Di bagian ini dicoba diberikan daftar untuk jenis pemeriksaan, analisa dan pengujian untuk material dan proses pelaksanaan serta hasil pekerjaan
Pekerjaan Persiapan
Soil Investigation (Penyelidikan Tanah) :
rekomendasi untuk perbaikan tanah dan jenis pondasi yang disarankan oleh Konsultan Penyelidikan Tanah
Survey dan Pengukuran :
Pekerjaan Tanah :
Pengujian laboratorium untuk material yang didatangkan dari luar lokasi proyek (timbunan tanah datang, limestone, crushed stone, base course,
dsb) :
gradasi
kepadatan laboratorium
CBR laboratorium
Analisa dan evaluasi untuk pekerjaan cut & fill, galian dan timbunan :
analisa dan evaluasi untuk penentuan tipe, jumlah dan efektifitas kerja alat berat (excavator, bulldozer, dump truck)
analisa dan evaluasi pengaturan jalur keluar masuk kendaraan angkut pekerjaan tanah
uji lintasan (untuk menentukan jumlah lintasan yang diperlukan untuk mencapai kepadatan dan daya dukung yang disyaratkan, di samping
dapat digunakan untuk mengevaluasi nilai faktor pemampatan volume/isi dari material lepas/lose yang didatangkan dengan hasil yang
diinginkan)
CBR lapangan
kepadatan (sand cone)
Pengukuran/survey lapangan :
Pada awal pelaksanaan proyek, pengukuran awal yang baik termasuk survey lokasi dan pematokan awal menentukan kelancaran pelaksanaan
pekerjaan berikutnya.
Hal-hal yang sebaiknya diperhatikan dalam pengukuran awal, survey lokasi dan pematokan awal antara lain diuraikan secara singkat pada bagian
ini.
pastikan bahwa patok batas lahan, pada tiap sudut perimeter lahan sesuai dengan data Badan Pertanahan Nasional — jika belum ada patok
dari BPN, sebaiknya diminta pihak BPN atau pengelola kawasan untuk memasang patok-patok batas lahan yang sesuai dengan data mereka
jika patok yang ada belum permanen (tidak dicor) atau tidak terlindungi dengan baik, sebaiknya dibuat patok beton dengan cor dan memasang
titik batas dengan tanda paku tertanam di tiap patok dan lindungilah patok-patok tersebut dengan perimeter yang baik dan mudah dipantau
(dari bambu atau kaso dan diberi tanda warna atau bendera atau tanda lain yang mudah dilihat)
setelah dipastikan seluruh patok perimeter sesuai, Berita Acara Joint Survey yang sudah disahkan bersama instansi terkait dan Konsultan
Pengawas atau Owner harus disimpan dan menjadi dasar acuan seluruh pengukuran berikutnya
titik batas lahan dan garis perimeternya diplot ke gambar dan dilakukan cross check apakah sesuai dengan batas yang diberikan dalam
gambar desain atau gambar konstruksi — jika terjadi perbedaan maka harus dilaporkan kepada Konsultan untuk dilakukan penyesuaian
gambar desain
periksa luas lahan apakah sesuai dengan luasan pada sertifikat tanah yang dimiliki Owner
buatlah patok-patok benchmark utama (BM) yang terhubung dengan seluruh titik sudut perimeter lahan di lokasi yang tidak terganggu selama
pelaksanaan proyek dan diplotkan pada gambar pelaksanaan, serta menjadi acuan awal pelaksanaan pematokan (stacking out) pada
bangunan-bangunan yang akan dilaksanakan
jika diperlukan, dapat dibuat patok-patok pinjaman untuk mempermudah pelaksanaan pengukuran dan pematokan berikutnya
Data dari pemeriksaan ini juga dapat digunakan untuk perhitungan pekerjaan cut and fill serta galian/urugan yang diperlukan
Tanda atau marking level di lapangan untuk level acuan seluruh bangunan yang akan dikerjakan, dapat berupa tanda segitiga terbalik berwarna
merah dan angka level acuan, yang dapat dibuat pada patok BM utama atau pada bangunan atau infrastruktur eksisting yang dipastikan tidak akan
berubah dalam jangka waktu yang cukup lama, minimal selama pelaksanaan proyek.
