Anda di halaman 1dari 32

3.

4 MENERAPKAN TAHAPAN PENGUKURAN LOKASI PROPERTI BANGUNAN

4.4 MELAKSANAKAN PENGUKURAN LOKASI PROPERTI YANG AKAN DIBANGUN

Pemeriksaan dan Pengujian Pekerjaan


yang sebaiknya dilaksanakan dan didokumentasikan

Di bagian ini dicoba diberikan daftar untuk jenis pemeriksaan, analisa dan pengujian untuk material dan proses pelaksanaan serta hasil pekerjaan

Pekerjaan Persiapan
Soil Investigation (Penyelidikan Tanah) :

 sondir atau CPT (cone penetration test)


 bor log : SPT (N-value), sampling (disturbed & undisturbed), lapisan tanah (soil layers), muka air tanah, dsb
 pemeriksaan/pengujian laboratorium/laboratory testing : 

            - sifat fisik tanah/soil properties :


                         ◦ jenis tanah/soil classification
                         ◦ Attenberg Limits dan indeks plastisitas/plasticity index
                         ◦ berat satuan/specific gravity
                         ◦ gradasi/grain size distribution
                         ◦ kadar air, angka pori dan permeabilitas
            - kekuatan geser :
                         ◦ unconfined compression (geser satu arah)
                         ◦ direct shear (geser langsung)
                         ◦ triaxial  (geser triaksial : UU, CU atau CD)
            - konsolidasi dan kembang susut (consolidation and swelling index)
            - kepadatan/kemampatan (standar proctor atau modified proctor)
            - CBR Laboratorium
            - dsb sesuai kebutuhan desain yang diminta oleh Konsultan Desain

 rekomendasi untuk perbaikan tanah dan jenis pondasi yang disarankan oleh Konsultan Penyelidikan Tanah
Survey dan Pengukuran :

 joint survey untuk batas lahan (perimeter area proyek)


 peta situasi dan penetapan benchmark (BM) permanen sebagai acuan dasar selama proyek berjalan
 pengukuran dan pemetaan kontur eksisting serta peta situasi kondisi eksisting pada lahan proyek
 patok acuan (BM dan pinjaman) untuk levelling
 patok acuan (BM dan pinjaman) koordinat perimeter lahan dan pinjaman BM untuk penggambaran dan pemasangan patok batas bangunan,
as bangunan, titik pondasi dan infrastruktur

 Pekerjaan Tanah :
Pengujian laboratorium untuk material yang didatangkan dari luar lokasi proyek (timbunan tanah datang, limestone, crushed stone, base course,
dsb) :

 gradasi
 kepadatan laboratorium

 CBR laboratorium

Analisa dan evaluasi untuk pekerjaan cut & fill, galian dan timbunan :

 analisa dan evaluasi untuk penentuan tipe, jumlah dan efektifitas kerja alat berat (excavator, bulldozer, dump truck)
 analisa dan evaluasi pengaturan jalur keluar masuk kendaraan angkut pekerjaan tanah

Pengujian lapangan untuk pelaksanaan pekerjaan lapis tanah dasar dan pondasi :

 uji lintasan (untuk menentukan jumlah lintasan yang diperlukan untuk mencapai kepadatan dan daya dukung yang disyaratkan, di samping
dapat digunakan untuk mengevaluasi nilai faktor pemampatan volume/isi dari material lepas/lose yang didatangkan dengan hasil yang
diinginkan)
 CBR lapangan
 kepadatan (sand cone)
Pengukuran/survey lapangan :

 staking out untuk pelaksanaan galian atau timbunan


 pemeriksaan hasil akhir pekerjaan (tebal lapisan pondasi, level, kemiringan, dsb)

Survey dan Pengukuran Awal (Preliminary Survey)

Pada awal pelaksanaan proyek, pengukuran awal yang baik termasuk survey lokasi dan pematokan awal menentukan kelancaran pelaksanaan
pekerjaan berikutnya.
Hal-hal yang sebaiknya diperhatikan dalam pengukuran awal, survey lokasi dan pematokan awal antara lain diuraikan secara singkat pada bagian
ini.

Pemeriksaan dan pematokan batas lahan


Hal yang paling mendasar adalah memastikan bahwa lahan yang dilaksanakan adalah sesuai dengan lokasi yang disebutkan dalam Kontrak dan
Sertifikat Tanah yang dimiliki oleh Owner, karena semua acuan perletakan bangunan dan infrastrukturnya, harus mengacu pada batas-batas lahan
yang benar.

Langkah pemeriksaan dan pematokan batas lahan adalah sebagai berikut :

 pastikan bahwa patok batas lahan, pada tiap sudut perimeter lahan sesuai dengan data Badan Pertanahan Nasional — jika belum ada patok
dari BPN, sebaiknya diminta pihak BPN atau pengelola kawasan untuk memasang patok-patok batas lahan yang sesuai dengan data mereka
 jika patok yang ada belum permanen (tidak dicor) atau tidak terlindungi dengan baik, sebaiknya dibuat patok beton dengan cor dan memasang
titik batas dengan tanda paku tertanam di tiap patok dan lindungilah patok-patok tersebut dengan perimeter yang baik dan mudah dipantau
(dari bambu atau kaso dan diberi tanda warna atau bendera atau tanda lain yang mudah dilihat)
 setelah dipastikan seluruh patok perimeter sesuai, Berita Acara Joint Survey yang sudah disahkan bersama instansi terkait dan Konsultan
Pengawas atau Owner harus disimpan dan menjadi dasar acuan seluruh pengukuran berikutnya
 titik batas lahan dan garis perimeternya diplot ke gambar dan dilakukan cross check apakah sesuai dengan batas yang diberikan dalam
gambar desain atau gambar konstruksi — jika terjadi perbedaan maka harus dilaporkan kepada Konsultan untuk dilakukan penyesuaian
gambar desain
 periksa luas lahan apakah sesuai dengan luasan pada sertifikat tanah yang dimiliki Owner
 buatlah patok-patok benchmark utama (BM) yang terhubung dengan seluruh titik sudut perimeter lahan di lokasi yang tidak terganggu selama
pelaksanaan proyek dan diplotkan pada gambar pelaksanaan, serta menjadi acuan awal pelaksanaan pematokan (stacking out) pada
bangunan-bangunan yang akan dilaksanakan
 jika diperlukan, dapat dibuat patok-patok pinjaman untuk mempermudah pelaksanaan pengukuran dan pematokan berikutnya

Pemeriksaan level dan kontur tanah eksisting


Setelah batas lahan dipastikan sesuai, segera dilakukan pemeriksaan level dan kontur tanah eksisting, untuk mendapatkan data acuan level
bangunan serta infrastruktur yang akan dilaksanakan.

