Anda di halaman 1dari 12

PDCA dalam proyek konstruksi gedung.

1. Plan (Perencanaan) :
Artinya merencanakan dan PROSES apa yang dibutuhkan untuk menentukan hasil
yang sesuai dengan SPESIFIKASI tujuan yang ditetapkan. PLAN ini harus
diterjemahkan secara detil dan per sub-sistem.

Perencanaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi sasaran dan proses dengan


mencari tahu hal-hal apa saja yang tidak beres kemudian mencari solusi atau ide-ide
untuk memecahkan masalah ini. Tahapan yang perlu diperhatikan, antara lain:
mengidentifikasi pelayanan jasa, harapan, dan kepuasan pelanggan untuk memberikan
hasil yang sesuai dengan spesifikasi. Kemudian mendeskripsikan proses dari awal
hingga akhir yang akan dilakukan. Memfokuskan pada peluang peningkatan mutu (pilih
salah satu permasalahan yang akan diselesaikan terlebih dahulu). Identifikasikanlah
akar penyebab masalah. Meletakkan sasaran dan proses yang dibutuhkan untuk
memberikan hasil yang sesuai dengan spesifikasi.

Mengacu pada aktivitas identifikasi peluang perbaikan dan/atau identifikasi terhadap


cara-cara mencapai peningkatan dan perbaikan.

Terakhir mencari dan memilih penyelesaian masalah.

Perencanaan :
1. Survey Lahan :
Hal yang paling mendasar adalah memastikan bahwa lahan yang dilaksanakan
adalah sesuai dengan lokasi yang disebutkan dalam Kontrak dan Sertifikat Tanah,
karena semua acuan perletakan bangunan dan infrastrukturnya, harus mengacu pada
batas-batas lahan yang benar.

Langkah pemeriksaan dan pematokan batas lahan adalah sebagai berikut :

pastikan bahwa patok batas lahan, pada tiap sudut perimeter lahan sesuai dengan
data Badan Pertanahan Nasional jika belum ada patok dari BPN, sebaiknya
diminta pihak BPN atau pengelola kawasan untuk memasang patok-patok batas
lahan yang sesuai dengan data mereka
jika patok yang ada belum permanen (tidak dicor) atau tidak terlindungi dengan
baik, sebaiknya dibuat patok beton dengan cor dan memasang titik batas dengan
tanda paku tertanam di tiap patok dan lindungilah patok-patok tersebut dengan
perimeter yang baik dan mudah dipantau (dari bambu atau kaso dan diberi tanda
warna atau bendera atau tanda lain yang mudah dilihat)
setelah dipastikan seluruh patok perimeter sesuai, Berita Acara Joint Survey yang
sudah disahkan bersama instansi terkait dan Konsultan Pengawas atau Owner
harus disimpan dan menjadi dasar acuan seluruh pengukuran berikutnya
titik batas lahan dan garis perimeternya diplot ke gambar dan dilakukan cross
check apakah sesuai dengan batas yang diberikan dalam gambar desain atau
gambar konstruksi jika terjadi perbedaan maka harus dilaporkan kepada
Konsultan untuk dilakukan penyesuaian gambar desain
periksa luas lahan apakah sesuai dengan luasan pada sertifikat tanah yang dimiliki
Owner
buatlah patok-patok benchmark utama (BM) yang terhubung dengan seluruh titik
sudut perimeter lahan di lokasi yang tidak terganggu selama pelaksanaan proyek
dan diplotkan pada gambar pelaksanaan, serta menjadi acuan awal pelaksanaan
pematokan (stacking out) pada bangunan-bangunan yang akan dilaksanakan
jika diperlukan, dapat dibuat patok-patok pinjaman untuk mempermudah
pelaksanaan pengukuran dan pematokan berikutnya.

Langkah pemeriksaan dan pematokan batas lahan adalah sebagai berikut :

