Disusun Oleh :
Nama : Nur Aji
NIM : 114150005
Kelas :A
2. Ciri-ciri Sesar
Secara garis besar, sesar dibagi menjadi dua, yaitu sesar tampak dan sesar buta
(blind fault). Sesar yang tampak adalah sesar yang mencapai permukaan bumi
sedangkan sesar buta adalah sesar yang terjadi di bawah permukaan bumi dan
tertutupi oleh lapisan seperti lapisan deposisi sedimen. Pengenalan sesar di lapangan
biasanya cukup sulit. Beberapa kenampakan yang dapat digunakan sebagai penunjuk
adanya sesar antara lain :
a. Adanya struktur yang tidak menerus (lapisan terpotong dengan tiba-tiba)
b. Adanya perulangan lapisan atau hilangnya lapisan batuan.
c. Kenampakan khas pada bidang sesar, seperti cermin sesar, gores garis.
Gambar 7. Boundins
3. Klasifikasi Sesar
Klasifikasi sesar dapat dibedakan berdasarkan geometri dan genesanya
a. Klasifikasi geometris
1) Berdasarkan rake dari net slip.
strike slip fault (rake=0)
diagonal slip fault (0 < rake <90 span="span">
dip slip fault (rake=90)
2) Berdasarkan kedudukan relatif bidang sesar terhadap bidang perlapisan atau
struktur regional
strike fault (jurus sesar sejajar jurus lapisan)
bedding fault (sesar sejajar lapisan)
dip fault (jurus sesar tegak lurus jurus lapisan)
oblique / diagonal fault (menyudut terhadap jurus lapisan)
longitudinal fault (sejajar struktur regional)
transversal fault (menyudut struktur regional)
3) Berdasarkan besar sudut bidang sesar
high angle fault (lebih dari 45o)
low angle fault (kurang dari 45o)
4) Berdasarkan pergerakan semu
normal fault (sesar turun)
reverse fault (sesar naik)
5) Berdasarkan pola sesar
paralel fault (sesar saling sejajar)
en chelon fault (sesar saling overlap dan sejajar)
peripheral fault (sesar melingkar dan konsentris)
radial fault (sesar menyebar dari satu pusat)
b. Klasifikasi genetis
Berdasarkan orientasi pola tegasan yang utama (Anderson, 1951) sesar dapat
dibedakan menjadi :
Sesar anjak (thrust fault) bila tegasan maksimum dan menengah mendatar.
Sesar normal bila tegasan utama vertikal.
Strike slip fault atau wrench fault (high dip, transverse to regional structure)
Patahan atau sesar turun adalah satu bentuk rekahan pada lapisan bumi yang
menyebabkan satu blok batuan bergerak relatif turun terhadap blok lainnya. Fault
scarp adalah bidang miring imaginer tadi atau dalam kenyataannya adalah
permukaan dari bidang sesar.
Petroleum system
Geothermal
Geoteknik
Penanggulangan daerah rawan bencana
Contoh kenampakan sesar di alam
SESAR DI INDONESIA
Foto kenampakan sesar normal/ turun pada batugamping klastik Formasi Campurdarat di pinggir
jalan utama, Kabupaten Trenggalek.
http://geoenviron.blogspot.co.id/2012/10/struktur-geologi-sesar.html
http://geoelamanyofan.blogspot.co.id/2012/08/sesar.html
http://facweb.bhc.edu/academics/science/harwoodr/geol101/study/structur.htm
KEKAR
A. Defenisi
Kekar adalah struktur rekahan pada batuan dimana tidak ada atau relative
tanpa mengalami pergeseran pada bidang rekahannya. Kekar dapat terjadi pada
semua jenis batuan, dengan ukuran yang hanya beberapa millimeter (kekar mikro)
hingga ratusan kilometer ( kekar mayor ) sedangkan yang berukuran beberapa
meter disebut dengan kekar minor. Kekar dapat terjadi akibat proses tektonik
maupun perlapukan juga perubahan temperature yang signifikan. Kekar merupakan
jenis struktur batuan dalam bentuk bidang pecah. Karena sifat bidang ini
memisahkan batuan menjadi bagian-bagian terpisah maka struktur kekar merupakan
jalan atau rongga kesarangan batuan untuk dilalui cairan dari luar beserta materi lain
seperti air, gas dan unsur-unsur lain yang menyertainya.