Data dari pemeriksaan ini juga dapat digunakan untuk perhitungan pekerjaan cut and fill serta galian/urugan yang diperlukan

Tanda atau marking level di lapangan untuk level acuan seluruh bangunan yang akan dikerjakan, dapat berupa tanda segitiga terbalik berwarna
merah dan angka level acuan, yang dapat dibuat pada patok BM utama atau pada bangunan atau infrastruktur eksisting yang dipastikan tidak akan
berubah dalam jangka waktu yang cukup lama, minimal selama pelaksanaan proyek.

Lakukan pengukuran kontur tanah eksisting, termasuk level jalan raya, saluran, pedestrian, dsb, termasuk seluruh kondisi eksisting pada area di
sekitar lokasi proyek jika memungkinkan (sekitar 5 m' di luar batas lahan).

Pastikan data dipelihara dengan baik dan jika tanda yang dibuat di lapangan terhapus atau rusak segera lakukan perbaikan atau pembuatan tanda
yang baru.

Gambar Situasi dan Potongan


Setelah diperoleh data dari pengukuran dan pengecekan batas lahan serta kontur eksisting, data yang ada diplotkan di Gambar Situasi dan
Potongan, sebagai gambar kerja, meliputi data-data dan informasi antara lain :

 titik patok dan garis perimeter (batas lahan)


 titik patok benchmark dan pinjaman
 titik penempatan tanda atau marking level acuan
 garis kontur lahan eksisting
 posisi dan dimensi perimeter as atau perimeter luar masing-masing bangunan serta infrastruktur utama yang akan dikerjakan, termasuk jarak
antar bangunan dan infrastruktur yang direncanakan
 garis sepadan bangunan (GSB)
 bangunan atau konstruksi atau infrastruktur eksisting di dalam area proyek
 untuk infrastruktur atau bangunan eksisting tertentu perlu diukur dan digambarkan posisi dan dimensi aktualnya, serta diberikan tanda untuk
infrastruktur eksisting yang akan terpengaruh pekerjaan, misal : tiang listrik atau lampu PJU atau bak kontrol atau pohon yang harus dibongkar
atau dipindahkan karena lokasi penempatannya akan dibangun jalan entrance maupun exit
 potongan melintang dan memanjang jalan raya eksisting dan infrastrukturnya, untuk menunjukkan level masing-masing infrastruktur eksisting
(jalan, saluran, kabel dan pipa eksisting)
 potongan memanjang dan melintang yang menunjukkan level bangunan dan infrastruktur (jalan dan saluran) yang akan dilaksanakan, untuk
menunjukkan level rencana terhadap jalan dan saluran drainase eksisting — jika terdapat masalah segera informasikan kepada Konsultan dan
Owner supaya dapat diperoleh solusinya bersama-sama, misal : untuk kemiringan saluran yang akan dilaksanakan terhadap outlet pada
pertemuan dengan saluran drainase eksisting

Infrastruktur eksisting di sekitar perimeter proyek yang harus dipantau dan diambil posisi dan levelnya antara lain :

 jalan raya, saluran dan trotoar/pedestrian
 tiang telepon
 tiang listrik dan lampu PJU
 rambu-rambu dan pohon penghijauan milik instansi kawasan atau pemerintah
 posisi utilitas kabel dan pemipaan eksisting termasuk bak kontrol maupun instalasi kontrol lainnya
 menara air atau menara telekomunikasi yang berada di dekat perimeter lahan proyek, yang mungkin akan terpengaruh, mempengaruhi atau
harus dilindungi dari efek pelaksanaan pekerjaan
 bangunan dan utilitas milik tetangga di samping dan di seberang lokasi proyek
 sungai, lereng dan vegetasi tinggi di sekitar lokasi proyek dalam radius yang berpengaruh pada ataupun dipengaruhi olehpelaksanaan proyek

Selain itu perlu juga didokumentasikan kondisi tiap bangunan atau infrastruktur atau lereng alam eksisting, serta dibuat laporan atau berita acara
yang diserahkan ke Konsultan, Owner atau instansi terkait, untuk data dan dasar jika terjadi permasalahan, misalnya tuduhan menimbulkan
kerusakan atau tuntutan untuk memperbaiki dan memasang kembali dari pihak lain -- supaya dapat diketahui apakah memang kerusakan ditimbulkan
karena pelaksanaan proyek atau sudah rusak sebelum proyek dimulai
Pengamatan kondisi lapangan
Selain pengukuran dan pendataan serta pembuatan gambar seperti diuraikan di atas, kondisi lapangan baik di dalam lokasi maupun di sekitar lokasi
proyek, perlu diamati antara lain :

 kondisi tanah dan vegetasi serta konstruksi dan utilitas eksisting di lokasi proyek
 bahaya alam (lereng yang mudah longsor, daerah sambaran petir,  dsb)
 kondisi lalu lintas serta manuver kendaraan di sekitar lokasi proyek
 lokasi dan nomor telepon instansi penting (kantor pemerintahan dan kawasan yang terdekat dengan lokasi proyek : kantorkelurahan atau
kecamatan, kantor polisi, klinik atau rumah sakit, kantor pemadam kebakaran, tempat ibadah, warung makan dan kios, dsb)
 kondisi sosial di sekitar lokasi proyek.

Hal ini dimaksudkan supaya tim Kontraktor dapat mengantisipasi segala kendala yang mungkin timbul serta membuat persiapan pencegahannya,
termasuk memberikan gambaran awal yang baik untuk penempatan bangunan sementara termasuk akses dan jalan kerja yang diperlukan.

