Anda di halaman 1dari 26

1. Siklus Proyek.

Siklus hidup proyek adalah tahap-tahap perkembangan proyek dari awal


gagasan hingga proyek dinyatakan selesai dimana tiap tahap memiliki pola
tertentu. Secara garis besar siklus hidup proyek dibagi menjadi 4 tahapan,
yaitu :
• Tahap Konsepsi
a). Tahap konsepsi ada dua bagian, yakni:
-Bagian pertama; Inisiasi Proyek
Merupakan tahap munculnya ide tentang proyek yang dimulai dari penemuan
masalah. Selanjutnya masalah yang ditemukan perlu dirumuskan dengan
jelas berikut tujuan pemecahan masalah tersebut. Dua hal tersebut menjadi
dasar bagi pencarian alternatif solusi.
-Bagian Kedua; Kelayakan Proyek.
Merupakan proses investigasi terhadap masalah dan mengembangkan solusi
secara lebih detail untuk dilihat sejauh mana solusi memberikan manfaat
yang lebih besar dari pengorbanan/ biaya. Tiga hal pokok yang harus dijawab
pada tahap kelayakan ini adalah apa saja yang diperlukan, kapan dilakukan,
siapa yang terlibat.
b) Proposal Proyek
Pada tahap konsepsi memunculkan Requestst For Proposal (RFP). RFP
memuat tujuan proyek, lingkup proyek, spesifikasi performance, batasan
ongkos dan jadwal, kebutuhan data, jenis kontrak RFP dibuat berdasarkan
permintaan user. Namun, proposal proyek bisa juga dibuat atau diajukan
tanpa terlebih dulu ada permintaan dari user tetapi berdasarkan penawaran.
Proposal Proyek memerlukan biaya dan waktu tersendiri dan dibuat oleh tim
manajemen puncak.
Pembuatan proposal proyek adalah pekerjaan yang harus dilakukan sebelum
suatu proyek didapatkan. Secara ringkas proposal proyek harus mengandung
beberapa hal pokok sebagai berikut:

• Surat Pengantar
Merupakan bagian penting dari proposal yang secara ringkas memuat
kualifikasi, pengalaman dan minat kontraktor terhadap proyek.
• Ringkasan Eksekutif
Berisi ringkasan yang dapat digunakan user untuk melihat relevansinya
terhadap kebutuhan user dan kontribusinya terhadap penyelesaian
masalah. Isi pokok: deskripsi singkat proyek, tujuan, kebutuhan secara
keseluruhan, hambatan dan area masalah.
• Bagian Teknis
Berisi penjelasan tentang lingkup proyek dan pendekatan yang
digunakan dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam proyek dab
pekerjaan-pekerjaan yang ada. Bagian ini harus dibuat detail untuk
menghindari kesalahpahaman.
• Manfaat dan Keuntungan yang Diperoleh
Berisi gambaran keuntungan/ manfaat realistis dengan cukup detail
terkait proyek.
• Jadwal
Berisi skedul penyelesaian proyek.. penyusunannya didasarkan pada
struktur pemecahan pekerjaan dan tahapan proyek.
• Bagian Keuangan
Berisi penjelasan mengenai biaya langsung, biaya tidak langsung
sesuai beban tenaga kerja dan bahan yang digunakan, sistm kontrak
dan pembayaran.
• Bagian Legal
Berisi masalah-masalah perubahan/ penghentian yang mungkin
muncul berikut prosedur untuk menangani perubahan atau
penghentian proyek.
• Kualifikasi Manajemen
Berisi latar belakang organisasi kontraktor, pengalaman yang dimiliki,
prestasi yang dicapai, situasi keuangan, susunan tim dan orang-orang
kunci yang ada dalam organisasi. Dibuat semenarik mungkin dan
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