B. Jenis-jenis Kekar
Kekar di bedakan menjadi 3 macam yaitu kekar pengerutan, kekar lembar dan
kekar akibat tektonik.
C. Klasifikasi Kekar
1. Berdasarkan bentuknya
2. Berdasarkan cara terjadinya ( genesanya )
3. Berdasarkan kerapatannya
4. Berdasarkan kecepatannya
Klasifikasi kekar berdasarkan bentuknya
a. Kekar sistematik
kekar dalam bentuk berpasangan arahnya sejajar satu dengan yang
lainnya .
b. Kekar non sistematik
kekar yang tidak teratur biasanya melengkung dapat saling bertemu
atau bersilangan di antara kekar lainnya atau tidak memotong kekar
lainnya dan berakhir pada bidang perlapisan.
Klasifikasi kekar berdasarkan ganesanya
a. Kekar Gerus (Shear Joint)
yaitu kekar yang terjadi akibat stress yang cenderung mengelincir
bidang satu sama lainnya yang berdekatan.
Ciri-ciri dilapangan :
Yaitu kekar yang terbentuk dengan arah tegak lurus dari gaya yang cenderung
untuk memindahkan batuan (gaya tension). Hal ini terjadi akibat dari stress yang
cenderung untuk membelah dengan cara menekannya pada arah yang berlawanan,
dan akhirnya kedua dindingnya akan saling menjauhi.
Ciri-ciri dilapangan :
LIPATAN
Struktur lipatan merupakan salah satu struktur geologi yang paling umum dijumpai
pada batuan sedimen klastika, dan sering pula ditemukan pada batuan vulkanik dan
metamorf. Salah satu ciri khas batuan sedimen klastika adalah dijumpainya bidang
perlapisan batuan yang terbentuk pada saat sedimentasi. Apabila kita perhatikan
pada singkapan batuan di lapangan bidang perlapisan terebut mempunyai bidang
kedudukan yang bervariasi, hal ini tergantung pada tektonik yang
melatarbelakanginya.
Terdapat beberapa definisi lipatan menurut ahli geologi struktur, antara lain:
1. Hill (1953).
2. Billing (1960)
3. Hob (1971)
Lipatan akibat bending, terjadi apabila gaya penyebabnya agak lurus terhadap
bidang lapisan, sedangkan pada proses buckling, terjadi apabila gaya penyebabnya
sejajar dengan bidang lapisan. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa pada proses
buckling terjadi perubahan pola keterikan batuan, dimana pada bagian puncak
lipatan antiklin, berkembang suatu rekahan yang disebabkan akibat adanya tegasan
tensional (tarikan) sedangkan pada bagian bawah bidang lapisan terjadi tegasan
kompresi yang menghasilkan Shear Joint. Kondisi ini akan terbalik pada sinklin.
4. Park (1980)
Lipatan adalah suatu bentuk lengkungan (curve) dari suatu bidang lapisan
batuan.
1. Plunge
sudut yang terbentuk oleh poros dengan horizontal pada bidang vertikal.
2. Core
bagian dari suatu lipatan yang letaknya disekitar sumbu lipatan.
3. Crest
daerah tertinggi dari suatu lipatan biasanya selalu dijumpai pada antiklin
4. Pitch atau Rake
sudut antara garis poros dan horizontal, diukur pada bidang poros.
5. Depresion
daerah terendah dari puncak lipatan.
6. Culmination
daerah tertinggi dari puncak lipatan.
