Pada 1 Juli 2013, Bank Indonesia memiliki Departemen Komunikasi
(DKom), hasil transformasi dari Departemen Pengembangan Strategis dan Hubungan Masyarakat (PSHM). DKom menjadi pusat komunikasi bagi masyarakat, dalam menjelaskan tujuan tunggal Bank Indonesia "Mencapai dan Memelihara Kestabilan Nilai Tukar Rupiah" yang selalu membuat orang segan mencari tahu lebih dalam. Di DKom inilah informasi mengenai tujuan tunggal Bank Indonesia dapat terjabarkan, secara pasif, aktif, bahkan interaktif. Yang cukup signifikan adalah perubahan kreasi berkomunikasi Bank Indonesia. Yang tadinya hanya aktif-pasif, dimana komunikasi kepada pihak eksternal (masyarakat umum dan pemangku kepentingan) dilakukan dengan pemaparan informasi tertulis dan tatap muka saja, kini sudah aktif interaktif. Bank Indonesia tampaknya menyadari betul, ada desakan dari luar, bahwa harus ada sikap tersendiri dalam mengembangkan cara berkomunikasi. Bila tidak bersikap, maka kemungkinan besar akan tergerus, dan lebih parah lagi, setiap orang yang berada di Bank Indonesia akan menjadi korban massal. Kok sepertinya perihal bersikap ini menjadi masalah besar bila tidak dilakukan tindakan? Tentu saja. Perkembangan dunia informasi mewajibkan siapa saja meningkatkan cara berkomunikasinya. Jika tidak, maka bersiaplah menjadi anomali di tengah kehidupan yang sudah sangat futuristik ini. Dalam hal ini, Bank Indonesia telah memiliki BICARA 131 atau contact center Bank Indonesia di nomor telfon 131. Ini merupakan komunikasi terbuka Bank Indonesia dengan masyarakat dan stakeholder(pemangku kepentingan)-nya. Bank Indonesia juga mengambil bagian dalam komunikasi media sosial, dengan Twitter, Facebook, YouTube, Flickr, dan Instagram. Dan jangan heran bila datang ke DKom akan menemui sekumpulan orang yang dilengkapi dengan alat pendukung dokumentasi canggih. Merekalah Tim Content Creator Bank Indonesia yang mendukung komunikasi modern. Melalui sosmed, terciptalah arus komunikasi multi-arah, yakni dari Bank Indonesia untuk masyarakat dan sebaliknya, serta dari BI untuk BI. Kebijakan Bank Indonesia bisa ditanggapi oleh masyarakat dan oleh pegawainya sendiri. Salah satunya mengenai isu palu arit di uang Rupiah, bahkan tentang isu SARA yang berhembus seputar gambar pahlawan di gambar uang Bank Indonesia. Hanya dengan me-mention BI, maka admin sosmed akan melayani pertanyaan atau tanggapan masyarakat umum tentang Bank Indonesia. Perubahan paradigma berkomunikasi ini, selain menguntungkan bagi Bank Indonesia, juga menguntungkan bagi masyarakat. Bagi Bank Indonesia, jelas bahwa paradigma aktif-interaktif ini sangat membantu menunjang upaya komunikasi kebijakan BI ke masyarakat, sekaligus mendapat masukan bahkan visi dan misi dari masyarakat. Sedangkan di sisi masyarakat, paradigma ini menjadi stimulasi untuk mandiri.