c) Pemilihan Proposal Proyek


Proposal yang masuk selanjutnya akan dievaluasi untuk penseleksian.
Secara umum evaluasi proposal proyek meliputi evaluasi hal hal
sebagai berikut :
• Evaluasi administratif
Evaluasi ini untuk menentukan apakah proposal proyek telah
memenuhi ketentuan-ketentuan administratif yang disyaratkan
misalnya aspek hukum, bidang pekerjaan, dan aspek finansial
• Evaluasi isi proposal proyek
Pada tahap ini proposal proyek dievaluasi dalam hal misalnya
personel, metodologi/teknis, performansi,/kualitas, harga dan jadwal.
Kriteria yang digunakan bergantung pada jenis proyek.
d) Negosiasi Kontrak
Negosiasi anatara pemilik proyek (user) dengan calon
kontraktor yang terpilih dimaksudkan untuk menyamakan posisi kedua
belah pihak dalam masalah-masalah utama, khususnya masalagh
teknis dan persetujuan dalam hal waktu, jadwal dan performansi.
Bagi pemilik proyek (user) sasaran negosiasi yang dilakukan
pada umumnya untuk mendapatkan persyaratan yang paling
menguntungkan, penekanan harga dan mencegah persyaratan yang
membatasi ruang gerak.
Sedang dari sisi kontraktor berusaha untuk mengurangi risiko
dan menekan biaya dengan mengusulkan beberapa penyimpangan
dari persyaratan.
• Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan dalam siklus hidup proyek akan meliputi kegiatan
a) Penyiapan rencana proyek secara detail
Isi rencana proyek biasanya meliputi hal-hal sebagai berikut :
• Jadwal pekerjaan
• Anggaran dan sistim pengendalian biaya
• Work Breakdown Structure secara rinci
• Bagian-bagian yang beresiko tinggi dan sulit serta rencana antisipatif
untuk mengatasi
• Masalah-masalah yang mungkin terjadi
• Rencana sumberdaya manusia dan penggunaannya
• Rencana pengujian hasil proyek
• Rencana dokumentasi
• Rencana peninjauan pekerjaan
• Rencana pelaksanaan hasil proyek
Semua rencana-rencana tersebut harus sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan user (pengguna jasa)
b) Penentuan spesifikasi proyek secara rinci
Ada dua macam jenis spesifikasi yakni
• Spesifikasi kebutuhan user
Spesifikasi ini akan berhubungan dengan hasil yang diinginkan oleh user
secara umum. Spesifikasi kebutuhan user akan menentukan apakah hasil
proyek dapat diterima atau tidak.
• Spesifikasi kebutuhan proyek
Spesifikasi kebutuhan proyek merupakan terjemahan teknis dari kebutuhan
user. Terjemahan ini bisa dalam bentuk, ukuran, kapasitas, kecepatan, dll.

• Tahap Eksekusi
Yang tercakup dalam tahap ini adalah pekerjaan-pekerjaan seperti : Desain,
pengembangan, pengadaan, konstruksi,/ produksi, dan pelaksanaan. Tahap-
tahap dalam eksekusi adalah sebagai berikut :
a) Desain
b) Dalam tahap ini spesifikasi diterjemahkan ke dalam maket, diagram
atau skema.
c) Pengadaan
d) Pada tahap ini dilakukan fasilitas-fasilitas pendukung maupun material.
e) Produksi
f) Setelah fasilitas dan bahan tersedia, maka dilakukan pelaksanaan
produksi berikut pengawasan dan pengendalian sumberdaya yang
digunakan dan progress report.

g) Implementasi
h) Pada tahap ini dilakukan penyerahan hasil akhir proyek. Penyerahan
dapat disertai dengan training untuk user.
• Tahap Operasi
Setelah hasil proyek diserahkan ke user maka proyek dianggap selesai.
Keterlibatan kontraktor dianggap telah selesai dan user mulai
mengoperasikan hasil proyek tersebut.
Menurut prinsip manajemen George R. Terry pada tahun 1958, siklus
manajemen terbagi menjadi empat tahap berdasarkan fungsinya. Empat
tahap tersebut merupakan Planning (Perencanaan), Organazing
(Mengorganisasikan), Actuating (Pelaksanaan), dan Controlling (Pengawasan
dan Evaluasi).

Gambar 1.1 Siklus Proyek Berdasarkan empat fungsi manajemen

Siklus proyek juga dapat diartikan sebagai siklus hidup bangunan. Siklus
hidup bangunan mengacu pada tahapan BIM (Building Information Modeling).
Berikut di bawah siklus BIM proyek.
Gambar 1.2 Siklus Hidup Proyek Berdasarkan BIM