Lakukan pengukuran kontur tanah eksisting, termasuk level jalan raya, saluran, pedestrian, dsb, termasuk seluruh kondisi eksisting pada area di
sekitar lokasi proyek jika memungkinkan (sekitar 5 m' di luar batas lahan).
Pastikan data dipelihara dengan baik dan jika tanda yang dibuat di lapangan terhapus atau rusak segera lakukan perbaikan atau pembuatan tanda
yang baru.
Infrastruktur eksisting di sekitar perimeter proyek yang harus dipantau dan diambil posisi dan levelnya antara lain :
jalan raya, saluran dan trotoar/pedestrian
tiang telepon
tiang listrik dan lampu PJU
rambu-rambu dan pohon penghijauan milik instansi kawasan atau pemerintah
posisi utilitas kabel dan pemipaan eksisting termasuk bak kontrol maupun instalasi kontrol lainnya
menara air atau menara telekomunikasi yang berada di dekat perimeter lahan proyek, yang mungkin akan terpengaruh, mempengaruhi atau
harus dilindungi dari efek pelaksanaan pekerjaan
bangunan dan utilitas milik tetangga di samping dan di seberang lokasi proyek
sungai, lereng dan vegetasi tinggi di sekitar lokasi proyek dalam radius yang berpengaruh pada ataupun dipengaruhi olehpelaksanaan proyek
Selain itu perlu juga didokumentasikan kondisi tiap bangunan atau infrastruktur atau lereng alam eksisting, serta dibuat laporan atau berita acara
yang diserahkan ke Konsultan, Owner atau instansi terkait, untuk data dan dasar jika terjadi permasalahan, misalnya tuduhan menimbulkan
kerusakan atau tuntutan untuk memperbaiki dan memasang kembali dari pihak lain -- supaya dapat diketahui apakah memang kerusakan ditimbulkan
karena pelaksanaan proyek atau sudah rusak sebelum proyek dimulai
Pengamatan kondisi lapangan
Selain pengukuran dan pendataan serta pembuatan gambar seperti diuraikan di atas, kondisi lapangan baik di dalam lokasi maupun di sekitar lokasi
proyek, perlu diamati antara lain :
kondisi tanah dan vegetasi serta konstruksi dan utilitas eksisting di lokasi proyek
bahaya alam (lereng yang mudah longsor, daerah sambaran petir, dsb)
kondisi lalu lintas serta manuver kendaraan di sekitar lokasi proyek
lokasi dan nomor telepon instansi penting (kantor pemerintahan dan kawasan yang terdekat dengan lokasi proyek : kantorkelurahan atau
kecamatan, kantor polisi, klinik atau rumah sakit, kantor pemadam kebakaran, tempat ibadah, warung makan dan kios, dsb)
kondisi sosial di sekitar lokasi proyek.
Hal ini dimaksudkan supaya tim Kontraktor dapat mengantisipasi segala kendala yang mungkin timbul serta membuat persiapan pencegahannya,
termasuk memberikan gambaran awal yang baik untuk penempatan bangunan sementara termasuk akses dan jalan kerja yang diperlukan.
