Anda di halaman 1dari 29

TUGAS GEOLOGI STRUKTUR

KEKAR, SESAR, DAN LIPATAN

Disusun Oleh :
Nama : Nur Aji
NIM : 114150005
Kelas :A

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2016
SESAR
1. Pengertian Sesar
Patahan atau sesar (fault) adalah satu bentuk rekahan pada lapisan batuan bumi
yg menyebabkan satu blok batuan bergerak relatif terhadap blok yang lain.
Pergerakan bisa relatif turun, relatif naik, ataupun bergerak relatif mendatar terhadap
blok yg lain. Pergerakan yg tiba-tiba dari suatu patahan atau sesar bisa
mengakibatkan gempa bumi. Sesar (fault) merupakan bidang rekahan atau zona
rekahan pada batuan yang sudah mengalami pergeseran (Williams, 2004). Sesar
terjadi sepanjang retakan pada kerak bumi yang terdapat slip diantara dua sisi yang
terdapat sesar tersebut (Williams, 2004). Beberapa istilah yang dipakai dalam analisis
sesar antara lain:
a. Jurus sesar (strike of fault) adalah arah garis perpotongan bidang sesar dengan
bidang horisontal dan biasanya diukur dari arah utara.
b.Kemiringan sesar (dip of fault) adalah sudut yang dibentuk antara bidang sesar
dengan bidang horisontal, diukur tegak lurus strike.
c.Net slip adalah pergeseran relatif suatu titik yang semula berimpit pada bidang
sesar akibat adanya sesar.
d. Rake adalah sudut yang dibentuk oleh net slip dengan strike slip(pergeseran
horisontal searah jurus) pada bidang sesar.

Gambar 1. Bagian-bagian Sesar

Keterangan gambar tersebut adalah


= dip
= rake of net slip
= hade = 90o dip
ab = net slip
ac = strike slip
cb = ad = dip slip
ae = vertical slip = throw
de = horizontal slip = heave
Dalam penjelasan sesar, digunakan istilah hanging wall dan foot wall sebagai
penunjuk bagian blok badan sesar. Hanging wall merupakan bagian tubuh batuan
yang relatif berada di atas bidang sesar. Foot wall merupakan bagian batuan yang
relatif berada di bawah bidang sesar.

Gambar 2. Hanging wall dan foot wall.

2. Ciri-ciri Sesar
Secara garis besar, sesar dibagi menjadi dua, yaitu sesar tampak dan sesar buta
(blind fault). Sesar yang tampak adalah sesar yang mencapai permukaan bumi
sedangkan sesar buta adalah sesar yang terjadi di bawah permukaan bumi dan
tertutupi oleh lapisan seperti lapisan deposisi sedimen. Pengenalan sesar di lapangan
biasanya cukup sulit. Beberapa kenampakan yang dapat digunakan sebagai penunjuk
adanya sesar antara lain :
a. Adanya struktur yang tidak menerus (lapisan terpotong dengan tiba-tiba)
b. Adanya perulangan lapisan atau hilangnya lapisan batuan.
c. Kenampakan khas pada bidang sesar, seperti cermin sesar, gores garis.

Gambar 3. Gores Garis (slickens slides)


d. kenampakan khas pada zona sesar, seperti seretan (drag), breksi sesar,horses,
atau lices, milonit.

Gambar 4. Zona sesar

e. silisifikasi dan mineralisasi sepanjang zona sesar.


f. perbedaan fasies sedimen.
g. petunjuk fisiografi, seperti gawir (scarp), scarplets (piedmont scarp), triangular facet,
dan terpotongnya bagian depan rangkaian pegunungan struktural.

Gambar 5. Triangular facet


Gambar 6. Faulth scarp

h. Adanya boundins : lapisan batuan yang terpotong-potong akibat sesar.

Gambar 7. Boundins

3. Klasifikasi Sesar
Klasifikasi sesar dapat dibedakan berdasarkan geometri dan genesanya
a. Klasifikasi geometris
1) Berdasarkan rake dari net slip.
strike slip fault (rake=0)
diagonal slip fault (0 < rake <90 span="span">
dip slip fault (rake=90)
2) Berdasarkan kedudukan relatif bidang sesar terhadap bidang perlapisan atau
struktur regional
strike fault (jurus sesar sejajar jurus lapisan)
bedding fault (sesar sejajar lapisan)
dip fault (jurus sesar tegak lurus jurus lapisan)
oblique / diagonal fault (menyudut terhadap jurus lapisan)
longitudinal fault (sejajar struktur regional)
transversal fault (menyudut struktur regional)
3) Berdasarkan besar sudut bidang sesar
high angle fault (lebih dari 45o)
low angle fault (kurang dari 45o)
4) Berdasarkan pergerakan semu
normal fault (sesar turun)
reverse fault (sesar naik)
5) Berdasarkan pola sesar
paralel fault (sesar saling sejajar)
en chelon fault (sesar saling overlap dan sejajar)
peripheral fault (sesar melingkar dan konsentris)
radial fault (sesar menyebar dari satu pusat)