1.1 Planning
Planning/Perencanaan merupakan kegiatan yang bersifat konseptual
seperti menentukan lingkup kerja, studi kelayakan, perancangan
gambar kerja, penentuan kualitas dan spesifikasi dari bangunan
proyek, detail lengkap desain proyek, analisis struktural bangunan
proyek, definisi objektif proyek dan skema pendanaan suatu proyek.
1.2 Organizing
Organizing dalam proyek adalah tahap dimana dilakukannya
pengembangan struktur organisasi dan alokasi sumber daya manusia
untuk mencapai objektif-objektif yang didefinisikan pada saat tahap
planning.
1.3 Actuating
Dalam tahap actuating, dilakukan kegiatan-kegiatan yang
memanfaatkan sumber daya secara efisien untuk mencapai objektif
berdasarkan kebutuhan proyek . Jika jasa konstruksi merupakan jasa
manajemen konstruksi, maka lingkup pekerjaan yang mewakili tahap
actuating berupa dalam bentuk segala kegiatan yang menjamin
spesifikasi yang dipersyaratkan perancang tercapai dan sesuai. Tahap
actuating merealisasikan rekayasa desain dan juga mengatur
mengenai tahapan logistik konstruksi. Actuating juga mengatur
koordinasi berdasarkan fungsi jabatan dalam struktur organisasi.
1.4 Controlling
Controlling dalam siklus proyek adalah tahap dimana hasil dari
pelaksanaan proyek diukur hasilnya. Dilakukannya perbandingan
kualitas, harga dan waktu dengan target dan spesifikasi proyek yang
ditetapkan pada tahap awal perencanaan. Pada tahap controlling,
dilakukannya laporan dan evaluasi mengenai apakah objektif-objektif
dari proyek sudah tercapai. Tahap controlling berfungsi untuk mengatur
dan mengarahkan agar performa di lapangan tidak berdeviasi jauh dari
spesifikasi yang dipersyaratkan.
2. Contoh Kasus

Contoh kasus proyek yang ditinjau akan berdasarkan kerangka acuan kerja
proyek. Kerangka acuan proyek memiliki lingkup yang dapat mewakili empat
siklus proyek. Untuk setiap kasus akan ditinjau satu atau dua elemen yang
mewakili satu atau dua siklus proyek.

2.1 Aspek Planning & Organizing dalam Jasa Konsultan Studi


Kelayakan, Skema Pendanaan dan Basic Engineering Design
Proyek LRT PT. Jakarta Propertindo

Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja PT. Jakarta Propertindo, objektif


dari jasa konsultan studi kelayakan adalah

- Membuat studi kelayakan seluruh koridor pengembangan LRT


Jakarta dengan memperhatikan Rencana Induk Perkeretaapian
Provinsi DKI Jakarta dan peraturan lainnya yang berlaku.
- Membuat dokumen Basic Engineering Design seluruh koridor
dengan memperhatikan Rencana Induk Perkeretaapian Provinsi
DKI Jakarta dan peraturan lainnya yang berlaku.
- Membuat model bisnis dan skema pendanaan pembangunan,
operasi, pemeliharaan dan pengusahaan seluruh koridor LRT
Jakarta dengan memperhatikan RIPP DKI Jakarta.
- Disetujuinya trase koridor pengembangan LRT Jakarta sesuai
dengan memperhatikan RIPP Provinsi DKI Jakarta dan peraturan
lainnya yang berlaku.
Uraian objektif diatas merupakan tahap dari planning untuk jasa
konsultan studi kelayakan dimana objektif didefinisikan secara rinci.
Pada Kerangka Acuan Kerja jasa konsultan studi kelayakan LRT
terdapat rangkaian kegiatan bertujuan untuk mencapai objektif yang
tertera di atas, mendefinisikan lingkup kerja. Lingkup kerja yang
didefinisikan tersebut merupakan tahap dari organizing, dirinci dalam
bentuk rangkaian kegiatan yang diperlukan untuk mencapai objektif-
objektif perencanaan. Berikut di bawah meliputi lingkup pekerjaan jasa
studi kelayakan LRT.
(1) Persiapan
Memberikan laporan mengenai jadwal rencana kajian beserta
persiapan yang
diperlukan dan metode kerja

(2) Survei pendahuluan, pengumpulan data primer dan pengumpulan


data sekunder
a. Mereview Rencana Induk Perkeretaapian Provinsi DKI Jakarta
b. Mengumpulkan data dari Dinas terkait Provinsi DKI Jakarta untuk
perecanaan
LRT Jakarta
c. Kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah Provinsi DKI
Jakarta

(3) Survei Lokasi


a. Melaksanakan survei lapangan dan investigasi kondisi sekarang
sepanjang
lintas pelayanan dengan memperhatikan RIP untuk persiapan desain
teknik awal;
b. Mengidentifikasi objek halangan dan potensi halangan selama
proses pembangunan dan operasional LRT;
c. Berkoordinasi dengan dinas terkait untuk mengetahui rencana
pengembangan dikemudian hari pada sepanjang lintas layanan.

