Anda di halaman 1dari 238

Bunga Rampai Komoditi Indonesia

ALPUKAT
(Persea americana, Mill)

Oleh Gilang Mulyana

I. PROFIL KOMODITAS

A. Sejarah Singkat

Tanaman alpukat merupakan tanaman buah berupa pohon dengan nama alpuket
(Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah), buah pokat, jamboo pokat (Batak),
advokat, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat (Lampung) dan lain-lain.Tanaman
alpukat berasal dari dataran rendah/tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan masuk
ke Indonesia pada abad ke-18. Secara resmi antara tahun 1920-1930 Indonesia
setelah mengintroduksi 20 varietas alpukat dari Amerika Tengah dan Amerika Serikat
untuk memperoleh varietas-varietas unggul guna meningkatkan kesehatan dan gizi
masyarakat, khususnya di daerah dataran tinggi.

B. Klasifikasi dan Identifikasi

Klasifikasi lengkap tanaman alpukat adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Ranales
Keluarga : Lauraceae
Marga : Persea
Varietas : Persea americana Mill

Berdasarkan sifat ekologis, tanaman alpukat terdiri dari 3 tipe keturunan/ras, yaitu:
1. Ras Meksiko
Berasal dari dataran tinggi Meksiko dan Equador beriklim semi tropis dengan
ketinggian (2.400-2.800 m dpl). Ras ini mempunyai daun dan buahnya yang
berbau adas. Masa berbunga sampai buah bisa dipanen lebih kurang 6 bulan.
Buah kecil dengan berat 100-225 gram, bentuk jorong (oval), bertangkai pendek,
kulitnya tipis dan licin. Biji besar memenuhi rongga buah. Daging buah
mempunyai kandungan minyak/lemak yang paling tinggi. Ras ini tahan terhadap
suhu dingin.
2. Ras Guatemala
Berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah beriklim sub tropis dengan ketinggian
sekitar 800-2.400 m dpl. Ras ini kurang tahan terhadap suhu dingin (toleransi
sampai -4,5 derajat C). Daunnya tidak berbau adas. Buah mempunyai ukuran
yang cukup
besar, berat berkisar antara 200-2.300 gram, kulit buah tebal, keras, mudah rusak
dan kasar (berbintil-bintil). Masak buah antara 9-12 bulan sesudah berbunga.
Bijinya relatif berukuran kecil dan menempel erat dalam rongga, dengan kulit biji
yang melekat. Daging buah mempunyai kandungan minyak yang sedang.
3. Ras Hindia Barat
Berasal dari dataran rendah Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang beriklim
tropis, dengan ketinggian di bawah 800 m dpl. Varietas ini sangat peka terhadap
suhu rendah, dengan toleransi sampai minus 2 derajat C. Daunnya tidak berbau

1
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

adas, warna daunnya lebih terang dibandingkan dengan kedua ras yang lain.
Buahnya berukuran besar dengan berat antara 400-2.300 gram, tangkai pendek,
kulit buah licin agak liat dan tebal. Buah masak 6-9 bulan sesudah berbunga. Biji
besar dan sering lepas di dalam rongga, keping biji kasar. Kandungan minyak dari
daging buahnya paling rendah.

Varietas-varietas alpukat di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:


1. Varietas unggul
Sifat-sifat unggul tersebut antara lain produksinya tinggi, toleran terhadap hama
dan penyakit, buah seragam berbentuk oval dan berukuran sedang, daging buah
berkualitas baik dan tidak berserat, berbiji kecil melekat pada rongga biji, serta
kulit buahnya licin. Sampai dengan tanggal 14 Januari 1987, Menteri Pertanian
telah menetapkan 2 varietas alpukat unggul, yaitu alpukat ijo panjang dan ijo
bundar.
2. Varietas lain
Varietas alpukat kelompok ini merupakan plasma nutfah Instalasi Penelitian dan
Pengkajian Teknologi, Tlekung, Malang. Beberapa varietas alpukat yang terdapat
di kebun percobaan Tlekung, Malang adalah alpukat merah panjang, merah
bundar, dickson, butler, winslowson, benik, puebla, furete, collinson, waldin,
ganter, mexcola, duke, ryan, leucadia, queen dan edranol.

C. Manfaat Tanaman

Bagian tanaman alpukat yang banyak dimanfaatkan adalah buahnya sebagai


makanan buah segar. Selain itu pemanfaatan daging buah alpukat yang biasa
dilakukan masyarakat Eropa adalah digunakan sebagai bahan pangan yang diolah
dalam berbagai masakan. Manfaat lain dari daging buah alpukat adalah untuk bahan
dasar kosmetik. Bagian lain yang dapat dimanfaatkan adalah daunnya yang muda
sebagai obat tradisional (obat batu ginjal, rematik).

D. Wilayah Penyebaran

Negara-negara penghasil alpukat dalam skala besar adalah Amerika (Florida,


California, Hawai), Australia, Cuba, Argentina, dan Afrika Selatan. Dari tahun ke
tahun Amerika mempunyai kebun alpukat yang senantiasa meningkat. Di Indonesia,
tanaman alpukat masih merupakan tanaman pekarangan, belum dibudidayakan
dalam skala usaha tani. Daerah penghasil alpukat adalah Jawa Barat, Jawa Timur,
sebagian Sumatera, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara.

E. Syarat Pertumbuhan

1. Iklim
Angin diperlukan oleh tanaman alpukat, terutama untuk proses
penyerbukan. Namun demikian angin dengan kecepatan 62,4-73,6
km/jam dapat dapat mematahkan ranting dan percabangan tanaman
alpukat yang tergolong lunak, rapuh dan mudah patah.
Curah hujan minimum untuk pertumbuhan adalah 750-1000 mm/tahun. Ras
Hindia Barat dan persilangannya tumbuh dengan subur pada dataran
rendah beriklim tropis dengan curah hujan 2500 mm/tahun. Untuk daerah
dengan curah hujan kurang dari kebutuhan minimal (2-6 bulan kering),
tanaman alpukat masih dapat tumbuh asal kedalaman air tanah maksimal
2 m.

2
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Kebutuhan cahaya matahari untuk pertumbuhan alpukat berkisar 40-80 %.


Untuk ras Meksiko dan Guatemala lebih tahan terhadap cuaca dingin dan
iklim kering, bila dibandingkan dengan ras Hindia Barat.
Suhu optimal untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara 12,8-28,3 derajat
C. Mengingat tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai
dataran tinggi, tanaman alpukat dapat mentolerir suhu udara antara 15-30
derajat C atau lebih. Besarnya suhu kardinal tanaman alpukat tergantung
ras masing-masing, antara lain ras Meksiko memiliki daya toleransi
sampai 7 derajat C, Guatemala sampai -4,5 derajat C, dan Hindia Barat
sampai 2 derajat C.

2. Media Tanam
Tanaman alpukat agar tumbuh optimal memerlukan tanah gembur, tidak
mudah tergenang air, (sistem drainase/pembuangan air yang baik), subur
dan banyak mengandung bahan organik.
Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat adalah jenis tanah
lempung berpasir (sandy loam), lempung liat (clay loam) dan lempung
endapan (aluvial loam).
Keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara pH
sedikit asam sampai netral, (5,6-6,4). Bila pH di bawah 5,5 tanaman akan
menderita keracunan karena unsur Al, Mg, dan Fe larut dalam jumlah
yang cukup banyak. Sebaliknya pada pH di atas 6,5 beberapa unsur
fungsional seperti Fe, Mg, dan Zn akan berkurang.

3. Ketinggian Tempat
Pada umumnya tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai
dataran tinggi, yaitu 5-1500 m dpl. Namun tanaman ini akan tumbuh subur
dengan hasil yang memuaskan pada ketinggian 200-1000 m dpl. Untuk
tanaman alpukat ras Meksiko dan Guatemala lebih cocok ditanam di daerah
dengan ketinggian 1000-2000 m dpl., sedangkan ras Hindia Barat pada
ketinggian 5-1000 m dpl.

II. PEDOMAN BUDIDAYA

1. Pembibitan

2. Pengelolaan Media Tanam

3. Penanaman

4. Pemeliharaan Tanaman

5.Pemberantasan Hama Penyakit

6.Panen

Buah Segar Kosmetik

3
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

1. Pembibitan
a. Seleksi Bibit
b. Penyiapan Bibit
c. Teknik Penyemaian Bibit
d. Penyambungan pucuk (enten)
e. Penyambungan mata (okulasi)

2. Pengolahan Media Tanam

3. Teknik Penanaman
a. Pola Penanaman
b. Pembuatan Lubang Tanam
c. Cara Penanaman

4. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyiangan dari Gulma
b. Penggemburan Tanah
c. Penyiraman
d. Pemangkasan Tanaman
e. Pemupukan

5. Pemberantasan Hama dan Penyakit


a. Hama pada Daun
Ulat kipat (Cricula trisfenestrata Helf)
Ulat kupu-kupu gajah (Attacus atlas L.)
Aphis gossypii Glov/A. Cucumeris, A. cucurbitii/Aphis kapas.
Kutu dompolan putih (Pseudococcus citri Risso)/Planococcus citri Risso
Tungau merah (Tetranychus cinnabarinus Boisd)
b. Hama pada Buah
a. Lalat buah Dacus (Dacus dorsalis Hend.)
b. Codot (Cynopterus sp)

c. Hama pada Cabang/Ranting


Kumbang bubuk cabang (Xyleborus coffeae Wurth).

d. Penyakit yang disebabkan Jamur


a. Antraknosa
b. Bercak daun atau bercak cokelat
c. Busuk akar dan kanker batang
d. Busuk buah

6. Panen
a. Umur Panen
b. Cara Panen
c. Periode Panen
d. Prakiraan Produksi

7. Pascapanen
a. Pencucian
b. Penyortiran
c. Pemeraman dan Penyimpanan
d. Pengemasan dan Pengangkutan

4
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

III. RENDEMEN DAN ANALISIS USAHA

OUTPUT
RENDEMEN ( R ) X 100%
INPUT

Keterangan :
1 Rendemen =persentase antara autput dan input
2 Aut put =biaya penjualan
3 In put =biaya produksi

5
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

224.507.500
RENDEMEN ( R) x100% 3,468%
64.727.800

IV. FAKTOR KRITIS

Walaupun keuntungan bertanam alpukat di Indonesia belum begitu bisa dirasakan


karena pengelolaannya tidak intensif, namun karena permintaannya naik maka
pertanaman alpukat dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Prospek ke depan
bisnis alpukat semakin cerah sehubungan dengan semakin terbukanya peluang
pasar. Tetapi sayangnya masih banyak wilayah yang merupakan sentra produksi
belum tergali, sehingga kesulitan mendapatkan buah masih tetap dirasakan oleh
para pedagang, baik di pasar lokal maupun eksportir.

V. REKOMENDASI PROSES PRODUKSI

Perlu di adakan penyuluhan dan pengembangan kepada para petani perkebunan


alpukat agar segera di lakukan pengelolaan secara insentif dan berkesinambungan
mengingat permintaan pasar di dalam dan luar negeri semakin meningkat.
Pengolahan bentuk alpukat dan penjualannya diharapkan tidak hanya dalam bentuk
buah saja namun dapat dimodifikasi ke dalam bentuk lain sebagai suatu usaha
dalam meningkatkan nilai penjualan.

REFERENSI

Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi (1978). "Pedoman penanaman jenis tanaman


hortikultura dan rerumputan". Jakarta: Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi,
Departemen pertanian.
Indriani, Y. Hetty; Suminarsih, Emi (1997). "Alpukat". Jakarta: Penebar Swadaya. 96
hal.
Kalie, Moehd. Baga (1997). "Alpukat: budidaya dan pemanfaatannya". Yogyakarta:
Kanisius. 112 hal.
Ochse, J.J. (1961). "Tropical and subtropicak agriculture". Vol. I. New York : The Mac
Millan Company, 617 hal.
Palmer, D.F. (1937). "Avocado fertilization. Cal. Avocado Ass'n. 20 th ed., Coit, J.E.
(ed.), Year Book. 235 hal.
Purseglove, J.W. (1974). "Tropical crops dicotyledons". London: Longman. 192 hal.
Rismunandar (1981). "Memperbaiki lingkungan dengan bercocok tanam jambu mede
dan alpukat". Bandung: Sinar Baru 39 hal.
Sunaryo, H.; Rismunandar (1981). "Pengantar pengetahuan dasar hortikultura". I.
Bandung: Sinar Baru. 31 hal.
Supriyanto, Arry (1989). "Bibit alpukat sambung dini." Trubus, (Nov.) hal. 192.
Wirasmanto (1971). "Penggunaan alpukat". Warta Pertanian (10) hal. 19.
Zentmeyer, G.A. (1953). "Diseases of the avocado". Dalam: The year book of
agriculture United States Departement of Agriculture, Washington, D.C., hal.
875 Jakarta, Februari 2000

6
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

APEL
(Malus domestica, Malus sylvestris Mill)

Oleh: Afifah Inayati

I. PROFIL KOMODITAS

Apel adalah tanaman buah tahunan yang sudah dikonsumsi oleh manusia sejak
6500 SM. Sebagian literatur menyebutkan asal muasal pohon apel adalah di sekitar
Kaspia dan Laut Hitam, dan dibawa ke Amerika oleh pendatang Eropa pada abad
16. Namun adapula apel yang berasal dari Asia tengah, dan Asia Barat. Di Indonesia
sendiri apel mulai ditanam sejak tahun 1934 (Bappenas, 2000).

A. Klasifikasi Apel

Divisio : Spermatophyta (Magnoliophyta)


Subdivisio : Angiospermae
Klas : Dycotyledonae (Magnoliopsida)
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Malus
Spesies : Malus domestica (apel budidaya), Malus sylvestris Mill (apel liar)
Varietas :
Ada ratusan varietas apel tanam maupun liar. Varietas apel tanam yang banyak
dibudidayakan di seluruh dunia, antara lain :

Rome Beauty Granny Smith Everestee Cevaal Pink Lady


Manalagi Golden Delicious Top Red Mutsu Gala
Anna Red Delicious Melrose Rode Boskoop Fuji
Wangli/Lali jiwo Princess Noble Ecolette Jonathan Baldwin

Data dari Litbang Departemen Pertanian menyebutkan bahwa ada 3 jenis apel
dibudidayakan di Indonesia, yaitu:
Manalagi
Varietas jenis ini berwarna hijau kekuningan dengan rasa manis. Kandungan
kadar asam 0.23%, gula 9.79%, gula/asam 42.56 dan vitamin C 26.21mg /100 g.
Anna
Varietas jenis ini berwarna merah kekuningan dengan rasa asam manis.
Kandungan kadar asam 0.39%, gula 10.6%, gula/asam 27.18 serta vitamin C 8.18
mgr /100 gr.
Rome Beauty
Apel jenis ini mempunyai warna buah merah kehijauan dengan kadar asam 0.35
%, gula 11.50 %, gula/asam 32.85. Selain itu apel ini juga mengandung vitamin C
15.52 mg/100 g.

B. Morfologi Apel
Habitus : pohon, tinggi 5 12 cm

Akar : tunggang, putih kecoklatan

Batang : bulat, tegak, berkayu, permukaan kasar, coklat

7
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Daun : tunggal, tersebar, lonjong / oval, tepi daun bergerigi teratur, ujung daun
meruncing, pangkal daun tumpul, daging daun agak tebal, kaku, mengkilat,
pertulangan daun menyirip, panjang 9 14 cm, lebar 3 5 cm, hijau,
permukaan lainnya coklat

Bunga : bunga bertangkai pendek, bertandan dan pada tiap tandan terdapat 7
9 bunga, bunga apel tumbuh pada ketiak daun, mahkota bunga berwarna
putih sampai merah jambu

Buah : buah mempunyai bentuk bulat sampai lonjong, bagian pucuk buah
berlekuk dangkal, kulit agak kasar dan tebal, pori-pori buah kasar dan
renggang, buni, mengkilat, buah apel biasanya merah di luar saat masak
(siap dimakan), namun bisa juga hijau / kuning, dagingnya keras, ada banyak
bibit di dalamnya

Biji : pipih, panjang sekitar 1 cm, berkeping dua, masih muda putih setelah tua
hitam

C. Kandungan Nutrisi Apel dan Manfaatnya

Apel memiliki banyak kandungan nutrisi, antara lain Protein, Lemak, karbohidrat,
kalsium, fosfor, besi, Vitamin A, Vitamin B, Vitamin C, Fiber/ Serat larut maupun tidak
larut, Kalium, Flavonoid, Pektin (terutama di kulit buah), Phytochemicals, Quercetin,
Tanin, Karotenoid, dan air. Kalori buah apel adalah sekitar 58 kalori (Linsentia, tanpa
tahun)

Apel sudah diakui memiliki banyak manfaat, sampai muncullah peribahasa: An


apple a day keeps the doctor away, yang berarti sebutir apel sehari akan
menjauhkan penyakit. Berikut ini adalah beberapa manfaat apel yang disarikan dari
berbagai sumber.

Sebagai Antioksidan
Kulit buah apel diyakini kaya akan quercetin, yaitu zat anti oksidan kuat yang
mampu mengurangi perkembangan dan penyebaran sel tumor/kanker, dengan
mengikat radikal bebas dalam tubuh. Bahkan studi di departemen teknologi
pnagan di Universitas Cornell menyebutkan bahwa quercetin lebih baik dalam
melindungi sel otak daripada vitamin C. Apel merah lebih banyak memiliki
kandungan quercetin daripada apel hijau.

Sebagai Penambah Daya Tahan Tubuh


Apel dapat membantu menjaga daya tahan tubuh dan kesehatan hati. Penelitian
dari American Dietetis Association mengemukakan banyak manfaat apel. Pektin
yang merupakan serat alami dalam apel membantu menurunkan kadar kolesterol
dalam darah dengan mengikat lemak dan membantu pengeluarannya dalam
usus. Phytochemicals membantu pula pelambatan proses penuaan, mengurangi
resiko kanker, jantung, stroke, tekanan darah tinggi, katarak, osteoporosis, dan
infeksi.

Sebagai Pencegah Penyakit


Beragam penyakit dapat dicegah dengan mengkonsumsi apel dalam berbagai
bentuknya (buah, sari buah, fermentasi, ekstraksi). Penyakit yang dapat dicegah
dengan apel antara lain sariawan, penyakit lambung, dan membantu mencegah
kanker usus. Flavonoid bermanfaat sebagai anti virus, anti alergi, anti radang, anti

8
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

tumor selain juga sebagai antioksidan. Pektin juga dapat mengurangi kebutuhan
insulin sehingga bermanfaat untuk penderita diabetes. Bahkan tanin yang
menyebabkan daging apel berubah warna menjadi coklat ketika terkena udara,
bermanfaat untuk mencegah penyakit gusi.

Sebagai Aroma dan Perisa


Apel memiliki aroma yang unik untuk setiap varietasnya, sehingga banyak
digunakan sebagai bahan campuran masakan, obat, sampai minyak wangi.
Beberapa jenis apel memiliki aroma mirip buah pir, sitrus, kayu manis,kelapa,
strawberri, anggur, bahkan nanas.

Selain buahnya, bagian pohon apel yang lain pun dapat dimanfaatkan. Misalnya
kayu pohon apel untuk bahan bakar. Penelitian juga semakin dikembangkan
untuk memanfaatkan kasiat apel dalam produk obat.

D. Penyebaran dan Sentra Apel

Produsen apel terbesar di dunia adalah negara-negara subtropis seperti Amerika


Serikat, Kanada, Chili, Afrika Selatan, New Zealand, Autralia, Italia, Cina. Di
Indonesia, apel dapat tumbuh dan berbuah baik di daerah dataran tinggi. Sentra
produksi apel di utama terdapat di Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan
(Nongkojajar), Jawa Timur. Di sini, apel telah diusahakan sejak tahun 1950. Selain itu
apel ditanam pula di Kayumas - Situbondo, Banyuwangi Jawa Timur. Di Jawa Tengah
apel dapat ditemukan di Tawangmangu. Orang juga mencoba budidaya apel di
daerah Buleleng dan Tabanan (Bali), Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur
serta Sulawesi Selatan.

E. Budidaya Apel

1. Syarat tumbuh Apel:

a. Iklim
Apel adalah tanaman subtropis, sehingga banyak diproduksi oleh
negara-negara empat musim. Penanaman apel di daerah topis
menuntut ada penyesuaian, misalnya daun diranggaskan, agar
tanaman mengalami proses pengguguran daun seperti pada saat
musim gugur.
Apel hanya dapat tumbuh di daerah dataran tinggi (700 2.000 diatas
permukaan laut/dpl). Ketinggian untuk produksi yang optimal adalah
1000 1200 dpl.
Curah hujan yang ideal adalah 1.000-2.600 mm/tahun dengan hari
hujan 110-150 hari/tahun. Dalam setahun banyaknya bulan basah
adalah 6-7 bulan dan bulan kering 3-4 bulan. Curah hujan yang tinggi
saat berbunga akan menyebabkan bunga gugur. Ikilm basah dapat
menyebabkan kendala pertumbuhan dan rasa buah kurang manis.
Tanaman apel membutuhkan cahaya matahari yang cukup antara 50-
60% setiap harinya, terutama pada saat pembungaan.
Suhu yang sesuai berkisar antara 160-270 C
Kelembaban udara yang dikehendaki tanaman apel sekitar 75-85%

b. Media Tanam
Tanaman apel tumbuh baik pada tanah bersolum dalam, mempunyai
lapisan organik tinggi, struktur tanah remah dan gembur, mempunyai
aerasi, penyerapan air, dan porositas baik, sehingga pertukaran

9
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

oksigen, pergerakan hara dan kemampuan menyimpanan airnya


optimal. Kandungan air tanah yang dibutuhkan adalah air tersedia.
Tanah yang cocok adalah Latosol, Andosol dan Regosol
Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok adalah 6-7. Pengapuran
perlu dilakukan pada saat persiapan media tanam, jika pH tanah
kurang dari 6.
Kelerengan yang terlalu tajam akan menyulitkan perawatan tanaman,
sehingga bila masih memungkinkan dibuat terasering.

2. Panduan Umum Budidaya Apel

a. Perbanyakan apel dilakukan secara vegetatif (tunas rundukan (layering),


okulasi atau penempelan, sambungan, stek) atau generatif (biji, benih
sebar). Perbanyakan secara vegetatif lebih disukai karena lebih cepat
dan hasinya lebih sesuai dengan induknya daripada generatif. Okulasi
dilakukan dengan menggunakan apel liar untuk batang bawah dan apel
unggul untuk batang tunas.
b. Persiapan media tanam dilakukan dengan memastikan kesuburan tanah
dengan penambahan pupuk kandang dan pemeriksaan pH tanah. Jika
lahan relatif terjal maka perlu dibuat terasering.
c. Penanaman dapat dilakukan secara monokultur. Intercroping hanya dapat
dilakukan jika tanah belum tertutup tajuk daun atau usia pohon kurang
dari 2 tahun, dengan tanaman rendah (cabai, bawang, dll). Apel ditanam
renggang untuk menjaga kelembaban stabil, ada sirkulasi udara dan sinar
matahari untuk mendukung pertumbuhan dan menghambat munculnya
penyakit dan hama. Lebar jarak tergantung varietas yang ditanam.
d. Pemupukan dapat dilakukan dengan memberikan pupuk kandang dan
TSP setiap 1-2 bulan pada masa pembibitan. Selama masa penanaman,
pupuk NPK dapat digunakan setiap 2-3 kali setahun, terutama menjelang
berbunga dan setelah panen.
e. Pemeliharaan dilakukan dengan perempalan/pemangkasan dengan
membuang tunas liar/tunas air yang sering tumbuh di cabang/ batang
bawah sejak usia 3 bulan. Penyiangan dilakukan hanya jika ada
gulma/alang-alang. Pembersihan lumut (Lichenes) yang tumbuh pada
batang apel juga diperlukan. Ketika sudah berbuah, daun perlu dikurangi
agar setiap buah terkena sinar matahari sehingga warnanya akan merata.
Setelah panen atau saat pemupukan, dapat dilakukan pembubunan
(meninggikan kembali tanah di sekitar tanaman agar tidak tergenang air,
sekaligus untuk penggemburan).
f. Penyiraman dilakukan satu minggu sekali saat musim kemarau, dengan
cara dikocor. Pada saat musim penghujan, perlu dipastikan drainase baik
untuk mencegah tanaman terendam air.
g. Perompesan (menggugurkan daun) dilakukan 10 hari setelah panen.
Dilanjutkan dengan pelengkungan cabang dengan mendatarkan cabang
menjadi horizontal dan ujungnya dipotong agar setiap cabang muncul
tunas lateral yang berbunga dan berbuah. Tunas runcing hanya akan
menjadi tunas daun (vegetatif)
h. Penyulaman (menggantikan tanaman yang mati dengan tanaman baru)
sebaiknya dilakukan pada saat musim penghujan.
i. Pencegahan dan penanggulangan hama dan penyakit apel dilakukan
dengan menyemprotkan pestisida dan fungisida, atau cara mekanis dan
organis (musuh alami).
j. Untuk meningkatkan kualitas buah, dilakukan penjarangan dengan
membuang buah yang terserang hama penyakit atau berukuran kecil.

10
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Dalam satu tunas hendaknya berisi 3-5 buah. Buah dibelongsong


(dibungkus) 3 bulan sebelum panen dengan kertas minyak putih/abu-
abu/kecoklatan dan bagian bawahnya berlubang. Selain untuk
menghindari serangan burung dan kelelawar, belongsong akan menjaga
warna buah mulus yang merata.
k. Panen dilakukan pada saat apel telah tua benar di pohon karena buah ini
tergolong tidak dapat diperam (non-klimaterik). Buah dipanen 4-5 bulan
setelah bunga mekar (tergantung varietas), dengan cara memetik dengan
tangan atau memotong tangkai buahnya dengan gunting pangkas yang
tajam. Ciri masak fisiologis buah adalah: ukuran buah maksimal, aroma
mulai terasa, warna buah cerah segar dan bila ditekan terasa renyah.
Pada musim penghujan atau di tempat tinggi, umur buah lebih panjang.
Panen dapat dilakukan 1-2 kali setahun (setiap enam bulan)
(Sumber: Bappenas, 2000 dan beberapa sumber pelengkap)

3. Panduan Umum Penanganan Pasca Panen Apel

a. Pengumpulan: Setelah dipetik, apel dikumpulkan di tempat teduh/tidak


terkena sinar matahari langsung agar laju respirasi berkurang sehingga
didapatkan apel yang tinggi kualitas dan kuantitasnya. Pengumpulan
dilakukan dengan hati-hati (jangan ditumpuk,dilempar), lalu dibawa
dengan keranjang ke gudang untuk diseleksi.
b. Penyortiran dan Penggolongan: Memisahkan buah yang baik dan
bebas penyakit dari buah yang jelek/berpenyakit, agar tidak ada
penularan ke seluruh buah yang dipanen. Penggolongan dilakukan
untuk mengklasifikasikan produk berdasarkan jenis varietas, ukuran dan
kualitas buah.
c.Penyimpanan: Apel dapat disimpan lebih lama dibanding dengan buahan
lain. Jenis Rome Beauty lama simpan antara 21-28 hari (umur petik 113-
120 hari) atau 7-14 hari (umur petik 127- 141 hari). Untuk penyimpanan
lebih lama (4-7 bulan), harus disimpan pada suhu minus 6 0-00 C dengan
precooling 2,20 C.
d. Pengemasan dan Transportasi. Gunakan kemasan kardus dengan
ukuran 48 x 33 x 37 cm dengan berat 35 kg buah apel. Dasar dan diatas
susunan apel perlu diberi potongan kertas dan disusun miring (tangkai
sejajar panjang kotak). Dasar kotak diisai 3-3 atau 2-2 atau berselang 3-
2 saling menutup ruang antar buah.

4. Standar Produksi Apel


a. Klasifikasi dan Standar Mutu
Grade A = 15,9% (3-4 buah/kg)
Grade B = 45,2% (5-7 buah/kg)
Grade C = 29,6% (8-10 buah/kg)
Grade D = 7,0% (11-15 buah/kg)

b. Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak oleh petugas yang terlatih dan bersertifikat,
dari setiap kemasan sebanyak 20 buah dari bagian atas, tengah dan
bawah (stratified random sampling), lalu dianalisis.
1) Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai dengan 100, contoh yang
diambil 5.
2) Jumlah kemasan dalam partai (lot) 101 sampai dengan 300, contoh
yang diambil 7.
3) Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, contoh yang diambil 9
4) Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, contoh yang diambil 10.

11
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

5) Jumlah kemasan dalam partai (lot) lebih dari 1000, contoh yang
diambil 15 (minimum)
c. Pengemasan
Buah apel dikemas dengan peti kayu/bahan lain yang sesuai dengan
berat bersih maksimum 30 kg. Di bagian luar kemasan diberi label yang
bertuliskan antara lain: nama barang, golongan ukuran, jenis mutu,
nama/kode perusahaan, berat bersih, negara/tempat tujuan, hasil
Indonesia, daerah asal.
(Sumber: Bappenas, 2000 dan beberapa sumber pelengkap)

II. POHON INDUSTRI

III. RENDEMEN / PRODUKTIVITAS

Produksi buah apel sangat tergantung dengan varietas, secara umum produksi apel
adalah 6-15 kg/pohon. Masa panen antara 1-2 kali dalam setahun, dan mulai
produksi pada tahun ke-3.

Pudji Santoso dkk (1988) dalam Bambang Sularso menunjukan bahwa BEP usaha
tani apel pada tanah sawah Rp. 33.916.000 dan untuk tanah tegal Rp. 45.034.000
dapat dicapai pada skala minimum seluas 0,164 ha (sawah) dan 0,39 ha (tegal). Hal
ini berarti bahwa bila petani menanam apel lebih dari skala minimum tersebut, petani
telah mendapatkan keuntungan.

Rendemen untuk apel tergantung pada varietas apel dan jenis produk yang akan
dibuat, karena setiap apel memiliki kadar air yang berbeda-beda. Produk-produk dari
olahan buah apel juga mengambil bagian yang berbeda dari bentuk olahan apel.
Misalnya pada pembuatan produksi sari buah, ampas apel tidak digunakan karena
air sari apel yang diambil. Sedangkan pada saus apel, konsistensi/kekentalan saus
akan tergantung pada daging struktur buah apelnya.

12
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

IV. FAKTOR KRITIS

A. Faktor Kritis Saat Budidaya

Hama apel terdiri dari Kutu hijau (Aphis pomi Geer), kumbang daun, tungau, Tungau,
Spinder mite, cambuk merah (panonychus Ulmi), trips, Ulat daun (Spodoptera litura),
Serangga penghisap daun (Helopelthis Sp), Ulat daun hitam (Dasychira Inclusa
Walker), Lalat buah (Rhagoletis Pomonella)

Penyakit pada apel adalah embun upas atau busuk kering daun (Marsonina
caronaria), pucuk bertepung/mildu tepung (Podosphaera leucotricha), dan busuk
batang (Cortisum salmonicolor), Penyakit bercak daun (Marssonina coronaria J.J.
Davis), Jamur upas (Cortisium salmonicolor Berk et Br), Penyakit kanker
(Botryosphaeria Sp.), Busuk buah (Gloeosporium Sp.), Busuk akar (Armilliaria
Melea)

Ciri tanaman apel terkena hama adalah satu atau lebih tanda di bawah ini:
Daun: terdapat embun jelaga di permukaan daun. Daun
berubah warna kecoklatan, buram, bercak kuning, bintik-bintik putih, ada bekas
luka coklat keabuan. Daun berubah bentuk mengerut, keriting, mengering,
kedua sisi memggulung ke atas, daun di ujung tunas kering dan gugur,
pertumbuhan tidak simetris, daun tinggal tulang daunnya
Bunga: terlambat berbunga,
Tunas menjadi coklat, kering dan akhirnya mati
Tangkai: ada kutu, lumut
Buah: ada kutu bergerombol di permukaannya, buah-buah
muda gugur, bercak keperakan atau coklat, membusuk/nekrose, kulit pecah
pada bagian bercak, bentuk buah jelek (benjol-benjol)
Keseluruhan: pertumbuhan tidak normal, Ada kutu berwarna
hijau kekuningan berkelompok di permukaan daun muda, tangkai cabang,
bunga atau buah, atau larva di balik daun saat siang hari

Ciri tanaman apel terkena penyakit adalah satu atau lebih tanda di bawah ini:
Daun: bagian atas tampak putih, 4-6 minggu setelah perompesan terlihat
bercak putih tidak teratur, berwarna coklat, permukaan atas timbul titik hitam,
dimulai dari daun tua, daun muda hingga seluruh bagian gugur, layu daun,
gugur
Tunas: tidak normal, kerdil dan tidak berbuah
Batang/cabang: busuk, warna coklat kehitaman, terkadang mengeluarkan
cairan),
Buah: berwarna coklat, berkutil coklat, bercak kecil cokelat muda, membusuk,
mengelembung, berair dan warna pucat, bercak kecil cokelat dan bintik-bintik
hitam berubah menjadi orange
Akar: kulit akar membusuk

Pengendalian Hama dan Penyakit:


Sanitasi kebun dan pengaturan jarak tanam dan tajuk tanaman (jangan terlalu
rapat)
Menggunakan musuh alami hama, seperti coccinellidae dan lycosa untuk kutu
dan tungau
Menggunakan pestisida atau insektisida sesuai jenis hama dan takarannya,
seperti Supracide 40 EC (ba Metidation), Convidor 200 SL (b.a. Imidakloprid),

13
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Lannate 25 WP (b.a. Metomyl), Baycarb 500 EC (b.a. BPMC), Akarisida Omite


570 EC, Lannate 25 WP (b.a. Methomyl) atau Lebaycid 550 EC (b.a. Fention),
Nuvacron 20 SCW (b.a. Monocrotofos) dan Matador 25 EC, Lebacyd 550 EC.
Menggunakan fungisida, sesuai jenis penyakit dan takarannya, seperti Nimrod
250 EC, Afugan 300 EC, fungisida Agrisan 60 WP, Delseme MX 200, Henlate,
Difolatan 4 F, Copper sandoz, Benomyl, Antracol 70 WP
Secara mekanis dengan membuang telur-telur hama pada daun,
mengerondong atap, membelongsong buah, memasang perangkap lalat,
memotong tunas/bagian yang sakit dan dibakar, mengurangi kelembapan
kebun, tidak memanen buah terlalu masak, pengerokkan batang yang sakit lalu
diolesi fungisida, eradifikasi (membongkar/mencabut tanaman yang terserang
beserta akar-akarnya, bekas lubang tidak ditanami minimal 1 tahun

B. Faktor Kritis Saat Panen dan Pasca Panen/Pemrosesan

Utama (tanpa tahun) menjelaskan bahwa buah dan sayuran memiliki karakteristik
penting, yaitu sebagai organisme, bahan tersebut masih hidup dan masih
melanjutkan fungsi metabolisme, meskipun tidak sama dengan tanaman induknya.
Stres yang dialami produk pasca panen, seperti hilangnya suplai nutrisi, proses
panen yang menimbulkan pelukaan, pengemasan dan transportasi yang
menimbulkan kerusakan mekanis lebih lanjut, orientasi gravitasi dari produk
pascapanen yang berbeda dengan kondisi alamiahnya, hambatan ketersediaan CO2
dan O2, hambatan suhu dan sebagainya, dapat menyebabkan kematian jika
melebihi toleransi fisik dan fisiologis. Ini berarti mulai terjadi proses pembusukan.

Oleh karena itu, penanganan buah pasca panen perlu memperhatikan faktor kritis
sebagai berikut:

Pertimbangan fisiologis, misalnya laju respirasi. Proses respirasi buah yang


telah dipanen merombak karbohidrat kompleks menjadi karbohidrat
sederhana. Semakin cepat perombakan, semakin menurun kualitas buah
(pengurangan berat, pelayuan, sampai pembusukan). Laju respirasi
menentukan masa simpan pasca panen suatu komoditi.
Pertimbangan Fisik. Misalnya kandungan air pada buah yang menyebabkan
rentan terhadap benturan, kerusakan jaringan karena stres, bukaan alami pada
permukaan buah yang berpotensi kerusakan buah karena udara/gas kimia
dalam udara, jamur dan penyakit setelah panen
Pertimbangan patologis. Buah dapat menjadi tempat hidup ideal bagi
organisme, yang beberapa dianggap patologis. Nunik St.Aminah dan Supraptini
(tanpa tahun) mengidentifikasi jamur yang dapat hidup pada buah apel pasca
panen antara lain: Jamur (Khamir, Fusarium sp, Aspergillus Terreus, Rizhopus
Sp., Penicillium sp, homodendrum sp, Scopulaniopssis. Selain itu ada pula
mikroorganisme pembusuk dan lalat.
Pertimbangan kondisi lingkungan, seperti suhu dan kelembaban yang
mendukung atau menghambat pembusukan. Apel lebih cepat masak pada
suhu kamar daripada dalam pendingin
Transportasi: mengurangi getaran melalui pengemasan yang meredam
benturan dan pemilihan kendaraan dengan suspensi tepat, dan pola
penyusunan buah yang diperhitungkan tidak memunculkan memar dan
menjaga sirkulasi udara tetap kering. Kerentanan terhadap memar tergantung
varietas apel.
Dalam proses pengolahan apel menjadi produk lain, faktor kritis utamanya
adalah pada kontaminasi yang mungkin muncul pada setiap proses, mulai dari
penyortiran bahan baku, pemrosesan, pengemasan dan pengiriman.

14
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

V. REKOMENDASI PROSES PRODUKSI

Proses produksi komiditi Apel memiliki karakteristik berikut ini:


Material tersedia relatif hampir sepanjang tahun, mengingat masa panen di
sentra apel adalah 6 bulan dan pertumbuhan bunga dan buah dapat dirangsang
segera setelah panen dengan cara perundukan
Permintaan akan apel relatif ada sepanjang tahun

Tantangan Produksi Pengolahan Apel:


Apel di Indonesia harus berhadapan dengan apel impor yang lebih tinggi
kualitasnya, sehingga lebih diminati. Ini menuntut adanya peningkatan daya
saing melalui peningkatan kualitas apel dan produk olahannya
Nilai tambah produk olahan apel bagi konsumen perlu ditingkatkan dengan
adanya variasi produk olahan apel
Petani dan produsen apel berhadapan dengan kondisi lahan dan pohon apel
yang menurun produktivitasnya karena cemaran bahan kimia pembasmi dan
pencegah hama yang digunakan berlebihan selama ini, dan pohon apel yang
sudah tua dan tidak diupayakan regenerasinya karena petani kurang
mendapatkan insentif untuk melanjutkan budidaya apel dan mulai beralih ke
budidaya tanaman lain seperti bunga. Oleh karena itu, produsen apel yang
tersisa harus mengidentifikasi order winners untuk produk olahan apel.

Proses produksi yang direkomendasikan adalah repetitive Process dengan


penerapan teknologi Group Process, yang berorientasi pada budidaya apel organik
dan penerapan good manufacturing process (GMP). Alasannya adalah:
Budidaya apel organik memungkinkan keberlanjutan budidaya apel
(sustainability) karena lahan terbaharui dan produk apel sesuai dengan standar
yang berlaku internasional. Konsumen Indonesia saat ini pun semakin berminat
pada produk buah organik sehingga dapat menjadi order winner bagi apel segar
dan produk olahan apel lainnya.
Repetitive Process memungkinkan ada modul proses yang terstandardisasi.
Adanya standar proses memungkinkan pengawasan pada critical point lebih
ketat dan konsisten dilakukan, dengan menerapkan sistem audit produksi seperti
HACCP dan menghindari perilaku kurang higienis dari operator produksi pada
saat proses produksi dengan menerapkan GMP (Widyaningrum & Winarti, 2007).
Repetitive process masih memungkinkan adanya variasi hasil produksi, namun
dengan penerapan peralatan yang relatif sederhana dan tidak menuntut
keterampilan operator yang sangat tinggi. Ini sesuai dengan kondisi tenaga kerja
di sekitar lokasi pabrik atau perkebunan.
Repetitive process memungkinkan dilakukan untuk merespon kebutuhan pasar,
karena demand forecasts dapat dilakukan dalam jangka waktu cukup kerap
(frequent forecast)
Penerapan Group Technology diperlukan satu alat dapat digunakan untuk
beberapa produk. Misalnya penggiling apel dapat digunakan untuk memproduksi
saus apel dan selai apel.

Para produsen direkomendasikan untuk melakukan analisis Quality Function


Deployment untuk menyelaraskan proses produksi dengan kebutuhan dan harapan
konsumen, sehingga dapat menentukan order qualifier dan order winner dari
produknya. Ini akan mengarah pada efisiensi produksi. Karena seperti yang
dikemukakan oleh Bill Gerling (2001), general manager dari Lake Ontario Fruit Inc,
buah dan produknya yang tidak memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar
sebaiknya ditangani segera setelah panen sebelum memakan biaya lebih banyak

15
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

lagi. Penanam memang kecewa ketika buahnya ditolak, namun paling tidak ada
alternatif untuk pengolahan buahnya.

REFERENSI

Widaningrum, & Winarti, C. 2007. Studi Penerapan HACCP Pada Proses Produksi
Sari Buah Apel. Jurnal standardisasi Vol. 9 No. 3, 94-105, 2008. Puslitbang
BSN
Utama, I Made S. Tanpa tahun. Penanganan Pascapanen Buah Dan Sayuran Segar
______. Pebruari 2000. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan.
Editor Kemal Prihatman. Jakarta: BAPPENAS
Firmansyah & Hamid, Ahmad. Tanpa tahun. Komoditas Hortikultura: Studi kasus
Sayur-sayuran dan Buah-buahan.
Linsentia, Nisia A. Tanpa tahun. Buah Apel. Publikasi internet.
Aminah, Nunik St, & Supraptini. 2003. Jamur Pada Buah-buahan, Sayuran, Kaki
Lalat dan Lingkungan di Pasar Tradisionaldan Swalayan. Jurnal Ekologi
Kesehatan Vol2 No. 3 Desember

www.wikipedia.com
www.deptan.go.id

16
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

AYAM RAS PEDAGING


Oleh Karno

I. PROFIL USAHA BUDIDAYA AYAM RAS PEDAGING

Bisnis usaha kecil budidaya ayam ras pedaging, berdasarkan pertimbangan


beberapa faktor masih layak untuk terus dikembangkan. Hal ini antara lain karena
permintaan domestik terhadap ayam ras pedaging masih sangat besar.
Kecenderungan ini dapat dihubungkan dengan pertumbuhan permintaan terhadap
daging ayam ras yang rata-rata besarnya mencapai 7% per tahun. Angka kebutuhan
nasional terhadap daging ayam ras sebesar 3,3 kg per kapita per tahun. Sementara
itu permintaan terhadap total daging unggas hanya sebesar 4.6 Kg per tahun.
Dengan demikian protein hewani asal daging unggas, yang berasal dari daging ayam
ras mencapai 71,7%.

Untuk permintaan di DKI Jaya yang merupakan besaran konsumsi untuk per kapita
tertinggi di Indonesia jumlahnya mencapai 500,000 ekor per hari. Untuk memenuhi
permintaan tersebut pasokan utamanya masih berasal dari Jawa Barat yang
merupakan usaha berskala besar, menengah maupun dari peternak-peternak kecil
perorangan.

Secara nasional permintaan terhadap ayam ras pedaging juga menunjukan tingkat
konsumsi yang terus meningkat dari tahun ke tahun, terutama permintaan yang
berasal dari para konsumen di kota-kota besar (ibu kota propinsi) yang didorong oleh
meningkatnya pendapatan per kapita, pertambahan penduduk dan peningkatan
kesadaran gizi sebagai akibat berhasilnya program penyuluhan gizi. Selain itu
besarnya kebutuhan ayam ras pedaging juga meningkat secara tajam pada saat-
saat tertentu seperti lebaran, natal, tahun baru maupun pada akhir-akhir bulan.

Tingkat harga eceran daging ayam ras yang relatif masih jauh lebih murah (Rp 3.800
per Kg) daripada harga daging sapi (Rp 15.000 per Kg), juga merupakan faktor
dominan yang menentukan tingginya permintaan terhadap protein yang berasal dari
hewan.

Faktor lain yang menyebabkan sektor budidaya ayam ras pedaging masih dapat
merupakan bisnis unggulan bagi usaha kecil adalah karena sektor ini memiliki kaitan
usaha yang cukup luas baik yang berada di hulu maupun yang berada di hilir.

II. GAMBARAN TENTANG AYAM RAS PEDAGING

Berdasarkan data Sistem Informasi Terpadu Pembinaan Usaha Kecil (SI-PUK) Bank
Indonesia, untuk pengembangan usaha kecil budidaya ayam pedaging dapat
didekati dengan menggunakan 2 model yang mencerminkan skala usaha yaitu :
Model 1 dengan jumlah ayam yang diternakan sebanyak 6.000 ekor dan 3.000 ekor.
Kedua model tersebut sama-sama digunakan untuk produksi ayam ras pedaging
dengan jenis yang berbulu putih yang telah lazim diproduksikan oleh para peternak
ayam ras pedaging di Indonesia.

17
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

III. POHON INDUSTRI AYAM RAS PEDAGING

Berdasarkan data Sistem Informasi Terpadu Pembinaan Usaha, Pohon industri


budidaya ayam pedaging dapat digambarkan sebagai berikut :

IV. RENDEMEN / PRODUKTIVITAS BUDIDAYA AYAM RAS PEDAGING

Dengan menggunakan asumsi dalam setahun terdapat maksimum sebanyak 6 siklus


produksi, maka gambaran rendemen / produktivitas untuk budidaya ayam pedaging
dengan menggunakan 2 model tersebut secara rinci disajikan sebagai berikut :

A. No Uraian Model 1 Model 2


1 Jumlah ayam yang diternakan 6.000 ekor 3.000 ekor
2 Mortalitas 5% 5%
3 Rendemen 95% 95%
4 Jumlah yang dipanen 5.700 ekor 2.850 ekor
5 Rata-rata berat hidup waktu panen 1,6 Kg 1,6 Kg
6 Total berat waktu panen 9.120 Kg 4.560 Kg
7 Jumlah panen dalam setahun 6 x panen 6 x panen
8 Total panen per tahun 54.720 27.360 Kg

V. TEKNOLOGI BUDIDAYA AYAM RAS PEDAGING

Teknologi yang lazim digunakan untuk budidaya ayam ras pedaging dengan
menggunakan kedua model tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

No Uraian Model 1 Model 2


1 Lokasi Kawasan industri peternakan Tidak harus dalam satu kawasan
industri peternakan
2 Luas lahan yang digunakan per2.250 m2 1.000 m2
petak model analisa
3 Kepemilikan lahan Pengadaan/ pembelian baru Sudah ada, dan milik sendiri
4 Bentuk bangunan kandang Kandang tertutup Kandang terbuka s/d tertutup

18
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

No Uraian Model 1 Model 2


5 Pengaturan arus udara, suhu danDapat diatur secara mekanisDiatur secara manual dengan
kelembaban dengan menggunakan kipasmenggunakan cara buka-tutup
angin (kipas ventilasi) tirai plastik di sisi-sisi kandang
6 Penyediaan makanan dan air untukDilaksanakan secara mekanisDilaksanakan dengan secara
minum ayam dan diatur secara otomatis manual
7 Siklus produksi (full in full out) 6 x dalam setahun 6 x dalam setahun
8 Jumlah tenaga kerja yang digunakanUntuk jumlah 6.000 ekor, cukupUntuk jumlah 3.000 ekor cukup 1
1 orang orang
9 Panen Dilaksanakan dengan secaraDilaksanakan dengan secara
serentak serentak
10 Kebutuhan kelengkapan fasilitasHarus lengkap,sesuai denganDisesuaikan dengan kebutuhan
infrastruktur, bangunan lain selainpengopera-sian teknologi tertu-
kandang, instalasi listrik dantup dan pengamanan lokasi
peralatan kawasan proyek
11 Penyediaan tenaga ahli Disediakan oleh UB danDisediakan oleh UB dan tidak
menetap di kawasan proyek harus mene-tap dalam lokasi
proyek

VI. FAKTOR KRITIS ASPEK PRODUKSI / TEKNOLOGI


Beberapa faktor kritis yang seyogianya menjadi perhatian usaha kecil dalam
budidaya ayam pedaging antara lain :

A. Hasil Pembangunan Fisik

Penolakan usaha kecil untuk menerima hasil pembangunan fisik prasarana dan
penyediaan sarana produksi yang telah dilaksanakan usaha besar karena
dianggapnya tidak memadai dan sesuai dengan spesifikasi teknis yang
disepakati sebelumnya. Kericuhan berlarut-larut yang berawal dari
ketidaksepahaman dalam hal mutu realisasi pekerjaan pembangunan fisik proyek
akan berdampak kepada tertundanya jadual produksi.

B. Harga dan Kesinambungan Pasokan

Titik kritis dalam tahapan produksi dan operasional proyek dapat diawali dengan
ketidaksepahaman antara usaha kecil dengan usaha besar mengenai jumlah,
mutu, harga, lokasi penyedian, kesinambungan penyediaan dari seluruh sarana
produksi. Mungkin usaha kecil tetap akan melaksanakan budidaya, tetapi karena
diawali dengan ketidaksepahaman dalam jumlah, mutu, harga dan lain-lain yang
ternyata tidak sesuai dengan kesepakatan semula, dapat menyebabkan usaha
kecil tidak melaksanakan proses produksi sesuai dengan persyaratan teknis
poduksi yang diharapkan.

C. Pelaksanaan Budidaya

Dalam hal-hal tertentu terdapat kemungkinan usaha kecil tidak mampu atau tidak
melaksanakan teknik budidaya yang dipersyaratkan. Kegagalan penerapan
teknis produksi menyebabkan penggu-naan sarana produksi secara efisien. Pada
gilirannya tingkat produktivitas ternak ayam ras pedaging yang telah
direncanakan, tidak akan tercapai.

D. Panen Dan Penanganan Hasil Panen

Bilamana semua tahapan produksi dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai
dengan kesepakatan semula, kemungkinan masih bisa tejadinya masalah adalah

19
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

karena menyangkut kegagalan proses panen dan penanganan hasil panen ayam
ras pedaging yang kurang baik. Umumnya permasalahan yang timbul
disebabkan karena :

1. Ternyata usaha kecil berusaha untuk memanen lebih awal.


2. Usaha kecil tidak melakukan panen sesuai dengan cara-cara yang sesuai
dengan petunjuk teknis sehingga menyebabkan ayam ras menjadi stres, dan
dapat mengakibatkan kematian awal pasca panen yang relatif cepat dan
dapat merupakan Usaha Besar.
3. Cara-cara menetapkan berat hidup ayam ras pedaging yang mungkin saja
dapat merugikan para usaha kecil.

II. REKOMENDASI PROGRAM DAN PROSES PENDAMPINGAN BUDIDAYA


AYAM RAS PEDAGING

Memperhatikan beberapa permasalahan dalam program budi daya ayam pedaging


khususnya ditingkat usaha kecil, maka dapat direkomendasi beberapa hal sebagai
berikut :

A. Penyediaan Bahan Baku Dan Sarana Produksi

Terdiri dari sapronak (sarana produksi peternakan) yang berupa DOC untuk
budidaya ayam ras pedaging, dan sarana produksi berupa pakan ayam, vitamin
dan obat-obatan yang diperlukan peserta plasma dan yang disediakan oleh INTI.

B. Penyediaan Peralatan Peternakan

Khususnya dalam pelaksanaan Model 1, peralatan yang diperlukan peserta


plasma adalah dengan konstruksi yang berteknologi modern. Sehingga
pengadaan dan pemasangannya merupakan tanggung jawab dari pihak usaha
besar atau INTI. Sedangkan pada sistem kandang terbuka atau semi tertutup,
penyediaan peralatannya dapat dilakukan oleh peserta plasma dengan
pengawasan dari pihak INTI.

C. Pembangunan Fisik

Seperti halnya dengan peralatan, maka fasilitas fisik kandang dan bangunan
yang diperlukan peserta plasma pada model Kinak, sepenuhnya dilaksanakan
oleh INTI. Sementara untuk sistem kandang terbuka atau semi tertutup, karena
bangunan yang diperlukan yang diperlukan relatif sederhana, maka hal tersebut
dapat dilakukan oleh peserta plasma dengan pengawasan dari INTI.

D. Penyediaan Tenaga Ahli

Sistem Kinak dengan kandang tipe tertutup yang dilengkapi dengan peralatan
yang semi otomatis, memerlukan tenaga ahli profesional yang dapat melakukan
evaluasi dan pengawasan serta memadu usaha kecil dalam menggunakan
semua fasilitas proyek. Penyedian tenaga ahli dilakukan oleh pihak INTI.

E. Proses Produksi sampai dengan Produk Siap Jual

Seperti telah diuraikan sebelumnya, dalam pola kemitraan ini semua peserta
plasma menitikberatkan peranannya pada budidata, sementara pihak usaha

20
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

besar (INTI) berperan dalam pembangunan fisik (khususnya untuk Model 1),
penyediaan sapronak secara tepat jumlah/mutu, tepat waktu, tepat lokasi
penyediaannya, memberikan bimbingan teknis sampai dengan penjualan hasil.
Oleh karena itu, pihak INTI mempunyai peran yang sangat besar dalam
keseluruhan proses penyediaan dan pemanfaatan fasilitas, serta pelaksanaan
proses produksi s/d tahapan rpduksi memasuki tahapan siap jual. Hal ini
dimaksudkan agar produk yang dihasilkan plasma dapat memenuhi mutu yang
dihendaki di pasaran.

III. REFERENSI

Sistem Informasi Pengembangan Usaha Kecil (SIPUK) Bank Indonesia.

21
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

CENGKEH
(Syzigium aromaticum)

Oleh Rusydi Nasution

I. PROFIL KOMODITAS
Tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum) merupakan tanaman perkebunan atau
industri berupa pohon dengan famili Myrtaceae. Asal tanaman cengkeh ini belum
jelas, karena ada yang beberapa pendapat bahwa pohon cengkeh berasal dari
Maluku Utara, Kepulauan Maluku, Philipina atau Irian. Di daerah kepulauan Maluku
ditemukan tanaman cengkeh tertua di dunia dan daerah ini merupakan satu-satunya
produsen cengkeh terbesar di dunia.

A. Sejarah Cengkeh

Pada abad yang keempat, pemimpin Dinasti Han dari Tiongkok memerintahkan
setiap orang yang mendekatinya untuk sebelumnya menguyah cengkeh, agar
harumlah napasnya. Cengkeh, pala dan merica sangatlah mahal di zaman Romawi.
Cengkeh menjadi bahan tukar menukar oleh bangsa Arab di abad pertengahan.
Pada akhir abad ke-15, orang Portugis mengambil alih jalan tukar menukar di Laut
India. Bersama itu diambil alih juga perdagangan cengkeh dengan perjanjian
Tordesillas dengan Spanyol, selain itu juga dengan perjanjian dengan sultanTernate.
Orang Portugis membawa banyak cengkeh yang mereka peroleh dari kepulauan
Maluku ke Eropa. Pada saat itu harga 1 kg cengkeh sama dengan harga 7 gram
emas. Perdagangan cengkeh akhirnya didominasi oleh orang Belanda pada abad
ke-17.

Dengan susah payah orang Prancis berhasil membudayakan pohon Cengkeh di


Mauritius pada tahun 1770. Akhirnya cengkeh dibudayakan di Guyana, Brasilia dan
Zanzibar. Pada abad ke-17 dan ke-18, di Inggris harga cengkeh sama dengan harga
emas karena tingginya biaya impor. Sebab cengkeh di sana dijadikan salah satu
bahan makanan yang sangat berkhasiat bagi warga dan sekitarnya yang
mengkonsumsi tanaman cengkeh tersebut. Penyebaran tanaman cengkeh keluar
pulau Maluku mulai sejak tahun 1769. Bibit tanaman ini mula-mula diselundupkan
oleh seorang kapten dari Prancis ke Rumania, selanjutnya disebarkan ke Zanzibar
dan Madagaskar. Penyebaran tanaman cengkeh ke wilayah Indonesia seperti Jawa,
Sumatra, Kalimantan baru dimulai pada tahun 1870. Sampai saat ini tanaman
cengkeh telah tersebar ke seluruh dunia.

Sampai sekarang cengkeh menjadi salah satu bahan yang diekspor ke luar negeri.
Pohon cengkeh yang dianggap tertua yang masih hidup terdapat di Kelurahan
Tongole, Kecamatan Ternate Tengah, sekitar 6 km dari pusat kota Ternate. Poho
yang disebut sebagai Cengkeh Afo ini berumur 416 tahun, tinggi 36,60 m,
berdiameter 198 m, dan keliling batang 4,26 m. Setiap tahunnya ia mampu
menghasilkan sekitar 400 kg bunga cengkeh.

B. Klasifikasi Tanaman Cengkeh

Klasifikasi ilmiah:Kerajaan: Plantae


Filum : Angiosperms(tidak termasuk) Eudicots(tidak termasuk) Rosids
Ordo :Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium

22
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Spesies : S. aromaticum

Nama binomial : Syzygium aromaticum (L.) Merrill & Perry

Adapun nama nama local cengkeh diantaranya adalah sebagai berikut;


Clove (Inggris), Cengkeh (Indonesia, Jawa, Sunda), ; Wunga Lawang (Bali), Cangkih
(Lampung), Sake (Nias); Bungeu lawang (Gayo), Cengke (Bugis), Sinke (Flores);
Canke (Ujung Pandang), Gomode (Halmahera, Tidore);

C. Cengkeh sebagai Obat

Tanaman cengkeh dikenal sebagai tanaman rempah yang digunakan sebagai obat
tradisional. Penyakit yang sering digunakan cengkeh sebagai penawar diantaranya
adalah;

Merangsang aromatik pernapasan : Dimanfaatkan untuk mengatasi


mual, muntah-muntah, perut kembung, lemas dan gangguan pencernaan. Minyak
cengkeh juga dapat dimanfaatkan sebagai pembasmi kuman yang ampuh dan
penyembuh luka serta dapat melegakan tenggorokan. Cengkeh banyak
dimanfaatkan sebagai obat secara nyata diantaranya digunakan untuk
melindungi dari masuk angin dan perut kembung. Membantu merangsang
sirkulasi darah dan mengatur suhu tubuh.
Gangguan Pencernaan : Cengkeh dapat merangsang produksi
enzymatic dan meningkatkan berfungsinya percernaan. Cengkeh digunakan
dalam mengatasi permasalahan lambung, sakit perut dan gangguan pada
pencernaan. Adapun cara pembuatannya obat untuk mengatasi muntah-muntah,
sakit perut dan tenggorokan adalah dengan menghaluskan cengkeh dan
dicampur madu kemudian diminum.
Kolera : Cengkeh sangat ampuh untuk mengatasi kolera karena
dapat memperkuat lendir usus dan lambung serta menambah jumlah darah putih,
adapun caranya dengan mengambil 4 gram kuntum cengkeh dan 3 gelas air
kemudian di rebus sampai menjadi setengahnya.
Asma : Untuk pengobatan obat asma caranya dengan mengambil 6
kuntum cengkeh dicampur 30 ml air dan sedikit madu, lakukan hal tersebut 3 kali
sehari.
Sakit Gigi : Untuk pemanfaatan mengatasi sakit gigi caranya Sangrai
10 butir cengkeh sampai hangus. Giling sampai halus, masukkan ke lubang gigi
secukupnya, lalu tutup dengan kapas. Lakukan 2 kali sehari. Cara lain: sumbat
gigi yang berlubang dengan kapas yang telah ditetesi minyak cengkeh.

23
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Sakit Telinga : Untuk mengatasinya caranya dengan mengoleskan


minyak cengkeh ke telinga yang terasa sakit dengan menggunakan katembat.
Sakit Kepala : Untuk mengatasi sakit kepala caranya dengan
mencampurkan cengkeh, garam dan susu, karena sifat garam dapat menyerap
cairan dan menurunkan tekanan darah.
Sirkulasi Darah : Minyak Cengkeh bermanfaat untuk meningkatkan
metabolisme tubuh Anda, dengan meningkatkan sirkulasi darah akan
menurunkan suhu tubuh.
Membersihkan Darah: Minyak cengkeh dapat dimanfaatkan dalam
membershihkan darah.
Diabetes: Seiring dengan pembersihan darah, minyak cengkeh juga
membantu dalam mengendalikan tingkat gula darah dan dengan itu adalah
berguna bagi penderita diabetes.
Kekebalan Tubuh: Cengkeh dapat dimanfaatkan sebagai peningkat
kekebalan tubuh, kandungan yang ada dalam cengkeh yang bersifat antivirus
dan kemampuan untuk membersihkan darah sehingga dapat meningkat
perlawanan terhadap penyakit.
Stres : Minyak Cengkeh bermanfaat sebagai zat perangsang pikiran
dan mental, menghilangkan keletihan dan kelelahan. Bila digunakan sebagai
obat dalam dengan dosis yang sesuai maka dapat menenangkan pikiran. Minyak
cengkeh juga dapat membantu mengatasi susah tidur pada penderita insomnia.
Manfaat lainya untuk merawat masalah mental seperti kehilangan memori,
depresi dan kegelisahan.

D. Jenis Cengkeh Unggulan

Cengkeh termasuk salah satu penghasil minyak atsiri yang biasa digunakan sebagai
bahan baku industri farmasi maupun industri makanan, sedangkan penggunaan
yang terbanyak sebagai bahan baku rokok. Varietas-varietas unggul yang ditanam:

1. Cengkeh Siputih:
Helai daun besar dan berwarna kuning atau hijau muda;
Cabang kurang rimbun;
Bunga besar, warna kuning dan berjumlah belasan per rumpun.
2. Cengkeh Sikotok:
Helai daun kecil, warna hijau sampai hijau tua kehitam-hitaman dan lebih
mengkilap;
Cabang rimbun dan rendah, semua ranting tertutup daun;
Bunga kuning kemerahan, tiap rumpun 20-50 bunga.
3. Cengkeh Zanzibar:
Bentuk daun panjang ramping dan berwarna hijau gelap;
Bunga berwarna lebih merah dengan produksi tinggi;
Merupakan jenis terbaik.

E. Syarat Pertumbuhan

1. Iklim
a. Cengkeh menghendaki iklim yang panas dengan curah hujan cukup
merata, karena tanaman ini tidak tahan kemarau panjang.
b. Curah hujan optimal bagi pertumbuhan tanaman cengkeh antara 1500-
4500 mm/tahun atau 2.500 3.500 mm/tahun dengan bulan kering
kurang dari 2 bulan.
c. Cengkeh menghendaki sinar matahari minimal 8 jam per hari.

24
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

d. Suhu yang optimal tanaman ini dikehendaki adalah 22-30 oC, dengan
kelembaban udara antara 60-80% serta tidak ada angin kencang
sepanjang tahun

2. Media Tanam
a. Jenis tanah yang baik adalah latosol, andosol dan podsolik merah.
Menyukai tanah gembur, lapisan olah minimal 1.5 m dan kedalaman air
tanah lebih dari 3 m dari permukaan tanah serta drainase yang baik.
b. Derajat keasaman (pH) yang cocok untuk tanaman cengkeh adalah 5,5-
5,6.
c. Kedalaman air tanah pada musim hujan tidak lebih dangkal dari 3 m dari
permukaan tanah dan pada musim kemarau tidak lebih dari 8 m.
d. Tanah dengan kemiringan sampai 20% lebih baik dari tanah datar, karena
dranasenya baik. Pada tanah itu harus dibuat parit dranase sedalam
kurang lebih 1 m agar air meluap pada musim hujan dapat disalurkan ke
arah lain.
e. Ketinggian Tempat
f. Ketinggian tempat yang optimal untuk pembungaan tanaman cengkeh
adalah 200-500 m dpl. Makin tinggi tempat maka produksi bunga makin
rendah tetapi pertumbuhan makin subur.

F. Teknis Budidaya

1. Pembibitan
Bibit harus sehat, memiliki batang yang kokoh dengan percabangan kuat,
daun lebat, tidak terserang hama dan penyakit, permukaan batang, mulus
berwarna kecoklatan, dan berbatang tunggal. Tinggi rata-rata 25-30 cm umur
1 tahun dan 50-75 cm umur 2 tahun.

2. Penanaman
a. Jarak tanam pada dataran rendah 7 x 7 m, 6 x 8 m atau 8 x 8m
b. Jarak tanam pada dataran tinggi 10 x 10 m atau 8 x 12 m.
c. Letak tanaman berurutan membentuk bujur sangkar atau persegi
panjang.

3. Pengendalian Hama dan Penyakit


Hama yang umum menyerang tanaman cengkeh adalah penggerek, perusak
pucuk, perusak daun dan perusak akar. Sedangkan penyakit yang sering
menyerang antara lain Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh (BPKC), Cacar
Daun Cengkeh (CDC), Die back (mati ranting), embun jelaga. Untuk
pengendaliannya dapat digunakan insektisida/fungisida sesuai anjuran.

4. Panen
a. Ciri dan Umur panen
Kepala bunga kelihatan sudah penuh, tetapi belum membuka.
Umur panen tanaman cengkeh adalah 4,5-8,5 tahun sejak disemaikan
tergantung pada jenis lingkungan.
Waktu pemanenan ada beberapa tahap, yang pertama jika 50-60 %
jumlah bunga yang ada di pohon telah matang petik. Pemetikan ini bisa
diulangi lagi setiap 10-14 hari selama 3-4 bulan. Di Jawa, panen mulai
Mei dan berakhir Juli-Agustus. Hal ini tergantung dari iklim setempat.

b. Cara Panen

25
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Sebelum pemetikan dimulai, alat yang perlu disiapkan adalah karung


berukuran kecil atau keranjang bambu dan karung besar. Apabila
tanaman sudah cukup tinggi dan bunganya tidak terjangkau oleh tangan,
maka perlu disiapkan tangga segitiga berkaki empat. Pemetikan dengan
memanjat pohon sangat tidak dianjurkan karena dapat merusak tajuk
tanaman. Adapun cara petik adalah sebagai berikut:
Bunga cengkeh dipetik pertandan tepat diatas buku daun terakhirnya
dengan menggunakan kuku jari atau pisau kecil yang tajam.
Daun terakhir / termuda yang berdekatan dengan bunga tidak boleh
ikut terpetik agar tidak mengganggu pertumbuhan tunas berikutnya.
Apabila daun ini ikut terpetik bisa mengurangi jumlah tunas 1/3-1/2
bagian.
Bunga yang sudah dipetik dimasukkan kedalam keranjang atau karung
kecil yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Setelah penuh, bunga
dimasukkan ke dalam karung besar untuk dibawa ke tempat
pengolahan.

c. Periode Panen
Tanaman cengkeh di Indonesia mempunyai periode produksi yang khas,
yakni mempunyai jumlah produksi yang berfluktuasi menurut siklus
tertentu. Pada tahun tertentu tanaman akan menghasilkan produksi yang
banyak, dan pada tahun-tahun tertentu produksi bisa menurun sampai 10-
40%. Pola produksi tanaman cengkeh bisa digolongkan menjadi pola
siklus 2 tahun dan siklus 3-4 tahun
.
Pola siklus 2 tahun umumnya terdapat daerah yang mendapat pengaruh
nyata dari iklim laut. Pada siklus ini, tanaman akan berproduksi tinggi atau
sedang pada tahun pertama, kemudian pada tahun berikutnya mernjadi
rendah. Pada tahun berikutnya lagi, jumlah produksi akan kembali seperti
tahun pertama.

