Suharjo
Manajemen Industri
MMT-ITS Surabaya
LATAR BELAKANG
Data Pelanggan Selular Nasional (Dec 2010)
Total: 234 jt
Telkomsel: 94 jt (40%)
Jawa Timur
Telkomsel: 9jt
Manfaat Penelitian
Penelitian dilakukan terbatas pada proyek pembangunan menara BTS baru yang dibangun
sendiri oleh Telkomsel
Penelitian dilakukan pada proyek pembangunan menara BTS baru dilihat dari sisi Telkomsel
sebagai owner
Penelitian mengambil data implementasi 2010
Perhitungan cost-benefit dilakukan pada saat akuisisi lahan
Analisa risiko dilakukan pada tahap implementasi proyek pembangunan BTS
Evaluasi dilakukan di akhir tahun setelah proses pembangunan
Asumsi
Budget untuk pembangunan menara BTS mencukupi sesuai plan yang ditentukan
SISTEMATIKA PENULISAN
Latar Belakang
BAB I Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
PENDAHULUAN Ruang Lingkup Penelitian (batasan dan asumsi)
Sistematika Pelaporan
BAB V Kesimpulan
KESIMPULAN DAN SARAN Saran
MANAJEMEN PROYEK
Serangkaian aktifitas dan tugas-tugas yang memiliki tujuan spesifik untuk diselesaikan
dengan spesifikasi tertentu, memiliki waktu mulai dan waktu pemyelesaian yang
Definisi sudah ditentukan, memiliki jumlah dana tertentu, membutuhkan sumberdaya
manusia dan sumber daya lainya (material, peralatan, dan lain-lain)
Proyek
Siklus Proyek
MANAJEMEN PROYEK (2)
Interaksi Antar
Proses dalam Suatu
Proyek
Hasil Perhitungan
Durasi Pelaksanaan
Proyek
4
(5) (6)
1 2 5 6
(2) (3)
(3) (4)
3
STUDI KELAYAKAN PROYEK
Studi kelayakan dari aspek financial:
RISK
MANAGEMENT
PLANNING
RISK
IDENTIFICATION
PROSES MANAJEMEN RISIKO (2)
QUALITATIVE
RISK ANALYSIS
QUANTITATIVE
RISK ANALYSIS
PROSES MANAJEMEN RISIKO (3)
RISK
RESPONSES
PLANNING
RISK
MONITORING
AND
CONTROL
HOUSE OF RISK (HOR)
Definisi
Metode untuk memanage risiko secara proaktif, dimana risk agent yang
teridentifikasi sebagai penyebab risk event dapat dikelola dengan cara
memberikan urutan berdasarkan besarnya dampak yang mungkin dapat
ditimbulkan.
Berdasarkan urutan tersebut dapat ditentukan langkah proaktif yang efektif untuk
dapat mengurangi kemungkinan terjadinya risiko
Model HOR
HOR1
Untuk menentukan prioritas risk agent sebagai penyebab terjadinya risiko
guna pengambilan langkah pencegahan
HOR2
untuk memberikan prioritas langkah proaktif yang efektif mengurangi
terjadinya risiko didasarkan kemampuan keuangan dan resources lainya
LANGKAH-LANGKAH DALAM HOR1
Mengidentifikasi terjadinya risiko (risk event, Ej) dan menilai tingkat keparahannya
(severity, Sj)
Mengidentifikasi risk agent (Aj) dan menilai tingkat keseringan (Oj) untuk
kemungkinan terjadi
Memberikan nilai korelasi (Rij) antara risk event dan risk agent dengan 0,1,3,9 (no,
low, moderate, high)
Menghitung aggregate risk potential (ARPj) ditentukan oleh kemungkinan
terjadinya risk agent dan agregat dampak dari risk event yang ditimbulkan
ARPj = O j S i Rij
Membuat prioritas risk agent berdasarkan potensi risiko agregat
TABEL HOR1
Risk Agent (Aj)
Business Risk Event Severity
Process (Ei) A1 A2 A3 A4 A5 of Risk
E1 R11 R12 R13 S1
E2 R21 R22 S2
E3 R31 S3
E4 R41 S4
E5 S5
E6 S6
E7 S7
E8 S8
E9 Rij S9
Occurrence of Agent j O1 O2 O3 O4 O5
Aggregate Risk ARP1 ARP2 ARP3 ARP4 ARP5
Priority Rank of
LANGKAH-LANGKAH DALAM HOR2
Menentukan beberapa risk agent dengan rangking teratas untuk dijadikan penyebab risiko
yang akan diprioritaskan ditangani
Mengidentifikasi langkah proactive action (PAk) yang relevan untuk mencegah risk agent
Menentukan tingkat hubungan antara masing-masing PA dan risk agent (Ejk) dengan nilai
0,1,3,9 (no, low, moderate, high)
Menghitung total efektifitas masing-masing proactive action
TE k = ARPj E jk
Risk
Event
PENGELOLAAN RISIKO PROYEK
Dari hasil
brainstorming, dan
pembagian kuesioner
diperoleh hasil
indentifikasi risiko
sebagai berikut:
Risk
Agent
HOUSE OF RISK
Langkah-langkah dalam House of Risk:
HOR1
HOR2
HOUSE OF RISK
Pengolahan hasil identifikasi risiko dengan menggunakan Metode House of Risk.