(4) Studi Kelayakan


a. Membuat kriteria desain sistem LRT yang akan dipakai sambil
meninjau ulang kajian sebelumnya serta mempertimbangkan
kondisi sistem LRT lainnya yang diprogram;
b. Membuat Studi Kelayakan terhadap indikasi seluruh koridor pada
RIP DKI Jakarta sesuai kebutuhan persetujuan trase oleh
kementerian perhubungan, kajian teknis, kajian ekonomi sambal
meninjau ulang hasil studi kelayakan sebelumnya, dan
merekomendasikan koridor yang dibutuhkan untuk diimplementasi
termasuk membantu dalam membuat keputusan akhir koridor yang
pertama akan diwujudkan.
c. Meninjau ulang atau menyiapkan desain teknik awal berdasarkan
pada kajian sebelumnya dengan mempertimbangkan desain
standar, kriteria desain dan skema pembebanan pada:
i. Menentukan jenis struktur jalur dan bangunan pada
kemungkinan bawah tanah, di tanah, dan jalur layang dengan
pertimbangan sosial ekonomi, lingkungan, dan teknis b.
Alinemen horizontal dan vertikal jalur dengan
mempertimbangkan pengintegrasian dengan moda transportasi
lainnya serta untuk sejauh mungkin menghindari perlunya
pembebasan lahan serta tidak ada gangguan terhadap struktur
yang ada;
ii. Lokasi stasiun dengan mempertimbangkan pengintegrasian
dengan moda transportasi lainnya, emplasemen penyimpanan
(stabling yard), depot dan bengkel (balai yasa);
iii. Tata letak jalur rel di sepanjang lintas, dan di stasiun dengan
mempertimbangkan rencana operasi KA;
iv. Viaduk yang terdiri dari struktur atas dan struktur bawah di
stasiun dan antara stasiun;
v. Struktur jalan rel di viaduk dan emplasemen penyimpanan;
vi. Fasilitas stasiun seperti peron, perlengkapan layanan
penumpang, fasilitas bangunan & arsitektur, perencanaan akses
ke stasiun, dan lain lain;
vii. Kinerja dasar dan dimensi kereta LRT;

d. Semua fasilitas listrik dan mekanikal untuk layanan penumpang,


operasi KA termasuk system persinyalan & telekomunikasi, sistem
keamanan, pemeliharaan, bangunan, dan lain lain;
e. Sistem informasi untuk pengoperasian dan manajemen sistem LRT.
d. Memuat kajian willingness to shift dan willingness to pay di
sepanjang area terdampak trase e. Mengestimasi perkiraan
permintaan pada lintas pelayanan yang diputuskan tersebut dengan
mempertimbangkan kecenderungan pergerakan orang sepanjang
lintas pelayanan di masa yang akan datang, volume penumpang
transit dari hasil integrasi dengan moda transportasi lain dan faktor
lain-lain yang berpengaruh pada perkiraan permintaan termasuk
analisis sensitif yang bergantung pada tingkat tarif;
f. Menyusun rencana operasi KA berdasarkan estimasi perkiraan
permintaan dengan mempertimbangkan kondisi jam sibuk termasuk
penyusunan diagram operasi KA khusus (GAPEKA);
g. Mengkaji metode konstruksi untuk pelaksanaan proyek dan
merekomendasikan yang paling efektif dan cepat;
h. Menyusun jadwal seluruh pelaksanaan proyek termasuk semua
kegiatan yang diperlukan.

(5) Persetujuan Trase


a. Studi Kelayakan untuk penetapan Trase diharuskan
mengakomodasi keperluan perizinan trase sesuai dengan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 11 Tahun 2012 tentang
”Tata Cara Penetapan Trase Kereta Api”. Sekaligus termasuk
peraturan pelengkap dan/atau peraturan perubahnya jika ada.
b. Mengkaji aspek hukum dalam penyelenggaraan LRT Jakarta
c. Berkoordinasi dengan pemangku kepentingan lainnya untuk
persetujuan Izin Trase seluruh koridor dengan memperhatikan RIPP
DKI Jakarta

(6) Studi Skema Pendanaan


a. Perkiraan biaya proyek yang diperlukan berdasarkan desain
teknik awal sambil
b. meninjau ulang kajian sebelumnya dengan rincian yang sesuai
dengan
c. menggunakan biaya satuan dan volume kerja;
d. Memuat kajian finansial untuk proyek LRT termasuk pilihan
pembiayaan proyek
a. Menentukan prioritas terhadap pilihan koridor pengembangan
LRT Jakarta berdasarkan hasil Studi Kelayakan
b. Mengkaji rencana paket kontrak untuk pembangunan struktur
sipil serta
c. pengadaan sistem & jalan rel.