Gambar 8. Klasifikasi sesar

b. Klasifikasi genetis
Berdasarkan orientasi pola tegasan yang utama (Anderson, 1951) sesar dapat
dibedakan menjadi :
Sesar anjak (thrust fault) bila tegasan maksimum dan menengah mendatar.
Sesar normal bila tegasan utama vertikal.
Strike slip fault atau wrench fault (high dip, transverse to regional structure)

4. Beberapa Jenis Sesar dan Penjelasannya


a. Sesar Normal / Sesar Turun (Extention Faulth)
Sesar normal dikenali juga sebagai sesar gravitasi, dengan gaya gravitasi
sebagai gaya utama yang menggerakannya. Ia juga dikenali sebagai sesar
ekstensi (Extention Faulth) sebab ia memanjangkan perlapisan, atau menipis kerak
bumi. Sesar normal yang mempunyai salah yang menjadi datar di bagian dalam
bumi dikenali sebagai sesar listrik. Sesar listrik ini juga dikaitkan dengan sesar
tumbuh (growth fault), dengan pengendapan dan pergerakan sesar berlaku
serentak. Satah sesar normal menjadi datar ke dalam bumi, sama seperti yang
berlaku ke atas sesar sungkup. Pada permukaan bumi, sesar normal juga jarang
sekali berlaku secara bersendirian, tetapi bercabang.
Cabang sesar yang turun searah dengan sesar utama dikenali sebagai sesar
sintetik, sementara sesar yang berlawanan arah dikenali sebagai sesar antitetik.
Kedua cabang sesar ini bertemu dengan sesar utama di bagian dalam bumi. Sesar
normal sering dikaitkan dengan perlipatan. Misalnya, sesar di bagian dalam bumi
akan bertukar menjadi lipatan monoklin di permukaan.
Hanging wall relatif turun terhadap foot wall, bidang sesarnya mempunyai
kemiringan yang besar. Sesar ini biasanya disebut juga sesar turun.

Gambar 9. Extention Faulth

Patahan atau sesar turun adalah satu bentuk rekahan pada lapisan bumi yang
menyebabkan satu blok batuan bergerak relatif turun terhadap blok lainnya. Fault
scarp adalah bidang miring imaginer tadi atau dalam kenyataannya adalah
permukaan dari bidang sesar.

b. Sesar naik (reverse fault / contraction faulth)


Sesar naik (reverse fault) untuk sesar naik ini bagian hanging wall-nya relatif
bergerak naik terhadap bagian foot wall. Salah satu ciri sesar naik adalah sudut
kemiringan dari sesar itu termasuk kecil, berbeda dengn sesar turun yang punya sudut
kemiringan bisa mendekati vertical. Nampaklapisan batuan yg berwarna lebih merah
pada hanging wall berada pada posisi yg lebih atas dari lapisan batuan yg sama
pada foot wall. Ini menandakan lapisan yg ada di hanging wall udah bergerak relatif
naik terhadap foot wall-nya.
Gambar 10. Reverse fault / contraction faulth

c. Sesar mendatar (Strike slip fault / Transcurent fault / Wrench fault)


Sesar mendatar (Strike slip fault / Transcurent fault / Wrench fault) adalah sesar
yang pembentukannya dipengaruhi oleh tegasan kompresi. Posisi tegasan utama
pembentuk sesar ini adalah horizontal, sama dengan posisi tegasan minimumnya,
sedangkan posisi tegasan menengah adalah vertikal. Umumnya bidang sesar
mendatar digambarkan sebagai bidang vertikal, sehingga istilah hanging wall dan foot
wall tidak lazim digunakan di dalam sistem sesar ini. Berdasarkan gerak relatifnya,
sesar ini dibedakan menjadi sinistral (mengiri) dan dekstral (menganan).

Gambar 11. Strike slip fault / Transcurent fault / Wrench fault

5. Aplikasi Sesar dalam Bidang Geologi

Petroleum system
Geothermal
Geoteknik
Penanggulangan daerah rawan bencana
Contoh kenampakan sesar di alam
SESAR DI INDONESIA

Foto kenampakan sesar normal/ turun pada batugamping klastik Formasi Campurdarat di pinggir
jalan utama, Kabupaten Trenggalek.