Siklus 3-4 tahun umumnya terdapat daerah yang tidak dapat pengaruh
iklim laut. Pada siklus ini produksi tinggi akan terulang setiap 3-4 tahun,
dengan pola yang bervariasi.

G. Klasifikasi Dan Standar Mutu

Standar mutu cengkeh Indonesia adalah:


1. Ukuran: Sama rata
2. Warna: Coklat kehitaman
3. Bau: Tidak apek
4. Bahan asing maksimum: 0,5-1,0%
5. Gagang maksimum: 1,0-5,0%
6. Cengkih rusak maksimum: 0 %
7. Kadar air maksimum: 14,0%
8. Cengkeh inferior maksimum: 2-5%
9. Kadar Atsiri maksimum: 16-20%

26
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

II. POHON INDUSTRI

27
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

III. RENDEMEN

Minyak dari daun cengkeh jelek/low quality (daun cengkeh gugur yang
mengalami pengeringan secara alami oleh matahari lalu terbasahi kembali
oleh hujan, busuk, dan kembali kering oleh matahari, demikian seterusnya,
serta sudah tidak wangi cengkeh) menghasilkan rendemen rata-rata 1,3%
Minyak dari daun cengkeh gugur kualitas baik (daun cengkeh yg murni kering
matahari, tanpa terbasahi hujan, dan masih berbau harum cengkeh)
menghasilkan rendemen rata-rata 3,6%
Minyak dari batang cengkeh (clove stem) menghasilkan rendemen rata-rata
5,0%.

IV. FAKTOR KRITIS

Tanaman cengkeh mempunyai dua masa kritis dalam siklus hidupnya, yaitu
sebelum tanaman mencapai umur 3 tahun dan setelah berumur 8 tahun,
terutama pada awal dan sesudah panen pertama.
Suhu maserasi dan jenis minyak nabati memberikan perbedaan rendemen
eugenol. Keadaan cengkeh yang diserbukkan memberikan rendemen eugenol
yang lebih tinggi dari cengkeh yang masih utuh.
Interaksi organ bunga cengkih dan 4 jam penyulingan (O3L4) mampu
meningkatkan rendemen minyak atsiri tertinggi mencapai 6,77 (mg/100 g
bahan) dan juga kadar air terendah mencapai 0,27 % dan bilangan asam yang
terendah dicapai 2,03.

VII. REKOMENDASI PROSES PRODUKSI

A. Potensi Cengkeh

Cengkeh merupakan salah satu komoditas sub-sektor perkebunan yang sebagian


besar diusahakan oleh perkebunan rakyat. Hasil utama tanaman cengkeh adalah
bunganya yang dipanen pada saat kelopak bunga belum mekar. Bunga cengkeh
kering merupakan salah satu bahan baku utama untuk rokok kretek yang merupakan
rokok khas Indonesia. Pada awal tahun 1990, total areal cengkeh mencapai sekitar
700.000 ha dengan produksi 120.000 ton per tahun. Produksi tersebut sudah
melampaui kebutuhan cengkeh dalam negeri yang waktu itu sekitar 100.000 ton per
tahun, sehingga terjadi kelebihan pasokan. Produksi cengkeh Indonesia sejak tahun
1996 mengalami penurunan sebagai dampak dari ketidak pastian harga yang
menyebabkan petani enggan memelihara tanamannya. Berdasarkan data produksi
cengkeh, khususnya tahun 2004 dan 2005 terjadi defisit pasokan, karena kebutuhan
industri rokok kretek rata-rata 92.133 ton per tahun. Diperkirakan lima tahun
mendatang, produksi cengkeh habis terserap untuk kebutuhan pabrik rokok.

Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2005), pada dasarnya


agribinis cengkeh sangat menguntungkan, apalagi dengan adanya peluang
pengembangan industri hilir untuk keperluan makanan, farmasi, dan pestisidan
nabati, termasuk ekspor. Pihak sawasta diharapkan ikut investasi dalam agribisnis
cengkeh yang meliputi agribisnis hulu, dalam penangkarana benih, sektor on farm,
pendirian perkebunan besar, dalam rangka peremajaan serta agribsinis hilir dibidang
industri penyulingan minyak, industri makanan dab farmasi serta pengolahan
pestisida nabati cengkeh. Kegiatan on farm dalam pendirian perkebunan besar

28
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

memberikan B/C 1.54 dengan IRR 21.20 % sedangkan industri penyulingan minyak
pada tingkat modal 18 % mampu memberikan B/C 1.26 dengan IRR 23%.

Potensi tanaman cengkeh yang belum dimanfaatkan secara optimal adalah daun
cengkeh (daun gugur) dan tangkai bunga. Produk olahan yang dapat dihasilkan dari
bunga, daun dan tangkai bunga (gagang) adalah (1) minyak cengkeh, (2) eugenol
dari minyak cengkeh dan (3) senyawa turunan dari eugenol.

B. Prospek Pengembangan Agroindustri Cengkeh

Potensi dan prospek pengembangan agroindustri cengkeh mengacu pada pohon


industri cengkeh (Gambar 2). Saat ini Indonesia merupakan negara produsen,
sekaligus konsumen cengkeh terbesar di dunia. Dua negara lain yang cukup
potensial sebagai penghasil cengkeh adalah Madagaskar dan Zanzibar (Tanzania)
yang total produksinya sekitar 15.000 ton/tahun. Usaha agribisnis hilir yang dapat
dilakukan meliputi:

1. Peningkatan mutu bunga cengkeh kering melalui perbaikan penanganan


pascapanen (perontokan, sortasi basah untuk memisahkan bunga dan tangkai
bunga dan kotoran, pengeringan bunga dan tangkai bunga, pengemasan dan
penyimpanan).
2. Peningkatan produksi dan mutu tepung bunga cengkeh sebagai rempah bumbu
untuk konsumsi rumah tangga dan industri makanan.
3. Peningkatan produksi dan mutu minyak daun cengkeh (dan gagang/tangkai
bunga), melalui perbaikan teknologi penyulingan (destilasi) minyak.
4. Diversifikasi produk minyak daun cengkeh melalui peningkatan produksi dan
mutu eugenol, dengan perbaikan teknologi isolasi eugenol.
5. Diversifikasi produk minyak daun cengkeh melalui peningkatan produksi dan
mutu pestisida nabati (fungisida dan insektisida).

C. Kebutuhan Investasi Agroindustri Cengkeh

Tujuan melakukan investasi agribinis cengkeh adalah:


1. Membuka kesempatan kerja,
2. Meningkatkan pendapatan petani,
3. Meningkatkan pemanfaatan produk tanaman cengkeh secara berkelanjutan
untuk mendapatkan nilai tambah,
4. Mendorong pengembangan ekonomi wilayah,
5. Meningkatkan pendapatan/devisa negara.

Sasaran yang ingin dicapai dalam investasi mencakup:


1. Menjaga keseimbangan supply dan demand cengkeh untuk pabrik rokok
kretek,
2. Menciptakan hubungan kemitraan yang adil dan harmonis antara petani dan
industri rokok/pedagang agar tercapai kesepakatan harga yang
menguntungkan semua pihak,
3. Meningkatkan nilai tambah cengkeh melalui diversifikasi produk cengkeh.

REFERENSI
http://ferry-atsiri.blogspot.com/2006/10/iseng-nyuling-daun-cengkeh-di-lab.html
http://warintek.progressio.or.id/perkebunan/cengkeh.htm
http://www.kanwilpajakkhusus.depkeu.go.id/industri/cengkeh.htm
http://www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/files/0106L-PPANEN.pdf

29
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

www.disbun.jabarprov.go.id/data/arsip/Budidaya%20Tan.%20Cengkeh.doc
http://www. AsianBrain.com
http://www.wikipedia.com
Pusat Penelitiian dan Pengembangan Perkebunan.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, 2005.
Propek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh

30
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

DURIAN
(Durio)

Oleh Fardha Primadika

I. PROFIL KOMODITAS

Durian merupakan tanaman buah berupa pohon. Sebutan durian diduga berasal dari
istilah Melayu yaitu dari kata duri yang diberi akhiran -an sehingga menjadi durian.
Kata ini terutama dipergunakan untuk menyebut buah yang kulitnya berduri tajam.
Tanaman durian berasal dari hutan Malaysia, Sumatra, dan Kalimantan yang berupa
tanaman liar. Penyebaran durian ke arah Barat adalah ke Thailand, Birma, India dan
Pakistan. Buah durian sudah dikenal di Asia Tenggara sejak abad 7 M. Nama lain
durian adalah duren (Jawa, Gayo), duriang (Manado), dulian (Toraja), rulen (Seram
Timur).

Pada saat ini daya saing produk durian dari Indonesia sangat lemah dibandingkan
dari negara lain. Oleh karena itu, kuantitas dan kualitas , sistem pemasaran serta
tekhnologi pascapanennya perlu diperbaiki. Disamping itu perusahaan pembibitan
belum mampu membuat benih dengan lebih baik, hingga bibit yang ditanam petani
belum terjamin kemurniannya hingga menyebabkan kualitas buah yang dihasilkan
beragam.

Tanaman durian termasuk famili Bombaceae sebangsa pohon kapuk-kapukan. Yang


lazim disebut durian adalah tumbuhan dari marga (genus) Durio, Nesia, Lahia,
Boschia dan Coelostegia. Ada puluhan durian yang diakui keunggulannya oleh
Menteri Pertanian dan disebarluaskan kepada masyarakat untuk dikembangkan.
Macam varietas durian tersebut adalah: durian sukun (Jawa Tengah), petruk (Jawa
Tengah), sitokong (Betawi), simas (Bogor), sunan (Jepara), otong (Thailand), kani
(Thailand), sidodol (Kalimantan Selatan), sijapang (Betawi) dan sihijau (Kalimantan
Selatan).

A. Klasifikasi Durian

Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Klas : Magnoliopsida
Subklas : Caryophyllidae
Ordo : Malvales
Famili : Bombacaceae
Genus : Durio
Spesies : Durio zibethinus Murr

Ada 28 spesies durian, namun hanya 8 yang dikenal masyarakat, yaitu :


1. Durio zibethinus (durian)
2. Durio dulcis (durian maragang, lahong)
3. Durio grandiflorus (munjit)
4. Durio graveolens (durian merah, tabelak)
5. Durio kutejensis (durian kulu, lai)
6. Durio lowianus (chaarian)
7. Durio oxleyanus (durian sukang, keratogan), dan
8. Durio testudinarum (kura-kura)

31
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

B. Penyebaran Durian

Pusat industri durian di Indonesia adalah Sumatera Utara, Riau, Jambi, Jawa Barat,
Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Kalimantan Barat. Beberapa tempat
penghasil utama durian di Sumatera Utara yaitu di kecamatan Bohorok, kecamatan
Parnah (kecamatan Binjai), kecamatan Pasir Mandoki (kabupaten Asahan), dan
kecamatan Barumun (kabupaten Tapanuli Selatan). Pesaing Indonesia dalam
menghasilkan durian adalah Malaysia dan Thailand.

Ada banyak jenis durian, namun yang dikenal masyarakat Indonesia hanya
beberapa, seperti :

Durian Hepe
Durian ini memiliki biji kempes atau heep (bahasa Sunda) dan banyak
ditemukan di daerah Jonggol, Bogor. Buahnya berbentuk bulat telur dan
berwarna hijau kecokelatan. Kulit buah agak tebal dengan duri runcing dan
tersusun rapat. Keistimewaannya adalah daging buahnya yang tebal dan
rasanya yang manis pahit. Ukuran buahnya sedang, bobotnya antara 1 2
kg per buah. Produksi per pohonya antara 300 400 buah per tahun.

Durian Petruk
Durian ini berasal dari Randusari, Jepara dan merupakan varietas unggul
nasional. Bentuk buahnya bulat telur terbalik dengan kulit buah tipis yaitu
sekitar 3 mm. Aromanya tidak begitu tajam dan menyengat. Durian petruk
relatif tahan terhadap penyakit busuk akar dan hama penggerek buah

Durian Parung
Durian ini dapat ditemukan di di daerah Darmaga di Bogor dan Cilandak
Barat Jakarta Selatan. Bijinya brukuran kecil, sedangkan buahnya berbentuk
bulat memanjang dan berwarna keabu-abuan, dagingnya tebal dan tidak
begitu kering serta rasanya manis. Produksi per tahunnya sekitar 50 150
buah per pohon.

Durian Lutung
Durian ini dapat ditemukan di daerah Kendal. Bentuk buahnya tidak
beraturan. Daging buahnya tebal, cukup kesat dan berwarna kuning agak
krem. Rasanya manis dengan aroma yang tajam. Keistimewaan durian ini
adalah bijinya kempes.

Durian Monthong
Durian ini berasal dari Thailand. Pohonnya termasuk jenis tanaman yang
genjah dan mampu memproduksi buah pada umur 4 5 tahun, sejak pohon
ditanam dengan bibit asal sambung pucuk serta mampu beradaptasi pada
berbagai tempat. Dagingnya tebal dengan rasa manis legit dan aroma harum
khas.

Durian Sunan
Durian ini berasal dari daerah Gendol, Boyolali, sehingga bisa disebut durian
sunan gendol. Bentuk bulat telur dengan kulit buah berwarna hijau
kecokelatan. Durinya berbentuk kerucut, kecil dan susunannya jarang. Kulit
buahnya kurang dari 5 mm dan mudah dibelah-belah. Daging buah berwarna
krem, sangat tebal, kering dan rasanya manis serta berserat halus. Kelebihan
dari durian ini adalah daya tahannya terhadap penyakit busuk akar dan hama
penggerek buah.

32
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

C. Morfologi Durian

1. Akar
Pohon durian memiliki akar tunggang yang bercabang-cabang. Dari cabang
akar tumbuh cabang kecil. Cabang kecil ditumbuhi bulu-bulu akar yang
sangat halus. Akar tunggang pohon durian sangat panjang, yaitu dapat
mencapai 5 meter dan akan terhenti apabila mencapai permukaan tanah.
Akar cabang semakin ke bawah semakin sedikit dan banyak terdapat pada
kedalaman 30 60 cm.

2. Batang
Batang pohon merupakan bagian tengah dari tumbuhan yang tumbuh lurus
ke atas. Bagian ini mengandung zat kayu hingga pohon durian tumbuh tegak,
keras, dan kuat. Bentuk batang pohon durian tegak, bercabang agak kuat
dan lebat membentuk tajuk berbentuk kubah, oval, atau memanjang. Kulit
pohon tebal dan kasar dengan banyak celah kecil dan sisik-sisik bekas
tangkai daun. Warna kulit yang sudah tua adalah cokelat keabuan, kelabu tua
sampai hampir hitam.

3. Daun
Tepi daun halus, tetapi kadang-kadang sedikit bergelombang, melipat, atau
menggulung. Panjang helaian daun berkisar antara 40 cm dan lebar 2 12.5
cm. Hal ini tergantung pada varietas dan kesuburannya. Jumlah tulang daun
yang bercabang berkisar antara 15 30 pasang. Daun bertangkai,
memanjang, dengan pangkal membulat dan ujung, meruncing seperti kulit.
Permukaan daun bagian bawah bersisik rapat berwarna kuning keemasan,
sedangkan permukaan daun bagian atas berwarna hijau. Daun penumpu
cepat rontok.

4. Bunga
Bunga durian adalah bunga majemuk. Tumbuhnya dari tunas ujung. Tunas
yang berasal bukan dari tunas ujung tidak menghasilkan, tetapi ranting daun
biasa. Bunga dalam payung tambahan samping, menggantung, dan
jumlahnya berkisar 3 30. Daun pelindung bersatu mengelilingi kuncup,
kemudian berbelah terbuka. Kelopak berbentuk lonceng, berlekuk 6 atau
bercabang 4 6. Tinggi kelopak 2 3 cm, daun mahkotanya lepas, berbentuk
solet memanjang melengkung ke belakang, berwarna putih. Panjangnya
berkisar 4 5 cm. Pada bunga durian terdapat banyak benang sari, jumlah 5
berkas berbentuk kipas. Kepala sari membengkok dan beruang 1. Bakal
buahnya beruang 5, sedangkan bakal bijinya banyak. Tangkai putik tebal.

5. Buah
Buah durian tergantung di dahan dengan tangkainya. Bentuknya bulat,
tertutup oleh durian yang kasar. Ukuran panjang antara 10 25 cm,
diameternya 7 25 cm dan berat sekitar 2.5 kg.

6. Biji
Durian memiliki biji tunggal yang bulat telur, berbentuk empat segi panjang
yang pada ujungnya membentuk hampir seperempat lingkaran. Ukuran
panjang biji durian berkisar 3 4 cm dan diameter 2 3 cm, atau bergantung
pada kultivarnya. Tebal kulit biji 1 2 mm dan dibawah kulit terdapat lapisan
biji yang melingkupi biji. Biji beruang 2 6 dengan selubung biji putih atau
kuning pucat. Letak biji di dalam kulit biji yang keras. Besarnya bervariasi,
sesuai kultivar. Biji terdiri dari dua keping. Ada yang monoembriyonal dan
poliembrional.

33
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Buah durian dapat digunakan sebagai buah meja segar maupun yang dicampur
dengan es. Memakan durian yang disertai dengan minum yang beralkohol dapat
menyebabkan penyakit atau bahkan kematian. Daging buah durian dapat dimakan
bahkan dapat diekspor. Kulit durian dapat dikeringkan sehingga dapat dijadikan
bahan bakar. Kayunya dapat digunakan sebagai bahan konstruksi rumah dan
perkakas rumah sederhana seperti kusen dan kayu bagian atap rumah. Kulit durian
dapat juga dijadikan bahan obat seperti obat ruam pada kulit dan susah buang air
besar serta obat untuk melancarkan haid. Kulit durian juga dapat dijadikan sebagai
bahan dasar abu gosok. Biji durian dapat direbus atau dibakar untuk dijadikan
makanan ringan. Akar pohon durian dapat digunakan untuk obat penurun demam
dan obat cantengan atau infeksi pada kuku. Pohon durian juga dapat berfungsi
sebagai pencegah erosi di lahan-lahan yang miring.

II. POHON INDUSTRI

III. RENDEMEN / PRODUKTIVITAS

Tingkat rendemen yang baik adalah 13 % - 17 % atau rata-rata 1.5 kwintal per tahun.
Umumnya para petani tembakau sering mengeluhkan hujan yang terjadi menjelang
musim panen karena dapat menurunkan rendemen hingga 50 %.

IV. FAKTOR KRITIS

Untuk mendapatkan hasil panen durian yang berkualitas baik, pembudidayaannya


tidak terlepas dari pemilihan lokasi yang sesuai dengan faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhinya. Pohon durian termasuk pohon yang mudah tumbuh, baik di
tanah yang bergembur, tanah berpasir maupun tempat pembuangan sampah.

Untuk mendapatkan hasil yang optimal, yang perlu diperhatikan adalah pengukuran
pH tanah, analisis tanah, penetapan waktu atau jadwal tanam, pengairan, penetapan
luas areal penanaman, dan pengaturan volume produksi yang akan dihasilkan.

A. Tanah

Pohon durian menginginkan tanah yang subur yaitu yang kaya bahan organik.
Kesuburan tanah berperan penting untuk pohon durian. Selain penyangga akar,
tanah berfungsi sebagai penentu keberhasilan produksi buah karena tanah
merupakan penyedia unsur-unsur hara. Tanah yang air tanahnya dangkal,

34
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

porositasnya rendah, pada waktu hujan mudah becek, tidak baik ditanami pohon
durian.

1. Ketinggian tanah
Pohon durian tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi
pada ketinggian antara 1 800 meter diatas permukaan laut (dpl) dan dapat
tumbuh optimal pada ketinggian 50 600 meter di atas permukaan laut.
Pohon durian dapat juga tumbuh dan berbunga di ketinggian lebih dari 800
meter namun pembungaan menjadi lama dan jumlahnya sedikit.

2. Kedalaman air
Pohon durian merupakan tanaman yang membutuhkan kandungan air tanah
dengan kedalaman cukup, yaitu 50 -200 cm. Jika terlalu dangkal atau dalam
maka rasa buah tidak manis, tanaman juga akan mengalami kekeringan dan
akarnya mudah busuk karena selalu tergenang air. Hal ini merupakan syarat
utama untuk menanam pohon durian.

3. Tingkat Kesesuaian Unsur Hara


Pohon durian tidak bergantung pada letak dan kondisi tanah, karena keadaa
n tanah dapat dibentuk sesuai dengan tata cara penanaman yang benar.
Tingkat kesesuaian unsur hara di dalam tanah dapat dilihat dari kandungan
mineral melalui proses mineralisasi atau dekomposisi. Hal ini merupakan
makanan pokok dari pohon untuk dapat tumbuh.

4. Keasaman Tanah
Pada dasarnya derajat keasaman (pH) pohon durian tidak terlalu jauh
berbeda dengan tanaman perkebunan lainnya, antara 5 7. Pohon durian
masih dapat tumbuh pada tanah yang tingkat keasamannya kurang dari 5,
akan tetapi perlu dilakukan pengapuran terlebih dahulu dan pohon durian
akan berbuah kurang lebat dan tumbuh kerdil.

5. Kemiringan Tanah
Tanah yang kemiringannya kurang dari 8 % dapat ditanami karena
kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil. Jika kemiringannya lebih
dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras, sehingga dapat terkendali
dan unsur hara tidak terkuras karena banjir.

B. IKLIM
Pohon durian dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki iklim sedang dan iklim
subtropis atau iklim tropis yang basah. Di daerah yang memiliki iklim yang lembab,
pohon durian dapat dengan mudah terserang penyakit. Sebaliknya pada kondisi
tanpa air, pohon durian masih dapat tumbuh namun hasil produksinya tidak optimal.

1. Curah Hujan
Pohon durian tidak dapat tumbuh dengan baik di daerah yang tingkat curah
hujannya tinggi. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan pohon durian
memerlukan curah hujan ideal sekitar 1500 2500 milimeter per tahun.
Curah hujan merata sepanjang tahun, dengan kemarau 1 2 bulan sebelum
berbunga lebih baik daripada hujan terus menerus.

2. Sinar Matahari
Pohon durian memerlukan sinar matahari. Jika kurang mendapatkan sinar
matahari di tempat persemaian atau pada awal pertumbuhannya, pohon
durian akan mengalami etiolasi, yaitu pertumbuhannya terhambat, serta
dapat membuat buah menjadi kempes dan kurang berisi. Cahaya matahari

35
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

yang dibutuhkan oleh pohon durian sekitar 60 80 %. Pohon durian dapat


tumbuh optimal pada intensitas 40 50 %.

3. Suhu
Suhu yang cocok untuk pertumbuhan durian adalah sekitar 22 derajat Celcius
30 derajat Celcius. Untuk pertumbuhan yang optimum suhu yang
dibutuhkan pada siang hari sebesar 25 derajat Celcius dan 19 derajat
Celcius.

Pohon durian tidak cocok berada pada suhu diatas 30 derajat Celcius. Hal ini
dapat menyebabkan pembuahan pohon durian sangat sedikit, selain itu
bunga dan buah durian dapat terbakar. Apabila pada waktu berbunga, suhu
turun di bawah 19 derajat Celcius, pembuahan pohon durian akan terganggu,
sehingga unsur-unsur yang penting untuk pertumbuhan buah sukar diserap
oleh pohon.

Pembersihan lahan dilakukan agar pertumbuhan akar pohon durian yang


ditanamkan tidak terganggu. Pembukaan dan pengolahan lahan sebaiknya dilakukan
pada musim kemarau. Tanah berpasir atau tanah ringan tidak memerlukan
pengerjaan tanah. Tanah keras memerlukan pengolahan lebih lama. Tanah berat
dengan kelebihan air memerlukan drainase.

V. REKOMENDASI PROSES PRODUKSI

Untuk industri makanan khususnya durian memerlukan tipe proses Dedicated


Process. Alasannya adalah buah durian termasuk salah satu produk makanan yang
tidak tahan lama. Karena itu diperlukan bahan pengawet yang pas sehingga durian
tidak membusuk.

36
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

IKAN HIAS : CORYDORAS


Oleh M. Ade Nakolas

I. PROFIL KOMODITAS

Ikan hias merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai arti penting
bagi masyarakat baik dari nilai ekonomisnya yang tinggi maupun dari pemasaran.
Dalam dekade terakhir ini kebutuhan dan permintaan dalam negeri akan ikan hias
terus meningkat, sehingga produksi ikan memiliki prospek yang bagus dan
mempunyai potensi dikembangkan menjadi salah satu komoditas ekspor unggulan.
Besarnya penawaran terhadap ikan hias cukup tersebar di Indonesia dengan adanya
beberapa wilayah yang menjadi ikon dari ikan hias tersebut. Salah satu ikan hias
yang giat dikembangkan adalah pembenihan ikan hias Corydoras

Corydoras merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang banyak diminati
pecinta ikan hias dan mempunyai peluang ekspor. Selain digunakan sebagai ikan
hias air tawar, juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kosmetik di
negara maju. Walaupun ikan ini berasal dari Amerika Selatan, tetapi sejak lama telah
berhasil dibudidayakan di Indonesia. Ikan ini dikenal mudah pembudidayaannya.

A. Ciri Morfologi

Bentuk tubuh pendek dan gemuk, punggung lebih melengkung dibandingkan dengan
perut, kedua sisi ikan dilengkapi dengan lempengan seperti tulang yang tersusun
dalam dua baris, mempunyai dua pasang kumis yang terletak di rahang atas dan
rahang bawah serta ukuran tubuh dapat mencapai 12 cm.

Ikan Corydoras dapat dibudidayakan di kolam yang kandungan oksigen di dalam


airnya rendah. Kondisi lingkungan cocok untuk jenis ikan ini adalah: pH 6-8, suhu
21.5-28 O C.

B. Prasarana dan Sarana

Dalam pemeliharaan ikan Corydoras diperlukan sarana berupa bahan dan alat, yaitu
1. Induk ikan betina dan jantan
2. Wadah pemeliharaan berupa :
Bak pemeliharaan induk jantan dan betina secara masal, sekaligus sebagai
tempat pemijahan, atau akuarium yang berukuran 60x40x40 cm.
Bak pemeliharaan larva dan benih secara masal
3. Pakan
Pakan induk berupa cacing tubifex atau Chironomous serta jentik nyamuk.
Pakan larva berupa nauplii artemia
Pakan untuk pembesaran ikan Corydoras hingga siap dipasarkan adalah
cacing tubifex

C. Kegiatan Operasional

Pemeliharaan Induk

Ikan Corydoras mulai dapat dipijahkan minimal pada umur delapan bulan. Pakan
yang terbaik diberikan pada masa pemeliharaan induk adalah pakan yang banyak
mengandung zat chitin seperti larva nyamuk yang baik untuk perkembangan telur.

37
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Selain itu karena Corydoras bersifat 'bottom feeder' maka ikan ini lebih responsif
pada jenis makanan seperti cacing tubifex atau chironomus.

Cara termudah untuk membedakan jenis kelamin adalah dengan melihat bentuk
tubuh. Ikan jantan mempunyai bentuk tubuh seperti terpedo, bagian dari belakang
insang meruncing hingga ke ekor. Tubuh lebih langsing dan ukurannya lebih kecil
daripada betina, dan sirip dorsal ikan jantan terlihat lebih runcing. Tubuh ikan betina
berukuran lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan, dan perutnya yang tampak
membundar berisi telur.

Pemijahan

Pemijahan dilakukan secara masal di bak semen, bak fiber atau akuarium dengan
perbandingan induk betina : jantan l : 2 atau 1:1. Penggantian air dilakukan setiap
hari, untuk menjaga kualitas air media pemijahan.

Corydoras mempunyai tipe bertelur dengan menempelkan telurnya pada suatu


substrat yaitu : lempengan kaca, potongan paralon (PVC), ubin keramik atau
lempengan batu.

Ikan Corydoras mengeluarkan telurnya secara parsial, sehingga setiap hari dapat
ditemukan substrat yang ditempeli telur. Setiap induk mampu menghasilkan 200-350
butir telur. Selanjutnya substrat yang dipasang diambil untuk ditetaskan pada wadah
penetasan telur.

Penetasan telur

Telur yang menempel pada substrat selanjutnya ditetaskan di dalam akuarium . Telur
akan menetas dalam waktu enam hari. Selama penetasan telur, media pemeliharaan
diberi obat anti jamur antara lain methylene blue 0.1 ppm. Derajat penetasan telur
berkisar 60-70%. Larva ikan Corydoras dipelihara di akuarium tersebut sampai
berumur tujuh hari dengan pemberian pakan berupa nauplius artemia.

Tahap Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan pada wadah berupa fiber glass atau bak semen sampai
ukuran S (Small=kecil) dengan padat penebaran 20-30 ekor/liter. Selama satu Bulan
mencapai ukuran M (Medium=sedang) yaitu dengan padat penebaran 10-15/liter dan
siap untuk dipasarkan.

Pemeliharaan selanjutnya lebih diarahkan ke pengadaan calon induk, karena


biasanya pada ukuran L (Large=besar) permintaan pasar cenderung menurun. Padat
penebaran pada masa pemeliharaan dari ukuran M ke ukuran L adalah 5 ekor/liter.

Pakan yang diberikan selama pemeliharaan ikan sampai siap dipasarkan berupa
cacing tubifex.

Pengelolaan kesehatan Ikan

Beberapa jenis parasit yang sering menyerang ikan Corydoras ini adalah : Trichodina
sp, Epistylis, Glossatella sp dan Chillodonella sp. Sedangkan bakteri yang
menyerang biasanya merupakan infeksi sekunder yang terjadi akibat luka karena
penanganan, atau serangan parasit yang mengakibatkan terjadinya luka. Jenis
bakteri yang ditemukan adalah Aeromonas hydrophilla.

38
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Pengobatan yang dilakukan untuk penyakit parasit adalah menggunakan formalin 25


ppm, garam 500 ppm. Sedangkan untuk penyakit bakterial menggunakan
Oxytetracycline 10 ppm dengan cara perendaman.

D. Strategi dan Program Pemerintah untuk Pengembangan Komoditi Ikan dan


Pengolahannya

Daya Saing produk-produk Indonesia dihadapkan pada situasi persaingan


perdagangan dunia yang semakin ketat. Antara lain disebabkan karena adanya
kuota perdagangan terhadap produk-produk tertentu Indonesia oleh negara maju,
tuduhan dumping dan subsidi; penetapan persyaratan standar teknis, dan negara
maju menyelesaikan permasalahan sengketa dagang melalui forum bilateral dan
regional, yang seringkali merugikan negara sedang berkembang termasuk
Indonesia. Oleh karena itu penerapan Strategi Revitalisasi Industri Pengolahan Hasil
Perikanan dipandang sangat penting untuk segera dilaksanakan. Langkah-langkah
yang ditempuh oleh Direktorat Jenderal Departemen Kelautan dan Perikanan dalam
rangka revitalisasi tersebut adalah :

1. Penjaminan bahan baku dengan jalan peningkatan nilai tambah produk hasil
(yang akan diatur oleh Peraturan Pemerintah) dan jaminan ketersediaan bahan
baku industri pengolahan ikan dalam negeri seperti dalam RUU RI Perikanan
tahun 2004; melakukan penataan perijinan usaha penangkapan ikan;
peningkatan pelayanan perijinan usaha menuju efisiensi dan kemudahan dalam
perijinan perikanan yang dikeluarkan oleh daerah; menyempurnakan regulasi
perijinan terhadap kapal lisensi. Disamping itu mengembangkan armada
penangkapan dan sarana pendukung penerapan sistem rantai dingin diatas
kapal; meningkatkan kualitas pelayanan usaha perikanan; meningkatkan
pengawasan beroperasinya Pump boat sekaligus melakukan penataan menuju
proses legalisasinya; mengintegrasikan industri pengolahan hasil perikanan
dengan penangkapan melalui regulasi di bidang perijinan penangkapan ikan dan
permodalan; serta meningkatkan koordinasi pemberian ijin industri pengolahan
dengan instansi teknis terkait juga dipandang dapat menjamin ketersediaan
bahan baku.

2. Peningkatan sarana dan prasarana pelabuhan perikanan. Pembangunan


Pelabuhan Perikanan Bitung : pembangunan sarana dan prasarana sub sektor
perikanan dan maritime ke arah skala internasional dan pengelolaan sumberdaya
perikanan dan maritim di perairan

Kawasan Timur Indonesia lebih efisien dan optimal. Peningkatan pengawasan


dan penegakan hukum serta peningkatan koordinasi dengan instansi pengawas
terkait.

3. Peningkatan sistem pengawasan berbasis dan penegakan hukum serta


peningkatan koordinasi dengan instansi pengawas terkait khususnya dalam
mengurangi IUU Fishing, serta peningkatan monitoring kapal perikanan di
Pelabuhan Umum Bitung, meningkatkan sarana dan prasarana pendukung
pengawasan dalam rangka monitoring kapal, berkoordinasi dengan daerah
dalam pengeluaran ijin penangkapan ikan untuk kapal ukuran > 30 GT, agar
pengendalian lebih mudah dilakukan, meningkatkan jumlah dan kualitas SDM
pengawas, serta menyediakan perangkat hukum, kelembagaan dan administratif
serta penegakan hukum.

4. Peningkatan akses pasar dengan jalan menfasilitasi pemasaran langsung melalui


kerjasama bilateral dengan belajar dari pengalaman negara lain, melakukan

39
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

peningkatan mutu ikan hasil tangkapan dan diversifikasi produk, mendorong


dunia usaha untuk promosi ke berbagai negara, meningkatan mutu dan
keamanan pangan dengan penerapan sistem manajemen mutu seperti HACCP,
mengusulkan keringanan bea masuk impor bahan baku/bahan penolong untuk
industri pengolahan hasil perikanan (seperti tin plate,pouch, soybean oil).

5. Penciptaan iklim usaha kondusif dengan jalan memberlakukan instrumen


kebijakan jenis-jenis ikan yang diawasi karena kebutuhan di dalam negeri tidak
tercukupi; memperjuangkan penghapusan PPN ikan bahan baku pengolahan
ikan; mengurangi pungutan retribusi atau bentuk pungutan lainnya.; serta
mendorong industri pengolahan hasil perikanan untuk melakukan pembayaran
tunai kepada nelayan atas ikan yang dijualnya.

6. Mempercepat realisasi keanggotaan organisasi internasional tuna seperti CCSBT,


IOTC.

7. Mengusulkan dibentuknya "Atase Perikanan" khususnya di negara-negara yang


menjadi tujuan pasar produk perikanan Indonesia.

8. Peningkatan diplomasi dalam perjanjian bilateral dan multilateral dengan Negara


produsen tuna di kawasan regional guna mendukung pengembangan industri
pengolahan hasil perikanan di dalam negeri.

II. FAKTOR KRITIS

A. Aspek Pemasaran
Fenomena pasar Ikan hias nasional sangat ditentukan oleh kinerja produksi
domestik dan stretegi kebijakan pemerintah yang berbasis perikanan dan
kelautan. Kinerja produksi yang dimaksud terutama ditunjukkan oleh
kemampuan produksi pengembangan produk ikan hias dan strategi kebijakan
pemerintah yang mendukung pekerja pengembangan ikann hias di setiap
wilayah.

B. Aspek Produksi
Produksi dan produktivitas ikan hias di wilayah nusantara saat ini lebih
diarahkan untuk penganekaragaman dan inovasi jenis ikan hias yang baru
dari persilangan ikan hias. Di harapkan penemuan bibit dan jenis ikan hias
baru mampu meningkatkan demand di dalam maupun diluar negeri.

III. TIPE PROSES YANG DISARANKAN

Berdasarkan temuan analisis dan kesimpulan yang ada maka pengembangan


komoditas ikan hias dapat dipertimbangkan sebagai suatu komoditi unggul yang
dapat diandalkan untuk dikembangkan kedepan. Akan tetapi bahwa upaya
pengentasan terhadap berbagai faktor kendala baik yang dari aspek pemasaran dan
aspek produksi.

Kendala dari aspek pemasaran yang dimaksud terkait dengan adanya ketersediaan
jaminan pasar dengan pola kemitraan antara usaha besar dan usaha kecil yang akan
meransang petani ikan untuk mengembangkan usahanya. Dalam usaha kemitraan
yang dimaksud sejumlah petani ikan hias diposisikan sebagai mitra Usaha Kecilnya

40
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

yang lazim disebut dengan Plasma dan pengusaha besar disebut INTI.

Di waktu panen, hasil panen petani plasma semuanya akan diserap Usaha Besar
dengan tingkat harga yang sudah diperhitungkan sebelumnya sedemikian rupa
sehingga setiap kali para petani plasma panen maka INTI akan membeli pada tingkat
harga tertentu yang dapat menyebabkan dari hasil total penjualan ini, maka para
petani plasma tetap dapat menikmati dari sebagian hasil penjualannya.

Mekanisme penjualan ikan hias melalui mekanisme kemitraan ini memang bertujuan
pokok agar melalui kemitraan ini semua yang terlibat (INTI, bank, Petani/Plasma,
Lembaga Penjaminan Kredit, dll) dalam program kemitraan ini mendapat keuntungan
dan keamanan bagi usahanya. Bagi pengusaha besarnya keuntungan dari posisinya
sebagai Inti dapat dari penjualan sarana produksi kepada plasmanya dan
keuntungan lainnya adalah dari kemampuan perusahaan ini untuk menampung
produksi ikan hias dan kemudian oleh lembaga ini produksi ikan hias

Perusahaan INTI akan mendapatkan keuntungan yang wajar dari fungsinya sebagai
lembaga pemasar tersebut. Dengan demikian pola kemitraan ini diduga dapat
mencegah terjadi pemasaran sepihak sehingga timbul persaingan yang tidak sehat.

41
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

IKAN KONSUMSI:
PELUANG DAN TANTANGAN
Oleh Nando Sugawa

I. PROFIL KOMODITAS

A. Ikan Konsumsi

Ikan konsumsi adalah semua ikan yang ada di air tawar ataupun laut yang dapat
dikonsumsi oleh manusia. Di sini ikan konsumsi dapat diartikan semua hayati
kelautan dan air tawar yang mengandung protein tinggi dan mempunyai arti penting
bagi kepentingan perekonomian. Produk hasil perikanan tidak hanya dapat
dimanfaatkan dagingnya saja sebagai sumber protein tetapi juga sebagai sumber
bahan produk industry lainnya. Hasil sampingan ikan baik itu dari limbah ikan
ataupun produk primer ikan dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan produksi.

Menangkap ikan di alam liar telah mencapai rekor tinggi, dari 95 juta ton per tahun,
dengan 85.8 juta ton berasal dari perikanan laut dan 9,2 juta ton dari perikanan
darat. Secara keseluruhan, produksi perikanan global (laut dan darat ditambah
perikanan tangkap peternakan ikan) total 141.6 juta ton per tahun. Sekitar 105.6 juta
ton ini (75%) digunakan untuk konsumsi manusia secara langsung, sedangkan
sisanya dipakai untuk produk non-pangan, khususnya pembuatan fishmeal dan
minyak.

Akuakultur tetap tercepat di dunia berkembang sektor produksi pangan, dengan 47.8
juta ton produksi setiap tahun. Dan dengan menyamakan kedudukan dari perikanan
tangkap, budidaya ikan adalah selalu menyediakan jumlah yang lebih besar untuk
makanan ikan. Sementara pada tahun 1980 hanya 9 persen dari ikan yang
dikonsumsi oleh manusia berasal dari akuakultur, hari ini 43 persen tidak. Ikan dan
produk perikanan yang diperdagangkan secara luas. Perdagangan global pada ikan
dan produk perikanan juga telah mencapai rekor tinggi, dengan nilai ekspor US $
71.5 miliar - naik 23 persen dibandingkan dengan 2000.

B. Karakterisasi Ikan Patin

Ikan patin (Pangasius sp) merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan
panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala
ikan patin relatif kecil, mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah
(merupaka ciri khas golongan catfish). Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang
kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba (Anonim 2006 diacu dalam Subagja
2009). Morfologi ikan patin mempunyai badan memanjang dan pipih, posisi mulut
sub terminal dengan 4 buah sungut. Sirip punggung berduri dan bersirip tambahan
serta terdapat sirip lengkung mulai dari kepala sampai pangkal sirip ekor. Bentuk
sirip tersebut agak bercagak dengan bagian tepi berwarna putih dan garis hitam di
tengah. Ikan ini mempunyai panjang maksimum 150 cm (Subagja 2009).

Ikan patin sangat toleransi terhadap derajat keasaman (pH) air. Artinya, ikan ini dapat
bertahan hidup pada kisaran pH air yang lebar, dari perairan yang agak asam (pH 5)
sampai perairan yang basa (pH 9) (Subagja 2009). Kandungan oksigen terlarut yang
dibutuhkan bagi kehidupan ikan patin adalah berkisar antara 3-6 ppm, sementara
karbondioksida yang bias ditolerir berkisar antara 9-20 ppm, dengan alkalinitas
antara 80-250 (Subagja 2009).Suhu air media pemeliharaan yang optimal berada
dalam kisaran 28-30C (Khairuman dan Suhenda 2002 diacu dalam Subagja 2009).

42
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang cukup dikenal di
Indonesia, serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Ikan patin banyak dimanfaatkan
sebagai bahan baku dalam pembuatan pempek, nugget, dan produk olahan
perikanan lainnya. Rasa dagingnya lezat dan gurih sehingga digemari oleh
masyarakat. Daging ikan patin memiliki kandungan kalori dan protein yang cukup
tinggi, rasa dagingnya khas, enak, lezat, dan gurih. Ikan patin dinilai lebih aman
untuk kesehatan karena kadar kolesterolnya rendah dibandingkan dengan daging
ternak Protein daging ikan patin cukup tinggi yaitu 16,58%. Daging ikan patin tebal
dan tidak banyak duri, dari berat ikan rendemennya dapat mencapai sekitar 40-50%.
(Anonim 2009).

Data produksi ikan patin pada tahun 2005 sebesar 32.575 ton, pada tahun 2006
sebesar 31.490 ton, pada tahun 2007 sebesar 36.260 ton, dan pada tahun 2008
sebesar 51.000 ton (Kompas 13 April 2008 diacu dalam Ferinaldy 2009).

Surimi merupakan salah satu jenis produk perikanan yang telah dikenal di seluruh
dunia. Surimi sangat potensial untuk dikembangkan. Pembuatan surimi dapat
menggunakan berbagai jenis ikan baik ikan air tawar maupun ikan air laut. Salah
satu keunggulan dari surimi adalah kemampuannya untuk diolah menjadi berbagai
macam variasi produk-produk lanjutannya dalam berbagai bentuk dan ukuran
(Okada 1992 diacu dalam Haetami 2008).

Ikan patin merupakan salah satu komoditi ikan air tawar yang memiliki potensi besar
untuk dikembangkan serta memiliki harga jual yang tinggi. Hal inilah yang
menyebabkan ikan patin (Pangasius sp) ini mendapat perhatian dan diminati oleh
para pengusaha untuk membudidayakannya. Beberapa keunggulan ikan patin
seperti tempat pemeliharaan tidak memerlukan air yang mengalir dan hanya dalam
waktu pemeliharaan 6 bulan dapat mencapai panjang 35 40 cm (Rosman 2008).

II. POHON INDUSTRI


Sumber protein Industri Makanan, Farmasi, Pest
Nabati

Olahan Industri Makanan, cemilan


Ikan Konsumsi
Limbah Ikan Bumbu masak, penyedap

Alternative ola Gelatin ikan, minyak ikan

III. RENDEMEN IKAN PATIN

Berdasarkan perbedaan komposisi kimia ikan patin yang diterima dari hasil
praktikum dan yang didapat dari literatur hanya terdapat pada kadar air dan protein
yakni kadar air pada praktikum didapat sebesar 82,20% dan pada literatur didapat
sebesar 82,22%, sedangkan pada protein didapat sebesar 14,54% pada praktikum
dan pada literatur didapat sebesar 14,53%. Namun komposisi kimia pada karbohidrat
hanya terdapat pada praktikum yaitu sebesar 1,43%.

43
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Ikan patin termasuk salah satu jenis ikan yang sulit dipijahkan secara alami, karena
sulit menciptakan atau memanipulasi lingkungan yang sesuai dengan habitat aslinya.
Kadar air dalam bahan makanan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan
makanan tersebut (Winarno 1997 diacu dalam Damayanti 2007). Kadar air ikan patin
yang didapatkan dari praktikum sebesar 82,20%. Kadar abu menggambarkan
banyaknya mineral yang tidak terbakar menjadi zat yang tidak menguap
(Apriyantono et al. 1998 diacu dalam Damayanti 2007). Kadar abu yang dihasilkan
pada ikan patin sebesar 0,74%. Protein adalah sumber asam-asam amino yang
mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak ataupun
karbohidrat (Winarno 1997 diacu dalam Damayanti 2007). Semua protein hewani
merupakan protein komplit. Protein yang didapatkan dari hasil praktikum sebesar
14,54%. Ikan patin adalah jenis ikan air tawar yang memiliki kadar lemak yang cukup
tinggi. Kadar lemak pada ikan patin sebesar 1,09%.

Rendemen merupakan bagian tubuh yang dapat dimanfaatkan. Rendemen juga


merupakan suatu parameter yang paling penting untuk mengetahui nilai ekonomis
dan efektivitas suatu produk bahan atau bahan. Rendemen digunakan untuk
memperkirakan berapa bagian tubuh ikan yang dapat digunakan sebagai bahan
makanan (Hadiwiyoto 1993 diacu dalam Nurfianti 2007).

Rendemen daging ikan sangat bervariasi tergantung jenis ikan, bentuk tubuh dan
umur (Suzuki 1981 diacu dalam Nurfianti 2007). Dari hasil praktikum didapat
rendemen ikan patin berupa daging merah dan daging putih. Rendemen daging
merah ikan patin sebesar 29,20%, sedangkan rendemen daging putih ikan patin
berdasarkan praktikum kemarin sebesar 1,73%.

Rendemen daging ikan patin (Pangasius hypophthalamus)

Rendemen Nilai (%)


Daging merah 29,20
Daging putih 1,73

Daging merah terdapat di sepanjang tubuh bagian samping di bawah kulit,


sedangkan daging putih terdapat pada hampir seluruh bagian tubuh. Otot terang
(daging putih) mempunyai kadar protein lebih tinggi dan kadar lemak lebih rendah
dibandingkan dengan otot gelap (daging merah) (Stansby dan Olcott 1963 diacu
dalam Trisnawati 2007). Hal ini yang menyebabkan daging merah tidak digunakan
dalam pembuatan surimi.

IV. FAKTOR KRITIS

A. Faktor Penyimpanan

Faktor penyimpanan untuk menjaga kesegaran ikan memang harus


diperhatikan secara seksama. Agar hasil protein yang disimpan terjaga
kebersihan, dan manfaatnya. Karakteristik kesegaran bahan baku surimi SNI
(01-2649-1992) diacu dalam Haetami (2008) secara organoleptik sekurang-
kurangnya sebagai berikut:

1. Rupa dan warna : bersih, warna daging spesifik jenis ikan


2. Aroma : segar spesifik jenis

44
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

3. Daging : elastis, padat dan kompak

4. Rasa : netral agak manis

Bahan baku harus segera diolah agar mutu dapat dipertahankan, bahkan
bahan baku harus disimpan dengan es atau air dingin (0-5C), kondisi
sanitasi dan higienis (SNI 10-2694-1992 diacu dalam Haetami 2008).

B. Faktor Pengolahan

Pada pembuatan surimi terdapat proses pencucian, proses pencucian


pertama hingga pada pencucian yang kedua nilai yang didapat semakin
menurun yaitu pada proses pencucian pertama didapat sebesar 1002 gr, dan
pada pencucian kedua didapat sebesar 965. Hal ini disebabkan karena pada
proses pencucian bertujuan untuk memperluas permukaan daging sehingga
protein yang larut dalam garam mudah terekstrak keluar kemudian jaringan
lunak lunak akan berubah menjadi mikro molekul (Nurfianti 2007).

Sensori surimi yang dihasilkan dari ikan patin adalah berwarna kekuningan
sedangkan sensori surimi yang dihasilkan dari ikan nila adalah berwarna putih
dengan tekstur yang lebih halus. Perbedaan ini disebabkan karena kadar
lemak pada ikan patin lebih tinggi dibaningkan ikan nila.

Protein yang paling banyak larut dalam air ialah protein sarkoplasma. Jenis ini
banyak terdapat didalam sarkoplasma sel otot. Protein sarkoplasma dalam
otot jumlahnya mencapai 20-50% dari total protein (Nurfianti 2007). Jumlah
protein yang larut air sebesar 2,238%. Kontribusi protein ini terhadap
keempukan daging sangat minimal (Pomeranz 1991 diacu dalam Nurfianti
2007). Protein sarkoplasma tidak berperan dalam pembentukan gel dan
kemungkinan akan menghambatnya, misalnya beberapa protease yang
merusak miofibril (Hall dan Ahmad 1992 diacu dalam Nurfianti 2007). Protein
yang larut dalam larutan garam ialah protei miofibril. Protein miofibril
merupakan bagian terbesar dalam jaringan daging ikan. Jumlah protein larut
garam sebesar 5,557%. Protein ini terdiri dari miosin, aktin serta protein
regulasi yaitu gabungan dari aktin dan miosin yang terbentuk aktomiosin
(Nurfianti 2007). Protein miofibril sangat berperan dalam pembentukan gel dan
proses koagulasi terutama dari fraksi aktomiosin (Suzuki 1981 diacu dalam
Nurfianti 2007). Ikan yang berdaging gelap memiliki stroma lebih banyak
dibandingkan ikan berdaging putih (Suzuki 1981 diacu dalam Haetami 2008).
Stroma atau protein jaringan ikat merupakan komponen penyusun dari
kolagen dan elastin (Santoso et al. 1997 diacu dalam Haetami 2008). Menurut
Hall dan Ahmad (1992) diacu dalam Haetami (2008), pada pengolahan surimi,
protein stroma tidak dihilangkan karena mudah dilarutkan oleh panas dan
merupakan komponen netral pada produk akhir.

Ikan yang digunakan untuk pembuatan surimi harus mempunyai kesegaran


yang tinggi, sebab tidak mungkin akan diperoleh mutu yang baik dari ikan
yang sudah jelek kualitasnya (Tan et al. 1987 diacu dalam Nurfianti 2007).
Untuk mendapatkan kualitas surimi yang baik sebaiknya dihindarkan
penggunaan ikan beku, karena elastisitas yang terbaik hanya didapatkan dari
ikan segar (Nurfianti 2007). Komponen daging yang berperan dalam produk
pembuatan surimi adalah protein, khususnya protein yang besifat larut dalam
garam, terutam aktin dan miosin (Nurfianti 2007). Fungsi protein adalah

45
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

sebagai bahan pengikat hancuran daging dan sebagai emulsifier (Nurfianti


2007).

Menurut Santoso et al. (1997) diacu dalam Haetami (2008), kolagen dan
elastin merupakan komponen penyusun protein jaringan ikat (stroma).
Jumlahnya berkisar 3% dari total protein otot ikan teleostei dan sekitar 10%
dalam ikan elasmobranchii, sedangkan pada mamalia berkisar 17%. Bila
jaringan penghubung yang mengandung sebagian besar kolagen dipanaskan
dalam waktu yang lama, kolagen berubah menjadi gelatin. Pada saat yang
sama, sebagian besar jaringan penghubung akan hilang dan daging ikan
terpisah dengan miomer.

V. KESIMPULAN

Surimi merupakan salah satu jenis produk perikanan yang telah dikenal di seluruh
dunia. Surimi sangat potensial untuk dikembangkan. Pembuatan surimi dapat
menggunakan berbagai jenis ikan baik ikan air tawar maupun ikan air laut.

Berdasarkan praktikum mengenai karakteristik ikan dan surimi dari ikan patin yang
meliputi ukuran, rendemen, dan karakteristik surimi yang dihasilkan didapat bahwa
data yang didapat pada parameter ukuran memiliki nilai yang lebih kecil
dibandingkan dengan literatur, sedangkan pada parameter rendemen didapat daging
merah sebesar 29,20%, dan daging putih sebesar 1,73%. Sedangkan untuk
rendemen daging sebesar 31,9332%, dan untuk rendemen surimi sebesar
16,2788%.

Untuk parameter pada karakteristik surimi berdasarkan SNI (01-2649-1992) rupa dan
warna: bersih, warna daging spesifik jenis ikan, aroma : segar spesifik jenis, daging :
elastis, padat dan kompak, dan rasa : netral agak manis. Pada morfometrik ikan
patin untuk berat total didapat sebesar 346 cm, panjang total sebesar 38,8 gr,
panjang baku sebesar 34,6 cm, dan panjang cagak sebesar 4,2 cm. Untuk rendemen
diambil hasil dari literatur yaitu meliputi kadar air sebesar 82,20%, kadar abu sebesar
0,74%, Protein sebesar 14,54%, lemak sebesar 1,09%, dan karbohidrat sebesar
1,43%.

REFERENSI
Anonim. 2008. Aspek produksi, budidaya pembesaran ikan patin.
http://ikanmania.wordpress.com /2008/01/22/aspek-produksi-budidaya-
pembes aran-ikan-patin/. (dimuat pada tanggal 5 April 2009).

Ferinaldy. 2009. Produksi perikanan budidaya menurut komoditas utama.


http://ferinaldy.wordpress.com. [13 April 2009]

WWW.GOOGLE.COM

46
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

JAGUNG
(Zea Mays)

Oleh: Sasmoyo

I. PROFIL KOMODITAS

Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal
jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah
dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika
Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan
di selatan Peru pada 4000 tahun yang lalu.

Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp. mays) merupakan
keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses
domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7000 tahun oleh penduduk asli
setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana.
Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam
genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung
merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di
alam. Hingga kini dikenal 50.000 varietas jagung, baik ras lokal maupun kultivar.

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan


dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan
vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman
jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara
1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa
diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun
beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung
tidak memiliki kemampuan ini.

Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium.
Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji.
Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin.
Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin.
Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti
dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis tidak mampu memproduksi
pati sehingga bijinya terasa lebih manis ketika masih muda.

A. Klasifikasi Jagung

Adapun klasifikasi dari tanaman jagung tersebut adalah sebagai berikut :

Kerajaan: Plantae
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Zea
Spesies: Z. mays

B. Manfaat Dan Peran Ekonomi Jagung

47
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika
Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika
Serikat.

Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara)


juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber
karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun
tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan
istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan
tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan
baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang
ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.

Jagung termasuk komoditas strategis dalam pembangunan pertanian dan


perekonomian Indonesia, mengingat komoditas ini mempunyai fungsi multiguna,
baik untuk pangan maupun pakan. Penggunaan jagung untuk pakan telah mencapai
50% dari total kebutuhan. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2000-2004),
kebutuhan jagung untuk bahan baku industri pakan, makanan, dan minuman
meningkat 10-15%/tahun. Dengan demikian, produksi jagung mempengaruhi
kinerja industri peternakan yang merupakan sumber utama protein masyarakat.

Dalam perekonomian nasional, jagung adalah kontributor terbesar kedua


setelah padi dalam subsektor tanaman pangan. Sumbangan jagung terhadap
PDB terus meningkat setiap tahun, sekalipun pada saat krisis ekonomi. Pada tahun
2000, kontribusi jagung dalam perekonomian Indonesia Rp 9,4 trilyun dan pada
tahun 2003 meningkat tajam menjadi Rp 18,2 trilyun. Kondisi ini mengindikasikan
besarnya peranan jagung dalam memacu pertumbuhan subsektor tanaman
pangan dan perekonomian nasional pada umumnya.

Kerja keras untuk meningkatkan produksi jagung, baik melalui perluasan areal
tanam maupun penggunaan benih hibrida dan komposit, telah meningkatkan
produksi jagung nasional dari 6,26 juta ton pada tahun 1991 menjadi 10,91 juta ton
pada tahun 2003, walaupun hingga kini belum mampu mencukupi kebutuhan,
sehingga masih diperlukan impor.

Peluang peningkatan produksi jagung dalam negeri masih terbuka luas melalui
peningkatan produktivitas yang sekarang masih rendah (3,3 t/ha) dan pemanfaatan
potensi lahan yang masih luas, terutama di luar Jawa..

II. POHON INDUSTRI

Sebagai bahan pangan yang mengandung 70% pati, 10% protein, dan 5%
lemak, jagung mempunyai potensi besar untuk di kembangkan. Produk turunan
potensial yang bisa dihasilkan disajikan pada gambar berikut ini.

48
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

III. RENDEMEN DAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DALAM USAHA PERTANIAN


PRIMER, HULU & HILIR

Selama periode 1990-2004, luas areal pertanaman jagung di Indonesia rata-rata


3,37 juta hektar dengan peningkatan sebesar 0,49%/tahun. DIbandingkan dengan
tanaman pesaingnya, luas pertanaman jagung pada periode yang sama hanya
sekitar 0,31 kali luas pertanaman padi atau 2,49 kali luas per tanaman kedelai.
Produktivitas jagung yang masih rendah (3,34 ton/ha) walaupun cenderung
meningkat 3,34%/th, menggambarkan bahwa penggunaan benih jagung
berkualitas di tingkat petani belum berkembang seperti diharapkan, di samping cara
pemeliharaan yang juga belum intensif. Dalam periode 1990-2004 rata-rata produksi
jagung 8,72 juta ton dan cenderung meningkat 3,71% / tahun. Tampak bahwa
peningkatan produksi jagung lebih banyak ditentukan oleh adanya peningkatan
produktivitas daripada peningkatan luas tanam. Fenomena ini menunjukkan bahwa
perluasan penggunaan benih hibrida di tingkat petani diperkirakan mampu
meningkatkan produksi jagung, mengingat hasilnya dapat mencapai 6 ton/ha.

49
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Di Indonesia, jagung dibudidayakan pada lingkungan yang beragam. Hasil studi


18 tahun yang lalu menunjukkan bahwa sekitar 79% areal pertanaman jagung
terdapat di lahan kering, 11% terdapat di lahan sawah irigasi, dan 10% di sawah
tadah hujan. Dewasa ini data tersebut telah mengalami pergeseran. Diperkirakan
areal pertanaman jagung pada lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan
meningkat berturut-turut menjadi 10-15% dan 20-30%, terutama di daerah produksi
jagung komersial.

Penerapan inovasi teknologi di tingkat petani cukup beragam, bergantung pada


orientasi produksi (subsisten, semi komersial, komersial), kondisi kesuburan
tanah, risiko yang dihadapi, dan kemampuan petani membeli atau mengakses
sarana produksi. Penyebaran penggunaan varietas pada tahun 2002 adalah
28% hibrida, 47% komposit unggul, dan 25% komposit lokal. Karena pertimbangan
harga dan risiko yang dihadapi, cukup banyak petani yang menanam benih hibrida
turunan (F2)

Pemberian pupuk juga sangat beragam. Petani yang berorientasi subsistem


dan semi komersial tidak memupuk atau memberikan pupuk pada takaran sangat
rendah, biasanya hanya urea dengan takaran 100-150 kg/ha. Bagi petani yang
berorientasi komersial, penggunaan pupuk anorganik berkisar : urea 250-700
kg/ha, SP36 0-150 kg/ha, dan KCl 0-100 kg/ha. Penetapan jenis dan takaran pupuk
anorganik belum didasarkan pada rekomendasi spesifik lokasi, sesuai hasil analisis
tanah dan/atau petak omisi. Bahan organik/pupuk kandang umumnya diberikan
pada lubang tanam sebagai penutup benih dengan takaran 1,5-2,0 t/ha.

Dalam penyiapan lahan, kebanyakan petani mengolah secara sempurna, namun


ada pula yang tanpa olah tanah. Penyiangan dilakukan secara manual (cangkul,
bajak ternak) atau dengan herbisida. Untuk irigasi pertanaman jagung pada musim
kemarau, petani umumnya menggunakan air tanah dangkal dengan pompanisasi.
Dengan kondisi lahan dan penerapan teknologi budidaya yang beragam tersebut,
produktivitas jagung di tingkat petani juga beragam, berkisar antara 1,5-9,0 t/ha.
Dalam memproses hasil panen, alat pemipil sudah umum digunakan petani.
Pengeringan hasil panen masih mengandalkan sinar matahari. Jagung yang dipanen
pada musim hujan, kualitasnya rendah (berjamur, afla-toksin).

Jagung hibrida yang ditanam pada lahan sawah mampu berproduksi di atas 6,0 t/ha,
sementara yang ditanam pada lahan kering hanya mampu berproduksi 5,0 t/ha.
Dengan memasukkan semua biaya produksi (termasuk sewa lahan, tenaga kerja
keluarga, korbanan modal yang digunakan), jagung yang diusahakan pada lahan
sawah maupun lahan kering memberikan keuntungan yang menarik bagi petani,
berkisar antara Rp.0,88-2,1 juta per ha. Penggunaan input produksi pada usahatani
jagung cukup efisien, yang ditunjukkan oleh nilai B/C 1,24-1,50. Usaha agribisnis
Jagung di sektor hulu, Benih bermutu varietas unggul merupakan salah satu faktor
yang menentukan produktivitas jagung. Dalam mendukung penyediaan benih
bermutu, industri benih multinasional berperan sangat dominan. Produsen benih
nasional maupun penangkar lokal masih kurang berperan. Kapasitas produksi
benih dari beberapa produsen utama pada tahun 1999 dan 2000 masing-masing
36,2 ribu ton dan 41,6 ribu ton (tabel 1), sedangkan produksi aktual benih jagung
hibrida dan komposit dalam periode 1994/95-1998/99 baru mencapai 4,6-12,7% dari
kebutuhan potensial. Artinya kapasitas dan produksi benih jagung unggul selama ini
masih jauh dari kebutuhan nasional.

50
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Tabel 1.

Perkembangan pemasaran benih jagung oleh PT Sang Hyang Seri (PT SHS)
sebagai perusahaan BUMN terbesar selama tahun 1991-2002 disajikan pada Tabel
2. Dari data ini terlihat bahwa kontribusi BUMN tersebut dalam menyediakan benih
masih sangat rendah, hanya 3,75% pada tahun 2002. Dengan demikian pasar
benih jagung dalam negeri masih terbuka lebar bagi para investor.
Tabel 2.

Pada sektor Hilir usaha pertanian jagung diantaranya adalah industri pengolaan
untuk pakan ternak. Industri pakan ternak (unggas) merupakan kegiatan agribisnis
hilir yang terpenting dalam agribisnis jagung. Dalam pembuatan pakan ternak
diperlukan jagung sebesar 50 % dari kebutuhan nasional. Dalam periode 2005-2020,
kebutuhan jagung untuk industri pakan diperkirakan 51,5% dari kebutuhan jagung
nasional, dan bahkan setelah tahun 2020 lebih dari 60% dari kebutuhan tersebut.
Perkembangan pabrik pakan, kapasitas terpasang dan kapasitas terpakai pabrik
pakan di Indonesia dalam periode 1990-2001 disajikan pada Tabel 3. Dalam periode
tersebut, jumlah pabrik pakan ternak di Indonesia rata-rata 61 unit, dengan total
kapasitas 6,3 juta ton atau 102,1 ribu ton per pabrik. Walaupun jumlah pabrik pakan

51
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

terbanyak pada tahun 1998 dan 1999 (67 unit), namun total kapasitas terpasang
terbesar justru pada tahun 2000 dan 2001 dengan jumlah pabrik 61 unit.

Tabel 3.

Fenomena ini menunjukkan bahwa selama tahun tersebut banyak pabrik pakan
skala kecil yang tidak mampu bertahan (bangkrut), sebaliknya muncul pabrik
pakan skala relatif besar. Kalau dilihat dari perkembangannya, baik jumlah, total
kapasitas maupun rata-rata kapasitas per pabrik, dalam periode 1990-2001
terjadi peningkatan berturut-turut 0,64%, 12,54%, dan 12,66%/tahun. Sementara itu,
rata-rata kapasitas terpakai dari pabrik pakan selama periode 1990-2001 hanya
54,12%, itu pun menurun 5,22%/tahun Kondisi ini menunjukkan telah terjadi idle
capacity 45,88%/tahun. Penyebabnya antara lain adalah relatif tingginya biaya
produksi pakan di Indonesia. Meskipun demikian usaha ini cukup menguntungkan.

IV. FAKTOR KRITIS DAN PROSES PERKEMBANGAN INDUSTRI JAGUNG

Jagung juga sebagai bahan baku penting industri tepung, pangan olahan, dan
minuman, serta pati. Pada tahun 2005, penggunaan jagung untuk industri pangan
diperkirakan 2,17 juta ton dan pada tahun 2025 sekitar 4,94 juta ton. Rata-rata
penggunaan jagung selama periode 2005-2025 diperkirakan 22,5% dari kebutuhan
nasional dan cenderung meningkat 3,0%/tahun.

Pemipilan jagung dengan menggunakan mesin merupakan cara perontokan yang


populer di kalangan petani. Jasa pemipilan telah berkembang di banyak daerah.
Sementara pengeringan dilakukan dengan penjemuran di halaman rumah/jalan
desa. Pengeringan dengan cara ini tidak dapat diandalkan pada panen musim hujan
karena bergantung pada sinar matahari, membutuhkan waktu lama, dan kehilangan
hasil cukup tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut, pengeringan perlu dilakukan
dengan alat pengering. Alat pengering biasanya dioperasikan oleh pedagang
pengumpul dengan sistem imbal jasa. Hal ini dilakukan karena adanya persyaratan
kadar air minimum yang harus dipenuhi dan masih belum mampu dilakukan petani
pada panen musim hujan. Jenis alat pengering yang telah berkembang di petani
adalah lister dryer dan flat bed dryer, namun pemanfaatannya belum optimal dan
hanya digunakan pada musim hujan. Pengering tipe flat bed banyak digunakan

52
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

oleh perusahaan yang berorientasi ekspor.

Sebelum tahun 1980, penggunaan jagung di Indonesia hanya untuk memenuhi


kebutuhan konsumsi langsung. Demikian juga pada tahun 1980, 94% digunakan
untuk memenuhi konsumsi langsung, hanya 6% untuk industri pakan, dan belum
ada untuk industri pangan (Tabel 4). Pada tahun 1990 walaupun penggunaan jagung
masih didominasi untuk konsumsi langsung, tetapi penggunaan untuk industri
pangan sudah di atas untuk industri pakan.
Tabel 4

Dalam periode 1989-2002 telah terjadi pergesaran penggunaan jagung walaupun


masih dominan untuk kebutuhan konsumsi langsung. Setelah tahun 2002,
penggunaan jagung lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan industri pakan.
Penggunaan jagung untuk industri pangan juga terus meningkat. Selama tahun
2000-2004, penggunaan jagung untuk konsumsi langsung menurun sekitar
2,0%/tahun, sedangkan untuk industri pakan dan pangan meningkat masing-masing
5,76% dan 3,0%/th.

