Anda di halaman 1dari 3

Kota Palembang, Kotanya Wong Kito Galo

kota palembang

Kota Palembang adalah kotanya bagi wong kito galo. Kenapa disebut kota wong kito galo?
Masyarakat Palembang lebih suka menyebut dirinya sendiri sebagai Wong Kito Galo. Wong kito
galo berarti orang kita semua.

Masyarakat Palembang sangat peduli atas keberadaan semua orang, baik masyarakat Palembang
itu sendiri maupun masyarakat di luar Palembang. Sebutan wong kito galo lebih mengisyaratkan
rasa kebersamaan, kekeluargaan dan keharmonisan bagi semua orang.

Hal ini terbukti dari percampuran berbagai budaya di kota Palembang.

Kebudayaan kota Palembang diawali dengan hadirnya Kerajaan Sriwijaya. Kota Palembang
menjadi pusat penyebaraan agama Buddha di Asia Tenggara. Sriwijaya ikut berperan dalam
menyebarkan bahasa Melayu di seluruh Indonesia.

Setelah itu muncullah Kesultanan Palembang Darussalam dan mulai menyebarkan agama Islam
di Nusantara. Kesultanan ini didirikan oleh orang dari Kesultanan Demak yang berada di Jawa
Tengah. Dari sinilah terjadi percampuran antara kebudayaan melayu dan jawa di kota
Palembang.

Kota Palembang berada pada jalur yang strategis untuk perdagangan. Seorang Laksamana
bernama Cheng Ho dari Cina datang ke Palembang dengan misi untuk berdagang dan sekaligus
menyebarkan agama Islam. Ia sudah sebanyak tiga kali datang ke kota Palembang. Ia menganut
agam Islam. Ia cukup mudah di terima di kota ini karena menganut agama Islam.

Barulah pada tahun 2005 Masjid Cheng Ho dibangun dan dapat digunakan masyarakat pada
tahun 2008. Bukan hanya umat Islam saja yang dapat berkunjung ke Masjid ini tetapi terbuka
untuk umum sebagai tempat wisata. Dari segi arsitektur, masjid ini menggabungkan unsur
kebudayaan Islam dan Cina.

Penduduk asli kota Palembang adalah etnis Melayu dan menggunanan bahasa Melayu.
Pendatang dari luar kota Palembang kadang menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa
sehari-hari.

Selain penduduk asli juga ada dari etnis Jawa, Minangkabau, Bugis, Banjar dan Madura.
Penduduk dari Etnis Tionghoa juga banyak menetap di Palembang. Agama yang paling banyak
dianut di kota Palembang adalah agama Islam. Namun juga terdapat agama Katolik, Protestan,
Hindhu, Buddha dan Konghucu. Walaupun berbeda-beda masyarakat di Kota Palembang tetap
hidup dengan rukun dan damai.

Kota Palembang mempunyai kerajinan kain songket. Kain songket ini menggabungkan antara
kebudayaan Palembang dan Cina. Kain songket berwarna merah dan emas yang melambangkan
zaman keemasan dan pengaruh Cina di masa lampau. Benang emas didatangkan langsung dari
negara Cina, Thailand dan Jepang.

Sekarang selain kain songket, kota Palembang sedang mengembangkan batik Palembang. Batik
ini menggabungkan perpaduan antara kebudayaan Palembang dan Jawa.

Makanan khas di kota Palembang menghadirkan cita rasa oriental. Di kota Palembang terdapat
komuitas etnis Tionghoa yang besar. Para perantau etnis Tionghoa banyak mengolah makanan
yang menjadi makanan khas di kota Palembang. Pempek, tekwan, model, laksan, mie delor,
celimpungan adalah contoh dari makanan khas di kota Palembang.

Kota Palembang dengan keanekaragaman budaya disertai kerukunan masyarakatnya sangat


tepat apabila disebut kotanya wong kito galo. Masyarakat di Kota Palembang merasa bahwa
mereka adalah satu saudara. Saudara bagi mereka tidak hanya orang Palembang saja tetapi
orang lain juga.

Masyarakat di sini sangat menghargai keanekaragaman budaya dan tidak mementingkan rasa
individualisme. Suasana kota Palembang yang akrab membuat masyarakat menjadi merasa
nyaman dan damai tinggal di kota ini. Bagi yang belum berkunjung ke kota Palembang cobalah
berkunjung dan merasakan suasana keakraban di kota ini.

Anda mungkin juga menyukai