7. Enveloping Surface
gambaran permukaan (bidang imajiner) yang melalui semua Hinge Line dari
suatu lipatan
8. Limb (sayap)
bagian dari lipatan yang terletak Downdip (sayap yang dimulai dari
lengkungan maksimum antiklin sampai hinge sinklin), atau Updip (sayap yang
dimulai dari lengkungan maksimum sinklin sampai hinge antiklin). Sayap
lipatan dapat berupa bidang datar (planar), melengkung (curve), atau
bergelombang (wave).
9. Fore Limb
sayap yang curam pada lipatan yang simetri.
10. Back Limb
sayap yang landai.
11. Hinge Point
titik yang merupakan kelengkungan maksimum pada suatu perlipatan.
12. Hinge Line
garis yang menghubungkan Hinge Point pada suatu perlapisan yang sama.
13. Hinge Zone
daerah sekitar Hinge Point.
14. Crestal Line
disebut juga garis poros, yaitu garis khayal yang menghubungkan titik-titik
tertinggi pada setiap permukaan lapisan pada sebuah antiklin.
15. Crestal Surface
disebut juga Crestal Plane, yaitu suatu permukaan khayal dimana terletak di
dalamnya semua garis puncak dari suatu lipatan.
16. Trough
daerah terendah pada suatu lipatan, selalu dijumpai pada sinklin.
17. Trough Line
garis khayal yang menghubungkan titik-titik terendah ada setiap permukaan
lapisan pasa sebuah sinklin.
18. Trough Surface
bidang yang melewati Trough Line.
19. Axial Line
garis khayal yang menghubungkan titik-titik dari lengkungan maksimum pada
tiap permukaan lapisan dari suatu struktur lapisan.
20. Axial Plane
bidang sumbu lipatan yang membagi sudut sama besar antara sayap-sayap
lipatannya.
Upright Fold atau Simetrical Fold (lipatan tegak atau lipatan setangkup).
Inclined Fold atau Over Fold (lipatan miring atau lipatan menggantung).
Concentric Fold
Fan fold
Similar Fold.
Close fold
Chevron Fold.
Harmonic fold
Isoclinal Fold.
Disharmonic fold
Box Fold
Open fold
Fan Fold.
Kink fold Terbagi lagi atas:
a. Monoklin
b. Homoklin
c. Terrace
Manfaat mempelari Lipatan:
a. Mampu mengetahui jenis lipatan, mengelompokkan jenis lipatan dan pola
tegasan yang menyebabkan lipatan itu terjadi.
b. Mampu menginterpetasi pada peta bentukan lipatan dengan melihat pola kontur,
pola pengaliran.
c. Mengetahui bagian-bagian (unsur-unsur) dari suatu lipatan. d. Dalam
perminyakan bisa dijadikan sebagai tempat cebakan minyak dan gas bumi.
d...Sebagai perencanaan pembangunan penambangan pada dunia tambang.
Berdasarkan definisi dari struktur geologi kekar, sesar, dan lipatan telah
menunjukkan bahwa adanya keterkaitan satu dengan yang lain. Misalnya sesar, sesar
ialah kekar yang mengalami pergeseran pada bidangnya, dan biasanya sesar
terbentuk pada daerah lipatan (sinklin maupun antiklin).
Hubungan dari ketiga struktur geologi ini dapat dijelaskan melalui three stages of
deformation yang merupakan sifat deformasi suatu benda terhadap gaya berdasarkan
tingkat elastisitas benda tersebut. Ketiga tingkatan tersebut adalah :
1. Elastic
Benda dikatakan elastic jika suatu benda dikenai gaya, maka akan mengalami
deformasi, tetapi jika gaya dilepas (hilang), maka benda tersebut akan kembali lagi
pada bentuk dan ukuran semula. batas dimana suatu benda masih dapat kembali
seperti semula jika gaya dilepas, disebut elastic limit. Maka jika besar gaya yang
bekerja melebihi elastic limit, benda tersebut tidak akan kembali pada bentuk
semula, jika gaya hilang.