Dari gambaran di atas terlihat bahwa orientasi pengembangan jagung ke depan


sebaiknya lebih diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan industri pakan dan
pangan, mengingat produk kedua industri ini merupakan barang normal (elastis
terhadap peningkatan pendapatan), sebaliknya merupakan barang inferior dalam
bentuk jagung konsumsi langsung seiring dengan membaiknya daya beli masyarakat.

V. PROSES PENGEMBANGAN
Pengembangan jagung ke depan ditujukan untuk meningkatkan produksi jagung
dalam negeri, mengarah kepada pencapaian swasembada dan ekspor jagung.
Terbukanya pasar jagung dunia dengan volume 77-90 juta ton per tahun akan
memberikan peluang bagi Indonesia untuk mengisi sebagian pangsa pasar tersebut,
apalagi dengan adanya gejala penurunan kemampuan ekspor beberapa negara
pengekspor seperti Amerika Serikat dan Cina karena meningkatnya kebutuhan
dalam negeri. Indonesia diarahkan menjadi produsen jagung yang tangguh dan

53
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

mandiri. Indonesia ditargetkan telah berswasembada jagung pada tahun 2006 dan
bahkan telah mulai mengekspor kelebihan produksi. Untuk mencapai hal
tersebut, proses produksi dalam negeri harus bercirikan: (a) bermuatan inovasi
teknologi maju sehingga proses produksi berlangsung efisien, (b) menghasilkan
produk yang berkualitas dan bernilai tambah, (c) mempunyai daya saing di pasar
global, (d) meningkatnya peran stakeholder dan swasta, serta (e) adanya dukungan
pemerintah daerah dan pusat.

54
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

JAMBU AIR
(Eugenia aquea)

Oleh Johan Wahyudi

I. PROFIL KOMODITAS

A. Sejarah Singkat
Jambu air berasal dari daerah Indo Cina dan Indonesia, tersebar ke Malaysia dan
pulau-pulau di Pasifik. Selama ini masih terkonsentrasi sebagai tanaman pekarangan
untuk konsumsi keluarga. Buah Jambu air tidak hanya sekedar manis menyegarkan,
tetapi memiliki keragaman dalam penampilan. Jambu air (Eugenia aquea Burm)
dikategorikan salah satu jenis buah-buahan potensial yang belum banyak disentuh
pembudidayannya untuk tujuan komersial. Sifatnya yang mudah busuk menjadi
masalah penting yang perlu dipecahkan. Buahnya dapat dikatakan tidak berkulit,
sehingga rusak fisik sedikit saja pada buah akan mempercepat busuk buah.

B. Jenis Tanaman
Sistematika tanaman jambu air adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantarum
Sub Kingdom : Kormophyta
Super Divisio : Kormophyta biji
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Dycotyledoneae
Ordo : Myrtales
Familia : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Species : Eugenia aquea

Selain itu juga terdapat 2 jenis jambu air yang banyak ditanam, tetapi keduanya tidak
begitu menyolok perbedaannya. Ke dua jenis tersebut adalah Syzygium quaeum
(jambu air kecil) dan Syzygium samarangense (jambu air besar). Varietas jambu air
besar yakni: jambu Semarang, Madura, Lilin (super manis), Apel dan Cincalo (merah
dan hijau/putih) dan Jenis-jenis jambu air lainnya adalah: Camplong (Bangkalan),
Kancing, Mawar (jambu Keraton), Sukaluyu, Baron, Kaget, Rujak, Neem, Lonceng
(super lebat), dan Manalagi (tanpa biji). Sedangkan varietas yang paling komersil
adalah Cincalo dan Semarang, yang masing-masing terdiri dari 2 macam (merah dan
putih).

C. Sentra Penanaman

Menurut data statistik dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Jawa Barat,
Kabupaten Karawang, Tangerang, Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut,
Cirebon, Subang dan Bekasi termasuk 10 besar sentra penanaman pohon jambu.
Jambu air Cincalo merah banyak terdapat di Karawang dan terkenal dengan jambu
Bolang yang bila matang benar berwarna merah tua kebiruan dengan rasa
manisasam segar sedangkan Jambu air Semarang (merah dan putih) banyak
terdapat di Indramayu.

D. Syarat Tumbuh
1. Iklim
a. Angin sangat berperan dalam pembudidayaan jambu air. Angin berfungsi

55
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

dalam membantu penyerbukan pada bunga.


b. Tanaman jambu air akan tumbuh baik di daerah yang curah hujannya
rendah/kering sekitar 5003.000 mm/tahun dan musim kemarau lebih dari
4 bulan. Dengan kondisi tersebut, maka jambu air akan memberikan
kualitas buah yang baik dengan rasa lebih manis.
c. Cahaya matahari berpengaruh terhadap kualitas buah yang akan
dihasilkan. Intensitas cahaya matahari yang ideal dalam pertumbuhan
jambu air adalah 4080 %.
d. Suhu yang cocok untuk pertumbuhan tanaman jambu air adalah 18-28
derajat C
e. Kelembaban udara antara 50-80 %.

2. Media Tanam
a. Tanah yang cocok bagi tanaman jambu air adalah tanah subur, gembur,
banyak mengandung bahan organik.
b. Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok sebagai media tanam jambu air
adalah 5,57,5.
c. Kedalaman kandungan air yang ideal untuk tempat budidaya jambu air
adalah 0-50 cm; 50-150 cm dan 150-200 cm.
d. Tanaman jambu air sangat cocok tumbuh pada tanah datar.

3. Ketinggian Tempat
Tanaman jambu air mempunyai daya adaptasi yang cukup besar di
lingkungan tropis dari dataran rendah sampai tinggi yang mencapai 1.000 m
dpl.

E. Pedoman Budidaya

1. Pembibitan
a. Persyaratan Benih/Bibit Biji berasal dari varietas unggul, berumur lebih
dari 15 tahun, produktif dan produksi stabil.
b. Biji berasal dari buah masak pohon, yang besarnya normal dan mulus.
c. Biji dikeringanginkan selama 1-3 hari di tempat teduh.
d. Biji-biji yang memenuhi syarat adalah berukuran relatif besar, ukuran
seragam, bernas dan tidak cacat, dianjurkan dalam meggunakan bibit
jambu air hasil cangkokan/okulasi. Selain lebih mudah dilakukan, cara ini
lebih cepat menghasilkan buah.

2. Persiapan Benih
a. Bibit Enten (Grafting)
Model sambungan yang terbaik adalah sambungan celah. Batang bawah
berasal dari bibit hasil perbanyakan dengan biji yang berumur 10 tahun,
sedangkan pucuk berasal dari pohon induk unggul. Setelah disambung
bibit dipelihara selama 2-3 bulan
b. Bibit Cangkok
Cabang yang akan dicangkok berada pada tanaman yang unggul dan
produktif.
Cabang yang dipilih tidak telalu tua/muda, berwarna hijau
keabuabuan/kecoklat-coklatan dengan diameter sedikitnya 1.5 cm.
Setelah 2-2.5 bulan (sudah berakar), bibit segera dipotong dan
ditanam di polibag dengan media campuran : pupuk kandang 1 : 1.
Bibit dipelihara selama 1 bulan.

56
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

3. Teknik Penyemaian Benih


Persemaian dapat dilakukan di dalam bedengan atau di polibag
a. Bedengan
Olah tanah sedalam 30-40 cm dengan cangkul kemudian keringkan
selama 15-30 hari.
Buat bedengan dengan lebar 100-120 cm, tinggi 30-40 cm, panjang
sesuai lahan dan jarak antar bedengan 60 cm.
Campurkan 2 kg/m2 pupuk kandang dengan tanah bedengan.
Buat sungkup bedengan berbentuk setengah lingkaran dengan tinggi
pusat lingkaran minimal 50 cm. Naungi sungkup dengan plastik bening.
b. Polybag
Lubangi dasar polybag diameter 10-15 cm.
Isi polibag dengan media campuran tanah, pupuk kandang (2 : 1).
Simpan polybag di dalam sungkup.
c. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Pemeliharaan pembibitan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Penyiraman dilakukan 1-2 kali sehari, terutama jika kemarau.
Penyiangan dilakukan sesuai dengan pertumbuhan gulma.
Pemupukan setiap 3 bulan dengan urea, SP-36 dan KCl (2:1)
sebanyak 50-100 gram/m2 atau 4 gram/polibag.
Penyemprotan pestisida dengan konsentrasi 30-50% dari dosis
anjuran.
Membuka sungkup jika cuaca cerah secara berangsur-angsur agar
tanaman dapat beradaptasi dengan lingkungan kebun.
d. Pemindahan Bibit
Bibit di bedengan dipindahkan ke polybag setelah berumur 6 bulan.
Pindah tanam ke lapangan dilakukan setelah bibit berumur 10-12 bulan di
persemaian.

4. Pengolahan Media Tanam


a. Persiapan
Calon tempat tumbuh tanaman jambu air harus dibersihkan dahulu dari
berbagai pengganggu seperti: rerumputan, semak/onak dan binatang.
Lahan hanya diolah di lubang tanam dan dilaksanakan 15-30 m hari
sebelum tanam. Jarak tanam jambu air adalah 8 x 8 m dengan lubang
tanam berukuran 60 x 60 x 60 cm
b. Pembukaan Lahan
Tanah yang akan dipergunakan untuk tanaman jambu air dikerjakan
semua secara bersama. Tanaman pengganggu seperti semak-semak dan
rerumputan dibuang, dan benda-benda keras disingkirkan kemudian
tanah dibajak atau dicangkul sampai dalam, dengan mempertimbangkan
bibit yang akan ditanam.
Bila bibit berasal dari cangkokan pengolahan tanah tidak perlu terlalu
dalam tetapi bila hasil okulasi perlu pengolahan yang cukup dalam.
Kemudian dibuatkan saluran air selebar 1 m dan ke dalam disesuaikan
dengan kedalaman air tanah, guna mengatasi sistem pembuangan air
yang kurang lancar. Tanah yang kurus dan kurang humus/tanah cukup liat
diberikan pupuk hijau yang dibuat dengan cara mengubur ranting-ranting
dan dedaunan, dengan kondisi seperti ini dibiarkan selama kurang lebih 1
tahun kemudian dilanjutkan pembuatan bedengan sesuai dengan
kebutuhan.
c. Pengapuran
Pengapuran tanah sebaiknya dilakukan 1 atau 2 bulan menjelang hujan.
d. Pemupukan

57
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Sebelum penanaman ke dalam lubang tanam perlu dimasukkan pupuk


kandang sekitar 1 blek minyak tanah. Jika perlu ditambah 2 genggam
pupuk NPK. Setelah itu perlu diberi pelindung

5. Teknik Penanaman
Penanaman jambu air dapat dilakukan di pot/di kebun, Jika yang digunakan
adalah bibit cangkokan maka penanaman batang lebih dalam agar pohon
bisa tumbuh secara kuat.
a. Penentuan Pola Tanam. Bibit jambu air dikebun dapat ditanam dengan
pola tanam/jarak tanam 8 x 8 m.
b. Pembuatan Lubang Tanam Lubang tanam sebaiknya dibuat pada akhir
musim kemarau/menjelang musim hujan, agar pada saat mendekati
musim hujan, tanaman sudah berdiri. Dengan demikian tanaman baru
(pada musim hujan) tidak perlu disiram 2 kali sehari. Penyiapan lubang
tanaman terdiri dari:
mula-mula tanah digali di tempat yang sudah ditentukan.
ukuran lubang: panjang x lebar x dalam = 60 x 60 x 60 cm. atau
panjang x lebar x dalam = 1 x 1 x 0,5 m.
c. Cara Penanaman Bibit jambu air ditanam ke dalam lubang tanam
berukuran 60 x 60 x 60 cm. Perlu memperhatikan kedalaman penanaman
dan waktu penanaman sebaiknya dilaksanakan persis pada awal musim
hujan dan pada sore hari

6. Pemeliharaan Tanaman
a. Penjarangan dan Penyulaman
Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 1 bulan. Bibit yang
tidak tumbuh diganti dengan bibit baru yang ditanam pada lubang tanam
yang sama
b. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan maksud menyuburkan tanah, membuang
rumput liar/tanaman liar (kalau ada) atau binatang yang mendekap
diantara tanah. Dengan penyiangan dapat memeriksa keadaan lapisan
tanah.
c. Pemupukan
Pemupukan jambu air dapat diberikan sebelum berbuah dan sesudah
berbuah, sebaiknya setelah dilakukan penyiangan. Tanaman belum
berbuah:
Pupuk kandang diberikan sekali gus pada awal musim hujan.
Pupuk urea diberikan 1/3 bersamaan dengan pupuk kandang.
2 minggu setelah itu, sisa urea diberikan bersamaan dengan TSP dan
KCl

Tanaman sudah berbuah


Pupuk kandang diberikan sekaligus pada awal musim hujan.
Pupuk urea 2/3, TSP 1/2, KCl 1/3 diberikan pada saat tanaman belum
berbunga (bersamaan dengan pemberian pupuk kandang dan saat
hujan pertama mulai turun).
Sisa pupuk diberikan setelah buah membesar (umur buah sekitar 1-2
bulan sejak berbunga dan ukuran buah sebesar telur puyuh). Cara
pemberian pupuk tersebut sebaiknya dibenam dalam Rorak (got)
sedalam 20-30 cm mengelilingi tajuk pohon.

Dosis pupuk bagi pohon jambu air umur = 15 tahun.


Pupuk kandang: maksimal 30 kaleng minyak tanah.

58
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Pupuk Urea, pupuk TSP, pupuk KCl (masing-masing) : 2500 gram.

Kenaikan takaran pupuk tersebut setiap tahun setelah jambu air berumur
= 10 tahun ialah:
Pupuk kandang: 2 kaleng minyak tanah.
Pupuk Urea: 100 gram.
Pupuk TSP: 50 gram.
Pupuk KCl: 50-100 gram
d. Pengairan dan Penyiraman
Tanaman jambu air yang hidup pada tanah dengan kedalaman air
tanah 150-200 cm, pada musim kemarau sangat memerlukan
penyiraman, agar tanah tetap lembab.
Ketika masih muda, selama 2 minggu pertama tanaman muda perlu
diairi 1-2 kali sehari. Jika sudah cukup besar dan perakarannya
dalam, tanaman disirami 10-12 kali sebulan
e. Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan dilakukan secara teratur 1-2 kali seminggu.
Awal penyemprotan dilakukan saat buah jambu air sebesar telur
puyuh (umur 1-2 bulan sejak berbunga).
Akhir penyemprotan dilakukan saat buah jambu air akan dipetik
(sebulan sebelum dipetik dan warna buah sudah berubah) atau
sampai gejala serangannya hilang
Ketika hendak melakukan penyemprotan pestisida, atau pupuk
daun/hormon, kita harus memperhatikan cuaca waktu itu. Kalau langit
mendung dan kemungkinannya akan turun hujan, sebaiknya
penyemprotan ditunda dulu

7. Pemeliharaan Lain
a. Pemangkasan dilakukan dengan tujuan untuk membentuk pohon,
pemeliharaan dan peremajaan.
b. Membentuk pohon: dilakukan setelah mencapai ketinggian 2 meter,
dengan ketinggian 1,35-1,5 m dari permukaan tanah dan bagian yang
dipangkas adalah cabang/tunas.
c. Untuk pemeliharaan: dilakukan setiap saat kecuali ketika tanaman sedang
berbunga, bagian yang ditanam adalah dahan-dahan yang tua, yang mati
kering, luka serta tidak sempurna.
d. Untuk peremajaan: memangkas seluruh bagian tanaman yang sudah
kelewat tua, tidak berproduksi atau diserang hama.

F. HAMA DAN PENYAKIT


1. Hama
a. Ulat kupu-kupu gajah
Ciri: panjang 12 cm, warna hijau muda kebiru-biruan, bertubuh gemuk
dan lunak, tertutup lapisan lilin keputih-putihan. Telur-telurnya ditaruh
di tepi daun, 2-3 butir bersama-sama, warna merah muda.
Kepompong berada di antara beberapa daun atau di sebelah bawah
daun. Ulat-ulat tersebut sangat rakus memakan daun
Pengendalian: dengan cara mengumpulkan telur, ulat, dan
kepompong untuk dimusnahkan
b. Kutu perisai hijau
Ciri: panjang kutu 3-5 mm, warna hijau (kadang agak kemerahan).
Melekat pada bagian-bagian pohon yang hijau dan di bagian bawah
daun. Menyebabkan terjadinya cendawan hitam seperti jelaga.
Pengendalian: cara alami dimakan oleh beberapa macam kepik

59
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

(merah tua, panjang 5 mm dan biru panjang 6 mm) dan ulat (warna
merah muda, panjang 13 mm). Kutu ini di musim penghujan bisa
musnah oleh serangan beberapa macam cendawan
c. Keluang dan codot
Pengendalian: buah-buahan yang hampir tua dibungkus kantong
kertas/kain-kain bekas.
d. Pasilan atau benalu
Pengendalian: dibuang dan dibersihkan
e. Lalat buah (dacus pedestris)
Buah dan daun yang terserang oleh ulat ini.
Lalat ini meletakkan telurnya pada daging buah, sehingga setelah
menetas larvanya memakan buah jambu air.
Pengendalian: dengan insektisida Diazinon atau Bayrusil yang
disemprotkan ke pohon, daun dan buah yang masih pentil dengan
dosis sesuai anjuran
f. Penggerek batang
Pengendalian: dengan cara menyumbatkan kapas yang telah direndam
insektisida Diazinon atau Bayrusil kedalam lubang batang yang digerek
g. Ulat penggulung/pemakan daun

2. Penyakit
a. Gangguan pada akar
Pemupukan yang kurang hati-hati pada jambu air yang sedang
berbuah dapat menyebabkan akar tanaman luka, maka bunga atau
buah jambu air bisa rontok. Semua ini terjadi karena tanaman tidak
mendapat suplai air dan zat makanan sebagaimana mestinya akibat
rusaknya akar tersebut.
Selain itu tanah yang berlebihan suplai air juga dapat merontokkan
bunga/buah, sebab sebab air yang menggenang membuat akar susah
bernafas dan mengundang cendawan yang bisa membusukkan akar.
b. Gangguan pada buah
Penyebab: ulat (lalat) buah dan sejenis cendawan yang
mengakibatkan buah rontok, busuk. Serangga ini langsung
menyerang buah dengan ciri noda berwarna kecoklatan atau
kehitaman pada permukaan buah.
Pengendalian: (1) cara membungkus buah sewaktu masih dipohon (2)
dengan penyemprotan insektisida thioda (2-3 cc/liter air) dan fungisida
dithane (3 cc/liter air)

II. POHON PRODUKSI

Pada umumnya jambu air dimakan segar, tetapi dapat juga dibuat puree, sirop, jeli,
jam/berbentuk awetan lainnya. Selain sebagai buah meja jambu air juga telah
menjadi santapan canggih dengan dibuat salada dan fruit cocktail.

Kandungan kimia yang penting dari jambu air adalah gula dan vitamin C. Buah
jambu air masak yang manis rasanya, selain disajikan sebagai buah meja juga untuk
rujak dan asinan. Kadang-kadang kulit batangnya dapat digunakan sebagai obat.

60
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

III. RENDEMEN

A. Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya jambu air seluas 1 hektar dengan jarak tanam 8 x 8 m,
populasi 156 pohon di Jawa Barat pada tahun 1999:

1. Biaya produksi tahun ke-1


a. Sewa Lahan Rp. 30.000.000,-
b. Bibit 160 batang @ Rp. 3.000,- Rp. 480.000,-
c. Pupuk
Pupuk kandang 6 ton @ Rp. 150.000,-/ton Rp. 900.000,-
Urea 25 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 37.500,-
SP-36 25 kg @ Rp.1.900,- Rp. 47.500,-
KCl 25 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 45.000,-
d. Pestisida 4 liter Rp. 625.000,-
e. Tenaga kerja
Lubang tanam, ajir 15 HKP @ Rp. 7.500,- Rp. 112.500,-
Beri pupuk 5HKP + 10 HKW @ Rp. 5.000,- Rp. 87.500,-
Tanam 5 HKP + 6 HKW Rp. 67.500,-
Pemeliharaan 40 HKP+20 HKW Rp. 400.000,-

2. Biaya produksi tahun ke-2 s.d. ke-4


a. Pupuk
Pupuk kandang 10 ton @ Rp. 150.000,- Rp. 1.500.000,-
Urea 75 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 112.500,-
SP-36 50 kg @ Rp.1.900,- Rp. 95.000,-
KCl 50 kg @ Rp.1.800,- Rp. 90.500,-
b. Pestisida 5 liter Rp. 781.250,-
c. Tenaga kerja : Tenaga pemeliharaan 50 HKP+50 HKW Rp. 625.000,-
d. Alat Rp. 600.000,-

3. Biaya produksi tahun ke-5 s.d. ke-15


a. Pupuk
Pupuk kandang 24 ton @ Rp. 150.000,- Rp. 3.600.000,-
Urea 125 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 187.500,-
SP-36 300 kg @ Rp.1.900,- Rp. 570.000,-
KCl 150 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 270.000,-
b. Pestisida 7 liter Rp. 1.093.750,-
c. Alat Rp. 450.000,-
d. Tenaga kerja
Pemeliharaan 50 HKP + 60 HKW Rp. 675.000,-
Panen & pasca panen 40 HKP + 50 HKW Rp. 550.000,-
4. Jumlah biaya produksi dalam 15 tahun Rp. 125.574.000,-
5. Pendapatan dari hasil produksi (15 tahun) : 73,32 ton Rp. 219.960.000,
6. Keuntungan bersih 15 tahun Rp. 94.386.000,-
7. Parameter kelayakan usaha
B/C rasio = 1,752

Panen dimulai pada tahun ke 5 dan keuntungan mulai diraih pada tahun ke
enam.

61
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

B. Gambaran Peluang Agribisnis

Prospek komoditi jambu air cukup cerah, sebab permintaan terhadap komoditi ini
terus meningkat dari tahun ke tahun. Hanya dalam membudidayakan tanaman jambu
air perlu memilih jenis yang tepat, yakni yang banyak digemari masyarakat, seperti
cincalo.

C. Rendemen komoditi jambu :

Output in value Rp. 125.574.000


Input in Value Rp. 219.960.000
Rendemen = 95/100 = 95 %

IV. FAKTOR KRITIS

A. Panen
1. Ciri dan Umur Panen.
Tanaman jambu air dapat berbuah setelah berumur 3-4 tahun, berbunga
sebanyak 2 kali dalam setahun (Juli dan September) dan buahnya masak
pada Agustus dan Nopember.
Ciri-ciri buah yang dapat dipanen dinilai dari tingkat kematangan
berdasarkan warna kulit buah, yaitu hijau muda, hijau tua, hijau sedikit
merah hijaumerah dan merah hijau. Keadaan fisik buah juga menjadi
kriteria dalam panen yaitu semakin terlihat matang buah yang nampak,
maka semakin merah warna kulitnya dan makin besar pula ukuran
fisiknya.
Titik kritis terjadi pada saat pemetikan. Cara Panen: Buah dipetik dari
rangkaianya dengan hati hati jangan sampai rusak, apalagi jatuh.

2. Periode Panen
Masa berbuah jambu air bisa lebih dari 1 kali dalam setahun, tergantung
pada keadaan lingkungan.

3. Prakiraan Produksi
Buah jambu air jenis merahhijau dapat dipanen bila warna merah pada buah
jambu lebih banyak dari pada warna hijaunya, Pada saat tersebut nisbah
TPT/asam dan Vitamin C-nya masing-masing adalah 80,8 dan 48 kg/100
gram

B. Pascapanen
1. Pengumpulan
Buah hasil panen dikumpulkan dimasukan kedalam keranjang plastik dan
disimpan sementara di ruangan yang sejuk. Buah dari jenis yang berbeda
tidak disatukan dengan jenis yang lain.

2. Penyortiran dan Penggolongan


Pisahkan buah yang cacat dari yang baik, kemudian klasifikasikan buah
berdasarkan ukurannya. Buah dicuci bersih dengan air mengalir atau dialiri
air kemudian ditiriskan di rak pengeringan

3. Penyimpanan

62
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Buah yang telah dikemas disimpan di daerah yang teduh kering dan sejuk
4. Pengemasan dan Pengangkutan
Buah dikemas dalam keranjang plastik dan disusun rapi agar tidak berpindah
tempat selama dalam pengangkutan. Sebaiknya bauh disimpan dalam cold
storage jika tidak langsung diangkut ke pasar.

V. STANDAR PRODUKSI

Standar produksi meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan
contoh dan cara pengemasan. Pengambilan contoh diambil secara acak dari jumlah
kemasan seperti terlihat di bawah ini. Dari setiap kemasan diambil contoh sebanyak
20 buah dari bagian atas, tengah dan bawah. Contoh tersebut diacak bertingkat
(stratified random sampling) sampai diperoleh minimum 20 buah untuk dianalisis.

Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai dengan 100, contoh yang diambil 5.
Jumlah kemasan dalam partai (lot) 101 sampai dengan 300, contoh yang diambil 7.
Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, contoh yang diambil 9.
Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, contoh yang diambil 10.
Jumlah kemasan dalam partai (lot) lebih dari 1000, contoh yang diambil 15
(minimum).

Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalaman
atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan badan hukum.

Jambu air dikemas dengan peti kayu/bahan lain yang sesuai dengan berat bersih
maksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain:
nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan, berat bersih,
negara/tempat tujuan, hasil Indonesia, daerah asal.

REFERENSI
Sarwono B. (1990). Jenis-jenis Jambu Air Top. Jakarta, Trubus.
Guntur, Henny. (1985). Jambu Baron. Jakarta, Asri.
Kanisius, Aksi agraris. (1980). Bertanam Pohon Buah-buahan I.
Yayasan Kanisius, Yogyakarta.(1987). Bertanam Jambu Air. Jakarta, Trubus.

63
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

JARAK PAGAR
(Jatropha Curcas Linn)

Oleh
Suhendi

I. PROFIL TANAMAN JARAK PAGAR

Tanaman jarak merupakan salah satu tanaman yang


telah lama dikenal di Indonesia. Tanaman jarak
termasuk dalam famili Euphorbeacea yang merupakan
tanaman tahunan yang hidup di daerah tropik maupun
subtropik. Di Indonesia terdapat berbagai jenis tanaman
jarak, antara lain jarak kepyar (Ricinus communis),
jarak bali (Jatropha podagrica), jarak ulung (Jatropha
gossypifolia L.) dan jarak pagar (Jatropha curcas). Di
antara jenis tanaman jarak yang memiliki potensi sebagai penghasil minyak bakar
(biofuel) adalah jarak pagar.

Jatropha curcas Linn (Euphorbiaceae) adalah tumbuhan perenial yang toleran


terhadap kering dan tahan pada musim kering panjang. Jatropha curcas memiliki
banyak nama yang berbeda di wilayah yang berbeda di Indonesia. Contohnya:
Nawaih Nawas (Aceh), Jarak Kosta (Sunda), Jarak Gundul, Jarak Cina, Jarak Pagar
(Jawa), Paku Kare (Timor), Peleng Kaliki (Bugis), dan lain-lain. Jarak pagar banyak
dikenal oleh masyarakat Indonesia karena sejak pemerintahan Jepang mayarakat
telah diperintahkan untuk melakukan penanaman jarak sebagai pagar halaman. Biji
jarak telah dijadikan sebagai salah satu sumber bahan bakar.

Minyak biji jarak diterima secara luas dan disarankan untuk digunakan secara
komersial sebagai sumber bahan bakar. Umumnya dikenal sebagai sabudam/
purging nut (kacang pencahar)/ physic nut (kacang urus-urus). Tumbuhan ini
dipercaya sebagai tumbuhan asli dari Amerika Selatan (Brazil) dan tumbuh di semua
wilayah tropis. Di Indonesia, Jarak sudah teradaptasi secara alami dengan rentang
penyebaran yang luas mulai dari kawasan Barat sampai dengan Timur (Aceh sampai
dengan Papua). Dengan demikian memperkaya khasanah plasma nutfah dengan
ekotipe yang beragam. Namun sayangnya saat ini Jarak yang ada di Indonesia
masih sebagai tumbuhan yang belum dibudidayakan (habitat hutan, gulma
sawah/kebun, tumbuhan pagar/naungan, tumbuhan liar di beberapa tempat sehingga
diperlukan data base plasma nutfah sebagai sumber bahan perbanyakan dengan
spesifikasi kualitas yang diinginkan.

A. Jenis Dan Morfologi Tanaman Jarak Pagar

Tanaman jarak pagar termasuk famili Euphorbiaceae, satu famili dengan karet dan
ubikayu. Pohonnya berupa perdu dengan tinggi tanaman 17 m, bercabang tidak
teratur. Batangnya berkayu, silindris bila terluka mengeluarkan getah. Daunnya
berupa daun tunggal, berlekuk, bersudut 3 atau 5, tulang daun menjari dengan 57
tulang utama, warna daun hijau (permukaan bagian bawah lebih pucat dibanding
bagian atas). Panjang tangkai daun antara 415 cm. Bunga berwarna kuning
kehijauan, berupa bunga majemuk berbentuk malai, berumah satu. Bunga jantan
dan bunga betina tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan, muncul diujung
batang atau ketiak daun. Buah berupa buah kotak berbentuk bulat telur, diameter 2
4 cm, berwarna hijau ketika masih muda dan kuning jika masak. Buah jarak terbagi 3

64
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

ruang yang masingmasing ruang diisi 3 biji. Biji berbentuk bulat lonjong, warna
coklat kehitaman. Biji inilah yang banyak mengandung minyak dengan rendemen
sekitar 3040 persen.

B. Persyaratan Lingkungan Tumbuh

Tanaman jarak pagar dikenal sebagai tanaman yang cukup bandel, dalam arti mudah
beradaptasi terhadap lingkungan tumbuhnya, menghendaki lingkungan tumbuh
yang optimal bagi pertumbuhannya, yaitu ketinggian tempat 01000 m di atas
permukaan laut, suhu berkisar antara 18o30o C. Pada daerah dengan suhu
rendah (<18oC) menghambat pertumbuhan, sedangkan pada suhu tinggi (>35oC)
menyebabkan gugur daun dan bunga, buah kering sehingga produksi menurun.
Curah hujan antara 300 mm1200 mm per tahun. Dapat tumbuh pada tanah yang
kurang subur, tetapi memiliki drainase baik, tidak tergenang, dan pH tanah 5.0 6.5.
Berkaitan dengan hal tersebut tanaman ini potensial untuk dikembangkan pada
daerah yang kering maupun marjinal.

Jarak Pagar merupakan tanaman pohon berukuran kecil (tinggi tanaman 1-7 m)
dengan pertumbuhan yang sangat cepat pada rentang agroklimat yang luas (curah
hujan tahunan 300-1000 mm per tahun, ketinggian tempat 0-500 m dpl, suhu
tahunan rata-rata dapat di atas 200C). Tanaman ini tumbuh pada beragam jenis
tanah (berliat, alkalin, berbatu, lahan marjinal, dan bekas tambang) sehingga sangat
berpotensi dikembangkan sebagai sumber biodiesel.

C. Perbanyakan Jarak Pagar

Perbanyakan Jatropha curcas sangat mudah dan pertumbuhan relatif cepat.


Perbanyakan dapat dilakukan dengan stek atau biji atau melalui kultur jaringan (in
vitro). Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan melalui stek dan kultur jaringan.
Perbanyakan melalui stek dilakukan dengan mengambil bahan stek dari tanaman
induk yaitu 2 ruas /stek. Setiap pohon maksimal 3 stek per pohon. Pertumbuhan stek
cepat, namun dibatasi oleh keberadaan tanaman induk yang terbatas.

Perbanyakan secara generatif dapat dilakukan dari biji. Bahan sumber berupa biji
terbatas dan berkompetisi dengan pengadaan minyak. Penyediaan sesuai ekotipe
terpilih dan kesesuaian agroklimat, didukung fenofisiologi tanaman (status
nutrisi,kandungan minyak yang diinginkan, perlu tidaknya input teknologi on farm
yang lebih spesifik. Pada perbanyakan jarak dengan biji, biji dapat ditanam langsung
di area penanaman atau ditumbuhkan terlebih dahulu di bak persemaian sebelum
ditanam di area penanaman. Pada kondisi normal, Jatropha curcas dapat
berproduksi sekitar 8 ton/hektar/tahun dan mengandung minyak sekitar 33 persen.
Getah mengandung 18persen tanin yang umumnya digunakan sebagai obat. Biji
mengandung 35-45 persen minyak curcas dan texal bumin yang juga digunakan
untuk obat.

D. Beberapa Hama Potensial pada Tanaman Jarak Pagar

Berikut ini beberapa serangga dan mikroorganisme yang berpotensi sebagai hama
dan patogen pada tanaman jarak pagar berdasarkan informasi dari berbagai negara
yang telah melakukan budidaya jarak pagar dan pendekatan-pendekatan ekologis
yang memungkinkan serangga atau hama dapat berkembang pada pertanaman
jarak pagar, antara lain:
Serangga hama yang menyerang akar/tanaman muda
Hama yang dapat menyerang bagian perakaran dan batang muda tanaman

65
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

muda terdiri atas ulat tanah dan kumbang scarabaeidae.


Serangga hama yang menyerang daun
Belalang (Valanga spp. dan Locusta migratoria), Ulat grayak (Spodoptera litura),
Ulat daun jarak (Achaea janata ), Ulat api (Parasa lepida ), Wereng daun
(Empoasca sp.) dan Tungau (Tetranychus spp.).
Serangga hama pada bunga dan buah
Hama yang paling penting untuk diwaspadai adalah yang menyerang ujung
pucuk, bunga dan kapsul buah yang sedang berkembang. Gejala serangan
beragam, mulai dari kerusakan tangkai daun muda, keguguran buah secara
sporadis sampai kematian panikel secara menyeluruh. Hama yang paling sering
menyerang bagian bunga dan buah tanaman jarak pagar adalah: Kepik hijau
(Nezara viridula), Ulat penggerek pucuk jarak (Dichocrosis punctiferalis).
Serangga hama pada batang
Umumnya hama yang merusak batang adalah penggerek batang. Salah satu
kelompok penggerek yang potensial di Indonesia adalah Xyleborus spp.
(Coleoptera: Cerambycidae).

Selain hama yang dapat menghambat perkembangan tanaman jarak pagar, terdapat
beberapa patogen yang potensial merusak jarak pagar. Beberapa Patogen Potensial
pada Tanaman Jarak Pagar, yaitu: Bercak pada bibit, Bercak Alternaria (Alternaria
ricini), Karat, Bercak daun cercospora, Layu Fusarium, Busuk Botritis dan Bercak
daun bakteri.
Tanaman jarak pagar sangat rentan terhadap serangan hama dan patogen penyakit.
Hal terbaik yang dapat dilakukan yaitu dengan menanam tanaman jarak secara
tumpang sari, karena cara tersebut dinilai lebih efisien dan hemat biaya. Sedangkan
pengendalian hama pada penanaman dengan sistem monokultur dapat dilakukan
secara teknis maupun kimia.

E. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama tidak terlepas dari pengetahuan bioekologi hama dan penyakit
itu sendiri yang pada tahap awal adalah pengenalan/identifikasi. Beberapa hama dan
penyakit potensial yang dapat menyerang pertanaman jarak pagar telah dipaparkan
di muka. Berikut ini adalah beberapa tindakan pengendalian yang dapat dilakukan
agar kerusakan tanaman jarak pagar dapat ditekan seminimal mungkin.

Secara mekanik
Tindakan pemangkasan merupakan salah satu tindakan yang sering dilakukan
pada budidaya tanaman jarak pagar. Tindakan ini dapat dilakukan bersamaan
dengan upaya pengendalian hama dan penyakit. Beberapa bagian tanaman jarak
pagar yang terserang penggerek atau penyakit tertentu dapat dilakukan
pemangkasan sehingga akan mengurangi populasi serangga pada masa datang.

Secara fisik/kultur teknik


Sistem pengairan yang baik, jika menggunakan sistem pengairan, akan sangat
membantu dalam mengurangi infeksi oleh patogen dan beberapa serangga
hama. Faktor kelembaban iklim mikro perlu diperhatikan agar patogen tidak
mudah berkembang untuk itu upaya-upaya mekanis lainnya seperti penyiangan
secara berkala dapat dilakukan untuk memperbaiki iklim mikro pada pertanaman
jarak pagar. Pembersihan lahan dari sisa-sisa gulma selama beberapa minggu
sebelum penanaman jarak akan membantu mengurangi potensi serangan hama
dan penyakit.

66
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Secara biologi
Semua serangga hama yang dikemukan di depan tercatat mempunyai musuh
alami. Untuk pengendalian biologi pada tanaman jarak pagar ini tindakan
konservasi musuh alami akan membuat hubungan yang optimal antara musuh
alami dengan serangga hama sehingga tidak terjadi peledakan hama atau
serangan hama yang tinggi. Dengan adanya konservasi musuh alami diharapkan
musuh alami berkontribusi besar dalam menekan dan menjaga populasi
serangga hama di pertanaman jarak pagar.

Tindakan lain adalah dengan memanfaatkan patogen-patogen serangga hama.


Patogen hama dapat dimanfaatkan sebagai agens pengendalian hama dan
penyakit di lapangan yang dapat dilakukan oleh petani secara mandiri. Untuk itu
perlu dilakukan sosialisasi jenis-jenis patogen apa saja yang dapat digunakan
dan bagaimana metode perbanyakannya perlu dilakukan penyuluhan secara
detail kepada para growers.
Pengendalian secara kimia
Kadangkala serangan hama dan penyakit dapat terjadi sangat berat sehingga
teknologi-teknologi pengendalian non kimia yang dilakukan tidak mampu untuk
menekan kerusakan tersebut Jika pestisida perlu diaplikasikan maka beberapa
aspek harus diperhatikan diantaranya: Pemilihan jenis pestisida, Ketepatan
konsentrasi dan dosis dan Pemilihan waktu aplikasi.

II. POHON INDUSTRI

Gambar 1. Pohon Industri Tanaman Jarak Pagar

Tanaman jarak pagar merupakan tanaman yang setiap bagian tubuhnya dapat
dimanfaatkan, sehingga dalam pemanfaatannya menghasilkan zero waste. Selain
dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif, tanaman jarak pagar dapat
digunakan untuk berbagai keperluan, seperti pakan ternak, obat-obatan, sabun
maupun sarana produksi pertanian. Biji merupakan bagian yang paling banyak
dimanfaatkan sebagai bahan bakar karena pada bagian ini banyak terdapat minyak

67
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

yang merupakan bahan baku pembuatan bahan bakar. Namun pada beberapa hasil
pengolahan masih memerlukan penelitian lebih lanjut dalam pengembangannya,
seperti tahapan ekstraksi dari kulit biji, getah dan daun.

III. PANEN DAN PRODUKTIVITAS (RENDEMEN)


Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas) mulai berbunga setelah umur 3 4 bulan,
sedangkan pembentukan buah mulai pada umur 4 5 bulan. Bunga dan buah dapat
terbentuk sepanjang tahun. Tanaman jarak pagar merupakan tanaman tahunan yang
dapat hidup lebih dari 20 tahun (jika dipelihara dengan baik).

A. Kriteria Panen
Panen dapat dilakukan setelah buah jarak cukup umur. Pemanenan buah dilakukan
setelah biji masak. Biji masak dicirikan dengan kulit buahnya yang berubah warna
dari kuning kecoklatan menjadi hitam dan mengering. Ciri lainnya yaitu kulit buah
terbuka sebagian secara alami. Ketika kulit buah mulai membuka, berarti biji di
bagian dalam buah jarak telah masak. Panen yang dilakukan terlalu awal akan
menurunkan kandungan minyak, sementara bila panen terlambat dilakukan
menyebabkan buah pecah sehingga biji yang jatuh ke tanah akan semakin banyak.

B. Rendemen Produksi
Produksi akan stabil setelah tanaman berumur lebih dari 1 tahun. Dengan tingkat
populasi tanaman antara 2500 3300 pohon / ha, maka tingkat produktivitas antara
6 10 ton biji / ha setelah tanaman berumur 5 tahun. Produktivitas tanaman
tergantung dari sifat genetik tanaman, kondisi iklim dan tanah setempat serta input
produksi yang diberikan. Rendemen minyak jarak pagar sebesar 35 persen, maka
setiap ha lahan dapat diperoleh 2.5 3.5 ton minyak / ha / tahun.

IV. TITIK KRITIS TANAMAN JARAK PAGAR

Dalam pembudidayaan tanaman jarak disarankan menerapkan sistem tumpangsari


dengan tanaman lain seperti jagung, wijen atau padi ladang sehingga selain
mengurangi resiko serangan hama penyakit juga diversifikasi hasil. Jika pola
penanaman dengan tumpangsari maka jarak tanam digunakan jarak agak lebar
misalnya 2.0 m x 3.0 m ini merupakan titik kritis tanaman jarak pagar, karena itu
harus ditanam secara tumpang sari dengan tanaman lainnya untuk mengurangi
dampak dari serangan hama.

Tanaman jarak pagar dapat berumur 40-50 tahun. Tanaman jarak pagar relatif
resisten terhadap hama dan penyakit, karena jarak penanaman yang cukup besar.
Akar jarak pagar dapat berfungsi sebagai cadangan air, tumbuhan ini diketahui baik
sebagai tumbuhan pioneer dan dapat mencegah erosi. Di samping itu, tumbuhan ini
dapat juga berfungsi sebagai pagar alami karena tidak ada ternak yang menyukai
daunnya.

V. PEMANFAATAN JARAK PAGAR SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

Krisis energi di Indonesia khususnya energi dari bahan bakar fosil yang bersifat non
renewable, akibat semakin menipisnya cadangan bahan bakar minyak
mengakibatkan meningkatnya harga BBM sehingga Indonesia perlu mencari
sumber-sumber bahan bakar alternatif yang bersifat renewable yang mungkin

68
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

dikembangkan di Indonesia. Salah satu usaha tersebut yaitu melalui penggunaan


biodiesel yang bahan bakunya berasal dari produksi tanaman yang memungkinkan
ketersediaannya lebih kontinyu. Selain itu penggunaan biodiesel lebih bersifat ramah
lingkungan karena dapat mengurangi emisi gas CO2 dan CO di alam. Untuk itulah
perlu dicari dan dikembangkan energi alternatif yang sedapat mungkin bersifat
ramah lingkungan (environmental friendly), berkelanjutan (sustainable) dan dapat
diperbaharukan (renewable). Salah satu alternatif yang sangat mungkin untuk
dikembangkan adalah pengembangan tanaman jarak pagar (Jatropha curcas Linn).

Beberapa jenis tanaman yang memiliki potensi sebagai sumber bahan bakar antara
lain diantaranya kelapa sawit, kelapa, kemiri, singkong, tebu, jarak pagar, nyamplung
dan sebagainya. Mengingat minyak kelapa sawit dan minyak kelapa banyak
dimanfaatkan sebagai minyak makan (edible oil), maka peluang pemanfaatan jarak
pagar sebagai bahan baku biodiesel lebih besar. Hal ini karena minyak jarak pagar
tidak termasuk dalam kategori minyak makan (non edible oil) sehingga pemanfaatan
jarak pagar sebagai bahan baku biodiesel tidak akan mengganggu penyediaan
kebutuhan minyak makan nasional, kebutuhan industri oleokimia, dan ekspor CPO.

A. Minyak Tanaman Jarak Pagar

Tanaman jarak menghasilkan biji jarak terdiri dari


75 persen daging buah dan 25 persen kulit.
Kandungan minyak dalam biji jarak pagar sekitar
35-45 persen minyak sehingga dapat diextrasi
menjadi minyak jarak. Minyak jarak lebih padat
dan lebih kental dibandingkan dengan minyak
nabati lainnya. Viskositas minyak jarak hanya
berubah sedikit dengan perubahan temperatur,
sehingga baik digunakan untuk pelumas.
Komponen minyak jarak yang terbesar adalah
TRIGLISERIDA (94 persen) dengan berat molekul asam lemak yang tinggi dan
kandungan tersebut dapat dipengaruhi oleh kondisi pertumbuhan tanaman. Dengan
komponen dan kharakteristik tersebut, maka minyak jarak sangat potensial
dikembangkan sebagai bahan bakar alternatif, baik yang langsung digunakan (bahan
bakar) maupun melalui proses lanjutan (Biodiesel). Tanaman jarak selain
menghasilkan minyak jarak, Inti biji jarak yang telah diextrasi akan menghasilkan
Bungkil dan Temputung Biji yang bisa digunakan sebagai Pupuk, Pakan ternak dan
Biogas.

Tanaman jarak menghasilkan biji jarak pagar yang terdiri dari 60 persen berat kernel
(daging buah) dan 40 persen berat kulit. Inti biji (kernel) jarak pagar mengandung
sekitar 40-45 persen minyak sehingga dapat diekstrak menjadi minyak jarak dengan
cara mekanis ataupun ekstraksi menggunakan pelarut seperti heksana. Minyak jarak
pagar merupakan jenis minyak yang memiliki komposisi trigliserida yang mirip
dengan minyak kacang tanah. Tidak seperti jarak kaliki (ricinus communis)
kandungan asam lemak esensial dalam minyak jarak pagar cukup tinggi sehingga
minyak jarak pagar merupakan sebetulnya dapat dikonsumsi sebagai minyak makan
asal saja racun yang berupa phorbol ester dan Curcin dapat dihilangkan.

Minyak jarak tidak lebih kental dibandingkan dengan minyak nabati lainnya.
Komponen minyak jarak yang terbesar adalah trigliserida yang mengandung asam
lemak oleat dan linoleat seperti yang dicantumkan pada Tabel 1 dibawah ini.

69
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Tabel 1. Kandungan asam lemak minyak jarak


Asam lemak Komposisi (%-berat)
Asam oleat 43,2
Asan linoleat 34,3
Asam palmitat 14,2
Asam stearat 6,9
Sumber : Tirto, 2009.

Minyak jarak pagar memiliki sifat fisik seperti yang ditampilkan pada Tabel 2 berikut
ini.

Tabel 2. Sifat Fisik Minyak Jarak Pagar


Sifat fisik Satuan Value
0
Flash point C 236
Density at 150C g/cm3 0,9177
Viscosity at 300C mm2/s 49,15
Carbon residue (on 10% distillation residue) %(m/m) 0,34
Sulfated ash content %(m/m) 0,007
0
Pour point C -2,5
Water content Ppm 935
Sulfur content Ppm <1
Acid value mgKOH/g 4,75
Iodine value --- 96,5
Sumber : Tirto,2009

B. Proses Pengolahan Minyak Jarak Pagar

Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak atau lemak. Terdapat beberapa metoda ekstraksi, yaitu
rendering, teknik pemerahan mekanis (mechanical expression) dan menggunakan
pelarut (solvent extraction). Pemerahan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi
minyak dari bahan yang berupa biji-bijian dan paling sesuai untuk memisahkan
minyak dari bahan yang tinggi kadar minyaknya yaitu sekitar 30-50 persen.
Sebagaimana kita ketahui bersama, minyak jarak pagar terkandung dalam bahan
yang berbentuk biji dengan kandungan minyak sekitar 25-30 persen (biji berkulit).
Berdasarkan hal tersebut maka metoda ekstraksi yang dipandang ekonomis untuk
biji jarak yaitu teknik pemerahan mekanis. Cara yang umum digunakan pada
pemerahan mekanis biji jarak yaitu pemerahan berulir (screw press).

Teknik ekstraksi biji jarak dengan menggunakan pemerahan berulir (screw)


merupakan teknologi yang lebih maju dan banyak digunakan di industri pengolahan
minyak jarak saat ini. Dengan cara ini biji jarak dipress menggunakan pemerahan
berulir (screw) yang berjalan secara kontinyu. Teknik ekstraksi ini tidak memerlukan
perlakuan pendahuluan bagi biji jarak yang akan diekstraksi. Biji jarak kering yang
akan diekstraksi dapat langsung dimasukkan ke dalam screw press. Tipe alat
pemerah berulir yang digunakan dapat berupa pemerah berulir tunggal (single screw
press) atau pemerah berulir ganda (twin screw press). Rendemen minyak jarak yang
dihasilkan dengan teknik pemerah berulir tunggal (single screw press) sekitar 30 - 40
persen, sedangkan dengan teknik pemerah berulir ganda (twin screw press)
dihasilkan rendemen minyak sekitar 40-50 persen. Pada Gambar 2 disajikan diagram
alir proses ekstraksi minyak jarak menggunakan metode pemerahan berulir.

70
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Gambar 2. Diagram alur ekstraksi minyak jarak dengan metode pemerahan berulir

Kelebihan dari teknik pengempaan menggunakan alat pemerah tipe berulir (screw)
adalah :
Kapasitas produksi menjadi lebih besar karena proses pemerahan dapat
dilakukan secara kontinyu.
Menghemat waktu proses produksi karena tidak diperlukan perlakuan
pendahuluan, yaitu pengecilan ukuran dan pemasakan/pemanasan.
Rendemen yang dihasilkan lebih tinggi.

Teknik pemerahan mekanis juga dapat dikombinasikan dengan teknik ekstraksi


dengan pelarut. Walaupun mutu yang dihasilkan cukup bagus terutama jika
menggunakan metode ekstraksi dengan pelarut, namun dari segi biaya produksi
sangat mahal. Sehingga kombinasi metode ekstraksi pemerahan dengan metode
ekstraksi pelarut tidak sesuai untuk industri kecil menengah. Kombinasi teknik
ekstraksi ini lebih sesuai bila diterapkan untuk industri besar. Oleh karena itu tehnik
pemerahan mekanis dengan pemerahan berulir sangat cocok digunakan untuk
berbagai skala industry pada komoditas jarak pagar.

C. Deskripsi Alat Screew Press

Cara kerja alat ekstraksi biji jarak tipe berulir (screw) ini adalah dengan menerapkan
prinsip ulir dimana bahan yang akan dipress ditekan dengan menggunakan daya
dorong dari ulir yang berputar. Bahan yang masuk ke dalam alat akan terdorong
dengan sendirinya ke arah depan, kemudian bahan akan mendapatkan tekanan
setelah berada di ujung alat. Semakin bahan menuju ke bagian ujung alat, tekan
yang di alami bahan akan menjadi semakin lebih besar. Tekanan ini yang akan
menyebabkan kandungan minyak yang terdapat dalam bahan keluar.

Secara umum karakteristik kimia dan fisik minyak jarak yang dihasilkan dengan
menggunakan alat pemerah tipe berulir (screw) hampir sama kualitasnya jika
dibandingkan dengan minyak jarak yang ada di pasaran. Pada Gambar 3 disajikan
salah satu tampilan alat ekstraksi minyak dari biji-bijian.

71
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Gambar 3. Sketsa gambar pemerah dengan metoda ulir

REFERENSI
Hambali, E., Dadang, Prawitasari, T., Suryani A., and Haryadi. 2005. Development
of Jatropha curcas Linn for Biodiesel. Bahan presentasi Pengembangan Jarak
Pagar untuk Biodiesel (English version). SBRC, LPPM-IPB.
Hariyadi 2005. Budidaya Tanaman Jarak (Jatropa curcas) Sebagai Sumber Bahan
Alternatif Biofuel. 17 Oktober 2005. http//www.ristek.go.id//
Kamaruddin A dkk. 1990. Penggunaan Energi Alternatif untuk Pertanian. Dalam
Keteknikan Pertanian Tingkat Lanjut. CREATA-IPB.

72
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

JERUK

oleh Sumarno

I. PROFILE KOMODITI

A. ASPEK PRODUKSI

1. Kesesuaian Lahan

a. Elevasi
Jeruk dapat tumbuh di dataran rendah (lahan basah) atau dataran
tinggi pada elevasi 800 - 1500 meter dpl. Pada ketinggian di atas
900 m dpl, jeruk rasanya asam, namun jenis jeruk siam tertentu
seperti jeruk tebas, tumbuh dengan baik di kalimantan pada elevasi
100 m dpl.

b. Kondisi Tanah
Kebun jeruk tidak boleh tertutup oleh genangan air, oleh karena itu
kebun jeruk untuk lahan basah perlu dibuat drainase. Untuk daerah
pasang surut dibuat baluran (bedengan) dengan ukuran tinggi 0,5
meter dan lebar 3 meter dengan panjang menurut petakan lahan.
Setiap 1 Ha lahan dengan sistem bedengan dapat ditanami jeruk
sebanyak 278 pohon. Di areal sawah bisa ditanami jeruk dengan cara
membuat gundukan seluas 1 m2 dengan tinggi 50 - 60 cm. pH tanah
yang sesuai untuk pohon jeruk adalah 5 s.d 7,5.

c. Iklim dan Curah


Daerah-daerah di dunia tempat tumbuhnya pohon jeruk adalah di
daerah tropis dan subtropis, 35 derajat lintang selatan dan 35
derajat lintang utara. Curah hujan yang baik untuk menanam pohon
jeruk adalah antara 1.270 mm - 1.900 mm per tahun. Kelembaban
udara yang baik antara 70 - 80%, sedangkan jumlah penyinaran
matahari yang disarankan antara 50 - 60%.

2. Sarana dan Prasarana

a. Prasarana yang diperlukan :


Jaringan Irigasi
Embung (tempat-tempat penampungan air alami).
Saluran drainase.
Bangunan kebun.
Jaringan jalan.
Sumur Bor (untuk lahan dataran tinggi).

b. Sarana Produksi yang diperlukan :


Peralatan berkebun (seperti cangkul, kored, garpu, sekop, dsb).
Pupuk (seperti Urea, TSP, KCL, pupuk daun, pupuk mikro, dan
pupuk kandang).
Kapur pertanian.
Pestisida, insektisida untuk penanggulangan serangan hama
Fungisida untuk pengendalian fungsi fatogen
Herbisida untuk pengendalian gulma dan sebagainya.

73
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Pompa air, seprayer, dan gunting stek.

c. Sarana Paska Panen yang diperlukan :


Sarana angkutan hasil dari kebun ke pasar
Unit pengolahan hasil
Unit penanganan jeruk buah segar (JBS).

d. Pengadaan Bibit
Bibit tanaman jeruk diperoleh dari pembelian bibit di penangkaran
bibit yang telah mendapat sertifikat. Hal ini dimaksudkan untuk
menghasilkan buah jeruk yang bermutu tinggi.

e. Pembukaan Lahan
Pembukaan lahan hutan sekunder/belukar dengan menggunakan
chain saw dan peralatan lain dibantu dengan penggunaan herbisida.

f. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan sebagai persiapan tanam maupun
sebagai pemeliharaan tanaman. Sebagai persiapan tanam,
pengolahan lahan dilakukan sebagai usaha membersihkan tanah,
menghancurkan akar-akar lama dan membentuk permukaan tanah
menurut berbagai pola yang dikehendaki seperti guludan dan saluran
air. Selain itu juga dilakukan pengajiran untuk menentukan letak
tanaman dan membuat lubang tanam dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm.

Sebagai pemeliharaan tanaman, pengolahan lahan/tanah dilakukan


setiap kali setelah panen sebelum pemangkasan pengaturan
pertumbuhan. Tujuan pengolahan tanah ini adalah untuk
menggemburkan tanah dan sekaligus memberikan pupuk kandang
dan pemupukan lainnya.

3. Penanaman

a. Jarak Tanaman
Jarak tanam yang digunakan bervariasi dari satu lokasi ke lokasi yang
lainnya. Untuk kebun jeruk di dataran rendah (lahan basah) jarak
tanamnya relatif lebih jarang dibandingkan kebun jeruk di dataran
tinggi, karena 40% dari lahan basah terpakai untuk keperluan
pembuatan drainase dan pembuatan jalan.

Di Jawa biasa digunakan jarak tanam 7 x 7 meter atau 8 x 8 meter.


Tetapi jarak tanam yang dianjurkan untuk pohon jeruk jenis keprok
adalah 6 x 6 meter. Jarak tanam yang lebih besar umumnya tidak
memberi pengaruh terhadap tanaman kecuali rendahnya populasi
tanaman per hektarnya.

Jika usaha perkebunan jeruk dirancang untuk periode 10 tahun


maka cukup menggunakan jarak tanam yang pendek (misalnya 5 x 5
meter). Jika umur lebih dari 10 tahun produksi masih baik dan jika
kebun masih dipertahankan sebaiknya dilakukan penjarangan
dengan menebang pohon-pohon yang kurang produktif.

Dengan jarak tanam 5 x 5 meter maka dalam 1 hektar akan terdapat


400 pohon. Sebelum penanaman, lubang tanam yang sudah dibuat

74
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

diisi dengan pupuk kandang/kompos yang dicampur tanah lapisan


atas.

b. Penanaman Cash Crop


Tanaman jeruk baru menghasilkan setelah umur 3 - 4 tahun dan
puncak produksi terjadi pada umur tahun ke 8-9. Oleh karena
itu sebelum Tanaman Menghasilkan (TM), mka untuk optimalisasi
pemanfaatan lahan dapat ditanami dengan cabe, padi gogo, kacang
tanah, dan kedelai. Diperkirakan 0,5 luasan lahan dapat digunakan
untuk tanaman Cash Crop tersebut.

4. Pemeliharaan

a. Penyiangan
Penyiangan dimaksudkan agar pohon jeruk tumbuh tanpa
gangguan yang berarti baik gangguan gulma/peredu, benalu maupun
tanaman liar lainnya. Pembersihan atau penyiangan paling tidak
harus dilakukan dua kali dalam satu tahun, diantaranya satu kali
bersamaan dengan pemupukan, lainnya menjelang panen. Dengan
penyiangan yang baik diharapkan pupuk yang diberikan effektif
bekerja untuk pohon jeruk tersebut.

b. Pemupukan
Pupuk yang diperlukan secara teoritis adalah pupuk organik
berupa pupuk kandang dan pupuk anorganik yang terdiri dari pupuk
urea, TSP/SP36 dan KCL. Semua pupuk diberikan secara
berimbang agar maksud dari pemupukan tercapai yakni mendorong
pertumbuhan tanaman, menjaga dari serangan hama dan
penyakit dan menjaga tingkat kesuburan tanah.

c. Pemangkasan
Untuk dapat menghasilkan pohon yang baik, di samping dilakukan
dengan pemberian pupuk juga harus dilakukan pemangkasan yang
baik. Pemangkasan sampai umur tanaman tiga
tahun dimaksudkan untuk pembentukan cabang dan ranting yang
baik, dengan cara menseleksi cabang dan ranting yang ada dan
memilih yang sehat dan kuat. Setelah berumur tiga tahun lebih,
kegiatan pemangkasan ini dilakukan pada setiap awal musim hujan.

d. Penjarangan Buah
Jeruk jenis keprok siam cenderung berbuah lebat, kondisi
tersebut tidak seluruhnya baik, karena buah yang terlalu lebat akan
mempengaruhi hasil produksi akhir, disamping itu buah yang terlalu
lebat juga akan mempengaruhi kondisi buah pada musim
berikutnya.

Pohon jeruk yang umurnya di bawah 4 tahun, bila berbuah terlalu


lebat akan sangat mempengaruhi kesehatan dan produktivitas pohon
jeruk pada masa selanjutnya. Oleh karena itu perlu ada penjarangan
buah. Pada masa produksi awal (umur 3 tahun) sebaiknya buah
hanya ditinggalkan pada cabang-cabang yang benar-benar kuat dan
jumlahnya tidak terlalu banyak.

Buah yang baik adalah buah yang tumbuhnya normal, buah yang
posisinya mudah terkena sinar matahari, oleh karena itu buah yang

75
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

terdapat pada cabang yang terlindungi perlu dijarangkan/dibuang,


agar tidak memboroskan energi/unsur hara yang diserap oleh pohon
jeruk.

e. Penyangga
Agar pohon jeruk tidak menerima beban terlalu berat dan rusak pada
saat berbuah, maka sebaiknya pohon jeruk diberi tiang penyangga
yang terbuat dari kayu atau bambu. Penyangga sebaiknya dibuat
persegi empat sesuai dengan lingkaran dahan yang harus disangga.
Artinya semakin besar pohon maka semakin besar pula penyangga
yang diperlukan.

Pembuatan penyangga ini tentunya memerlukan biaya, namun karena


pembuatannya bisa dilakukan secara bertahap dapat dipenuhi dari
bahan yang terdapat disekitar petani, tentu biaya yang diperhitungkan
adalah biaya tenaga kerja saja. Namun bila bahan yang akan
digunakan untuk penyangga harus dibeli tentunya ada tambahan
biaya bahan penyangga.

5. Pengendalian Hama dan Penyakit


Pohon jeruk termasuk tanaman yang rawan terhadap serangan hama dan
penyakit. Ada banyak jenis hama yang suka menyerang pohon jeruk,
mulai dari hama perusak daun dan ranting berupa tungau, ulat tanah yang
menyerang akar atau ulat dan belalang yang dapat merusak buah atau
kembang.

Semua serangan hama dan penyakit dapat dielimenir dengan melakukan


pengamatan yang terus menerus terhadap pohon jeruk atau dengan
pencegahan dini dengan menggunakan fungisida dan insektisida.

Secara umum, beberapa cara pengendalian Organisme Pengganggu


Tanaman (OPT) yang dapat dipadukan adalah :

Cara Budidaya, yang meliputi ketahanan varietas, penghancuran


tanaman yang terserang dan menjadi sumber penyakit, tanaman
pinggir yang berfungsi sebagai perangkap hama dan sekaligus
menjadi tempat berkembangnya musuh alami, sanitasi, pengairan dan
drainase yang baik dan pemupukan yang sesuai.
Cara Biologis, dengan memanfaatkan musuh alami yang banyak
dapat ditemukan di alam.
Cara Mekanis, dengan menangkap, menghancurkan OPT secara
mekanis.
Cara Peraturan, yaitu dengan karantina dan peraturan tentang lalu
lintas tanaman.
Cara Kimiawi, cara ini pilihan terakhir dalam pengendalian OPT
karena beresiko buruk terhadap keamanan manusia dan kelestarian
lingkungan.

76
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

6. Pengelolaan Panen dan Paska Panen

a. Umur Panen
Jeruk jenis siam dapat dipanen pada umur 6 - 8 bulan setelah bunganya
mekar, dan pada saat panen, pohon jeruk jenis siam akan memiliki ciri-ciri
fisik sbb :
Kulit buahnya kekuning-kuningan (orange)
Buahnya tidak terlalu keras jika dipegang
Bagian bawah buahnya agak empuk dan bila dijentik dengan jari,
bunyinya tidak nyaring lagi.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada panen jeruk jenis siam :

Waktu pemetikan hendaknya dilakukan pada saat matahari sudah


bersinar, dan tidak terdapat lagi sisa embun (sekitar pukul 9 pagi
sampai sore)
Tangkai buah dikerat dengan gunting pangkas sekitar 1 - 2 cm dari
buahnya, dan tangkai yang terlalu panjang dapat merusak buah lain
ketika dimasukkan ke dalam keranjang.
Tiap pemetik sebaiknya membawa keranjang atau kantong yang
dapat digantungkan di leher sehingga buah jeruk tidak perlu
dijatuhkan ke bawah karena buah jeruk bisa rusak;
Untuk memetik buah pada cabang yang tinggi sebaiknya digunakan
tangga.

Dengan cara pemeliharaan yang baik, produksi jeruk bisa maksimal baik
dari sisi kualitas maupun kuantitas. Umur produktif jeruk bila dipelihara
dengan baik bisa mencapai 20 tahun untuk lahan dataran rendah dan
umur 15 untuk dataran tinggi, sedangkan pemanenan buah jeruk yang
baik, satu orang dapat memetik/memanen lebih kurang 50 - 75 kg per
hari.

b. Sortasi dan Grading


Buah jeruk yang baru datang dari kebun dibersihkan dari sisa obat-obatan
dan tanah yang menempel dengan cara dicuci dengan air sabun. Setelah
dicuci harus dikeringkan dengan lap kering. Setelah kering buah jeruk
yang jelek, rusak, atau busuk dipisahkan dari buah yang berkualitas baik.

Untuk kesesuaian harga dalam pemasarannya, jeruk dikelompokkan atas


kelas-kelas tertentu (grading) menjadi sbb :
Kelas A : berdiameter rata-rata 7,6 cm, sekitar 6 buah per kg
Kelas B : berdiameter 6,7, sekitar 8 buah per kg
Kelas C : berdiameter 5,9 sekitar 10 buah per kg.
Kelas D : berdiameter 5,8 cm, sekitar 12 - 14 buah per kg.

77
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

B. ASPEK PEMASARAN

1. Impor Jeruk

Sekalipun secara geografis jeruk terdapat di semua propinsi di Indonesia,


tetapi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, Indonesia masih harus
impor buah jeruk. Kecendungan impor jeruk tersebut dapat diikuti dalam
Gambar berikut :

Dari gambar di atas, dapat terlihat bahwa impor yang dimulai pada tahun
1990 terus meningkat sampai dengan tahun1994. Kemudian terus menurun
sampai dengan tahun 1996. Menurunnya impor jeruk segar tersebut
merupakan dampak dari kebijakan pemerintah dalam membatasi
pembelanjaan devisa untuk impor buah-buahan

a. Produksi Dalam Negeri


Permintaan terhadap buah jeruk di samping dapat dipenuhi dari jeruk
impor, juga dipenuhi dari produksi dalam negeri. Produksi jeruk secara
nasional pada tahun 1995 sebesar 1.004.631 ton.

Produksi tertinggi dicapai oleh Sulawesi (33,17%), kemudian diikuti


secara berturut-turut oleh Jawa (25,33%), Kalimantan (23,66%),
Sumatra (15,31%) dan kepulauan lainnya sebesar 5,53 persen.

Pada tahun 1996 telah terjadi penurunan produksi secara nasional,


menjadi sebesar 793.810 ton. Penurunan produksi tersebut diduga
disebabkan karena iklim kemarau yang relatif panjang dibandingkan
dengan tahun sebelumnya.

b. Kecenderungan Permintaan
Dengan menggunakan besaran konsumsi perkapita sebesar 0.017 kg
per minggu pada tahun 1990 dan 0,050 kg per minggu pada tahun
1996, maka konsumsi jeruk penduduk Indonesia naik dari 3.047 ton
pada tahun 1990 menjadi 9.917 ton pada tahun 1996.

