Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

Kota Cirebon, yang terletak di provinsi Jawa Barat, Indonesia, dikenal luas sebagai
kota pelabuhan yang kaya akan sejarah dan budaya. Salah satu aspek budaya yang paling
menonjol adalah kuliner khas Cirebon, yang merupakan cerminan dari akulturasi budaya yang
telah berlangsung selama berabad-abad. Dari nasi jamblang hingga mie koclok, setiap hidangan
memiliki cerita uniknya sendiri, mencerminkan pengaruh budaya Jawa, Sunda, Arab, India,
dan Cina.
Makalah ini bertujuan untuk mengeksplorasi sejarah kuliner di Kabupaten Cirebon,
dengan fokus pada bagaimana berbagai budaya telah mempengaruhi perkembangan kuliner di
kota ini. Kami akan membahas asal-usul beberapa hidangan khas Cirebon, serta bagaimana
mereka telah berkembang dan beradaptasi seiring berjalannya waktu.
Dengan memahami sejarah kuliner Cirebon, kita dapat lebih menghargai kekayaan
dan keragaman budaya kota ini, serta pentingnya makanan dalam membentuk identitas dan
warisan budaya suatu komunitas.
PEMBAHASAN

Kota Cirebon sarat akan nilai sejarahnya. Warisan budaya dan bangunan zaman dahulu,
masih terawat dengan baik hingga sekarang. Hal ini juga berlaku untuk kulinernya. Makanan
khas Cirebon banyak dipengaruhi dari berbagai unsur budaya dari Jawa, Sunda, Arab, India,
dan Cina. Akulturasi menjadi hal lumrah di kota wali ini. Sebab, sejak berdirinya Kesultanan
Cirebon wilayah ini sudah menjadi kota dagang di pesisir Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa.

Pelabuhan Cirebon, seperti dikutip dari buku Praktik Ekonomi dan Keuangan Syariah
oleh Kerajaan Islam di Indonesia, sudah disinggahi oleh banyak saudagar kaya raya asal Arab,
Gujarat, Cina, dan India sejak abad IX. Ketika itu Cirebon menjadi jalur perdagangan yang
strategis. Perdagangan Cirebon mengalami peningkatan pesat dan masuk dalam masa
keemasannya ketika dipimpin Sunan Gunung Jati. Cirebon seketika menjelma jadi kota
dagang. Peran ini didukung dengan keberadaan Pelabuhan Muara Jati.

Bercampurnya sejumlah budaya membuat Cirebon memiliki keragaman yang unik.


Masyarakatnya sangat menjaga toleransi anatar umat beragama. Mereka menghormati segala
perbedaan yang ada. Bahkan dalam beberapa literatur, ada yang menyebut jika Cirebon adalah
miniaturnya Indonesia dalam hal toleransi.
Nilai historis pun sangat terasa dalam beberapa makanan khas Cirebon. Selain rasanya nikmat,
bisa dibilang setiap kulinernya punya nilai filosofis dan cerita sejarahnya sendiri. Mitos-
mitosnya juga tergolong unik. Contohnya seperti sejarah makanan docang. Makanan khas
Cirebon yang satu ini awalnya tercipta untuk membunuh Wali Songo (tokoh penyebar agama
Islam di Jawa).

Mengutip dari buku Makanan Tradisional Indonesia Seri 3 yang diterbitkan UGM
Press, docang tergolong makan sehat dan rendah lemak hewani. Docang dibuat dari sayuran
taoge, daun singkong, dage (tempe gembus), ketupat, dan sebagainya. Zaman dahulu, konon
sayuran itu adalah bahan sisa dari makanan Sultan.

Lebih rincinya saat zaman Kesultanan Cirebon masih berdiri. Saat itu salah satu
pangeran bernama Pangeran Rengganis memiliki niat buruk untuk meracuni para wali. Ia
dengan sengaja membuat sajian dari makanan sisa sultan yang tidak habis. Kemudian ia
mencampurkan racun di dalamnya. Selanjutnya, docang diantar ke Masjid Agung Sang Cipta
Rasa. Tempat berkumpulnya para wali kala itu.

Niat hati ingin meracuni, ternyata docang yang dibuat oleh Pangeran Rengganis justru
disukai para wali. Cerita itu kemudian menyebar luas ke seluruh pelosok Cirebon, dan
membuat docang jadi populer. Pangeran Rengganis juga secara tidak langsung menjadi orang
pertama yang membuat docang.

Cerita di atas hanya sedikit dari beragam sejarah yang mengiringi lahirnya kuliner atau
makanan khas Cirebon.

Kuliner di Cirebon didominasi oleh makanan dengan cita rasa gurih, asam, manis, dan
agak sedikit pedas. Selain itu makanan ini rata-rata disajikan dalam bentuk kuah, olahan
daging, direbus, digoreng, dipanggang, dan sebagainya. Uniknya meski dikenal sebagai daerah
pesisir di Pantura, ternyata Cirebon ini minim sekali kuliner dari olahan hasil laut.

Kendati demikian, dari penjelasan di atas bisa ditarik satu kesimpulan kecil. Nilai-nilai
dari ajaran agama Islam juga ikut mempengaruhi perkembangan makanan khas Cirebon, mulai
dari zaman dulu hingga sekarang. Seperti pada cerita docang sebelumnya

KESIMPULAN

Kota Cirebon, yang terletak di provinsi Jawa Barat, memiliki sejarah kuliner yang kaya
dan beragam. Makanan khas Cirebon banyak dipengaruhi oleh berbagai unsur budaya dari
Jawa, Sunda, Arab, India, dan Cina. Akulturasi budaya ini menjadi hal lumrah di kota ini, yang
sejak berdirinya Kesultanan Cirebon telah menjadi kota dagang di pesisir Pantai Utara Pulau
Jawa.
Pelabuhan Cirebon telah disinggahi oleh banyak saudagar kaya raya asal Arab, Gujarat,
Cina, dan India sejak abad IX. Perdagangan Cirebon mengalami peningkatan pesat dan masuk
dalam masa keemasannya ketika dipimpin Sunan Gunung Jati. Bercampurnya sejumlah
budaya membuat Cirebon memiliki keragaman yang unik.
Beberapa makanan khas Cirebon yang populer dan lezat antara lain nasi jamblang,
empal gentong, tahu gejrot, dan lain sebagainya. Secara umum, sejarah kuliner di Cirebon sarat
dengan nilai sejarah dan budaya, dan setiap kulinernya punya nilai filosofis dan cerita
sejarahnya sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

13 Makanan dan Jajanan Kekinian di Cirebon, Lengkap dengan Sejarahnya - Daerah Katadata.co.id

Asal-usul Nasi Jamblang, Kuliner Khas Asal Cirebon (detik.com)

18 Kuliner Cirebon yang Paling Terkenal, Enak dan Bikin Ketagihan - Hot Liputan6.com

41 Minuman dan Makanan Khas Cirebon yang Enak dan Lezat (selasar.com)

Sejarah Desa Jamblang, Tempat Lahirnya Makanan Khas Cirebon (detik.com)

Anda mungkin juga menyukai