2. Plastic
Benda dikatakan plastic jika gaya yang bekerja mencapai elastic limit. Benda
yang terkena gaya hanya sebagian yang dapat kembali pada bentuk semula, jika
gaya dihilangkan.
3. Brittle and Ductile
Benda dikatakan brittle, jika benda sudah pecah sebelum gaya yang bekerja
mencapai titik plastis. Benda dikatakan ductile, jika benda pecah/hancur setelah
gaya melewati titik elastic.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa analisis terhadap kekar pada
suatu tubuh batuan, selain bertujuan untuk menentukan arah gaya yang
mempengaruhinya, juga untuk mengetahui ada tidaknya kekar dan lipatan, bahkan
dari analisis kekar kita dapat mengetahui apakah suatu lipatan itu berupa sinklin
atau antiklin. Selain itu kita juga dapat mengetahui suatu sesar merupakan sesar
naik, turun atau geser dari hasil analisi kekar.
Faktor internal yang menjadi penyebab terjadinya longsoran tanah adalah daya
ikat (kohesi) tanah/batuan yang lemah sehingga butiran-butiran tanah/batuan dapat
terlepas dari ikatannya dan bergerak ke bawah dengan menyeret butiran lainnya yang
ada disekitarnya membentuk massa yang lebih besar. Lemahnya daya ikat
tanah/batuan dapat disebabkan oleh sifat kesarangan (porositas) dan kelolosan air
(permeabilitas) tanah/batuan maupun rekahan yang intensif dari masa tanah/batuan
tersebut. Sedangkan faktor eksternal yang dapat mempercepat dan menjadi pemicu
longsoran tanah dapat terdiri dari berbagai faktor yang kompleks seperti kemiringan
lereng, perubahan kelembaban tanah/batuan karena masuknya air hujan, tutupan
lahan serta pola pengolahan lahan, pengikisan oleh air yang mengalir (air
permukaan), ulah manusia seperti penggalian dan lain sebagainya.
Rayapan (Creep)
perpindahan material batuan dan tanah ke arah kaki lereng dengan
pergerakan yang sangat lambat.
Nendatan (Slump)
luncuran kebawah dari satu atau beberapa bagian debris batuan,
umumnya membentuk gerakan rotasional.
Luncuran dari campuran masa tanah dan batuan (Debris slide)
luncuran yang sangat cepat ke arah kaki lereng dari material
tanah yang tidak terkonsolidasi (debris) dan hasil luncuran ini
ditandai oleh suatu bidang rotasi pada bagian belakang bidang
luncurnya.
Gerakan jatuh bebas dari campuran masa tanah dan batuan
(Debris fall)
adalah luncuran material debris tanah secara vertikal akibat gravitasi.
Luncuran masa batuan (Rock slide)
luncuran dari masa batuan melalui bidang perlapisan, joint (kekar),
atau permukaan patahan/sesar.
Gerakan jatuh bebas masa batuan (Rock fall)
adalah luncuran jatuh bebas dari blok batuan pada lereng-lereng
yang sangat terjal.
Amblesan (Subsidence)
penurunan permukaan tanah yang disebabkan oleh pemadatan dan
isostasi/gravitasi.
Litologi
material yang tidak terkonsolidasi atau rentan dan mudah meluncur karena
basah akibat masuknya air ke dalam tanah.
Susunan batuan (stratigrafi)
perlapisan batuan dan perselingan batuan antara batuan lunak dan batuan
keras atau perselingan antara batuan yang permeable dan batuan
impermeabel.
Struktur geologi
jarak antara rekahan/joint pada batuan, patahan, zona hancuran, bidang
foliasi, dan kemiringan lapisan batuan yang besar.
Topografi
lereng yang terjal atau vertikal.
Iklim
perubahan temperatur tahunan yang ekstrim dengan frekuensi hujan yang
intensif.