TE k
ARPj = O j S i Rij TE k = ARPj E jk ETDk =
Dk
*) Si: Severity of Risk Event; Oj: Occurance of Risk Agent; Rij: Relationship Risk Event & Risk Agent; Ejk: Correlation Risk Agent
& Proactive Agent; Dk: Difficulty Level; ARP: Aggregate Risk Pontential; TE : Total Effectiveness of Proactive Action; ETD:
Effectiveness to Difficulty Ratio of Proactive Action
LANGKAH-LANGKAH DALAM HOR1
Mengidentifikasi terjadinya risiko (risk event, Ej) dan menilai tingkat keparahannya
(severity, Sj)
Mengidentifikasi risk agent (Aj) dan menilai tingkat keseringan (Oj) untuk
kemungkinan terjadi
Memberikan nilai korelasi (Rij) antara risk event dan risk agent dengan 0,1,3,9 (no,
low, moderate, high)
Menghitung aggregate risk potential (ARPj) ditentukan oleh kemungkinan
terjadinya risk agent dan agregat dampak dari risk event yang ditimbulkan
ARPj = O j S i Rij
Membuat prioritas risk agent berdasarkan potensi risiko agregat
TABEL HOR1
Risk Agent (Aj)
Business Risk Event Severity
Process (Ei) A1 A2 A3 A4 A5 of Risk
E1 R11 R12 R13 S1
E2 R21 R22 S2
E3 R31 S3
E4 R41 S4
E5 S5
E6 S6
E7 S7
E8 S8
E9 Rij S9
Occurrence of Agent j O1 O2 O3 O4 O5
Aggregate Risk ARP1 ARP2 ARP3 ARP4 ARP5
Priority Rank of
HOUSE OF RISK 1
Diagram Pareto ARP dari Risk
Agent
100
90
2000
80
70
1500
60
50 ARPj
1000 Cum. ARPj
40
30
500 20
10
0 0
A8 A2 A1 A9 A11 A7 A6 A21 A4 A23 A14 A12 A18 A13 A22 A5 A17 A16 A10 A15 A24 A3 A20 A19
Urutan Risk Agent
Dalam gambar Diagram Pareto menunjukkan 8 risk agent memberikan kontribusi
total ARP sebesar 1893 atau 80% dari total ARP 2363. Dalam hal ini penanganan risiko
untuk 8 risk agent tersebut harus mendapatkan perhatian utama untuk menjadi
perhatian.
Adapun urutan kedelapan risk agent tersebut masing-masing adalah sebagai berikut:
1. Warga menolak rencana pembangunan menara (A8) ARP = 2363
2. Kualifikasi pelaksana SIS kurang baik(A2) ARP = 2168
3. Keterlambatan penerbitan PO SIS (A1) ARP = 1704
4. Warga meminta tali asih yang mahal (A9) ARP = 922
5. Belum ada aturan yang jelas perihal menara bersama dan
pemerintah setempat tidak bersedia menerbitkan
IMB menara BTS baru (A11) ARP = 687
6. Pemilik menginginkan harga sewa yang tinggi (A7) ARP = 557
7. Legalitas dan kelengkapan kepemilikan tanah/bangunan
tidak dapat disediakan (A6) ARP = 347
8. Rekomendasi PLN untuk penambahan atau manajemen trafo (A21) ARP = 222
HOUSE OF RISK
Langkah-langkah dalam House of Risk:
HOR1
HOR2
LANGKAH-LANGKAH DALAM HOR2
Menentukan beberapa risk agent dengan rangking teratas untuk dijadikan penyebab risiko
yang akan diprioritaskan ditangani
Mengidentifikasi langkah proactive action (PAk) yang relevan untuk mencegah risk agent
Menentukan tingkat hubungan antara masing-masing PA dan risk agent (Ejk) dengan nilai
0,1,3,9 (no, low, moderate, high)
Menghitung total efektifitas masing-masing proactive action
TE k = ARPj E jk
Menilai tingkat kesulitan (Dk) dalam melaksanakan PA dengan nilai 1-5, dimana nilai 1
menunjukan tingkat kemudahan dalam pelaksanaan PA.