Kendala yang mungkin timbul antara lain : potensi kemacetan pada jam tertentu di jalan sekitar proyek, adanya cekungan yang harus diperbaiki
sebelum pelaksanaan konstruksi jalan di proyek, dsb
Pengamatan ini juga berguna untuk menganalisa metoda kerja yang akan digunakan, dalam kaitan aspek teknis maupun non teknis yang mungkin
terjadi
Gambar Sebagai Acuan Pelaksanaan Pekerjaan
Dalam setiap proyek, selalu ditemui gambar sebagai acuan
pelaksanaan pekerjaan
for construction drawing
shop drawing
fabrication drawing
as built drawing
Gambar ini pada umumnya dibuat pada pelaksanaan pekerjaan Gambar ini nantinya menjadi acuan dalam perawatan dan pemeliharaan serta
struktur kayu, baja, panel-panel dinding, atap ataupun rangka perbaikan apabila terjadi kerusakan, dan juga menjadi acuan utama apabila di
pengaku maupun penggantung baik struktural maupun arsitektural kemudian hari Owner bermaksud membongkar atau menambah atau
dan dalam beberapa pekerjaan MEP merupakan gambar bagan dan memodifikasi bangunan serta fasitas dan instalasi yang ada -- sehingga
isometrik pembuatan As Built Drawing haruslah sesuai dengan kondisi aktual
terpasang
Received : pada dokumen gambar yang diterima dari Konsultan Desain, Konsultan MK maupun Owner, dan pada umumnya gambar-gambar
dengan stempel ini ditempatkan pada odner atau bendel master file gambar, baik For Construction Drawing, Shop Drawing maupun
Fabrication Drawing
Controlled Copy : pada dokumen gambar yang difotocopy dari gambar pada master file untuk didistribusikan ke personel pelaksanaan
pekerjaan di lapangan
Superseeded : pada dokumen gambar yang diterbitkan revisinya baik oleh Konsultan Desain (For Construction) maupun Kontraktor (Shop
Drawing, Fabrication Drawing) dan harus ditarik dari seluruh personel pelaksanaan untuk dihancurkan dan disisakan 1 set saja (pada
umumnya file asli yang diterima dari Konsultan) untuk didokumentasikan data urutan perubahan revisi gambarnya
Pemeriksaan dan Pengujian Pekerjaan
yang sebaiknya dilaksanakan dan didokumentasikan
Di bagian ini dicoba diberikan daftar untuk jenis pemeriksaan, analisa dan pengujian untuk material dan proses pelaksanaan serta hasil pekerjaan
Pekerjaan Persiapan
Soil Investigation (Penyelidikan Tanah) :
rekomendasi untuk perbaikan tanah dan jenis pondasi yang disarankan oleh Konsultan Penyelidikan Tanah
Pekerjaan Tanah :
Pengujian laboratorium untuk material yang didatangkan dari luar lokasi proyek (timbunan tanah datang, limestone, crushed stone, base course, dsb) :
gradasi
kepadatan laboratorium
CBR laboratorium
Analisa dan evaluasi untuk pekerjaan cut & fill, galian dan timbunan :
analisa dan evaluasi untuk penentuan tipe, jumlah dan efektifitas kerja alat berat (excavator, bulldozer, dump truck)
analisa dan evaluasi pengaturan jalur keluar masuk kendaraan angkut pekerjaan tanah
uji lintasan (untuk menentukan jumlah lintasan yang diperlukan untuk mencapai kepadatan dan daya dukung yang disyaratkan, di samping dapat digunakan
untuk mengevaluasi nilai faktor pemampatan volume/isi dari material lepas/lose yang didatangkan dengan hasil yang diinginkan)
CBR lapangan
kepadatan (sand cone)
Pengukuran/survey lapangan :
berat hammer
effective blow energy
rekomendasi/rumus dari produsen alat untuk perhitungan kapasitas dukung hasil pemancangan
sertifikasi alat berat dan operator termasuk welder
kelengkapan, asesoris, data-data dan sertifikasi untuk keperluan safety (APD termasuk kelengkapan mesin las, dsb)
tiang pancang, harus menyertakan data Mill Sheet dan data pengujian kuat tekan beton pada umur 28 hari
kawat las, cukup dilihat dan didokumentasikan data teknis kawat las dari kemasan atau brosur material yang digunakan
Test Pile, dilakukan untuk menganalisa korelasi antara hasil dan rekomendasi Konsultan Penyelidikan Tanah dengan kondisi di lokasi pelaksanaan pekerjaan,
sebaiknya dilakukan dengan melihat pembagian zoning yang dapat dimunculkan dari hasil sondir dan bor log
Pile Driving Record, selama pelaksanaan pemancangan dilakukan pencatatan data-data yang mencantumkan :
Pengukuran/survey hasil pekerjaan :
Proyek biasanya dibatasi oleh waktu, dan seringkali juga dibatasi oleh sumber pendanaan.
Proyek selalu bersifat sementara atau temporer dan sangat kontras dengan bisnis pada umumnya (operasi-produksi), dimana operasi-produksi mempunyai sifat
perulangan (repetitif), dan aktifitasnya biasanya bersifat permanen atau mungkin semi permanen untuk menghasilkan produk atau layanan jasa.