Foto kenampakan sesar dextral pada perulangan batupasir-batulempung Formasi Kerek di


pertemuan K.Kidang dengan K.Bercak, Repaking, Wonosegoro, Boyolali
SESAR DI LUAR NEGERI
SUMBER REFRENSI

http://geoenviron.blogspot.co.id/2012/10/struktur-geologi-sesar.html

http://geoelamanyofan.blogspot.co.id/2012/08/sesar.html

http://facweb.bhc.edu/academics/science/harwoodr/geol101/study/structur.htm

KEKAR

A. Defenisi

Kekar adalah struktur rekahan pada batuan dimana tidak ada atau relative
tanpa mengalami pergeseran pada bidang rekahannya. Kekar dapat terjadi pada
semua jenis batuan, dengan ukuran yang hanya beberapa millimeter (kekar mikro)
hingga ratusan kilometer ( kekar mayor ) sedangkan yang berukuran beberapa
meter disebut dengan kekar minor. Kekar dapat terjadi akibat proses tektonik
maupun perlapukan juga perubahan temperature yang signifikan. Kekar merupakan
jenis struktur batuan dalam bentuk bidang pecah. Karena sifat bidang ini
memisahkan batuan menjadi bagian-bagian terpisah maka struktur kekar merupakan
jalan atau rongga kesarangan batuan untuk dilalui cairan dari luar beserta materi lain
seperti air, gas dan unsur-unsur lain yang menyertainya.

B. Jenis-jenis Kekar

Kekar di bedakan menjadi 3 macam yaitu kekar pengerutan, kekar lembar dan
kekar akibat tektonik.

Kekar lembar (sheet joint)


Yaitu sekumpulan kekar yang kira-kira sejajar dengan permukaan tanah,
terutama pada batuan beku. Terbentuknya kekar ini akibat penghilangan beban
batuan yang tererosi. Penghilangan beban pada kekar ini terjadi akibat :

1) Batuan beku belum benar-benar membeku secara menyeluruh

2) Tiba-tiba diatasnya terjadi erosi yang dipercepat

3) Sering terjadi pada sebuah intrusi konkordan (sill) dangkal


Sheet joint di sekitar Half Dome di California

Sheet Joint granit pada Enchanted Rock di Texas, AS

Kekar pengerutan (srinkage joint)


yaitu kekar yang disebabkan karena gaya pengerutan yang timbul karena
pendinginan (pada batuan beku = kekar tiang / kolom) atau pengeringan
(pada batuan sedimen) biasanya berbentuk polygonal yang memanjang.
Kekar kolom yang terjadi pada batuan beku, pada umumnya terjadi akibat
adanya intrusi dangkal (intrusi batuan yang letaknya relatif dekat dengan
permukaan bumi) bentuknya adalah seperti pilar-pilar berbentuk segi
empat atau segi enam.
Kekar akibat tektonik
berdasarkan genesanya kekar tektonik dibagi menjadi 2 macam yaitu
kekar gerus dan kekar tarik.

C. Klasifikasi Kekar

Klasifikasi kekar ada beberapa macam , tergantung dasar klasifikasi yang


digunakan, diantaranya :

1. Berdasarkan bentuknya
2. Berdasarkan cara terjadinya ( genesanya )
3. Berdasarkan kerapatannya
4. Berdasarkan kecepatannya
Klasifikasi kekar berdasarkan bentuknya
a. Kekar sistematik
kekar dalam bentuk berpasangan arahnya sejajar satu dengan yang
lainnya .
b. Kekar non sistematik
kekar yang tidak teratur biasanya melengkung dapat saling bertemu
atau bersilangan di antara kekar lainnya atau tidak memotong kekar
lainnya dan berakhir pada bidang perlapisan.
Klasifikasi kekar berdasarkan ganesanya
a. Kekar Gerus (Shear Joint)
yaitu kekar yang terjadi akibat stress yang cenderung mengelincir
bidang satu sama lainnya yang berdekatan.

Ciri-ciri dilapangan :

1. Biasanya bidangnya licin.


2. Memotong seluruh batuan.
3. Memotong komponen batuan.
4. Biasanya ada gores garis.
5. Adanya joint set berpola belah ketupat.
b. Kekar Tarikan (Tensional Joint)

Yaitu kekar yang terbentuk dengan arah tegak lurus dari gaya yang cenderung
untuk memindahkan batuan (gaya tension). Hal ini terjadi akibat dari stress yang
cenderung untuk membelah dengan cara menekannya pada arah yang berlawanan,
dan akhirnya kedua dindingnya akan saling menjauhi.

Ciri-ciri dilapangan :

1. Bidang kekar tidak rata.


2. Selalu terbuka.
3. Polanya sering tidak teratur, kalaupun teratur biasanya akan
berpola kotak-kotak.
4. Karena terbuka, maka dapat terisi mineral yang kemudian disebut
vein.
Kekar tarikan dapat dibedakan atas:
a. Tension Fracture
Yaitu kekar tarik yang bidang rekahannya searah.dengan tegasan.
b. Release Fracture,
yaitu kekar tarik yang terbentuk akibat hilangnya atau pengurangan
tekanan, orientasinya tegak lurus terhadap gaya utama. Struktur ini
biasanya disebut STYLOLITE.
Klasifikasi kekar berdasarkan genesa dan keaktifan gaya yang
membentuknya
a. Kekar orde pertama
Yaitu sebagai hasil langsung dari gaya pembentuk kekar..Umumnya
mempunyai bentuk dan pola yang teratur dan ukurannya relatif besar .
b. Kekar orde kedua yaitu kekar sebagai hasil pengaturan kembali atau
pengaruh gaya balik / lanjutan untuk mencapai kesetimbangan massa
batuan .