Kendala yang mungkin timbul antara lain : potensi kemacetan pada jam tertentu di jalan sekitar proyek, adanya cekungan yang harus diperbaiki
sebelum pelaksanaan konstruksi jalan di proyek, dsb

Pengamatan ini juga berguna untuk menganalisa metoda kerja yang akan digunakan, dalam kaitan aspek teknis maupun non teknis yang mungkin
terjadi
Gambar Sebagai Acuan Pelaksanaan Pekerjaan
Dalam setiap proyek, selalu ditemui gambar sebagai acuan
pelaksanaan pekerjaan

Di bagian ini akan diberikan penjelasan singkat  beberapa jenis


gambar yang sering ditemui di lapangan/proyek, termasuk
monitoring dan distribusinya :

 for construction drawing
 shop drawing
 fabrication drawing
 as built drawing

For Construction Drawing Shop Drawing


Gambar ini dibuat dan diterbitkan oleh Konsultan Desain, Shop Drawing merupakan gambar yang dibuat dan diterbitkan oleh
sebagai acuan utama untuk pelaksanaan pekerjaan di lapangan Kontraktor dan diperiksa serta disahkan oleh Konsultan MK sebelum dapat
dipakai sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
Gambar For Construction mempunyai ciri umum tidak harus
mendetail dalam penggambarannya, namun harus mencakup Gambar ini dibuat karena beberapa kondisi :
keseluruhan lingkup pekerjaan, baik yang harus dilaksanakan.oleh
Kontraktor pelaksana maupun oleh pihak lain (misal : instansi
khusus atau Kontraktor Spesialis lain yang ditunjuk Owner) -- dan  sebagai gambar pendetail untuk memperjelas atas apa yang tertuang
diberikan notasi yang jelas tentang lingkup pekerjaan yang terkait, dalam gambar For Construction
baik pada gambar maupun dalam dokumen-dokumen pelelangan  sebagai gambar kerja yang memuat informasi kondisi aktual
(kontrak) lapangan, yang belum tetuang dalam gambar For Construction
 apabila terdapat modifikasi atau perubahan atau penambahan atau
Pada setiap set gambar For Construction, biasanya diberikan acuan pengurangan suatu pekerjaan atau bagian pekerjaan, atas persetujuan
Standard Drawing (Standar Detail) yang harus diikuti oleh atau perintah Konsultan MK atau Owner
Kontraktor dalam mengaplikasikan apa yang digambarkan oleh  apabila terdapat modifikasi atau perubahan yang diusulkan oleh
Konsultan Desain pada gambar For Construction. Kontraktor dan disetujui oleh Konsultan MK atau Owner, untuk
menyesuaikan tingkat kesulitan pelaksanaan, kondisi di lokasi
Gambar ini pada umumnya didistribusikan dengan jalur : proyek maupun metoda khusus yang ditawarkan oleh Kontraktor
Konsultan Desain ke Konsultan MK atau Owner, lalu dari
Konsultan MK kepada Kontraktor
Yang harus diketahui dan diperhatikan oleh setiap engineer Kontraktor
Gambar For Construction pada umumnya bersifat mengikat dengan adalah bahwa Shop Drawing bersifat terikat mutlak pada gambar For
kekuatan tertinggi apabila terjadi ketidaksesuaian antar dokumen Construction, dalam arti tidak dapat menghilangkan atau mengubah apa
kontrak, terutama pada jenis kontrak lump-sum (baik fixed price yang tertuang dalam gambar For Construction tanpa adanya perintah atau
maupun fixed unit price) -- kecuali dituliskan secara jelas urutan persetujuan tertulis dari Konsultan MK, yang dituangkan dalam Site
kekuatan dokumen yang berbeda pada kontrak yang ditandatangani Instruction
bersama
Jadi apabila Kontraktor membuat Shop Drawing dengan menyalahi apa
Gambar For Construction juga bersifat dapat dijadikan dasar yang tertuang dalam gambar For Construction (misal mengganti atau
pelaksanaan dengan atau tanpa adanya Shop Drawing yang menghilangkan elemen pekerjaan tertentu), tanpa ada dasar Site Instruction
menjelaskan secara lebih detail, kecuali apabila dijelaskan secara yang mendukungnya, maka tetap berkewajiban dan dapat dituntut untuk
khusus bahwa setiap For Construction harus dibuat Shop Drawing- melaksanakan elemen yang diganti atau dihilangkan tersebut sesuai apa
nya dalam ketentuan perjanjian kerja yang tertuang dalam For Construction, walaupun Shop Drawing yang
dibuat sudah direview dan ditandatangani oleh Konsultan MK 

Fabrication Drawing As Built Drawing


Fabrication Drawing merupakan gambar pabrikasi atau perakitan As Built Drawing merupakan gambar akhir yang berupa gambar seluruh
yang dibuat oleh Kontraktor untuk menunjukkan elemen-elemen pekerjaan yang terlaksana, sesuai dengan penempatan aktualnya termasuk
yang dipabrikasi dan perangkaiannya dan oleh beberapa pihak penyimpangan atau perubahan yang terjadi atas letak maupun ukuran
umumnya dianggap sebagai bagian dari Shop Drawing maupun spesifikasi yang dilaksanakan dari gambar For Construction

Gambar ini pada umumnya dibuat pada pelaksanaan pekerjaan Gambar ini nantinya menjadi acuan dalam perawatan dan pemeliharaan serta
struktur kayu, baja, panel-panel dinding, atap ataupun rangka perbaikan apabila terjadi kerusakan, dan juga menjadi acuan utama apabila di
pengaku maupun penggantung baik struktural maupun arsitektural kemudian hari Owner bermaksud membongkar atau menambah atau
dan dalam beberapa pekerjaan MEP merupakan gambar bagan dan memodifikasi bangunan serta fasitas dan instalasi yang ada -- sehingga
isometrik pembuatan As Built Drawing haruslah sesuai dengan kondisi aktual
terpasang

Monitoring Penerimaan dan Distribusi Bagan Alir Sederhana


Monitoring dan Dokumentasi Gambar di Lapangan
Gambar (For Construction dan Shop Drawing)
-klik untuk memperbesar-
File yang disiapkan dan disimpan di lapangan untuk keperluan
dokumentasi gambar pada umumnya :

 master file untuk For Construction Drawing yang diterima


beserta revisi-revisinya
 master file untuk Shop Drawing dan Fabrication Drawing
yang diajukan dan disetujui beserta revisi-revisinya
 arsip untuk menyimpan gambar-gambar yang direvisi dan
tidak dipakai lagi sebagai acuan pelaksanaan (Superseeded)
 data monitoring pengajuan, penerimaan, revisi, serta
distribusi gambar
 data file Site Instruction yang mendasari Shop Drawing
dan Fabrication Drawing yang berubah dari apa yang
tertuang dalam For Construction Drawing