Pada prakteknya, tipe manajemen pada kedua sistem ini sering berbeda, dengan kemampuan teknis dan keputusan manajemen stragetis yang spesifik.
Proyek konstruksi adalah suatu upaya untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk bangunan atau infrastruktur. Bangunan ini pada umumnya mencakup pekerjaan
pokok yang termasuk di dalamnya bidang teknik sipil dan arsitektur, juga tidak jarang melibatkan disiplin lain seperti teknik industri, teknik mesin, elektro dan
sebagainya.
Tahapan proyek konstruksi secara garis besar meliputi :
Manajemen Proyek adalah penerapan pengetahuan, ketrampilan, sarana dan teknik pada kegiatan proyek -- suatu proses kegiatan untuk melakukan perencanaan,
pengorganiasian, pengarahan dan pengendalian atas sumber daya organisasi yang dimiliki perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu dan sumber daya
tertentu pula.
Manajemen Proyek Konstruksi adalah suatu penerapan manajemen proyek dalam bidang konstruksi, sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil bangunan atau
infrastruktur yang optimal sesuai dengan persyaratan (spesifikasi), dengan mutu yang sebaik mungkin, dengan biaya yang seefisien mungkin dan waktu pelaksanaan
yang sesingkat mungkin.
Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu (Quality Control), pengawasan biaya (Cost Control) dan pengawasan waktu
pelaksanaan (Time Control).
PENGUKURAN DAN PEMATOKAN (SETTING OUT)
Pengukuran dan pematokan (setting out/stake out) gedung sistem koordinat adalah salah satu sistem yang dapat dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan
konstruksi bangunan gedung, pada pelaksanaan pengukuran dan pematokan dengan menerapkan sistem ini harus berdasarkan data ukuran panjang dan lebar
yang akurat sesuai dengan dokumen gambar kerja (gambar rencana, gambar denah ruang dan gambar denah pondasi).
Pengukuran dan pematokan sistem koordinat hanya dapat diterapkan pada bangunan gedung, bloking dan kavling perumahan dengan bentuk ruang siku-
siku. Untuk menerapkan sistem koordinat, alat ukur ruang yang digunakan adalah teodolit manual, teodolit digital atau teodolit total station (TS) dengan ketelitian
bacaan sudut satuan detik, pada pelaksanaan sistem ini juru ukur dapat melakukan pekerjaan pengukuran dan pematokan titik-titik as gedung sesuai dengan
ukuran yang ada pada gambar kerja.
Tahap awal sistem pengukuran dan pematokan ini adalah menghitung terlebih dahulu jarak miring dan sudut datarnya setiap titik as gedung, untuk
menghasilkan data hitungan yang akurat setiap titik as dihitung minimal 2 kali dan setiap titik as harus diberi notasi sesuai gambar kerja dan sajikan hasil hitungan
dalam tabel dengan benar, hasil hitungan dan penyajian data pada tabel yang salah akan mengakibatkan kesalahan pada hasil pengukuran titik as gedung di
lapangan, dengan sekali berdiri teodolit pada patok tetap (Bench Mark) sebagai referensi dapat melaksanakan pengkuran dan pematokan semua titik as gedung
yang direncanakan disesuaikan dengan kemampuan jarak bidik minimum dan maksimum teodolit serta panjang maksimum roll meter/pita ukur digunakan.
Hasil pengukuran dan pematokan panjang, lebar dan kesikuan gedung dengan sistem koordinat dapat dicek kebenaranya dengan cara mengukur panjang
sisi diagonal, jika ukuran panjang sisi diagonalnya sudah sama maka hasil pengukuran dan pematokan sudah benar.