Peluang pasar domestik lebih menitik beratkan untuk keperluan


konsumsi rumah tangga, supermarket, hotel dan restoran serta industri

78
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

olahan. Untuk konsumsi rumah tangga dan restoran pada tahun 1996
mencapai 9.917 ton per minggu. Konsumsi ini akan terus meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Berdasarkan anjuran
FAO, untuk memenuhi kebutuhan buah-buahan per kapita pertahun
minimal 60 kg. Atas dasar anjuran FAO tersebut maka konsumsi buah-
buahan di Indonesia masih sangat rendah yakni hanya 27,2 Kg
perkapita per tahun.

c. Peluang Ekspor
Indonesia berpotensi dan berpeluang untuk melakukan ekspor
komoditas buah-buahan tropis seperti buah mangga, nanas, manggis
dan jeruk. Ekspor jeruk mengalami perkembangan yang cukup
menggembirakan di era tahun delapan puluhan. Pada tahun sembilan
puluhan mengalami penurunan yang sangat drastis, penurunan ekspor
tersebut sebagai akibat adanya penyakit CVPD yang menyerang
sebagian besar tanaman jeruk di sentra-sentra produksi di Indonesia.

d. Penetapan Harga
Harga jual jeruk ditetapkan berdasarkan pola kemitraan usaha yang
closed system, dimana petani peserta proyek/plasma diharuskan
menjual hasil produksi jeruk kepada pihak inti (mitra) dengan harga
yang disepakati melalui nota kesepakatan/perjanjian kerjasama dengan
berpedoman pada harga pasar dan atau berpatokan pada biaya
produksi ditambah keuntungan petani sebesar 10% dari biaya produksi.
Hal ini dimaksudkan untuk memperbesar margin pasar yang dapat
dinikmati oleh petani, yang selama ini hanya menikmati 22 - 29% dari
harga yang dibayar oleh konsumen.

Untuk jeruk hasil produksi di lahan basah (dataran rendah) harga jual
ditingkat petani yang digunakan sebagai dasar perhitungan dalam
aspek keuangan dibedakan atas 3 grade yaitu grade A Rp 2.100 per kg,
grade B Rp 2.000 per kg dan grade C Rp 1.250 per kg.

e. Distribusi dan Pemasaran


Saluran distribusi buah jeruk yang dihasilkan dari perkebunan/budidaya
rakyat adalah sebagai berikut :

79
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Dari ketiga saluran distribusi yang ada, pola kedua yakni dari produsen
(petani) ke pengumpul kecil lalu ke konsumen akhir, merupakan pola
yang dominan terjadi di Kawasan Timur Indonesia. Sedangkan untuk
kawasan tengah dan barat Indonesia pola ketiga yakni produsen
(petani), pedagang pengumpul kecil ke pedagang pengecer lalu
konsumen akhir merupakan pola dominan di kawqasan tersebut.

Dalam kajian ini saluran distribusi yang dianjurkan adalah sebagai


berikut :

II. POHON INDUSTRI

80
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

III. RENDEMEN

BAGIAN JERUK PRODUK INDUSTRI RENDEMEN


Daging Buah Masak Orange Juice 88% 98%
Kulit Jeruk Minyak Astiri :
Sweet orange oil (Citrus 0.3% 0.7%
sinensis) 0.2% - 0.35%
Lime oil (Citrus aurantifolia) 0.35% - 0.65%
Lemon oil (Citrus limon) 0.3 0.7%
Mandarin oil (Citrus 0.09 0.2%
reticulata) 0.15% - 0.33%.
Tangerine oil (Citrus 0.06% - 0.085%
tangerina) 0.45% - 0.65%
Bitter orange oil (Citrus 0.09% - 0.12%
aurantium)
Grapefruit oil (Citrus
paradisi)
Bergamot oil (Citrus
bergamia)
Yuzu oil (citrus junos)
Daun Jeruk Minyak Astiri :
Kaffir lime oil (Citrus 0.5% - 0.8%
hystrix)
Bunga Jeruk Minyak Astiri :
Neroli oil (Citrus aurantium) 0.07% - 0.12%
Petitgrain oil (Citrus 0.2% - 0.3%
aurantium)

IV. FAKTOR KRITIS

Dalam proses usahatani jeruk, sebagaimana tanaman lain, juga terdapat beberapa
kendala yang mengancam pencapaian potensi produksi, diantaranya adalah adanya
serangan hama dan penyakit. Tanaman jeruk dapat diserang oleh hama dan
penyakit mulai dari fase pembibitan sampai tanaman berproduksi (dewasa). Dari sisi
fenologi tanaman, hama dan penyakit tersebut menyerang tanaman jeruk mulai fase
dorman, tunas (flush), bunga, dan buah. Bahkan Organisme Pengganggu Tanaman
(OPT) tersebut dapat menyerang hingga pada simpanan.

Pengendalian terhadap OPT tersebut harus dilakukan untuk menekan kerusakan


dan kerugian yang ditimbulkan. Strategi pengendalian yang tepat perlu dilakukan
baik pada pembibitan maupun tanaman dewasa dengan tujuan untuk menekan
tingkat serangan OPT. Komponen pengendalian yang diterapkan perlu
mempertimbangkan tingkat keamanan terhadap lingkungan dan konsumen
semaksimal mungkin.

Untuk itu, strategi pengendalian yang diterapkan harus mempertimbangkan :


1. Tingkat bahaya/status OPT
2. Hubungan fenologi tanaman dengan dinamika serangan OPT
3. Kondisi cuaca (makro dan mikro)
4. Komponen teknologi pengendalian yang diramu dalam suatu paket teknologi
secara terpadu, Kondisi SDM dan sosial budaya.

81
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Guna mendukung penerapan pengendalian terhadap OPT jeruk tersebut diperlukan


beberapa informasi penting, yaitu :
1. Pengenalan dan identifikasi OPT
2. Biologi, perilaku, dan ekologi OPT
3. Ambang kendali
4. Teknik monitoring
5. Teknik pengendalian.

STATUS ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN JERUK

Organisme pengganggu pada tanaman jeruk dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
Hama, meliputi Diaphorina citri, Aphid (Toxoptera citricidus dan T. aurantii),
ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella), tungau (Panonychus citri,
Tetranychus urticae, Phyllocoptruta oleivera ), Thrips, kutu sisik
(Lepidosaphes beckii, Unaspis citri), kutu dompolan (Planococcus citri),
penggerek buah (Prays sp, Citripestis sagitiferella), lalat buah, Kepik jeruk
berduri (Rhynchocorus paseidoon).
Penyakit, meliputi CVPD, Tristeza, kanker (Xanthomonas campestris), kudis
(Sphaceloma fawcetti), embun tepung (Oidium sp), busuk akar (Phytophthora
sp), beldok (Botryodiplodia theobrome), embun jelaga, Greysa.
Vektor, meliputi D. citri (vektor CVPD), aphid (vektor Tristeza)

Permasalahan utama, terkait dengan OPT, pada tanaman jeruk yang menjadi
perhatian utama adalah serangan penyakit CVPD yang telah menyebabkan
hancurnya daerah-daerah sentra produksi. Selain penyakit CVPD, status OPT
diberbagai wilayah pertanaman jeruk bervariasi.

Kemungkinan beberapa OPT tertentu menjadi masalah utama di wilayah tertentu


tetapi tidak menjadi masalah di wilayah lain. Dengan demikian penetapan status OPT
tersebut harus dilakukan secara spesifik lokasi/wilayah dan bisa tidak sama antar
wilayah/daerah. Namun berdasarkan pola perkembangan yang ada pada akhir-akhir
ini, beberapa OPT yang perlu diwaspadai di seluruh areal pertanaman jeruk adalah
serangan penggerek buah, tungau, kutu dompolan, Thrips, lalat buah.

Walaupun kadang-kadang populasinya masih belum terlalu tinggi, tapi harus


dimonitor secara ketat karena bila serangan mencapai tingkat membahayakan akan
sulit dikendalikan. Untuk OPT tertentu perlu diwaspadai pada wilayah/areal tertentu
yang memiliki karakter spesifik, sebagai contoh Phythophthora sp di lahan pasang
surut atau lahan dengan drainase/aerasi buruk, kutu sisik dan jamur greysa untuk
wilayah dengan kelembaban tinggi.

MONITORING HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN JERUK

Monitoring merupakan salah satu kegiatan penting dan pertama yang harus
dilakukan dalam konsep pengendalian hama secara terpadu. Pada kegiatan
monitoring akan diperoleh informasi saat serangan suatu OPT, jenis OPT yang ada,
dan dinamika serangan OPT terkait dengan fenologi tanaman dan kondisi
lingkungan. Terkait dengan status OPT pada suatu wilayah pertanaman jeruk, hasil
monitoring dapat memberikan gambaran jenis-jenis OPT yang perlu mendapat
perhatian utama (klasifikasi) dikarenakan tingkat serangannya yang tinggi,
keberadaan dalam kurun waktu tertentu yang stabil, dan pola sebaran/epidemi yang
cepat. Hasil klasifikasi ini selanjutnya dapat pula digunakan untuk memprediksi dan
mengevaluasi permasalahan OPT potensial.

82
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Tabel Teknik Monitoring Hama dan Penyakit pada Tanaman Jeruk

No Jenis OPT Bagian Saat pengamatan Alat yang Ambang ekonomi


tanaman yang digunakan
diamati
1. Diaphorina citri Tunas, daun Fase tunas, daun Loupe, yellow trap 1 ekor/kebun
muda, ketiak muda, daun tua
daun
2. Aphid Tunas, daun Fase tunas, daun Mata telanjang 5-12 ekor/daun
muda muda
3. Ulat peliang daun Tunas, daun Fase tunas, daunMata telanjang 0,7 ekor/daun
muda muda
4. Tungau Daun muda, Semua faseLoupe 10-20 ekor/daun
daun tua, buah pertumbuhan
5. Thrips Tunas, bunga, Fase tunas, bunga,Loupe, yellow trap 5-10% daun
buah muda buah 2-3% buah
6. Kutu sisik Tangkai, daun, Semua faseMata telanjang -
buah, batang pertumbuhan
7. Kutu dompolan Tangkai buah,Semua faseMata telanjang 50-60 ekor/tanaman
buah, daun pertumbuhan dengan luas serangan
10-15%
8. Prays sp Bunga, buah Fase bunga, buah Mata telanjang -
muda
9. C. sagitiferella Buah Fase buah Loupe, mata 4-6 buah/tanaman
telanjang
10. Lalat buah Buah Fase buah Loupe, mata -
telanjang, metil
eugenol
11. CVPD Tunas, daunSemua faseIndeksing 1 tanaman/kebun
muda, daun tua,pertumbuhan
buah
12. Tristeza Tunas, daunFase tunas, daunIndeksing 1 tanaman/kebun
muda, batang muda
13. Penyakit kanker Tunas, daun,Semua faseMata telanjang -
buah pertumbuhan
14. Penyakit kudis Daun, buah, Semua fase Mata telanjang -
tangkai pertumbuhan
15. Embun tepung Tunas, daun Fase tunas, daun Mata telanjang Luas serangan 10-15%
muda, buah muda, buah
16. Diplodia Cabang dan Saat pera-lihan Mata telanjang 1 tanaman/kebun
batang musim hujan dan
kemarau
17. Phythophthora sp Akar Semua fase Mata telanjang 1 tanaman/kebun
pertumbuhan

Hasil dari kegiatan monitoring ini diharapkan mampu menjawab beberapa hal, yaitu :

1. Jenis OPT yang dikatagorikan sebagai OPT utama dan potensial


2. Saat kritis tanaman dimana OPT tersebut membahayakan
3. Saat kritis tanaman pada suatu periode waktu tertentu
4. Keterkaitan kondisi cuaca dalam mendukung perkembangan OPT
5. Teknik pengendalian yang diperlukan.

83
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

STRATEGI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JERUK.

Seperti disebutkan di atas bahwa strategi pengendalian OPT jeruk diarahkan pada
penerapan paket pengendalian secara terpadu. Di dalam konsep ini penggunaan
pestisida bukan merupakan satu-satunya teknologi pengendalian, melainkan sebagai
alternatif ketika teknologi lain tidak mampu menekan tingkat serangan OPT. Alternatif
teknologi pengendalian selain pestisida harus dioptimalkan sebagai satu kesatuan
paket yang kompatibel sehingga penggunaan pestisida dapat dikurangi. Teknologi
pengendalian tersebut meliputi pengendalian secara mekanis, hayati, kultur teknis,
tanaman resisten, dan manipulasi ekologi kimia.

Pada fase bibit, tanaman jeruk merupakan tanaman yang rentan terhadap serangan
OPT. Adanya serangan OPT dengan cepat dapat menurunkan kualitas bibit sehingga
tidak disukai oleh konsumen. OPT yang sering menyerang pembibitan jeruk adalah
tungau, thrips, kudis, ulat peliang daun, aphid, kutu sisik, dan busuk tunas. Kesemua
OPT tersebut secara nyata menyebabkan kualitas bibit menurun. Untuk itu maka
strategi pengendalian yang diterapkan adalah melakukan pencegahan serangan
OPT dengan tingkat toleransi terhadap OPT rendah. Dengan demikian tumpuan
teknologi pengendalian adalah dengan menggunakan pestisida secara selektif
dengan interval aplikasi yang tidak terlalu pendek (3-4 minggu sekali). Pada fase
tanaman dewasa, teknologi pengendalian yang diterapkan lebih diarahkan pada
teknologi yang memiliki sifat aman bagi lingkungan dan konsumen. Aplikasi Pestisida
dilakukan bila teknologi tersebut tidak mampu menekan perkembangan OPT atau
bila intensitas serangan OPT melebihi ambang toleransi.

Alternatif teknologi pengendalian tersebut meliputi :


Mekanis, diantaranya adalah membunuh hama yang ditemukan secara
mekanis, memangkas bagian tanaman terserang, membungkus bagian
tanaman yang menjadi target serangan OPT, melakukan sanitasi.
Hayati, dengan cara memanfaatkan musuh alami yang efektif. Pada cara ini
yang perlu dikuasai adalah teknik perbanyakan massal musuh alami tersebut
baik untuk parasitoid/predator maupun entomopatogen.
Fisis, melakukan manipulasi lingkungan sehingga kondisi mikroklima tidak
cocok bagi perkembangan OPT, misalnya dengan cara mengatur jarak
tanam, melakukan pemangkasan, perlakuan solarisasi.
Kultur Teknis, merupakan pengaturan pola budidaya sehingga kondisi
lingkungan pertanaman menjadi kurang cocok bagi perkembangan OPT.
Sebagai contoh adalah penerapan sistem tumpangsari, pergiliran tanaman,
penataan jarak tanam.
Penggunaan Tanaman Resisten, dilakukan dengan cara menanam varietas
yang tahan terhadap serangan OPT tertentu.
Manipulasi Ekologi Kimia, merupakan teknologi untuk mengurangi kecepatan
kolonisasi OPT pada lokasi pertanaman. Prinsip kerjasanya adalah dengan
mengurangi kemungkinan terjadinya perkawinan sehingga jumlah
keturunannya sedikit atau mencegah kehadiran OPT pada areal pertanaman.
Teknologi ini untuk sementara baru bisa diterapkan untuk pengendalian
hama.

V. TIPE PROSES YANG DISARANKAN

Jika kita melihat Pohon Industri dari buah Jeruk, ada sekitar 24 (dua puluh empat)
produk yang bisa dihasilkan dari komoditi tersebut. Hal ini mencerminkan bahwa

84
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

komoditi jeruk memiliki angka Product Variety yang cukup tinggi dibandingkan
dengan komoditi-komoditi lainnya.

Dengan melihat tingginya angka Product Variety tersebut, maka tipe proses yang
disarankan untuk komoditi jeruk adalah tipe Group Process, dikarenakan tipe
Group Process sangat cocok untuk proses industri yang menghasilkan banyak
variasi produk.

Kita dapat juga menerapkan Process Focused Strategy untuk meningkatkan


produktifitas olahan komoditi jeruk tersebut, karena strategi ini sangat membantu
dalam menghasilkan output berbagai macam variasi produk.

85
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

KAKAO
(Theobroma cacao L)
Oleh Epi Ratri Zuwita

I. PROFIL KOMODITAS

A. Klasifikasi

Kakao atau cokelat mempunyai nama latin Theobroma cacao L. dengan klasifikasi
sebagai berikut :

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)


Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Dilleniidae
Ordo: Malvales
Famili: Sterculiaceae
Genus: Theobroma
Spesies: Theobroma cacao L.

Tanaman kakao yang ditanam di perkebunan pada umumnya adalah kakao jenis
Forastero (bulk cocoa atau kakao lindak), Criolo (fine cocoa atau kakao mulia), dan
hibrida (hasil persilangan antara jenis Forastero dan Criolo). Pada perkebunan
perkebunan besar biasanya kakao yang dibudidayakan adalah jenis.

B. Profil Singkat

Cokelat atau kakao merupakan tanaman perkebunan/industri berupa pohon yang dikenal di
Indonesia sejak tahun 1560, namun baru menjadi komoditi yang penting sejak tahun 1951.
Pemerintah Indonesia mulai menaruh perhatian dan mendukung industri kakao pada tahun
1975, setelah PTP VI berhasil menaikan produksi kakao per hektar melalui penggunaan bibit
unggul Upper Amazon Interclonal Hybrid, yang merupakan hasil persilangan antar klon dan
sabah. Tanaman tropis tahunan ini berasal dari Amerika Selatan. Penduduk Maya dan Aztec di
Amerika Selatan dipercaya sebagai perintis pengguna kakao dalam makanan dan minuman.
Sampai pertengahan abad ke XVI, selain bangsa di Amerika Selatan, hanya bangsa Spanyol
yang mengenal tanaman kakao. Dari Amerika Selatan tanaman ini menyebar ke Amerika
Utara, Afrika dan Asia.

Biji kakao merupakan salah satu komoditi perdagangan yang mempunyai peluang
untuk dikembangkan dalam rangka usaha memperbesar/meningkatkan devisa
negara serta penghasilan petani kakao. Produksi biji kakao Indonesia secara
signifikan terus meningkat, namun mutu yang dihasilkan sangat rendah dan
beragam, antara lain kurang terfermentasi, tidak cukup kering, ukuran biji tidak
seragam, kadar kulit tinggi, keasaman tinggi, cita rasa sangat beragam dan tidak
konsisten. Hal tersebut tercermin dari harga biji kakao Indonesia yang relatif rendah
dan dikenakan potongan harga dibandingkan dengan harga produk sama dari
negara produsen lain. Namun di sisi lain kakao Indonesia juga mempunyai
keunggulan yaitu mengandung lemak coklat dan dapat menghasilkan bubuk kakao
dengan mutu yang baik.

86
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

C. Penggunaan Komoditi Kakao

Biji bentuk bubuk ini banyak dipakai sebagai bahan untuk


membuat berbagai macam produk makanan dan minuman,
seperti susu, selai, roti, dan lainlain. Buah cokelat yang
tanpa biji dapat difermentasi untuk dijadikan pakan ternak.

Buah cokelat bisa dipanen apabila terjadi perubahan warna kulit pada buah yang
telah matang. Sejak fase pembuahan sampai menjadi buah dan matang, cokelat
memerlukan waktu sekitar 5 bulan. Buah matang dicirikan oleh perubahan warna
kulit buah dan biji yang lepas dari kulit bagian dalam. Bila buah diguncang, biji
biasanya berbunyi. Ketelatan waktu panen akan berakibat pada berkecambahnya
biji di dalam.

Terdapat tiga perubahan warna kulit pada buah cokelat yang menjadi kriteria
kelas kematangan buah di kebun kebun yang mengusahakan cokelat. Secara
umum kriteria tersebut tersaji padaTabel 1.

Tabel 1. Perubahan Warna Dan Pengelompokan Kelas Kematangan Buah

Perubahan Bagian Kulit Buah yang Mengalami Kelas Kematangan


Warna Perubahan Warna Buah

Kuning Pada alur buah C

Kuning Pada alur buah dan punggung alur buah B

Kuning Pada seluruh permukaan buah A

Kuning tua Pada seluruh permukaan buah A+

Biji buah coklat/kakao yang telah difermentasi dijadikan serbuk yang disebut sebagai
coklat bubuk. Coklat ini dipakai sebagai bahan untuk membuat berbagai macam
produk makanan dan minuman. Buah coklat/kakao tanpa biji dapat difermentasi
untuk dijadikan pakan ternak. Biji kakao merupakan sumber ekonomi kakao. Dari biji
kakao tersebut, dapat diproduksi empat jenis produk kakao setengah jadi yaitu:
cocoa liquor, cocoa butter, cocoa cake and cocoa powder dan cokelat. Walaupun
pasar untuk cokelat merupakan konsumen terbesar dari biji kakao, produk kakao
setengah jadi seperti cocoa powder dan cocoa butter, namun dapat juga digunakan
untuk keperluan lain.

Cocoa powder umumnya digunakan sebagai penambah citarasa pada biscuit, ice
cream, minuman susu dan kue. Sebagian lagi juga digunakan sebagai pelapis
permen atau manisan yang dibekukan. Cocoa powder juga dikonsumsi oleh industri
minuman seperti susu cokelat. Selain untuk pembuatan cokelat dan permen, cocoa
butter juga dapat digunakan pembuatan rokok, sabun dan kosmetika. Secara
tradisional juga dapat menyembuhkan luka bakar, batuk, bibir kering, demam,
malaria, rematik, digigit ular dan luka. Juga dapat digunakan sebagai antiseptik dan
diuretic.

D. Permasalahan Komoditas Kakao Indonesia

87
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Beberapa permasalahan yang dihadapi komoditas ini antara lain masih rendahnya
produktivitas komoditas kakao yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :

1. Penggunaan benih asalan, belum banyak digunakan benih klonal,


2. Masih tingginya serangan hama PBK (penggerek buah kakao), hingga saat ini
belum ditemukan klon kakao yang tahan terhadap hama PBK,
3. Sebagian besar perkebunan berupa perkebunan rakyat yang dikelola masih
dengan cara tradisional
4. umur tanaman kakao sebagian besar sudah tua, di atas 25 tahun jauh di atas
usia paling produktif 13-19 tahun.
5. Pengelolaan produk kakao masih tradisional (85% biji kakao produksi nasional
tidak difermentasi) sehingga mutu kakao Indonesia dikenal sangat rendah
(berada di kelas 3)

E. Proses Pengolahan Kakao

Proses pengolahan buah kakao menentukan mutu produk akhir kakao, karena dalam
proses ini terjadi pembentukan calon citarasa khas kakao dan pengurangan cita rasa
yang tidak dikehendaki, misalnya rasa pahit dan sepat.

1. Pemeraman Buah.
Pemeraman buah bertujuan, memperoleh keseragaman kematangan buah
serta memudahkan pengeluaran biji dari buah kakao.
Buah dimasukan kedalam keranjang rotan atau sejenisnya disimpan ditempat
yang bersih dengan alas daun daunan dan permukaan tumpukan ditutup
dengan daun-daunan .
Pemeraman dilakukan ditempat yang teduh, serta lamanya sekitar 5-7 hari
(maksimum 7 hari).

2. Pemecahan Buah
Pemecahan atau pembelahan buah kakao dimaksudkan untuk mendapatkan
biji kakao, pemecahan buah kakao harus dilakukan secara hati-hati, agar
tidak melukai atau merusak biji kakao.
Pemecahan buah kakao dapat menggunakan pemukul kayu atau
memukulkan buah satu dengan buah lainnya, harus dihindari kontak
langsung biji kakao dengan benda benda logam, karena dapat
menyebabkan warna biji kakao menjadi kelabu.
Biji kakao dikeluarkan lalu dimasukan dalam ember plastik atau wadah lain
yang bersih, sedang empulur yang melekat pada biji dibuang.

3. Fermentasi
Fermentasi dimaksudkan untuk memudahkan melepas zat lendir dari permukaan
kulit biji dan menghasilkan biji dengan mutu dan aroma yang baik, selain itu
menghasilkan biji yang tahan terhadap hama dan jamur, selama penyimpanan
dan menghasilkan biji dengan warna yang cerah dan bersih.

Ada beberapa cara fermentasi biji kakao yaitu :

a. Fermentasi dengan kotak/peti fermentasi


Biji kakao dimasukkan dalam kotak terbuat dari lembaran papan yang
berukuran panjang 60 cm dengan tinggi 40 cm (kotak dapat menampung
100 kg biji kakao basah) setelah itu kotak ditutup dengan karung goni/daun
pisang.

88
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Pada hari ke 3 (setelah 48 jam) dilakukan pembalikan agar fermentasi biji


merata.
Pada hari ke 6 biji-biji kakao dikeluarkan dari kotak fermentasi dan siap
untuk dijemur.

b. Fermentasi menggunakan keranjang bambu


Keranjang bambu terlebih dahulu dibersihkan dan dialasi dengan daun
pisang baru kemudian biji kakao dimasukan (keranjang dapat menampung
50 kg biji kakao basah)
Setelah biji kakao dimasukan keranjang ditutup dengan daun pisang.
Pada hari ke 3 dilakukan pembalikan biji dan pada hari ke 6 biji-biji
dikeluarkan untuk siap dijemur.

4. Perendaman dan Pencucian.


Tujuan perendaman dan pencucian adalah menghentikan proses fermentasi dan
memperbaiki kenampakan biji. Sebelum pencucian dilakukan perendaman 3
jam untuk meningkatkan jumlah biji bulat dengan kenampakan menarik dan
warna coklat cerah. Pencucian dapat dilakukan secara manual (dengan tangan)
atau menggunakan mesin pencuci. Pencucian yang terlalu bersih sehingga
selaput lendirnya hilang sama sekali, selain menyebabkan kehilangan berat juga
membuat kulit biji menjadi rapuh dan mudah terkelupas. Umumnya biji kakao
yang dicuci adalah jenis edel sedangkan jenis bulk tergantung pada permintaan
pasar.

5. Pengeringan
Pelaksanaan pengeringan dapat dilakukan dengan menjemur, memakai mesin
pengering atau kombinasi keduanya. Pada proses pengeringan terjadi sedikit
fermentasi lanjutan dan kandungan air menurun dari 55- 60 % menjadi 6-7 %,
selain itu terjadi pula perubahan-perubahan kimia untuk menyempurnakan
pembentukan aroma dan warna yang baik.

Suhu pengeringan sebaiknya antara 55-66 c dan waktu yang dibutuhkan bila
memakai mesin pengering antara 20-25 jam, sedang bila dijemur waktu yang
dibutuhkan 7 hari apabila cuaca baik,tetapi apabila banyak hujan penjemuran
4 minggu. Bila biji kurang kering pada kandungan air di atas 8% biji mudah
ditumbuhi jamur.

6. Sortasi Biji.
Sortasi Biji Kakao Kering dimaksudkan untuk memisahkan antara biji baik dan
cacat berupa biji pecah, kotoran atau benda asing lainya seperti batu, kulit dan
daun-daunan. Sortasi dilakukan setelah 1-2 hari dikeringkan agar kadar air
seimbang, sehingga biji tidak terlalu rapuh dan tidak mudah rusak, sortasi
dilakukan dengan menggunakan ayakan yang dapat memisahkan biji kakao
dengan kotoran-kotoran.

7. Pengemasan dan Penyimpanan Biji


Biji kakao dikemas dengan baik didalam wadah bersih dan kuat, biasanya
menggunakan karung goni dan tidak dianjurkan menggunakan karung plastik.
Biji kakao tidak disimpan dalam satu tempat dengan produk pertanian lainnya
yang berbau keras, karena biji kakao dapat menyerap bau-bauan tersebut.
Biji kakao jangan disimpan di atas para-para dapur karena dapat
mengakibatkan biji kakao berbau asap.
Biji kakao disimpan dalam ruangan, dengan kelembaban tidak melebihi 75 %
ventilasi cukup dan bersih.

89
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

II. POHON INDUSTRI

Produk olahan dari biji kakao yang bisa dihasilkan antara lain pasta, lemak, dan
bubuk cokelat. Produk ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku pada industri
makanan, farmasi, dan kosmetika.
Pasta cokelat atau cocoa mass atau cocoa paste dibuat dari biji kakao kering melalui
beberapa tahapan proses sehingga biji kakao yang semula padat menjadi bentuk
cair atau semi cair. Pasta cokelat dapat diproses lebih lanjut menjadi lemak dan
bubuk cokelat yang merupakan bahan baku pembuatan produk makanan dan
minuman cokelat .
Lemak cokelat atau cocoa fat atau cocoa butter merupakan lemak nabati alami yang
mempunyai sifat unik, yaitu tetap cair pada suhu di bawah titik bekunya. Lemak
cokelat dikeluarkan dari pasta cokelat dengan cara dikempa atau dipres. Pasta
kakao dimasukkan ke dalam alat kempa hidrolis yang memiliki dinding silinder yang
diberi lubang-lubang sebagai penyaring. Cairan lemak akan keluar melewati lubang-
lubang tersebut, sedangkan bungkil cokelat sebagai hasil sampingnya akan tertahan
di dalam silinder.
Lemak cokelat mempunyai warna putih kekuningan dan berbau khas cokelat. Lemak
cokelat mempunyai tingkat kekerasan yang berbeda pada suhu kamar, tergantung
asal dan tempat tumbuh tanamannya. Lemak cokelat dari Indonesia, khususnya
Sulawesi memiliki tingkat kekerasan lebih tinggi bila dibandingkan lemak cokelat dari
Afrika Barat; dan sifat ini sangat disukai oleh pabrik makanan cokelat karena produk
menjadi tidak mudah meleleh saat didistribusikan ke konsumen.

90
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Bubuk cokelat atau cocoa powder diperoleh melalui proses penghalusan bungkil
(cocoa cake) hasil pengempaan. Untuk memperoleh ukuran yang seragam, setelah
penghalusan perlu dilakukan pengayakan. Bubuk cokelat relatif sulit dihaluskan
dibandingkan bubuk/tepung dari biji-bijian lain karena adanya kandungan lemak.
Lemak yang tersisa di dalam bubuk mudah meleleh akibat panas gesekan pada saat
dihaluskan sehingga menyebabkan komponen alat penghalus bekerja tidak optimal.
Pada suhu yang lebih rendah dari 34C, lemak menjadi tidak stabil menyebabkan
bubuk menggumpal dan membentuk bongkahan (lump).

III. RENDEMEN
Dalam pengolahan biji kakao menjadi produk setengah jadi cokelat terjadi
penyusutan bobot pada setiap tahapan sehingga didapatkan rendemen hasil dari
masing-masing produk pasta, lemak, dan bubuk. Rendemen hasil olahan biji kakao
menjadi produk setengah jadi untuk setiap tahapan proses dapat dilihat pada
Gambar 1.

Gambar 1. Rendemen Hasil Olahan Biji Kakao Menjadi Produk Setengah Jadi
(Kapasitas 10 Kg Biji Kakao Kering)

Biji kakao kering yang dipergunakan untuk pengolahan produk setengah jadi cokelat
sekitar 10 kg. Dari 10,13 kg biji kakao kering yang disangrai, diperoleh 9,77 kg biji

91
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

kakao sangrai. Biji kakao sangrai kemudian dipisahkan antara bagian daging biji (nib)
dengan kulitnya menggunakan mesin pengupas kulit (desheller). Pecahan-pecahan
nib yang diperoleh sebanyak 7,83 kg (sekitar 77,33% dari berat biji kakao kering) dan
bagian ini yang akan digunakan untuk proses pengolahan produk cokelat
selanjutnya; Kadar kulit ari yang dapat memenuhi spesifikasi mutu biji kakao sebagai
bahan baku produk cokelat adalah 12-13%; atau dengan kata lain, kadar nib yang
memenuhi spesifikasi adalah 87-88%.
Sebagai bahan baku makanan/minuman cokelat, pecahan nib harus dihancurkan
sampai ukuran tertentu menjadi cairan kental yang disebut pasta. Pasta cokelat yang
dapat dihasilkan dari 7,83 kg nib adalah sebanyak 7,80 kg (sekitar 77,00% dari berat
biji kakao kering). Dari pasta cokelat dapat diproses lebih lanjut untuk mengeluarkan
lemak cokelat, yaitu dengan cara pengempaan atau pengepresan dengan hasil
samping berupa bungkil cokelat yang dapat diolah lebih lanjut menjadi bubuk
cokelat.

Dari 7,80 kg pasta cokelat dapat dihasilkan lemak cokelat sebanyak 3,06 liter atau
2,45 kg (sekitar 24,21% dari berat biji kakao kering atau 31,44% dari berat pasta)
dan 5,00 kg bungkil cokelat. Dari proses penghalusan dan pengayakan bungkil,
didapatkan bubuk cokelat halus sebanyak 4,77 kg (sekitar 47,05% dari berat biji
kakao kering atau 61,11% dari berat pasta.
Rendemen lemak yang diperoleh dari proses pengempaan sangat dipengaruhi oleh
suhu pasta, kadar air pasta, kadar protein pasta, ukuran partikel pasta, tekanan
kempa, dan lama waktu pengempaan (Mulato et al., 2002). Umumnya, dengan
keadaan yang ideal, lemak cokelat yang bisa didapatkan dari proses pengempaan
adalah 475-525 ml per kg pasta cokelat yang dipres atau sekitar 48% dari berat
pasta dengan hasil samping (52%) berupa bungkil.
Proporsi rendemen hasil olahan kakao menjadi produk setengah jadi seperti disebut
di atas tidak selalu tetap dan akan berubah tergantung pada spesifikasi biji kakao,
seperti kadar air, kadar lemak, dan kadar kulit biji kakao sebagai bahan baku produk.

IV. FAKTOR KRITIS

Proses menghasilkan biji kakao yang baik dimulai dari tahapan paling awal,
perkebunan kakao. Buah kakao yang diproduksi dari bibit unggul bersertifikat dan
kebun yang terawat merupakan jaminan awal dari kualitas komoditas ini. Dari aspek
pasca panen, kualitas prima biji kakao ditentukan dari tiga aspek, buah kakao yang
sehat, fermentasi yang sukses, serta pengeringan yang cepat dan tepat.

Biji kakao yang masih terselubung pulp umumnya difermentasi secara spontan
selama kurang lebih satu minggu, baik di dalam box ataupun di atas terpal. Proses
fermentasi dimulai dengan pertumbuhan kamir penghasil etanol seperti S. cerevisiae
dan Kloeckera sp. Etanol merupakan sumber makanan prima untuk golongan bakteri
penghasil asam cuka, Acetobacter, yang mendominasi tahapan fermentasi
selanjutnya. Tahapan ini ditandai dengan peningkatan suhu, dimana kombinasi suhu
hangat dan kosentrasi asam cuka yang tinggi akan mematikan lembaga kakao.
Aroma kakao terbentuk sebagai akibat pemecahan komponen-komponen kompleks
dengan bantuan enzim-enzim hasil sekresi banyak spesies bakteri dan kamir.
Menjelang akhir proses fermentasi, bakteri penghasil spora dan jamur berfilamen
(kapang) sering terlihat muncul dan pada umumnya tidak disukai, karena beberapa
di antaranya dapat memproduksi toksin.

92
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Titik kritis fermentasi adalah pada flora awal yang diusahakan sedapat mungkin
minim cemaran bakteri patogen dan jamur penghasil toksin. Fermentasi induktif
dengan bantuan kultur campuran sangat dianjurkan untuk menghasilkan produk
yang cenderung seragam serta menurunkan jumlah mikroorganisme yang tidak
diinginkan. Fermentasi yang sukses ditandai dengan warna di dalam biji kakao yang
berubah dari ungu menjadi coklat, memiliki aroma kakao yang khas, serta biji tampak
bersih dan tidak lengket. Setelah proses fermentasi usai, biji kakao dicuci setengah
bersih untuk membuang spora-spora bakteri dan jamur yang berada di permukaan.
Pencucian setengah bersih akan mereduksi jumlah mikroorganisme sampai pada
jumlah yang dianggap masih cukup untuk membantu pembentukan aroma selama
proses pengeringan.

Pengeringan biji kakao yang paling baik adalah di bawah suhu 60C dengan mesin
pengering atau di bawah terik sinar matahari. Pengeringan harus berlangsung cukup
cepat untuk mencegah pertumbuhan jamur dan bakteri penghasil spora. Spora jamur
dan bakteri yang sudah ada tidak akan mati pada proses-proses pengolahan biji
kakao selanjutnya. Titik kritis pengeringan adalah pada suhu pengeringan yang
tidak melebihi 60C, lama waktu pengeringan yang tidak melebihi tiga hari jika di
bawah terik sinar matahari atau 18-24 jam jika menggunakan mesin pengering, serta
kadar air akhir produk sekitar 6-8%.

Biji kakao bersifat sangat higroskopis (menyerap uap air), sehingga proses
pengarungan dan penyimpanan yang tepat di tingkat petani, pengumpul dan
pedagang besar menjadi penting. Biji kakao perlu dijaga dari lingkungan yang
lembab dan sedapat mungkin dengan cepat diolah menjadi produk bubuk ataupun
cocoa butter. Titik kritis kadar air yang disarankan untuk mencegah proliferasi jamur
dan bakteri patogen pada biji kakao kering adalah 6-8%. Untuk mencegah
kelembaban yang tinggi dan kontaminasi, karung yang digunakan harus bersih,
bukan merupakan bekas pestisida atau pupuk, dan memiliki pori-pori untuk keluar
masuk udara.

Titik kritis penyimpanan kakao di gudang sebaiknya tidak lebih dari 6 bulan, dan
setiap bulan harus di[periksa untuk melihat ada tidaknya jamur atau hama yang
menyerang. Penyakit yang sering ditemukan dalam budidaya kakao, yaitu penyakit
jamur upas dan jamur akar. Penyakit tersebut disebabkan oleh jamur Oncobasidium
thebromae. Selain itu, juga sering dijumpai penyakit busuk buah yang disebabkan
oleh Phytoptera sp.

V. REKOMENDASI PROSES PRODUKSI

Untuk menghasilkan coklat yang baik, maka langkah yang paling penting adalah
seleksi biji serta menangani biji kakao sesuai standar (fermentasi). Biji kakao
berkualitas adalah biji yang sudah difermentasi dan sesuai Standar Nasional
Indonesia (SNI) dinilai dari ukuran biji, sebagai berikut :
1. Kadar air sekitar 6%-7%
2. Jumlah biji per 100 gram :
a. kelas AA 85 biji
b. kelas A 100 biji
c. kelas B 120 biji
d. kelas C 120 biji
e. Kelas S > 120 biji
3. Kadar kulit 11%-13% atau setelah dilakukan pemisahan biji dengan kulit ari, berat
kulit ari sebesar 11%-13% dari berat biji setelah disangrai.

93
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

SNI ini sangat penting sebagai acuan petani untuk dapat menghasilkan biji kakao
yang berkualitas dan sesuai tuntutan pasar. Disamping itu, ukuran biji sangat
penting, dan berpengaruh pada pengoperasian mesin pengolahan. Dengan ukuran
biji yang standar, maka pengolahan akan dapat berjalan baik, efektif dan efisien serta
tidak banyak terjadi loses (kehilangan).

REFERENSI

http://afandypoltek.wordpress.com/2008/04/24/sop-produk-olahan-kakao/

http://www.foodreview.biz/preview.php?view&id=55838

http://regionalinvestment.com/sipid/id/userfiles/komoditi/3/kakao_profilsingkat.pdf

http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/2007/TPH/pengaruhfermentasi.doc

http://www.indonesianmissioneu.org/website/netcontent_docs

http://www.kadin-indonesia.or.id

94
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

KAMBING TERNAK
(Capra aegagrus hircus)

Oleh: Endang Kristiani

I. PROFIL KOMODITI

Kambing berbeda dengan domba karena masih banyak orang yang keliru
membedakan kambing dan domba. Yang kita tahu, paling, rasa sate kambing lebih
lezat dibanding sate domba. Meskipun sama-sama small ruminants namun memiliki
perbedaan yang mencolok.

Domba Kambing
1. Merupakan binatang yang sangat 1. Kambing itu makhluk soliter
senang berkelompok. 2. Ekornya tegak ke atas dan
2. Ekor menggantung ke bawah pendek
3. Kalau sedang birahi, ekor akan 3. Birahi maupun tidak ekornya tetap
tegang mengangkat ke atas ke atas
4. Apabila sakit ekor terkadang diantara 4. Memiliki tingkat adaptasi yang
kedua paha tinggi
5. Memiliki rambut tebal yang bernama 5. Kambing yang senang
wool, digunakan untuk melindungi meranggas (memakan ramban,
tubuhnya dari rasa dingin iklim browse, leguminosa, dan tetanaman
subtropis. yang agak lebih tinggi darinya).
6. Cara makan domba adalah 6. Tanduk kambing lebih mengarah
grazing (merumput), ke atas dan melingkar kearah depan.
7. Tanduk domba cenderung 7. Kambing, pada saat birahi/kawin
melingkar ke arah belakang (ke dekat pada pejantannya memiliki kelenjar
tubuh) dan kadangkala ke arah yang menghasilkan bau yang kita
dalam bilang ini merupakan bau khas
kambing

A. Perkembangbiakan

Kambing berkembang biak dengan melahirkan. Kambing bisa melahirkan dua hingga
tiga ekor anak, setelah bunting selama 150 hingga 154 hari. Dewasa kelaminnya
dicapai pada usia empat bulan. Dalam setahun, kambing dapat beranak sampai dua
kali.

B. Jenis-jenis Kambing

Kambing kacang
Kambing kacang adalah ras unggul kambing yang pertama kali dikembangkan di
Indonesia. Badannya kecil. Tinggi gumba pada yang jantan 60 sentimeter hingga 65
sentimeter, sedangkan yang betina 56 sentimeter. Bobot pada yang jantan bisa
mencapai 25 kilogram, sedang yang betina seberat 20 kilogram. Telinganya tegak,
berbulu lurus dan pendek. Baik betina maupun yang jantan memiliki dua tanduk yang
pendek.

Kambing Etawa
Kambing Etawa didatangkan dari India yang disebut kambing Jamnapari. Badannya
besar, tinggi gumba yang jantan 90 sentimeter hingga 127 sentimeter dan yang

95
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

betina hanya mencapai 92 sentimeter. Bobot yang jantan bisa mencapai 91 kilogram,
sedangkan betina hanya mencapai 63 kilogram. Telinganya panjang dan terkulai ke
bawah. Dahi dan hidungnya cembung. Baik jantan maupun betina bertanduk pendek.
Kambing jenis ini mampu menghasilkan susu hingga tiga liter per hari. Keturunan
silangan (hibrida) kambing Etawa dengan kambing lokal dikenal sebagai sebagai
kambing "Peranakan Etawa" atau "PE". Kambing PE berukuran hampir sama dengan
Etawa namun lebih adaptif terhadap lingkungan lokal Indonesia.

Kambing Jawarandu
Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Etawa
dengan kambing Kacang. Kambing ini memliki ciri separuh mirip kambing Etawa dan
separuh lagi mirip kambing Kacang. Kambing ini dapat menghasilkan susu sebanyak
1,5 liter per hari.

Kambing Saenen
Kambing Saenen berasal dari Saenen, Swiss. Baik kambing jantan maupun
betinanya tidak memliki tanduk. Warna bulunya putih atau krem pucat. Hidung,
telinga dan kambingnya berwarna belang hitam. Dahinya lebar, sedangkan
telinganya berukuran sedang dan tegak. Kambing ini merupakan jenis kambing
penghasil susu.

C. Kebutuhan Pasar Meningkat

Bila melihat potensi kebutuhan daging hewan ternak ini yang pada tiap tahunnya
kurang lebih sekitar 5,6 juta ekor untuk kebutuhan ibadah kurban saja, dan belum
termasuk kebutuhan pasokan untuk aqiqah, industri restoran sampai dengan warung
sate kaki lima yang membutuhkan 2 3 ekor tiap harinya, pertumbuhan populasi
kambing adalah belum sebanding dengan angka permintaan yang terus meningkat.

D. Budidaya Ternak Kambing

1. Keluaran : Ternak kambing produksi optimal


2. Bahan : Kambing, pakan, peralatan konstruksi kandang, lahan
3. Alat : Tempat pakan/minum
4. Pedoman Teknis :
a. Jenis kambing asli di Indonesia adalah kambing kacang dan kambing
peranakan etawa (PE)
b. Memilih bibit
Pemilihan bibit diperlukan untuk menghasilkan keturunan yang lebih baik.
Pemilihan calon bibit dianjurkan di daerah setempat, bebas dari penyakit
dengan phenotype baik.
c. Calon induk
Umur berkisar antara > 12 bulan, (2 buah gigi seri tetap), tingkat
kesuburan reproduksi sedang, sifat keindukan baik, tubuh tidak cacat,
berasal dari keturunan kembar (kembar dua), jumlah puting dua buah dan
berat badan > 20 kg.
a. Calon pejantan
Pejantan mempunyai penampilan bagus dan besar, umur > 1,5 tahun,
(gigi seri tetap), keturunan kembar, mempunyai nafsu kawin besar, sehat
dan tidak cacat.
5. Pakan
a. Ternak kambing menyukai macam-macam daun-daunan sebagai pakan
dasar dan pakan tambahan (konsentrat).
b. Pakan tambahan dapat disusun dari (bungkil kalapa, bungkil kedelai),
dedak, tepung ikan ditambah mineral dan vitamin.

96
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

c. Pakan dasar umumnya adalah rumput kayangan, daun lamtoro, gamal,


daun nangka, dsb.
d. Pemberian hijauan sebaiknya mencapai 3 % berat badan (dasar bahan
kering) atau 10 - 15 % berat badan (dasar bahan segar)
6. Pemberian pakan induk
Selain campuran hijauan, pakan tambahan perlu diberikan saat bunting tua
dan baru melahirkan, sekitar 1 1/2 % berat badan dengan kandungan protein
16 %.
7. Kandang
Pada prinsipnya bentuk, bahan dan konstruksi kandang kambing berukuran 1
1/2 m untuk induk secara individu. Pejantan dipisahkan dengan ukuran
kandang 2 m, sedang anak lepas sapih disatukan (umur 3 bulan) dengan
ukuran 1 m/ekor. tinggi penyekat 1 1/2 - 2 X tinggi ternak.
8. Pencegahan penyakit : sebelum ternak dikandangkan, kambing harus
dibebaskan dari parasit internal dengan pemberian obat cacing, dan parasit
eksternal dengan dimandikan.

E. Standar Mutu

1. Bibit
Pemilihan bibit harus disesuaikan dengan tujuan dari usaha, apakah untuk
pedaging, atau perah (misalnya: kambing kacang untuk produksi daging,
kambing etawah untuk produksi susu, dll). Secara umum ciri bibit yang baik
adalah yang berbadan sehat, tidak cacat, bulu bersih dan mengkilat, daya
adaptasi tinggi terhadap lingkungan.

2. Makanan
Jenis dan cara pemberiannya disesuaikan dengan umur dan kondisi ternak.
Pakan yang diberikan harus cukup protein, karbohidrat, vitamin dan mineral,
mudah dicerna, tidak beracun dan disukai ternak, murah dan mudah
diperoleh. Pada dasarnya ada dua macam makanan, yaitu hijauan (berbagai
jenis rumput) dan makan
tambahan (berasal dari
kacang-kacangan, tepung
ikan, bungkil kelapa, vitamin
dan mineral).

3. Tata Laksana
a. Kandang harus segar
(ventilasi baik, cukup
cahaya matahari, bersih,
dan minimal berjarak 5
meter dari rumah).
Ukuran kandang yang
biasa digunakan adalah :
Kandang beranak : 120 cm
x 120 cm /ekor
Kandang induk : 100 cm x 125 cm /ekor
Kandang anak : 100 cm x 125 cm /ekor
Kandang pejantan : 110 cm x 125 cm /ekor
Kandang dara/dewasa : 100 cm x 125 cm /ekor

b. Pengendalian Penyakit

97
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Hendaknya ditekankan pada pencegahan penyakit melalui


sanitasi kandang yang baik, makanan yang cukup gizi dan vaksinasi.
Penyakit yang sering menyerang kambing adalah: cacingan,
kudis (scabies), kembung perut (bloat), paru-paru (pneumonia), orf, dan
koksidiosis.

c. Pasca Panen
Hendaknya diusahakan untuk selalu meningkatkan nilai
tambah dari produksi ternak, baik daging, susu, kulit, tanduk, maupun
kotorannya. Bila kambing hendak dijual pada saat berat badan tidak
bertambah lagi (umur sekitar 1 - 1,5 tahun), dan diusahakan agar
permintaan akan kambing cukup tinggi.
Harga diperkirakan berdasarkan : berat hidup x (45 sampai
50%) karkas x harga daging eceran.

II. Pohon Industri Kambing/Domba

Kurban/ Akikah
PDB/Devisa Hewan Kurban/ Akikah
Hewan Ekspor
Hidup
Table Food (sate,steak), susu segar

Daging Dendeng,Abon, Sosis, Keju, Youghurt


segar/ susu

Kambing/ Kulit samak* Prod.Fashion


Domba Kulit segar
Kulit domba* Prod.Fashion

Jerohan Table Food


(hati,usus)
Kalsium ** Produk Suplemen
Tulang
Pakan Sumber Kalsium & Phospor
limbah

Kotoran/manure Pupuk organik

Krupuk
Kulit afkir
Kulit samak * Kerajinan tangan/ Souvenir

III. Rendemen

Jenis kambing penghasil daging di Indonesia meliputi kambing kacang, kambing


Benggala dan kambing Etawah. Kambing kacang populasinya lebih besar,
penyebarannya lebih luas namun karkasnya lebih kecil. Kambing Benggala dan
kambing Etawah ukurannya besar, peletakan dagingnya tebal namun populasinya
kecil. Perbedaan hewan kambing dan domba terutama berdasarkan pada

98
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

penampakan dan kondisi tubuh, ukuran dewasa dan pertumbuhan bulunya.


Keragaan dan sifat daging kambing dibedakan dengan daging domba berdasarkan
nilai rendemen, peletakan lemak di dalam rongga perut dan di urat daging, bau dan
kehalusan serat daging, serta kandungan lemak daging.

IV. Potensi Usaha Ternak Kambing

Pengeluaran

a. Bibit
Bibit 1 ekor pejantan = 1 x Rp. 250.000,- Rp. 250.000,-
Bibit 6 ekor betina = 1 x Rp. 200.000,- Rp. 1.200.000,-
Total Rp. 1.450.000,-
b. Kandang Rp. 500.000,-
c. Makanan Rp. 200.000,-
d. Obat-obatan Rp. 100.000,-
Total Pengeluaran Rp. 2.250.000,-

Pemasukan

a. Dari anaknya
Jika setelah 1 tahun, ke 6 produk menghasilkan 2 ekor, jumlah kambing yang
bisa dijual setelah 1 tahun = 12 ekor. Jika harga tiap ekor Rp. 150.000,- maka
dari 12 ekor tersebut akan dihasilkan : 12 x Rp. 150.000,- = Rp. 1.800.000,-
b. Dari induk
Pertambahan berat induk 50 gram per ekor per hari, maka setelah 2 tahun akan
dihasilkan pertambahan berat : 7 x 50 gr x 365 = 127,75 kg. Total daging yang
dapat dijual (7 x 15 kg) + 127,75 kg = 232,75 kg. Pendapatan dari penjualan
daging = 232,75 kg x Rp. 10.000,-=Rp.2.327.500,-
c. Dari kotoran :
Selama 2 tahun bisa menghasilkan 70 karung x Rp. 1.000,- = Rp. 70.000,-

Keuntungan

a. Masuk: Rp.1.800.000+Rp. 2.327.500+Rp. 70.000 = Rp. 4.197.500,-


b. Keluar: Rp.1.450.000+Rp.500.000+Rp.200.000+Rp.100.000 = Rp.
2.250.000
Keuntungan selama 2th : Rp.4.197.500 - Rp. 2.250.000 = Rp. 1.947.500,- atau Rp.
81.145,- per bulan.

Tujuan melakukan investasi agribinis ternak kambing adalah:

a. Meningkatkan manfaat potensi sumberdaya genetik dan sumberdaya yang


ada bagi kesejahteraan peternak dan masyarakat;
b. Menciptakan kebijakan yang tepat dalam merespon perkembangan nasional
yang sangat dinamis;
c. Mengembangkan agribisnis maupun agroindustri kambing/domba dengan
berbasis ketersediaan bahan pakan yang tersedia di pedesaan dan kawasan
pertanian/perkebunan.
d. Meningkatkan pendapatan/devisa negara.

99
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

X. REFERENSI

______ 1997. Brosur Ternak Kambing, Dinas Peternakan, Pemerintah DKI Jakarta,
Jakarta Pusat.

Badan Penelitian & Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian

http://alveoli.wordpress.com

http://www.iptek.net.id

http://pustaka.ut.ac.id

http://www.deptan.go.id.

100
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

KARET
(Hevea braziliensis)

Oleh Syafril

I. PROFIL KOMODITAS

A. Pendahuluan

Cepatnya peningkatan permintaan Karet Alam (Natural Rubber) disebabkan


perluasan perkebunan karet di Negara tropis, seperti ; Thailand, Indonesia . Pada
tingkat yang sangat cepat untuk non-tradisional dan daerah-daerah tidak sesuai
dengan kondisi yang membatasi.

Perkebunan tersebut menghasilkan hasil yang lebih rendah meskipun Pemerintah


lebih banyak perhatiannya pada Budidaya Karet. Hal ini mengakibatkan biaya
produksi lebih tinggi.

Pada saat yang sama, ada peningkatan pesat dalam konsumsi domestik minyak
sawit. Oleh karena itu, tidak mengherankan melihat banyak perkebunan karet beralih
untuk berinvestasi dalam kelapa sawit sekarang..

Komposisi Karet dan Kelapa Sawit dalam teknik pertumbuhannya dapat


dibandingkan sbb ;

Karet Sawit
Faktor Bobot Faktor Bobot
Kedalaman tanah 0,3 Kedalaman Air tanah 0,21
Kedalaman Air tanah 0,3 Tekstur tanah 0,21
Lereng 0,17 Air Drainase 0,21
Air Drainase 0,07 Lereng 0,21
Tekstur tanah 0,07 Kedalaman tanah 0,09
Masa pertumbuhan bagi Pohon 0,07 Defisit air Area 0,05
OC (Organic Carbon) 0,03 OC (Organic Carbon) 0,03
CR = 0,06 CR = 0,02

B. Tanaman Karet

Tanaman karet, yang memiliki nama latin Hevea braziliensis, berasal dari Negara
Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama karet alam dunia. Padahal jauh
sebelum tanaman karet ini dibudidayakan, penduduk asli di berbagai tempat, seperti
Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga
menghasilkan getah. Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman
Castillaelastica (family moraceae).

101
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Sekarang tanaman tersebut kurang dimanfaatkan lagi getahnya karena tanaman


karet telah dikenal secara luas dan banyak dibudidayakan. Sebagai penghasil lateks
tanaman karet dapat dikatakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan secara
besar-besaran (Nazarudin, dkk: 1992). Tanaman karet merupakan pohon yang
tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25
meter.

Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi
diatas. Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya
agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal
dengan nama lateks.

Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai
daun utama 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya
terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun
karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya
rata dan gundul. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji
biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang.

Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-
bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanagaman karet
merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh
tinggi dan besar. Lebih lengkapnya, struktur botani tanaman karet ialah tersusun
sebagai berikut (APP,2008):

Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea braziliensis

C. Teknologi Budidaya Karet

Untuk membangun kebun karet diperlukan manajemen dan teknologi budidaya


tanaman karet yang mencakup, kegiatan sebagai berikut:
Syarat tumbuh tanaman karet
Klon - klon karet rekomendasi
Bahan tanam/bibit
Persiapan tanam dan penanaman
Pemeliharaan tanaman: pengendalian gulma, pemupukan dan pengendalian
penyakit
Penyadapan/panen

1. Syarat Tumbuh Tanaman Karet

Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim


untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya.

a. Iklim
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS
dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga
memulai produksinya juga terlambat.

102
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

b. Curah hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai
4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun.
Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang.

c. Tinggi tempat
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan
ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan
laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan
berkisar antara 25oC sampai 35oC.

d. Angin
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk
penanaman karet

e. Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih
mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini
disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh
tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan
perbaikan sifat fisiknya.

Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik
tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah
vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur,
sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya
secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial
biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya
kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 pH 8,0 tetapi tidak sesuai
pada pH < 3,0 dan > pH 8,0.

Sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan
cadas
Aerase dan drainase cukup
Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm
Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
Reaksi tanah dengan pH 4,5 pH 6,5
Kemiringan tanah < 16% dan
Permukaan air tanah < 100 cm.

2. Jarak Tanam

Produktivitas satuan luas dipengaruhi oleh jarak tanam dan kerapatan tanaman,
disamping faktor-faktor yang lainya. Jarak yang lebih sempit akan berdampak
negative dengan beberapa kelemahannya. Beberapa kerusakan yang akan
terjadi akibat jarak yang lebih sempit adalah:
Kerusakan mahkota tajuk oleh angin
Kematian pohon karena penyakit menjadi lebih tinggi
Tercapainya lilit batang sadap lebih lambat

103
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Hasil getahnya akan berkurang

Oleh sebab itu, dalam melakukan penanaman, sangat tidak dianjurkan terlalu
rapat jarak antara satu pohon dengan pohon yang lainnya. Maka dewasa ini
kepadatan kerapatan pohon setiap hektarnya tidak melebihi dari jumlah 400
sampai dengan 500 pohon. Hal itu berarti jarak tanamnya perhektar adalah 7x3
m, 7, 14x 3, 33 m atau 8x2,5 m.

3. Bibit

Usaha peningkatan produktivitas tanaman karet baik pada tingkat perusahaan


swasta maupun secara nasional, harus dilaksanakan dengan menanam klon-klon
unggulan terbaru pada saat penanaman baru ataupun pada saat peremajaan.

Klon adalah keturunan yang diperoleh secara pembiakab vegetatif suatu


tanaman, sehingga, ciri-ciri darti tanaman tersebut sama persis dengan tanaman
induknya.. Klon-klon anjuran yang dianjurkan untuk digunakan pada saat okulasi
maupun penanaman bibit unggul adalah bahan tanaman karet.

Adapun bahan tanaman yang dianjurkan adalah: Klon GT1, Klon PR 107, Klon
PR 228, Klon PR 261, Klon PR 300, Klon PR 255, Klon PR 303, Klon AVROS
2037, Klon BPMI.

4. Rekomendasi klon karet

Harga karet alam yang membaik saat ini harus dijadikan momentum yang
mampu mendorong percepatan pembenahan dan peremajaan karet yang kurang
produktif dengan menggunakan klon - klon unggul dan perbaikan teknologi
budidaya lainnya.

Pemerintah telah menetapkan sasaran pengembangan produksi karet alam


Indonesia sebesar 3 s/d 4 juta ton/tahun pada tahun 2025. Sasaran produksi
tersebut hanya dapat dicapai apabila minimal 85% areal kebun karet (rakyat)
yang saat ini kurang produktif berhasil diremajakan dengan menggunakan klon
karet unggul. Sumber: Chairil Anwar , Pusat Penelitian Karet, Medan 2001 MiG
Corp.

Asosiasi penelitian dan perkebunan Indonesia pada tahun 2000


merekomendasikan sebagai berikut: Sistem rekomendasi klon karet 1999-2001,
disesuaikan dengan undang-undang no 12 tahun 1992 tentang sistem budidaya
tanaman.

Rekomendasi klon unggulan dikelompokan menjadi dua, yaitu: Kelompok klon


anjuran komersil dan Kelompok klon anjuran harapan. Klon anjuran komersil
dibagi menjadi 3 yaitu:
Klon penghasil lateks
Klon penghasil lateks-kayu
Klon penghasil kayu

Untuk mengoptimalkan pendapatan usaha perkebunan karet, telah ditemukan


beberapa klon karet yang unggul dalam menghasilkan lateks dan kayu.

a. Klon IRR 5

104
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Potensi keunggulan :
Pertumbuhan cepat dan berpotensi sebagai penghasil lateks dan kayu.
Rata-rata produksi 1,8 ton/ha/tahun.
Lilit batang 51,7 cm pada umur 5 tahun.
Kadar karet kering (KKK) 34,5%.
Lateks sangat sesuai diolah menjadi SIR 3 WF, SIR 5 dan SIR 10.
Resisten terhadap gangguan penyakit gugur daun Colletotrichum dan
Corynespora. Pada daerah beriklim basah, klon IRR 5 digolongkan
moderat terhadap gangguan penyakit cabang (jamur upas) dan mouldirot.

b. Klon IRR 42
Potensi keunggulan:
Pertumbuhan cepat dan berpotensi sebagai penghasil lateks dan kayu.
Rata-rata produksi 5,68 kg/pohon/tahun.
Lilit batang 51,4 cm pada umur 5 tahun.
Resisten terhadap penyakit gugur daun Colletotrichum, Corynespora dan
Oidium.
Kadar karet kering (KKK) 36,5%.
Lateks dapat diproses menjadi SIR-5.

c. Klon IRR 118


Potensi keunggulan:
Pertumbuhannya cepat dan berpotensi sebagai penghasil lateks dan
kayu.
Rata-rata produksi 2,1 ton/ha/tahun.
Lilit batang 48,9 cm pada umur 5 tahun.
Lateks dapat digunakan untuk produksi SIR 3 CV dan produk RSS, serta
SIR 3L, SIR 5 dan SIR 10/20.
Cukup tahan terhadap penyakit Corynespora dan Colletotrichum.

Dan klon lain diantaranya direkomendasikan :


IRR 2 _ IRR13 _ IRR17 _ IRR21 _ IRR24 _ IRR41
IRR54 _ IRR1OO _ IRR104 _ IRR105 _ IRR107 _ IRR111

5. Pemeliharaan

Lakukan penyiangan untuk menghindari persaingan tanaman didalam


pengambilan unsur hara.Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang
telah mati sampai dengan tanaman telah berumur 2 tahun pada saat musim
penghujan.

Tunas palsu harus dibuang selama 2 bulan pertama dengan rotasi 2 minggu
sekali, sedangkan tunas lain dibuang sampai tanaman mencapai ketinggian
1,80 m.

Setelah tanaman berumur 2-3 tahun, dengan ketinggian 3,5 m dan bila belum
bercabang, perlu diadakan perangsangan dengan cara pengeratan
batang,,pembungkusan pucuk daun dan pemenggalan

Lakukan pemupukan secara intensif pada tanaman baik pada kebun


persemaian, kebun okulasi maupun kebun produksi, dengan menggunakan
pupuk urea, TSP, dan KCL. Dosis pupuk disesuaikan dengan keadaan/jenis
tanah.

105
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Hama-hama penting yang sering menyerang karet adalah:Pseudococcus citri


Pengendaliannnya dengan menggunakan insektisida jenis Metamidofos,
dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 0,05 -0,1%.Kutu Lak (Laeciper greeni)
Dapat diberantas dengan insektisida Albolinium (Konsentrasi2%) ditambah
Surfactan citrowett 0,025%.

Penyakit-penyakit yang ditemui pada tanaman karet adalah: penyakit embun


tepung, penyakit daun, penyakit jamur upas, penyakit cendawan akar
putih-dan penyakit gugur dawn:

Pencegahannya dengan menanam klon yang sesuai dengan lingkungan dan


lakukan pengelolaan , tanaman secara tepat dan teratur.

6. Penyadapan

Pemungutan hasil tanaman karet disebut penyadapan karet. Penyadapan


merupakan salah satu kegiatan pokok dari pengusahaan tanaman karet.

Tujuan dari penyadapan karet ini adalah membuka pembuluh lateks pada kulit
pohon agar lateks cepat mengalir. Kecepatan aliran lateks akan berkurang
apabila takaran cairan lateks pada kulit berkurang Kulit karet dengan ketinggian
260 cm dari permukaan tanah merupakan bidang sadap petani karet untuk
memperoleh pendapatan selama kurun waktu sekitrar 30 tahun.

Oleh sebab itu penyadapan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merisak
kulit tersebut. Jika terjadi kesalahan dalam penyadapan, maka produksi karet
akan berkurang(santosa, 1986) Untuk memperoleh hasil sadap yang baik,
penyadapan harus mengikuti aturan tertentu agar diperoleh hasil yang tinggi,
menguntungkan, serta berkesinambungan dengan tetap memperhatiakan faktor
kesehatan tanaman.

Penyadapan pertama dilakukan setelah tanaman berumur 5-6 tahun. Tinggi


bukaan sadap pertama 130 cm dan bukaan sadap kedua 280 cm diatas
pertautan okulasi.

Hal yang perlu diperhatikan dalam penyadapan antara lain:

Pembukaan bidang sadap dimulai dari kiri atas kekanan bawah, membentuk
sudut 300.
Tebal irisan sadap dianjurkan 1,5 - 2 mm.
Dalamnya irisan sadap 1-1,5 mm.
Waktu penyadapan yang baik adalah jam 5.00 - 7.30 pagi.

Inovasi teknologi tanaman pangan sebagai tanaman sela pada masa tanaman karet
belum menghasilkan (TBM) dapat diterapkan. Pola tanam tanaman pangan
disesuaikan dengan kondisi iklim atau curah hujan, yaitu padi - jagung kedelai atau
kacang tanah kacang tunggak atau kacang uci. Tanaman pangan ditanam berjarak
1 m dari barisan karet, sedangkan tanaman karet ditanam dengan jarak 6 m x 3 m.

Manfaat inovasi ini adalah: bagi perkebunan rakyat, penerapan pola tanaman sela ini
akan meningkatkan intensitas pemeliharaan kebun, Tanaman sela ditanam pada
lahan gawangan sepanjang tahun, sehingga dapat pula berfungsi sebagai tanam

106
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

penutup tanah untuk mengendalikan erosi dan pertumbuhan gulma, Memberikan


pendapatan petani pada masa TBM, dan Memperbaiki struktur tanah.

II. POHON INDUSTRI

Contoh pengolahan karet . Salah sartu peoses karet sehingga menjadi barang yang
digunakan manusia sehari hari adalah Ban mobil sbb :

Proses Pembuatan Ban

Pencampuran Bahan

Pembuatan sebuah ban radial dimulai dengan mempersiapkan berbagai jenis bahan
mentah seperti pigmen, zat-zat kimia, kurang-lebih 30 jenis karet yang berbeda,
benang-benang, kawat bermanik-manik (bead wire) dan sebagainya.

Proses lalu dimulai dengan mencampurkan bahan-bahan dasar karet dengan oli
proses, warna hitam karbon, pigmen, anti-oksidan, akselerator dan berbagai zat
tambahan lainnya. Masing-masing dari bahan ini menambahkan sifat tertentu dari
campuran ( compound ) ini
.
Semua bahan ini diaduk dalam blender raksasa yang dikenal sebagai mesin Banbury.
Mesin ini bekerja dengan tekanan dan suhu yang sangat tinggi. Bahan campuran
yang panas, hitam dan lembek ini diproses berulang-ulang kali.

Ampas karet dapat digunakan sebagai bahan pengrajin yang masih memiliki daya
lentur.

Karet Busa Alam

107
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Karet busa sintetis umumnya dibuat dari karet EVA/poliuretan karena ringan dan
murah. Konsumsi busa sintetis di dalam negeri setiap tahun berkisar 19 juta lembar
(Rp47 miliar), busa plastik 722.000 m2 (Rp665 juta), dan busa jok mobil 4.500 unit
(Rp186 juta).

Proses produksi busa sintetis berisiko tinggi karena bahan bakunya (isosianat)
beracun dan bersifat karsinogenik. Kondisi ini menyebabkan permintaan terhadap
busa alam meningkat.

Busa alam lebih unggul dibanding busa sintetis dalam hal kenyamanan dan umur
pakai. Untuk memberikan nilai kepegasan yang sama, busa alam hanya memerlukan
ketebalan sepertiga dari busa sintetis.