LIPATAN

Struktur lipatan merupakan salah satu struktur geologi yang paling umum dijumpai
pada batuan sedimen klastika, dan sering pula ditemukan pada batuan vulkanik dan
metamorf. Salah satu ciri khas batuan sedimen klastika adalah dijumpainya bidang
perlapisan batuan yang terbentuk pada saat sedimentasi. Apabila kita perhatikan
pada singkapan batuan di lapangan bidang perlapisan terebut mempunyai bidang
kedudukan yang bervariasi, hal ini tergantung pada tektonik yang
melatarbelakanginya.

Terdapat beberapa definisi lipatan menurut ahli geologi struktur, antara lain:

1. Hill (1953).

Lipatan merupakan pencerminan dari suatu lengkungan yang mekanismenya


disebabkan oleh dua proses, yaitu bending (melengkung) dan buckling (melipat).
Pada gejala buckling, gaya yang bekerja sejajar dengan bidang perlapisan,
sedangkan pada bending, gaya yang bekerja tegak lurus terhadap bidang
permukaan lapisan.

2. Billing (1960)

Lipatan merupakan bentuk undulasi atau suatu gelombang pada batuan


permukaan.

3. Hob (1971)

Lipatan akibat bending, terjadi apabila gaya penyebabnya agak lurus terhadap
bidang lapisan, sedangkan pada proses buckling, terjadi apabila gaya penyebabnya
sejajar dengan bidang lapisan. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa pada proses
buckling terjadi perubahan pola keterikan batuan, dimana pada bagian puncak
lipatan antiklin, berkembang suatu rekahan yang disebabkan akibat adanya tegasan
tensional (tarikan) sedangkan pada bagian bawah bidang lapisan terjadi tegasan
kompresi yang menghasilkan Shear Joint. Kondisi ini akan terbalik pada sinklin.
4. Park (1980)

Lipatan adalah suatu bentuk lengkungan (curve) dari suatu bidang lapisan
batuan.

Beberapa unsur perlipatan

1. Plunge
sudut yang terbentuk oleh poros dengan horizontal pada bidang vertikal.
2. Core
bagian dari suatu lipatan yang letaknya disekitar sumbu lipatan.
3. Crest
daerah tertinggi dari suatu lipatan biasanya selalu dijumpai pada antiklin
4. Pitch atau Rake
sudut antara garis poros dan horizontal, diukur pada bidang poros.
5. Depresion
daerah terendah dari puncak lipatan.
6. Culmination
daerah tertinggi dari puncak lipatan.
7. Enveloping Surface
gambaran permukaan (bidang imajiner) yang melalui semua Hinge Line dari
suatu lipatan
8. Limb (sayap)
bagian dari lipatan yang terletak Downdip (sayap yang dimulai dari
lengkungan maksimum antiklin sampai hinge sinklin), atau Updip (sayap yang
dimulai dari lengkungan maksimum sinklin sampai hinge antiklin). Sayap
lipatan dapat berupa bidang datar (planar), melengkung (curve), atau
bergelombang (wave).
9. Fore Limb
sayap yang curam pada lipatan yang simetri.
10. Back Limb
sayap yang landai.
11. Hinge Point
titik yang merupakan kelengkungan maksimum pada suatu perlipatan.
12. Hinge Line
garis yang menghubungkan Hinge Point pada suatu perlapisan yang sama.
13. Hinge Zone
daerah sekitar Hinge Point.
14. Crestal Line
disebut juga garis poros, yaitu garis khayal yang menghubungkan titik-titik
tertinggi pada setiap permukaan lapisan pada sebuah antiklin.
15. Crestal Surface
disebut juga Crestal Plane, yaitu suatu permukaan khayal dimana terletak di
dalamnya semua garis puncak dari suatu lipatan.
16. Trough
daerah terendah pada suatu lipatan, selalu dijumpai pada sinklin.
17. Trough Line
garis khayal yang menghubungkan titik-titik terendah ada setiap permukaan
lapisan pasa sebuah sinklin.
18. Trough Surface
bidang yang melewati Trough Line.
19. Axial Line
garis khayal yang menghubungkan titik-titik dari lengkungan maksimum pada
tiap permukaan lapisan dari suatu struktur lapisan.
20. Axial Plane
bidang sumbu lipatan yang membagi sudut sama besar antara sayap-sayap
lipatannya.

Gambar unsur lipatan


Klasifikasi lipatan

1. Klasifikasi lipatan berdasarkan unsur geometri, antara lain:

A. Berdasarkan kedudukan Axial Plane, yaitu:

Upright Fold atau Simetrical Fold (lipatan tegak atau lipatan setangkup).

Asimetrical Fold (lipatan tak setangkup atau lipatan tak simetri)

Inclined Fold atau Over Fold (lipatan miring atau lipatan menggantung).