A. Pendahuluan
Pengukuran dan pematokan (setting out/stake out) adalah pekerjaan tahap awal dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, sebelum
malaksanakan pengukuran dan pematokan juru ukur perlu menyiapkan dokumen gambar kerja (gambar rencana, gambar denah ruang dan
gambar denah pondasi). Pada pengukuran dan pematokan bangunan gedung serta bloking dan kavling perumahan dengan bentuk ruang siku
siku dapat dipergunakan 2 (dua) cara yaitu dengan cara menerapkan rumus Phytagoras untuk menghitung panjang sisi segitiga. Pada
umumnya untuk membuat kesikuan gedung di lapangan menggunakan perbandingan sisi segitiga dengan ukuran sisi segitiga 60 cm: 80 cm :
100 cm, 3 m: 4 m : 5 m, 6 m: 8 m : 10 m dsb, pada cara ini menggunakan alat ukur jarak datar pita ukur baja panjang 30 m atau 50 m dengan
ketelitian bacaan mm. Selain cara sederhana pada pengukuran dan pematokan dapat juga menerapkan sistem koordinat, alat yang digunakan
pada cara ini adalah teodolit manual, teodolit digital atau teodolit total station (TS) dengan ketelitian bacaan sudut satuan detik, pada
pelaksanaan sistem ini juru ukur dapat melakukan pekerjaan pengukuran dan pematokan titik-titik as sesuai data ukuran yang ada pada
gambar denah ruang yang sudah dihitung jarak dan sudut datarnya, dengan sekali berdiri teodolit pada patok tetap sebagai referensi dapat
melaksanakan pengukuran dan pematokan semua titik as gedung sesuai kemampuan jarak bidik minimum dan maksimum teodolit.
1. Garis Sempadan (Rooi)
Pada pekerjaan pengukuran dan pematokan garis sempadan (Rooi) bangunan dan titk tetap (benchmark)harus sesuai
persyaratan yang ditentukan dan bekerjasamadengan instansiyang terkait, pada awal pekerjaan pengukuran dan pematokan.
2. Datum Utama Dan Sekunder.
a. Sebagai ketinggian (level) referensi, patok tetap yang ada di lapangan digunakan sebagaireferensi atau pedoman. Patok permanen dibuat
dari beton dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi sesuai dengan persyaratan, ditempatkan pada daerah aman serta diikat dan ditandai
dengan teliti, Patoktetap referensi harus dijaga sampai akhir pelaksanaan pekerjaan pembangunan. Patoktetap referensi inimerupakan
referensi semua pengukuran dan pematokan gedung (jarak dan sudut datar serta koordinat).
b. Pengukuran titik dan level lainnya dikerjakan secara teliti menggunakan alatsipat datar (Waterpass) dan theodolite yang telah dikalibrasi.
c. Kontraktor harus memberitahu pengawas secara tertulis setiapketidaksesuaian antara gambar dan kondisi site dan jika menemui
keraguan atas data patoktetap referensi.
d. Kontraktor bertanggung-jawab atas semua hasil pengukuran. Pengawasan olehpengawas resmi tidak melepaskan tanggung jawab
kontraktor.
3. Papan Referensi Elevasi
a. Kontraktor harus memulai pekerjaan berpedoman pada as utama dan asreferensi seperti yang terlihat pada rencana tapak dan
bertanggung jawab penuh atashasil pengukuran.
b. Kontraktor harus menyediakan material, alat dan tenaga kerja, termasuk juruukur yang berpengalaman, dan setiap saat diperlukan harus
siap mengadakanpengukuran ulang.
c. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk melindungi dan memeliharapatok tetap utama selama pekerjaan pembangunan. Kontraktor
bertanggung jawabuntuk memelihara patok sekunder dilapangan dengan jumlah dan posisi sesuaipengarahan pengawas.
5. Tahapan-tahapan Pematokan dan Pengukuran
Tahapan-tahapan pengukuran dan pengukuran yang harus dilakukan oleh juru ukur dalam menerapkan sistem ini adalah sebagai berikut:
a. Meginterpretasi data dan informasi yang disajikan pada gambar kerja (gambar site plan, denah ruang dan pondasi).
b. Menghitung jarak datar dan sudut datar setiap as gedung sesuai gambar kerja.
c. Menyajikan hasil hitungan dalam bentuk tabel.
d. Menentukan garis sempadan ( Rooi ) bangunan sesuai gambar rencana (site plan)
e. Menentukan basis ukur sebagai pedoman pengukuran jarak dan sudut datar .
f. Menentukan setiap as bangunan gedung sesuai jarak dan sudut datar yang telah dihitung.
