkan

dengan kebanyakan rekan-rekan semasanya, dan menganggapnya sebagai bacaan yang sangat

penting tentang Paulus dan Dia bahkan terkenal karena menggambarkan apokaliptisisme sebagai

induk teologi Kristen. Tafsiran Ksemann tentang Surat Roma dari Paulus, yang pertama kali

diterbitkan pada 1973, menjadi sebuah karya standar untuk generasi itu.9[49]

Dia menunjuk pada tiadanya motivasi kristologis di dalam teks, lagi pula jika ini

merupakan kutipan (dari ucapan Yesus), maka Paulus cukup mengatakannya Dan mengulangi

kata apodidwnai, kata yang biasanya dipakai untuk membayar pajak. Memang hubungan dan

kesinambungan antara perikop di depan, Roma 12:1ff. dan Roma 13:8ff. tidak ada. Jadi apa yang

ditampilkan dalam Roma 13:1-7 adalah bentuk kasih yang istimewa dan khusus. Kata

evxousi,a tetagmenai (tetagmenai, berasal dari tassw, artinya mengangkat dan

menetapkan; lih. Roma 13:1) menunjuk pada pejabat-pejabat tinggi Romawi. Ketika pejabat

kekaisaran mengeluarkan perintah-perintah, tugas yang diberikan Allah, sehingga menjadi

diatage ilahi, (diatagh, = ketetapan, Roma 13:2). Artinya ini bukan sesuatu yang abstrak.

Hubungan masyarakat dengan ketentuan itu dilukiskan dengan kesetiaan, kepatuhan dan dalam

9
hubungannya dengan menguasai dan kewajiban. Kata kalos (ayat 4) bukan ungkapan yang

menyatakan kualitas moral melainkan menunjuk pada tindakan politis yang baik untuk

mengingatkan masyarakat akan tugasnya dan membayar pajak tanpa keberatan. Bukti kuat dari

paham demikian hanya akan muncul dari keyakinan bahwa teks ini sifatnya hortatoris

(mengingatkan, peringatan dengan memberikan dukungan) dan bahwa tekanan bukan pada aspek

teologis dan metafisis tetapi pada nasehat agar masyarakat memahami dirinya sebagai bawahan

dari mereka yang mempunyai otoritas.10[50]

2.3.4. Hasan Sutanto11[51]

Sutanto mempergunakan kata setiap jiwa untuk tiap-tiap orang dari terjemahan LAI, atau

every soul (King James Version) dan Pasa Yuch dalam bahasa Yunani. Kata jiwa disini lebih

menekankan totalitas manusia yang harus tunduk kepada pemerintah. Harus tunduk dipahami

sebagai kesetiaan dan kemauan menuruti pemerintah yang kuasanya berasal dari Allah. Kata

hamba Allah, diakonoj, menunjukkan bahwa pemerintahan adalah suruhan Allah.12[52]

Tidak dapat disangkal bahwa agama Kaisar adalah agama yang ketika itu secara politis

didukung sangat luas. Namun demikian, pemikiran Paulus lebih banyak dilatarbelakangi oleh

Yudaisme dan secara lebih khusus oleh sinagoge diaspora. Ungkapan-ungkapan yang

menekankan kesetiaan kepada raja adalah tradisi yang terdapat di sepanjang sejarah. Paulus di

sini menghargai dan mengambilalih tradisi-tradisi itu. Ungkapan Perjanjian Baru, Pasa Yuch,

semua jiwa, mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang luput dari kuasa yang ada di

atasnya. Teks itu kemudian diubah menjadi teks pengakuan rasuli bagi semua bangsa dan zaman,

artinya, nasehat itu diubah menjadi proklamasi Taurat bagi seluruh dunia dan rasul Paulus

10

11

12
menjadi Musa baru yang membawa Taurat Perjanjian Lama ke dalam universalitas, bahwa oleh

kehendak Allah, dunia telah jatuh menjadi menifestasi dan alat keteraturan yang dicipta Allah

dan bahwa dalam hal ini Pencipta mendemonstrasikan campur tangan-Nya.13[53]

13

Anda mungkin juga menyukai