Recumbent Fold (lipatan rebah)

2. Klasifikasi lipatan berdasarkan bentuknya, antara lain:

Concentric Fold
Fan fold
Similar Fold.
Close fold
Chevron Fold.
Harmonic fold
Isoclinal Fold.
Disharmonic fold
Box Fold
Open fold
Fan Fold.
Kink fold Terbagi lagi atas:
a. Monoklin

b. Homoklin

c. Terrace
Manfaat mempelari Lipatan:
a. Mampu mengetahui jenis lipatan, mengelompokkan jenis lipatan dan pola
tegasan yang menyebabkan lipatan itu terjadi.
b. Mampu menginterpetasi pada peta bentukan lipatan dengan melihat pola kontur,
pola pengaliran.
c. Mengetahui bagian-bagian (unsur-unsur) dari suatu lipatan. d. Dalam
perminyakan bisa dijadikan sebagai tempat cebakan minyak dan gas bumi.
d...Sebagai perencanaan pembangunan penambangan pada dunia tambang.

HUBUNGAN (APLIKASI) ANALISIS KEKAR TERHADAP SESAR DAN LIPATAN

Berdasarkan definisi dari struktur geologi kekar, sesar, dan lipatan telah
menunjukkan bahwa adanya keterkaitan satu dengan yang lain. Misalnya sesar, sesar
ialah kekar yang mengalami pergeseran pada bidangnya, dan biasanya sesar
terbentuk pada daerah lipatan (sinklin maupun antiklin).

Hubungan dari ketiga struktur geologi ini dapat dijelaskan melalui three stages of
deformation yang merupakan sifat deformasi suatu benda terhadap gaya berdasarkan
tingkat elastisitas benda tersebut. Ketiga tingkatan tersebut adalah :

1. Elastic

Benda dikatakan elastic jika suatu benda dikenai gaya, maka akan mengalami
deformasi, tetapi jika gaya dilepas (hilang), maka benda tersebut akan kembali lagi
pada bentuk dan ukuran semula. batas dimana suatu benda masih dapat kembali
seperti semula jika gaya dilepas, disebut elastic limit. Maka jika besar gaya yang
bekerja melebihi elastic limit, benda tersebut tidak akan kembali pada bentuk
semula, jika gaya hilang.

2. Plastic

Benda dikatakan plastic jika gaya yang bekerja mencapai elastic limit. Benda
yang terkena gaya hanya sebagian yang dapat kembali pada bentuk semula, jika
gaya dihilangkan.
3. Brittle and Ductile

Benda dikatakan brittle, jika benda sudah pecah sebelum gaya yang bekerja
mencapai titik plastis. Benda dikatakan ductile, jika benda pecah/hancur setelah
gaya melewati titik elastic.

Berdasarkan penjelasan mengenai tingkat deformasi tersebut dapat diketahui


bahwa kekar merupakan awal atau pemicu adanya sesar dan lipatan. Hal ini
dikarenakan kekar menjadi zona lemah suatu batuan yang apabila mendapat gaya
yang lebih besar akan memicu terjadinya struktur geologi sesar dan lipatan.
Sedangkan sesar naik umumnya terbentuk pada daerah lipatan berupa sinklin dan
sesar turun terbentuk pada daerah lipatan yang berupa antiklin. Hal ini dikarenakan
ketika gaya tekan pada daerah lipatan hilang, maka batuan yang terlipat akan
kembali berusaha kebentuk semula, tetapi karena adanya kekar maka terbentuklah
sesar karena pergerakan yang terjadi pada bidang kekar.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa analisis terhadap kekar pada
suatu tubuh batuan, selain bertujuan untuk menentukan arah gaya yang
mempengaruhinya, juga untuk mengetahui ada tidaknya kekar dan lipatan, bahkan
dari analisis kekar kita dapat mengetahui apakah suatu lipatan itu berupa sinklin
atau antiklin. Selain itu kita juga dapat mengetahui suatu sesar merupakan sesar
naik, turun atau geser dari hasil analisi kekar.

Untuk menentukan suatu sesar, kita dapat melakukannya dengan analisis


kekar untuk mendapatkan nilai 1, 2, 3. Jika kedudukan 1, 2 relatif
horizontal, sedangkan 3 relatif vertikal sehingga menghasilkan hanging wall
bergerak naik terhadap foot wall maka sesar tersebut merupakan sesar naik. Jika
kedudukan 2, 3 relatif horisontal, sedangkan 1 vertikal sehingga
menyebabkan hanging wall bergerak turun terhadap foot wall maka sesar tersebut
merupakan sesar turun. Jika kedudukan 1, 3 relatif horisontal, sedangkan 2
vertikal, sehingga menyebabkan blok bergeser ke kanan atau kiri maka sesar
tersebut merupakan sesar geser.
LONGSORAN TANAH
Longsoran Tanah atau gerakan tanah adalah proses perpindahan masa batuan /
tanah akibat gaya berat (gravitasi). Longsoran tanah telah lama menjadi perhatian ahli
geologi karena dampaknya banyak menimbulkan korban jiwa maupun kerugian harta
benda. Tidak jarang pemukiman yang dibangun di sekitar perbukitan kurang
memperhatikan masalah kestabilan lereng, struktur batuan, dan proses proses
geologi yang terjadi di kawasan tersebut sehingga secara tidak sadar potensi bahaya
longsoran tanah setiap saat mengancam jiwanya.