Perlu diperhatikan oleh setiap engineer di lapangan untuk


memelihara master file gambar yang baik dan selalu dipastikan
yang disimpan di dalamnya adalah gambar-gambar yang
merupakan revisi terakhir, sehingga tidak menimbulkan
kemungkinan resiko terjadinya salah pendistribusian gambar
(gambar yang sudah direvisi dan diganti masih didistribusikan di
lapangan)
Pada setiap pendistribusian gambar yang merupakan gambar
revisi, harus dipastikan untuk selalu melakukan penarikan gambar
revisi sebelumnya supaya tidak terjadi kesalahan pelaksanaan oleh
tim di lapangan akibat masih mengacu pada gambar yang sudah
direvisi (superseeded)

Perlu dipastikan pula dengan pemantauan inspeksi berkala ke


personel yang melaksanakan pekerjaan di lapangan untuk
memastikan mereka mengikuti gambar revisi yang terakhir, dan
tidak ada gambar yang beredar di personel lapangan yang tidak
melalui pemantauan engineer yang berupa adanya stempel
asli Controlled Copy  yang ditandatangani oleh engineer yang
berwenang
Secara umum, stempel yang berlaku di gambar yang diterima, disimpan, didistribusikan maupun yang ditarik di lapangan adalah :

 Received : pada dokumen gambar yang diterima dari Konsultan Desain, Konsultan MK maupun Owner, dan pada umumnya gambar-gambar
dengan stempel ini ditempatkan pada odner atau bendel master file gambar, baik For Construction Drawing, Shop Drawing maupun
Fabrication Drawing
 Controlled Copy : pada dokumen gambar yang difotocopy dari gambar pada master file untuk didistribusikan ke personel pelaksanaan
pekerjaan di lapangan
 Superseeded : pada dokumen gambar yang diterbitkan revisinya baik oleh Konsultan Desain (For Construction) maupun Kontraktor (Shop
Drawing, Fabrication Drawing) dan harus ditarik dari seluruh personel pelaksanaan untuk dihancurkan dan disisakan 1 set saja (pada
umumnya file asli yang diterima dari Konsultan) untuk didokumentasikan data urutan perubahan revisi gambarnya
Pemeriksaan dan Pengujian Pekerjaan
yang sebaiknya dilaksanakan dan didokumentasikan
Di bagian ini dicoba diberikan daftar untuk jenis pemeriksaan, analisa dan pengujian untuk material dan proses pelaksanaan serta hasil pekerjaan

Pekerjaan Persiapan
Soil Investigation (Penyelidikan Tanah) :

 sondir atau CPT (cone penetration test)


 bor log : SPT (N-value), sampling (disturbed & undisturbed), lapisan tanah (soil layers), muka air tanah, dsb
 pemeriksaan/pengujian laboratorium/laboratory testing : 

            - sifat fisik tanah/soil properties :


                         ◦ jenis tanah/soil classification
                         ◦ Attenberg Limits dan indeks plastisitas/plasticity index
                         ◦ berat satuan/specific gravity
                         ◦ gradasi/grain size distribution
                         ◦ kadar air, angka pori dan permeabilitas
            - kekuatan geser :
                         ◦ unconfined compression (geser satu arah)
                         ◦ direct shear (geser langsung)
                         ◦ triaxial  (geser triaksial : UU, CU atau CD)
            - konsolidasi dan kembang susut (consolidation and swelling index)
            - kepadatan/kemampatan (standar proctor atau modified proctor)
            - CBR Laboratorium
            - dsb sesuai kebutuhan desain yang diminta oleh Konsultan Desain

 rekomendasi untuk perbaikan tanah dan jenis pondasi yang disarankan oleh Konsultan Penyelidikan Tanah

Survey dan Pengukuran :

 joint survey untuk batas lahan (perimeter area proyek)


 peta situasi dan penetapan benchmark (BM) permanen sebagai acuan dasar selama proyek berjalan
 pengukuran dan pemetaan kontur eksisting serta peta situasi kondisi eksisting pada lahan proyek
 patok acuan (BM dan pinjaman) untuk levelling
 patok acuan (BM dan pinjaman) koordinat perimeter lahan dan pinjaman BM untuk penggambaran dan pemasangan patok batas bangunan, as bangunan, titik
pondasi dan infrastruktur

 Pekerjaan Tanah :
Pengujian laboratorium untuk material yang didatangkan dari luar lokasi proyek (timbunan tanah datang, limestone, crushed stone, base course, dsb) :

 gradasi
 kepadatan laboratorium
 CBR laboratorium

Analisa dan evaluasi untuk pekerjaan cut & fill, galian dan timbunan :

 analisa dan evaluasi untuk penentuan tipe, jumlah dan efektifitas kerja alat berat (excavator, bulldozer, dump truck)
 analisa dan evaluasi pengaturan jalur keluar masuk kendaraan angkut pekerjaan tanah

Pengujian lapangan untuk pelaksanaan pekerjaan lapis tanah dasar dan pondasi :

 uji lintasan (untuk menentukan jumlah lintasan yang diperlukan untuk mencapai kepadatan dan daya dukung yang disyaratkan, di samping dapat digunakan
untuk mengevaluasi nilai faktor pemampatan volume/isi dari material lepas/lose yang didatangkan dengan hasil yang diinginkan)
 CBR lapangan
 kepadatan (sand cone)

Pengukuran/survey lapangan :

 staking out untuk pelaksanaan galian atau timbunan


 pemeriksaan hasil akhir pekerjaan (tebal lapisan pondasi, level, kemiringan, dsb)
Pekerjaan Pemancangan :
Data teknis alat pancang yang digunakan (Drop Hammer, Diesel Hammer, Hydraulic Hammer, Steam Hammer, Jacking Hammer, dsb), sebaiknya diambil dari
manual teknis alat yang digunakan, diminta untuk disiapkan copy-nya oleh sub-kontraktor pekerjaan pemancangan :

 berat hammer
 effective blow energy
 rekomendasi/rumus dari produsen alat untuk perhitungan kapasitas dukung hasil pemancangan
 sertifikasi alat berat dan operator termasuk welder
 kelengkapan, asesoris, data-data dan sertifikasi untuk keperluan safety (APD termasuk kelengkapan mesin las, dsb)