(7) Basic Engineering Design (BED)


a) Menyediakan spesifikasi kebutuhan data investigasi tanah untuk
keperluan
b) penyusunan dokumen (BED);
c) Melakukan Survei Topografik di seluruh Koridor;
d) Menyediakan data Survei Topografi untuk keperluan BED;
e) Menyusun dokumen Basic Engineering Design untuk LRT
Jakarta dengan memperhatikan Koridor RIPP DKI Jakarta
sesuai dengan standar dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
f) Menyusun Spesifikasi Teknis untuk prasarana dan fasilitas
operasi LRT
g) Jakarta sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku;
h) Spesifikasi Teknis untuk sarana kereta api ringan sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku; g. Membuat
gambar BED berdasarkan spesifikasi teknis infrastruktur dan
sarana; h. Penyusunan dokumen BED sesuai dengan hasil dari
studi kelayakan sesuai dengan cakupan pekerjaan poin nomor 1
sampai dengan nomor 6.
i) Menyusun Dokumen Enginer Estimate

2.2 Aspek Actuating dalam Pekerjaan Manajemen Konstruksi


Pembangunan GOR Jatidiri
Berdasarkan dokumen Kerangka Acuan Kerja pekerjaan manajemen
konstruksi proyek GOR Jatidiri, ditetapkan tahap pelaksanaan atau
rangkaian pekerjaan jasa manajemen konstruksi.
1) Mengevaluasi program kegiatan pelaksanaan fisik yang disusun
oleh pelaksana konstruksi, yang meliputi program-program
pencapaian sasaran fisik, penyediaan dan penggunaan sumber
daya berupa: tenaga kerja, peralatan dan perlengkapan, bahan
bangunan, informasi, dana, program Quality Assurance/Quality
Control, dan program kesehatan dan keselamatan kerja (K3);
2) Mengendalikan program pelaksanaan konstruksi fisik, yang meliputi
program pengendalian sumber daya, pengendalian biaya,
pengendalian waktu, pengendalian sasaran fisik (kualitas dan
kuantitas) hasil konstruksi, pengendalian perubahan pekerjaan,
pengendalian tertib administrasi, pengendalian kesehatan dan
keselamatan kerja;
3) Melakukan evaluasi program terhadap penyimpangan teknis dan
manajerial yang timbul, usulan koreksi program dan tindakan turun
tangan, serta melakukan koreksi teknis bila terjadi penyimpangan;
4) Melakukan koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan konstruksi fisik;
5) Melakukan kegiatan pengawasan yang terdiri atas:
- Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan
konstruksi yang akan dijadikan dasar dalam pengawasan
- Pekerjaan di lapangan;
- Mengawasi pemakaian bahan, peralatan dan metode pelaksanaan,
serta mengawasi ketepatan waktu, dan biaya pekerjaan konstruksi;
- Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas,
kuantitas, dan laju pencapaian volume/ realisasi fisik;
- Mengumpulkan data dan informasi dilapangan untuk memecahkan
persoalan yang terjadi selama pekerjaan konstruksi;
- Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala, membuat
laporan mingguan dan bulanan pekerjaan Manajemen Konstruksi,
dengan masukan hasil rapat-rapat lapangan, laporan harian,
mingguan dan bulanan pekerjaan konstruksi fisik yang dibuat oleh
pelaksana konstruksi;
- Menyusun laporan dan berita acara dalam rangka kemajuan
pekerjaan dan pembayaran angsuran pekerjaan pelaksanaan
konstruksi ;
- Meneliti gambar-gambar untuk pelaksanaan (shop drawings) yang
diajukan oleh pelaksana konstruksi;
- Meneliti gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di
lapangan (As Built Drawings) sebelum serah terima I;
- Menyusun daftar cacat/kerusakan sebelum serah terima I
(pertama), dan mengawasi perbaikannya pada masa pemeliharaan;
- Bersama-sama dengan penyedia jasa perencanaan menyusun
petunjuk pemeliharaan dan penggunaan bangunan gedung;
- Menyusun berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan, serah
terima pertama, berita acara pemeliharaan pekerjaan dan serah
terima kedua pekerjaan konstruksi, sebagai kelengkapan untuk
pembayaran angsuran pekerjaan konstruksi;
- Membantu pengelola kegiatan dalam menyusun Dokumen
Pendaftaran;
- Membantu pengelola kegiatan dalam penyiapan kelengkapan
dokumen Sertifikat Laik Fungsi (SLF) dari Pemerintah
Kabupaten/Kota setempat.
6) Menyusun laporan akhir pekerjaan Manajemen Konstruksi.