Faktor internal yang menjadi penyebab terjadinya longsoran tanah adalah daya
ikat (kohesi) tanah/batuan yang lemah sehingga butiran-butiran tanah/batuan dapat
terlepas dari ikatannya dan bergerak ke bawah dengan menyeret butiran lainnya yang
ada disekitarnya membentuk massa yang lebih besar. Lemahnya daya ikat
tanah/batuan dapat disebabkan oleh sifat kesarangan (porositas) dan kelolosan air
(permeabilitas) tanah/batuan maupun rekahan yang intensif dari masa tanah/batuan
tersebut. Sedangkan faktor eksternal yang dapat mempercepat dan menjadi pemicu
longsoran tanah dapat terdiri dari berbagai faktor yang kompleks seperti kemiringan
lereng, perubahan kelembaban tanah/batuan karena masuknya air hujan, tutupan
lahan serta pola pengolahan lahan, pengikisan oleh air yang mengalir (air
permukaan), ulah manusia seperti penggalian dan lain sebagainya.

Tipe-tipe longsoran tanah

Berdasarkan tipenya, longsoran tanah dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga)


yaitu:

a. Longsoran tanah tipe aliran lambat (slow flowage ) terdiri dari:

Rayapan (Creep)
perpindahan material batuan dan tanah ke arah kaki lereng dengan
pergerakan yang sangat lambat.

Rayapan tanah (Soil creep)


perpindahan material tanah ke arah kaki lereng
Rayapan talus (Talus creep)
perpindahan ke arah kaki lereng dari material talus/scree.
Rayapan batuan (Rock creep)
perpindahan ke arah kaki lereng dari blok-blok batuan.
Rayapan batuan glacier (Rock-glacier creep)
perpindahan ke arah kaki lereng dari limbah batuan.
Solifluction/Liquefaction
aliran yang sangat berlahan ke arah kaki lereng dari material debris
batuan yang jenuh air.

b. Longsoran tanah tipe aliran cepat (rapid flowage) terdiri dari :

Aliran lumpur (Mudflow)


perpindahan dari material lempung dan lanau yang jenuh air pada
teras yang berlereng landai.

Aliran masa tanah dan batuan (Earthflow)


perpindahan secara cepat dari material debris batuan yang jenuh air.
Aliran campuran masa tanah dan batuan (Debris avalanche)
suatu aliran yang meluncur dari debris batuan pada celah yang
sempit dan berlereng terjal.

c. Longsoran tanah tipe luncuran (landslides) terdiri dari :

Nendatan (Slump)
luncuran kebawah dari satu atau beberapa bagian debris batuan,
umumnya membentuk gerakan rotasional.
Luncuran dari campuran masa tanah dan batuan (Debris slide)
luncuran yang sangat cepat ke arah kaki lereng dari material
tanah yang tidak terkonsolidasi (debris) dan hasil luncuran ini
ditandai oleh suatu bidang rotasi pada bagian belakang bidang
luncurnya.
Gerakan jatuh bebas dari campuran masa tanah dan batuan
(Debris fall)
adalah luncuran material debris tanah secara vertikal akibat gravitasi.
Luncuran masa batuan (Rock slide)
luncuran dari masa batuan melalui bidang perlapisan, joint (kekar),
atau permukaan patahan/sesar.
Gerakan jatuh bebas masa batuan (Rock fall)
adalah luncuran jatuh bebas dari blok batuan pada lereng-lereng
yang sangat terjal.
Amblesan (Subsidence)
penurunan permukaan tanah yang disebabkan oleh pemadatan dan
isostasi/gravitasi.

Faktor penyebab longsoran tanah

Faktor-faktor yang mempengaruhi longsoran tanah dapat dikelompokkan menjadi 2,


yaitu faktor yang bersifat pasif dan faktor yang bersifat aktif.

a. Faktor yang bersifat pasif pada longsoran tanah adalah:

Litologi
material yang tidak terkonsolidasi atau rentan dan mudah meluncur karena
basah akibat masuknya air ke dalam tanah.
Susunan batuan (stratigrafi)
perlapisan batuan dan perselingan batuan antara batuan lunak dan batuan
keras atau perselingan antara batuan yang permeable dan batuan
impermeabel.
Struktur geologi
jarak antara rekahan/joint pada batuan, patahan, zona hancuran, bidang
foliasi, dan kemiringan lapisan batuan yang besar.
Topografi
lereng yang terjal atau vertikal.
Iklim
perubahan temperatur tahunan yang ekstrim dengan frekuensi hujan yang
intensif.
Material organik
lebat atau jarangnya vegetasi.

b. Faktor yang bersifat aktif pada longsoran tanah adalah:

Gangguan yang terjadi secara alamiah ataupun buatan.