Data teknis material :

 tiang pancang, harus menyertakan data Mill Sheet dan data pengujian kuat tekan beton pada umur 28 hari
 kawat las, cukup dilihat dan didokumentasikan data teknis kawat las dari kemasan atau brosur material yang digunakan

Test Pile, dilakukan untuk menganalisa korelasi antara hasil dan rekomendasi Konsultan Penyelidikan Tanah dengan kondisi di lokasi pelaksanaan pekerjaan,
sebaiknya dilakukan dengan melihat pembagian zoning yang dapat dimunculkan dari hasil sondir dan bor log

Pile Driving Record, selama pelaksanaan pemancangan dilakukan pencatatan data-data yang mencantumkan :

 nomor titik pancang


 kombinasi tiang dan kode produksi tiang pancang yang digunakan
 waktu dan durasi pelaksanaan pemancangan
 jumlah sambungan yang digunakan
 jumlah pukulan per interval kedalaman tertentu dan kumulatif jumlah pukulan palu pancang (hammer)
 kemiringan pemancangan
 pergeseran titik pancang
 pemeriksaan kemungkinan pile heaving
 grafik final set
 daya dukung dari rumus dinamis
Pengujian hasil pekerjaan :

 Dynamic Test (mis : PDA Test)


 Static Loading Test (mis : Kentledge, dsb) - optional, jika disyaratkan
 Pile Integrity Test - optional jika belum dicover di pengujian PDA
 Pengelasan (mis: ultrasound, dsb) - optional, jika disyaratkan

Pengukuran/survey hasil pekerjaan :

 level pemotongan tiang/cut off level


 pergeseran titik pancang aktual pada cut off level
 as built drawing
Pengantar Management Proyek
Proyek adalah sebuah kegiatan yang bersifat sementara yang telah ditetapkan awal pekerjaannya dan waktu selesainya, untuk mencapai tujuan dan hasil yang
spesifik dan unik, dan pada umumnya untuk menghasilkan sebuah perubahan yang bermanfaat atau yang mempunyai nilai tambah.

Proyek biasanya dibatasi oleh waktu, dan seringkali juga dibatasi oleh sumber pendanaan.

Proyek selalu bersifat sementara atau temporer dan sangat kontras dengan bisnis pada umumnya (operasi-produksi), dimana operasi-produksi mempunyai sifat
perulangan (repetitif), dan aktifitasnya biasanya bersifat permanen atau mungkin semi permanen untuk menghasilkan produk atau layanan jasa.

Pada prakteknya, tipe manajemen pada kedua sistem ini sering berbeda, dengan kemampuan teknis dan keputusan manajemen stragetis yang spesifik.

Proyek konstruksi adalah suatu upaya untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk bangunan atau infrastruktur. Bangunan ini pada umumnya mencakup pekerjaan
pokok yang termasuk di dalamnya bidang teknik sipil dan arsitektur, juga tidak jarang melibatkan disiplin lain seperti teknik industri, teknik mesin, elektro dan
sebagainya.
Tahapan proyek konstruksi secara garis besar meliputi :

 adanya kebutuhan dari stakeholder (need)


 melakukan studi kelayakan (feasibility study)
 membuat penjelasan yang lebih rinci (briefing)
 membuat rancangan awal (preleminary design)
 membuat rancangan yang lebih rinci (design development dan detail design)
 melakukan pengadaan (procurement/tender)
 pelaksanaan (construction)
 pemeliharaan dan persiapan penggunaan (maintenance & start up)

Manajemen Proyek adalah penerapan pengetahuan, ketrampilan, sarana dan teknik pada kegiatan proyek -- suatu proses kegiatan untuk melakukan perencanaan,
pengorganiasian, pengarahan dan pengendalian atas sumber daya organisasi yang dimiliki perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu dan sumber daya
tertentu pula.

Manajemen Proyek Konstruksi adalah suatu penerapan manajemen proyek dalam bidang konstruksi, sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil bangunan atau
infrastruktur yang optimal sesuai dengan persyaratan (spesifikasi), dengan mutu yang sebaik mungkin, dengan biaya yang seefisien mungkin dan waktu pelaksanaan
yang sesingkat mungkin.
Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu (Quality Control), pengawasan biaya (Cost Control) dan pengawasan waktu
pelaksanaan (Time Control).
PENGUKURAN DAN PEMATOKAN (SETTING OUT) 

GEDUNG SISTEM KOORDINAT


 
Abstrak

       Pengukuran dan pematokan (setting out/stake out) gedung sistem koordinat adalah salah satu sistem yang dapat dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan
konstruksi bangunan gedung,  pada pelaksanaan pengukuran dan pematokan dengan menerapkan sistem ini harus berdasarkan data ukuran panjang dan lebar
yang akurat sesuai dengan  dokumen gambar kerja (gambar rencana, gambar denah ruang dan gambar denah pondasi). 
       Pengukuran dan pematokan sistem koordinat hanya dapat diterapkan pada bangunan gedung, bloking dan kavling perumahan dengan bentuk ruang siku-
siku. Untuk  menerapkan  sistem koordinat, alat ukur ruang yang digunakan  adalah teodolit manual, teodolit digital atau teodolit total station (TS) dengan ketelitian
bacaan sudut satuan detik, pada pelaksanaan sistem ini juru ukur dapat melakukan  pekerjaan pengukuran dan pematokan titik-titik as gedung sesuai dengan
ukuran yang ada pada gambar kerja.
       Tahap awal sistem pengukuran dan pematokan ini adalah menghitung terlebih dahulu jarak miring dan sudut datarnya setiap titik as gedung, untuk
menghasilkan data hitungan yang akurat setiap titik as dihitung minimal 2 kali dan setiap titik as harus diberi notasi sesuai gambar kerja dan sajikan hasil hitungan
dalam tabel  dengan benar, hasil hitungan dan penyajian data pada tabel yang salah akan mengakibatkan kesalahan pada hasil pengukuran titik as gedung di
lapangan, dengan sekali berdiri teodolit pada patok tetap (Bench Mark) sebagai referensi dapat melaksanakan pengkuran dan pematokan semua titik as gedung
yang direncanakan disesuaikan dengan kemampuan  jarak bidik minimum dan maksimum teodolit serta panjang maksimum roll meter/pita ukur digunakan.
       Hasil pengukuran dan pematokan panjang, lebar dan kesikuan gedung dengan  sistem koordinat dapat dicek kebenaranya dengan cara mengukur panjang
sisi diagonal, jika ukuran panjang sisi diagonalnya sudah sama maka hasil pengukuran dan pematokan sudah benar.