Rangkaian tahap-tahap pelaksanaan di atas mewakili tahap actuating


dimana terdapat rincian koordinasi seluruh kegiatan pelaksanaan
pekerjaan manajemen konstruksi secara detail.
2.3 Aspek Controlling/Evaluasi Jasa Manajemen Konstruksi Proyek
Revitalisasi Taman Ismail Marzuki

Aspek Evaluasi atau Controlling pada Kerangka Acuan Kerja proyek


Revitalisasi Taman Ismail Marzuki dapat diwakili dengan hasil kerja
jasa manajemen konstruksi paska konstruksi. Hasil kerja paska
konstruksi meliputi evaluasi, laporan, sertifikasi dan kumpulan
dokumen perijinan yang bersifat rekapitulasi pada masa pelaksanaan
konstruksi proyek. Berikut di bawah adalah acuan hasil kerja tahap
paska konstruksi jasa manajemen konstruksi proyek revitalisasi taman
ismail marzuki.

Gambar 2.1 Hasil kerja Tahap Paska Konstruksi

3. Prosedur Standardisasi Manajemen Mutu

Aplikasi prosedur standardisasi manajemen mutu merupakan kebijakan,


proses-proses dan prosedur yang ditempatkan oleh manajemen proyek untuk
memenuhi suatu standar proyek tertentu. Pada pekerjaan proyek, standar
yang dimaksud merupakan ketepatan koordinat dan spefisikasi suatu
bangunan, kualitas bahan, kekuatan struktur, kesesuaian dimensi bangunan
dan bagaimana manajemen dapat menjamin suatu kualitas dengan arahan
atau tindakan tertentu.

Dalam prosedur standarisasi manajemen mutu suatu proyek, seorang


manajer konstruksi harus menentukan terlebih dahulu definisi dari mutu
pekerjaan. Mutu pekerjaan tersebut meliputi posisi, dimensi dan spesifikasi
mutu bahan setiap elemen dari komponen proyek tersebut. Setelah
mendefinisikan, manajer konstruksi perlu menjamin agar mutu pekerjaan
tersebut sesuai persyaratan.
Pengertian mutu dalam konteks industri jasa konstruksi dapat didefinisikan
melalui berbagai pendekatan, tetapi pada prinsipnya adalah conformance to
requiment, yaitu hasil yang dikerjakan sesuai dengan apa yang diisyaratkan
atau yang distandarkan. Pengelolaan mutu dapat dijalankan melalui Total
Quality Management (TQM) yang sesungguhnya merupakan payung dari
segala sistem manajemen mutu yang ada, karean TQM mencakup segala
aspek kegiatan kontraktor yang harus dikelola dengan benar agar mutu hasil
kerjanya memuaskan pemilik proyek. ISO 9001 : 2008 merupakan salah satu
sistem manajemen mutu yang berprinsip pada TQM. Sistem ini sangat
populer karena penerapannya mendetail dan sistematis.Selain itu,
didalamnya terdapat keharusan pengawasan mutu internal secara priodik
(Internal Quality Audit).Pada saat ini ISO 9001 : 2008 menjadi pilihan utama
bagi kontraktor yang ingin menerapkan sistem manajemen mutu secara
konsisten dan sistematis. (Wiryodiningrat, 1997)