pastikan bahwa patok batas lahan, pada tiap sudut perimeter lahan sesuai dengan
data Badan Pertanahan Nasional jika belum ada patok dari BPN, sebaiknya
diminta pihak BPN atau pengelola kawasan untuk memasang patok-patok batas
lahan yang sesuai dengan data mereka
jika patok yang ada belum permanen (tidak dicor) atau tidak terlindungi dengan
baik, sebaiknya dibuat patok beton dengan cor dan memasang titik batas dengan
tanda paku tertanam di tiap patok dan lindungilah patok-patok tersebut dengan
perimeter yang baik dan mudah dipantau (dari bambu atau kaso dan diberi tanda
warna atau bendera atau tanda lain yang mudah dilihat)
setelah dipastikan seluruh patok perimeter sesuai, Berita Acara Joint Survey yang
sudah disahkan bersama instansi terkait dan Konsultan Pengawas atau Owner
harus disimpan dan menjadi dasar acuan seluruh pengukuran berikutnya
titik batas lahan dan garis perimeternya diplot ke gambar dan dilakukan cross
check apakah sesuai dengan batas yang diberikan dalam gambar desain atau
gambar konstruksi jika terjadi perbedaan maka harus dilaporkan kepada
Konsultan untuk dilakukan penyesuaian gambar desain
periksa luas lahan apakah sesuai dengan luasan pada sertifikat tanah yang dimiliki
Owner
buatlah patok-patok benchmark utama (BM) yang terhubung dengan seluruh titik
sudut perimeter lahan di lokasi yang tidak terganggu selama pelaksanaan proyek
dan diplotkan pada gambar pelaksanaan, serta menjadi acuan awal pelaksanaan
pematokan (stacking out) pada bangunan-bangunan yang akan dilaksanakan
jika diperlukan, dapat dibuat patok-patok pinjaman untuk mempermudah
pelaksanaan pengukuran dan pematokan berikutnya

Setelah diperoleh data dari pengukuran dan pengecekan batas lahan serta kontur
eksisting, data yang ada diplotkan di Gambar Situasi dan Potongan, sebagai gambar
kerja, meliputi data-data dan informasi antara lain :

titik patok dan garis perimeter (batas lahan)


titik patok benchmark dan pinjaman
titik penempatan tanda atau marking level acuan
garis kontur lahan eksisting
posisi dan dimensi perimeter as atau perimeter luar masing-masing bangunan
serta infrastruktur utama yang akan dikerjakan, termasuk jarak antar bangunan
dan infrastruktur yang direncanakan
garis sepadan bangunan (GSB)
bangunan atau konstruksi atau infrastruktur eksisting di dalam area proyek
untuk infrastruktur atau bangunan eksisting tertentu perlu diukur dan
digambarkan posisi dan dimensi aktualnya, serta diberikan tanda untuk
infrastruktur eksisting yang akan terpengaruh pekerjaan, misal : tiang listrik atau
lampu PJU atau bak kontrol atau pohon yang harus dibongkar atau dipindahkan
karena lokasi penempatannya akan dibangun jalan entrance maupun exit
potongan melintang dan memanjang jalan raya eksisting dan infrastrukturnya,
untuk menunjukkan level masing-masing infrastruktur eksisting (jalan, saluran,
kabel dan pipa eksisting)
potongan memanjang dan melintang yang menunjukkan level bangunan dan
infrastruktur (jalan dan saluran) yang akan dilaksanakan, untuk menunjukkan
level rencana terhadap jalan dan saluran drainase eksisting jika terdapat
masalah segera informasikan kepada Konsultan dan Owner supaya dapat
diperoleh solusinya bersama-sama, misal : untuk kemiringan saluran yang akan
dilaksanakan terhadap outlet pada pertemuan dengan saluran drainase eksisting.

Infrastruktur eksisting di sekitar perimeter proyek yang harus dipantau dan diambil
posisi dan levelnya antara lain :

jalan raya, saluran dan trotoar/pedestrian


tiang telepon
tiang listrik dan lampu PJU
rambu-rambu dan pohon penghijauan milik instansi kawasan atau pemerintah
posisi utilitas kabel dan pemipaan eksisting termasuk bak kontrol maupun
instalasi kontrol lainnya
menara air atau menara telekomunikasi yang berada di dekat perimeter lahan
proyek, yang mungkin akan terpengaruh, mempengaruhi atau harus dilindungi
dari efek pelaksanaan pekerjaan
bangunan dan utilitas milik tetangga di samping dan di seberang lokasi proyek
sungai, lereng dan vegetasi tinggi di sekitar lokasi proyek dalam radius yang
berpengaruh pada ataupun dipengaruhi oleh pelaksanaan proyek.