Kata kunci : Pematokan, Gedung, Sistem Koordinat


 
 

A.    Pendahuluan
Pengukuran dan pematokan (setting out/stake out) adalah pekerjaan tahap awal dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi,  sebelum
malaksanakan pengukuran dan pematokan juru ukur perlu menyiapkan dokumen gambar kerja (gambar rencana, gambar denah ruang dan
gambar denah pondasi). Pada pengukuran dan pematokan bangunan gedung serta bloking dan kavling perumahan dengan bentuk ruang siku
siku dapat dipergunakan 2 (dua) cara yaitu dengan cara menerapkan rumus  Phytagoras untuk menghitung  panjang sisi segitiga. Pada
umumnya untuk membuat kesikuan gedung di lapangan menggunakan perbandingan sisi segitiga dengan ukuran   sisi segitiga 60 cm: 80 cm :
100 cm,  3 m: 4 m : 5 m, 6 m: 8 m : 10 m dsb, pada cara ini menggunakan alat ukur jarak datar   pita ukur baja panjang 30 m atau 50 m dengan
ketelitian bacaan mm. Selain cara sederhana pada pengukuran dan pematokan dapat juga menerapkan  sistem koordinat, alat yang digunakan
pada cara ini adalah teodolit manual, teodolit digital atau teodolit total station (TS) dengan ketelitian bacaan sudut satuan detik, pada
pelaksanaan sistem ini juru ukur dapat melakukan  pekerjaan pengukuran dan pematokan titik-titik as sesuai data ukuran yang ada pada
gambar denah ruang yang sudah dihitung jarak dan sudut datarnya, dengan sekali berdiri teodolit pada patok tetap sebagai referensi dapat
melaksanakan pengukuran dan pematokan semua titik as gedung sesuai kemampuan  jarak bidik minimum dan maksimum teodolit.
 
        1.     Garis Sempadan (Rooi)

Pada pekerjaan pengukuran dan pematokan garis sempadan (Rooi) bangunan dan titk tetap (benchmark)harus sesuai
persyaratan  yang ditentukan dan  bekerjasamadengan instansiyang terkait, pada awal pekerjaan pengukuran dan pematokan.
 
        2.     Datum Utama Dan Sekunder.

a.  Sebagai ketinggian (level) referensi, patok tetap yang ada di lapangan digunakan sebagaireferensi atau pedoman. Patok permanen dibuat
dari beton dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi sesuai dengan persyaratan, ditempatkan pada daerah aman serta diikat dan  ditandai
dengan teliti, Patoktetap referensi harus dijaga sampai akhir pelaksanaan pekerjaan pembangunan. Patoktetap referensi inimerupakan
referensi semua pengukuran dan pematokan gedung (jarak dan sudut datar serta koordinat).
b.  Pengukuran titik dan level lainnya dikerjakan secara teliti menggunakan alatsipat datar (Waterpass) dan theodolite yang telah dikalibrasi.
c.   Kontraktor harus memberitahu pengawas secara tertulis setiapketidaksesuaian antara gambar dan kondisi site dan jika menemui
keraguan atas data patoktetap referensi.
d. Kontraktor bertanggung-jawab atas semua hasil pengukuran. Pengawasan olehpengawas resmi tidak melepaskan tanggung jawab
kontraktor.
 
        3.     Papan Referensi Elevasi

a.  Papan referensi bangunan dibuat dari kayu dan dipasang dengan kokoh dan akurat pada posisinya.


b.  Tanda referensi bangunan dibuat dari kayu dengan ukuranlebarminimum 150 mm dan tebal 20 mm.
c.   Referensi elevasi bangunan sama dengan datum utama, kecuali ditentukanlain.
d.  Setelah selesai pemasangan referensi bangunan, kontraktor harusmelaporkan kepada pengawas untuk inspeksi dan persetujuan.
e.  Semua tanda yang menunjukan as dan elevasi harus dibuat dari cat terangdan tahan cuaca, menggunakan simbol standard yang disetujui
pengawas.
 
        4.     Pengukuran Site

a.  Kontraktor harus memulai pekerjaan berpedoman pada as utama dan asreferensi seperti yang terlihat pada rencana tapak dan
bertanggung jawab penuh atashasil pengukuran.
b.  Kontraktor harus menyediakan material, alat dan tenaga kerja, termasuk juruukur yang berpengalaman, dan setiap saat diperlukan harus
siap mengadakanpengukuran ulang.
c.   Kontraktor harus bertanggung jawab untuk melindungi dan memeliharapatok tetap utama selama pekerjaan pembangunan. Kontraktor
bertanggung jawabuntuk memelihara patok sekunder dilapangan dengan jumlah dan posisi sesuaipengarahan pengawas.
 
        5.     Tahapan-tahapan Pematokan dan Pengukuran

Tahapan-tahapan pengukuran dan pengukuran yang harus dilakukan oleh juru ukur dalam menerapkan sistem ini adalah sebagai berikut:
a.  Meginterpretasi data dan informasi yang disajikan pada gambar kerja (gambar site plan,  denah ruang dan pondasi).
b.  Menghitung jarak datar dan sudut datar setiap as gedung sesuai gambar kerja.
c.   Menyajikan hasil hitungan dalam bentuk tabel.
d.  Menentukan garis sempadan ( Rooi ) bangunan sesuai gambar rencana (site plan)
e.  Menentukan basis ukur sebagai pedoman pengukuran jarak dan sudut datar .
f.    Menentukan setiap as bangunan gedung sesuai jarak dan sudut datar yang telah dihitung.
g.  Mengontrol kesikuan dan jarak datar sesuai data ukuran yang tersedia pada gambar denah ruang dan pondasi
h.  Menghitung kebutuhan bahan konstruksi bowplank.
i.    Memasang patok bowplank menerus sesuai bentuk dan ukuran gedung
j.    Menentukan peil lantai ( ± 0.00 )
k.   Memindah as ukuran gedung pada konstruksi bowplank
l.    Mengontrol kesikuan dan jarak sesuai denah ruang dan pondasi
 