Untukk saat ini ISO 9001 telah mengalami perkembangan dan revisi sejak
1980, 1987, 1994, 2000, 2008, dan terakhir 2015. Pengertian ISO 9001 :
2015 merupakan standar manajemen mutu yang dikeluarkan oleh
International Organization For Standardzation dikenal juga dengan ISO yang
berisikan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi sebuah perusahaan /
organisasi dalam membentuk suatu quality management system.
ISO 9001 : 2015 mencakup banyak hal yang harus diketahui dan dipenuhi
perusahaan yang ingin mencapai sertufikasi yang merupakan requirement
yang perlu dipenuhi. Terkait requirement tersebut dalam ISO terdapat istilah
clause atau klausul berisikan aturan-aturan yang menjadi acuan dalam
melakukan sertifikasi ISO 9001 : 2015. Dalam penduan ISO 9001 : 2015
terdapat 10 klausul yang perlu dipahami. Adapun 10 klausul tersebut yaitu
sebagai berikut :
1. Ruang Lingkup
2. Acuan Normatif
3. Istilah dan Definisi
4. Konteks Organisasi
5. Kepemimpinan
6. Perencanaan
7. Dukungan
8. Operasional
9. Evaluasi Kinerja
10. Peningkatan Performa
3.1 Manajemen Mutu Pile Cap Beton Kotabaru Parahyangan
Perumahan Simakirana 7 Unit

Mutu dari pekerjaan Pile Cap meliputi posisi titik atau koordinat untuk
setiap jenis Pile Cap, detail dimensi penampang setiap jenis Pile Cap
dan dan spesifikasi mutu bahan Pile Cap. Dalam proyek pekerjaan Pile
Cap, Kontraktor utama bertanggung jawab atas metode pelaksanaan
dan logistic agar pekerjaan terlaksanakan. Peran manajer konstruksi
adalah untuk memastikan kontraktor menyelesaikan pekerjaan Pile
Cap sesuai mutu dan tepat waktu.

Gambar 3.1 Denah Pile Cap Perumahan Simakirana 7 Unit.

Berdasarkan denah Pile Cap di atas, terdapat tiga jenis Pile Cap
dengan elevasi dan jarak antar Pile Cap yang berbeda. Sebagai
penjamin mutu, manajer konstruksi perlu memahami cara mengukur
elevasi, jarak antar pilecap dan mengidentifikasi jenis pilecap pada titik
tertentu.
Gambar 3.2 Detail Penampang Tiga Jenis Pile Cap

Gambar detail penampang Pile Cap di atas menunjukkan mutu


tulangan, dimensi dan jarak antar tulangan longitudinal maupun
transversal. Terdapat juga detail stek sambungan Pile Cap dengan
sloof dan tiang pancang. Untuk kepentingan menjamin mutu, manajer
konstruksi dalam tahap ini memeriksa spasi tulangan, ukuran tulangan
dan posisi titik penulangan Pile Cap sebelum pengecoran. Apabila
semua titik Pile Cap sudah sesuai dengan mutu yang ditetapkan, maka
kontraktor diperbolehkan untuk mengecor Pile Cap.

Pada gambar detail penampang di atas, diketahui untuk setiap jenis


Pile Cap menggunakan spesifikasi tulangan yang sama yaitu tulangan
besi diameter 13 mm. Perbedaan hanya terletak pada spasi tulangan
dan dimensi balok.
Gambar 3.3 Mutu Beton dan Toleransi diameter tulangan Pile Cap

Pemeriksaan dimensi tulangan Pile Cap memiliki toleransi tersendiri.


Berdasarkan prosedur mutu tulangan di atas, diameter tulangan Pile
Cap pada kondisi lapangan tidak boleh kurang dari 12,6 mm terhitung
dari diameter yang tidak dipengaruhi sirip tulangan.

3.2 Manajemen Mutu Pondasi Tiang Pancang Kotabaru Parahyangan


Rumah Contoh Punawangi 2 Unit

Gambar 3.4 Shop Drawing Denah Titik Tiang Pancang

Dalam manajemen Kotabaru Parahyangan terdapat divisi konsultan


yang bertugas dalam membuat desain denah titik-titik tiang pancang,
dengan spesifikasi teknisnya. Setelah itu design diserahkan kepada
sub-kontraktor yang bertanggung jawab atas pekerjaan kalendering.
Dalam denah titik-titik tiang pancang, jarak maksimum antar tiang
pancang 4050 mm.
Pihak manajer konstruksi akan mengawas dan mengoreksi kegiatan
yang dilakukan oleh sub-kontraktor kalendering. Pada saat
pelaksanaan kalendering, pengawas akan memeriksa data hasil final
set, kedalaman penetrasi tiang pancang setiap titik dan
perbandingannya terhadap hasil sondir. Tiang Pancang tidak boleh
berhenti pemancangan sebelum melalui final set. Jika sub-kontraktor
menghentikan pemancangan sebelum mencapai final set, maka
pengawas akan menganggap pemancangan gagal.