Pengamatan kondisi lapangan selain pengukuran dan pendataan serta pembuatan


gambar seperti diuraikan di atas, kondisi lapangan baik di dalam lokasi maupun di
sekitar lokasi proyek, perlu diamati antara lain :

kondisi tanah dan vegetasi serta konstruksi dan utilitas eksisting di lokasi proyek
bahaya alam (lereng yang mudah longsor, daerah sambaran petir, dsb)
kondisi lalu lintas serta manuver kendaraan di sekitar lokasi proyek
lokasi dan nomor telepon instansi penting (kantor pemerintahan dan kawasan
yang terdekat dengan lokasi proyek : kantor kelurahan atau kecamatan, kantor
polisi, klinik atau rumah sakit, kantor pemadam kebakaran, tempat ibadah,
warung makan dan kios, dsb)
kondisi sosial di sekitar lokasi proyek.
Hal ini dimaksudkan supaya tim Kontraktor dapat mengantisipasi segala kendala yang
mungkin timbul serta membuat persiapan pencegahannya, termasuk memberikan
gambaran awal yang baik untuk penempatan bangunan sementara termasuk akses dan
jalan kerja yang diperlukan. Kendala yang mungkin timbul antara lain : potensi
kemacetan pada jam tertentu di jalan sekitar proyek, adanya cekungan yang harus
diperbaiki sebelum pelaksanaan konstruksi jalan. Pengamatan ini juga berguna untuk
menganalisa metoda kerja yang akan digunakan, dalam kaitan aspek teknis maupun non
teknis yang mungkin terjadi.

2. Gambar Rencana Bangunan :


Gambar Rencana Bangunan merupakan gambar bangunan yang dibuat oleh
Konsultan Perencana yang terdiri dari Gambar Arsitektur, Hasil Penyelidikan
Tanah dan Perencanaan Struktur, serta hasil Gambar Desain Instalasi dan
Mekanikal serta Elektrikal.
Gambar rancangan Arsitektur Bangunan Gedung sekurang-kurangnya memuat
gambar :
1. Rencana Tampak Bangunan / Gedung ;
2. Denah Bangunan / Gedung;
3. Tampak Bangunan / Gedung;
4. Potongan Bangunan / Gedung;
5. Jalur Evakuasi Bencana; dan
6. Aksesibilitas bagi penyandang disabilitas
Keterangan :
Gambar rancangan arsitektur untuk angka 5 dan 6 dikecualikan untuk
bangunan gedung fungsi rumah tinggal.
Perencanaan struktur bangunan gedung terdiri dari perhitungan struktur dan
gambar rencana struktur. Perhitungan struktur dan gambar rencana struktur
dipersyaratkan bagi kegiatan mendirikan bangunan baru untuk :

a. Semua bangunan gedung dengan ketinggian lebih dari dua lantai.

b. Semua bangunan gedung dengan konstruksi yang memiliki bentang struktur


dari enam meter.
c. Semua bangunan gedung yang memiliki basement.

d. Semua bangunan gedung yang menggunakan sistem struktur khusus.

e. Semua bangunan gedung yang memiliki fungsi ruang seperti perpustakaan,


parkir, ruang pertemuan dan laboratorium yang tidak berada di lantai dasar.

Perhitungan struktur dan gambar rencana struktur tidak dipersyaratkan bagi


kegiatan mendirikan bangunan gedung untuk:

a. Perubahan gedung yang tidak menambah pembebanan pada struktur yang sudah
ada.

b. Penambahan bangunan gedung dengan luasan per lantai sampai dengan 10%
dari luasan bidang lantai yang ditumpu

Perencanaan struktur meliputi:

a. Laporan penyelidikan tanah.

b. Perhitungan struktur.

c. Gambar rencana struktur.

Gambar rencana struktur sekurang-kurangnya harus memuat gambar:

a. Rencana pondasi.

b. Denah kolom dan balok.

c. Detail penulangan balok, kolom, dinding geser, tangga dan plat lantai.

d. Detail rangka atap.

Gambar Desain Instalasi dan Mekanikal serta Elektrikal, gambar rencana dan
perhitungan mekanikal dan elektrikal bangunan gedung sebagaimana dimaksud terdiri
dari:

a. Gambar rencana dan perhitungan listrik arus kuat.

b. Gambar rencana dan perhitungan listrik arus lemah.

c. Gambar rencana dan perhitungan plumbing dan sanitasi.

d. Gambar rencana dan perhitungan tata udara dalam bangunan.


e. Gambar rencana dan perhitungan transportasi dalam bangunan

Gambar rencana arsitektur, struktur, mekanikal dan elektrikal bangunan gedung harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1. Format kertas gambar dengan ukuran sekurang-kurangnya A2.