B.      Perhitungan Jarak dan Sudut  Datar As Gedung
Pada pelaksanaan   pengukuran dan pematokan  sistem koordinat, perhitungan jarak dan besaran sudut datar sisi miring setiap as gedung
berdasarkan data dan informasi yang disajikan pada  gambar denah ruang dan pondasi harus dihitung terlebih dahulu dengan menggunakan
kalkulator atau komputer  dengan aplikasi exel proses perhitungan harus dilaksanakan minimum dua kali agar menghasilkan data ukuran jarak
dan sudut datar yang akurat, hasil hitungan jarak dan sudut datar disajikan mulai besaran sudut datar terkecil sampai dengan besaran sudut
datar terbesar sesuai putaran teodolit searah jarum jam dalam bentuk tabel agar memudahkan  dalam pelaksanaan   pengukuran dan
pematokan. jika hasil hitungan dan penyajian jarak dan sudut datar pada tabel salah maka akan mengakibatkan kesalahan juga pada hasil
pelaksanaan pengukuran dan pematokan, pada setiap titik as gedung diberi  notasi angka susuai gambar denah ruang dan pondasi dan
buatlah  garis ukur dari titik tempat berdiri teodolit ke setiap titik as gedung. Tulislah data dan spesifikasi kalkulator atau komputer yang
dipergunakan pada tabel dan lakukan pengontrolan hasil perhitungan akhir sebelum data hitungan dipergunakan pada pekerjaan pematokan.
 
1.   Alat dan Bahan :
a.  Alat
      Kalkulator/komputer                                       1 buah
      Gambar denah ruang dan pondasi              1 exp
      Alat tulis                                                           1 buah
b.  Bahan
      Kertas A4                                                         3 lembar
 
2.   Langkah Kerja :
a.  Menyiapkan gambar denah ruang dan pondasi
b.  Menyiapkan peralatan dan bahan
c.   Menyiapkan tabel hitung
d.  Menentukan garis ukur dan garis sempadan
e.  Menghitung jarak dan sudut datar setiap titik as gedung
f.    Menyajikan hasil hitungan dalam bentuk tabulasi.
 
3.   Cara Kerja
a.  Buatlah arah garis ukur dari titik tempat  berdiri teodolit ( PT ) ke setiap titik as gedung  1,2,3…dst, lihat gambar di bawah
b.  Berilah notasi angka pada setiap tiik as gedung sesuai putaran besaran sudut pada gambar denah ruang dan pondasi lihat gambar 1 di
bawah
 
Gambar 1

 
c.  Dengan cara yang sama, hitunglah jarak dan besaran sudut datar semua titik as gedung sesuai gambar denah pondasi dan ruang.
d.  Sajikan hasil hitungan jarak dan besaran sudut datar semua titik as gedung sesuai gambar denah pondasi dan ruang dalam bentuk tabel
lihat contoh tabel di bawah.
                             
 Tabel Perhitungan Titik As Gedung
Nama                                     :
Nama Proyek                                    :
No. Kalkulator/Komputer    :
No.Teodolit                            :
No.PPD                                 :
No.
Jarak
Tempa No.
Besaran  Sudut       Sisi Keterang
t Targ
datar  () Miring  an
Pesaw et
(m)
at
Garis Ukur
T 0° 0´0"  
Referensi
Patok
1 15° 15´18.43" 11,401
Bowplank
…………
2 ……………. As Gedung
….
………… Patok
TP 5 …………….
…. Bowplank
…………
3 ……………. As Gedung
….
…………
6 ……………. As Gedung
….
…………
dst ……………. dst
….

 
A.       Pengukuran dan Pematokan As Gedung
Pengukuran dan pematokan as gedung dilaksanakan  sesudah data hasil hitungan jarak dan besaran sudut datar selesai, berdasarkan data
dan informasi pada gambar rencana, gambar denah ruang, gambar pondasi dan tabulasi data hasil hitungan yang sudah benar. Alat dan
bahan, keselamatan kerja, cara kerja dan langkah kerja diuraikan sebagai berikut:
 
1.  Alat dan Bahan :
a.      Alat
       Teodolit (Manual, Digital, Total Station)              1 buah
       Statif                                                                       1 buah
       Rol meter ( 30 m )                                                 1 buah
       Yalon                                                                       2 buah
       Trifoot                                                                     1 buah
       Nivo Kotak                                                             1 buah
       Meteran Lipat                                                        1 buah
       Alas tulis                                                                1 buah
       Palu besi 1 kg                                                      1 buah
       Payung                                                                  1 buah
b.      Bahan
       Gambar kerja                                   
       Tabel data hasil hitungan
       Kayu 2 x 3 x 30 cm           sesuai jumlah titik as gedung
       Paku payung                   sesuai jumlah titik as gedung
 
2.  Langkah Kerja :
a.  Menyiapkan gambar kerja
b.  Menyiapkan peralatan dan bahan
c.   Menyiapkan tabel hasil hitungan
d.  Menentukan sempadan bangunan
e.  Menentukan setiap as gedung
 
3.  Cara Kerja :
a.  Tentukan   garis sempadan (lihat gambar dibawah) sesuai ukuran pada gambar kerja (gambar site plan, denah ruang, denah pondasi)
        Gambar 2
b.  Tentukan  garis ukur  (garis referensi ) sesuai dengan jarak yang direncanakan.
c.     Setel Teodolit di atas titik tetap  ( PT ) sehingga siap dioperasikan
d.  Setel besaran sudut datar pada posisi 0 0 0 kemudian arahkan teropong teodolit  ketitik tetap target (T ).
e.  Putar teodolit searah jarum jam dan setel besaran sudut titik as no.1 sesuai hasil hitungan, serta kunci teodolit jika bacaan bearan sudut datar sudah benar.
f.  Ukur jarak datar sisi miring dari titik tetap PT ke titik as no.1 sesuai hasil hitungan dan arah teropong teodolit.
g.  Rubah obyek titik as sesuai  isyarat yang diberikan oleh si pengukur sudut , jika ukuran sudut dan jarak belum tepat.
h.  Tancapkan patok dengan kokoh jika ukuran sudut dan jarak sudah tepat
i.  Pasang paku di atas patok , jika ukuran sudut dan jarak sudah tepat
j.    Berilah notasi angka dengan warna merah pada patok sesuai tabel data
k. Dengan cara yang sama , kerjakan semua titik as gedung sesuai gambar denah pondasi dan ruang yang sudah dihitung.
 l.  Kontrol jarak dan kesikuan jika sudah membentuk ruang.