Kemiringan lereng yang menjadi terjal karena aliran air.
Pengisian air ke dalam tanah yang melebihi kapasitasnya, sehingga tanah
menjadi jenuh air.
Getaran-getaran tanah yang diakibatkan oleh seismisitas atau kendaran
berat.
Di bawah ini diperlihatkan 5 tipe longsoran tanah yang didasarkan atas
cara dan mekanisme longsorannya, yaitu tipe runtuhan, tipe aliran, tipe
luncuran, tipe nendatan, dan tipe rayapan.

Longsoran Tipe Runtuhan

Longsoran Tipe Luncuran


Longsoran Tipe Aliran

Longsoran Tipe Nendatan

Longsoran Tipe Rayapan


Metode penanggulangan dan pencegahan bahaya longsoran tanah

Penanggulangan dan pencegahan bahaya longsoran tanah dapat dilakukan


dengan berbagai cara dan metoda, baik yang berkaitan dengan tipe longsoran dan
faktor penyebabnya. Terdapat beberapa tipe longsoran tanah yang dapat
ditanggulangi melalui rekayasa keteknikan, seperti membuat terasering di kawasan
perbukitan yang berlereng terjal agar lereng menjadi stabil, atau struktur pondasi
bangunannya menggunakan tiang pancang hingga mencapai kedalaman tertentu
sehingga dapat menahan bangunan jika terjadi longsoran tanah. Untuk dapat
mengetahui secara detil tentang tipe dan faktor penyebab longsoran tanah di suatu
wilayah, maka diperlukan penyelidikan geologi secara detail dan komprehensif
sehinga dapat diketahui secara pasti sebaran, lokasi, jenis gerakan tanahnya serta
kestabilan wilayah di daerah tersebut. Peta kestabilan wilayah dan lokasi gerakan
tanah merupakan out-put dari penyelidikan geologi yang berguna untuk perencanaan
tataguna lahan.

Pada gambar di bawah ini diperlihatkan beberapa lokasi pemukiman yang


terlanjur ada di kawasan rawan bencana geologi, terutama bahaya tanah longsor.
Dalam gambar tampak lokasi pemukiman yang berada di sekitar suatu jalur patahan
(kiri) dan kawasan pemukiman yang berada di kaki perbukitan yang rentan terhadap
longsoran tanah (kanan). Pada gambar tampak pemukiman yang tersebar hingga
mencapai kawasan yang berada di lereng-lereng berbukitan tanpa memperhitungkan
faktor kestabilan lerengnya yang berpotensi longsor. Penelitian geologi untuk
kerentanan longsoran tanah umumnya melibatkan pemetaan dan kajian terhadap
karakteristik tanah dan batuan. Sifat tanah/struktur tanah yang harus diteliti adalah:
kekerasan, klastisitas, permeabilitas, plastisitas, dan komposisi mineralnya, terutama
untuk tanah yang tersusun dari mineral lempung (mineral montmorilonite) yang dapat
memicu terjadinya gerakan tanah, sedangkan untuk batuan yang dikaji adalah jenis
dan struktur batuannya, terutama untuk lapisan batuan yang lemah dan banyak
rekahannya (kekarnya).

Faktor hidrologi juga harus menjadi perhatian dalam penyelidikan, terutama


mengenai penyebaran pola pengaliran, sebaran mata air dan mata air panas, serta
lapisan-lapisan batuan permeable yang berhubungan dengan air tanah. Keterlibatan
faktor pemicu gerakan tanah harus dikaji dan dievaluasi, seperti:

cuaca dan iklim guna mengetahui hubungan antara periode curah hujan
dengan longsoran.
data air bawah tanah sebelum dan sesudah terjadi longsoran.
catatan kegempaan untuk menentukan hubungan antara longsoran
dengan gempa bumi.
catatan mengenai pembukaan dan penggalian lahan dan aktivitas di atas
lahan yang kemungkinan melebihi beban atau penambangan tanah pada
lereng-lereng bukit.
Penelitian bawah permukaan diperlukan guna mengetahui hubungan 3 (tiga)
dimensinya serta mendapatkan contoh batuan yang diperlukan untuk diuji di
laboratorium, seperti pengujian kuat tekan (shear-strength), sensitivitas batuan, serta
sifat-sifat keteknikan lainnya. Begitu juga dengan sifat dan struktur tanah perlu
dilakukan pengujian baik di laboratorium maupun pengujian lapangan dengan cara
pembuatan sumuran uji (testpit), pembuatan paritan uji (trenches) dan pemboran.
Observasi air tanah perlu dilakukan untuk mendapatkan data-data tinggi muka air,
tekanan air, dan arah aliran. Penyelidikan geofisika dapat juga dilakukan untuk
mendapatkan data data tentang ketebalan lapisan tanah dan kedalaman batuan
dasar.