2. Kop kertas gambar sekurang-kurangnya memuat nama proyek, lokasi proyek,


pemilik proyek, perencana yang memiliki izin pelaku teknis
bangunan (nama dan tanda tangan asli), skala gambar, judul gambar, nomor
dan jumlah lembar dan notasi arch dan keterangan lain yang diperlukan.

3. Skala gambar menggunakan angka 1:10 atau 1:20 atau 1:50 atau 1:100 atau 1:200
atau 1:500 atau 1:1000 atau 1:2000 atau 1:5000 sesuai dengan kebutuhan dan
format kertas yang digunakan.

4. Mempergunakan kop kertas gambar yang dimuat pada sebelah kanan kertas
gambar.

Dasar hukum bagi pembuatan Gambar Rencana Bangunan adalah: Perda No. 7 Tahun
1991, standar teknis yang berlaku, SNI peruntukan, Perda Kebakaran, Kep Men,
dsb. Dokumen prasyarat yang harus dibawa adalah: KRK, RTLB, Sertifikat Tanah,
Gambar Arsitektur Bangunan dan Hasil Penelitian Tanah.

2. DO (Pengerjaan) :

Implementasi proses. Dalam langkah ini, yaitu melaksanakan rencana yang telah
disusun sebelumnya dan memantau proses pelaksanaan dalam skala kecil (proyek uji
coba). Mengacu pada penerapan dan pelaksanaan aktivitas yang direncanakan.
Pelaksanaan proyek dilakukan dengan time schedule yang sudah direncanakan.

Tahap Pelaksanaan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana pada dasarnya


merupakan pelaksanaan kegiatan tahapan pemanfaatan dana dalam Siklus kegiatan
PNPMMandiriPerkotaan.
Kegiatan dalam tahapan ini pada garis besarnya dibagi atas 2 tahapan yaitu (1). tahap
persiapan pelaksanaan dan (2). tahap pelaksanaan konstruksi itu sendiri. Adapun
mekanisme kegiatan pada tahap pelaksanaan sebagaimana terlihat pada gambar.
Tahap Persiapan Pelaksanaan Pembangunan (Konstruksi)

1.Penyiapan Organisasi Pengelola Pemanfaatandan Pemeliharaan


Penyiapan organisasi Pengelola Pemanfaatan & pemeliharaan prasarana disini
mencakup kegiatan (1). pembentukan Organisasi Pengelola (Struktur Organisasi)
termasuk penentuan orang-orang yang akan bertanggungjawab pada setiap unit
kerja, (2). Penyusunan Rencana Kerja Pemanfaatan dan pemeliharaan.
Pada prinsipnya semua prasarana yang telah dibangun harus dipelihara. Namun
demikian, mengingat pemanfaat setiap prasarana tidak seluruhnya sama maka
pembentukan/pengorganisasian O&P disini hanya diprioritaskan pada prasarana
yang berifat umum/publik dan prasarana kelompok. Sedangkan untuk prasarana
yang bersifat individu atau pengunaan oleh satu keluarga saja, tidak perlu dibentuk
Organisasi Pengelolanya, seperti Jamban Keluarga, Saluran Limbah Rumah Tangga,
karena sudah langsung dipelihara oleh masing-masing keluarga pengguna.
Waktu pelaksanaan pembentukan organisasi Pengelola ini dilakukan sejak awal
persiapan pelaksanaan kegiatan. Jadi tidak dibentuk setelah pekerjaan fisik selesai.
Pendekatan ini diharapkan dapat memunculkan kesadaran dan rasa
tanggungjawab bagi KSM untuk memelihara sarana dan prasarana yang telah
dibangunnya sehingga dapat memberikan manfaat yang berkesinambungan dan
lestari. Selain itu juga diharapkan agar Tim Pengelola yang dipilih sejak awal dapat
terlibat langsung dalam pelaksanaan pembangunan fisik/konstruksi sehingga setelah
pekerjaan selesai masyarakat/tim pengelola sudah siap melaksanakan pemeliharaan.