Menghitung rasio total efektifitas dengan tingkat kesulitan
TE k
ETDk =
Dk
Memberikan ranking prioritas pada proactive action yang paling efektif mengurangi
terjadinya risiko sesuai kemampuan perusahaan
TABEL HOR2
Proactive Action (PAk)
To be treated risk Aggregate Risk
agent (Aj) PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 Potentials (ARPj)
A1 E11 E12 E13 ARP1
A2 E21 E22 ARP2
A3 E31 ARP3
A4 E41 ARP4
A5 ARP5
A6 ARP6
A7 ARP7
A8 ARP8
A9 Ejk ARP9
Total effectiveness of
action k TE1 TE2 TE3 TE4 TE5
Degree of difficulty
performing action k D1 D2 D3 D4 D5
Effectiveness to
difficulty ratio ETD1 ETD2 ETD3 ETD4 ETD5
Rank of priority R1 R2 R3 R4 R5
HOUSE OF RISK 2
Urutan Proactive Action
Dari hasil perhitungan pada Tabel House of Risk 2 didapatkan peringkat proactive
action (PA) dengan nilai efektifitas tertinggi untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
risiko pada proyek pembangunan menara BTS.
Urutan peringkat proactive action berdasarkan nilai ETDk besar adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan terhadap masyarakat, aparat, dan tokoh setempat untuk memberikan
pengertian pentingnya sarana telekomunikasi yang akan dibangun (PA8) dengan nilai
ETDk = 6370
2. Radius pencarian site yang diperluas dari central point (PA7) dengan nilai ETDk = 6104
3. Pesyaratan kebutuhan ideal terhadap new site dari Operasional yang lebih fleksible (PA6)
dengan nilai ETDk = 5809
4. Perhatian Top Management untuk mendukung seluruh aktifitas proyek (PA1) dengan
nilai ETDk = 5664
5. Penyediaan anggaran perijinan proyek yang lebih besar (PA10) dengan nilai ETDk = 5104
6. Pemilihan sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan (PA2) dengan nilai
ETDk = 4345
PENGOLAHAN DATA IMPLEMENTASI
PROYEK
Durasi Pelaksanaan Proyek
Dari perhitungan durasi rata-rata tiap aktifitas proyek dalam bisnis proses
diperoleh durasi total pelaksanaan pembangunan menara BTS baru adalah 408
hari.
Hal ini berarti awal implementasi harus memulai pekerjaanya 408 hari sebelum
sebuah site dibutuhkan untuk on air di suatu tempat.
PENGOLAHAN DATA IMPLEMENTASI PROYEK
Studi Kelayakan Proyek Penambahan BTS Baru
(Membangun Sendiri Menara BTS Baru)
Pembiayaan dan Pendapatan:
Biaya SITAC : Rp 175.000.000;
Biaya CME : Rp 455.000.000;
Biaya EQP : Rp 748.000.000;
Diperoleh perhitungan:
NPV : Rp 2.315.009.878
IRR : 51%, masih diatas nilai yang diharapkan sebesar 25% sesuai
pertumbuhan perusahaan 2009.
Diperoleh perhitungan:
NPV : Rp 2.309.844.571;
IRR : 32%
Dalam hal ini berarti sistem menyewa layak untuk dijadikan alternatif pilihan bila
pada satu lokasi yang akan dibangun menara BTS terdapat menara existing.
KESIMPULAN
Durasi pelaksanaan seluruh rangkaian aktifitas proyek pembangunan menara BTS dari mulai terbitnya PO
Survey sampai dengan BTS on air adalah rata-rata selama 408 hari. Hal ini berarti bahwa proses implementasi
harus dimulai 408 hari sebelum sebuah BTS diperlukan untuk on air di lokasi tertentu untuk melayani trafik
Analisa biaya manfaat dapat digunakan untuk menentukan kelayakan rencana pembangunan menara BTS
baru di suatu lokasi. Dari salah satu rencana proyek pembangunan menara BTS didapatkan hasil perhitungan
dengan menggunakan metode NPV sebesar Rp 2.315.009.878; dan IRR sebesar 51%. Hal ini berarti proyek
pembangunan layak untuk dilaksanakan dan tingkat pengembalian masih diatas nilai yang diharapkan yaitu
pertumbuhan perusahaan sebesar 25%.
Menyewa sarana penunjang penempatan BTS pada tower provider menjadi alternatif pilihan yang menarik.
Dari hasil perhitungan, nilai NPV masih positif dan nilai IRR masih diatas prosentase pertumbuhan
perusahaan.
Penggunaan metode House of Risk sangat membantu mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi selama
proses pelaksanaan proyek dan langkah mitigasi yang efektif untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya
risiko tersebut. Dua langkah mitigasi yang menjadi prioritas adalah pendekatan terhadap masyarakat, aparat,
dan tokoh setempat untuk memberikan pengertian pentingnya sarana telekomunikasi yang akan dibangun
tersebut dan radius pencarian site yang diperluas dari central point. Hal ini memungkinkan untuk
mendapatkan banyak kandidat yang memungkinkan untuk dibangun menara BTS, sehingga kemungkinan
untuk berhasil juga lebih besar. Dengan demikian pencapaian roll out proyek pembangunan menara baru
dapat sesuai dengan perencanaan
Terima kasih