g. Mengontrol kesikuan dan jarak datar sesuai data ukuran yang tersedia pada gambar denah ruang dan pondasi
h. Menghitung kebutuhan bahan konstruksi bowplank.
i. Memasang patok bowplank menerus sesuai bentuk dan ukuran gedung
j. Menentukan peil lantai ( ± 0.00 )
k. Memindah as ukuran gedung pada konstruksi bowplank
l. Mengontrol kesikuan dan jarak sesuai denah ruang dan pondasi
B. Perhitungan Jarak dan Sudut Datar As Gedung
Pada pelaksanaan pengukuran dan pematokan sistem koordinat, perhitungan jarak dan besaran sudut datar sisi miring setiap as gedung
berdasarkan data dan informasi yang disajikan pada gambar denah ruang dan pondasi harus dihitung terlebih dahulu dengan menggunakan
kalkulator atau komputer dengan aplikasi exel proses perhitungan harus dilaksanakan minimum dua kali agar menghasilkan data ukuran jarak
dan sudut datar yang akurat, hasil hitungan jarak dan sudut datar disajikan mulai besaran sudut datar terkecil sampai dengan besaran sudut
datar terbesar sesuai putaran teodolit searah jarum jam dalam bentuk tabel agar memudahkan dalam pelaksanaan pengukuran dan
pematokan. jika hasil hitungan dan penyajian jarak dan sudut datar pada tabel salah maka akan mengakibatkan kesalahan juga pada hasil
pelaksanaan pengukuran dan pematokan, pada setiap titik as gedung diberi notasi angka susuai gambar denah ruang dan pondasi dan
buatlah garis ukur dari titik tempat berdiri teodolit ke setiap titik as gedung. Tulislah data dan spesifikasi kalkulator atau komputer yang
dipergunakan pada tabel dan lakukan pengontrolan hasil perhitungan akhir sebelum data hitungan dipergunakan pada pekerjaan pematokan.
1. Alat dan Bahan :
a. Alat
Kalkulator/komputer 1 buah
Gambar denah ruang dan pondasi 1 exp
Alat tulis 1 buah
b. Bahan
Kertas A4 3 lembar
2. Langkah Kerja :
a. Menyiapkan gambar denah ruang dan pondasi
b. Menyiapkan peralatan dan bahan
c. Menyiapkan tabel hitung
d. Menentukan garis ukur dan garis sempadan
e. Menghitung jarak dan sudut datar setiap titik as gedung
f. Menyajikan hasil hitungan dalam bentuk tabulasi.
3. Cara Kerja
a. Buatlah arah garis ukur dari titik tempat berdiri teodolit ( PT ) ke setiap titik as gedung 1,2,3…dst, lihat gambar di bawah
b. Berilah notasi angka pada setiap tiik as gedung sesuai putaran besaran sudut pada gambar denah ruang dan pondasi lihat gambar 1 di
bawah
Gambar 1
c. Dengan cara yang sama, hitunglah jarak dan besaran sudut datar semua titik as gedung sesuai gambar denah pondasi dan ruang.
d. Sajikan hasil hitungan jarak dan besaran sudut datar semua titik as gedung sesuai gambar denah pondasi dan ruang dalam bentuk tabel
lihat contoh tabel di bawah.
Tabel Perhitungan Titik As Gedung
Nama :
Nama Proyek :
No. Kalkulator/Komputer :
No.Teodolit :
No.PPD :
No.
Jarak
Tempa No.
Besaran Sudut Sisi Keterang
t Targ
datar () Miring an
Pesaw et
(m)
at
Garis Ukur
T 0° 0´0"
Referensi
Patok
1 15° 15´18.43" 11,401
Bowplank
…………
2 ……………. As Gedung
….
………… Patok
TP 5 …………….
…. Bowplank
…………
3 ……………. As Gedung
….
…………
6 ……………. As Gedung
….
…………
dst ……………. dst
….