Kelembagaan Industri Barang Jadi Karet

Berbagai produk karet keperluan umum telah mampu dihasilkan oleh industri
berskala UKM atau perajin di perkotaan. Peralatan yang digunakan relatif sederhana
sehingga produk yang dihasilkan umumnya bermutu kurang baik. Namun demikian
pangsa pasarnya cukup besar yakni kalangan menengah ke bawah.

Dalam operasionalnya, perajin didukung oleh pihak penyedia kompon dan cetakan.
Produksi biasanya berdasarkan pesanan dan produk dipasarkan oleh pihak lain
(mediator atau pedagang antara). Barang jadi karet yang dihasilkan oleh UKM antara
lain adalah sol sepatu, seal/gasket, onderdil mobil/ motor, serta asesori furnitur/
rumah tangga.

III. FAKTOR KRITIS

Biaya investasi dan modal kerja yang diperlukan untuk operasional amat ditentukan
oleh lokasi fasilitas produksi. Menurut pandangan pengusaha, lokasi pabrik idealnya
berada ditengah-tengah perkebunan. Namun demikian, menurut Turner (2003)
terdapat faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam membangun
industri pengolahan karet, yaitu :

Topography

Kondisi alam dapat membawa kemudahan atau menimbulkan kesulitan (biaya) bagi
proses produksi. Konstruksi loading ramps yang tepat dapat menekan biaya produksi
dalam jumlah yang signifikan. Rancangan ketinggian pabrik yang berbeda (split
level) dapat mempermudah aliran produksi, sekaligus dapat menghemat ruang.

Lokasi

Jarak antara lokasi pabrik dengan kebun akan sangat menentukan biaya produksi
secara keseluruhan. Lokasi pabrik yang terbaik adalah berada di tengah-tengah
kebun. Namun apabila hal ini menemui kendala, maka dapat dipilih lokasi pabrik
dipinggiran kebun dengan pertimbangan lebih dekat kepada akses pemasaran.

Saluran air

Ketersediaan pasokan air bersih yang permanen sangat penting untuk mejaga
kontinuitas produksi.. Pabrik dapat menggunakan sumber air dari permukaan tanah
seperti telaga alam atau membangun danau buatan. Namun, pada musim kemarau

108
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

air dari permukaan tanah banyak mengandung silica, sehingga memerlukan proses
demineralisasi sebelum digunakan oleh boiler. Air dari bawah tanah volumenya
terbatas dan memerlukan proses pompa, penyaringan, dan penjernihan. Sedangkan
kualitas air aliran sungai tidak dapat dikendalikan dan pada musim hujan berisiko
terjadi banjir di lingkungan pabrik.

Transportasi

Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan lokasi pabrik.


Ketersediaan infrastruktur jalan raya, rel kereta api, atau pelabuhan adalah faktor
yang paling penting untuk kelancaran pemasaran/ ekspor produk. Selain itu adalah
akses kepada bahan baku, tangki penyimpanan, dan ketersediaan dan mobilitas
tenaga kerja.

Kekuatan pabrik

Fondasi pabrik dan pekerjaan sipil mengambil porsi yang cukup besar dari total biaya
pembangunan pabrik, yaitu berkisar antara 17% sampai dengan 45%. Tingginya
biaya tersebut erat kaitannya dengan jenis tanah, kedalaman sub-soil dan
kandungan material tanah yang dominan. Lapisan tanah dangkal diatas batuan
membutuhkan biaya pembangunan fondasi yang relatif lebih murah. Sementara itu
lapisan tanah yang labil membutuhkan fondasi beton dan tiang pancang untuk
menahan struktur bangunan utama pabrik. Fondasi dan struktur bangunan pabrik
juga harus memperhitungkan spesifikasi seismik tertentu, apalagi di daerah yang
rawan gempa.

Residu

Pabrik karet menghasilkan limbah cair dan asap yang cukup banyak berasal dari
proses dari bahan latex menjadi bahan setengah jadi. Pembuangan limbah ke dalam
aliran sungai atau ke laut adalah sesuatu yang dilarang. Untuk itu diperlukan areal
yang cukup luas untuk membangun instalasi pengolahan limbah. Lokasi pengolahan
sebaiknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi dapat diakses secara mudah.
Proses pengolahan limbah meliputi pemisahan kandungan ampas padat dan asap
dapat dibuang melalui udara.

IV. REKOMENDASI PROSES PRODUKSI

Process strategy diperlukan untuk mengubah sumberdaya menjadi produk sesuai


dengan spesifikasi yang diinginkan konsumen dengan keterbatasan biaya dan
kendala manajerial lainnya yang dihadapi (Heizer, 1999). Pada dasarnya setiap
produk dan jasa dihasilkan melalui kombinasi dari salah satu proses berikut ini : (1)
process focus, (2) repetitive focus, dan (3) product focus.

Product focused strategy atau yang lebih dikenal dengan sebutan continuous
process paling tepat diterapkan dalam industri yang menghasilkan output besar (high
volume) dengan keragaman produk yang rendah (low variety of product) seperti
industri pengolahan karet Penggunaan fasilitas pabrik yang sangat tinggi (70%-80%)
dan terus menerus menyebabkan strategi ini memerlukan biaya tetap yang besar
namun biaya variabel yang rendah.

Process Strategy : Product Focused

Volume : High Volume

109
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Variety of Product : Low variety of product


Facility Utilization : High Utilization (70%-80%)
Equipment : Specialized Equipment
Process : Dedicated Process/ Technology

REFERENSI

Saaty, TL1980, The Analytic Hierarchy Process, McGraw-Hill, New York.

Somyot Sinthurahat.. 1992. "Elaborasi Model Evaluasi Lahan Budidaya Karet di


Semenanjung Thailand". PhD Thesis, ITC, State University of Ghent, Belgia.
261 p. 261 hal

Sutat Dansagoonpon, dan Somyot Sinthurahat.. 1999. "Zonasi Agro-ekologi untuk


Karet (Hevea brasiliensis) Perkebunan di Thailand Selatan Menggunakan
Evaluasi Lahan,. Karet Research Institute, Dept Pertanian. 242 p. 242 hal

Sys, C., Van Ranst, E., dan Debaveye, J. 1992. . "Evaluasi Lahan. Bagian I (Prinsip
dalam Evaluasi Lahan dan Produksi Tanaman Perhitungan) International
Training Center (ITC) untuk Pasca Sarjana Ilmuwan Tanah. State University of
Ghent, Belgia, 274 hlm

110
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

KEDELAI
(Glycine Max,(Linn) Merrill)

Oleh : Ferdy Ardian, ST

I. PROFIL KOMODITAS

A. Nama Latin ( Binomial Name):


Glycine max, (Linn.) Merrill.

Klasifikasi ilmiah dari Kedelai yaitu:


Kingdom : Plantae
Phylum : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Fabales
Family : Fabaceae
Sub Family: Fabiodeae
Genus : Glycine
Species : G. Max

Nama Daerah :
Kedelai (Indonesia), Kedhele (Madura); Kedelai, Kacang jepun, Kacang bulu
(Sunda), Lawui (Bima); Dele, Dangsul, Dekeman (Jawa), Retak Menjong
(Lampung); Kacang rimang (Minangkabau), Kadale (Ujung Pandang).

Habitat :
Ditanam di ladang sebagai salah satu sumber makanan pokok. Kedelai merupakan
tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar yaitu Glycine
Ururiencis merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang saat ini
dikenal yaitu Glycine max (L) Merril. Kedelai berasal dari daerah Manshuko di Cina
Utara sedangkan baru dibudidayakan di Indonesia mulai abad ke-17 sebagai
tanaman makanan dan pupuk hijau. Penyebaran tanaman kedelai ke Indonesia
berasal dari daerah Manshukuo menyebar ke daerah Mansyuria: Jepang (Asia
Timur) dan ke Negara-negara lain di Amerika dan Afrika. Kedelai (Glycine max)
sudah dibudidayakan sejak 1500 tahun SM dan baru masuk Indonesia, terutama
Jawa sekitar tahun 1750.

B. Budidaya Tanaman Kedelai

Kedelai paling baik ditanam di ladang dan persawahan antara musim kemarau dan
musim hujan. Sedang rata-rata curah hujan tiap tahun yang cocok untuk produksi
kedelai adalah kurang dari 200 mm dengan jumlah bulan kering 3-6 bulan dan hari
hujan berkisar antara 95-122 hari selama setahun. Kedelai mempunyai perawakan
kecil dan tinggi batangnya dapat mencapai 75 cm. Bentuk daunnya bulat telur
dengan kedua ujungnya membentuk sudut lancip dan bersusun tiga menyebar
(kanan - kiri - depan) dalam satu untaian ranting yang menghubungkan batang
pohon. Kedelai berbuah polong yang berisi biji-biji. Menurut varitasnya ada kedelai
yang berwarna putih dan hitam. Baik kulit luar buah polong maupun batang
pohonnya mempunyai bulu-bulu yang kasar berwarna coklat. Untuk budidaya
tanaman kedelai di pulau Jawa yang paling baik adalah pada ketinggian tanah
kurang dari 500 m di atas permukaan laut.

111
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Kacang Kedelai yang diolah menjadi tepung kedelai secara garis besar dapat dibagi
menjadi 2 (dua) kelompok manfaat utama, yaitu: olahan dalam bentuk protein kedelai
dan minyak kedelai. Dalam bentuk protein kedelai dapat digunakan sebagai bahan
industri makanan yang diolah menjadi: susu, vetsin, kue-kue, permen dan daging
nabati serta sebagai bahan industri bukan makanan seprti: kertas, cat air, tinta cetak
dan tekstil. Sedangkan olahan dalam bentuk minyak kedelai digunakan sebagai
bahan industri makanan dan non makanan. Industri makanan dari minyak kedelai
yang digunakan sebagai bahan industri makanan berbentuk gliserida sebagai bahan
untuk pembuatan minyak goring, margarine dan bahan lemak lainnya. Sedangkan
dalam bentuk lecithin dibuat antara lain margarine, kue, tinta, kosmetika, insektisida
dan farmasi.

Di salah satu Negara bagian Amerika Serikat, terdapat areal pertumbuhan kedelai
yang sangat luas sehingga menghasilkan 57% produksi kedelai dunia. Di Indonesia,
saat ini kedelai banyak ditanam di dataran rendah yang tidak banyak mengandung
air seperti di pesisir utara Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Utara
(Gorontalo), Lampung, Sumatera Selatan dan Bali.

Adapun pedoman yang harus dipenuhi dan diperhatikan pada budidaya Kedelai
antara lain:

1. Pembibitan yang terdiri dari:


- Benih atas varietas unggul kedelai
- Penyiapan benih
- Teknik Penyemaian benih
- Pemindahan bibit

2. Pengolahan Media Tanam


- Persiapan
- Pembentukan Bedengan
- Pengapuran

3. Teknik Penanaman
- Penentuan Pola Tanaman
- Pembuatan Lubang Tanam
- Cara Penanaman
- Waktu Tanam

4. Pemeliharaan Tanaman
- Penjarangan dan Penyulaman
- Penyiangan
- Pembubunan
- Pemupukan
- Pengairan dan Penyiraman
- Waktu Penyemprotan Pestisida
- Pemeliharaan lain

112
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

C. Proses Produksi Kedelai

Diagram Proses Produksi


Panen Kedelai

Pemungutan hasil Kedelai


Cara : Mencabut dan
memotong Pengumpulan&Pengeringan

Proses Penjemuran selama 3


(tiga) hari

Proses Pembalikan berulang


kali sehingga untuk
memperbanyak lepasnya biji
dari polongnya

Benih Kedelai Penyortiran &


(dengan kadar air 10- Penggolongan
15%)

Pemisahan biji dari Brangkasan


polongnya

Biji yang bersih

Proses Penjemuran
sampai kadar air 9
-11%

Packaging
& Storage

Panen Kedelai

Panen Kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi
bukan karena serangan hama atau penyakit lalu gugur, buah mulai berubah warna
dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak atau polong sudah kelihatan
tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. Panen yang terlambat akan
merugikan karena banyak buah yang sudah tua dan kering sehingga kulit polong
retak-retak atau pecah dan biji lepas berhamburan. Disamping itu, buah akan gugur
akibat tangkai buah mengering dan lepas dari cabangnya.

Perlu diperhatikan umur kedelai yang akan dipanen yaitu sekitar 75-110 hari,
tergantung pada varietas dan ketinggian tempat. Perlu diperhatikan kedelai yang

113
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

akan digunakan sebagai bahan konsumsi dipetik pada usia 75 100 hari, sedangkan
untuk dijadikan benih dipetik pada umur 100 -110 hari, agar kemasakan biji dapat
benar-benar sempurna dan merata.

Pemungutan Hasil Panen

Pemungutan dengan cara mencabut dapat dilakukan sepanjang keadaan tanah


ringan dan berpasir sehingga proses pencabutan akan lebih mudah. Pencabutan
harus dilakukan dengan hati-hati sebab kedelai yang sudah tua mudah sekali rontok.

Pemungutan dengan cara memotong dapat dilakukan dengan menggunakan sabit


yang cukup tajam sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan goncangan.
Disamping itu dengan alat pemotong yang tajam, pekerjaan bisa dilakukan dengan
cepat dan jumlah buah yang rontok akibat goncangan dapat ditekan. Pemungutan
dengan cara memotong bisa meningkatkan kesuburan tanah, karena akar dengan
bintil-bintilnya yang menyimpan banyak senyawa nitrat tidak ikut tercabut namun
tertinggal di dalam tanah.

Proses Penjemuran

Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen hendaknya segera dijemur. Kedelai
dikumpulkan kemudian dijemur di atas tikar, anyaman bambu atau dilantai semen
selama 3 (tiga) hari. Sesudah kering sempurna dan merata, polong kedelai akan
mudah pecah sehingga bijinya mudah dikeluarkan.

Proses Pembalikan secara berulang

Agar kedelai kering sempurna, pada saat penjemuran hendaknya dilakukan


pembalikan berulang kali. Pembalikan juga menguntungkan karena dengan
pembalikan banyak polong pecah dan banyak biji lepas dari polongnya. Sedangkan
biji-biji masih terbungkus polong dengan mudah bisa dikeluarkan dari polong,
asalkan polong sudah cukup kering.

Benih Kedelai

Biji kedelai yang akan digunakan sebagai benih, dijemur secara terpisah. Biji
tersebut sebenarnya telah dipilih dari tanaman tanaman yang sehat dan dipanen
tersendiri, kemudian dijemur sampai betul-betul kering dengan kadar air 10-15%.
Penjemuran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari dari pukul 10.00 hingga 12.00
siang.

Penyortiran dan Penggolongan

Terdapat beberapa cara untuk memisahkan biji dari kulit polongan. Diantaranya
dengan cara memukul-mukul tumpukan brangkasan kedelai secara langsung dengan
kayu atau brangkasan kedelai sebelum dipukul-pukul dimasukkan ke dalam karung
atau dirontokkan dengan alat pemotong padi.

Pemisahan Biji dengan Polongnya

Setelah biji terpisah, brangkasan disingkirkan. Biji yang terpisah kemudian ditampi
agar terpisah dari kotoran-kotoran lainnya. Biji yang luka dan keriput dipisahkan. Biji
yang bersih ini selanjutnya dijemur kembali sampai kadar airnya 9-11%. Biji yang
sudah kering lalu dimasukkan ke dalam karung dan dipasarkan atau disimpan.

114
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Sebagai perkiraan dari batang dan daun basah hasil panen akan diperoleh biji
kedelai sekitar 18,2%.

Packaging & Storage

Sebagai tanaman pangan, kedelai dapat disimpan dalam jangka waktu cukup lama.
Caranya kedelai disimpan di tempat kering dalam karung. Karung-karung kedelai ini
ditumpuk pada tempat yang diberi alas kayu agar tidak langsung menyentuh tanah
atau lantai. Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka setiap 2-3 bulan sekali
harus dijemur lagi sampai kadar airnya sekitar 9-11%.

II. POHON INDUSTRI

Bagian yang dapat dimanfaatkan pada tanaman kedelai adalah biji kedelainya
dimana Produk utama yang paling banyak dihasilkan dari kedelai adalah Susu
kedelai, Soyghurt, Tempe, Tahu , Kecap dan lainnya.

Diagram Pohon Industri Tanaman Kedelai

III. RENDEMEN

Rendemen secara umum di dapat dari perbandingan output dengan input


(Output/Input X 100%) dimana sangat identik dengan produktivitas dan juga
tergantung dari bagaimana cara pengolahannya.

115
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Tempe : Kedelai varietas argopuro dan Gumitir dengan bobot biji masing-masing 15
gr dan 18 gr per 100 biji memiliki rendeman tempe 18 % lebih tinggi dari Kedelai
Import. Rendemen Tempe rata-rata sebesar 409%

Tahu: Pengolahan kering (pengupasan kulit secara mekanis) menghasilkan susu


kedelai dengan kadar protein 1,5 2 kali lebih tinggi dibanding pengolahan basah
namun rata rata rendemennya turun menjadi 17,6%. Rendemen rata-rata sebesar
187,5%.

IV. FAKTOR KRITIS

Faktor kritis pada proses produksi tanaman Kedelai adalah saat pemilihan Biji
Kedelai dan penanganan bahan baku.

Yang juga merupakan faktor kritis dalam proses produksI tanaman adalah pada
pencucian, perebusan dan penyaringannya.

V. REKOMENDASI PROSES PRODUKSI

Tipe proses yang cocok untuk industri teh adalah penerapan dari Teknologi
Pengolahan Pangan yang dilakukan secara Dedicated Process/Technology maupun
Proses Mekanisme Sederhana.

REFERENSI

Dr Duane R. Berglund, Profesor , Dr Ted C. Helms, Associate Profesor Plant Sciences A-250
(Revisi), June 2003 , Extension agronomis Spillane, James J.

www.deptan.go.id/bdd/admin/file/SK-520-05.pdf tahun 2005

www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr301085.pdf tahun 2005

116
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

KELAPA
(Cocos Nucifera)
Oleh Fauzan Hidayat

I. PROFIL KOMODITAS

Spesies Kelapa

Kelapa merupakan tanaman yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia.
Hampir semua orang di Indonesia kenal dengan kelapa. Kelapa sendiri merupakan
tanaman yang berasal dari famili Palmae, keluarga Arecaceae yang menjadi satu-
satunya spesies dalam genus Cocos. Pohon kelapa biasanya tumbuh di pinggir
pantai yang banyak terdapat di negara-negara Asia dan Pasifik. Di Indonesia sendiri
sentra kelapa tersebar di Riau, Jateng, Jabar, Jatim, Jambi, Aceh, Sumut, Sulut,
NTT, Sulteng, Sulsel dan Maluku.

Kelapa memiliki banyak manfaat karena setiap bagian tanaman dapat dimanfaatkan,
antara lain:
Sabut: bisa dimanfaatkan untuk keset, sapu, matras, bahan spring bed; coir fiber.
Tempurung: bisa dimanfaatkan untuk charcoal, carbon aktif dan kerajinan tangan;
daging buah: bisa dimanfaatkan untuk kopra, minyak kelapa, coconut cream,
santan, kelapa parutan kering;
air kelapa: bisa dimanfaatkan untuk cuka, Nata de Coco;
batang kelapa: bisa dimanfaatkan untuk kerangka bangunan atau atap;
daun kelapa: bisa dimanfaatkan untuk Lidi untuk sapu, barang anyaman.
nira kelapa: bisa dimanfaatkan untuk gula merah kelapa.

Syarat Pertumbuhan

Tentu saja kelapa memiliki syarat-syarat tumbuh.


Jika ditinjau dari suhu maka Kelapa tumbuh paling baik pada suhu 20-27 oC.
Jika ditinjau dari curah hujan maka kelapa tumbuh baik pada daerah dengan
curah hujan antara 1300-2300 mm/tahun, bahkan Kelapa juga dapat tumbuh di
tempat dengan curah hujan sampai 3800 mm atau lebih, asalkan tanah tempat
tumbuh kelapa tersebut mempunyai drainase yang baik.
Kelapa sendiri menyukai sinar matahari dengan lama penyinaran minimum 120
jam/bulan sebagai sumber energi fotosintesis. Bila dinaungi, pertumbuhan
tanaman muda dan buah akan terlambat.

117
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Jika ditinjau dari rH maka kelapa akan tumbuh dengan baik pada rH bulanan
rata-rata 70-80% minimumnya 65%. Bila rH udara sangat rendah,
evapotranspirasi tinggi, maka kelapa kekeringan sehingga buah jatuh lebih awal,
tetapi bila rH terlalu tinggi menimbulkan hama dan penyakit pada kelapa.
Jika ditinjau dari pH maka Kelapa dapat tumbuh subur pada pH 5-8, optimum
pada pH 5.5-6,5. Pada tanah dengan pH diatas 7.5 dan tidak terdapat
keseimbangan unsur hara, maka kelapa sering menunjukkan gejala-gejala
defisiensi besi dan mangan.

Media Tanam

Dalam pertumbuhannya, tanaman kelapa membutuhkan lahan yang datar (0-3%).


Pada lahan yang tingkat kemiringannya tinggi (3-50%) maka harus dibuat teras untuk
mencegah kerusakan tanah akibat erosi. Tanaman kelapa tumbuh pada berbagai
jenis tanah seperti aluvial, laterit, vulkanis, berpasir, tanah liat, ataupun tanah
berbatu, tetapi paling baik pada endapan aluvial.

Kelapa membutuhkan air tanah pada kondisi tersedia, yaitu bila kandungan air tanah
sama dengan laju evapotranspirasirasi atau bila persediaan air ditambah curah hujan
selama 1 bulan lebih besar atau sama dengan potensi evapotranspirasi.
Keseimbangan air tanah dipengaruhi oleh sifat fisik tanah terutama kandungan
bahan organik dan keadaan penutup tanah.

Persyaratan Benih

Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka ada syarat benih dalam penanaman
kelapa ini. Ciri buah yang matang untuk benih, yaitu umur 12 bulan, 4/5 bagian kulit
berwarna coklat, bentuk bulat dan agak lonjong, sabut tidak luka, tidak mengandung
hama penyakit, panjang buah 22-25 cm, lebar buah 17-22 cm, buah licin dan mulus,
air buah cukup, apabila digoncang terdengar suara nyaring.

Jika ditinjau dari pohon induk, maka syarat umur pohon induk adalah 20-40 tahun
dengan produksi yang tinggi (80-120 butir/pohon/tahun) serta terus menerus dengan
kadar kopra tinggi (25 kg/pohon/tahun). Batang kelapa juga harus kuat dan lurus
dengan mahkota berbentuk berbentuk bola, sperical atau semisperical, daun dan
tangkainya kuat, bebas dari gangguan hama dan penyakit.

Penyiapan Benih dan bedengan (polybag)

Setelah mendapatkan benih yang sesuai maka dalam menanam kelapa perlu pula
dilakukan penyiapan terhadap benih tersebut. Langkah yang dilakukan adalah
mengistirahatkan benih selama 1 bulan dalam gudang dengan menumpuk buah
secara piramidal tunggal setinggi 1 meter dan diamati secara rutin. Syaratnya adalah
kondisi udara segar dan kering, tidak bocor, tidak langsung terkena sinar matahari
dan suhu udara dalam gudang 25-27OC.

Setelah itu perlu dilakukan pengolahan terhadap bendengan tanah sampai gembur
sedalam 30-40 cm, bentuk bedengan dengan lebar 2 m, tinggi 25 cm dan panjang
tergantung lahan dengan jarak antar bedengan 60-80 m.

Untuk polybag, terbuat dari polyethylene berwarna hitam dengan ukuran 50 x 40 cm


dan tebal 0.2 mm, bagian bawah berlubang diameter 0.5 cm dengan jarak antar
lubang 7.5 cm sebanyak 48 buah untuk aerasi dan drainase dan diisi dengan tanah
top soil halus (bila tanah berat harus dicampur pasir 2:1) setinggi 2/3. Kemudian
dilakukan pendederan, dengan menyayat benih selebar 5 cm pada tonjolan sabut

118
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

sebelah tangkai berhadapan sisi terlebar dengan alat yang tajam dan jangan diulang.
Tanam benih dalam tanah sedalam 2/3 bagian dengan sayatan menghadap keatas
dan mikrofil ke timur. Penanaman dengan posisi segitiga bersinggungan. Setiap 1
hektar dapat diisi 25.000 butir atau 1 m2 diisi 30 - 35 benih.
Lama pembibitan 5-7 bulan; jarak tanam 60x60x60 cm; jumlah bibit
24.000/ha.
Lama pembibitan 7-9 bulan; jarak tanam 60x60x60 cm; jumlah bibit
17.000/ha.
Lama pembibitan 9-11 bulan; jarak tanam 60x60x60 cm; jumlah bibit
1.000/ha.

Jika disemai di bedengan, maka setelah benih berkecambah (panjang tunas 3-4 cm)
harus dipindahkan ke polybag. Persemaian di polybag berlangsung selama 6-12
bulan, berdaun 6 helai dan tinggi 90-100 cm.

Panen dan Cara Panen

Panen dapat dilakukan jika kelapa sudah berumur 12 bulan, 4/5 bagian kulit kering,
berwarna coklat, kandungn air berkurang dan bila digoyang berbunyi nyaring. Cirinya
adalah bagian kulit kering, bila digoyang berbunyi nyaring, berwarna coklat, dan
kandungan air berkurang.

Cara panen buah kelapa antara lain dengan:


Buah kelapa dibiarkan jatuh: kekurangan metode ini adalah buah yang jatuh
sudah lewat masak, sehingga tidak sesuai untuk bahan baku kopra atau bahan
baku kelapa parutan kelapa kering.
Cara panen dengan galah: menggunakan bambu yang disambung dan ujungnya
dipasang pisau tajam berbentuk pengait. Kemampuan pemetikan rata-rata 100
pohon/orang/hari.
Dipanjat: dilakukan pada musim kemarau saja. Keuntungan yaitu (1) dapat
membersihkan mahkota daun; (2) dapat memilih buah kelapa siap panen dengan
kemampuan rata-rata 25 pohon per-orang. Kelemahan adalah merusak pohon,
karena harus membuat tataran untuk berpijak.
Di beberapa daerah di Pulau Sumatera, sering kali pemetikan dilakukan oleh
kera. Kecepatan pemetikan oleh kera 400 butir sehari tetapi kera kurang selektif
serta tidak dapat membersihkan mahkota daun.

Pascapanen

Saat pasacapanen, buah kelapa dikumpulkan menggunakan keranjang atau alat


angkut yang tersedia. Kemudian semua buah hasil panen dikumpulkan di Tempat
Pengumpulan Hasil. Setelah dilakukan pengumpulan maka tahapan selanjutnya
adalah penyortiran dan penggolongan. Buah yang disortir (tidak dipilih) adalah
kosong tidak berair, kelapa kurang masak, bunyi tidak nyaring bila diguncang,
rusak/lika kena hama, busuk dan kecil juga terhadap kelapa butiran pecah atau
berkecambah. Kemudian buah disimpan dalam penyimpanan yang beraerasi baik.

Buah kelapa disimpan dengan cara:


Buah ditumpuk dengan tinggi tumpukan maksimal 1 meter.
Tumpukan dalam gudang diamati secara rutin
Tumpukan berbentuk piramidal dan longgar.

Syarat-syarat gudang penyimpanan sebagai berikut:


Udara segar dan kering.

119
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Suhu udara dalam gudang 25-27 derajat C.


Tidak kebocoran dan kehujanan.
Tidak langsung kena sinar matahari.
II. POHON INDUSTRI

Seperti yang telah disinggung dihalaman depan, kelapa memiliki banyak manfaat.
Manfaat tersebut terlihat pada pohon industri kelapa. Semakin ke hilir tentu saja
margin keuntungan yang didapat diharapkan makin besar. Sebagai bangsa
Indonesia tentu saja kita berharap produk kelapa dalam negeri kita bisa menjadi
bahan yang penting berbagai industri seperti kosmetik, virgin oil, nata decoco dll.

III. RENDEMEN KELAPA

Produksi buah bergantung varietas tanaman kelapa, umur tanaman, keadaan tanah,
iklim, dan pemeliharaan. Biasanya tanaman kelapa yang baik menghasilkan rata-rata
2,0 - 2,3 ton kopra/ha/tahun pada umur 12-25 tahun. Sedangkan untuk kelapa
hibrida pada umur 10-25 tahun mampu menghasilkan rata-rata 3,9 ton/ha/tahun. Jika
kelapa diolah menjadi VCO maka dengan fermentasi terhadap VCO diperoleh

120
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

rendemen minyak sebesar 33,2% dengan warna bening; berat jenis 0,9160 gr/cm3;
kekentalan 0,4717 gr/cm.s; bilangan asam 0,472; bilangan penyabunan 214,58; dan
bilangan peroksida 1,287 meq/kg. Sedangkan untuk analisa VCO pasaran diperoleh;
berat jenis 0,9160 gr/cm3; kekentalan 0,4106 gr/cm.s; bilangan asam 1,663; bilangan
penyabunan 212,89; dan bilangan peroksida 5,841 meq/kg.

Indonesia menempati urutan pertama dalam luas areal kelapa tetapi produksinya
menempati urutan kedua setelah Philipina. Menurut Biro Pusat Statistik (2004),
Indonesia memberikan kontribusi sebesar 969 ribu ton kopra sementara Philipina
menghasilkan 1.813 ribu ton kopra. Secara detail total produksi kelapa Indonesia
tahun 2004 berupa kopra 969 ribu ton, minyak kelapa 533 ribu ton dan dessiccated
coconut 24 ribu ton, sehingga totalnya berjumlah 2,9 juta ton.

IV. FAKTOR KRITIS

Di Indonesia sekarang ini sedang digalakkan industri minyak kelapa murni (VCO)
dengan skala home industri, namun pada kenyataan industri ini masih stagnan, hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya: masalah pemasaran, kandungan
asam lemak bebasnya, kadar air, mudah mengalami degradasi, packing yang belum
sempurna. VCO yang mengalami degradasi mutu dapat dijadikan prekusor dalam
pembuatan biodiesel hal ini dimungkinkan karena kandungan asam lemak bebas
sangat rendah di bawah 1 persen.

Tempurung kelapa merupakan hasil samping dari pengolahan kelapa sebagai


komoditi ekspor, di mana sampai sekarang belum dimanfaatkan sebagai bahan
bakar bahkan ada juga sebagian yang hanya sebagai limbah dari proses pengolahan
kelapa. Padahal sesungguhnya tempurung kelapa ini masih dapat diolah menjadi
arang dan selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan karbon
aktif.

V. REKOMENDASI FAKTOR PRODUKSI / TIPE PROSES

Setelah mengetahui potenti besar dari tanaman kelapa yang belum termanfaatkan
dengan baik, maka kita perlu mengembangkan dan menyempurnakan pengolahan
komoditi ini. Untuk menunjukkan bukti pentingnya pengolahan maka pertama-tama
kita coba membandingkan harga kelapa (kopra) sebelum diolah dengan sesudah
diolah.
Satu kg kopra dihargai Rp 2.500 3.000. Satu kg kopra diperoleh dari 4-5 butir
kelapa. Jika harga 1 butir kelapa Rp 350, setara dengan Rp 1750 bahan baku
ditambah biaya produksi per kg = Rp 500. Artinya Harga Pokok Produksi Kopra
adalah Rp (1750+500) = Rp 2.250. Ada margin keuntungan Rp 250-750.
Sekarang kita bandingkan jika petani mengolah kelapa menjadi minyak goreng
kelapa premium atau VCO. 1 liter VCO diperoleh dari 10 butir kelapa. Harga per
butir Rp 350. Biaya produksi Rp 1000. Artinya Produksi 1 liter VCO memerlukan
dana = Rp 3500 + Rp 1000 = Rp 4.500. Kemudian dari VCO diolah lagi menjadi
minyak goreng premium/refining VCO. Biaya produksi untuk menjadi minyak
goreng per liter = Rp 1000. Kemudian minyak goreng kelapa dijual dengan harga
Rp 10.000,-. Maka keuntungan akan diperoleh sebesar (10.000 (4500 + 1000))
= Rp 4.500. Untung dari mengolah minyak goreng VCO adalah 4500/liter. Itu
masih belum ditambah keuntungan dari penjualan minyak sisa (second).

Dari kasus ini dapat dilihat, jika faktor produksi jalan maka keuntungan akan

121
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

bertambah. Jika 1 kg kopra memperoleh keuntungan maksimal Rp 750, sedangkan


jika dibuat VCO maka keuntungan 1 liter bisa mencapai Rp 4500.

Menurut http://produkkelapa.wordpress.com, ada 10 alasan yang menjadi dasar


minyak goreng VCO harus segera dikembangkan, antara lain:
Bahan dasar dari minyak murni VCO lebih bersih, wangi dan terhindar dari jamur.
Dalam pengolahan VCO tidak ada tambahan bahan kimia lain, selain NaOH yang
berfungsi sebagai pengikat FFA menjadi gliserol / sabun.
Minyak tidak cepat tengik atau tahan lama bisa mencapai 2-3 tahun.
Proses mudah bisa dikerjakan oleh masyarakat biasa.
Biaya proses murah.
Menjadi alternatif pengolahan pasca VCO yang tidak terserap pasar.
Cocok diterapkan untuk model pengembangan ekonomi di pedesaan.
Kualitas minyak goreng standar SNI.
Serapan pasar terjamin.
Mendidik masyarakat untuk hidup lebih sehat dengan banyak mengkonsumsi
minyak goreng kelapa.

Sekarang mari kita pantau segala produksi VCO tersebut dari teknologi alatnya. Dari
sisi alat, pengolahan kelapa menjadi VCO maupun bahan lainnya, kita bisa
memanfaatkan alat yang product focussed (continuous process). Alasannya adalah
karena alat tersebut bisa menampung volume yang besar untuk industri kelapa, serta
bernilai guna sangat tinggi (high utilization). Hal tersebut terjadi karena produksi
kelapa nasional sangat tingggi, apalagi jika diurus dengan benar. Selain itu kelapa
juga bisa panen kapan saja (tidak terlalu tergantung musim) Sehingga pemilihan alat
yang product focussed bisa menjadi sangat optimal dan sangat bermanfaat dalam
industri kelapa ini. Melihat potensi yang besar dari binis ini maka seharusnyalah kita
bersama pemerintah segera bergerak untuk melaksanakannya, agar kesejahteraan
petani serta bangsa Indonesia bisa lebih cepat meningkat.

REFERENSI

http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa
http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/upload.files/File/publikasi/jurnal/Jurnal
%202007/Artikel%2013_2_2-DAMANIK.pdf
http://warintek.progressio.or.id
http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/upload.files/File/publikasi/warta/warta
%202009/Warta%20Vol.15%20(1)%20%202009.pdf
http://produkkelapa.wordpress.com

122
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

KELAPA SAWIT
(Elaeis)

Oleh Budhi Dharma

I. PROFIL KOMODITAS

A. Klasifikasi

Divisi : Embryophyta Siphonagama


Kelas : Angiospermae
Ordo : Monocotyledonae
Famili : Arecaceae
Subfamili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Species : E. guinenses Jacq
E. oleifera (H.B.K.) Cortes
E. Odora

B. Penyebaran

Tanaman Kelapa Sawit berasal dari Afrika. Kesimpulan ini diperoleh dari penemuan
fosil tepung sari di Nigeria yang bentuknya sangat mirip dengan tepung sari kelapa
sawit sekarang. Senyawa kimia yang serupa dengan minyak sawit juga telah
ditemukan pada makam-makam orang Mesir pada tahun 3000 sebelum Masehi.
Para ahli botani memperkirakan tanaman kelapa sawit telah berhasil
didomestifikasikan di Afrika Barat sekitar abad ke 16 - 17 atau periode sebelumnya.

Perkebunan besar kelapa sawit pertama kali berkembang pada awal abad ke 19 di
Sumatera dan Malaysia. Tanaman ini dibawa ke Indonesia oleh pemerintah kolonial
Belanda pada tahun 1848 dan ditanam di kebun raya Bogor. Pada tahun 2008
Indonesia diperkirakan telah memiliki lebih dari 7 juta hektar areal kelapa sawit. Dari
luasan tersebut 35% adalah perkebunan rakyat. Produksi CPO yang dihasilkan
mencapai 18,09 juta ton, dimana 12,54 juta ton (82%) diekspor dengan nilai sebesar
US$ 10,9 milyar. Usaha kelapa sawit mampu menyerap lapangan kerja sebanyak 3,5
juta KK. Sentra utama pengembangan komoditi kelapa sawit di Indonesia adalah
Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat. Saat ini
wilayah tersebut memberikan kontribusi sebesar 80% dari produksi nasional.

C. Syarat Tumbuh

Kelapa sawit dapat tumbuh pada daerah tropika basah, yaitu di sekitar 12 lintang
utara hingga 12 lintang selatan pada ketinggian 0-500m diatas permukaan laut.
Tanaman ini dapat hidup pada suhu terendah 18 C sampai dengan tertinggi 32C.
Namun demikian untuk dapat tumbuh dengan baik suhu optimum yang dibutuhkan
adalah antara 24-28 celcius. Tanaman yang ditanam diatas 500 dpl akan berbunga
satu tahun lebih lambat dibandingkan dengan tanaman yang ditanam pada lokasi
dataran rendah.

Tanaman kelapa sawit tumbuh pada berbagai jenis tanah, seperti podsolik, latosol,
hidromorfik kelabu, alluvial, atau regosol. Karakteristik fisik tanah yang disukai
adalah gembur, surbur, berdrainase baik, permeabilitas sedang, dan mempunyai
solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas. Tekstur tanah ringan dengan

123
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

kandungan pasir 20-60%, debu 10-40%, dan liat 20-50%. Tanah pantai yang berpasir
dan tanah gambut tebal kurang cocok bagi pertumbuhan kelapa sawit. Keadaan
topografi lahan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Hal ini lebih
berhubungan dengan kemudahan perawatan tanaman dan mobilitas hasil panen.
Kemiringan lahan yang ideal adalah antara 0-15. Kemiringan di atas 15 masih dapat
ditanami dengan cara membuat teras, namun akan menyulitkan pada saat
pengangkutan hasil.

Curah hujan optimum yang diperlukan kelapa sawit rata-rata 2.000-2.500 mm/ tahun
dengan distribusi merata, tanpa bulan kering berkepanjangan. Pada musim kemarau
akan terjadi penurunan produksi dikarenakan akar tanaman kesulitan menyerap
mineral dari tanah yang kekeringan. Namun demikian, curah hujan yang tinggi dapat
pula menjadi masalah terutama bagi transportasi, pembakaran, pemeliharaan,
pemupukan dan pencegahan erosi.

Untuk memproduksi karbohidrat dan memacu pembentukan bunga dan buah,


tanaman kelapa sawit memerlukan intensitas penyinaran yang cukup. Lama
penyinaran yang optimum adalah 5-7 jam per hari. Penyinaran yang kurang dapat
menyebabkan berkurangnya asimilasi dan menimbulkan gangguan penyakit.

Faktor lain yang penting untuk menunjang pertumbuhan kelapa sawit adalah
kelembaban udara dan angin. Kelembaban optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit
adalah 80%. Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu proses
penyerbukan. Angin yang kering menyebabkan penguapan lebih besar, mengurangi
kelembaban, dan dalam waktu lama akan menyebabkan tanaman layu.

D. Manfaat

Minyak sawit merupakan bahan baku bagi industri pangan maupun non pangan.
Sebagai bahan pangan, sawit antara lain digunakan dalam bentuk minyak goreng,
margarin, butter, vanaspati, shortening, dan bahan untuk membuat kue. Sawit
mempunyai kandungan karoten yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker dan
tokoferol sebagai sumber vitamin E. Disamping itu, kandungan asam linoleat dan
lonoleatnya rendah menjadikan minyak goreng yang dibuat dari buah sawit memiliki
kemantapan kalor (heat stability) yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi. Minyak
goreng berbahan baku sawit juga lebih awet dan makanan yang digoreng dengan
minyak sawit tidak cepat tengik.

Penggunaan sawit untuk industri non pangan jauh lebih luas dibandingkan dengan
industri pangan. Minyak sawit memiliki kandungan karoten, tokoferol, sterol, alkohol,
triterpen, dan fosfolipida yang dibutuhkan oleh industri farmasi. Minyak sawit dan
minyak inti sawit adalah bahan baku produksi minyak yang digolongkan dalam
oleokemikal seperti asam lemak, lemak alkohol, asam amino, metil ester, dan
gliserin. Bahan-bahan tersebut mempunyai spesifikasi penggunaan sebagai bahan
baku bagi industri kosmetik, tekstil, kertas, kulit, bahan bangunan, detergen, sabun,
bahan pembersih, minyak mineral, polimerisasi, lilin, cat, dan lain-lain.

E. Keunggulan

Beberapa hasil penelitian mengungkapkan bahwa minyak sawit memiliki keunggulan


dibandingkan dengan minyak nabati lainnya, antara lain :

1. Minyak sawit memiliki tingkat efisiensi yang tinggi sehingga menjadi sumber
minyak nabati termurah.

124
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

2. Produktivitas minyak sawit mencapai 3,2 ton/ha, jauh lebih tinggi


dibandingkan dengan tanaman lainnya seperti kedelai, kopra, dan bunga
matahari yang dibawah 1 ton/ ha.

3. Minyak sawit bersifat interchangeable dan memiliki ragam penggunaan


sangat luas baik untuk pangan dan non pangan.

4. Potensi pasar yang sangat besar, terutama setelah terjadinya pergeseran


penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan di negara maju.

II. POHON INDUSTRI

Sumber : Pahan, 2008

125
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

III. RENDEMEN

Potensi Daya Hasil Tanaman Kelapa Sawit


Berdasarkan Kelas Kesesuaian Lahan

Kelas (ton Kelas (ton


Umur Umur
TBS/Ha/tahun) TBS/Ha/tahun)
(tahun) (tahun)
S1 S2 S3 S1 S2 S3
3 9 7 6 15 28 25 24
4 15 12 10 16 27 25 23
5 18 16 14 17 26 24 22
6 21 20 18 18 25 23 22
7 26 25 23 19 24 22 21
8 29 27 25 20 23 22 20
9 31 27 25 21 22 21 19
10 31 27 25 22 20 20 18
11 31 27 25 23 19 18 17
12 31 27 25 24 18 17 16
13 31 27 25 25 17 16 15
14 30 26 24

Sumber : Fauzi, 2002

Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit


Berdasarkan Jenis Varietas

Produksi TBS Produksi CPO Rendemen Produksi


Varietas Rata-rata Rata-rata Minyak Minyak Inti
(ton/ha/tahun) (ton/ha/tahun) (%) (ton/ha/tahun)
DxP
25-28 6,5-7,3 23-26 0,49
Sungai Pancur I
DxP
24-27 6,2-6,8 23-25 0,51
Sungai Pancur 2
DxP
24-27 6,0-6,7 23-25 0,56
Dolok Sinumbah
DxP
22-24 5,7-6,2 23-26 0,62
Bahjambi
DxP
24-25 6,0-6,3 23-25 0,54
Marihat
DxP
24-27 5,5-7,0 23-26 0,54
Avros
DxP
26-27 5,9-7,0 23-26 0,60
La Me
DxP
25-28 5,8-7,3 23-26 0,62
Yangambi

Sumber : Fauzi, 2002

126
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

IV. FAKTOR KRITIS

Biaya investasi dan modal kerja yang diperlukan untuk operasional amat ditentukan
oleh lokasi fasilitas produksi. Menurut pandangan pengusaha, lokasi pabrik idealnya
berada di tengah-tengah perkebunan. Namun demikian, menurut Turner (2003)
terdapat faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam membangun
industri pengolahan kelapa sawit, yaitu :

A. Soil load-bearing capacity

Fondasi pabrik dan pekerjaan sipil mengambil porsi yang cukup besar dari total biaya
pembangunan pabrik, yaitu berkisar antara 15% sampai dengan 40%. Tingginya
biaya tersebut erat kaitannya dengan jenis tanah, kedalaman sub-soil dan
kandungan material tanah yang dominan. Lapisan tanah dangkal diatas batuan
membutuhkan biaya pembangunan fondasi yang relatif lebih murah. Sementara itu
lapisan tanah yang labil membutuhkan fondasi beton dan tiang pancang untuk
menahan struktur bangunan utama pabrik. Fondasi dan struktur bangunan pabrik
juga harus memperhitungkan spesifikasi seismik tertentu, apalagi di daerah yang
rawan gempa.

B. Water availability

Ketersediaan pasokan air bersih yang permanen sangat penting untuk mejaga
kontinuitas produksi. Pabrik pengolahan kelapa sawit modern memerlukan 0,5 1
ton air bersih untuk mengolah 1 ton TBS. Pabrik dapat menggunakan sumber air dari
permukaan tanah seperti telaga alam atau membangun danau buatan. Namun, pada
musim kemarau air dari permukaan tanah banyak mengandung silica, sehingga
memerlukan proses demineralisasi sebelum digunakan oleh boiler. Air dari bawah
tanah volumenya terbatas dan memerlukan proses pompa, penyaringan, dan
penjernihan. Sedangkan kualitas air aliran sungai tidak dapat dikendalikan dan pada
musim hujan berisiko terjadi banjir di lingkungan pabrik.

C. Topography

Kondisi alam dapat membawa kemudahan atau menimbulkan kesulitan (biaya) bagi
proses produksi. Konstruksi loading ramps yang tepat dapat menekan biaya produksi
dalam jumlah yang signifikan. Rancangan ketinggian pabrik yang berbeda (split
level) dapat mempermudah aliran produksi, sekaligus dapat menghemat ruang.

D. Location

Jarak antara lokasi pabrik dengan kebun akan sangat menentukan biaya produksi
secara keseluruhan. Lokasi pabrik yang terbaik adalah berada di tengah-tengah
kebun. Namun apabila hal ini menemui kendala, maka dapat dipilih lokasi pabrik
dipinggiran kebun dengan pertimbangan lebih dekat kepada akses pemasaran.

E. Effluent Disposal

Pabrik kelapa sawit menghasilkan limbah cair yang cukup banyak berasal dari
proses sterilisasi, stasiun penjernihan, dan pencucian kernel. Pembuangan limbah ke
dalam aliran sungai atau ke laut adalah sesuatu yang dilarang. Untuk itu diperlukan
areal yang cukup luas untuk membangun instalasi pengolahan limbah. Lokasi
pengolahan sebaiknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi dapat diakses
secara mudah. Proses pengolahan limbah meliputi pemisahan kandungan minyak,

127
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

air, dan ampas padat. Air yang telah diolah dapat dialirkan keluar dan kandungan
minyak yang diperoleh dapat dijual secara terpisah. Sedangkan ampas dapat
digunakan sebagai pupuk karena memiliki kandungan nutrisi yang baik bagi
tanaman.

F. Transportation Distance

Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan lokasi pabrik.


Ketersediaan infrastruktur jalan raya, rel kereta api, atau pelabuhan adalah faktor
yang paling penting untuk kelancaran pemasaran/ ekspor produk. Selain itu adalah
akses kepada bahan baku, tangki penyimpanan, dan ketersediaan dan mobilitas
tenaga kerja.

V. REKOMENDASI PROSES PRODUKSI

Process strategy diperlukan untuk mengubah sumberdaya menjadi produk sesuai


dengan spesifikasi yang diinginkan konsumen dengan keterbatasan biaya dan
kendala manajerial lainnya yang dihadapi (Heizer, 1999). Pada dasarnya setiap
produk dan jasa dihasilkan melalui kombinasi dari salah satu proses berikut ini : (1)
process focus, (2) repetitive focus, dan (3) product focus.

Product focused strategy atau yang lebih dikenal dengan sebutan continuous
process paling tepat diterapkan dalam industri yang menghasilkan output besar (high
volume) dengan keragaman produk yang rendah (low variety of product) seperti
industri pengolahan kelapa sawit. Penggunaan fasilitas pabrik yang sangat tinggi
(70%-80%) dan terus menerus menyebabkan strategi ini memerlukan biaya tetap
yang besar namun biaya variabel yang rendah.

Process Strategy : Product Focused

Volume : High Volume


Variety of Product : Low variety of product
Facility Utilization : High Utilization (70%-80%)
Equipment : Specialized Equipment
Process : Dedicated Process/ Technology

128
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Alur Proses Produksi CPO dan Kernel


(Turner, 2003)

REFERENSI

Fauzi, Yan et.al.. 2002. Kelapa Sawit, Edisi Revisi. Penebar Swadaya: Jakarta

Heizer, Jay and Render, Barry. 1999. Operations Management. 5th edition. Prentice
Hall: New Jersey.

Pahan, Iyung. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis dari
Hulu hingga Hilir. Cetakan V. Penebar Swadaya: Jakarta.

Prihandana, Rama et.al. 2006. Menghasilkan Biodiesel Murah Mengatasi Polusi &
Kelangkaan BBM. Cetakan Pertama. Agromedia Pustaka: Jakarta.

Turner, P.D. dan Gillbanks, R.A. 2003. Oil Palm Cultivation and Management. 2nd
Edition. The Incorporated Society of Planters: Kuala Lumpur

129
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

KOMODITI KOPI
(Coffea spp)

Oleh Bambang Laksanawan

I. PROFIL KOMODITAS

A. Sejarah Komoditi Kopi

Sejarah perkembangan kopi dapat ditelusuri jejaknya dari sekitar abad ke-9, di
dataran tinggi Ethiopia. Dari sana lalu menyebar ke Mesir dan Yaman, dan kemudian
pada abad lima belas menjangkau lebih luas ke Persia, Mesir, Turki dan Afrika utara.
Dari dunia Muslim, kopi menyebar ke Eropa, di mana minuman ini menjadi populer
selama abad ke-17. Orang Belanda adalah yang pertama kali mengimpor kopi dalam
skala besar ke Eropa, permintaan terhadap kopi meningkat cukup tinggi, sampai
para penyalur harus membuka persediaan cadangan dan menaikkan harganya
secara dramatis.

Sejarah perkembangan kopi di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari masa


penjajahan Belanda. Pemerintah Belanda pada awalnya menanam kopi di daerah
sekitar Batavia(Jakarta), Sukabumi, Bogor, dan akhirnya menyebar ke berbagai
daerah seperti Jawa timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatra, Sulawesi. Sekitar
abad ke-20, semua perkebunan kopi di Indonesia terserang hama yang
mengakibatkan musnahnya hampir semua tanaman kopi. Untuk menanggulangi
masalah tersebut, akhirnya pemerintah Belanda mencoba menanam kopi Liberika.
Akan tetapi, varietas ini ternyata tidak begitu populer dan pada akhirnya juga
terserang hama. Awal abad ke-20 perkebunan kopi berada di bawah kontrol
pemerintahan Belanda.

Kopi yang ditanam di Jawa Tengah umumnya adalah kopi Arabika, sebagian besar
merupakan perkebunan rakyat dengan penerapan teknologi budidaya yang masih
terbatas. Bila penerapan teknologi budidaya di perkebunan kopi rakyat tersebut
diperbaiki, produksinya bisa ditingkatkan.

B. Deskripsi Komoditi Kopi

Kopi (Coffea spp.) adalah tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili
Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuh tegak, bercabang dan dapat
mencapai tinggi 12 meter. Daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing. Daun
tumbuh berhadapan pada batang, cabang dan ranting-rantingnya. Tanaman kopi
memiliki akar tunggang, asalkan berasal dari bibit semaian, bukan hasil stek,
cangkokan maupun okulasi.

Adapun klasifikasi botani tanaman kopi adalah sebagai berikut:


Kingdom : Phyta
Divisio : Spermatophyta
SubDivisio : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Rubiales
Family : Rubiaceae
Genus : Coffea

130
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Tanaman kopi merupakan salah satu genus dari Famili Rubiaceae. Genus kopi ini
memiliki sekitar 100 spesies, namun dari 100 spesies itu hanya 3 jenis yang memiliki
nilai ekonomis, yaitu Liberica, Robusta dan Arabika yang dihasilkan oleh tiga jenis
tumbuhan yang berbeda, Arabika adalah kopi tradisional, dan dianggap paling enak
rasanya, Robusta memiliki kafein yang lebih tinggi dapat dikembangkan dalam
lingkungan di mana Arabika tidak akan tumbuh, dan membuatnya menjadi pengganti
Arabika yang murah. Robusta biasanya tidak dinikmati sendiri, dikarenakan rasanya
yang pahit dan asam. Robusta kualitas tinggi biasanya digunakan dalam beberapa
campuran espresso. Sementara dan untuk selanjutnya karena sudah tidak populer
Kopi Liberica tidak kita bahas lebih lanjut secara mendetail disini.

Gambar 1. Jenis Kopi di Indonesia

Coffea Arabica (kopi Arabica), Coffea Canephora (kopi Robusta) dan coffea Liberica (kopi Liberica)

Ada satu jenis kopi dari Indonesia yang tidak biasa dan sangat mahal harganya dari
jenis Arabica dan Robusta yang dinamakan kopi luwak. Kopi ini dikumpulkan dari
kotoran luwak, yang proses pencernaanya memberikan rasa yang unik. Kopi jenis ini
sangat spesial karena Luwak atau musang secara alamiah memilih biji kopi yang
telah masak untuk dimakan. Biji kopi yang tidak tercerna akan keluar bersama feses
luwak. Kopi lebih banyak dimanfaatkan sebagai minuman penyegar baik di negara-
negara pengekspor maupun pengimpor kopi di seluruh dunia.

Tingginya tingkat permintaan terhadap produk kopi yang menjadi dasar untuk
memilih kopi sebagai produk agroindustri dan merupakan peluang bisnis yang baik
di masa mendatang di Indonesia yang memiliki potensi alam yang memadai untuk
memproduksi kopi.

Gambar /lampiran 2. Perbandingan Ciri-ciri Jenis Kopi ( www.sabah.gov )


Ciri-ciri Robusta Liberica Arabica
Bentuk buah Bulat Lonjong/bul Bulat/bujur
Panjang buah (cm) 0.8 - 1.5 at
2.0 - 2.5 1.0 - 1.5
Bentuk biji Lonjong Lonjong Lonjong
Panjang biji (cm) 0.7 - 0.9 1.3 - 1.5 0.85 - 1.0
Bil. Buah basah/ kg 650 - 140 - 260 500 - 750
% kopi beras dari kopi jambu 1000
18 - 25 8 - 12 20 - 25

Kandungan kafein 2.0 - 2.7 1.4 - 1.53 0.7 - 1.7


Keasaman (pH) 5.25 - 5.69 - 5.89 4.95 - 5.15
Mutu 5.40
Sederha Rendah Tinggi
na

131
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Gambar/Lampiran 3. Kandungan senyawa Kimia dari Kopi


Arabika Robusta Bubuk
Komponen
Green Roasted Green Roasted kopi instan
Mineral 3.0-4.2 3.5-4.5 4.0-4.5 4.6-5.0 9.0-10.0
Kaffein 09-1.2 1.0 1.6-2.4 2.0 4.5-5.1
Trigonelline 1.0-1.2 0.5-1.0 0.6-0.75 0.3-0.6 -
Lemak 12.0-18.0 14.5-20.0 9.0-13.0 11.0-16.0 1.5-1.6
Total 5.5-8.0 1.2-2.3 7.0-10.0 3.9-4.6 5.2-7.4
Asam Alifatis 1.5-2.0 1.0-1.5 1.5-1.2 1.0-1.5 -
Oligosakarida 6.0-8.0 0-3.5 5.0-7.0 0-3.5 0.7-5.2
Total 50.0-55.0 24.0-39.0 37.0-47.0 - 6.5
Asam amino 2.0 0 0 0

Protein 11.0-13.0 13.0-15.0 13.0-15.0 16.0-21.0

Humic acids - 16.0-17.0 16.0-17.0 15.02

Sumber : Clarke dan Macrae, 1987; Coffee chemistry (Volume 1). Elsevier Applied Science, London and New York)

C. Budidaya Agronomis Tanaman Kopi

Tanaman kopi mulai berbunga setelah berumur sekitar dua tahun. Mula-mula bunga
keluar dari ketiak daun yang terletak pada batang utama atau cabang reproduksi.
Bunga ini biasanya tidak berkembang menjadi buah, jumlahnya terbatas dan hanya
dihasilkan oleh tanaman yang masih sangat muda. Bunga yang jumlahnya banyak
akan keluar dari ketiak daun yang terletak pada cabang primer. Bunga ini berasal
dari kuncup-kuncup sekunder dan reproduktif yang berubah fungsinya menjadi
kuncup bunga.

Kuncup bunga kemudian berkembang menjadi bunga secara serempak dan


bergerombol. Jumlah kuncup bunga pada setiap ketiak daun terbatas, sehingga
setiap ketiak daun yang sudah menghasilkan bunga dengan jumlah tertentu tidak
akan pernah menghasilkan bunga lagi. Tetapi cabang primer dapat terus tumbuh
memanjang dan menghasilkan bunga baru. Bunga kopi akan mekar pada permulaan
musim kemarau, sehingga pada akhir musim kemarau telah berkembang menjadi
buah yang siap dipetik. Pada awal musim hujan, cabang primer akan memanjang
dan membentuk daun-daun baru yang siap mengeluarkan bunga pada awal musim
kemarau mendatang. Bagian penting untuk menghasilkan minuman kopi adalah
buah dan bijinya. Buah kopi berwarna hijau semasa muda, bertukar menjadi kuning
dan merah apabila masak.

Kondisi lingkungan tumbuh tanaman kopi yang paling berpengaruh terhadap


produktivitas tanaman kopi adalah tinggi tempat dan tipe curah hujan. Sebab itu,
jenis tanaman kopi yang ditanam harus disesuaikan dengan kondisi ketinggian
tempat dan curah hujan di daerah setempat. Selama ini, jenis kopi yang biasa
ditanam di perkebunan rakyat adalah kopi arabika dan robusta. Padahal kedua jenis
tanaman kopi tersebut selain ketinggian dan curah hujan juga menghendaki
persyaratan tumbuh yang berbeda sebagaimana terlampir.

132
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Persyaratan kondisi iklim dan tanah untuk kopi Robusta & Arabica

No Requirment of Climate Arabica Robusta


1 Tinggi tempat 300 - 600 m dpl 700 -1.400 m dpl
2 Suhu udara harian 24 - 30oC 15 - 24oC
3 Curah hujan rata-rata 1.500-3.000 mm/th 2.000-4.000 mm/th
4 Jumlah bulan kering 1-3 bulan/tahun 1 - 3 bulan/tahun

No Requirment of Soil Arabica Robusta


1 pH tanah 5,5 - 6,5 5,3 - 6,0
2 Kandungan bahan organik 2% 2%
3 Kedalaman tanah efektif >100 cm > 100 cm
4 Kemiringan tanah maximum 40% 40%

Gambar/Lampiran 4. Tabel Kondisi tanah dan Iklim utuk Tanaman Kopi

Dalam era perdagangan bebas, komoditas kopi sebagai bahan baku utama industri
kopi bubuk, mutu menjadi penentu daya saing di pasar ekspor maupun dalam negeri.
Dengan teknik budidaya yang baik dan sesuai maka bisa dihasilkan mutu produk (biji
kopi) yang baik dan sesuai dengan kehendak konsumen. Hal tersebut perlu
diperhatikan agar usaha taninya dapat berhasil baik, produksi kopinya tinggi dan
pendapatan petani juga tinggi.

Untuk itu ada empat faktor yang menentukan keberhasilan budidaya kopi, Keempat-
empatnya merupakan kegiatan yang berkesinambungan yang harus diterapkan
dengan baik dan benar yaitu:

(1) teknik penyediaan bahan dan sarana produksi,


(2) proses produksi/budidaya,
(3) teknik penanganan pasca panen dan pengolahan (agroindustri), dan
(4) sistem pemasarannya.

1. Penyediaan sarana dan bahan produksi


Dalam penyediaan tanaman sebagai bahan awal produksi memilih penanaman
bibit kopi ada tiga kriteria yang perlu diperhatikan antara lain produktivitas,
kualitas (aroma dan rasa amat berpengaruh terutama pada jenis Arabika) dan
ketahanan terhadap gangguan hama/penyakit.

Untuk itu perlu disiapkan Kebutuhan bibit yaitu berkisar antara 1,6-2,0 ton/ha
dengan pembukaan atau persiapan lahan minimal 8 bulan. Pohon-pohon
peneduh seperti dadap, lamtoro, perlu disiapkan sebelum penanaman kopi dan
sangat dianjurkan ditanam sekurangnya setahu sebelum penanaman kopi.
Penanaman bibit sebaiknya dilakukan setelah 6-8 bulan umur bibit tanaman dan
dianjurkan pada awal musim hujan, agar terjamin tanaman tidak akan
dihadapkan pada kekeringan.

133
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

2. Proses budidaya penanaman


Kopi mempunyai citarasa yang khas sehingga poduksi kopi akan sangat
tergantung pada proses awalnya, yang secara langsung mempengaruhi citarasa
kopi yang dihasilkan. Kopi yang berkualitas akan tergantung pada teknologi
budidaya, pengolahan pascapanen, dan pemasaran.

Proses budidaya ini diawali dengan penyiapan lubang untuk tanaman kopi dapat
dibuat dengan ukuran 60x60x60 cm dengan jarak tanam 2,5x2,5 m tergantuk
letak dan keadaan kebun.

3. Pemupukan tanaman
Pupuk yang digunakan pada umumnya harus mengandung unsur-unsur
Nitrogen, Phospat dan Kalium dalam jumlah yang cukup banyak dan unsur-unsur
mikro lainnya yang diberikan dalam jumlah kecil. Ketiga jenis tersebut di pasaran
dijual sebagai pupuk Urea atau Za (Sumber N), Triple Super Phospat (TSP) dan
KCl. Selain penggunaan pupuk tunggal, di pasaran juga tersedia penggunaan
pupuk majemuk. Pupuk tersebut berbentuk tablet atau briket di dalamnya, selain
mengandung unsur NPK, juga unsur-unsur mikro.

Selain pupuk anorganik tersebut, tanaman kopi sebaiknya juga dipupuk dengan
pupuk organik seperti pupuk kandang atau kompos. Pemberian pupuk buatan
dilakukan 2 kali per tahun yaitu pada awal dan akhir musim hujan, dengan
meletakkan pupuk tersebut di dalam tanah (sekitar 10 - 20 cm dari permukaan
tanah) dan disebarkan di sekeliling tanaman. Adapun pemberian pupuk kandang
hanya dilakukan Tahun 0 (penanaman pertama).

4. Pemeliharaan Periode Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)


Selama 3 tahun pertama, tanaman kopi biasanya belum menghasilkan atau
dikenal sebagai periode TBM. Tanaman baru menghasilkan biasanya pada tahun
ke empat dan diperkirakan dapat berumur sampai 30 tahun apabila dirawat
dengan baik.

Tanaman kopi termasuk apa yang dinamakan "tanaman hari pendek" (short day
plant), yaitu tanaman yang membentuk bakal bunga dalam periode hari pendek
(yang dimaksud dengan hari pendek adalah siang hari yang panjangnya kurang
dari 12 jam). Pola panen tanaman ini di Indonesia dapat dilihat pada masa
panen.

Penurunan produksi tanaman ini adalah merupakan konsekuensi dari sifat


alaminya yang dapat mencapai 20 hingga 60 %, tergantung pada kondisi
kesehatan tanaman tersebut.

Dengan fenomena seperti ini, jika kita ingin membandingkan produktifitasnya


dari satu masa panen ke masa panen yang lain, maka harus diambil tiap 2 tahun,
sebagai contoh, membandingkan produksi panen pada tahun ke-4 dengan tahun
ke-6, dan bukan membandingkannya dengan tahun ke-5. Dengan metode ini kita
mendapatkan produksi rerata per dua tahun, hal ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya kesimpulan yang menyesatkan.

5. Pemeliharaan Periode Tanaman Menghasilkan (TBM)

Pemanenan buah kopi dilakukan dengan cara memetik buah yang telah masak.
Penentuan kematangan buah ditandai oleh perubahan warna kulit buah. Kulit
buah berwarna hijau tua ketika masih muda, berwarna kuning ketika setengah

134
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

masak dan berwarna merah saat masak penuh dan menjadikehitam-hitaman


setelah masak penuh terlampaui (over ripe).

Tanaman kopi tidak berbunga serentak dalam setahun, karena itu ada beberapa
cara pemetikan :
1) Pemetikan pilih/selektif (petik merah) dilakukan terhadap buah masak.
2) Pemetikan setengah selektif dilakukan terhadap dompolan buah masak.
3) Pemetikan lelesan dilakukan terhadap kopi yang gugur karena terlambat
pemetikan.
4) Pemetikan rampasan merupakan pemetikan terhadap semua kopi yang masih
hijau, biasanya pada pemanenan akhir.

II. POHON INDUSTRI

Lampiran 5: Skema Pohon Industri Kopi

III. RENDEMEN

Rendemen didapat dari perbandingan output dengan input (Output/Input X 100%)


Identik dengan produktivitas.

Rendemen biji kopi hasil pengolahan berbeda menurut jenisnya. Rendemen biji kopi
arabica berkisar antara 16-18 %, sedangkan kopi Robusta berkisar 20-30 %
(www.agroindonesia.com). Hal ini berarti setiap 100 kg biji kopi segar, untuk kopi

135
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Arabica akan menghasilkan 16-18 kg kopi (dengan kandungan air 12 %), sedangkan
untuk kopi Robusta akan menghasilkan 20-30 kg kopi.

Selain rendemen, kualitas kopi juga ditentukan oleh ukuran biji kopi, berpengaruh
pada harga jual kopi tersebut. Ukuran biji kopi dipengaruhi oleh faktor varietas
tanaman yang ditanam, cuaca, ketinggian daerah tanam, kesuburan tanah, dan
sistem pemotongan saat panen.

IV. FAKTOR KRITIS

Menguraikan hal-hal mempengaruhi tingkat produktivitas. Ukuran biji kopi


merupakan salah satu elemen penting dari kualitasnya yang berpengaruh pada
harga jual kopi tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran biji tersebut
antara lain varietas tanaman yang ditanam, cuaca, ketinggian daerah tanam,
kesuburan tanah, dan sistem pemotongan saat panen.

Kopi arabika menghendaki ketinggian lahan yang lebih tinggi dari kopi robusta agar
dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Penanaman kopi arabika pada lahan
dataran rendah produktivitasnya akan menurun dan lebih rentan terhadap penyakit
karat daun, sedangkan penanaman kopi robusta cocok ditanam pada ketinggian
antara 300-600 m di atas permukaan laut.

V. REKOMENDASI PROSES PRODUKSI

Proses Produksi Pada tanaman kopi Arabika dan Robusta dikenal dua macam
proses, Biji kopi dapat diolah dengan beberapa cara antara lain :

A. Proses kering

Proses kering amat sederhana dan tidak memerlukan peralatan khusus. Setelah
dipetik, kopi biasanya dikeringkan dengan cara dijemur selama 10 sampai 15 hari.
Baru setelah itu kopi tersebut dikupas. Hampir semua kopi Arabika dari Brazil melalui
proses kering, dan kualitasnya tetap bagus karena kopi yang dipetik biasanya yang
telah betul-betul matang (berwarna merah).