Penyelenggaraan penyiapan organisasi pemanfaat dan pemeliharaan ini dilakukan


oleh KSM melalui forum musyawarah warga pemanfaat (atau forum musyawarah
pengambilan keputusan tertinggi KSM). Dan difasilitasi oleh pihak BKM/UPL,
Konsultan , Ka Desa / Lurah. Secara lebih detail penjelasan apa dan bagaimana
pelaksanaan dari kedua tahapan kegiatan tersebut diatas dapat dilihat pada Buku
TatacaraPemanfaatan&PemeliharaanSarana&Prasarana.
2.Penajaman Rencana Kerja
Suatu rencana kerja hendaklah dibuat serinci mungkin agar lebih mudah untuk
dipahami dan dilaksanakan. Untuk mencapai hal tersebut tidak cukup mudah,
apalagi ada keterbatasan kemampuan teknis personil dalam menyusun perencanaan
dan keterbatasan waktu yang tersedia untuk merencankan kegiatan. Untuk
mengantisipasi adanya kelemahan-kelemahan dalam perencanaan tersebut maka
perlu dilakukan evaluasi atau penajaman kembali rencana kerja sebelum
pelaksanaandimulai.
Penajaman rencana kerja disini merupakan kegiatan yang dilakukan oleh KSM
selaku pelaksana kegiatan pembangunan, khususnya oleh Tim Pelaksana yang telah
dibentuk, dengan tujuan untuk memperoleh suatu rencana pelaksanaan
pembangunan yang lebih rinci dari rencana kerja awal (sudah diajukan dalam
proposal/SPPD-L) sehingga lebih siap dijalankan dilapangan. Kegiatan ini
dimaksudkan sebagai langkah antisipasi adanya perubahan-perubahan dalam
rencana kerja awal baik yang disebabkan oleh adanya pemahaman baru yang lebih
mendalam tentang pelaksanaan kegiatan, perubahan kondisi lapangan dilokasi
prasarana, ketersediaan tenaga kerja, bahan, peralatan ataupun kondisi Tim
Pelaksana kegiatan sendiri, dan lain-lain yang akan mempengaruhi metode kerja
pelaksanaan untuk mencapai target-target yang sudah ditentukan dalam pelaksanaan
konstruksi.
Penajaman rencana kerja yang dicakup disini antara lain adalah rencana jadwal
pelaksanaan, rencana pengadaan/mobilisasi tenaga kerja/ bahan/alat, rencana tim
pelaksana lapangan, rencana Calon Tenaga Kerja yang akan terlibat, termasuk
rencana pelatihan administrasi dan teknis konstruksi bagi tim pelaksana lapangan.
Pelaksanaan hal tersebut dilakukan dengan cara mengevaluasi atau memeriksa
kembali dari setiap rencana yang telah ada, apakah semua hal-hal yang diuraikan
pada rencana semula (SPPD-L/Proposal) masih dapat diterapkan dilapangan. Jika
ada rencana yang perlu disesuaikan kembali maka dapat langsung diperbaiki. Hasil
perbaikan/perubahan inilah yang selanjutnya akan dipergunakan oleh Tim Pelaksana
Lapangan sebagai acuan dalam pelaksanaan, disamping juga sebagai alat monitoring
suatu pekerjaan dilapangan nanti. Keseluruhan hasil penajaman rencana ini akan
menjadi masukan dalam penyelenggaraan Musyawarah Persiapan Pelaksanaan
Konstruksi yang diselenggarakan oleh UPL.