Gambar 3.5 Rekapitulasi Harian Pekerjaan Pemancangan Rumah


Contoh Punawangi
Gambar 3.6 Data Mutu dan Dimensi Tiang Pancang

Gambar kiri di atas merupakan spesifikasi tiang pancang yang


dipersyaratkan konsultan Kotabaru Parahyangan. Diketahui dimensi,
mutu tulangan dan beton dari tiang pancang. Tabel data tiang pancang
yang di sebelah kanan di atas merupakan data yang diambil dari
website PT. Beton Elemindo Perkasa, yang menjadi sub-kontraktor
perancangan tiang pancang rumah contoh punawangi.

Terlihat dari tabel bahwa tiang pancang memiliki beban gaya maksimal
37 ton, dengan faktor keamanan 2,1. Tipe tiang pancang termasuk
tiang yang mini -pile dimana jenis tiang tersebut bisa dipancang
dengan alat berat drop hammer. Mutu tiang pancang adalah K-450
dengan luas bersih 392 mm2.
3.3 Manajemen Mutu Pelat Lantai Perumahan Kotabaru Parahyangan
Perumahan Simakirana 7 Unit

Kotabaru Parahyangan memiliki standar pekerjaan mutu pelat. Standar


terdiri dari tujuh bagian yaitu standar perletakan pelat, wire mesh pelat,
penulangan kondisi khusus, syarat angkur dan pelat, detail pelat yang
tidak menjadi satu pada sisi atas balok, penulangan daerah lubang
pelat, penulangan pada kotak elektrikal dan mekanikal.
Semua persyaratan standar diwajibkan oleh manajemen dan tidak
boleh di modifikasi tanpa persetujuan dari manajer konstruksi dan divisi
konsultan. Bila Kontraktor ingin mengajukan perubahan, maka
kontraktor dapat mengirim formular “request of work” kepada manajer
konstruksi. Berikut di bawah lampiran standar pekerjaan mutu pelat
perumahan simakirana.
Pihak manajer konstruksi perlu memastikan bahwa semua bentuk
penulangan pelat sesuai dengan spesifikasi berdasarkan kondisi yang
disertakan. Jika kontraktor memasang sambungan lewatan pelat
dengan panjang di bawah 15 kalinya diameter tulangan pelat atau tidak
melengkungkan tulangan pelat pada daerah lubang, maka pengawas
atau pihak dari manajemen konstruksi akan mengoreksi dan tidak
menyetujui untuk kontraktor lanjut ke tahap berikut.

Gambar 3.7 Keterangan Dimensi Tebal dan Tulangan Pelat Lantai

Gambar 3.8 Tabel keterangan Jenis Pelat Lantai

Gambar 3.9 Denah Pelat Lantai


3.4 Manajemen Mutu Sloof Perumahan Kotabaru Parahyangan
Rumah Contoh
Punawangi 2 Unit

Pada proyek rumah contoh punawangi, terdapat delapan jenis sloof yang
berbeda berdasarkan dimensi sloof, spasi tulangan, jumlah tulangan pada
lapisan atas dan bawah, dan penempatan tulangan ekstra pada bagian
lapangan.

Gambar 3.10 Detail Penampang Sloof

Semua jenis sloof menggunakan tulangan diameter 13 mm. Mutu beton


sloof adalah K-225 non-fly ash, dengan slump test kurang lebih 10 cm.
Jika pada lapangan slump test tidak memenuhi 10 cm, maka pihak
pengawas atau manajer konstruksi akan meminta surat uji tekan beton
yang menyatakan kekuatan sudah lebih dari K-225.

Penempatan sloof harus sesuai dengan denah gambar kerja karena detail
penampang sloof yang berbeda memiliki fungsi menahan gaya yang
berbeda. Pihak manajemen konstruksi akan memeriksi pada saat
kontraktor mengajukan request of work. Request of work adalah formulir
pengajuan undangan untuk diperiksa progres di lapangan dan
kesesuaiannya.
Gambar 3.11 Denah Sloof Rumah Contoh Punawangi

4. Referensi

https://ojs.unud.ac.id/index.php/jieits/article/view/5096

https://mie.binus.ac.id/2021/04/07/iso-90012015-pengantar-standar-manajemen-mutu/

contoh penerapan standarisasi mutu

https://media.neliti.com/media/publications/142384-ID-penerapan-manajemen-mutu-pada-proses-
pem.pdf

Anda mungkin juga menyukai