Pada tipe gerakan tanah jenis luncuran rotasional (slumping), resistensi geser
batuan akan semakin meningkat jika masa batuan/tanah dipindahkan ke arah bagian
belakang luncuran. Menstabilkan suatu longsoran yang komplek seringkali melibatkan
pengendalian eksternal dan internal dari pengaliran air. Air yang jatuh dan mengalir di
permukaan lahan yang berlereng harus di alirkan dan diusahakan jangan sampai diam
ditempat. Pada beberapa lereng perlu dibuat agar supaya aliran air lancar serta
dihindarkan jangan sampai air terjebak pada bagian undak lereng. Untuk mencegah
aliran air yang masuk ke dalam rekahan (kekar) batuan, maka batuan harus ditutup
dengan lempung, aspal atau dengan material yang impermeable.

Aliran air bawah tanah harus dikurangi guna menghindari meningkatnya resistensi
geser batuan. Untuk mengurangi aliran air bawah tanah dilakukan dengan cara
memindahkannya melalui terowongan air yang dibuat secara horizontal atau dengan
bantuan pipa perforasi, sumur vertikal atau dibuat paritan (trench) yang diisi kembali
dengan material yang kasar dan permeable.

Menstabilkan struktur untuk meningkatkan resistensi geser merupakan cara yang


paling efektif sebelum longsoran terjadi dibandingkan apabila longsoran sudah terjadi.
Jenis yang sangat umum dari masa batuan/tanah diletakkan sebagai beban dan
ditempatkan pada bagian luar dari masa longsoran untuk menahan reaksi gerakan ke
atas, sedangkan bagian dasar berfungsi sebagai penopang kearah lateral untuk
bagian tepi dari masa longsoran, bagian pinggir atau lereng yang sudah dikupas diisi
untuk mencegah gerakan ke arah kaki lereng. Dinding yang dibuat dari semen atau
beton akan berguna untuk menahan laju masa batuan/tanah yang tidak stabil.

Untuk gerakan tanah yang berada di lereng bukit, pencegahan dapat dilakukan
dengan cara memasang tiang pancang, namun demikian untuk menahan luncuran
masa batuan/tanah yang aktif pemasangan tiang pancang t idak akan mampu
menahan gerakan masa batuan/tanah tersebut dan hal ini disebabkan karena
perpindahan debris tanah yang mampu melewati tiang pancang, atau membuat tiang
pancang menjadi miring dan bahkan mematahkannya. Hal yang lebih ekstrim adalah
tiang pancang meluncur bersamaan dengan luncuran tanah. Resistensi geser pada
masa batuan atau tanah yang tidak stabil dapat meningkat karena pemadatan dan
pengerasan internal melalui injeksi semen, aspal atau bahan kimia tertentu.

Masalah longsoran yang terjadi di reservoir bendungan adalah masalah yang


berkaitan dengan luncuran masa batuan/tanah yang bersifat lepas dan erosi yang
cepat. Luncuran masa batuan/tanah dan erosi di dalam reservoir bendungan dapat
mengakibatkan banjir yang cukup besar dan bahkan bendungan dapat mengalami
retak atau hancur. Kecepatan rembasan yang terjadi melalui luncuran debris dapat
memperbesar rembasan, yaitu melalui pelarutan atau perpindahan sedimen yang
berukuran halus dan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya breakout dibawah
poros bendungan. Pengendalian rembasan yang melewati badan bendungan dari
jenis luncuran debris dapat di lakukan dengan cara menyuntik material/bahan
penstabil atau dengan cara bagian belakang bendungan ditutupi dengan material
lempung, disiram semen, atau dilapisi oleh bahan yang bersifat tidak lolos air. Apabila
cara-cara tersebut diatas tidak bisa dilakukan maka disarankan untuk dilakukan
pendangkalan bagian dasar reservoir agar supaya keamanan menjadi meningkat atau
dengan cara menguras atau mengalirkan air yang terdapat dalam reservoir melalui
saluran pembuangan atau dengan cara memotong saluran.

Referensi :

Departemen Pendidikan HMG UNPAD 2003

Bahaya Geologi, Djauhari Noor

http://bumi-myearth.blogspot.com/2012/01/struktur-geologi-sesar.html

http://ptbudie.wordpress.com/2010/12/24/sesar-fault/

http://jurnal-geologi.blogspot.com/2010/01/geo-tektonika-sesar-fault.html

http://wellygeologist.blogspot.com/2012/06/jenis-jenis-struktur-geologi-2.html

http://furqanwera.blogspot.com/2012/12/pengertian-lipatan-menurut-ahli-geologi.html

http://oerleebook.wordpress.com/2011/10/04/geologi-patahan-lipatan/

Anda mungkin juga menyukai