Pengolahan cara kering (mutu OIB/ Oost Indische Bereiding) untuk perkebunan dan
mutu GB untuk rakyat) umumnya dilakukan oleh petani karena prosesnya sederhana
dan biaya investasi alat yang rendah. Pengolahan secara kering ditujukan untuk
kopi Robusta, karena tanpa fermentasi sudah dapat diperoleh mutu yang cukup baik.
Untuk kopi Arabica dan sebaiknya dilakukan dengan pengolahan basah karena
memerlukan fermentasi.

Setelah dipetik, kopi disortasi gelondongan untuk memisahkan kopi yang berwarna
hijau, hampa dan terserang bubuk dengan kopi yang berwarna merah. Setelah
sortasi kopi langsung dikeringkan agar tidak mengalami proses kimia yang bisa
menurunkan mutu. Kopi dijemur selama 10 sampai 15 hari, atau jika diaduk
terdengar bunyi gemerisik. Makin cepat biji kopi kering, mutu kopi semakin baik.
Hampir semua kopi Arabica dari Brazil melalui proses kering dan kualitasnya tetap
bagus karena kopi yang dipetik telah matang dengan sempurna (berwarna merah).

Kopi yang sudah dikeringkan kemudian dikupas (hulling). Hulling pada pengolahan
kering bertujuan untuk memisahkan biji kopi dari kulit buah, kulit tanduk dan kulit
arinya. Hulling dilakukan dengan menggunakan mesin pengupas (huller).Kebiasaan

136
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

petani mengupas kulit dengan cara menumbuk harus dihilangkan karena akan
mengakibatkan banyak biji yang pecah.

Tahap akhir dari pengolahan kering adalah sortasi biji. Tahap ini bertujuan
membersihkan kopi beras dari kotoran sehingga memenuhi syarat mutu dan
mengklasifikasikan kopi tersebut menurut standar mutu yang telah ditetapkan.

Kopi gelondong
Pemetikan Sortasi gelondong

Kopi merah/ kopi hijau & terserang


Gelondong bubuk
Pengolahan rambang
Pengeringan
basah
Kopi hijau Kopi gelondong
kering
Petik hijau
& racutan Kopi diserang Hulling
bubuk Kulit buah,
Kopi beras kulit tanduk
& kulit air

Sortasi

Lampiran 6. Sketsa Bagan Pengolahan kering kopi

B. Proses basah

Pada proses basah diperlukan peralatan khusus dan hanya bisa memproses biji kopi
yang telah benar-benar matang. Proses jenis ini biasanya dilakukan oleh perkebunan
besar dengan peralatan yang memadai termasuk mekanik yang cakap sehingga
mereka tidak tergantung pada cahaya matahari untuk mengeringkan kopi tersebut.

Pengolahan basah (mutu WIB/ West Indische Bereiding) hanya untuk kopi sehat
berwarna merah, sedang kopi yang berwarna hijau dan terserang bubuk diolah
secara kering. Pengolahan basah dilakukan melalui tujuh tahap, yaitu sortasi
glondong, pulping, fermentasi pencucian, pengeringan, hulling dan sortasi biji.

Setelah pemetikan dan sortasi gelondong, biji kopi yang baik (berwarna merah)
disalurkan ke mesin pulper. Pulping bertujuan memisahkan biji dari kulit buahnya
sehingga diperoleh biji kopi yang masih terbungkus oleh kulit tanduknya. Kemudian
dilanjutkan ke tahap fermentasi untuk melepaskan lapisan lendir yang masih
menyelimuti kopi. Fermentasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara basah
dan cara kering.

Fermentasi basah dilakukan dalam bak semen yang bagian bawahnya berlubang-
lubang sebagai jalan keluarnya air. Lubang ini dilengkapi dengan saringan dan
pengatur keluarnya air. Fermentasi kering dilakukan dengan cara menumpuk kopi
yang baru keluar dari mesin pulper ditempat yang teduh selama 2-3 hari. Tumpukan
kopi ditutup dengan goni agar tetap lembab sehingga proses fermentasi bisa
berlangsung dengan baik.

Pencucian bertujuan untuk menghilangkan seluruh lapisan lendir dan kotoran-


kotoran lain yang masih tertinggal setelah difermentasi atau setelah keluar dari
mesin pulper. Kopi yang selesai dicuci mengandung air antara 53-55 %. Untuk

137
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

mencapai kadar air optimum 10-13 % dilakukan pengeringan. Kopi yang keluar dari
huller adalah kopi yang siap untuk disortasi dan diklasifikasikan mutunya.

Hal yang harus dihindari adalah menyimpan buah kopi di dalam karung plastik atau
sak selama lebih dari 12 jam, karena akan menyebabkan pra-fermentasi sehingga
aroma dan citarasa biji kopi menjadi kurang baik dan berbau busuk (fermented).

Gambar 7. Sketsa Bagan Pengolahan kopi basah

Gelondong merah Gelondong rambang

Pemetikan Sortasi gelondong Pengolahan


Kopi bernas kering
(berisi)

Pulping Kulit buah

Biji berkulit tanduk dan berlendir

Biji berkulit tanduk bersih lendir Fermentasi

Biji berkulit tanduk masih berlendir

Pencucian

Biji berkulit tanduk bersih dan


berlendir
Pengeringan

Kopi berkulit tanduk kering

Kulit tanduk
Hulling
Kulit ari
Kopi beras

Sortasi

Daun kopi arabica Biji kopi arabica buah matang Kopi binatang Luwak
arabica Pemakan Kopi

138
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

REFERENSI

Retnandari, N.D. dan Moeliarto, TY. 1993. Komoditi Kopi di Pedesaan Indonesia.
Aditya Media & Pusat Penelitian Pembangunan Pedesaan dan Kawasan
UGM: Jogjakarta

Siswoputranto, P.S. 1993. Kopi internasional dan Indonesia. Kanisius: Jogjakarta

Ditjen Pengembangan Perkebunan DitjenBun Deptan. 2008. Seri Buku Inovasi:


Kebijakan Komoditi Kopi. Penerbit Balai Besar PPTP & Balitbang Pertanian

www.kadin-indonesia.or.id [diakses tanggal 15 15 Februari oktober 2010]

www.bi.go.id/sipuk/id/lm/lada/pendahuluan.asp [diakses tanggal 11 Februari 2010]

139
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

LEBAH
(Apis)

Oleh: Analisa Setiawati

I. PROFIL LEBAH

Lebah merupakan sekelompok besar serangga yang dikenal karena suka hidup
berkelompok meskipun sebenarnya tidak semua lebah bersifat demikian. Semua
lebah masuk dalam suku/familia Apidae (ordo Hymenoptera: serangga bersayap
selaput). Di dunia terdapat kira-kira 20.000 spesies lebah dan dapat ditemukan di
setiap benua, kecuali Antartika.

Sebagai serangga, ia mempunyai tiga pasang kaki dan dua pasang sayap. Lebah
membuat sarangnya di atas bukit, di pohon kayu dan pada atap rumah. Sarangnya
dibangun dari malam yang terdapat dalam badannya. Lebah memakan nektar bunga
dan serbuk sari.

Serangga betina memiliki peran penting dalam kelompok serangga ini. Perilaku dari
lebah sangat ditentukan oleh perilaku dari lebah betina. Beberapa lebah betina dari
spesies tertentu hidup sendiri (soliter) dan sebagian lainnya dikenal memiliki perilaku
sosial. Lebah soliter membangun sendiri sarangnya dan mencari makan untuk
keturunnya tanpa bantuan lebah lain dan biasanya mati atau meninggalkan sarang
pada saat keturunnya belum menjadi lebah dewasa. Kadang kala beberapa spesies
lebah soliter memberi makan dan merawat anaknya tanpa memberikan cadangan
makanan bagi anaknya, bentuk hubungan seperti ini dikenal dengan istilah
subsosial. Sementara pada tahap lebih tinggi, lebah hidup berkelompok dan saling
berbagi tugas sesuai dengan bentuk fisik masing-masing.

Dalam suatu kelompok (disebut "koloni") terdapat tiga kasta, yaitu:

Lebah ratu
Lebah betina (juga dikenal sebagai "lebah pekerja"); dan
Lebah Jantan

Setiap kasta lebah mempunyai tugas masing-masing. Lebah ratu hanya satu ekor
dalam setiap koloni dan mengawal semua kegiatan lebah betina dan leba h jantan.
Komposisi kromosomnya diploid sehingga dapat menghasilkan keturunan. Badannya
lebih besar karena sejak masih dalam bentuk larva ia diberi makan royal jelly yang
kaya akan khasiat. Tugas utamanya ialah kawin dan bertelur. Lebah ratu yang aktif
mampu bertelur kira-kira 2.000 butir sehari. Harapan hidup lebah ratu ialah tiga
tahun.

Lebah betina atau lebah pekerja mengumpulkan serbuk sari dan nektar. Madu
merupakan produk hasil pengolahan makanan ini dalam tubuhnya dan disimpan
dalam sarang lebah untuk makanan, termasuk untuk larva dan pupa. Ada juga lebah
betina yang bertugas membersihkan sarang dan menjaga anak-anak lebah. Harapan
hidup lebah pekerja ialah tiga bulan atau lebih sedikit. Lebah betina terbentuk tanpa
melalui perkawinan ("partenogenesis") dan mandul (steril) karena hanya memiliki
satu set kromosom (haploid).

Lebah jantan bertugas mengawini lebah ratu dan akan mati setelah kawin. Lebah
jantan merupakan lebah hasil perkawinan (sehingga diploid) yang diberi makanan

140
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

nektar dan madu biasa (bukan royal jelly). Terdapat pula lebah yang hidup
menyendiri, tidak dalam kelompok. Jenis lebah yang demikian disebut lebah soliter.

Lebah menjalani metamorphosis lengkap ("holometabola") sehingga terdapat empat


tahap bentuk kehidupan:

1. Telur
2. Larva
3. Pupa (kepompong)
4. Imago (lebah dewasa).

Telur yang menetas akan menjadi larva. Pada tahapan ini, lebah pekerja akan
memberi larva makanan berupa serbuk sari, nektar, serta madu. Sebagian nektar
yang dikumpul oleh lebah pekerja disimpan sebagai madu. Setelah beberapa hari,
larva berganti menjadi pupa dan seterusnya menjadi anak lebah.

Gambar 1. Lebah madu

Klasifikasi lebah menurut Linnaeus,1758 adalah :

Kerajaan : Animalia,atau hewan


Filum : Arthropoda atau serangga
Kelas : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Famili : Apidae
Bangsa : Apini
Genus : Apis
Spesies : Apis andreniformis
Apis cerana, atau lebah madu timur
Apis dorsata, lebah madu raksasa
Apis florae,lebah madu kerdil
Apis Koschevnikovi,atau lebah asal Kalimantan
Apis mellifera, lebah madu barat,
Apis nigrocincta, lebah madu asli sulawesi

141
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Jenis spesies lebah yang terdapat di Indonesia adalah A. andreniformis, A. cerana


dan A. dorsata, serta khusus di Kalimantan terdapat A. koschevnikovi. Ada beragam
jenis lebah madu yang layak dibudidayakan. Di antaranya lebah dari jenis lebah
hutan (Apis dorsata), lebah lokal (Apis cerana), dan lebah unggul (Apis mellifera).
Lebah unggul, sesuai namanya, yang paling disenangi pasar. Jenis ini lebih produktif
dibandingkan lebah lokal, juga lebih jinak. Racun pada sengatnya sangat cocok
untuk pengobatan berbagai penyakit. Lebah yang dibudidayakan oleh kebanyakan
peternak di dunia ini awalnya berasal dari daratan Eropa.

Dapat dikatakan bahwa hampir seluruh wilayah hutan di Indonesia terdapat lebah
hutan apis dorsata yang sangat produktif menghasilkan madu. Untuk lebah lokal apis
melifera cerena yang produktif menghasilkan madu juga tersebar di seluruh
kepulauan nusantara. Demikian juga dengan lebah impor apis mellifera linnaeus juga
telah berhasil dikembangan dan dapat beradaptasi dengan baik di alam lingkungan
Indonesia.

Hasil utama dari lebah adalah madu yang berasal dari nektar yang ada pada bunga.
Mula-mula lebah mencari bunga-bunga yang sedang mekar untuk dihisap nektarnya.
Kemudian nektar itu diolah di dalam tubuhnya. Setalah itu lebah pekerja kembali ke
sarangnya (stup) untuk menyimpan madu tersebut pada sel-sel sarang, sebagai
bahan makanan lebah ratu, jantan dan pekerja (betina). Sisiran sarang yang sudah
penuh madu kemudian dipisahkan dari bingkainya dan dimasukkan ke dalam
ekstraktor yang meremas-remas sisiran saran yang penuh secara mekanis. Dengan
demikian, madu akan terpisah dengan sisiran sarang yang kemudian akan keluar
melalui kran, dan ditampung dengan ember yang telah disediakan. Untuk hasil yang
lebih baik lagi, madu dari mesin ekstrator kemudian disaring lagi dengan saringan
madu untuk kemudian baru dapat dimasukkan kedalam botol untuk dipasarkan.

Tepung sari merupakan produk sampingan dari kegiatan usaha beternak lebah.
Lebah akan mencari bunga-bunga yang mengandung tepung sari untuk kemudian
menempelkan tubuhnya ke permukaan bunga dimaksud, yang secara otomatis akan
menyebabkan tepung sari (polen) menempel di bulu-bulu yang dimilikinya. Sewaktu
terbang kembali, tepung sari dimaksud dikumpulkan dengan menggunakan sikat
tepung sari yang terdapat pada kaki-kakinya. Tepung sari yang telah menempel pada
bulu-bulu di kepala, leher dan sekitarnya akan disikat menggunakan kaki depan yang
dibasahi oleh bagian mulutnya. Tepung sari yang melekat pada daerah dada
dikumpulkan oleh kaki kedua. Disamping itu, sepasang kaki kedua ini juga menerima
tepung sari yang telah dikumpulkan oleh sepasang kaki pertamanya. Sementara itu
pasangan kaki ketiga mengumpulkan tepung sari yang melekat pada bagian perut.
Setelah terkumpul dan dibasahi dengan zat cairan, kemudian ke dalam kantung
tepung sari yang terdapat pada kaki belakang. Selanjutnya lebah pekerja tersebut
memasuki sarang dan memeriksa sel-sel sarang yang kosong untuk kemudian diisi
tepung sari.

Lilin (malam) lebah adalah produk yang umumnya disebut malam lebah. Lilin ini
dihasilkan oleh empat pasang kelenjar yang terdapat di bagian samping bawah
perut. Sejak usia 2 minggu, lebah sudah mampu menghasilkan lilin. Untuk
menghasilkan 1 kg lilin, lebah harus mengkonsumsi 10 kg madu. Secara alamiah
lebah menghasilkan lilin untuk keperluan membangun sel-sel sarang lebah.Lilin
lebah adalah hasil proses metabolisme dari kelenjar khusus yang dimiliki oleh lebah,
dimana hasil dari metabolisme itu akan dikeluarkan (diekskresikan) melalui ruas-ruas
bagian belakang.

142
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Periode panen beternak lebah dapat diketahui sebagai berikut :


madu setiap 10 hari
tepung sari sertiap 3 hari
malam (lilin) setiap 10 hari

II. POHON INDUSTRI

Produk turunan yang dihasilkan lebah ada 13 buah, di antaranya madu, propolis,
royal jelly, pollen, bee venom, lilin lebah, roti lebah, dan larva lebah

Di bidang industri, madu hasil dari lebah digunakan sebagai bahan dalam industri
rokok, makanan, minuman, obat-obatan, susu, roti, sabun mandi, shampo, kosmetik
dan sebagainya

Madu merupakan sumber komoditi yang banyak diperlukan bagi industri farmasi,
kosmetik, dan makanan, disamping konsumsi sehari-hari. Madu menurut hasil riset
diketahui mengandung 24 macam zat gula, di samping mengandung zat ferment,
vitamin mineral, asam, asam-asam amino, hormon, zat bakterisidal an bahan-bahan
aromatik. Madu diyakini secara rasional merupakan sumber daya energi bagi tubuh
(100 fr madu = 328 kalori).

Madu

Pemanfaatan :
Royal Jelly Industri Farmasi
Industri Kosmetik
Hasil produksi Industri Makanan
Pollen Industri Minuman
lebah

Propolis

Pemanfaatan :
Lebah
Lilin lebah Industri batik
Industri lilin
Industri Farmasi

Larva
lebah
Makanan
Pepes,botok
Roti
Lebah

Bee
venom: Pengobatan
Apitoxin

Gambar 2. Pohon Industri Lebah

143
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Berikut adalah manfaat madu bagi kehidupan manusia:

A. Sebagai Food Supllement


Menurut sebuah sumber kepustakaan setiap 1000 gram madu bernilai 3.280
kalori. Nilai 1 kg madu sama dengan 20 butir telur atau 5,575 liter susu atau
1,680 kg daging. Kandungan yang terdapat dalam madu dapat digunakan
sebagai pengibatan tradisional, antibody, dan penghambatan pertumbuhan sel
kanker (tumor).

Untuk kandungan asam dalam madu seperti asam glikolat, asam format, asam
laktat, asam sitrat, asam asetat, asam oksalat, asam oksalat, asam malat dan
asam tartarat bermanfaat bagi kesehatan terutama kesehatan metabolisme,
bahkan dalam asam laktat mengandung zat laktobasilin yang berfungsi untuk
menghambat pertumbuhan sel kanker atau tumor. Asam amino bebas dalam
madu dapat mampu menyembuhkan penyakit dan bahan pembentukan
neurotransmitter atau senyawa yang berfungssi untuk mengoptimalkan fungsi
dari otak.

Beberapa kandungan mineralnya seperti :


Tembaga (Cu) yang berkaitan dengan hemoglobin dan kekurangan zat yang
menyebabkan berkurangnya ketahanan tubuh dan memicu meningkatnya
kadar kolesterol.
Mangan (Mn) yang berfungsi sebagai antioksidan dan berpengaruh dalam
pengontrolan gula darah serta mengatur hormone tiroid.
Magnesium (Mg) berperan penting dalam dalam mengaktifkan fungsi replikasi
sel, protein dan energi
Iodium (I) berguna bagi pertumbuhan dan membantu pembakaran kelebihan
lemak dalam tubuh.
Seng (Zn) berguna bagi ketahanan tubuh.
Kalsium (Ca) dan Fosfor (F) berguna bagi pertumbuhan tulang dan gigi.
Besi (Fe) membantu proses pembentukan sel darah merah.
Molibdenum yang berfungsi sebagai pencegah anemia dan penawar racun

Madu merupakan food supplement yang berkhasiat karena mengandung


monosakarida yang terdiri atas glukosa dan fruktosa. Karena kandungannya,
tidak heran jika madu dapat digunakan untuk pengobatan dan makanan
suplemen bagi mereka yang sedang diet. Pada saat diminum madu langsung
diserap darah sehingga cepat menghasilkan tenaga.

B. Sebagai Obat
Untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit ringan maupun kronis dapat
digunakan madu karena di dalam madu terdapat zat antiseptic yang dapat
diminum bagi penderita radang tubuh. Fungsi madu alami sesungguhnya tidak
kalah penting dengan obat sakit kepala di zaman sekarang. Rasa manis madu
alami dapat mengurangi rasa sakit karena gula yang terkandung di dalamnya
dapat memproduksi serotonin lebih banyak dalam otak. Serotonin adalah suatu
senyawa kimia yang mampu menenangkan aktivitas otak, sehingga bagi yang
mengkonsumsi madu alami dapat merasa lebih rileks dan tidur nyenyak.

Kandungan asetilkolin dalam madu dapat membantu melancarkan peredaran


darah atau juga dapat mengurangi tekanan darah yang terlalu tinggi (hipertensi).
Selain itu juga dapat mengatasi berbagai gejala dan gangguan penyakit seperti
panas dalam, flu, demam, masuk angin, serangan jantung, lever dan
lainnya.Madu alami juga berkhasiat untuk mengobati luka bakar.

144
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

C. Baik Untuk Diabetes


Diabetes adalah cacat seumur hidup yang diakibatkan karena pancreas tidak
dapat menghasilkan insulin secara normal sehingga zat karbohidrat tidak
semuanya dapat diubah menjadi tenaga sisanya menumpuk dalam darah yang
selanjutnya keluar dari tubuh bersama air seni.

Madu merupakan sumber karbohidrat istimewa karena dapat diolah menjadi


energy tanpa bantuan insulin. Penderita diabetes mellitus yang rajin meminum
madu, tubuhnya akan bertenaga dan tidak gampang lelah. Kadar gula terkendali
asalkan minum madu di iringi dengan pengurangan makan nasi dan karbohidrat
lainnya. Namun madu hanya dapat mengendalikan atau mengatasi kadar
gulanya saja., diabetes melitusnya sendiri tidak sembuh.

Oleh para dokter penderita kencing manis disarankan untuk tidak mengkonsumsi
madu karena dapat meningkatkan kadar gula dalam darah. Padahal, justru unsur
yang teroksidasi yang terkandung dalam madu mampu menjadi pengurai gula di
dalam darah sehingga tidak dapat membuat kadar gula menjadi tinggi. Madu
kaya akan vitamin B1, B5,G dan 100 unsur yang berbeda lainnya dianggap
sangat urgen bagi tubuh manusia khususnya bagi penderita diabetes mellitus.
Meski dalam madu terdapat 16 tipe gula tetapi dextrose dan levulosa justru yang
paling dominan. Gula yang terdapat dalam madu dikatakan dengan gula
sederhana atau predisgeted sehingga dapat diserap cepat oleh tubuh dan
menghasilkan energy instan. Berbeda dengan gula biasa yang diminum (gula
sukrosa) yang perlu dicerna dalam tubuh dengan bantuan insulin yang dihasilkan
kelenjar pancreas kemudian baru diserap sebagai energi.

D. Sebagai Perawat Kecantikan


Dalam bidang kosmetik dan kesehatan kulit, peran madu alami sangat penting
sebagai bahan kecantukan seperti lulur. Karena madu dapat melembabkan kulit
dan memberikan gizi pada kulit. Selain itu madu memiliki daya antibiotik untuk
membunuh dan menghilangkan kuman dalam lubang atau pori-pori kulit serta
pada permukaan kulit. Secara higroskopis membersihkan wajah dengan madu
alami baik langsung maupun tidak langsung maka segala kotoran yang yang
biasa menempel dan sering mengganggu kelancaran kerja saluran keringat
dapat dilarutkan hingga lancer dan bersih. Dengan begitu, berbagai jenis
penyakit atau keriput dan bintik-bintik hitam pada wajah dapat hilang dengan
cepat.

Sebuah penelitian para ahli kecantikan pernah menyimpulkan masker dari


campuran madu dan putih telor berkhasiat utnuk mengencangkan kulit.
Kandungan mineral dalam madu dan putih telor memberikan nutrisi pada lapisan
kulit dalam dan luar. Sebagai zat higroskopis, madu berfungsi sebagai penyerap
racun dan kotoran dalam kulit.

Selain menghasilkan madu dari nectar bunga, lebah madu juga menghasilkan
produk yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi antara lain :

Propolis

Propolis (lem lebah) dibuat dari getah yang dikumpulkan lebah pekerja dari pucuk-
pucuk pohon dan kuncup bunga tertentu. Getah diproses dalam mulut lebah sampai
menghasilkan lem. Bagi lebah madu lem ini bertujuan untuk melindungi dan
menghangatkan sarang pada saat musim dingin, lem ini digunakan untuk
merekatkan gumpalan-gumpalan lilin.

145
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Propolis merupakan senyawa kompleks yang terdiri dari 55% resin, 30% lilin lebah,
10% minyak aromatic dan 5% bee pollen. Kandungan propolis adalah semua vitamin
kecuali vitamin K, semua mineral kecuali sukfur, 16 rantai asam amino essential
yang dibutuhkan untuk regenerasi sel dan bioflafanoid yaitu zat antioksidan sebagai
suplemen sel. Dalam satu tetes propolis setara dengan bioflavanoid yang dihasilkan
500 buah jeruk.

Dalam dunia pengobatan lem lebah berkhasiat untuk menurunkan tekanan darah
tinggi, memperlancar air seni, sebagai anti virus dan tumor, sebagai zat wangi.

Propolis juga sangat berperan dalam melawan kanker. Propolis mengandung zat
CAPE (Asam Cafeic Phenetyl Esther), berbeda dengan kerja obat interferon yang
membunuh virus juga merusak sel sehat, sehingga pengobatan kanker sering kali
menimbulkan pengaruh buruk kepada pasien. Berbeda dengan propolis zat CAPE
menekan transformasi DNA-RNA virus sehingga memungkinkan virus menjadi tidak
berkembang dan merusak jaringan virus. Propolis banyak digunakan dalam industri
farmasi sebagai obat luka. Dalam dunia industri digunakan sebagai plester.

Royal Jelly

Royal jelly (sari madu) merupakan cairan putih berupa jelly atau krim susu dengan
rasa asam. Royal jelly ini jadi makanan larva lebah dan lebah ratu sehari-hari yang
memacu lebah ratu untuk bisa bertelur.

Pemanfaatan royal jelly masih terbatas pada masyarakat menegah ke atas karena
produk ini harganya mahal. Bahan baku royal jelly adalah tepung sari tanaman dan
sari madu yang merupakan hasil kelenjar hipofaring lebah pekerja muda,
mengandung berbagi macam vitamin B, H dan E.

Royal jelly memiliki kandungan gizi yang tinggi berupa 45% protein, 13% lemak, 20&
garam mineral dan sisanya merupakan aneka vitamin. Juga mengandung enzim
pencernaan, hormone gonatropin yang bisa menstimulir organ reproduksi ratu dan
pemasakan telur, antibiotika germisidin yang dapat mencegah pertumbuhan jamur
dan mikroorganisme.

Nutrisi royal jelly bisa menggantikan sel-sel tubuh yang mati dan memelihara
kebugaran tubuh, mempertahankan keperkasaan lelaki. Vitamin H yang terdapat
dalam royal jelly dapat berfungsi sebagai pengatur lemak dan protein dalam tubuh,
memperlancar proses asimilasi, mengaktifkan kembali kelenjar tubuh yang tidak bisa
bekerja normal serta menghilangkan rasa lelah.

Pollen (Tepung Sari)

Bagi lebah, pollen berfungsi sebagai pembentuk, pertumbuhan dan pengganti sel
yang rusak. Jika berlebihan pollen akan disimpan dalam sarang dan digunakan saat
pollen di lapangan langka. Pollen sangat penting sebagai sumber makanan utama
selain air dan karbohidrat. Di dalam pollen terdapat vitamin A, B, C, D, dan E. Selain
itu pollen juga mnegandung asam amino seperti prolenne, asam glutamate dan
asam aspartat. Kadar protein yang disimpan dalam sarang juga cukup tinggi. Secara
garis besar, pollen sebagai sumber protein dan nectar sebagai sumber karbohidrat
bagi lebah.

Pollen berkhasiat untuk meningkatkan daya tahan tubuh, memperlambat proses


penuaan dan menghaluskan kulit wajah, menurunkan kolesterol, memperlancar

146
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

fungsi pencernaan, mengobati asma, mencegah pendarahan otak, melindungi


selaput jantung dan dikonsumsi untuk penderita diabetes dan untuk memperpanjang
umur.

Lilin atau malam Lebah (Bee wax)

Malam lebah merupakan hasil metabolism dari kelenjar malam yang dimiliki oleh
lebah. Hasil metabolisme itu dikeluarkan (diekskresikan) melalui ruas-ruas bagian
abdomen. Lilin lebah dihasilkan oleh lebah pekerja yang berusi 12 hari atau lebih.

Warna lilin lebah bervariasi mulai dari putih sampai orange bersih. Lilin lebah
mengandung senyawa organic hidrokarbon jenuh, ester dan alcohol. Pemanfaatan
lilin ini antara lain sebagai bahan dasar batik tulis, membuat salep (kosmetik),
plester, kain pembalut.

Apitoxin (Racun Lebah)

Apitoxin atau racun lebah merupakan racun yang dibuat lebah pekerja, berbentuk
cairan bening, dan cepat mengering. Racun lebah adalah suatu bentuk perubahan
dari alat pengantar telur sebagai sengat yang berfungsi sebagai penghalau
musuhnya jika mendekati sarang.

Sengatan dalam jumlah tertentu dapat mengobati beberapa penyakit seperti rematik,
neuritis, asma, hipertonik, poliarthritis, sakit kepala karena gangguan syaraf, kencing
manis, arthritis, rematik, pegal-pegal, sakit gigi, nyeri punggung, migraine, asam urat,
susah tidur dan impotensi.

Di Cina, sengatan lebah sering digunakan dalam pengobatan akupuntur. Pemakaian


racun lebah sebagai obat harus hati-hati karena tidak bisa diberikan kepada orang
yang memiliki penyakit tertentu seperti penyakit jantung dan alergi (hipersensitif).
Karena itu, penggunaan racun lebah harus berdasarkan indikasi yang tepat. Istilah
populernya untuk pengobatan yang memakai racun lebah adalah BVT (bee venom
therapy).

Racun lebah mengandung minimal 18 senyawa aktif seperti apamine, melittine,


phospholipase, hyaluronidase, adolapin, histamine, dopamine, norepinefrine dan
seratonin. Beberapa pengobatan alternatif mengkhususkan diri pada penerapan
metode pengobatan dengan menggunakan berbagai bahan yang ada dalam
komunitas lebah dan sengatan lebah menjadi sajian utama. Salah satu teknik terapi
adalah sengatan lebah dan bisa lebah pada 400-an titik di atas tubuh manusia.

Pengobatan dengan metode ini sudah diakui Badan Kesehatan Dunia, WHO (World
Health Organization), dan di Indonesia sudah dikenal sejak puluhan tahun silam.
Sengatan lebah bisa menyembuhkan berbagai jenis penyakit seperti penyakit
ambeien, kanker dan stroke.

Hasil penelitian para ahli bidang kultifar menyebut, ada 60 jenis penyakit yang
diderita manusia dapat disembuhkan dengan sengatan lebah. Sengatan lebah
merupakan racun yang dibuat oleh lebah pekerja dan berbentuk cairan kuning dan
cepat mengering. Manfaatnya untuk mengobati penyakit seperti kencing manis,
rematik, pegal-pegal, sakit kepala, sakit gigi, nyeri punggung, migrain, asam urat,
susah tidur dan impotensi.

147
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

III. RENDEMEN

Lebah merupakan serangga yang banyak manfaatnya baik dari hasil utamanya
berupa madu maupun produk selain madu (royal jelly, pollen, propolis, lilin lebah dll).
Contoh rendemen untuk propolis dari hasil ekstraksi terhadap 150 gr sampel sarang
lebah madu Trigona spp, diperoleh rendemen sebesar 25,8417 gr (17,23%). Fisik
rendemen berbentuk pasta yang lengket dan berwarna merah kecoklatan serta tidak
larut dalam air, tetapi dapat larut dalam propilen glikol dan beberapa jenis pelarut
organik yang lain.

IV. FAKTOR KRITIS

A. Faktor Alam dan Cuaca

Lebah termasuk golongan serangga berdarah dingin, karenanya hewan ini sangat
peka terhadap perubahan cuaca. Lebah kurang cocok dibudidayakan pada daerah
yang bersuhu di bawah 10oC. Pada temperatur tersebut urat sayapnya akan menjadi
lemah dan tidak bisa terbang, sedangkan pada 5oC lebah tidak mampu lagi berjalan
dan akhirnya mati.

Indonesia termasuk wilayah yang memiliki udara sub tropis, sangat ideal untuk
mengembang biakkan dan membudidayakan lebah, karena rata-rata suhu udara nya
26 - 35oC. Sedangkan untuk dataran yang ketinggiannya di atas 1.000 meter dari
permukaan laut kurang cocok untuk pembudidayaan lebah, karena suhu udaranya di
bawah 15oC. Kondisi ini akan menyebabkan lebah malas keluar sarang dan memilih
bermain-main di dalam sarang, yang akan mengakibatkan kekurangan bahan
makanan karena lebah pekerja (betina) enggan mencari nektar dan tepung sari.
Dataran yang cocok untuk beternak lebah madu ini adalah dil lereng pegunungan
atau dataran tinggi yang bersuhu normal (di atas 25oC).

B. Ketersediaan Pakan Lebah : Nektar dan Pollen.

Ketersediaan tanaman yang banyak menjadi faktor penentu keberhasilan budidaya


lebah. Dengan berlimpahnya tanaman khususnya yang memiliki bunga akan
memberi pakan berlimpah bagi lebah-lebah yang dibudidaya. Lokasi yang disukai
lebah adalah tempat terbuka, jauh dari keramaian dan banyak terdapat bunga
sebagai pakannya.

C. Perawatan dan Sanitasi

Pada pengelolaan lebah secara modern lebah ditempatkan pada kandang berupa
kotak yang biasa disebut stup. Di dalam stup terdapat ruang untuk beberapa frame
atau sisiran. Dengan sistem ini peternak harus rajin memeriksa, menjaga dan
membersihkan bagian-bagian stup seperti membersihkan dasar stup dari kotoran
yang ada, mencegah semut/serangga masuk dengan memberi tatakan air di kaki
stup dan mencegah masuknya binatang pengganggu., sedapat mungkin jauhkan
stup dari dahan atau ranting, sehingga tidak digunakan sebagai lalu lintas semut.
Untuk menghindari serangan ngengat, stup harus sering diperiksa dan dijaga
kebersihannya. Karena ngengat senang dengan stup yang kotor.

148
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

D. Hama dan penyakit

Lebah sebagai makhluk hidup tetap mempunyai resiko terkena penyakit. Karena itu
seperti beternak hewan lainnya kesehatan lebah perlu dijaga, dari serangan penyakit
dan hama. Berikut ini dapat diketahui beberapa sumber penyakit dan hama :

Sumber Penyakit Sumber Hama


1. Bakteri 1. Semut
2. Protozoa 2. Ngengat
3. Virus 3. Caplak lebah
4.Protozoa 4. Capung
5.Bahan Kimia Beracun 5. Burung
6.Tungau 6. Amfibi
7. Musang Madu
8. Reptilia

Obat pembasmi penyakit yang akan menyerang lebah ini sangat banyak sekali,
antara lain : Apiston, Chlorefenzol, Folbex, Galecron dan sebagainya.

V. REKOMENDASI FAKTOR PRODUKSI

Kualitas madu yang dihasilkan oleh para peternak, masih belum bisa memenuhi
standar kualitas kalangan farmasi. Kadar air madu yang dihasilkan para peternak
masih berkisar sekitar 20% s.d. 25%, bahkan terkadang lebih tinggi lagi, sementara
yang dituntut oleh dunia farmasi adalah madu dengan kadar air maksimal 18%.

Untuk dapat memenuhi kriteria kalangan farmasi tersebut, sebenarnya peternak kita
bisa melakukannya dengan sangat sederhana. Hanya saja pendapatan mereka akan
terkurangi. Tingginya kadar air madu kita, disebabkan oleh tingkat kelembapan
kawasan tropis yang juga sangat tinggi (sekitar 60% s.d. 80%). Beda dengan
kawasan subtropis yang tingkat kelembapan udaranya sangat rendah (di bawah
50%).

Lebah sebenarnya memiliki cara sendiri untuk menurunkan kadar air madu yang
mereka kumpulkan, dengan mengipas-ngipas menggunakan sayap serta
memanaskannya dengan panas tubuh mereka. Setelah kadar air madu tinggal 18%,
lebah-lebah pekerja akan menutup sarang tempat penyimpanan madu tadi. Jadi
kalau peternak memanen madu setelah sarang-sarang tadi ditutup, maka kadar air
produk mereka dijamin paling tinggi 18%. Tetapi untuk itu, peternak harus bersedia
menunggu antara 13 sampai dengan 15 hari semenjak sarang penuh dengan madu.

Oleh karena itu, di perlukan teknologi yang tepat untuk mengurangi kadar air dari
madu yang di hasilkan. Teknologi yang dianjurkan dalam melakukan proses
pengolahan madu adalah dengan system Dedicated technology. Rekomendasi
menggunakan system ini adalah sifat karakteristik dari produk yang dihasilkan
merupakan bahan baku utama untuk industri farmasi dan industry kosmetik sehingga
harus memenuhi standard kualitas industry tersebut dan dalam proses
pengolahannya tidak boleh di campur dengan produk yang lain agar hasil madu yang
didapatkan berkualitas dengan kadar air yang rendah.

149
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

REFERENSI

Lebah madu. SI-PUK. http://www.bi.go.id


Lebah dan Pemanfaatannya. http://www.binaapiari.com
Lebah. http://www.wikipedia.org
Produk dan manfaat lebah bagi manusia. http://bisnisukm.com
Tukan, Gerardus Diri. 2008. Pengaruh Propolis Trigona spp Asal Pandeglang
Terhadap Beberapa Isolat Bakteri Usus Sapi dan Penelusuran Komponen
Aktifnya. Tesis. Institut Pertanian Bogor: Bogor

150
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

LIDAH BUAYA
(Aloe Vera)

Oleh Suherli

I. PROFIL KOMODITAS

A. Sejarah Singkat

Lidah buaya atau Aloe Vera Linn dalam bahasa latin, merupakan tumbuhan liar di
tempat yang berhawa panas atau ditanam orang di pot dan pekarangan rumah
sebagai tanaman hias. Daunnya agak runcing berbentuk taji, tebal, getas, tepinya
bergerigi/ berduri kecil, permukaan berbintik-bintik. Lidah buaya dikenal dengan
nama lokal Crocodiles tongues (Inggris); Jadam (Malaysia), Salvila (Spanyol), Lu hui
(Cina).

Lidah buaya merupakan salah satu dari 10 jenis tanaman terlaris di dunia telah
dikembangkan oleh negara-negara maju seperti Amerika, Australia dan negara di
benua Eropa sebagai bahan baku industri farmasi dan pangan. Lidah buaya sebagai
bahan baku industri yang penting untuk saat ini dan masa mendatang karena
memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia, bahkan komoditi ini telah
digunakan oleh manusia sejak dahulu kala.

Tanaman lidah buaya bukanlah merupakan tanaman asli Indonesia, namun dapat
tumbuh baik di Indonesia, bahkan di Propinsi Kalimantan Barat, khususnya di Kota
Pontianak, tanaman ini beradaptasi jauh lebih baik daripada di tempat-tempat
lainnya. Peluang pasar global, setidaknya regional, terhadap lidah buaya Indonesia
perlu ditindaklanjuti dengan berbagai program yang mendukung pengembangan
komoditi ini dari mulai pembudidayaannya di lahan petani, pengolahan hasilnya
menjadi berbagai produk agroindustri, dan pemasaran produk-produk tersebut baik
secara domestik maupun global.

B. Jenis Tanaman

Kingdom : Plantae
Order : Asparagales
Familiy : Asphodelaceae
Genus : Aloe
Species : Aloe vera
Latin : Aloe vera L
Indonesia : Lidah buaya

151
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

C. Manfaat Lidah Buaya

Beberapa manfaat komponen nutrisi lidah buaya untuk tubuh antara lain :
Asam folat, berguna untuk kesehatan kulit dan rambut
Kalium berperan penting dalam memelihara kekencangan muka dan otot
tubuh
Ferrum berperan sebagai pembawa oksigen ke seluruh tubuh
Vitamin A berguna untuk oksigenasi jaringan tubuh terutama kulit dan kuku.

Secara lengkap komponen-komponen nutrisi yang terkandung dalam lidah buaya


dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel Nutrisi dalam Lidah Buaya

No Item Nutrisi
1. Vitamin A, B1, B2, B12, C dan E
2. Mineral Kolin, Inositol, Asam folat, Kalsium, Magnesium, Potasium,
Sodium, Manganese, Cooper, Chloride, Iron, Zinc &
Chromium
3. Enzym Amylase, Catalase, Cellulose, Carboxypedidas dan
Carboxyphelolase
4. Asam Amino Arginine, Asparagin, Asam Aspartat, Analine, Serine,
Glutamic, Theorinine, Valine, Glycine, Lycine, Tyrozine,
Phenylalanine, Proline, Histidine, Leucine dan Isoleucine
Sumber : Aloevera Center, 2004

Penggunaan tanaman lidah buaya dalam industri secara garis besar dapat dibagi
menjadi empat jenis industri, yaitu:
Industri pangan, sebagai makanan tambahan (food supplement), produk yang
langsung dikonsumsi dan flavour
Industri farmasi dan kesehatan, sebagai anti inflamasi, anti oksidan, laksatif,
anti mikrobial dan molusisidal, anti kanker, imunomodulator dan
hepatoprotector.
Industri kosmetika, sebagai bahan baku lotion, krem, lipstik, shampo dan
kondisioner.
Industri pertanian, sebagai pupuk, suplemen hidroponik, suplemen untuk
media kultur jaringan dan penambah nutrisi pakan ternak.

Penggunaan tanaman lidah buaya yang cukup besar di dalam industri dikarenakan
komponen yang dimilikinya cukup lengkap dan bermanfaat. Komponen tersebut
terdapat dalam cairan bening seperti jeli dan cairan yang berwarna kekuningan.
Cairan bening seperti jeli diperoleh dengan membelah batang lidah buaya. Jeli ini
mengandung zat anti bakteri dan anti jamur yang dapat menstimulasi fibroblast yaitu
sel-sel kulit yang berfungsi menyembuhkan luka. Selain kedua zat tersebut, jeli lidah
buaya juga mengandung salisilat, zat peredam sakit, dan anti bengkak seperti yang
terdapat dalam aspirin. Lidah buaya sebagian besar (95%), mengandung air, sisanya
mengandung bahan aktif (active ingredients) seperti: minyak esensial, asam amino,
mineral, vitamin, enzim dan glikoprotein.

152
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

II. POHON INDUSTRI

III. RENDEMEN DAN POTENSI LIDAH BUAYA

A. Rendemen
Dalam pengolahan lidah buaya menjadi sirup, rendemen dari proses pengolahan ini
berkisar antara 75% 80% karena hampir tidak ada yang terbuang kecuali hanya
kulit yang dibuang.

153
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Pengolahan lidah buaya skala industri kecil. Berikut proses produksi pembuatan
sirup lidah buaya.

B. Potensi Lidah Buaya

Minuman lidah buaya di Pontianak (Ibukota Propinsi Kalimantan Barat ) dapat


dijumpai dan dinikmati oleh semua kalangan masyarakat, mulai dari kedai-kedai
minuman di pinggir jalan, toko-toko, supermarket, bahkan di hotel-hotel berbintang
sudah masuk dalam daftar menu sebagai minuman khas Kalimantan Barat.

Berdasarkan kenyataan ini maka dapat diasumsikan bahwa peluang pasar lidah
buaya cukup besar untuk masa-masa yang akan datang. Dengan ditemukannya
teknologi yang lebih maju di mancanegara (luar negeri), lidah buaya sudah dapat
diproses dalam bentuk ekstrak atau bubuk lidah buaya. Kondisi ini akan
memungkinkan timbulnya industri pengolahan (agroindustri) lidah buaya yang akses
pemasarannya akan lebih luas pada masa mendatang, terutama untuk ekspo.
Dengan makin berkembangnya teknologi farmasi / obat-obatan dimana lidah buaya
juga merupakan salah satu bahan baku farmasi maka permintaan pasar terhadap
lidah buaya juga makin meningkat.

154
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Harga daun lidah buaya segar di tingkat petani mencapai Rp.800,- Rp.
1.500,- /kg, sedangkan harga minuman segar dalam kawasan Siantan (Pontianak
Utara) adalah Rp. 1.000,- /gelas . Volume di setiap gelas adalah : 220 ml.
Harga ekstrak atau tepung lidah buaya yang didatangkan dari amerika dan Australia
mencapai Rp. 700.000,- Rp. 900.000,-/kg. Hingga saat ini pedagang lidah buaya
masih belum dapat memenuhi permintaan pasar di luar negeri seperti Singapura,
Malaysia, Taiwan, Australia secara kontiyu.

IV. FAKTOR KRITIS

Faktor kritis dalam proses pembuatan minuman sirup lidah buaya, yaitu pada proses
pemilihan serta penyimpanan bahan baku, juga dalam proses pengukusan,
pasteurisasi dan pengemasan. Sebab dalam pengolahan makanan ketepatan proses
akan mempengaruhi cita rasa serta kelayakan makanan tersebut untuk dikonsumsi
termasuk juga dengan proses pengemasan yang baik sehingga menjamin tingkat
higienis dari makanan tersebut sehingga aman untuk dikonsumsi.

Sedangkan dalam budidaya lidah buaya yang menjadi masalah yaitu penentuan
lahan yang cocok untuk penanaman serta masalah pemeliharaan, frekuensi, cara
serta penanganan pasca panen. Kegagalan dalam pengelolaan kedua hal kritis ini
akan menyebabkan rendahnya kualitas serta kuantitas produksi.

Teknologi yang digunakan untuk pembuatan minuman sirup lidah buaya adalah
teknologi sederhana dan tidak didesain khusus yang bisa dijalankan oleh industri
rumah tangga skala menengah, sehingga pilihan Group Process bisa diambil.
Karena dengan peralatan yang sama juga bisa digunakan untuk membuat produk
minuman lain seperti nata decoco dan lain sebagainya.

V. PROSPEK PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI LIDAH BUAYA


Tanaman lidah buaya merupakan salah satu komoditas unggulan atau komoditas
andalan di Kalimantan Barat karena :
Tanaman Lidah Buaya prospek pasarnya cukup bagus antara lain untuk
industri minuman, industri kosmetik, sebagai obat untuk berbagai penyakit
kulit, penyakit dalam dan untuk meningkatkan kemampuan seksual.
Tanaman tersebut sangat adaptif (tumbuh subur) pada lahan gambut di
Kalimantan Barat (Kota Pontianak dan Kabupaten Pontianak)
Dibandingkan dengan Lidah Buaya di daerah lain, lidah buaya yang ditanam
di Kalimantan Barat ternyata lebih besar (lebih lebar dan lebih tebal daunnya)
sehingga produksinya lebih tinggi.

Peluang pasar global, setidaknya regional, terhadap lidah buaya Indonesia perlu
ditindaklanjuti dengan berbagai program yang mendukung pengembangan komoditi
ini dari mulai pembudidayaannya di lahan petani, pengolahan hasilnya menjadi
berbagai produk agroindustri dan pemasaran produk-produk tersebut baik secara
domestik maupun global.

Negara pengguna lidah buaya terbesar di Asia adalah Jepang, kebutuhan Negara
tersebut untuk lidah buaya segar mencapai 20 kontainer (300 ton/bulan) yang
dipasok dari Brazil dan Thailand. Negara pengguna lainya adalah Amerika Serikat
yang mengimpor lidah buaya segar pada tahun 1996 sebanyak 200.000 lembar atau
setara dengan 100 ton/tahun. Harga gel kering beku tahun 1994 sebesar US $ 300

155
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

per kg naik menjadi US $ 450 per kg pada tahun 1996 (Wahid, 2000). Indonesia saat
ini masih mengimpor lidah buaya dalam bentuk powder, aloe soap, sari aloe dan
sebagainya. Sampai saat ini belum ada data yang pasti mengenai kebutuhannya,
akan tetapi terlihat adanya kecenderungan yang semakin meningkat terus dari waktu
ke waktu penggunaannya.

REFERENSI:

Suhendar Sulaeman, (2006). Model Pengembangan Agribisnis Komoditi Lidah


Buaya (Aloevera), www.smecda.com/kajian/Jurnal Agribisnis Aloevera

Taryono dan Rosihan Rosman. 2003. Perkembangan Teknologi TRO VOL. XV, No.
1http://www.deptan.go.id/info_daerah/kalbar/42.htm

Badan Penelitian dan Pengkajian Teknologi, (2004). Aloevera Center. Aloevera


Center www.bppt.go.id

Bank Indonesia, Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK) Budidaya Lidah Buaya
Wikipedia, the free encyclopedia

156
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

NENAS
(Ananas Comosus L. Merr)

Oleh : Analia Trisna

I. PROFIL KOMODITI

A. Nama dan Karakteristik Nenas

Nanas berasal dari Amerika Selatan, tepatnya di Brasil. Tanaman ini telah
dibudidayakan penduduk pribumi disana sejak lama. Kemudian pada abad ke-16
orang Spanyol membawa nanas ini ke Filipina dan Semenanjung Malaysia, masuk
ke Indonesia pada abad ke-15, (1599). Di Indonesia awalnya tanaman ini hanya
digunakan sebagai tanaman pekarangan, kemudian meluas dikebunkan di lahan
kering (tegalan) di seluruh wilayah nusantara. Tanaman nenas saat ini banyak
dibudidayakan baik di daerah beriklim tropis dan maupun sub tropis.

Nama umum : Nenas (Ananas comosus L. Merr)


Sinonim : Bromelia comosa L
Ananas sativus (Lindley) Schulters f
Ananassa sativa Lindl
Bromeliad

Klasifikasi tanaman nenas adalah:

Kingdom : Plantae (tumbuhan-tumbuhan)


Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub-kelas : Commelinidae
Ordo : Bromeliales (Farinosae/Poales)
Familia : Bromeliaceae
Genus : Ananas
Spesies : Ananas comosus Merr

Gambar 1. Nenas

157
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Tanaman nanas berbentuk semak dan hidupnya bersifat tahunan (perennial). Nenas
merupakan tanaman herba yang dapat hidup dalam berbagai musim. Tanaman ini
dapat digolongkan kedalam kelas monokotil. Tumbuhnya meluas dengan
menggunakan tunas samping yang berkembang menjadi cabang-cabang vegetatif.
Pada cabang tersebutlah kemudian tumbuh buah (Lisdiana dan Soemadi, 1997).

Tanaman nanas terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah dan tunas-tunas. Akar
nanas dapat dibedakan menjadi akar tanah dan akar samping, dengan sistem
perakaran yang terbatas. Akar-akarnya melekat pada pangkal batang dan termasuk
berakar serabut (monocotyledonae). Kedalaman perakaran pada media tumbuh
yang baik tidak lebih dari 50 cm, sedangkan di tanah biasa jarang mencapai
kedalaman 30 cm.

Batang tanaman nanas berukuran cukup panjang 20 - 25 cm atau lebih, tebal


dengan diameter 2,0 - 3,5 cm, beruas-ruas (buku-buku) pendek. Batang sebagai
tempat melekat akar, daun bunga, tunas dan buah, sehingga secara visual batang
tersebut tidak nampak karena disekelilingnya tertutup oleh daun. Tangkai bunga
atau buah merupakan perpanjangan dari batang nanas .

Daun nanas panjang, liat dan tidak mempunyai tulang daun utama. Pada daunnya
ada yang tumbuh dari duri tajam dan ada yang tidak berduri. Tetapi ada pula yang
durinya hanya ada di ujung daun. Duri nanas tersusun rapi menuju ke satu arah
menghadap ujung daun. Daun nanas tumbuh memanjang sekitar 130 - 150 cm, lebar
antara 3 - 5 cm atau lebih, permukaan daun sebelah atas halus mengkilap berwarna
hijau tua atau merah tua bergaris atau coklat kemerah-merahan. Sedangkan
permukaan daun bagian bawah berwarna keputih - putihan atau keperak -perakan.
Jumlah daun tiap batang tanaman sangat bervariasi antara 70 - 80 helai yang tata
letaknya seperti spiral, yaitu mengelilingi batang mulai dari bawah sampai ke atas
arah kanan dan kiri

Nanas mempunyai rangkaian bunga majemuk pada ujung batangnya. Bunga bersifat
hermaprodit dan berjumlah antara 100 - 200, masing-masing berkedudukan di ketiak
daun pelindung. Jumlah bunga membuka setiap hari, berjumlah sekitar 5 - 10
kuntum. Pertumbuhan bunga dimulai dari bagian dasar menuju bagian atas
memakan waktu 10 - 20 hari. Waktu dari menanam sampai terbentuk bunga sekitar 6
- 16 bulan.

Pada umumnya pada sebuah tanaman atau sebuah tangkai buah hanya tumbuh
satu buah saja. Akan tetapi, karena pengaruh lingkungan dapat pula membentuk
lebih dari satu buah pada satu tangkai yang disebut multiple fruit ( buah ganda).
Pada ujung buah biasanya tumbuh tunas mahkota tunggal, tetapi ada pula tunas
yang tumbuh lebih dari satu yang biasa disebut multiple crown (mahkota ganda).

B. Manfaat Tanaman

Nenas memiliki keutamaan nilai ekonomis pada bagian buahnya. Buah nenas selain
dikonsumsi segar juga diolah menjadi berbagai macam makanan dan minuman,
seperti selai, buah dalam sirup dan lain-lain. Rasa buah nenas manis sampai agak
masam segar, sehingga disukai masyarakat luas. Selain itu nenas memiliki protein
bromelain yang dapat mencerna protein sebesar 1000 kali beratnya, sehingga
nanas bermanfaat sebagai penghancur lemak. Dalam bidang industri pangan
maupun non pangan seperti industri daging kalengan, minuman bir dan lain-lain.
Selain itu, bromelain dapat dimanfaatkan sebagai masker kecantikan, memperbaiki
produk daging kornet, waktu dan memperbaiki pemanggagan roti, pembungkus
sosis.

158
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Berikut ini beberapa manfaat enzim bromelain :

1. Mencerna protein di dalam makanan dan menyiapkannya agar mudah untuk


diserap oleh tubuh.
2. Membantu proses penyembuhan luka dan mengurangi pembengkakan atau
peradangan di dalam tubuh.
3. Membantu melarutkan pembentukan mukus dan juga mempercepat
pembuangan lemak melalui ginjal
4. Bromelain juga memiliki asam sitrat dan malat yang penting dan diperlukan
untuk memperbaiki proses pembuangan lemak dan mangan, dan menjadi
komponen penting enzim tertentu yang diperlukan dalam metabolisme protein
dan karbohidrat.
5. Enzim bromelain membantu membersihkan tubuh dan mengimbangi kadar
keasaman dalam darah. Nanas menaikan kadarbasa darah dan membantu
meringankan penyakit edema dengan cara mengurangi air berlebih di dalam
tubuh

Secara garis besarnya, selain manfaat bromelain yang tersebut diatas, nanas
mempunyai manfaat lain yang bisa digunakan oleh manusia, antara lain :

1. Mengobati batuk, demam, haid tidak teratur, membangkitkan nafsu makan,


mulas, obat cacing, radang tenggorokan, sembelit, amandel, sakit kuning,
kaplan dan ketombe.
2. Dapat menghambat pertumbuhan sel tumor dalam jaringan karena
mengandung enzim peroksidase yang mempunyai keunggulan sebagai
komponen anti tumor.
3. Nanas mengandung citric dan malic acid yang memberi rasa manis dan asam
pada buahnya. Asam ini membuat nanas menjadi bahan makanan yang
digunakan secara luas untuk membuat masakan asam manis.
4. Kandungan serat dan kalium dalam buah nanas dapat digunakan untuk
mengobati obat sembelit dan gangguan pada saluran air kencing. Minum
segelas sari nanas segar dicampur dengan sedikit lada dan garam berkhasiat
untuk menyembuhkan mual-mual di pagi hari, pengeluaran empedu
berlebihan, selesma (flu), wasir dan kurang darah. Penyakit kulit seperti gatal-
gatal, eksim dan kudis juga dapat diobati dengan diolesi sari buah nanas.
5. Nanas juga mengandung serat yang berguna untuk membantu proses
pencernaan. Menurunkan kolesterol dalam darah dan mengurangi resiko
diabetes dan penyakit jantung.
6. Serat dari 150 gram nanas setara dengan separuh dari jeruk. selain itu
kandungan vitamin dan mineral menjadikan nanas sumber yang bagus untuk
vitamin C dan berbagai macam vitamin lainnya.
7. Asam chlorogen, yaitu antioksidan yang banyak terdapat di buah-buahan
juga dapat ditemukan pada nanas. Asam ini memblokir formasi dari
nitrosamine, zat yang dapat menyebabkan kanker. Nitrosamine terbentuk
ketika daging olahan yang diberi pengawet dipanaskan pada suhu tinggi.
8. zat valine dan leucine yang terdapat di dalam nanas juga dibutuhkan oleh
tubuh kita untuk pertumbuhan dan memperbaiki jaringan otot. Zat ini juga
termasuk salah satu zat esensial yang diperlukan untuk mempertahankan
kadar energi tubuh kita.

159
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Adapun kandungan gizi dari nanas menurut BPPHP adalah sebagai berikut :

No. Kandungan gizi Jumlah


1 Kalori 52,00 kal
2 Protein 0,40 g
3 Lemak 0,20 g
4 Karbohidrat 16,00 g
5 Fosfor 11,00 mg
6 Zat Besi 0,30 mg
7 Vitamin A 130,00 SI
8 Vitamin B1 0,08 mg
9 Vitamin C 24,00 mg
10 Air 85,30 g
11 Bagian dapat dimakan 53,00

C. Sentra Penanaman

Penanaman nenas di dunia berpusat di negara-negara Brazil, Hawaii, Afrika Selatan,


Kenya, Pantai Gading, Mexico dan Puerte Rico. Di Asia tanaman nenas ditanam di
negara-negara Thailand, Filipina, Malaysia dan Indonesia terdapat di daerah
Sumatera utara, Jawa Timur, Riau, Sumatera Selatan dan Jawa Barat. Luas panen
nenas di Indonesia + 165.690 hektar atau 25,24% dari sasaran panen buah-buahan
nasional (657.000 hektar).

D. Budidaya Tanaman Nenas

1. Teknik Perbanyakan Tanaman

Tanaman nenas dapat tumbuh pada keadaan iklim basah maupun kering,
baik tipe iklim A, B, C maupun D, E, F, serta toleran terhadap kekeringan
dengan kisaran curah hujan yang luas sekitar 1000 - 1500 mm/tahun. Suhu
yang sesuai untuk budidaya tanaman ini adalah 23 - 32 oC, tetapi juga dapat
hidup di lahan bersuhu rendah sampai 10 oC. Tanaman ini lebih cocok
tumbuh pada jenis tanah yang mengandung pasir, subur, gembur dan banyak
mengandung bahan organik serta kandungan kapur rendah dengan derajat
keasaman (pH) 4,5 - 6,5. Nenas cocok ditanam di ketinggian 800 - 1200 m
dpl.

Teknik perbanyakan tanaman nanas dapat dilakukan dengan cara vegetatif


dan generatif. Cara vegetatif dapat digunakan adalah tunas akar, tunas
batang, tunas buah, mahkota buah, stek batang dan dengan cara kultur in
vitro. Cara kultur in vitro biasanya digunakan untuk memproduksi bibit
tanaman yang seragam dalam jumlah besar. Sedangkan cara generatif
dengan biji yang ditumbuhkan dengan persemaian.Kualitas bibit yang baik
harus berasal dari tanaman yang pertumbuhannya normal, sehat serta bebas
dari hama dan penyakit.

Beberapa cara perbanyakan bibit tanaman nanas yaitu :

Bibit Tunas Batang.

Adapun cara pembibitan dari tunas batang adalah sebagai berikut :

160
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

a. Memilih tunas batang yang akan digunakan untuk pembibitan. Tanaman


nanas dalam keadaan sedang berbuah atau telah dipanen. Tunas batang
yang baik adalah panjang 30 - 35 cm.
b. Kemudian memotong daun-daun dekat pangkal pohon, untuk mengurangi
penguapan dan mempermudah pengangkutan, setelah itu biarkan selama
beberapa hari di tempat teduh dan bibit siap angkut ke tempat
penanaman langsung segera ditanam.

Bibit Nanas dari Stek

Adapun cara pembibitan dari stek adalah sebagai berikut :

a. Memotong batang nanas yang sudah dipanen buahnya sepanjang 2,5


cm.
b. Membelah potongan menjadi 4 bagian yang mengandung mata tunas
c. Potongan - potongan tersebut disemaikan dalam media pasir bersih
d. Setelah 3,5 bulan, bibit akan mencapai ketinggian 25 - 35 cm. maka bibit
bisa langsung ditanam di kebun

2. Teknik Pembibitan Tanaman

Dalam budidaya nenas ada beberapa tahap-tahap pembibitan tanaman nenas


yang harus dilakukan yaitu :

a. Persemaian Tanaman

Persemaian untuk nanas memerlukan perlakuan khusus. Langkah dalam


menyiapkan media semai dalam bak persemaian berupa tepung
(misalnya Rootone) pada permukaan belahan batang untuk mempercepat
pertumbuhan akar. Belahan batang pada bak persemaian disemaikan
sedalam 1,5 - 2,5 cm dan jarak tanam 5 - 10 cm. Kondisi media
persemaian dijaga agar tetap lembab dan sirkulasi udara baik, dengan
menutup bak persemaian dengan lembar plastic tembus cahaya (bening).

Stek batang nanas dibiarkan bertunas dan berakar. Tempat persemaian


baru yang medianya disuburkan dengan pupuk kandang disiapkan.
Campuran media berupa tanah halus, pasir dan pupuk kandang halus
(1:1:1) atau pasir dengan pupuk kandang halus (1:1). Langkah terakhir
adalah memindahtanamkan bibit nanas dari persemaian perkecambahan
ke persemaian pembesaran bibit.

b. Pemeliharaan Bibit

Pemeliharaan pembibitan/persemaian penyiraman dilakukan secara


berkala dijaga agar kondisi media tanam selalu lembab dan tidak kering
supaya bibit tidak mati. Pemupukan dilakukan dengan pemberian pupuk
kandang dengan perbandingan kadar yang sudah ditentukan.
Penjarangan dan pemberian pestisida dapat dilakukan jika diperlukan.

c. Pemindahan Bibit

Pemindahan bibit dapat dilakukan jika ukuran tinggi bibit mencapai 25 -


30 cm atau berumur 3 - 5 bulan

161
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

3. Teknik Penanaman Tanaman

Pengolahan Media Tanam

a. Persiapan

Penanaman nanas dapat dilakukan pada lahan tegalan atau ladang.


Waktu persiapan dan pembukaan lahan yang paling baik adalah disaat
waktu musim kemarau, dengan membuang pepohonan yang tidak
diperlukan. Pengolahan tanah dapat dilakukan pada awal musim hujan.
Derajat keasaman tanah perlu diperhatikan karena tanaman nanas dapat
tumbuh dengan baik pada pH sekitar 5,5. Jumlah bibit yang diperlukan
untuk suatu lahan tergantung dari jenis nanas, tingkat kesuburan tanah
dan ekologi pertumbuhannya.

b. Pembukaan Lahan

Untuk membuka suatu lahan, perlu dilakukan: membuang dan


membersihkan pohon-pohon atau batu-batuan dari sekitar lahan kebun ke
tempat penampungan limbah pertanian. Mengolah tanah dengan
dicangkul/dibajak dengan traktor sedalam 30 - 40 cm hingga gembur,
karena, bisa berakibat fatal pada produksi tanaman. Biarkan tanah
menjadi kering minimal selama 15 hari agar tanah benar-benar matang
dan siap ditanami.

c. Pembentukan Bedengan

Pembentukan bedengan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan


tanah untuk kedua kalinya yang sesuai dengan sistem tanam yang
dipakai. Sistem petakan cukup dengan cara meratakan tanah, kemudian
di sekililingnya dibuat saluran pemasukan dan pembuangan air. Sistem
bedengan dilakukan dengan cara membuat bedengan-bedengan selebar
80 - 120 cm, jarak antar bedengan 90 - 150 cm atau variasi lain sesuai
dengan sistem tanam. Tinggi petakan atau bedengan adalah antara 30 -
40 cm.

d. Pengapuran

Derajat kemasaman tanah yang sesuai untuk tanaman nanas adalah 4,5 -
6,5. Pengapuran tanah dilakukan dengan Calcit atau Dolomit atau Zeagro
atau bahan kapur lainnya dengan cara ditaburkan merata dan
dicampurkan dengan lapisan tanah atas terutama tanah-tanah yang
bereaksi asam (pH dibawah 4,5). Dosis kapur disesuaikan dengan pH
tanah, namun umumnya berkisar antara 2 - 4 ton/ha. Bila tidak turun
hujan, setelah pengapuran segera dilakukan pengairan tanah agar kapur
cepat melarut.

e. Pemupukan

Dalam penanaman nanas dilakukan pemberian pupuk kandang dengan


dosis 20 ton per hektar. Cara pemberian: dicampurkan merata dengan
lapisan tanah atas atau dimasukkan per lubang tanam. Juga digunakan
pupuk anorganik NPK dan urea. Nitrogen (N) sangat diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman, fosfor diperlukan selama beberapa bulan pada
awal pertumbuhan sedangkan Kalium diperlukan untuk perkembangan

162
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

buah, khususnya nanas. Pupuk urea penggunaannya dikombinasikan


dengan perangsang pembungaan.

Teknik Penanaman

a. Penentuan Pola Tanam

Pola tanam merupakan pengaturan tata letak tanaman dan urutan jenis
tanaman dengan waktu tertentu, dalam kurun waktu setahun. Dalam
teknik penanaman nanas ada beberapa sistem tanam, yaitu sistem baris
tunggal atau persegi dengan jarak tanam 150 x 150 cm baik dalam
maupun antar barisan; 90 x 30 cm jarak dalam barisan 30 cm, dan jarak
antar barisan adalah 90 cm. Sistem baris rangkap dua dengan jarak
tanam 60 x 60 cm, dan jarak antar barisan sebelah kiri dan kanan dari 2
barisan adalah 150 cm dan jarak tanam 45 x 30 cm, dan jarak antar
barisan tanaman sebelah kiri dan kanan dari 2 barisan tanaman adalah
90 cm. Sistem baris rangkap tiga dengan jarak tanam 30 x 30 cm
membentuk segitiga sama sisi dengan jarak antar barisan sebelah kiri/
kanan dari 3 barisan tanaman: 90 cm dan jarak tanam 40 x 30 cm dengan
jarak antar barisan sebelah kiri/kanan dari 3 barisan adalah 90 cm serta
sisitem baris rangkap empat dengan jarak 30 x 30 cm dan jarak antar
barisan sebelah kiri/kanan dari 4 barisan tanaman 90 cm.

b. Pembuatan Lubang Tanam

Pembuatan lubang tanam pada jarak tanam yang dipilih sesuai dengan
system tanam. Ukuran lubang tanam: 30 x 30 x 30 cm. Untuk membuat
lubang tanam digunakan pacul, tugal atau alat lain.

c. Cara Penanaman

Penanaman yang baik dilakukan pada awal musim hujan. Langkah-


langkah yang dilakukan: (1) membuat lubang tanam sesuai dengan jarak
dan sistem tanam yang dipilih; (2) mengambil bibit nanas sehat dan baik
dan menanam bibit pada lubang tanam yang tersedia masing-masing satu
bibit per lubang tanam; (3) tanah ditekan/dipadatkan di sekitar pangkal
batang bibit nanas agar tidak mudah roboh dan akar tanaman dapat
kontak langsung dengan air tanah; (4) dilakukan penyiraman hingga
tanah lembab dan basah; (5) penanaman bibit nanas jangan terlalu
dalam, 3 - 5 cm bagian pangkal batang tertimbun tanah agar bibit mudah
busuk.