3. Penandatangan Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana-Lingkungan (SPPD-L)


SPPD-L merupakan salah satu bentuk kesepakatan perjanjian kerjasama antara
BKM dengan KSM dalam rangka pemanfaatan dana BLM untuk pembangunan
sarana & prasarana sesuai ketentuan-ketentuan yang dipersyaratkan. Hal-hal yang
diatur dalam perjanjian ini antara lain
Hal hal yang terkait dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan yaitu ; Lingkup
kegiatan, dokumen perjanjian kerja, jangka waktu pelaksanaan serta nilai perjanjian
kerja.
Hal-hal khusus yang masuk dalam perjanjian seperti hak dan kewajiban para pihak,
tahap pencairan dana, penyelesaian pekerjaan dan pemeliharaan hasil pekerjaan.
Sedangkan hal hal umum yang perlu diatur dalam perjanjian untuk mengantisipasi
berbagai permasalahan yang timbul selama pelaksanaan pekerjaan seperti : sanksi,
force majeure dan penyelesaian perselisihan.
Dengan adanya perjanjian tersebut maka semua pihak baik BKM/UPL maupun
KSM harus mentaatinya. Secara teknis bagaimana pelaksanaan isi kontrak tersebut
agar dijelaskan kembali oleh UPL/BKM kepada KSM pada saat penyelenggaraan
MP2K. Adapun contoh bentuk SPPD-L sebagaimana terlampir.
4.Musyawarah Persiapan Pelaksanaan Konstruksi(MP2K)
Musyawarah Persiapan Pelaksanaan Konstruksi disingkat MP2K adalah merupakan
Rapat/Forum musyawarah warga dalam rangka Persiapan Pelaksanaan Konstruksi
Fisik/Pembangunan Infrastruktur (Pre Construction Meeting/PCM). Jadi Rapat ini
diselenggarakan sesegera mungkin setelah ditandatanganinya SPPD-L dan sebelum
dimulainya kegiatan pembangunan prasarana/fisik. Penyelenggara kegiatan MP2K
ini adalah BKM/UPL (dengan difasilitasi oleh Faskel Teknik) dan dihadiri oleh
seluruh pihak KSM/Panitia yang akan melaksanakan kegiatan pembangunan
infrastruktur diwilayahnya.
Forum ini ditujukan untuk membahas dan mengetahui sejauh mana persiapan-
persiapan yang telah dilakukan KSM/Panitia serta untuk memberikan penjelasan-
penjelasan dan penyepakatan hal-hal yang menyangkut teknis maupun administrasi
dalam rangka pelaksanaan pembangunan prasarana. Jadi pada forum ini juga pihak
KSM dapat melakukan konsultasi terkait hal-hal yang belum dipahami baik teknis
maupun administrasikegiatan.
5.Sosialisasi Kegiatan
Pada tahap ini, KSM melakukan sosialisasi kepada warga, khususnya anggota KSM
bersangkutan mengenai keseluruhan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
sesuaiSPPD-L;
6.Pembuatan & Pemasangan Papan NamaKegiatan
Sebelum kegiatan fisik dimulai, KSM harus membuat dan memasang papan nama
kegiatan/sub-proyek pada tempat strategis dilokasi kegiatan. Papan nama ini
dimaksudkan untuk memberikan informasi dan transparansi kegiatan serta wajib
terpasang selama kegiatan pembangunan prasarana berlangsung.
Informasi yang perlu tercantum dalam Papan Nama Proyek ini antara lain : Wilayah
administratif kegiatan (kelurahan, kecamatan & kabupaten); Nama BKM
Penanggung jawab Kegiatan; Jenis/Nama Kegiatan; Volume Kegiatan; Biaya
Kegiatan (Swadaya, BLM dan Total); Waktu pelaksanaan; Lokasi kegiatan; Nama
KSM Pelaksana.

3. Check (Evaluasi) :

Memantau dan mengevaluasi proses dan hasil terhadap sasaran dan spesifikasi dan
melaporkan hasilnya. Dalam pengecekan ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu
memantau dan mengevaluasi proses dan hasil terhadap sasaran dan spesifikasi. Teknik
yang digunakan adalah observasi dan survei. Apabila masih menemukan kelemahan-
kelemahan, maka disusunlah rencana perbaikan untuk dilaksanakan selanjutnya. Jika
gagal, maka cari pelaksanaan lain, namun jika berhasil, dilakukan rutinitas. Mengacu
pada verifikasi apakah penerapan tersebut sesuai dengan rencana peningkatan dan
perbaikan yang diinginkan.

4. Action (Menindaklanjuti) :

Artinya melakukan evaluasi total terhadap hasil sasaran dan proses dan menindaklanjuti
dengan perbaikan-perbaikan. Jika ternyata apa yang telah kita kerjakan masih ada yang
kurang atau belum sempurna, segera melakukan action untuk memperbaikinya. Proses
ACT ini sangat penting artinya sebelum kita melangkah lebih jauh ke proses perbaikan
selanjutnya.

Menindaklanjuti hasil untuk membuat perbaikan yang diperlukan. Ini berarti juga
meninjau seluruh langkah dan memodifikasi proses untuk memperbaikinya sebelum
implementasi berikutnya. Menindaklanjuti hasil berarti melakukan standarisasi
perubahan, seperti mempertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan,
merevisi proses yang sudah diperbaiki, melakukan modifikasi standar, prosedur dan
kebijakan yang ada, mengkomunikasikan kepada seluruh staf, pelanggan dan suplier
atas perubahan yang dilakukan apabila diperlukan, mengembangkan rencana yang
jelas, dan mendokumentasikan proyek. Selain itu, juga perlu memonitor perubahan
dengan melakukan pengukuran dan pengendalian proses secara teratur.

Anda mungkin juga menyukai