A. Pengukuran dan Pematokan As Gedung
Pengukuran dan pematokan as gedung dilaksanakan sesudah data hasil hitungan jarak dan besaran sudut datar selesai, berdasarkan data
dan informasi pada gambar rencana, gambar denah ruang, gambar pondasi dan tabulasi data hasil hitungan yang sudah benar. Alat dan
bahan, keselamatan kerja, cara kerja dan langkah kerja diuraikan sebagai berikut:
1. Alat dan Bahan :
a. Alat
Teodolit (Manual, Digital, Total Station) 1 buah
Statif 1 buah
Rol meter ( 30 m ) 1 buah
Yalon 2 buah
Trifoot 1 buah
Nivo Kotak 1 buah
Meteran Lipat 1 buah
Alas tulis 1 buah
Palu besi 1 kg 1 buah
Payung 1 buah
b. Bahan
Gambar kerja
Tabel data hasil hitungan
Kayu 2 x 3 x 30 cm sesuai jumlah titik as gedung
Paku payung sesuai jumlah titik as gedung
2. Langkah Kerja :
a. Menyiapkan gambar kerja
b. Menyiapkan peralatan dan bahan
c. Menyiapkan tabel hasil hitungan
d. Menentukan sempadan bangunan
e. Menentukan setiap as gedung
3. Cara Kerja :
a. Tentukan garis sempadan (lihat gambar dibawah) sesuai ukuran pada gambar kerja (gambar site plan, denah ruang, denah pondasi)
Gambar 2
b. Tentukan garis ukur (garis referensi ) sesuai dengan jarak yang direncanakan.
c. Setel Teodolit di atas titik tetap ( PT ) sehingga siap dioperasikan
d. Setel besaran sudut datar pada posisi 0 0 0 kemudian arahkan teropong teodolit ketitik tetap target (T ).
e. Putar teodolit searah jarum jam dan setel besaran sudut titik as no.1 sesuai hasil hitungan, serta kunci teodolit jika bacaan bearan sudut datar sudah benar.
f. Ukur jarak datar sisi miring dari titik tetap PT ke titik as no.1 sesuai hasil hitungan dan arah teropong teodolit.
g. Rubah obyek titik as sesuai isyarat yang diberikan oleh si pengukur sudut , jika ukuran sudut dan jarak belum tepat.
h. Tancapkan patok dengan kokoh jika ukuran sudut dan jarak sudah tepat
i. Pasang paku di atas patok , jika ukuran sudut dan jarak sudah tepat
j. Berilah notasi angka dengan warna merah pada patok sesuai tabel data
k. Dengan cara yang sama , kerjakan semua titik as gedung sesuai gambar denah pondasi dan ruang yang sudah dihitung.
l. Kontrol jarak dan kesikuan jika sudah membentuk ruang.
A. Pemasangan Bowplank
Pekerjaan pemasangan bowplank biasanya dilakukan bersamaanatau setelah pekerjaan pengukurandilakukan. Pemasangan Bouwplank
(Pematokan) dilaksanakan bersama-sama olehPihak Proyek, Perencana Pengawas, Pelaksana dan dibuat Berita AcaraPematokan.
Bowplank terbuat dari kayu papan yang bagian atasnya rata dan dipakukan pada patok kayu persegi ukuran 5/7cm yang tertanam di dalam
tanah dengan kuat dan tegak. Untuk menentukan ketinggian papanbouwplank agar datar(Level) bagian atasnya,papan bowplank harus diukur
menggunakan alat sipat datar (waterpass), sedangkan untuk mengukur dari titik As ke As antar ruangan digunakan meteran.Setiap titik
pengukuran ditandai dengan paku dan dicat dengan cat merah dan ditulisukuran pada papan bouwplank agar mudah di cek kembali.
Pemasangan papan bowplankdilaksanakan pada jarak 1,5 m dari As gedung dan dipasang sekeliling bangunan dan dipakukan pada
patok(Konstruksi bowplank menerus),sesuai bentuk dan ukuran gedung.