Pemeliharaan Tanaman

a. Penjarangan dan Penyulaman

Penjarangan nanas tidak dilakukan karena tanaman nanas spesifik dan


tidak berbentuk pohon. Kegiatan penyulaman nanas diperlukan, sebab
ceding-ceding bibit nanas tidak tumbuh karena kesalahan teknis
penanaman atau faktor bibit.

e. Penyiangan

Penyiangan diperlukan untuk membersihkan kebun nanas dari rumput liar


dan gulma pesaing tanaman nanas dalam hal kebutuhan air, unsur hara

163
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

dan sinar matahari. Rumput liar sering menjadi sarang dari dan penyakit.
Waktu penyiangan tergantung dari pertumbuhan rumput liar di kebun,
namun untuk menghemat biaya penyiangan dilakukan bersamaan dengan
kegiatan pemupukan. Cara penyiangan dilakukan dengan mencabut
rumput dengan tangan/kored/cangkul. Tanah di sekitar bedengan
digemburkan dan ditimbunkan pada pangkal batang nanas sehingga
membentuk guludan.

f. Pembubunan

Pembubunan diperlukan dalam penanaman nanas, dilakukan pada tepi


bedengan yang seringkali longsor ketika diairi. Pembubunan sebaiknya
mengambil tanah dari selokan atau parit di sekeliling bedengan, agar
bedengan menjadi lebih tinggi dan parit menjadi lebih dalam, sehingga
drainase menjadi normal kembali. Pembubunan berfungsi untuk
memperbaiki struktur tanah dan akar yang keluar di permukaan tanah
tertutup kembali sehingga tanaman nanas berdiri kuat.

g. Pemupukan

Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 2 - 3 bulan dengan


pupuk buatan. Pemupukan susulan berikutnya diulang tiap 3 - 4 bulan
sekali sampai tanaman berbunga dan berbuah. Jenis pupuk yang
digunakan adalah Pupuk NPK tablet (Pamafert) bentuk pupuk berupa
tablet, berat 4 gram setiap tablet. Dosis anjuran satu tablet tiap tanaman.
Pupuk tunggal berupa campuran ZA, TSP, atau SP-36 dan KCl Dosis
sebesar ZA 100 kg + TSP atau SP-36 60 kg + KCl 50 kg perhektar. Pupuk
susulan diulang setiap 4 bulan sekali dengan dosis yang sama. Dosis
anjuran kedua mulai umur 3 bulan setelah tanam dipupuk dengan ZA 125
kg atau urea 62,5 kg + TSP atau SP-36 75 kg/ha. Pada umur 6 bulan
dipupuk kandang 10 ton/ha. Cara pemberian pupuk dibenamkan atau
dimasukkan ke dalam parit sedalam 10 - 15 cm diantara barisan tanaman
nanas, kemudian tutup dengan tanah. Cara lain: disemprotkan pada daun
terutama pupuk Nitrogen dengan dosis 40 gram Urea per liter atau 900
liter larutan urea per hektar.

h. Pengairan dan Penyiraman

Sekalipun tanaman nanas tahan terhadap iklim kering, namun untuk


pertumbuhan tanaman yang optimal diperlukan air yan cukup.
Pengairan /penyiraman dilakukan 1 - 2 kali dalam seminggu atau
tergantung keadaan cuaca. Tanaman nanas dewasa masih perlu
pengairan untuk merangsang pembungaan dan pembuahan secara
optimal. Pengairan dilakukan 2 minggu sekali. Tanah yang terlalu kering
dapat menyebabkan pertumbuhan nanas kerdil dan buahnya kecil-kecil.
Waktu pengairan yang paling baik adalah sore dan pagi hari dengan
menggunakan mesin penyemprot atau embrat.

4. Hama dan Penyakit

Tanaman nenas memiliki hama yang dapat di ketahui seperti berikut ini :

a. Penggerek buah (Thecla basilides Geyer)

164
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Penggerek buah ini memiliki cirri cirri yaitu kupu - kupu berwarna coklat
dan kupu-kupu betina meletakkan telurnya pada permukaan buah,
kemudian menetas menjadi larva; bentuk larva pada bagian tubuh atas
cembung, bagian bawah datar dan tubuh tertutup bulu-bulu halus pendek.
Gejala yang ditimbulkan adalah menyerang buah dengan cara
menggerek/melubangi daging buah; buah nanas yang diserang hama ini
berlubang dan mengeluarkan getah, kemudian membusuk karena diikuti
serangan cendawan atau bakteri. Hama ini dapat dikendalikan dengan
cara non kimiawi dengan menjaga kebersihan kebun serta membuang
bagian tanaman yang terserang hama dan cara kimiawi dengan
menyemprot insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti Basudin 60
EC atau Thiodan 35 EC pada konsentrasi yang dianjurkan.

b. Kumbang (Carpophilus hemipterus L.)

Berupa kumbang kecil, berwarma coklat/hitam; larva berwarna putih


kekuningan, berambut tipis, bentuk langsing berkaki 6. Gejalanya
menyerang tanaman nanas yang luka sehingga bergetah dan busuk oleh
mikroorganisme lain (cendawan dan bakteri). Pengendaliannya dilakukan
dengan menjaga kebersihan kebun dan pemberian insektisida.

c. Lalat buah (Atherigona sp.)

Lalat berukuran kecil, meletakkan telur pada bekas luka bagian buah,
kemudian menjadi larva berwarna putih. Gejalanya merusak/ memakan
daging buah hingga menyebabkan busuk lunak. Untuk proses
pengendalian dilakukan dengan non kimiawi dengan menjaga kebersihan
kebun, membuang buah yang terserang lalat buah dan secara kimiawi
dengan cara disemprot insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti
Thiodan 35 EC atau Basudin EC pada konsentrasi yang dianjurkan.

d. Thrips (Holopothrips ananasi Da Costa Lima)

Ciri dari hama ini adalah memiliki tubuh thrips berukuran sangat kecil
panjang sekitar 1,5 mm, berwarna coklat, dan bermata besar. Gejalanya
menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan sel daun sehingga
menimbulkan bintik-bintik berwarna perak, pada tingkat serangan yang
berat menyebabkan pertumbuhan tanaman muda terhambat.
Pengendalian yang dilakukan secara non kimiawi dapat dilakukan dengan
menjaga kebersihan kebun dan mengurangi ragam tanaman inang dan
secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan insektisida: Mitac 200 EC
atau Dicarol 25 SP pada konsentrasi yang dianjurkan.

e. Sisik (Diaspis bromeliae Kerne)

Serangga berukuran kecil diameter 2,5 mm, bulat dan datar, berwarna
putih kekuningan/keabu-abuan, bergerombol menutupi buah dan daun,
sehingga menyebabkan ukuran buah kecil dan pertumbuhan tanaman
terhambat. Pengendaliannya dapat disemprot dengan insektisida Decis
2,5 EC atau Curacron 500 EC pada konsentrasi yang dianjurkan.

f. Ulat buah (Tmolus echinon L)

Serangga muda/dewasa berupa kupu-kupu berwarna coklat serta


larva/ulat tertutup rambut halus dan kepalanya kecil. Gejalanya

165
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

menyerang buah nanas dengan cara menggerek dan membuat lubang


yang menyebabkan buah berlubang, bergetah dan sebagian buah
memotong bagian tanaman yang terserang berat. Pengendalian yang
dilakukan dengan mengumpulkan/ membunuh ulat secara mekanis, serta
disemprot insektisida Buldok 25 EC atau Thiodan 35 EC pada konsentrasi
yang dianjurkan.

g. Hama lain yang bias menyerang adalah rayap, tikus, nematoda, bintil akar
dan kutu tepung jeruk juga kadang- kadang menyerang tanaman nanas.

Penyakit yang bias menyerang tanaman nenas adalah sebagai berikut :

a. Busuk hati dan busuk akar

Disebabkan oleh cendawan Phytophthora parasitica Waterh dan P.


cinnamomi Rands. Penyakit busuk hati disebut hearth rot, sedangkan
busuk akar dinamakan root rot. Penyebaran penyakit dibantu bermacam-
macam tanaman inang, air yang mengalir, alat-alat pertanian, curah hujan
tinggi, tanah yang mengandung bahan organik dan kelembaban tanah
tinggi antara 25 - 35 C Gejalanya pada daun terjadi perubahan warna
menjadi hijau belang-belang kuning dan ujungnya nekrotis; daun-daun
muda mudah dicabut bagian pangkalnya membusuk dengan bau busuk
berwarna coklat, dan akhirnya tanaman mati; pembusukan pada system
perakaran. Pengendalian dengan non kimiawi dilakukan dengan cara
perbaikan drainase tanah, mengurangi kelembapan sekitar kebun, dan
memotong/mencabut tanaman yang sakit dan kimiawi dengan
pencelupan bibit dalam larutan fungisida sebelum tanam, seperti Dithane
M - 45 atau Benlate.

b. Busuk pangkal

Penyebabnya adalah cendawan Thielaviopsis paradoxa (de Seyn) Hohn


atau Ceratocystis paradoxa (Dade) C. Moreu. Penyakit ini sering disebut
base rot. Penyebaran penyakit dibantu tanaman inangnya, adanya luka-
luka mekanis pada tanaman, angin, hujan dan tanah. Pada bagian
pangkal batang, daun, buah dan bibit menampakkan gejala busuk lunak
berwarna coklat atau hitam, berbau khas, atau bercak-bercak putih
kekuning-kuningan. Pengendalian dengan non kimiawi dengan
melakukan penyimpanan bibit sementara sebelum tanamn agar luka
cepat sembuh, menanam bibit pada cuaca kering, dan menghindari luka-
luka mekanis dan kimiawi dengan perendaman bibit dalam larutan
fungisida Benlate.

c. Penyakit Lain

Penyakit lain yang bisa menyerang nenas adalah busuk bercak gabus
pada buah disebabkan oleh cendawan Pinicillium funiculosum Thom,
busuk bibit oleh cendawan Pythium sp., layu dan bercak kuning oleh virus
yang belum diketahui secara pasti jenisnya. Pengendalian harus
dilakukan secara terpadu, meliputi penggunaan bibit yang sehat,
perbaikan kultur teknik budidaya secara intensif, pemotongan/pencabutan
dan pemusnahan tanaman yang sakit.

166
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Selain itu penurunan produksi nanas dapat disebabkan oleh banyak dan
dominannya gulma karena pemberian mulsa yang kurang baik sehingga
pertumbuhan rumput subur.

5. Panen

Panen buah nanas dilakukan setelah nanas berumur 12 - 24 bulan,


tergantung dari jenis bibit yang digunakan. Bibit yang berasal dari mahkota
bunga berbuah pada umur 24 bulan, hingga panen buah setelah berumur 24
bulan. Tanaman yang berasal dari tunas batang dipanen setelah umur 18
bulan, sedangkan tunas akar setelah berumur 12 bulan.

Ciri-ciri buah nanas yang siap dipanen:


Mahkota buah terbuka.
Tangkai ubah mengkerut.
Mata buah lebih mendatar, besar dan bentuknya bulat.
Warna bagian dasar buah kuning.
Timbul aroma nanas yang harum dan khas.

Tata cara memanen buah nanas yaitu memilih buah nanas yang
menunjukkan tanda-tanda siap panen. Pangkal tangkai buah dipotong secara
mendatar/miring dengan pisau tajam dan steril. Pemanenan dilakukan secara
hati-hati agar tidak rusak dan memar.

Periode Panen

Tanaman nanas dipanen setelah berumur 12 - 24 bulan. Pemanenan buah


nanas dilakukan bertahap sampai tiga kali. Panen pertama sekitar 25%,
kedua 50%, dan ketiga 25% dari jumlah yang ada. Tanaman yang sudah
berumur 4 - 5 tahun perlu diremajakan karena pertumbuhannya lambat dan
buahnya kecil. Cara peremajaan adalah membongkar seluruh tanaman
nanas untuk diganti dengan bibit yang baru. Penyiapan lahan sampai
penanaman dilakukan seperti cara bercocok tanam pada lahan yang baru.

Prakiraan Produksi

Potensi produksi per hektar pada tanaman nanas yang dibudidayakan intensif
dapat mencapai 38 - 75 ton/hektar. Pada umumnya rata-rata 20 ton/hektar,
tergantung jenis nanas dan sistem tanam.

6. Pasca panen

Buah nanas termasuk komoditi buah yang mudah rusak, susut dan cepat
busuk. Oleh karena itu, setelah panen memerlukan penanganan pascapanen
yang memadai.

Berikut tahapan proses penanganan pascapanen nenas ditunjukkan pada


Gambar 2.

Gambar 2. Tahap Proses Penanganan Pascapanen Nenas

167
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

II. POHON INDUSTRI

Secara rinci pemanfaatan nenas dapat dilihat dari gambar diagram pohon industri
nenas berikut ini :

Gambar 3. Pohon Industri Nenas

168
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

III. STANDAR MUTU DAN RENDEMEN

Standar mutu nenas digolongkan dalam dua jenis mutu, yaitu mutu I dan II. Standar
mutu nenas disajikan pada Tabel 1.

Keterangan Mutu I Mutu II Cara uji


Kesamaan sifat Seragam Seragam Organoleptik
varientas
Tingkat ketuaan Tua, tidak terlalu Tua, tidak terlalu Organoleptik
matang dan tidak lunak matang dan tidak
lunak
Kekerasan Keras Keras Organoleptik
Ukuran seragam, diameter kurang seragam SP-SMP-309-
min. 9,5 cm 1981
Gagang teropong rapi teropong rapi Organoleptik
Mahkota satu, utuh rapi, ukuran tidak Organoleptik
normal dipersyaratkan
Kerusakan (%): Maksimum 5 maksimum 10 SP-SMP-310-
1981
Busuk (%) Maksimum 1 maksimum 2 SP-SMP-311-
1981
Kadar total padatan minimum 12 minimum 12 SP-SMP-321-
terlarut (%) 1981
Kotoran bebas kotoran bebas kotoran Organoleptik
Tabel 1. Standar Mutu Nenas

Dari satu buah bagian kulit nenas sekitar 12%, bagian bonggol sekitar 15%,
sehingga bagian daging buahnya hanya mencapai 73%. Jika diproduksi untuk nanas
segar dalam kemasan maka daging buah nenas yang dapat diambil atau
dikalengkan hanya sekitar 60%.

IV. FAKTOR KRITIS

Produk hilir nenas yang banyak dijumpai dipasaran adalah sirup atau juice dan
konsentrat nenas. Proses pengolahan juice dan konsentrat nenas sangat rentan
terhadap kontaminasi bakteri dan mikrobia lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut
proses pengolahan yang dikembangkan pada umumnya menggunakan proses
pemanasan. Pada sisi lain proses ini mempunyai banyak kelemahan diantaranya
sangat rentan terhadap terjadinya perubahan warna. Penggunaan panas tinggi dapat
menyebabkan terjadinya proses karamelisasi senyawa gula yang dikandung nenas
(reaksi pencoklatan non enzimatis) maupun karena degradasi senyawa pigmen
(Rattanathanalerk, M., et al., 2005; Grizottoa, R.K., et al., 2007; Grizottoa, R.K., et
al., 2008).

Perubahan kualitas lain akibat dari penggunaan panas yang dapat terjadi adalah
terdegradasinya komponen vitamin dan senyawa-senyawa penting lainnya. Untuk
mendapatkan juice dan konsentrat yang jernih biasanya digunakan metode filtrasi
menggunakan bentonit dan arang aktif. Selain variabel temperatur yang menjadi
faktor kritis teridentifikasi juga faktor derajat keasaman (pH) produk yang sangat
mempengaruhi kualitas produk selama proses pengolahan dan distribusi.

169
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

V. TIPE PROSES DISARANKAN

Saat ini proses pengolahan juice dan konsentrat nenas yang banyak berkembang
adalah proses sterilisasi dan proses pemekatan dengan cara pemanasan. Proses ini
mempunyai banyak kelemahan, diantaranya sangat rentan terhadap terjadinya
perubahan warna, serta terdegradasinya komponen vitamin dan senyawa-senyawa
penting lainnya. Selain itu penggunaan energi tinggi menyebabkan proses ini tidak
efisien. Proses yang di sarankan untuk pengolahan yang lebih baik dengan
menggunakan teknologi membran.

Teknologi ini memiliki keunggulan penggunaan energi dan tekanan kerja yang sangat
rendah. Proses ini mampu bekerja pada kondisi suhu kamar tanpa penggunaan
panas dan bahan kimia. Selain itu teknologi ini juga mampu menjadi penahan
selektiv kekeruhan, padatan tersuspensi, bakteri, mikroorganisme patogen, dan air
dengan tingkat selektivitas sangat tinggi sehingga produk yang dihasilkan mutunya
dapat konsisten

Diagram alir proses pengolahan juice dan konsentrat nenas berbasis teknologi
membran yang disarankan ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Proses pengolahan juice dan konsentrat nenas dengan teknologi


membran

REFERENSI

Lisdiana dan Soemadi, W. N. 1997. Budidaya Nenas. C. V. Aneka. Solo. Muljohadjo,


M. 1984. Nenas dan Teknologi Pengolahannya. Liberty. Yogyakarta.

http://www.bi.go.id/sipuk/id/?id=4

http://www.rocky16amelungi.wordpress.com/2009/08/26/74/#more-74

http://www.uninsula.ac.id

170
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

MINYAK ATSIRI:
PELUANG DAN TANTANGAN

Oleh Solikhin

I. PROFIL KOMODITI

A. Definisi Minyak Atsiri

Minyak atsiri dikenal juga dengan nama minyak teris atau minyak terbang
(volatile oil) yang dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah menguap
pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau
wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya.

Di Indonesia banyak dibuat jenis-jenis minyak atsiri, seperti minyak nilam, minyak
cengkeh, minyak pala, minyak lada, minyak sereh dan lain-lain. Sebagian besar
produk minyak atsiri diarahkan sebagai zat pengikat (fixative) pada industri
parfum, kosmetik, sabun, dan industri makanan dan sekarang berkembang
sebagai bahan aromaterapi serta obat-obatan. Kebutuhan minyak atsiri dunia
semakin meningkat seiring dengan kebutuhan industri produk-produk tersebut.

B. Profil Industri Minyak Atsiri

Berbagai jenis minyak atsiri Indonesia yang menjadi komoditas ekspor,


diantaranya Minyak Nilam, Minyak Cengkih, Minyak Kenanga, Minyak Akar
Wangi, Minyak Sereh, Minyak Kayumanis dan lain-lain. Permintaan minyak atsiri
dunia terbesar pada minyak nilam dan sekitar 90 % dipenuhi oleh Indonesia.

Minyak Nilam

Sentra produksi nilam di Indonesia terutama terdapat di 8 propinsi yaitu


Bengkulu, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam,
Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur. Luas areal pertanaman nilam
pada tahun 2002 sekitar 21.602 ha, namun produktivitas minyaknya masih
rendah rata-rata 97,53 kg/ha/tahun (Ditjen Bina Produksi Perkebunan, 2004).
Salah satu kendala yang dialami adalah masih terbatasnya sasaran ekspor
minyak nilam karena importir yang membeli minyak nilam Indonesia masih
minim. Sejak munculnya kompetitor baru seperti Filipina dan China, daya saing
minyak nilam di pasaran internasional menjadi lebih ketat.

Selama dua dekade sejak tahun enampuluhan, sebagian besar produk minyak
nilam diarahkan sebagai zat pengikat (fixative) pada industri parfum. Komponen
utama dalam minyak nilam yang dipakai sebagai pengikat tersebut hanya
pachouli alcohol.

Berdasarkan kenyataan ini, sudah saatnya Indonesia tidak lagi melakukan ekspor
minyak nilam mentah, tetapi harus dilakukan peningkatan nilai tambah dari
produk minyak nilam tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
menyiapkan teknologi pemisahan komponen-komponen minyak nilam di tingkat
ekportir, sehingga produk yang dijual oleh eksportir ke pasar internasional adalah
berupa patcholi alcohol dan komponen-komponen minor lain sesuai dengan
kebutuhan industri kosmetik saat ini.
http://bisnisfarmasi.files.wordpress.com/2008/03/ekstraktor-nilam.jpg

171
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Keterangan Gambar:
1. 4. Extractors, 5. Evaporator untuk menguapkan pelarut, 6. Peralatan distilasi
vacum untuk menghilangkan sisa pelarut, 7.Penampung distilat (pelarut), 8. Pompa
pelarut,9. Condensor untuk penguapan pelarut, 10.Tangki penampung akhir pelarut,
11. Tangkipenampung akhir ekstrak untuk menghilangkan pelarut, 12. Saluran
menuju dan keluar dari tangki, 13. Saluran menuju pemurnian pelarut,14. Saluran
untuk uap pelarut dari ekstraktor, 15.Saluran pelarut menuju ekstraktor, 16.
Aliranekstrak dari ekstraktor menuju evaporator, 17.Saluran keluar pelarut bebas
ekstrak.

II. POHON INDUSTRI MINYAK ATSIRI

A. Pohon Industri Minyak Cengkeh

Euginol Industri Makanan, Farmasi,


Pest Nabati

MINYAK Iso Euginol Industri Flavor & Fragant


CENGKEH
Euginol Asetat Industri Parfum & Kosmetik

Vanilim Industri Falvor and Fragrant

B. Pohon Industri Minyak Nilam


Daun Nilam Kering

NILAM Industri Sabun


Minyak Nilam
Industri Parfum & Kosmetik

172
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

C. Pohon Industri Minyak Akar Wangi

Industri Parfum

Industri Kosmetik
AKAR WANGI

Industri Obat-Obatan

III. RENDEMEN

Dari hasil pengujian di berbagai lokasi pertanaman petani, kadar minyak atsiri
berkisar antara 1 2% dari terna kering (Rusli et al., 1993). Minyak nilam yang
dihasilkan ditentukan rendemen dan kualitasnya kemudian dibandingkan dengan
syarat mutu Standar Nasional Indonesia (SNI). Pemerikasaan kualitas meliputi bobot
jenis, indeks bias, kelarutan dalam etanol 90 %, bilangan asam, dan kadar patchouli
alkohol. Rendemen minyak nilam yang difermentasi berada pada rentang 1,50 - 2,00
%, sedangkan yang tidak difermentasi berada pada rentang 1,88 - 2,00 %. Bobot
jenis minyak nilam yang tidak difermentasi adalah 0,942 g/mL, sedangkan hasil
fermentasi berada pada rentang 0,944-0,976 g/mL. Indeks bias minyak nilam yang
difermentasi maupun yang tidak difermentasi berada di bawah nilai indeks bias
minyak nilam berdasarkan SNI. Bilangan asam minyak nilam hasil fermentasi berada
pada rentang 3,84-5,52 sedangkan yang tidak difermentasi adalah 2,20. Kadar
patchouli alcohol dari minyak nilam hasil fermentasi maupun yang tidak difermentasi
memenuhi syarat mutu SNI.

IV. FAKTOR KRITIS

A. Rendahnya Rendemen

Tanaman atsiri umumnya diusahakan oleh petani dengan modal dan luasan
terbatas serta kebanyakan menggunakan alat penyuling yang sederhana,
sehingga mutu dan rendemen yang dihasilkan masih rendah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kondisi alat penyulingan di 7 propinsi kajian, pada umum-
nya masih menggunakan teknologi pengolahan yang sederhana, dimana ketel
penyulingnya terbuat dari bekas drum atau plat besi, kecuali di Propinsi Banten,
Jawa Barat dan Jawa Tengah sudah ada yang menggunakan alat penyulingan
berteknologi cukup baik/ maju (minyak nilam dan kenanga).

Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya rendemen dan mutu minyak antara


lain adalah bahan konstruksi alat penyuling, penyiapan/ penanganan bahan baku
dan proses penyulingan.

B. Pengelolaan Tanaman

Hal hal yang perlu diperhatikan oleh petani untuk menghasilkan minyak atsiri
yang berkualitas yang memenuhi standar mutu dipengaruhi oleh banyak faktor,
antara lain bibit yang baik, teknik budi daya yang tepat, dan umur panen yang
cukup.

173
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

C. Terjaminnya Pasokan

Seperti halnya komoditi lain yang dikelola secara tradisional tanpa pengetahuan
dan skill yang cukup, sebagian besar para petani kita hanya memperlakukan
tanaman penghasil minyak atsiri sebagai usaha sampingan, sehingga tidak
diperhitungkan kebutuhan pasokan ke pasar dan cara memenuhi pasokan
tersebut.

D. Keterbatasan Akses Pasar

Para petani tidak mengetahui permintaan besar yang sebanarnya serta


persyaratan kualitas yang diinginkan, sehingga tidak memiliki perencanaan
produksi yang baik dan terstandar.

V. TIPE PERBAIKAN PROSES YANG DISARANKAN

A. Perbaikan budidaya penanaman

Pada dasarnya, tanaman ini lebih menghendaki suhu yang panas dan lembab.
Selain itu, juga memerlukan curah hujan yang merata dan yang dikehendaki
berkisar antara 2.500 - 3.500 mm/tahun. Sedangkan suhu yang ideal 24 - 28
derajat celcius dengan kelembaban lebih 75 persen.

Bibit bisa diperoleh dengan cara stek batang, cabang yang telah cukup usia, yang
baik harus didederkan terlebih dahulu. Sehingga akan sangat memudahkan untuk
penanaman. Sedangkan jarak tanam yang ideal antara 30 x 100 cm. Kebutuhan
bibit untuk lahan 1 ha, berkisar antara 33.000 - 35.000 batang.

Untuk mencapai hasil maksimal, dari tanaman yang diusahakan, maka


pemeliharaan menjadi faktor yang terpenting.

Pertama, yang perlu dilakukan adalah penyulaman, penyulaman satu


bulan sekali untuk mengetahui bibit yang mati atau kurang normal.
Kedua, setelah tanaman baru usia tiga bulan tanaman telah tumbuh
sempurna dan telah membentuk perdu yang rimbun.
Ketiga, lakukan pemangkasan pada tanaman yang tumbuhnya terlalu
rimbun dan menutupi cabang lainnya. Pemangkasan hanya bagi
cabang bagian atas saja.
Keempat, untuk menjamin produksi yang tinggi dan kontinyu usaha
pemupukan sangat perlu dilakukan. Karena tanaman nilam yang
diharapkan hasil daunnya, maka usaha agar tanaman tersebut
berdaun banyak merupakan tujuan utama.
Untuk itu perlu dilakukan pemupukan, baik pupuk organik maupun
pupuk anorganik (Urea, TSP, DS dan KCl). Dosis yang dianjurkan
untuk tanaman nilam per ha adalah, Urea 150 kg, DS/TSP 80 kg dan
25 - 50 kg dan KCl 80 kg.

Pemberian pupuk, dilakukan secara bertahap selama pertumbuhan.


Usia pertumbuhan nilam, hanya membutuhkan waktu tiga bulan.
Menginjak bulan keempat, tanaman sudah bisa dipanen. Namun
untuk menghasilkan kualitas baik, panen pertama yang ideal pada
usia 6 - 8 bulan. Untuk tahap panen berikutnya, bisa dilakukan dua
bulan sekali.

174
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Cara panen. Panen nilam dilakukan dengan cara dipangkas, atau


pohon ditebang dan setelah dua bulan bekas tebangan akan keluar
tunas baru kemudian untuk produksi selanjutnya. Setelah dilakukan
panen, daun nilam yang akan diambil minyaknya terlebih dahulu
harus dilakukan penyulingan.

B. Perbaikan Proses Penyulingan pada Industri Kecil

Proses penyulingan yang benar akan meningkatkan nilai jual minyak Nilam,
harga minyak mentah (Crude Nilam Oil), hasil penyulingan pertama berkisar
antara Rp 125.000,00 - Rp 150.000,00/liter. Bila telah dilakukan proses
penyulingan kedua harganya akan mencapai di atas satu juta rupiah per liter.

Penyulingan bisa dilakukan tiga cara, pertama, penyulingan dengan air. Kedua,
penyulingan dengan air dan uap. Dan ketiga, penyulingan dengan uap saja.
Namun ketiga cara tersebut, prosesnya hampir sama. Untuk proses pengolahan
ada beberapa macam al : Destilasi, Refine atau CO2 extract :

Produk yang dihasilkan dalam bentuk Minyak Atsiri.


Bahan Baku : daun nilam, daun cengkeh, serei, melati dll.
Kapasitas Bahan Baku : Menyesuailan sesuai permintaan.

Contoh Mesin Pengolahan Atsiri Nilam :

175
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

C. Merangsang investor untuk mendirikan pabrik pengolahan Atsiri.

Setelah mempelajari potensi produksi minyak atsiri di masing-masing provinsi atau


kabupaten, maka pemerintah daerah dapat mengundang investor untuk melakukan
investasi produksi minyak atsiri, tentu saja jaminan pasokan bahan baku dan payung
hukum kerjasama petani dengan produsen harus disiapkan dengan baik. Contoh
sukses industri minyak atsiri adalah PT. Tagasago Indonesia di Kabupaten
Banyumas.

176
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Keberhasilan R & D PT. Takasago Indonesia ditunjukkan dengan keberhasilan


mengembang-kan teknologi refining terhadap minyak nilam produksi penyuling
binaan (Perajin Nilam Lokal) menjadi dua grade/varian. Hasil refining Varian1 adalah
Patchouli Oil DM dan Varian2 adalah Patchouli Oil LCTP. Dewasa ini selain
menghasilkan minyak nilam (Patchouli Oil), PT.Takasago Indonesia juga
memproduksi Jambu Oleorisin yang bahan bakunya diperoleh dari kebun sendiri.

Kualitas minyak atsiri PT Takasagi dijamin melalui 2 tahap proses pengujian sample.
Tahap yang pertama dilakukan di Laboratorium PT. Takasago Indonesia sendiri dan
tahap kedua oleh Laboratorium Independen Sucofindo. Setelah lolos uji kualitas,
produk tersebut dinyatakan siap untuk diekspor.

D. Membuka peluang pemasaran seluas-luasnya,

Petani harus diberikan informasi yang seluas-luasnya tentang kebutuhan minyak


atsiri dunia, standar kualitas yang diinginkan, pengemasan untuk memberikan nilai
tambah, dan bagaimana negosiasi dengan pembeli agar petani tidak dirugikan.
Pemerintah harus menjadi fasilitator dalam mengembangkan pasar minyak atsiri
berkualitas dan berdaya saing tinggi.

E. Mulai fokus pada industri hilir

Untuk mentransformasi keunggulan komparatif kepada keunggulan kompetitif, harus


dilakukan adalah mengembangkan subsistem agribisnis hulu yang baik
(pembibitan,agro-otomotif, agro-kimia) dan pengembangan subsistem agribisnis hilir
perkebunan yakni pendalaman industri pengolahan lebih hilir dan membangun
jaringan pemasaran secara internasional. Pada tahap ini produk akhir yang
dihasilkan sistem agribisnis perkebunan didominasi oleh produk-produk olahan
lanjutan atau bersifat capital and skilled-labor intensive seperti parfum, kosmetik,
sabun, minyak aromaterapi, bahan baku obat-obatan dan produk turunan lainnya.
Pada tahap ini sangat diperlukan sentuhan pusat-pusat penelitian baik penelitian
tehnik industri ataupun pusat penilitian dan pengembangan pasar dunia.

REFERENSI

Wikardi, E.A., A. Asman, dan P. Wahid. 1990. Perkembangan penelitian tanaman


nilam. Edisi Khusus Penelitian TanamanRempah dan Obat 6(1): 23-29.

Yusron, M. dan Wiratno. 2001. Budidaya Tanaman Nilam. Circular (3). Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. 29 hlm.

Sentosa Ginting . 2005. Pengaruh Lama Penyulingan Terhadap Rendemen Dan


Mutu Minyak Atsiri Daun Sereh Wangi Fakultas Pertanian .Universitas Sumatera
Utara.
Maximillian. 2008. Pharmacy Business; an overview of pharmacy related and
healthcare industry.

177
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

PADI
(Oryza sativa)

KLASIFIKASI PADI
Kerajaan: Plantae
(tidak termasuk) Monocots
(tidak termasuk) Commelinids
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Oryza
Spesies: O. sativa

Oleh Bayu Trisno Arief Setiawan

I. PROFIL KOMODITAS

A. Ciri-ciri Umum

Padi adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Tanaman
pertanian kuno ini berasal dari dua benua, yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan
subtropics. Bukti sejarah menunjukkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina)
sudah dimulai pada 3000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di
Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. Meskipun terutama mengacu
pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa
jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar.

Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung
dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi
mayoritas penduduk dunia. Hasil dari pengolahan padi dinamakan beras.

Padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae (sinonim: Graminae atau
Glumiflorae). Termasuk tanaman semusim, berakar serabut; batang sangat pendek,
struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling
menopang; daun sempurna dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset, warna
hijau muda hingga hijau tua, berurat daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek
dan jarang; bunga tersusun majemuk, tipe malai bercabang, satuan bunga disebut
floret, yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada panikula; buah tipe bulir
atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya, bentuk hampir
bulat hingga lonjong, ukuran 3 mm hingga 15 mm, tertutup oleh palea dan lemma
yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam, struktur dominan adalah
endospermium yang dimakan orang.

Biji padi mengandung butiran pati amilosa dan amilopektin dalam endosperm.
Perbandingan kandungan amilosa dan amilopektin akan mempengaruhi mutu dan
rasa nasi (pulen, pera atau ketan). Batang padi berbuku dan berongga. Dari buku
batang ini tumbuh anakan atau daun. Bunga atau malai muncul dari buku terakhir
pada tiap anakan. Akar padi adalah akar serabut yang sangat efektif dalam
penyerapan hara, tetapi peka terhadap ekeringan. Akar padi terkonsentrasi pada
kedalaman antara 10-20 cm.

178
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Padi dapat beradaptsi pada linkungan tergenang (anaerob) karena pada akarnya
terdapat saluran aerenchyma. Struktur aerenchyma seperti pipa yang memanjang
hingga ujung daun. Aerenchyma berfungsi sebagai penyedia oksigen bagi daerah
perakaran. Walaupun mampu beradaptasi pada lingkungan tegenang, padi juga
dapat dibudidayakan pada lahan yang tidak tergenang (lahan kering, ladang) yang
kondisinya aerob.

Berdasarkan keanekaragaman tipe beras/ nasi , dibedakan dalam tiga tipe, yaitu :
Padi pera
Padi pera adalah padi dengan kadar amilosa pada pati lebih dari 20% pada
berasnya. Butiran nasinya jika ditanak tidak saling melekat. Lawan dari padi pera
adalah padi pulen. Sebagian besar orang Indonesia menyukai nasi jenis ini dan
berbagai jenis beras yang dijual di pasar Indonesia tergolong padi pulen.
Penggolongan ini terutama dilihat dari konsistensi nasinya.
Ketan
Ketan (sticky rice), baik yang putih maupun merah/hitam, sudah dikenal sejak
dulu. Padi ketan memiliki kadar amilosa di bawah 1% pada pati berasnya.
Patinya didominasi oleh amilopektin, sehingga jika ditanak sangat lekat.
Padi wangi
Padi wangi atau harum (aromatic rice) dikembangkan orang di beberapa tempat
di Asia, yang terkenal adalah ras 'Cianjur Pandanwangi' (sekarang telah menjadi
kultivar unggul) dan 'rajalele'. Kedua kultivar ini adalah varietas javanica yang
berumur panjang.

Di luar negeri orang mengenal padi biji panjang (long grain), padi biji pendek (short
grain), risotto, padi susu umumnya menggunakan metode silsilah. Salah satu tahap
terpenting dalam pemuliaan padi adalah dirilisnya kultivar 'IR5' dan 'IR8', yang
merupakan padi pertama yang berumur pendek namun berpotensi hasil tinggi. Ini
adalah awal revolusi hijau dalam budidaya padi. Berbagai kultivar padi berikutnya
umumnya memiliki 'darah' kedua kultivar perintis tadi.

B. Penyebaran & Adaptasi

Asal-usul padi budidaya diperkirakan berasal dari daerah lembah Sungai Gangga
dan Sungai Brahmaputra dan dari lembah Sungai Yangtse. Di Afrika, padi Oryza
glaberrima ditanam di daerah Afrika barat tropika.

Padi pada saat ini tersebar luas di seluruh dunia dan tumbuh di hampir semua
bagian dunia yang memiliki cukup air dan suhu udara cukup hangat. Padi menyukai
tanah yang lembab dan becek. Sejumlah ahli menduga, padi merupakan hasil
evolusi dari tanaman moyang yang hidup di rawa. Pendapat ini berdasar pada
adanya tipe padi yang hidup di rawa-rawa (dapat ditemukan di sejumlah tempat di
Pulau Kalimantan), kebutuhan padi yang tinggi akan air pada sebagian tahap
kehidupannya, dan adanya pembuluh khusus di bagian akar padi yang berfungsi
mengalirkan udara (oksigen) ke bagian akar.

Berdasarkan sistem budidaya, padi dibedakan dalam dua tipe, yaitu :


Padi kering (gogo), di beberapa daerah tadah hujan orang mengembangkan padi
gogo, suatu tipe padi lahan kering yang relatif toleran tanpa penggenangan
seperti di sawah. Di Lombok dikembangkan sistem padi gogo rancah, yang
memberikan penggenangan dalam selang waktu tertentu sehingga hasil padi
meningkat.
Padi rawa/ sawah, Padi rawa atau padi pasang surut tumbuh liar atau
dibudidayakan di daerah rawa-rawa. Selain di Kalimantan, padi tipe ini ditemukan

179
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

di lembah Sungai Gangga. Padi rawa mampu membentuk batang yang panjang
sehingga dapat mengikuti perubahan kedalaman air yang ekstrem musiman.

Di daerah berawa, terutama Sumatera dan Kalimantan, dikenal sistem pengusahaan


padi pasang surut, sedangkan pada daerah bantaran sungai dikenal budidaya padi
lebak. Varietas padi yang digunakan adalah jenis yang mempunyai ruas-ruas batang
yang panjang sehingga dapat beradaptasi dengan lingkungan banir (deep water
rice).

Terdapat 25 spesies Oryza. Jenis yang dikenal adalah O.sativa dengan dua
subspecies. Pertama, yaponica (padi bulu) yang ditnam di daerah subtropics. Kedua,
indica (padi cere) yang ditanam di Indonesia. Adaptasi yaponica yang berkembang di
beberapa daerah di Indonesia disebut subspecies javanica.

Varietas unggul padi yang saat ini banyak ditanam berasal dari hasil silang IRRI atau
silangan dalam negri, antara lain Cisadane, Cisanggarung, Cisantana, Cisokan,
Citanduy, Citarum, Fatmawati, Sintanur, Winongo dan Yuwono. Saat ini mulai
dikembangkan varietas padi hibrida, antara lain Batang Kampar, Batang Samo, serta
Hibrindo-1 dan 2. Berikut beberapa varietas unggul padi beserta kelebihannya dapat
dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Varietas Unggul Tanaman Padi


Varietas Keunggulan
IR 48 Umur panen 115 hari, produksi 5-7,2 ton/ha, tahan wereng coklat tipe 1
dan tipe 2, tahan blast daun dan tahan virus.
IR 46 Umur panen 115 hari, produksi 5 ton/ha, rasa nasi enak, tahan wereng
cokelat tipe 1 dan 2, tahan kerdil rumput.
IR 65 Umur panen 110 hari, rasa nasi ketan, produksi 4,5-5 ton/ha, tahan wereng
cokelat tipe 1 dan 2, tahan wereng hijau dan tahan virus tungro.
IR 47 Umur panen 110-115 hari, produksi 4,5-6 ton/ha, rasa nasi enak, tahan
wereng cokelat tipe 1 dan 2, tahan bulai, tahan wereng hijau dan tahan
virus tungro.
Fatmawati Umur panen 105-115 hari, potensi hasil 9,5 ton/ha, rasa nasi pulen, kadar
amilosa 23% dan tahan bakteri hawar daun tipe 4.
Sintanur Umur panen 120 hari, produksi 6 ton/ha, rasa nasi pulen, tahan wereng
cokelat tipe 1 dan 2, sesuai untuk sawah irigasi (<500 dpl).
Batang Kampar (KL 76) Umur panen 90-98 hari, potensial hasil 9,9 ton/ha gabah giling kering, rasa
nasi agak pera, tahan rebah dan tahan rontok.
Batang samo (KL 77) Umur panen 98-105 hari, potensi hasil 10,5 ton/ha, rasa nasi pera, tahan
rebah.
Hibrindo R-2 Umur panen 115-140 hari, potensi hasil 9,26 ton/ha gabah gling kering,
rasa nasi agak era, tahan rebah dan tahan rontok.
Yuwono Umur panen 110-115 hari, potensi hasil 9 ton/ha, rasa nasi pulen, tahan
wereng cokelat tipe 1 dan 2, dan agak tahan wereng cokelat tipe 3.
Rojolele Umur panen 155 HST, produksi 4,2 ton/ha, rasa nasi pera dan tahan
rebah.
Tukad balian Umur panen 110 hari, produksi 4-7 ton/ha, rasa nasi pulen, serta baik untuk
daerah endemic tungro, bali dan NTB.
Citarum Umur panen 130 hari, produksi 4-4,5 ton/ha, rasa nasi enak, tahan wereng
cokelat tipe 1, tahan kerdil rumput dan tahan tungro.
Cisadane Produksi 4,5-5,5 ton/ha, rasa nasi enak, tahan wereng cokelat, tipe1 dan 2
dan tahan wereng hijau.
Cisantana Umur panen 118 hari, produksi 5,8 ton/ha, rasa nasi pulen, tahan rebah,
serta sesuai untuk dataran rendah hingga ketinggian 500 m dpl dan layak
di lahan irigasi kurang subur.
Winongo Umur panen 115-120 hari, potensi hasil 4-9 ton/ha, rasa enak dan sangat
pulen, kadar amilosa 19-20%, tahan wereng cokelat tipe 1 dan 2, tahan
bakteri hawar daun tipe 3, dan agak tahan bakteri hawar daun tipe 4.

180
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Sentra produksi padi terdapat di seluruh pulau Jawa, antara lain Jawa Barat, Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Selain itu, daerah sentra produksi padi lainnya adalah
Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan. Adapun data
produksi padi di Indonesia berdasarkan hasil survey Bank Indonesia dapat dilihat
pada Tabel 2 dan 3.

Tabel 2. Sentra Produksi Padi di Jawa Barat

Kabupaten Kecamatan

Sukabumi Ciemas | Waluran | Surade | Cibitung | Jampang Kulon | Cidolog |


Cidadap | Curugkembar | Pabuaran | Pelabuhan Ratu | Simpenan |
Warung Kiara | Purabaya | Kebonpedes | Cireunghas
Cianjur Cidaun | Tanggeung | Kadupandak | Pagelaran | Cibeber | Bojongpicung |
Karangtengah
Bandung Pacet
Tasikmalaya Leuwisari
Ciamis Padaherang | Banjarsari | Lakbok | Pamarican | Banjar | Pataruman |
Langensari
Kuningan Ciwaru | Cibingbin | Luragung | Ciawigebang | Lebakwangi | Garawangi |
Kuningan | Kramat Mulya | Cilimus
Cirebon Babakan | Karangsembung | Palimanan | Plumbon | Kapetakan |
Klangenan | Arjawinangun | Ciwaringin | Susukan | Gegesik
Kertajati
Majalengka
Sumedang Situraja | Darmaraja | Ujung Jaya
Indramayu Haurgeulis | Kroya | Gabuswetan | Cikedung | Lelea | Bangodua |
Widasari | Kertasemaya | Krangkeng | Karangampel | Juntinyuat | Sliyeg |
Jatibarang | Balongan | Indramayu | Sindang | Lohbener | Losarang |
Kandanghaur | Bongas | Anjatan | Sukra
Subang Patokbeusi | Pagaden | Compreng | Binong | Ciasem | Pamanukan |
Pusakanagara | Blanakan
Purwakarta Tegal Waru | Plered | Sukatani | Darangdan | Bojong | Pasawahan
Karawang Pangkalan | Ciampel | Telukjambe | Klari | Cikampek | Tirtamulya | Jatisari
| Cilamaya | Lemahabang | Talagasari | Karawang | Rawamerta |
Tempuran | Kutawaluya | Rengasdengklok | Pedes | Cibuaya | Tirtajaya |
Batujaya | Pakisjaya

181
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Tabel 3. Sentra Produksi Padi di Indonesia

Skala Prioritas
Propinsi Sektor Komoditi Sangat Kurang
Potensial
Potensial Potensial
Sumatera Utara Pertanian Padi Sawah
Sumatera Utara Pertanian Padi Gogo/Ladang
Sumatera Utara Pertanian Mina Padi
Industri Penggilingan
Industri
Sumatera Utara Padi Dan Penyosohan
Pengolahan
Beras
Perdagangan Eceran
Sumatera Utara Perdagangan Padi Dan Palawija Di
Dalam Bangunan
Sumatera Barat Pertanian Padi Sawah
Sumatera Barat Pertanian Padi Gogo/Ladang
Riau Pertanian Padi Sawah
Riau Pertanian Padi Ladang
Riau Pertanian Mina Padi
Industri Penggilingan
Industri
Riau Padi Dan Penyosohan
Pengolahan
Beras
Jambi Pertanian Padi Sawah
Jambi Pertanian Padi Ladang
Industri Penggilingan
Industri
Jambi Padi Dan Penyosohan
Pengolahan
Beras
Sumatera Selatan Pertanian Padi Sawah
Sumatera Selatan Pertanian Padi Gogo/Ladang
Industri Penggilingan
Industri
Sumatera Selatan Padi Dan Penyosohan
Pengolahan
Beras
Bengkulu Pertanian Padi Sawah
Bengkulu Pertanian Padi Gogo/Ladang
Lampung Pertanian Padi Sawah
Industri Penggilingan
Industri
Lampung Padi Dan Penyosohan
Pengolahan
Beras
Industri Berbagai Macam
Tepung Dari Padi-Padian,
Industri
Lampung Biji-Bijian, Kacang-
Pengolahan
Kacangan, Umbi-Umbian,
Buah Palm, Dll
Jakarta Pertanian Padi Sawah
Jakarta Pertanian Padi Ladang
Jawa Barat Pertanian Padi Sawah
Jawa Barat Pertanian Padi Gogo/Ladang
Industri Berbagai Macam
Tepung Dari Padi-Padian,
Industri
Jawa Barat Biji-Bijian, Kacang-
Pengolahan
Kacangan, Umbi-Umbian,
Buah Palm, Dll
Jawa Tengah Pertanian Padi Sawah
Jawa Tengah Pertanian Padi Ladang
Industri Berbagai Macam
Tepung Dari Padi-Padian,
Industri
Jawa Tengah Biji-Bijian, Kacang-
Pengolahan
Kacangan, Umbi-Umbian,
Buah Palm, Dll
Diy Yogyakarta Pertanian Padi Sawah

182
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Jawa Timur Pertanian Padi Sawah


Jawa Timur Pertanian Padi Gogo/Ladang
Industri Berbagai Macam
Tepung Dari Padi-Padian,
Industri
Jawa Timur Biji-Bijian, Kacang-
Pengolahan
Kacangan, Umbi-Umbian,
Buah Palm, Dll
Banten Pertanian Padi Sawah
Banten Pertanian Padi Gogo/Ladang
Bali Pertanian Padi Sawah
Bali Pertanian Padi Gogo/Ladang
Industri Penggilingan
Industri
Bali Padi Dan Penyosohan
Pengolahan
Beras
Industri Berbagai Macam
Tepung Dari Padi-Padian,
Industri
Bali Biji-Bijian, Kacang-
Pengolahan
Kacangan, Umbi-Umbian,
Buah Palm, Dll
Nusa Tenggara Barat Pertanian Padi Sawah
Nusa Tenggara Barat Pertanian Padi Ladang
Perdagangan Eceran
Nusa Tenggara Barat Perdagangan Padi Dan Palawija Di
Dalam Bangunan
Nusa Tenggara Timur Pertanian Padi Sawah
Nusa Tenggara Timur Pertanian Padi Gogo/Ladang
Nusa Tenggara Timur Pertanian Mina Padi
Industri Penggilingan
Industri
Nusa Tenggara Timur Padi Dan Penyosohan
Pengolahan
Beras
Kalimantan Barat Pertanian Padi Sawah
Kalimantan Barat Pertanian Padi Gogo/Ladang
Industri Penggilingan
Industri
Kalimantan Barat Padi Dan Penyosohan
Pengolahan
Beras
Kalimantan Tengah Pertanian Padi Sawah
Kalimantan Tengah Pertanian Padi Gogo/Ladang
Kalimantan Selatan Pertanian Padi Sawah
Kalimantan Selatan Pertanian Padi Ladang
Industri Berbagai Macam
Tepung Dari Padi-Padian,
Industri
Kalimantan Selatan Biji-Bijian, Kacang-
Pengolahan
Kacangan, Umbi-Umbian,
Buah Palm, Dll
Perdagangan Eceran
Kalimantan Selatan Perdagangan Padi Dan Palawija Di
Dalam Bangunan
Kalimantan Timur Pertanian Padi Sawah
Kalimantan Timur Pertanian Padi Gogo/Ladang
Industri Penggilingan
Industri
Kalimantan Timur Padi Dan Penyosohan
Pengolahan
Beras
Sulawesi Utara Pertanian Padi Sawah
Sulawesi Utara Pertanian Mina Padi
Perdagangan Eceran
Sulawesi Utara Perdagangan Padi Dan Palawija Di
Dalam Bangunan
Perdagangan Eceran
Sulawesi Utara Perdagangan
Padi Sawah
Sulawesi Selatan Pertanian Padi Sawah

183
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Sulawesi Selatan Pertanian Padi Ladang


Perdagangan Eceran
Sulawesi Selatan Perdagangan Padi Dan Palawija Di
Dalam Bangunan
Sulawesi Tenggara Pertanian Padi Sawah
Sulawesi Tenggara Pertanian Padi Ladang
Industri Penggilingan
Industri
Sulawesi Tenggara Padi Dan Penyosohan
Pengolahan
Beras
Maluku Pertanian Padi Sawah
Maluku Pertanian Padi Ladang
Maluku Utara Pertanian Padi Sawah
Maluku Utara Pertanian Padi Ladang
Perdagangan Eceran
Maluku Utara Perdagangan Padi Dan Palawija Di
Dalam Bangunan
Papua Pertanian Padi Sawah
Papua Pertanian Padi Gogo/Ladang
Papua Pertanian Mina Padi
Irian Jaya Barat Pertanian Padi Sawah
Irian Jaya Barat Pertanian Padi Gogo/Ladang
Irian Jaya Barat Pertanian Padi Ladang
Industri Penggilingan
Industri
Irian Jaya Barat Padi Dan Penyosohan
Pengolahan
Beras
Industri Berbagai Macam
Tepung Dari Padi-Padian,
Industri
Irian Jaya Barat Biji-Bijian, Kacang-
Pengolahan
Kacangan, Umbi-Umbian,
Buah Palm, Dll
Perdagangan Eceran
Irian Jaya Barat Perdagangan Padi Dan Palawija Di
Dalam Bangunan

C. Produk Padi dan Perdagangan Dunia

Negara produsen padi terkemuka adalah Republik Rakyat Cina (31% dari total
produksi dunia), India (20%), dan Indonesia (9%). Namun hanya sebagian kecil
produksi padi dunia yang diperdagangkan antar negara (hanya 5%-6% dari total
produksi dunia). Thailand merupakan pengekspor padi utama (26% dari total padi
yang diperdagangkan di dunia) diikuti Vietnam (15%) dan Amerika Serikat (11%).
Indonesia merupakan pengimpor padi terbesar dunia (14% dari padi yang
diperdagangkan di dunia) diikuti Bangladesh (4%), dan Brazil (3%).Produksi padi
Indonesia pada 2006 adalah 54 juta ton , kemudian tahun 2007 adalah 57 juta ton
(angka ramalan III), meleset dari target semula yang 60 juta ton akibat terjadinya
kekeringan yang disebabkan gejala ENSO.

184
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

185
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

186
Kegiatan pascapanen merupakan bagian integral dari pengembangan agribisnis,
yang dimulai dari aspek produksi bahan mentah sampai pemasaran produk akhir.
Peran kegiatan pascapanen menjadi sangat penting, karena merupakan salah satu
sub-sistem agribisnis yang mempunyai peluang besar dalam upaya meningkatkan
nilai tambah produk agribisnis. Dibanding dengan produk segar, produk olahan
mampu memberikan nilai tambah yang sangat besar. Daya saing komoditas
Indonesia masih lemah, karena selama ini hanya mengandalkan keunggulan
komparatif dengan kelimpahan sumberdaya alam dan tenaga kerja tak terdidik,
sehingga produk yang dihasilkan didominasi oleh produk primer atau bersifat natural
recources-based dan unskilled-labor intensive.

Departemen Pertanian telah menetapkan 17 komoditas yang menjadi prioritas


pembangunan pertanian lima tahun mendatang yaitu: padi, jagung, kedelai, kelapa,
cengkeh, tanaman obat, pisang, jeruk, bawang merah, angrek, sapi, kambing dan
domba, unggas, kelapa sawit, karet dan kakao.

Pengembangan pascapanen beras lima tahun mendatang masih di titik beratkan


pada perbaikan kualitas gabah dan beras serta pemanfaatan hasil samping dan
limbahnya, karena produksi padi nasional sudah terserap untuk kebutuhan pokok.
Dari volume produksi padi nasional sebesar 51,85 juta ton pada tahun 2003, akan
diperoleh hasil samping berupa beras patah dan menir sebesar 12,30 juta ton (25 %)
yang dapat dimanfaatkan untuk produksi tepung beras, dan limbah sekam sebesar
1,36 juta ton (20%). Penggunaan sekam umumnya untuk bahan bakar bata,
campuran pembuatan bata, genteng, grabah dan media tumbuh.

Bila produksi tepung beras diproyeksikan sebesar 1 persen dari total potensi beras
patah dan menir yang tersedia, maka akan dihasilkan tepung beras sebesar 0,13 juta
ton/tahun. Harga tepung beras Rp. 4000/kg, berarti nilai ekonomi produk tepung
beras tersebut mencapai Rp. 520 milyar/tahun. Dari total potensi sekam sebesar
10,36 juta ton, bila diproyeksikan sebesar 10 % dapat dimanfaatkan untuk arang
sekam, akan dihasilkan arang sekam sebanyak 0,62 juta ton/tahun (rendemen 60%).
Harga arang sekam Rp. 750/kg, berarti nilai ekonomi produk arang sekam tersebut
mencapai Rp. 465 milyar/tahun.

III. RENDEMEN

Rendemen didapat dari perbandingan output dengan input (Output/Input X 100%).


Adapun rendemen padi dapat dijelaskan pada tabel 4 dibawah ini :

Tabel 4. Rendemen Padi menjadi Produk Lain


Produk Rendemen
Padi menjadi Jerami 50%
Padi menjadi Gabah 50%
Gabah menjadi Beras pecah kulit 80%
Gabah menjadi Sekam 20%
Beras pecah kulit menjadi Menir 10%
Beras pecah kulit menjadi Beras 61%
Beras pecah kulit menjadi dedak 9%

187
IV. FAKTOR KRITIS

Dapat disimpulkan bahwa titik kritis pada pengolahan padi menjadi produk lain
adalah pada saat penggilingan dari padi menjadi beras. Sehingga untuk
meningkatkan mutu beras dan gabah, dibutuhkan sarana dan prasarana
penanganan pascapanen mulai dari panen, perontokan, pengeringan, penggilingan
dan sarana penunjang.

V. REKOMENDASI SISTEM PRODUKSI (PENGGILINGAN PADI)

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Nurtama et al. (1996) yang dimantapkan
oleh Suismono dan Damardjati (2000) menyatakan bahwa sistem penggilingan padi,
baik ditinjau dari kapasitas giling maupun teknik penggilingan akan berpengaruh
terhadap mutu beras. Sistem penggilingan padi secara tidak langsung juga
menentukan jumlah dan mutu hasil sampingnya, terutama bekatul dan menir.

Penggilingan dengan kapasitas besar dan kontinu, umumnya menghasilkan beras


dengan mutu bagus dan rendemen beras keseluruhan tinggi (63-67%). Penggilingan
kapasitas besar biasanya dilengkapi dengan grader, sehingga menir langsung
dipisahkan dari beras kepala. Ditinjau dari menir yang terpisahkan, maka dari sistem
penggilingan ini diperoleh menir bermutu baik dengan jumlah yang banyak (3-5%).
Bekatul yang dihasilkan dari sistem penggilingan ini mutunya kurang baik, karena
masih tercampur dengan dedak dan serpihan sekam. Penggilingan padi skala
sedang, de-ngan sistem semi kontinu maupun diskontinu akan menghasilkan bekatul
dengan jumlah cukup banyak dan mutu baik. Hal ini karena bekatul, yang dihasilkan
dari mesin sosoh kedua, terpisah dengan dedak, yang dihasilkan dari mesin sosoh
pertama. Apabila bekatul akan digunakan sebagai bahan pangan, maka sebaiknya
hanya diambil dari hasil mesin sosoh kedua, karena tidak lagi tercampur dengan
dedak (bekatul kasar) dan serpihan sekam. Penggilingan padi skala kecil, yang
hanya menggunakan satu unit mesin pemecah kulit dan satu unit mesin sosoh
umumnya menghasilkan bekatul dengan mutu kurang baik dan jumlah sedikit.

Penggilingan padi skala besar, yaitu penggilingan padi yang menggunakan tenaga
penggerak lebih dari 60 HP (Horse Power) dan kapasitas produksi lebih dari 1000
kg/j, baik menggunakan sistem kontinu maupun diskontinu. PPB sistem kontinu
terdiri dari satu unit penggiling padi lengkap, semua mesin pecah kulit, ayakan, dan
penyosoh berjalan secara kontinu, dengan kata lain masuk gabah keluar beras
giling. PBB diskontinu minimal terdiri dari empat unit mesin pemecah kulit dan empat
unit mesin penyosoh yang dioperasikan tidak sinambung atau masih menggunakan
tenaga manusia untuk me-mindahkan dari satu tahapan proses ke tahapan lain.

Penggilingan padi skala sedang menggunakan tenaga penggerak 40-60 HP, dengan
kapasitas produksi 700-1000 kg/j. Umumnya PPS terdiri dari dua unit mesin
pemecah kulit dan dua unit mesin penyosoh. PPS ini menggunakan sistem semi
kontinu, yaitu mesin pecah kulitnya kontinu, sedangkan mesin sosohnya masih
manual. Penggilingan padi skala kecil ialah penggilingan padi yang menggunakan
tenaga penggerak 20-40 HP, dengan kapasitas produksi 300700 kg/j. Penggilingan
padi manual yang terdiri dari dua unit mesin pemecah kulit dan dua unit mesin
penyosoh ini sering disebut Rice Milling Unit (RMU). Di pedesaan masih terdapat
Huller, yaitu penggilingan padi yang menggunakan tenaga penggerak kurang dari 20
HP dan kapasitasnya kurang dari 300 kg/j. Huller terdiri dari satu unit mesin pemecah
kulit dan satu unit penyosoh. Beras yang dihasilkan mutu gilingnya kurang baik,
umumnya untuk dikonsumsi sendiri di pedesaan.

188
Sistem penggilingan padi berpengaruh terhadap mutu beras maupun hasil
sampingnya. Mesin pemecah kulit menggunakan rubber roll yang berputar
berlawanan arah, masing-masing ke arah dalam. Jarak antarrol dan kecepatan putar
akan berpengaruh terhadap tingkat kesempurnaan pengupasan sekam dan
keretakan beras pecah kulit. Tipe mesin penyosoh berpengaruh terhadap mutu fisik
beras. Tipe friksi menghasilkan mutu giling yang baik, yaitu menir rendah (2%),
mengkilap tetapi derajat putihnya relatif rendah (41%). Tipe abrasive memberikan
kenampakan beras yang lebih putih (derajat putih 55%) namun menirnya lebih tinggi
(5%). Tipe friksi bekerja dengan cara gesekan antar butiran be-ras, sedangkan tipe
abrasive bekerja dengan cara pengikisan kulit ari/ aleuron beras dengan batu
gerinda.Derajat sosoh merupakan salah satu kriteria mutu beras BULOG. Derajat
sosoh minimal persyaratan BULOG ialah 90% karena tujuannya untuk menyimpan.
Semakin tinggi derajat sosoh, beras semakin awet disimpan, karena kandungan
bekatul yang tersisa semakin sedikit. Pengembangan metode penetapan derajat
telah dilakukan oleh Damar-djati (1989), baik secara fisik (mem-bandingkan dengan
contoh) maupun secara kimia (dengan methylen blue). Derajat sosoh menunjukkan
persentase penghilangan bekatul. Derajat sosoh 90%, berarti 90% lapisan bekatul
disosoh atau dibuang. Jadi dalam sistem penggilingan padi, semakin tinggi derajat
sosoh beras, semakin banyak bekatul yang dibuang. Dengan kata lain rendemen
bekatul makin tinggi. Ditinjau dari nilai gizinya, semakin tinggi derajat sosoh semakin
rendah nilai gizi, terutama proteinnya (Widowati et al., 1988).

REFERENSI

Purwono,Ir.MS dan Heni Purnawati.2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan


Unggul. Penebar Swadaya: Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Padi
http://mekanisasi.litbang.deptan.go.id/index2.php?
option=com_content&do_pdf=1&id=301
http://www.alumniipb.or.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=1666&Itemid=35
http://seafast.ipb.ac.id/seafast.info/Seafast.info0/produk_detail.php?
categoryID=2&produkID=64

189
RUMPUT LAUT
Oleh : Maghleb Yudinna Elmir

I. PROFIL RUMPUT LAUT

Dalam bahasa ilmiah, rumput laut (sea weeds) dikenal dengan istilah algae atau
ganggang. Dilihat dari ukurannya, rumput laut terdiri dari jenis mikroskopik dan
makroskopik. Alga makroskopik inilah yang sehari-hari kita kenal sebagai rumput
laut.

Berdasar pigmen (zat warna) yang dikandung, alga dikelompokkan atas empat kelas,
yaitu :
Rhodophyceae (alga merah)
Phaeophyceae (alga cokelat)
Chlorophyceae (alga hijau)
Cyanophyceae (alga hijau biru)

Alga hijau dan alga hijau biru, banyak yang hidup dan berkembang di air tawar. Jenis
alga ini tidak mempunyai arti penting sebagai bahan makanan. Sebaliknya, alga
cokelat dan alga merah merupakan penghuni laut yang cukup eksklusif dalam
kedudukannya sebagai bahan pangan dan nonpangan.

Bila berbicara tentang rumput laut, yang dimaksudkan adalah dari jenis alga cokelat
dan alga merah ini. Alga cokelat hidup di perairan yang dingin, alga merah di daerah
tropis. Rumput laut merupakan bagian terbesar dari tanaman laut yang memegang
peran cukup penting dalam fungsinya sebagai bahan makanan dan obat-obatan.
Secara garis besar, rumput laut dibedakan sebagai penghasil agar, karaginan,
furcelaran, dan alginat.

Alga cokelat yang sering disebut kelp atau rockweed, merupakan sumber alginat
atau algin, yaitu salah satu jenis polisakarida yang terdiri dari unit-unit asam manurat
dan asam glukuronat. Sementara itu, alga merah merupakan sumber bagi karaginan,
agar-agar, dan furcelaran.

Beberapa jenis rumput laut yang terdapat di Indonesia dan memiliki arti ekonomis
penting adalah:

(1) Rumput laut penghasil agar-agar (agarophyte), yaitu Gracilaria, Gelidium,


Gelidiopsis, dan Hypnea
(2) Rumput laut penghasil karaginan (Carragenophyte), yaitu Eucheuma spinosum,
Eucheuma cottonii, Eucheuma striatum
(3) Rumput laut penghasil algin, yaitu Sargasum, Macrocystis, dan Lessonia.

Jenis Eucheuma dan Gracilaria sudah dibudidayakan di Indonesia, terutama di


Kepulauan Riau, Lampung, Kepulauan Seribu (Jakarta), Bali, Lombok, Flores,
Sumba, dan Sulawesi. Pembudidayaan dilakukan di tempat-tempat yang kondisi
arusnya relatif tenang, sehingga produktivitasnya dapat ditingkatkan. Wilayah
Indonesia yang 70 persen berupa laut dan terdapat 17.500 pulau, merupakan negara
yang kaya akan rumput laut.

Jenis-jenis rumput laut yang memiliki nilai ekonomis adalah sebagai berikut:

190
Agar-agar
1. Acantthopeltia
2. Gracilaria,
3. Gelidella,
4. Gelidium,
5. Pterrocclaidia,

Karaginan
1. Chondrus,
2. Eucheuma,
3. Gigartina,
4. Hypnea,
5. Iriclaea,
6. Phyllophora,

Alginat
1. Ascophyllum,
2. Durvillea,
3. Ecklonia,
4. Turbinaria

Furcelarian
1. Furcellaria

Di dalam Sargassum spp. ada sekitar 400 spesies; sedangkan di Indonesia dikenal
ada 12 jenis yaitu: Sargassum duplicatum, S. hitrix, S. echinocarpum, S. gracilinum,
S. obtuspfolium, S. binderi, S. polyceystum, S. microphylum, S. crassifolium, S.
aquafolium, S. vulgare, dan S. polyceratium. Hormophysa di Indonesia dijumpai satu
jenis yaitu H. tricuetra dan Turbinaria spp. ada 4 jenis yaitu T. conoides, T. ornata, T.
murrayana, dan T. Deccurens

A. Kandungan Rumput Laut

Rumput laut yang banyak dimanfaatkan adalah dari jenis ganggang merah
(Rhodophyceae) karena mengandung agar-agar, karaginan, porpiran, furcelaran
maupun pigmen fikobilin (terdiri dari fikoeretrin dan fikosianin) yang merupakan
cadangan makanan yang mengandung banyak karbohidrat. Tetapi ada juga yang
memanfaatkan jenis ganggang coklat (Phaeophyceae).

Ganggang coklat ini banyak mengandung pigmen klorofil a dan c, beta karoten,
violasantin dan fukosantin, pirenoid, dan lembaran fotosintesa (filakoid). Selain itu
ganggang coklat juga mengandung cadangan makakan berupa laminarin, selulose,
dan algin. Selain bahan-bahan tadi, ganggang merah dan coklat banyak
mengandung yodium.

B. Manfaat Rumput Laut

1. Sebagai bahan obat-obatan (anticoagulant, antibiotics, antihehmethes,


antihypertensive agent, pengurang cholesterol, dilatory agent, dan
insektisida.
2. Karena kandungan gizinya yang tinggi, maka mampu meningkatkan system
kerja hormonal, limfatik, dan juga saraf.
3. Meningkatkan fungsi pertahanan tubuh, memperbaiki system kerja jantung
dan peredaran darah serta system pencernaan.