 
A.   Pemasangan Bowplank
Pekerjaan pemasangan bowplank biasanya dilakukan bersamaanatau setelah pekerjaan pengukurandilakukan. Pemasangan Bouwplank
(Pematokan) dilaksanakan bersama-sama olehPihak Proyek, Perencana Pengawas, Pelaksana dan dibuat Berita AcaraPematokan.
Bowplank terbuat dari kayu papan yang bagian atasnya rata dan dipakukan pada patok kayu persegi ukuran 5/7cm yang tertanam di dalam
tanah dengan  kuat dan tegak. Untuk menentukan ketinggian papanbouwplank agar datar(Level) bagian atasnya,papan bowplank harus diukur
menggunakan alat sipat datar (waterpass), sedangkan untuk mengukur dari titik As ke As antar ruangan digunakan meteran.Setiap titik
pengukuran ditandai dengan paku dan dicat dengan cat merah dan ditulisukuran pada papan bouwplank agar mudah di cek kembali.
Pemasangan papan bowplankdilaksanakan pada jarak 1,5 m dari As  gedung dan dipasang sekeliling  bangunan dan dipakukan pada
patok(Konstruksi bowplank menerus),sesuai bentuk dan ukuran gedung.
 
1.  Alat dan Bahan 

a.  Alat :
      Teodolit TL - 6DE                                            1 buah
      Statif                                                                 1 buah
      Rol meter ( 30 m )                                           1 buah
      Levelling                                                           1 buah
      Baak Ukur                                                        1 buah
      Nivo Kotak                                                       1 buah
      Meteran Lipat                                                  1 buah
      Alas tulis                                                          1 buah
      Palu besi 1 kg                                                 1 buah
      Palu besi 5 kg                                                 1 buah
      Payung                                                             1 buah
b.  Bahan :
      Gambar kerja                          
      Tabel data hasil hitungan
      Kayu 2 x 3 x 3 cm                               sesuai jumlah titik as gedung
      Paku usuk                                           sesuai jumlah titik as gedung
      Benang snur                                       1 rol
      Kapur tulis warna merah

 
 2.  Langkah Kerja :
a.  Menyiapkan gambar kerja
b.  Menyiapkan peralatan dan bahan
c.   Menyiapkan tabel hasil hitungan
d.  Menentukan sempadan bangunan
e.  Menentukan setiap as gedung
f.    Menentukan Konstruksi bowplank
 
3.  Cara Kerja :
a.  Tancapkan patok dengan kokoh dan tegak setiap panjang 2 m atau disesuaikan dengan panjang papan lihat gambar 3 di bawah.
 

Gambar 3
b  Tentukan peil lantai  0,000  pada setiap patok bowplank dengan menggunakan AlatSipat Datar (Waterpass) lihat gambar 4 di bawah..
Gambar 4
c.  Pasang papan bowplank pada patok bowplank yang sudah ditandai (marking).
d.  Dengan cara yang sama pasang bowplank secara menerus,lihat gambar 5  di bawah
 
 

 
Gambar 5
e.  Pidahkan setiap as gedung keatas papan bowplank dengan menggunakan teodolit.
 f.  Pasanglah paku dan dan tanda paring warna merah di bawah paku pada setiap as gedung lihat gambar 6 di bawah.           .
Gambar 6
g.  Tarik benang dari as ke as yang ada di atas patok bowplank.
h.  Kontrol ukuran dan kesikuan ruang yang sudah dipindah di atas bowplank. 

 
MEMBETUK SITE PLAN DI LOKASI TANAH PERUMAHAN

Pengukuran lahan untuk Perumahan dilakukan dengan beberapa tahapan tahapan awal yaitu pengukuran luas lahan secara keseluruhan termasuk Kontur tanah dan Elevasi

Untuk pengukuran tahap awal ini biasanya di butuhkan oleh tenaga teknis Arsitektur dan Konstruksi sebagai dasar untuk membuat perencanaan kerja.

Dalam kondisi ini kita belum bisa menentukan betuk kavling jadi dan batas batas kavling yang akan digunalkan untuk bangunan rumah dan jalan karena kondisi lahan belum
memungkinkan untuk dilakukan pengukuran kavling secara detail.

Begitu proses Land Clearing dan Cut and Fill selesai dilakukan barulah dapat dilakukan pengukuran dan patok jadi Kavling Bangunan. Untuk melakukan pegukuran awal kita
membutuhkan beberapa titik koordinat sebagai dasar acuan pengukuran awal, pegukuran dapat dilakukan dengan mengunakan Thedolit atau waterpass.

Menentukan Titik Koordinat

Topografi
Menempatkan sebuah patok pada salah satu sudut lahan dan kemudian kita tentukan sebagai titik "0" kemudian kita letakan alat ukur theodolit di tengah patok tersebut,
kemudian kita siapkan satu patok lagi pada sisi sudut lahan yang lain dan pasang patok kedua dan tentukan ukuran jarak antara patok satu dan dua. Demikian seterusnya untuk
patok yang ke tiga dan ke empat.

Untuk menentukan level masing masing kavling kita tambahkan dengan bak ukur ketingian tanah, ini di lakukan supaya level masing - masing kavling dapat di ketahui. Tahap ini
masih dalam tahapan Cut And Fill dimana pada saat ini kita akan menentukan level jadi masing masing block dan kavling karena bisa jadi tinggi masing masig block kavling
tinginya berbeda.

Pembentukan Kavling

Perapian Kavling bisa dengan mengunakan Exavator supaya bisa lebih mudah pengerjaanya dan hasilnya lebih rapi.

Pengukuran Kavling

Kavling yang sudah terbentuk baru bisa kita tentukan pengukurannya. Pengukuran masing masing Kavling bisa kita gunakan dengan cara manual yaitu dengan peteran panjang
100m dan menentukan jarak masing masing kavling dengan patok patok. untuk batas patok yang udah jadi kita warnai dengan cat merah.

pada saat pengukuran dan perapian kavling bisa sekalian melakukan pengalian badan jalan dengan kedalaman lebih kurang 50 -70 cm untuk memudahkan penambahan tanah
pada kavling yang ketinggiannya masih rendah.

Anda mungkin juga menyukai