Material organik
lebat atau jarangnya vegetasi.
cuaca dan iklim guna mengetahui hubungan antara periode curah hujan
dengan longsoran.
data air bawah tanah sebelum dan sesudah terjadi longsoran.
catatan kegempaan untuk menentukan hubungan antara longsoran
dengan gempa bumi.
catatan mengenai pembukaan dan penggalian lahan dan aktivitas di atas
lahan yang kemungkinan melebihi beban atau penambangan tanah pada
lereng-lereng bukit.
Penelitian bawah permukaan diperlukan guna mengetahui hubungan 3 (tiga)
dimensinya serta mendapatkan contoh batuan yang diperlukan untuk diuji di
laboratorium, seperti pengujian kuat tekan (shear-strength), sensitivitas batuan, serta
sifat-sifat keteknikan lainnya. Begitu juga dengan sifat dan struktur tanah perlu
dilakukan pengujian baik di laboratorium maupun pengujian lapangan dengan cara
pembuatan sumuran uji (testpit), pembuatan paritan uji (trenches) dan pemboran.
Observasi air tanah perlu dilakukan untuk mendapatkan data-data tinggi muka air,
tekanan air, dan arah aliran. Penyelidikan geofisika dapat juga dilakukan untuk
mendapatkan data data tentang ketebalan lapisan tanah dan kedalaman batuan
dasar.
Pada tipe gerakan tanah jenis luncuran rotasional (slumping), resistensi geser
batuan akan semakin meningkat jika masa batuan/tanah dipindahkan ke arah bagian
belakang luncuran. Menstabilkan suatu longsoran yang komplek seringkali melibatkan
pengendalian eksternal dan internal dari pengaliran air. Air yang jatuh dan mengalir di
permukaan lahan yang berlereng harus di alirkan dan diusahakan jangan sampai diam
ditempat. Pada beberapa lereng perlu dibuat agar supaya aliran air lancar serta
dihindarkan jangan sampai air terjebak pada bagian undak lereng. Untuk mencegah
aliran air yang masuk ke dalam rekahan (kekar) batuan, maka batuan harus ditutup
dengan lempung, aspal atau dengan material yang impermeable.
Aliran air bawah tanah harus dikurangi guna menghindari meningkatnya resistensi
geser batuan. Untuk mengurangi aliran air bawah tanah dilakukan dengan cara
memindahkannya melalui terowongan air yang dibuat secara horizontal atau dengan
bantuan pipa perforasi, sumur vertikal atau dibuat paritan (trench) yang diisi kembali
dengan material yang kasar dan permeable.
Untuk gerakan tanah yang berada di lereng bukit, pencegahan dapat dilakukan
dengan cara memasang tiang pancang, namun demikian untuk menahan luncuran
masa batuan/tanah yang aktif pemasangan tiang pancang t idak akan mampu
menahan gerakan masa batuan/tanah tersebut dan hal ini disebabkan karena
perpindahan debris tanah yang mampu melewati tiang pancang, atau membuat tiang
pancang menjadi miring dan bahkan mematahkannya. Hal yang lebih ekstrim adalah
tiang pancang meluncur bersamaan dengan luncuran tanah. Resistensi geser pada
masa batuan atau tanah yang tidak stabil dapat meningkat karena pemadatan dan
pengerasan internal melalui injeksi semen, aspal atau bahan kimia tertentu.
Referensi :
http://bumi-myearth.blogspot.com/2012/01/struktur-geologi-sesar.html
http://ptbudie.wordpress.com/2010/12/24/sesar-fault/
http://jurnal-geologi.blogspot.com/2010/01/geo-tektonika-sesar-fault.html
http://wellygeologist.blogspot.com/2012/06/jenis-jenis-struktur-geologi-2.html
http://furqanwera.blogspot.com/2012/12/pengertian-lipatan-menurut-ahli-geologi.html
http://oerleebook.wordpress.com/2011/10/04/geologi-patahan-lipatan/