1. Alat dan Bahan
a. Alat :
Teodolit TL - 6DE 1 buah
Statif 1 buah
Rol meter ( 30 m ) 1 buah
Levelling 1 buah
Baak Ukur 1 buah
Nivo Kotak 1 buah
Meteran Lipat 1 buah
Alas tulis 1 buah
Palu besi 1 kg 1 buah
Palu besi 5 kg 1 buah
Payung 1 buah
b. Bahan :
Gambar kerja
Tabel data hasil hitungan
Kayu 2 x 3 x 3 cm sesuai jumlah titik as gedung
Paku usuk sesuai jumlah titik as gedung
Benang snur 1 rol
Kapur tulis warna merah
2. Langkah Kerja :
a. Menyiapkan gambar kerja
b. Menyiapkan peralatan dan bahan
c. Menyiapkan tabel hasil hitungan
d. Menentukan sempadan bangunan
e. Menentukan setiap as gedung
f. Menentukan Konstruksi bowplank
3. Cara Kerja :
a. Tancapkan patok dengan kokoh dan tegak setiap panjang 2 m atau disesuaikan dengan panjang papan lihat gambar 3 di bawah.
Gambar 3
b Tentukan peil lantai 0,000 pada setiap patok bowplank dengan menggunakan AlatSipat Datar (Waterpass) lihat gambar 4 di bawah..
Gambar 4
c. Pasang papan bowplank pada patok bowplank yang sudah ditandai (marking).
d. Dengan cara yang sama pasang bowplank secara menerus,lihat gambar 5 di bawah
Gambar 5
e. Pidahkan setiap as gedung keatas papan bowplank dengan menggunakan teodolit.
f. Pasanglah paku dan dan tanda paring warna merah di bawah paku pada setiap as gedung lihat gambar 6 di bawah. .
Gambar 6
g. Tarik benang dari as ke as yang ada di atas patok bowplank.
h. Kontrol ukuran dan kesikuan ruang yang sudah dipindah di atas bowplank.
MEMBETUK SITE PLAN DI LOKASI TANAH PERUMAHAN
Pengukuran lahan untuk Perumahan dilakukan dengan beberapa tahapan tahapan awal yaitu pengukuran luas lahan secara keseluruhan termasuk Kontur tanah dan Elevasi
Untuk pengukuran tahap awal ini biasanya di butuhkan oleh tenaga teknis Arsitektur dan Konstruksi sebagai dasar untuk membuat perencanaan kerja.
Dalam kondisi ini kita belum bisa menentukan betuk kavling jadi dan batas batas kavling yang akan digunalkan untuk bangunan rumah dan jalan karena kondisi lahan belum
memungkinkan untuk dilakukan pengukuran kavling secara detail.
Begitu proses Land Clearing dan Cut and Fill selesai dilakukan barulah dapat dilakukan pengukuran dan patok jadi Kavling Bangunan. Untuk melakukan pegukuran awal kita
membutuhkan beberapa titik koordinat sebagai dasar acuan pengukuran awal, pegukuran dapat dilakukan dengan mengunakan Thedolit atau waterpass.
Topografi
Menempatkan sebuah patok pada salah satu sudut lahan dan kemudian kita tentukan sebagai titik "0" kemudian kita letakan alat ukur theodolit di tengah patok tersebut,
kemudian kita siapkan satu patok lagi pada sisi sudut lahan yang lain dan pasang patok kedua dan tentukan ukuran jarak antara patok satu dan dua. Demikian seterusnya untuk
patok yang ke tiga dan ke empat.
Untuk menentukan level masing masing kavling kita tambahkan dengan bak ukur ketingian tanah, ini di lakukan supaya level masing - masing kavling dapat di ketahui. Tahap ini
masih dalam tahapan Cut And Fill dimana pada saat ini kita akan menentukan level jadi masing masing block dan kavling karena bisa jadi tinggi masing masig block kavling
tinginya berbeda.
Pembentukan Kavling
Perapian Kavling bisa dengan mengunakan Exavator supaya bisa lebih mudah pengerjaanya dan hasilnya lebih rapi.
Pengukuran Kavling
Kavling yang sudah terbentuk baru bisa kita tentukan pengukurannya. Pengukuran masing masing Kavling bisa kita gunakan dengan cara manual yaitu dengan peteran panjang
100m dan menentukan jarak masing masing kavling dengan patok patok. untuk batas patok yang udah jadi kita warnai dengan cat merah.
pada saat pengukuran dan perapian kavling bisa sekalian melakukan pengalian badan jalan dengan kedalaman lebih kurang 50 -70 cm untuk memudahkan penambahan tanah
pada kavling yang ketinggiannya masih rendah.