191
4. Obat tradisional untuk batuk, asma, bronchitis, TBC, cacingan, sakit perut,
demam, rematik, bahkan dipercaya dapat meningkatkan daya seksual.
5. Kandungan yodiumnya diperlukan tubuh untuk mencegah penyakit gondok.
6. Kandungan klorofil rumput laut bersifat antikarsinogenik, kandungan serat,
selenium dan seng yang tinggi pada rumput laut dapat mereduksi estrogen.
Disinyalir level estrogen yang terlalu tinggi dapat mendorong timbulnya
kanker, sehingga konsumsi rumput laut memperkecil resiko kanker bahkan
mengobatinya.
7. Kandungan vitamin C dan antioksidannya dapat melawan radikal bebas.
8. Kaya akan kandungan serat yang dapat mencegah kanker usus besar,
melancarkan penceranaan, meningkatkan kadar air dalam feses.

C. Berbagai Bentuk Industri Rumput Laut

Rumput laut segar tidak dapat disimpan lama pada suhu ruang. Oleh karena itu,
harus diolah menjadi bentuk rumput laut kering, tepung agar, tepung alginat, atau
tepung karaginan. Selama ini ekspor rumput laut ke mancanegara umumnya
dilakukan dalam bentuk rumput laut kering. Dengan demikian, sudah saatnya
Indonesia mendirikan industri pengolah rumput laut dan mengekspornya dalam
bentuk hasil olahan, seperti agar-agar, karaginan, alginat, dan lain-lain.

Sifat yang paling menonjol dari agar-agar adalah memiliki daya gelasi (kemampuan
membentuk gel), viskositas (kekentalan), setting point (suhu pembentukan gel), dan
melting point (suhu mencairnya gel) yang sangat menguntungkan untuk dipakai pada
dunia industri pangan maupun nonpangan.

Agar-agar dengan kemurnian tinggi tidak akan larut pada air bersuhu 25 oC, tetapi
larut di dalam air panas. Pada suhu 32-39oC, agar-agar akan berbentuk padatan
yang tidak akan mencair lagi pada suhu di bawah 80oC.

Fungsi utama agar-agar adalah sebagai bahan pemantap, penstabil, pengemulsi,


pengental, pengisi, penjernih, pembuat gel, dan lain-lain. Agar-agar digunakan pada
industri makanan, yaitu untuk meningkatkan viskositas sup dan saus, serta dalam
pembuatan fruit jelly.

Di Eropa dan Amerika, agar-agar digunakan sebagai bahan pengental pada industri
es krim, jeli, permen, dan pastry. Agar-agar juga digunakan dalam pembuatan
serbat, es krim, dan keju untuk mengatur keseimbangan dan memberikan kehalusan.
Di Jepang, agar-agar sering dimasak bersama-sama nasi untuk menghasilkan nasi
agar-agar yang lengket dan kaya serat pangan (dietary fiber) sehingga lebih
menguntungkan bagi kesehatan.

Agar-agar juga digunakan sebagai penjernih pada berbagai industri minuman seperti
bir, anggur, kopi, dan sebagai penstabil pada minuman cokelat. Di bidang kesehatan,
seperti pada Perang Dunia II, agar-agar digunakan untuk membersihkan luka.

Hal ini disebabkan dalam agar-agar terdapat komponen yang dapat menyetop
menggumpalkan darah, sehingga luka mudah untuk dibersihkan. Pada zaman
dahulu, masyarakat Jepang dan Cina menggunakan agar-agar sebagai obat sakit
perut, dan di Amerika agar-agar dimasukkan ke dalam kelompok zat laxative.

Selain untuk industri makanan, agar-agar juga digunakan dalam industri farmasi
(sebagai bahan baku kapsul pembungkus obat-obatan dan vitamin, campuran obat
pencahar dan pasta gigi), industri kosmetika (sebagai bahan baku lipstik, sabun,
salep, lotion, dan krim), serta industri lainnya.

192
Agar-agar adalah produk kering tak berbentuk (amorphous) yang mempunyai sifat-
sifat seperti gelatin dan merupakan hasil ekstraksi dari rumput laut jenis tertentu.
Molekul agar-agar terdiri dari rantai linear galaktan. Galaktan sendiri merupakan
polimer dari galaktosa.

Hampir semua penduduk Indonesia dipastikan mengenal agar-agar. Terdapat tiga


bentuk agar-agar yang dijual di pasaran, yaitu berbentuk batang, bubuk, dan kertas.
Namun, yang paling umum dijumpai adalah yang berbentuk bubuk.

Masyarakat luas lebih mengenal agar-agar sebagai hidangan pencuci mulut yang
lezat dan menarik. Sebab, bentuknya dapat direka-reka sesuai selera dan dipadu
dengan berbagai macam warna, aroma, dan rasa.

Sifat yang paling menonjol dari agar-agar adalah larut di dalam air panas, yang
apabila didinginkan sampai suhu tertentu akan membentuk gel. Di rumah tangga,
umumnya digunakan untuk pembuatan puding, bahan campuran berbagai macam
kue, atau dimasak bersama-sama beras untuk menghasilkan nasi yang lebih pulen
dan lengket.

Untuk lebih memberikan daya tarik dan supaya dapat digunakan lebih luas, bubuk
agar-agar dibuat berwarna-warni. Bubuk agar-agar umumnya berwarna hijau,
kuning, merah, cokelat, dan putih.

Agar-agar pertama kali diproduksi di Cina sebelum abad ke-17. Dalam skala industri,
pabrik pembuat agar-agar pertama kali didirikan di California, Amerika Serikat, pada
tahun 1919, kemudian disusul oleh Jepang, yang hingga kini dikenal sebagai
produsen agar-agar utama di dunia.

Di Indonesia, agar-agar mulai diproduksi pada tahun 1930. Saat ini ada beberapa
industri penghasil agar-agar di Indonesia. Bahan baku utama yang dipakai adalah
rumput laut dari jenis rambukasang (Gracilaria sp), paris (Hypnea), dan Kades
(Gellidium sp). Dari ketiga jenis tersebut, jenis rambukasang adalah yang terbanyak
digunakan karena lebih murah harganya dan menghasilkan agar-agar tiga kali lipat
dari jenis lain.

II. Pohon Industri Rumput Laut


FARMASI :
Bahan Gigi Buatan
Gracilaria sp Agar-Agar Shampoo, Pasta
R Gelidium sp Kapasitas Produksi Gigi, Sabun, dll
U prod: 28.500 T = 23.127 ton
M
P INDUSTRI LAINNYA :
U Eucheuma sp Pakan Ternak Ikan,
Karaginan Pengeboran, Cat,
T prod:10.500 T Kapasitas
Euchema cott Printing Tekstil,
Produksi= 8.400 ton Kertas, Keramik
L prod: 93.500 T
A
U FOOD :
T Sargasum sp Soft Drink, Ice Cream,
Turbinaria sp Alginat Susu Cokelat, Roti,
Selai

193
III. RENDEMEN INDUSTRI RUMPUT LAUT

Rendemen merupakan salah satu parameter penting dalam menilai efektif tidaknya
suatu proses produksi dalam industri rumput laut. Untuk industri agar agar, rata-
rata banyaknya (rendemen) agar-agar yang dihasilkan dari rumput laut kering adalah
25-35 persen.

Sementara itu untuk industri karaginan, perhitungan rendemen dilakukan untuk


mengetahui persentase karaginan yang dihasilkan dari rumput laut kering yang
digunakan berdasarkan umur panen, konsentrasi KOH dan lama ekstraksi.

Nilai rendemen tertinggi diperoleh dari perlakuan umur panen 50 hari, konsentrasi
KOH 9 % dan lama ekstraksi 4 jam sedangkan nilai rendemen terendah pada
perlakuan umur panen 40 hari, konsentrasi KOH 5 % dan lama ekstraksi 2 jam
(A1B1C1). Standar persyaratan minimum rendemen karaginan yang ditetapkan oleh
Departemen Perdagangan (1989), yaitu sebesar 25 %.

Umur panen, konsentrasi KOH dan lama ekstraksi memberikan pengaruh nyata
terhadap rendemen tepung karaginan yang dihasilkan. Interaksi antar perlakuan
umur panen dengan konsentrasi KOH dan interaksi antara umur panen dengan lama
ekstraksi serta interaksi antara konsentrasi KOH dengan lama ekstraksi tidak
berpengaruh nyata terhadap rendemen tepung karaginan yang dihasilkan.

Rendemen karaginan juga dipengaruhi lama dan suhu ekstraksi. Semakin lama
proses ekstraksi dan semakin tinggi suhu ekstraksi akan meningkatkan rendemen
karaginan. Hal ini disebabkan karena semakin lama rumput laut kontak dengan
panas maupun dengan larutan pengekstrak, maka semakin banyak karaginan yang
terlepas dari dinding sel dan menyebabkan rendemen karaginan semakin tinggi.
Rendemen dipengaruhi oleh jenis, iklim, metode ekstraksi, waktu pemanenan dan
lokasi budidaya. Selain itu rendemen juga dipengaruhi oleh skala produksi, dimana
skala produksi yang besar akan menghasilkan rendemen yang besar pula.

Berdasarkan penelitian dari Achmad Zatnika dan Sri Istini dalam penelitian Optimasi
Perlakukan Alkali Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Agar dari Rumput Laut
(http://lib.bsn.go.id/index.php?/mjlh_artikel/majalah/unduh/40), Rendemen agar
dipengaruhi oleh suhu pemasakan saat ekstraksi agar di mana suhu 70C
menghasilkan rendemen lebih tinggi dari pada 80C. Ekstraksi Agar dari rumput laut
Gracilasia spp. yang optimal adalah konsentrasi larutan NaOH 10% dengan suhu
pemasakan 70C atau konsentrasi larutan NaOH 8% tetapi suhu pemasakan 80C.

Sementara itu untuk industri alginat, rendemen yang diperoleh bervariasi bergantung
dari jenis rumput laut sebagai bahan baku dan proses produksinya. Menurut hasil
pengamatan Yulianto (2008) kisarannya dimulai dari 4,3 % (untuk jenis bahan baku
Sargassum polycystum dengan viskositas 17 32 %) hingga 53,55 % (untuk jenis
bahan baku Sargassum polycystum dengan viskositas 08 19 %).

IV. FAKTOR KRITIS INDUSTRI RUMPUT LAUT

Kadar air pada rumput laut merupakan komponen yang penting karena berhubungan
dengan mutu rumput laut. Kadar air tertinggi diperoleh pada umur panen 40 hari dan
terendah pada umur panen 50 hari. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa umur
panen berpengaruh nyata terhadap kandungan air rumput laut.

194
Pada rumput laut dengan umur panen 50 hari, kandungan air bebasnya lebih banyak
sehingga penguapan pada saat penjemuran lebih besar terjadi pada umur panen 50
hari tersebut. Penguapan ini menyebabkan kadar air pada rumput laut umur panen
50 hari menjadi lebih sedikit dibandingkan umur panen 40 dan 45 hari. Rumput laut
kering yang memiliki kadar air yang tinggi akan lebih mudah rusak jika dibandingkan
dengan rumput laut berkadar air rendah.

Selain itu rumput laut bersifat higrokopis sehingga penyimpanan di tempat yang
lembab akan menyebabkan kerusakan terjadi lebih cepat. SNI 01-02690. 1992
menetapkan kadar air rumput laut kering untuk Eucheuma cottonii maksimum 35 %,
sehingga kadar air yang diperoleh dari penelitian ini masih memenuhi standar mutu
rumput laut kering.

Kadar air karaginan sangat berpengaruh terhadap daya simpannya, karena erat
kaitannya dengan aktivitas mikrobiologi yang terjadi selama karaginan tersebut
disimpan. Syarief dan Halid (1993) menyatakan bahwa peranan air dalam bahan
pangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas metabolisme
seperti aktivitas enzim, aktivitas mikroba, dan aktivitas kimiawi yaitu terjadinya
ketengikan dan reaksi-reaksi non-enzimatis, sehingga menimbulkan perubahan sifat-
sifat organoleptik dan nilai gizinya.

Sementara itu untuk faktor kritis dalam industri agar-agar yaitu daya gelasi
(kemampuan membentuk gel), viskositas (kekentalan), setting point (suhu
pembentukan gel), dan melting point (suhu mencairnya gel)

V. REKOMENDASI PROSES INDUSTRI

Dari semua hasil industri rumput laut, sejauh ini industri agar-agarlah yang sudah
banyak dilakukan dengan proses industri tertentu.

A. Proses Produksi Agar-Agar

Tahapan proses produksi agar-agar adalah:


Pemanenan dan pengeringan rumput laut.
Setelah dipanen, rumput laut dibersihkan dari pasir, batu, dan kotoran lainnya.
Selanjutnya dijemur di bawah sinar matahari selama beberapa hari sampai kering
(kadar airnya sekitar 20 persen).

Pemotongan dan pengasaman.


Rumput laut yang sudah kering dimasukkan ke dalam bak pencuci yang berisi air
dan dipotong-potong secara mekanis. Selanjutnya dimasukkan ke dalam bak
pencuci yang berisi asam sulfat 5-10 persen selama 15 menit dan dibilas dengan
air sampai bersih. Jenis asam lain yang dapat dipakai adalah asam asetat atau
asam sitrat. Tujuan pengasaman untuk memecahkan dinding sel, sehingga agar-
agar mudah diekstrak serta menghancurkan dan melarutkan kotoran sehingga
rumput laut menjadi lebih bersih.

Pemasakan dan ekstraksi.


Pemasakan rumput laut dilakukan dalam sebuah bejana besar dengan
menggunakan air bersih sebanyak 40 kali berat rumput laut kering yang
digunakan. Pemasakan dilakukan dengan penambahan asam cuka 0,5 persen
dan dilakukan pada suhu 90-100oC selama 2-4 jam. Pada saat mulai mendidih,

195
ditambahkan basa (misalnya natrium hidroksida) untuk menetralkan pH menjadi
6-8.

Pemadatan.
Setelah pemasakan selesai, ekstrak rumput laut disaring dengan kain blacu dan
diperas perlahan-lahan. Ekstrak yang diperoleh ditampung dalam bejana dan
ditambahkan basa hingga pH-nya mencapai 7-7,5. Larutan agar-agar yang telah
dinetralkan, dipanaskan lagi sambil diaduk dan dituangkan ke dalam cetakan
menurut ukuran yang telah ditentukan. Larutan agar-agar tersebut dibiarkan
memadat pada suhu kamar atau menggunakan suhu dingin untuk mempercepat
pemadatan.

Pengeringan.
Agar-agar yang sudah memadat, dipotong-potong tipis dalam bentuk lembaran
setebal 0,5 cm dengan menggunakan kawat baja halus. Lembaran yang
diperoleh dibungkus dengan kain blacu, disusun, dan dimasukkan ke dalam alat
pengepres dan dipres perlahan-lahan agar airnya keluar. Padatan agar yang
tersisa di kain blacu kemudian dijemur di atas rak-rak bambu sampai kering dan
dikemas dengan kantong plastik. Untuk menghasilkan agar-agar tepung,
lembaran-lembaran agar-agar kering digiling dan diayak sampai diperoleh bubuk
halus.

REFERENSI

Anggadiredja, TJ, , A. Zatnika, H. Purwoto dan Sri Istini, 2006. Rumput Laut. Penebar
Swadaya. Jakarta:145 Hal.

Yulianto, Kresno. 2008. Penelitian Isolasi Alginat Algae Laut Cokelat Dan Prospek
Menuju Industri. Jakarta : Prosiding Seminar Riptek Kelautan Nasional 2008

http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1086334289,31955,

http://wacanasainsperikanan.blogspot.com/2010/01/kondisi-lingkungan-yang-
mempengaruhi.html

http://www.smecda.com/deputi7/file_Infokop/EDISI%2028/komoditi_rumput_laut.pdf

http://eprints.undip.ac.id/3333/1/OPTIMASI_PROSES_EKSTRAKSI_PADA_PEMBU
ATAN_KARAGINAN_DARI_RUMPUT_LAUT_EUCHEUMA_COTTONI_UNTUK_ME
NCAPpdf.pdf

http://lib.bsn.go.id/index.php?/mjlh_artikel/majalah/unduh/40

196
SAPI

Oleh Desthy Lusia

I. PROFIL KOMODITAS

Sapi potong sudah menjadi salah satu pilihan komoditas yang diyakini dapat menjadi
sumber pendapatan keluarga karena proses pemeliharaanya yang cukup mudah.
Usaha peternakan sapi potong di Indonesia didominasi oleh sistem usaha
pemeliharaan induk-anak sebagai penghasil bakalan/pedet (calf cow operation).
Salah satu produk optimum yang dihasilkan oleh sapi adalah daging dan susu, tetapi
tidak hanya itu, sapi juga dapat menghasilkan pupuk kandang dan sebagai tenaga
kerja.

Daging merupakan bahan makanan yang dapat diolah dan dikonsumsi menjadi
berbagai bentuk makanan yang lezat dan menarik. Daging memiliki komposisi yang
terdiri sumber asam amino esensial, mineral, vitamin, lemak, dan air. Selain itu,
daging juga adalah salah satu hasil ternak yang hampir tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia karena memiliki kandungan dan keseimbangan gizi yang
lengkap.

Sapi juga dapat digunakan untuk menarik gerobak. Kotoran sapi mempunyai nilai
ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan oleh semua jenis
tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki
struktur tanah sehingga menjadi lebih subur dan gembur.

Semua organ tubuh sapi dapat dimanfaatkan antara lain untuk kegunaan berikut:

1. Kulit, sebagai bahan industri tas, sepatu, ikat pinggang, topi, dan jaket
2. Tulang, dapat diolah menjadi bahan-bahan perekat/lem, tepung dan barang
kerajinan
3. Tanduk, digunakan sebagai bahan kerajinan seperti: sisir, hiasan dinding dan
masih banyak manfaat sapi bagi kepentingan manusia.

B. Klasifikasi Ilmiah Sapi:

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Artiodactyla
Famili: Bovidae
Upafamili: Bovinae
Genus: Bos
Spesies: B. Taurus

C. Asal Sapi

197
Sapi yang ada sekarang ini berasal dari Homacodontidae yang dijumpai pada masa
Palaeoceen. Jenis-jenis primitifnya ditemukan pada masa Plioceen di India. Sapi Bali
yang banyak dijadikan komoditi gading/sapi potong pada awalnya dikembangkan di
Bali dan kemudian menyebar ke beberapa wilayah seperti Nusa Tenggara Barat
(NTB) dan Sulawesi.

Sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan Ongole) dan sapi Madura banyak
terdapat di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Sulawesi. Sapi jenis Aberdeen
angus banyak terdapat di Skotlandia. Sapi Simmental banyak terjadi di Amerika.
Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat ini adalah sapi asli Indonesia
dan sapi yang diimport.

Sapi-sapi Indonesia yang dijadikan sumber daging adalah sapi Bali, sapi Ongole,
sapi PO dan sapi Madura. Selain itu, sapi Aceh yang banyak diekspor ke Malaysia
(Pinang).

D. Jenis-jenis Sapi

Jenis Sapi Impor

1. Limousine
Merupakan keturunan sapi Eropa yang berkembang di Perancis. Sapi jenis ini
merajai di pasar-pasar sapi Indonesia dan merupakan sapi primadona untuk
penggemukan. Harganya mahal, karena memiliki tingkat pertumbuhan badan
yang cepat per harinya yaitu 1,1 kg.

2. Charolais
Merupakan jenis yang juga dikembangkan di Perancis, warna bulu perak dan
merupakan jenis paling besar di negara tersebut, jarang dijumpai di pasar-
pasar tradiosional dan pertumbuhan badan dapat mencapai 1,3 kg kg/hari.

3. Hereford
Merupakan jenis yang juga turunan dari sapi Eropa yang dikembangkan di
Inggris yaitu daerah Hereford. Berat jantan rata-rata 900 kg dan betina 725
kg. Sapi ini mempunyai ciri-ciri bertubuh pendek, kaki rendah, lebar dan
padat dengan daging yang halus. Sapi ini mempunyai nafsu makan yang
kuat.

4. Sorthorn
Merupakan sapi yang sama dengan Hereford yaitu dikembangkan di negara
Inggris. Bobot jantan rata-rata 1100 kg dan betina 850 kg. Sapi ini mempunyai
ciri-ciri bulu berwarna merah tua, tubuh besar dan badan samping rata.

5. Simmental
Merupakan sapi yang berasal dari lembah Simme negara Swiss, tapi banyak
dikembangkan di Australia dan Selandia Baru. Bobot jantan rata-rata 1100 kg
dan betina 800 kg.

6. Brahman
Sapi ini yang berasal dari India namun banyak dikembangkan di Amerika.
Jenis yang masuk di Indonesia adalah dari Amerika. Bobot jantan maksimum
800 kg dan betina 550 kg.

7. Aberdeen Angus

198
Sapi yang masuk ke Indonesia melalui negara Selandia Baru tapi asal sapi ini
dari Skotlandia. Bobot jantan rata-rata 900 kg dan betina 700 kg.

8. Brangus
Merupakan hasil silang antara betina Brahman dan jantan Aberdeen angus.

9. Santa Gertrudis
Merupakan sapi hasil persilangan dari jantan Brahman dan betina Shortorn
yang dikembangkan pertama kali di King Ranch Texas, AS tahun 1943-1973
masuk Indonesia.Bobot jantan rata-rata adalah 900 kg dan betina 725 kg.

10. Droughmaster
Merupakan sapi hasil persilangan antara betina Brahman-jantan Shorthorn,
dikembangkan di Australia.

Jenis-jenis sapi local

1. Sapi Ongole
Merupakan sapi yang berasal dari India. Sapi ini masuk ke Indonesia
diperkirakan pada awal abad ke-20 dan diternakkan secara turun menurun di
Pulau Sumba, sehingga sapi ini juga dikenal sebagai sapi Sumba Ongole.

Sapi Ongole ini mempunyai postur tubuh yang lebih besar dibandingkan sapi-
sapi lokal lainnya. Warna bulunya dari putih sampai putih keabu-abuan
dengan campuran kuning orange ke kelabu. Bobot badan yang jantan sekitar
600-700 kg dan betina sekitar 450-650 kg.

2. Sapi Peranakan Ongole (PO)


Adalah sapi hasil perkawinan sapi Ongole dengan sapi-sapi lokal yang telah
dilakukan di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Postur badan sapi PO ini lebih
kecil dibandingkan dengan sapi Ongole.

3. Sapi Bali
Merupakan sapi hasil keturunan dari sapi liar yang sudah mengalami proses
yang cukup lama. Sapi Bali ini memiliki bulu halus dan berwarna coklat pada
saat muda dan berubah menjadi hitam. Bobot sapi Bali jantan berkisar antara
350-400 kg dan betina dewasa antara 250-300 kg.

4. Sapi Madura
Merupakan sapi yag diperkirakan sebagai hasil perkawinan antara sapi Bali
dengan sapi dari India (Bos Indicus). Sapi ini mempunyai bentuk badan yang
kompak dan kecil, warna bulunya merah bata, pantat dan kaki bawah
berwarna putih. Bobot jantan dewasa antara 250-300 kg dan betina dewasa
antara 150-200 kg.

II. POHON INDUSTRI

199
Industri pakan
Hulu Obat hewan
Pembibitan
Infrastruktur

Cow-calf opertaion
Sapi Perah
Pembesaran
Penggemukan

Pola integrasi
tanaman pangan
Hilir Pola integrasi
perkebunan
Peternakan Rakyat
Feederlotter

Daging Susu Kulit Lain-lain Kompos

Segar Segar Iindustri kulit Darah Pupuk


setengah jadi Tulang Organik
Limbah Usus

Bakso Pasteurize Industri Kulit


Corned Beef d Jadi
Sosis Ice cream
Abon Yoghrut

Gambar 1. Pohon Industri Agribisnis Sapi

III. PEMELIHARAAN SAPI POTONG

A. Sanitasi Dan Tindakan Preventif

Pada pemeliharaan secara intensif, sapi-sapi dikandangkan. Dengan


demikian peternak mudah mengawasinya. Adapun pemeliharaan secara
ekstensif, pengawasannya sulit dilakukan, karena sapi-sapi yang dipelihara
dibiarkan hidup bebas.

B. Pemberian Pakan

200
Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu penggembalaan
(pasture fattening), kereman (dry lot fattening) dan kombinasi cara pertama
dan kedua. Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang
rumput, yang biasanya diakukan di daerah yang mempunyai tempay
penggembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari.
Dengan cara ini, sapi tidak perlu diberikan ransum tambahan pakan penguat,
karena sapi telah memakan bermacam-macam jenis rumput. Ransum
tambahan berupa dedak halus atau berkatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas
tahu yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput di tempat pakan.
Selain tiu ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur dan kapur.

Pakan dapat pula diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang dikenal


dengan istilah kereman. Sapi yang dikandangkan dan pakan diperoleh dari
ladang, sawah atau tenpat lainnya. Setiap hari memerlukan pakan kira-kira
sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1%-2% dari
berat badannya.

C. Pemeliharaan Kandang

Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (kira-kira


1-2 minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan
baik. Kandang sapi tidak boleh ditutup rapat agar sirkulasi udara di dalamnya
berjalan lancar. Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat
pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang, tetapi masih di bawah
atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak
diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran, sementara tempat air minum
sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dans edikit lebih tinggi
daripada permukaan lantai.

Fungsi kandang dalam pemeliharaan sapi adalah:


1. melindungi sapi dari hujan dan panas matahari
2. mempermudah perawatan dan pemantauan
3. menjaga keamanan dan kesehatan sapi

IV. PANEN DAN PENANGANANNYA

A. Hasil Utama

Hasil utama dari budidaya sapi potong adalah daging. Selain daging, susu,
kulit dan kotorannya juga sebagai hasil tambahan dari budidaya sapi.

B. Penanganan Hasil Panen

Lama/waktu penggemukan sapi berkisar antara 3-6 bulan sesuai umur dan
kondisi sapi pada sebelum dipasarkan, pemberian ransum konsentrat
ditingkatkan dari pemberian biasa dan pakan hijauan dikurangi dari pemberian
biasanya serta penggunaan antibiotik dan obat-obatan diharapkan
memperhatikan waktu henti obat.
a. Pengawasan
b. Pencatataan
c. Pelaporan

C. PASCAPANEN

201
1. Pemotongan
Ada beberapa prinsip teknik yang harus diperhatikan dalam pemotongan
sapi agar diperoleh pemotongan yang baik yaitu sebagai berikut:
ternak sapi harus diistirahatkan sebelum pemotongan
ternak sapi harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain yang
dapat mencemari daging
pemotongan ternak harus dilakukan secepat mungkin dan rasa sakit
yang diderita ternak diusahakan sekecil mungkin dan darah harus
keluear secara tuntas.

2. Pengulitan
Pengulitan pada sapi yang telah disembelih dapat dilakukan dengan
menggunakan pisau tumpul atau kikil agar kulit tidak rusak. Kulit sapi
dibersihkan dari lemak, kotoran, noda darah atau kotoran lainnya. Setelah
bersih, kulit sapi dijemur dalam keadaan terbentang.

3. Pengeluaran Jeroan
Setelah sapi dikuliti, isi perut (visceral) atau yang sering disebut dengan
jeroan dikeluarkan dengan cara menyayat daging.

4. Pemotongan Karkas
Akhir dari suatu peternakan sapi adalah menghasilkan karkas/daging
berkualitas dan berkuantitas tinggi.

V. REKOMENDASI PROSES PRODUKSI

Dengan adanya perkembangan dunia usaha dan era perdagangan bebas, sentra
produksi dituntut untuk dapat kompetitif di tengah persaingan yang ketat, dan sesuai
dengan standar mutu internasional serta mampu beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan, oleh sebab itu perlu disusun formulasi strategi yang baik, sehingga
mampu meningkatkan daya saing dan memberikan kesejahteraan bagi petani ternak.
Rekomendasi prioritas strategi dalam pengembangan agribisnis sapi potong
terhadap faktor-faktor prioritas penentu adalah:
1. Penguatan modal kelompok peternak,
2. Jaminan ketersediaan bibit sapi (IB) yang diinginkan peternak,
3. Perbaikan pemasaran ternak sapi yang terjamin.

Faktor pelaku/aktor prioritas yang berperan adalah:


Pihak lembaga keuangan
Pihak pengusaha swasta
Instansi teknik terkait

REFERENSI

Tim Karya Tani Mandiri. 2009, Pedoman Budidaya Beternak Sapi Potong. Edisi I.
CV. Nuansa Aulia. Bandung
http://elibrary.mb.ipb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=mbipb-
12312421421421412-firmannoer-360
http://www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/files
http://id.wikipedia.org/wiki/Sapi

202
203
COMPOSIT PERFORMANCE INDEX (CPI)

Sebagai analisa, terdapat 3 alternatif yang dinilai yaitu Tepung ubi kayu,
Tapioka, dan makanan ternak dengan kriteria kelayakan IRR (Internal Rate of
Return), B/C (Benefit / Cost Ratio) dan waktu pengembalian modal (Pay Back
Period).

Tabel : Matriks awal penilaian alternatif pemilihan Industri yang paling layak

Kriteria
Alternatif
IRR B/C Ratio PBP
1. Tepung Ubi Kayu 35 3 4
2. Tapioka 23 2.5 2.8
3. Makanan Ternak 40 1.6 3
Bobot Kriteria 0.3 0.4 0.3

Tabel : Matriks hasil transformasi melalui teknik perbandingan indeks kinerja

Kriteria Nilai
Alternatif Peringkat
IRR B/C Ratio PBP Alternatif
1. Tepung Ubi Kayu 152 188 70 141.7 1
2. Tapioka 100 156 100 122.5 2
3. Makanan Ternak 174 100 93 120.2 3
Bobot Kriteria 0.3 0.4 0.3

Dengan demikian alternatif 1 yaitu Tepung Ubi Kayu sebagai peringkat 1


disusul oleh Tapioka dan kemudian makanan ternak sebagai peringkat 3

204
KETELA POHON / SINGKONG oleh WIndra
Mai Haryanto
( Manihot utilissima Pohl )

1. SEJARAH SINGKAT
Ketela pohon merupakan tanaman pangan berupa perdu
dengan nama lain ubi kayu, singkong atau kasape. Ketela pohon
berasal dari benua Amerika, tepatnya
dari negara Brazil.
Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain: Afrika,
Madagaskar, India, Tiongkok. Ketela pohon berkembang di
negara-negara yang terkenal wilayah
pertaniannya dan masuk ke Indonesia pada tahun 1852.

2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi tanaman ketela pohon adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan
Divisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji
Sub Divisi : Angiospermae atau berbiji tertutup
Kelas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua
Ordo : Euphorbiales Famili
: Euphorbiaceae Genus
: Manihot Spesies
: Manihot utilissima Pohl.
; Manihot esculenta Crantz sin.
Varietas-varietas ketela pohon unggul yang biasa ditanam,
antara lain:
Valenca, Mangi, Betawi, Basiorao, Bogor, SPP, Muara, Mentega,
Andira 1, Gading, Andira 2, Malang 1, Malang 2, dan Andira 4

205
3. MANFAAT TANAMAN
Di Indonesia, ketela pohon menjadi makanan bahan pangan
pokok setelah beras dan jagung. Manfaat daun ketela pohon
sebagai bahan sayuran memiliki protein cukup tinggi, atau untuk
keperluan yang lain seperti bahan obat-obatan. Kayunya bisa
digunakan sebagai pagar kebun atau di desa-desa sering
digunakan sebagai kayu bakar untuk memasak. Dengan
perkembangan teknologi, ketela pohon dijadikan bahan dasar pada
industri makanan dan bahan baku industri pakan. Selain
itu digunakan pula pada industri obat-obatan.

4. SENTRA PENANAMAN
Di dunia ketela pohon merupakan komoditi perdagangan yang
potensial. Negara- negara sentra ketela pohon adalah Thailand dan
Suriname. Sedangkan sentra utama ketela pohon di Indonesia di Jawa
Tengah dan Jawa Timur.

5. SYARAT PERTUMBUHAN

5.1. Iklim
a) Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ketela pohon
antara 1.500-2.500
mm/tahun.
b) Suhu udara minimal bagi tumbuhnya ketela kohon sekitar 10
derajat C. Bila suhunya di bawah 10 derajat C menyebabkan
pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, menjadi kerdil karena
pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
c) Kelembaban udara optimal untuk tanaman ketela pohon antara
60-65%. d) Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ketela
pohon sekitar 10 jam/hari t erutama untuk kesuburan daun dan
perkembangan umbinya.

5.2. Media Tanam


a) Tanah yang paling sesuai untuk ketela pohon adalah tanah
yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu
poros serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah
mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah
tersedia dan mudah diolah. Untuk pertumbuhan tanaman ketela
pohon yang lebih baik, tanah harus subur dan kaya bahan
organik baik unsur makro maupun mikronya.
b) Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ketela pohon adalah jenis
aluvial latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan
andosol.
c) Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela
pohon berkisar antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Pada
umumnya tanah di Indonesia ber- pH rendah (asam), yaitu berkisar

206
4,0-5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya
tanaman ketela pohon.

5.3. Ketinggian Tempat


Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ketela
pohon antara 10700 m dpl, sedangkan toleransinya antara 101.500
m dpl. Jenis ketela pohon tertentu dapat ditanam pada ketinggian
tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Bibit Bibit yang baik untuk bertanam ketela
pohon harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Ketela pohon berasal dari tanaman induk yang cukup tua
(10-12 bulan). b) Ketela pohon harus dengan
pertumbuhannya yang normal dan sehat serta
seragam.
c) Batangnya telah berkayu dan berdiameter + 2,5 cm lurus.
d) Belum tumbuh tunas-tunas baru.
2) Penyiapan Bibit Penyiapan bibit ketela pohon meliputi hal-hal
sebagai berikut: a) Bibit berupa stek batang.
b) Sebagai stek pilih batang bagian bawah sampai tengah.
c) Setelah stek terpilih kemudian diikat, masing-masing
ikatan berjumlah antara 2530 batang stek.
d) Semua ikatan stek yang dibutuhkan, kemudian diangkut ke
lokasi penanaman.

6.2. Pengolahan Media Tanam


1) Persiapan Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum pengolahan lahan
adalah: a) Pengukuran pH tanah dilakukan dengan
menggunakan kertas lakmus, pH meter dan cairan pH
tester.
b) Penganalisaan jenis tanah pada contoh atau sempel tanah
yang akan ditanami untuk mengetahui ketersediaan unsur
hara, kandungan bahan organik.
c) Penetapan jadwal/waktu tanam berkaitan erat dengan saat
panen. Hal ini perlu diperhitungkan dengan asumsi
waktu tanam bersamaan dengan tanaman

lainnya (tumpang sari), sehingga sekaligus dapat


memproduksi beberapa variasi tanaman yang sejenis.
d) Luas areal penanaman disesuaikan dengan modal dan
kebutuhan setiap petani ketela pohon. Pengaturan volume

207
produksi penting juga diperhitungkan karena berkaitan
erat dengan perkiraan harga pada saat panen dan pasar. Apabila
pada saat panen nantinya harga akan anjlok
karena di daerah sentra penanaman terjadi panen
raya maka volume produksi diatur seminimal
mungkin.
2) Pembukaan dan Pembersihan Lahan Pembukaan lahan pada intinya
merupakan
pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan
pengganggu) dan akar-akar
pertanaman sebelumnya. Tujuan pembersihan lahan untuk
memudahkan perakaran
tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi
hama dan penyakit
yang mungkin ada. Pembajakan dilakukan dengan hewan ternak,
seperti kerbau,
sapi, atau pun dengan mesin traktor. Pencangkulan dilakukan
pada sisi-sisi yang
sulit dijangkau, pada tanah tegalan yang arealnya relatif lebih
sempit oleh alat bajak
dan alat garu sampai tanah siap untuk ditanami.
3) Pembentukan Bedengan Bedengan dibuat
pada saat lahan sudah 70% dari tahap penyelesaian. Bedengan atau
pelarikan dilakukan
untuk memudahkan penanaman, sesuai dengan ukuran yang
dikehendaki. Pembentukan
bedengan/larikan ditujukan untuk memudahkan dalam
pemeliharaan tanaman,
seperti pembersihan tanaman liar maupun sehatnya
pertumbuhan tanaman. 4) Pengapuran
Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang
bersifat sangat
masam/tanah gembut, perlu dilakukan pengapuran. Jenis kapur yang
digunakan adalah
kapur kalsit/kaptan (CaCO ). Dosis yang biasa digunakan
3

untuk pengapuran
adalah 1-2,5 ton/ha. Pengapuran diberikan pada waktu pembajakan
atau pada saat
pembentukan bedengan kasar bersamaan dengan pemberian
pupuk kandang.

6.3. Teknik Penanaman


1) Penentuan Pola Tanam Pola tanaman harus memperhatikan
musim dan curah
hujan. Pada lahan tegalan/kering, waktu tanam yang paling baik
adalah awal
musim hujan atau setelah penanaman padi. Jarak tanam yang
umum
digunakan pada pola monokultur ada beberapa alternatif, yaitu
100 X 100 cm, 100 X

208
60 cm atau 100 X 40 cm. Bila pola tanam dengan sistem tumpang
sari bisa dengan j
jarak tanam 150 X 100 cm atau 300 X 150 cm.
2) Cara Penanaman Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan
ujung bawah stek
ketela pohon kemudian tanamkan sedalam 5-10 cm atau kurang
lebih sepertiga
bagian stek tertimbun tanah. Bila tanahnya keras/berat dan
berair/lembab, stek ditanam dangkal saja.

6.4. Pemeliharaan Tanaman


1) Penyulaman Untuk bibit yang mati/abnormal segera dilakukan
penyulaman, yakni dengan
cara mencabut dan diganti dengan bibit yang baru/cadangan. Bibit
atau tanaman muda
yang mati harus diganti atau disulam. Pada umumnya petani maupun
pengusaha
mengganti tanaman yang mati dengan sisa bibit yang ada. Bibit
sulaman yang
baik seharusnya juga merupakan tanaman yang sehat dan tepat
waktu untuk
ditanam. Penyulaman dilakukan pada pagi hari atau sore hari,
saat cuaca tidak
terlalu panas. Waktu penyulaman adalah minggu pertama dan
minggu kedua
setelah penanaman. Saat penyulaman yang melewati minggu
ketiga setelah
penanaman mengakibatkan perbedaan pertumbuhan yang
menyolok antara
tanaman pertama dan tanaman sulaman.
2) Penyiangan Penyiangan bertujuan untuk membuang semua
jenis rumput/ tanaman liar/pengganggu (gulma) yang hidup di
sekitar tanaman. Dalam satu musim penanaman minimal
dilakukan 2 (dua) kali
penyiangan.
3) Pembubunan Cara pembubunan dilakukan dengan menggemburkan
tanah di sekitar tanaman dan setelah itu dibuat seperti guludan.
Waktu pembubunan dapat bersamaan dengan waktu penyiangan, hal
ini dapat menghemat biaya. Apabila tanah sekitar tanaman Ketela
pohon terkikis karena hujan atau terkena air siraman sehingga
perlu dilakukan pembubunan/di tutup dengan tanah agar akar tidak
kelihatan.
4) Perempelan/Pemangkasa Pada tanaman Ketela pohon perlu
dilakukan pemangkasan/pembuangan tunas karena minimal setiap
pohon harus mempunyai cabang 2 atau 3 cabang. Hal ini agar batang
pohon tersebut bisa digunakan sebagai bibit lagi di musim tanam
mendatang
5) Pemupukan Pemupukan dilakukan dengan sistem pemupukan
berimbang antara N, P, K dengan dosis Urea=133200 kg; TSP=60
100 kg dan KCl=120200 kg. Pupuk tersebut diberikan pada saat

209
tanam dengan dosis N:P:K= 1/3 : 1 : 1/3 (pemupukan dasar) dan pada
saat tanaman berumur 2-3 bulan yaitu sisanya dengan dosis
N:P:K= 2/3 : 0 : 2/3.
6) Pengairan dan Penyiraman Kondisi lahan Ketela pohon dari awal
tanam sampai umur + 45 bulan hendaknya selalu dalam keadaan
lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah yang kering perlu dilakukan
penyiraman dan pengairan dari sumber air yang terdekat.
Pengairan dilakukan pada saat musim kering dengan cara
menyiram langsung akan tetapi cara ini dapat merusak tanah.
Sistem yang baik digunakan adalah sistem genangan sehingga
air dapat sampai ke daerah perakaran secara resapan.
Pengairan dengan sistem genangan dapat dilakukan dua minggu sekali
dan untuk seterusnya diberikan berdasarkan kebutuhan.
7) Waktu Penyemprotan Pestisida Jenis dan dosis pestisida
disesuaikan dengan jenis penyakitnya. Penyemprotan pestisida
paling baik dilakukan pada pagi hari setelah embun hilang atau
pada sore hari. Dosis pestisida disesuaikan dengan serangan hama dan
penyakit, baca dengan baik penggunaan dosis pada label merk obat
yang digunakan. Apabila hama dan penyakit menyerang dengan
ganas maka dosis pestisida harus lebih akan tetapi penggunaannya
harus hati-hati karena serangga yang menguntungkan dapat ikut mati.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama
a) Uret (Xylenthropus)
Ciri: berada dalam akar dari tanaman.
Gejala: tanaman mati pada yg usia muda, karena akar batang dan umbi
dirusak. Pengendalian: bersihkan sisa-sisa bahan organik pada saat
tanam dan atau mencampur sevin pada saat pengolahan lahan.
b) Tungau merah (Tetranychus bimaculatus)
Ciri: menyerang pada permukaan bawah daun dengan menghisap cairan daun
tersebut.
Gejala: daun akan menjadi kering.
Pengendalian: menanam varietas toleran dan menyemprotkan air
yang banyak

7.2. Penyakit

a) Bercak daun bakteri


Penyebab: Xanthomonas manihotis atau Cassava Bacterial Blight/CBG .
Gejala: bercak-bercak bersudut pada daun lalu bergerak dan
mengakibatkan pada daun kering dan akhirnya mati.
Pengendalian: menanam varietas yang tahan, memotong atau
memusnahkan bagian tanaman yang sakit, melakukan pergiliran
tanaman dan sanitasi kebun

b) Layu bakteri (Pseudomonas solanacearum E.F. Smith)


Ciri: hidup di daun, akar dan batang.

210
Gejala: daun yang mendadak jadi layu seperti tersiram air panas.
Akar, batang dan umbi langsung membusuk.
Pengendalian: melakukan pergiliran tanaman, menanam varietas yang
tahan seperti Adira 1, Adira 2 dan Muara, melakukan pencabutan
dan pemusnahan tanaman yang sakit berat.

c) Bercak daun coklat (Cercospora heningsii)


Penyebab: cendawan yang hidup di dalam daun.
Gejala: daun bercak-bercak coklat, mengering, lubang-lubang bulat
kecil dan jaringan daun mati.
Pengendalian: melakukan pelebaran jarak tanam, penanaman varietas yang
tahan, pemangkasan pada daun yang sakit serta melakukan sanitasi
kebun. d) Bercak daun konsentris (Phoma phyllostica)
Penyebab: cendawan yang hidup pada daun.
Gejala: adanya bercak kecil dan titik-titik, terutama pada daun muda.
Pengendalian: memperlebar jarak tanam, mengadakan sanitasi kebun
dan memangkas bagian tanaman yang sakit.

7.3. Gulma
Sistem penyiangan/pembersihan secara menyeluruh dan
gulmanya dibakar/dikubur dalam seperti yang dilakukan umumnya
para petani Ketela pohon dapat menekan pertumbuhan gulma.
Namun demikian, gulma tetap tumbuh di parit/got dan lubang
penanaman. Khusus gulma dari golongan teki (Cyperus sp.) dapat
di berantas dengan cara manual dengan penyiangan yang
dilakukan 2-3 kali permusim tanam. Penyiangan dilakukan sampai
akar tanaman tercabut. Secara kimiawi dengan penyemprotan
herbisida seperti dari golongan 2,4-D amin dan sulfonil urea.
Penyemprotan harus dilakukan dengan hati-hati. Sedangkan jenis
gulma lainnya adalah rerumputan yang banyak ditemukan di lubang
penanaman maupun dalam got/parit. Jenis gulma rerumputan yang
sering dijumpai yaitu jenis rumput belulang (Eleusine indica), tuton
(Echinochloa colona), rumput grintingan (Cynodon dactilon), rumput
pahit (Paspalum distichum), dan rumput sunduk gangsir (digitaria
ciliaris). Pembasmian gulma dari golongan rerumputan

dilakukan dengan cara manual yaitu penyiangan dan


penyemprotan herbisida berspektrum sempit misalnya Rumpas 120
EW dengan konsentrasi 1,0-1,5 ml/liter.

8. STANDAR PRODUKSI
8.1. Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara
pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan, cara pengemasan
dan rekomendasi untuk tapioka.
8.2 Diskripsi
Standar mutu ketela pohon (tepung tapioka) di Indonesia
tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-345-1994.

211
8.3 Klasifikasi dan Standar Mutu
Syarat mutu terdiri dari dua bagian :
a) Syarat organoleptik
1. Sehat (sound). 2. Tidak berbau apek atau masam. 3. Murni.
4. Tidak kelihatan ampas dan/atau bahan asing.

b) Syarat Teknis
1. Kadar air maksimum (%):
mutu I=15; mutu II=15; mutu III=15.
2. Kadar abu maksimum (%):
mutu I=0,60; mutu II=0,60; mutu III=0,60.
3. Serat dan benda asing maksimum (%):
mutu I=0,60; mutu II=0,60; mutu III=0,60.
4. Derajat putih minimum (BaSO4=100%) (%):
mutu I=94,5; mutu II=92,0; mutu III=92.
5. Kekentalan (Engler):
mutu I=3-4; mutu II=2,5-3; mutu III<2,5.
6. Derajat asam maksimum (Ml IN Na):
mutu I=3; mutu II=3; mutu III=3. 7
7. Cemaran logam: ** OH/100 gram
- Timbal (Pb) (mg/kg):
mutu I=1,0; mutu II=1,0; mutu III=1,0.
- Tembaga (Cu) (mg/kg):
mutu I=10,0; mutu II=10,0; mutu III=10,0.

- Seng (Zn) (mg/kg):


mutu I=40; mutu II=40; mutu III=40.
- Raksa (Hg) (mg/kg):
mutu I=0,05; mutu II=0,05; mutu III=0,05.
8. Arsen (AS) ** (mg/kg):
mutu I=0,5; mutu II=0,5; mutu III=0,5.
9. Cemara Mikroba:**
- Angka lempeng total maksimum (koloni/gram):
mutu I=1,0 x10 ; mutu I=1,0x100; mutu III=1,0x100.
0

- E. Coli maksimum(koloni/gram):
mutu I=10; mutu II=10; mutu III=10
- Kapang maksimum (koloni/gram):
mutu I=1,0x104 ; mutu II=1,0x104; mutu III=1,0x104.

Keterangan:
** Dipersyaratkan bila dipergunakan sebagai bahan makanan.
1. Kadar air ialah jumlah kandungan air yang terdapat
dalam ketela pohon dinyatakan dalam persen dari berat
bahan.
2. Kadar abu ialah banyaknya abu yang tersisa apabila
tapioka dipijar pada suhu 500 derajat C yang dinyatakan
dalam persen berat bahan.
3. Serat, ialah bagian dari tapioka dalam bentuk cellulosa
dan dinyatakan dalam persen berat bahan.

212
4. Benda asing ialah semua benda lain (pasir, kayu, kerikil,
logam-logam kecil) yang tercampur pada ketela pohon,
dinyatakan dalam persen dari berat bahan.
5. Derajat putih, ialah tingkat atau derajat keputihan dari
pada ketela pohon yang dibandingkan dengan derajat putih
BaSO4 = 100 % dinyatakan dalam angka.
6. Kekentalan ialah derajat kekentalanm dari pada larutan
ketela pohon dinyatakan dengan derajat Elger.
Derajat asam ialah derajat asam pada ketela pohon
yang dinyatakan dalam mililiter per gram.

8.4.Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari
jumlah karung dengan maksimum maksimum 30 karung. Pengambilan
contoh dilakukan beberapa kali, sampai mencapai berat 500 gram.
Contoh kemudian disegel dan diberi label. Petugas pengambil
contoh harus orang yang telah berpengalaman atau dilatih lebih dahulu.

8.5.Pengemasan
Tapioka dikemas dengan karung goni baru jenis
ATWILL/Blacu yang baik, bersih, cukup memenuhi syarat eksport,
mulutnya dijahit dengan kuat. Isi paling banyak untuk karung blacu
50 kg bersih, atau karung goni maksimum 100 kg/bersih. Dibagian luar
kemasan ditulis dengan bahan yang tidak mudah luntur, jelas terbaca,
antara lain: a) Produksi Indonesia. b) Nama barang atau jenis barang.
c) Nama perusahaan atau ekspiortir. d) Berat bersih. e) Berat kotor.
f) Negara/tempat tujuan.

POHON INDUSTRI

213
214
KOMODITI TEBU
Oleh Adrin Ramdana Rauf
I. PROFIL UMUM TEBU

A. Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Saccharum L.

B. Species
Saccharum arundinaceum
Saccharum bengalense
Saccharum edule
Saccharum officinarum
Saccharum procerum
Saccharum ravennae
Saccharum robustum
Saccharum sinense
Saccharum spontaneum

Tebu (bahasa Inggris: sugar cane) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku
gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini
termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen
mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau
Jawa dan Sumatra.

Untuk pembuatan gula, batang tebu yang sudah dipanen diperas dengan mesin
pemeras (mesin press) di pabrik gula. Sesudah itu, nira atau air perasan tebu
tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi gula pasir yang kita
kenal. Dari proses pembuatan tebu tersebut akan dihasilkan gula 5%, ampas tebu
90% dan sisanya berupa tetes (molasse) dan air.

Daun tebu yang kering (dalam bahasa Jawa, dadhok) adalah biomassa yang
mempunyai nilai kalori cukup tinggi. Ibu-ibu di pedesaan sering memakai dadhok itu
sebagai bahan bakar untuk memasak; selain menghemat minyak tanah yang makin
mahal, bahan bakar ini juga cepat panas.

Dalam konversi energi pabrik gula, daun tebu dan juga ampas batang tebu
digunakan untuk bahan bakar boiler, yang uapnya digunakan untuk proses produksi
dan pembangkit listrik.

II. DAUR KEHIDUPAN TEBU

Daur kehidupan tanaman tebu melalui 5 fase :


1. Fase Perkecambahan

215
Dimulai dengan pembentukan taji pendek dan akar stek pada umur 1 minggu dan
diakhiri pada fase kecambah pada umur 5 minggu.
2. Fase Pertunasan
Dimulai dari umur 5 minggu sampai umur 3,5 bulan.
3. Fase Pemanjangan Batang
Dimulai pada umur 3,5 bulan sampai 9 bulan.
4. Fase Kemasakan
Merupakan fase yang terjadi setelah pertumbuhan vegetatif menurun dan
sebelum batang tebu mati.Pada fase ini gula didalam batang tebu mulai terbentuk
hingga titik optimal,kurang lebih terjadi pada bulan Agustus,dan setelah itu
remdemennya berangsur-angsur menurun.Tahap pemasakan inilah yang disebut
dengan tahap penimbunan rendemen gula.
5. Fase Kematian

III. VARIETAS TEBU

Varietas tebu pada garis besarnya dapat dibedakan menjadi 3,yaitu:


1. Varietas Genjah (masak awal),mencapai masak optimal < 12 bulan.
2. Varietas Sedang (masak tengahan),mencapai masak optimal pada umur 12-14
bulan.
3. Varietas Dalam (masak akhir),mencapai masak optimal pada umur lebih dari 14
bulan.

Jenis Tebu Masak Awal Masak Tengah Masak Akhir


(<12 bulan) (12-14 bulan) (>14 bulan)
BZ 132 XXX XXX
PS 57 XXX XXX
PS 59 XXX XXX
PS 58 XXX
PS 56 XXX
BZ 148 XXX
POJ 3016
PS 41
BL
POJ 2878
PS-86-2
PS-86-10029
PS-88-19432
PS-86-1

Varietas yang diunggulkan saat ini adalah BL,yang mirip dengan varietas POJ-
2878.Kedua varietas ini tahan terhadap penyakit mosaic dan tahan blendok,namun
BL agak peka pohkabung dan serangan hama penggerek pucuk. Potensi
produktivitas varietas BL ini bias mencapai rata-rat 121,4 kuintal gula per hektar dan
hasil hablur tertinggi yang bisa dicapai adalah 169,2 kuintal per hektar.

Dengan varietas BL ini,potensi pada lahan sawah dengan ekologi unggulan,produksi


tebu rata-rata 1.504 kuintal per hektar (tertinggi 2.093 kuintal),rendemen rata-rata
8,07 persen (tertinggi 8,86 persen) dan produksi hablur rata-rata 121,4 kuintal per
hektar (tertinggi 169,2 kuintal).

216
Ujicoba pada lahan tegal pun menunjukkan hasil tebu rata-rata 1.250 kuintal per
hektar (tertinggi 2.112 kuintal),rendemen rata-rata 7,58 persen (tertinggi 8,25
persen),dan hasil hablur rata-rata 97,3 kuintal per hektar (tertinggi 172,3 kuintal).
Bahkan pada pola keprasan,varietas BL juga menunjukkan hasil yang cukup
menjanjikan.Dari uji coba dihasilkan tebu rata-rata 1.222 kuintal per hektar (tertinggi
2.012 kuintal), rendemen rata-rata 7,81 persen (tertinggi 8,74 persen),dan hasil
hablur rata-rata 94,5 kuintal per hektar (tertinggi 152,1 kuintal).

Jenis Lahan Produksi tebu Rendemen rata-rata Hasil Hablur


rata-rata rata-rata
(kuintal per hektar) (kuintal per hektar)
Sawah 1.504 (max. 2.093) 8,07 % (max. 8,86 %) 121,4 (max. 169,2)
Tegal 1.250 (max. 2.112) 7,58 % (max. 8,25 %) 97,3 (max. 97,3)
Pola Keprasan 1.222 (max. 2.012) 7,81 % (max. 8,74 %) 94,5 (max. 152,1)

IV. RENDEMEN TEBU

Rendemen tebu adalah kadar kandungan gula didalam batang tebu yang dinyatakan
dengan persen. Bila dikatakan rendemen tebu 10 %,artinya ialah bahwa dari 100 kg
tebu yang digilingkan di Pabrik Gula akan diperoleh gula sebanyak 10 kg.

Ada 3 macam rendemen,yaitu: rendemen contoh,rendemen sementara, dan


rendemen efektif.
1. Rendemen Contoh
Rendemen ini merupakan contah yang dipakai untuk mengetahui apakah suatu
kebun tebu sudah mencapai masak optimal atau belum. Dengan kata lain
rendemen contah adalah untuk mengetahui gambaran suatu kebun tebu berapa
tingkat rendemen yang sudah ada sehingga dapat diketahui kapan kapan saat
tebang yang tepat dan kapan tanaman tebu mencapai tingkat rendemen yang
memadai.
Rumus : Nilai nira x Faktor rendemen = Rendemen .

2. Rendemen Sementara
Perhitungan ini dilaksanakan untuk menentukan bagi hasil gula,namun sifatnya
masih sementara.Hal ini untuk memenuhi ketentuan yang menginstruksikan agar
penentuan bagi hasil gula dilakukan secepatnya setelah tebu petani digiling
sehingga petani tidak menunggu terlalu lama sampai selesai giling namun
diberitahu lewat perhitungan rendemen sementara.

Cara mendapatkan rendemen sementara ini adalah dengan mengambil nira


perahan pertama tebu yang digiling untuk dianalisis di laboratorium untuk
mengetahui berapa besar rendemen sementara tersebut.
Rumus : Rendemen Sementara = Faktor Rendemen x Nilai Nira.

3. Rendemen Efektif
Rendemen efektif disebut juga rendemen nyata atau rendemen terkoreksi.
Rendemen efektif adalah rendemen hasil perhitungan setelah tebu digiling habis
dalam jangka waktu tertentu.Perhitungan rendemen efektif ini dapat dilaksanakan
dalam jangka waktu 15 hari atau disebut 1 periode giling sehingga apabila pabrik
gula mempunyai hari giling 170 hari,maka jumlah periode giling adalah 170/15 =

217
12 periode.Hal ini berarti terdapat 12 kali rendemen nyata/efektif yang bisa
diperhitungkan dan diberitahukan kepada petani tebu.

Tebu yang digiling di suatu pabrik gula jelas hanya sebagian kecil saja yang akan
menjadi gula.Kalau 1 kuintal tebu mempunyai rendemen 10 % maka hanya 10 kg
gula yang didapat dari 1 kuintal tebu tersebut.Hal ini dapat dijelaskan sbb :

V. KETENTUAN RENDEMEN dan BAGI HASIL

Penentuan rendemen dilaksanakan 2 tahap,yakni :


1. Rendemen belum terkoreksi atau rendemen sementara. Cara penentuannya
seperti yang sudah diuraikan diatas,sedangkan pemberitahuannnya kepada
petani dilakukan sehari setelah tebu digiling.
2. Rendemen terkoreksi atau rendemen efektif (rendemen nyata).
Pemberitahuannya dilakukan 2 kali setiap bulan,tanggal 2 dan 17.

Hal-hal yang perlu diketahui dalam kaitannya dengan bagi hasil adalah sbb:
1. Ketentuan bagi hasil TRI harus sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 05/
SK/Mentan/Bimas/IV/1990.
2. Petani juga mendapatkan tetes 1,5 kg untuk setiap kuintal tebu yang digiling
dan dibayarkan dalam bentuk uang oleh Pabrik Gula pada waktu penyerahan
gula bagian petani dengan harga Rp. 70,- setiap kg.
3. Hasil limbah/samping lainnya merupakan hak Pabrik Gula.
4. Pada umumnya daftar bagian petani dirinci sebagai berikut :

218
Sabut Air Nira LarutBhn
Tak
+ 12,5 % 75 80 + 87,5 18 Larut
20
% Kering
A. Nama kelompok.
B. Nama-nama petani anggota kelompok.
C. Luas tanaman.
D. Macam/kategori tebu.
E. Hasil tebu petani/kelompok tani.
F. Rendemen hasil tebu seluruhnya dan bagian petani.
G. Hasil tetes bagian petani.
H. Hutang petani pada PG..
I. Jumlah nilai seluruh hasil yang diterima petani.
5. Daftar tersebut dibuat dan diisi oleh PG sebagai dasar pembuatan DO yang
kemudian diserahkan ke KUD.
6. Disamping daftar diatas, PG juga membuat Perhitungan Bagi Hasil Efektif
(PBHE) dengan ketentuan sbb:
2 % dari hasil gula petani diberikan dalam bentuk natura dan dibebaskan
dari pungutan pemerintah (cukai,gula,PPN,sewa gudang,dll)
98 % gula petani dijual ke pemerintah dengan harga yang telah ditetapkan.
7. Bagian gula petani 98 % yang diberikan dalam bentuk uang tersebut
diterimakan kepada petani paling lambat 10 hari setelah perhitungan bagi
hasil.

219
VI. POHON INDUSTRI TEBU

220
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

VII. SISTEM PRODUKSI GULA DI INDONESIA

Usaha tani tebu rakyat bermula dari adanya Inpres no. 9/1975 yang memuat Kebijaksanaan
Pemerintah untuk meningkatkan produksi serta pendapatan tebu rakyat. Kebijaksanaan ini
muncul karena ada anggapan bahwa petani dirugikan oleh pabrik dalam hal penyediaan bahan
baku tebu untuk pabrik gula. Permasalahan pokok sebenarnya pada land/man ratio di Indonesia
termasuk yang terkecil di dunia (kurang lebih 360 m2/capita), lahan pertanian tergarap
(cultivated farm lands) Indonesia terlalu sempit dan tidak memadai untuk pemproduksi
kebutuhan pangan bagi bangsa Indonesia yang jumlahnya 220 juta (Sumarno,2005), di Jawa
Timur areal tanaman bahan baku tebu semakin menyempit karena shiftng ke areal industri dan
perumahan; namun di Indonesia luas tanam tebu mengalami peningkatan dari 196 592 ha pada
tahun 1930 menjadi 345 550 ha pada tahun 2004 (BPPP-Deptan, 2005); artinya penurunan
produksi gula terutama disebabkan oleh penurunan produktivitas (lahan dan pabrik).

VIII.SISTEM DISTRIBUSI GULA DI INDONESIA

Sistem distribusi gula relatif sederhana, dari produsen gula (pabrik gula dan petani) dilelang
kepada pengusaha secara periodik, pada umumnya peserta lelang juga merangkap sebagai
distributor gula. Pemenang lelang adalah berhak mendapatkan gula dari produsen sesuai
jumlah yang di lelang, kemudian didistribusikan kepada pedagang menengah, kemudian oleh
pedagang menengah diteruskan kepada retailer dan dari retailer kepada konsumen. Pedagang
distributor gula pada umumnya selain mengikuti lelang yang diselenggarakan PTPN dan petani
tersebut juga menerima penjualan dari PTPN yang mendapatkan tugas untuk mengimpor gula
dari luar negeri karena kekurangan produk dalam negeri.

IX.SISTEM KELEMBAGAAN PETANI TEBU DI INDONESIA

Pada umumnya petani diwakili oleh Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) masing-masing pabrik
gula. APTR nampaknya mempunyai peran yang penting dalam memasok bahan baku tebu
kepada pabrik. Hal ini berarti sasaran perbaikan kualitas tebu harus ditujukan kepada lembaga
tersebut, artinya perlu diberi pengertian standard operating procedure (SOP) tentang
pertanaman tebu (mulai dari bibit, tanam, pemeliharaan, bongkar ratoon, rawat ratoon, dan
tebang angkut), yang selanjutnya diharapkan APTR dapat memberdayakan potensi petani tebu
di Wilayah Kerja nya.

Pada saat ini sistem bagi hasil antara Petani dan Pabrik yang telah disepakati oleh kedua belah
pihak adalah 66 : 34 apabila rendemennya di bawah 7. Apabila rendemennya di atas 7 maka
kelebihan dari 7 bagi hasilnya 67 : 33. Semakin tinggi rendemen tebu semakin tinggi petani
mendapatka bagian hasilnya.

X. SARAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TEBU dan GULA INDONESIA

Investasi berupa peningkatan teknologi (technology improvement) pabrik gula harus segera
dilakukan antara lain: (1) audit teknologi (technology audit) di semua pabrik gula, termasuk
inventarisasi sumber inefisiensi pabrik; (2) melakukan renovasi dan perbaikan pabrik agar lebih
efisien (mengurangi jam berhenti giling), meningkatkan efisiensi pabrik, dan optimalisasi
kapasitas giling, (3) Membangun pabrik baru sebagai pengganti pabrik-pabrik yang sudah tidak
layak produksi.

221
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Penugasan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) kini ada gejala semakin
terabaikan karena kondisi keuangan negara maupun kondisi keuangan PTPN, sehingga ada
beberapa tugas dan fungsi P3GI yang tidak dijalankan. Padahal keberadaan P3GI sangat
diperlukan untuk menjamin produktivitas tebu tinggi, tingkat efisiensi pabrik tinggi dan audit
teknologi agar keberlangsungan pabrik terjamin. Artinya menjamin keberlanjutan dan
keberlangsungan pengusahaan produk gula apabila bisa menuju ke arah ketahanan gula
nasional. Masalahnya siapa yang bertanggungjawab terhadap keberadaan institusi P3GI
yang penting untuk pengusahaan gula nasional ini ? Apakah Departemen Pertanian,
Menteri Negara BUMN, Departemen Perdagangan, Departemen Perindustrian, Dewan Gula
ataukah Pemerintah Daerah? Selama tidak ada institusi yang bertanggungjawab terhadap
lembaga P3GI ini, maka fungsi tugas dan pendayagunaan lembaga ini tidak optimal.

Sampai saat ini sistem distribusi gula tidak ada permasalahan yang menonjol, lembaga-
lembaga pelaku bisnis (distributor, pedagang/pengusaha kelas menengah dan retailer) masih
berjalan dengan baik, mungkin yang perlu dicermati adalah masuknya gula impor baik kualitas,
jenis maupun produknya. Tantangan lainnya adalah rencana penerapan standar ICUMSA yang
mengacu pada kesepakatan perdagangan global yang diduga akan mengancam gula produksi
dalam negeri karena secara kualitas masih di bawah standar global tersebut.

222
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

TEH (CAMELIA THEIFERA)


OLEH ARLAN ADRIANDA

A. PROFIL KOMODITAS

Teh (Camelia theifera) merupakan tanaman dataran tinggi. Daun teh dapat diolah menjadi
minuman penyegar. Pada dasarnya ada tiga jenis produk teh yang dibedakan berdasarkan cara
pengolahannya, yaitu teh hijau (tanpa fermentasi), teh hitam (dengan fermentasi) dan teh
oolong (fermentasi sebagian). Teh dapat diolah lebih lanjut menjadi berbagai produk turunan
antara lain teh celup (tea bag), minuman dalam kemasan, dan bahan kimia. Produk teh
Indonesia diekspor ke beberapa negara tujuan terutama Malaysia, Iraq dan Afaganistan.

1. Budidaya Tanaman Teh

Tanaman teh diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada tahun 1686 oleh Dr. Andreas Cleyer
sebagai tanaman hias. Usaha budidaya dilakukan dengan mendatangkan bibit teh dari Jepang
yang dipromosikan oleh Dr Van Siebold pada tahun 1824. Usaha perkebunan teh yang pertama
dipelopori Jacobson pada tahun 1828 dan berkembang menjadi komoditi yang menguntungkan
pemerintahan Hindia Belanda. Sejak saat itu teh menjadi salah satu tanaman yang harus
ditanam rakyat melalui politik Tanam Paksa (Culture Stetsel). Pada masa pemerintahan Hindia
Belanda perkebunan teh berkembang dan menyebar di tanah Indonesia. Setelah kemerdekaan,
usaha perkebunan dan perdagangan teh diambil alih oleh pemerintah RI melalui perusahaan-
perusahaan perkebunan negara (PTPN). Kini, perkebunan dan perdagangan teh juga dilakukan
oleh pihak swasta.

Berbeda dengan komoditi Indonesia lainnya, teh tidak membutuhkan areal lahan yang luas
seperti karet, kelapa sawit dan tebu. Meski demikian produktivitas teh tidak kalah apabila
dibandingkan dengan komoditi lainnya. Bahkan produktivitas teh menempati urutan ketiga
setelah kelapa sawit dan tebu.

Kualitas teh sangat ditentukan oleh ketinggian tempat penanaman. Teh membutuhkan lahan
yang tinggi. Tidaklah mengherankan apabila Jawa Barat menjadi propinsi yang memiliki luas
lahan perkebunan teh terbesar di Indonesia karena wilayah tersebut mempunyai banyak
dataran tinggi yang cocok untuk tanaman ini. Pada umumnya tanaman teh di Indonesia adalah
50% jenis medium grown, 20% high grown tea. Sisanya 30% adalah jenis low grown yang
merupakan hasil grade medium grown yang bermutu rendah.

2. Proses Produksi Teh

Dalam industri, bagian tanaman teh yang sering dimanfaatkan adalah batang dan daun. Batang
teh dapat digunakan untuk industri kerajinan kayu. Sementara itu daunnya dapat dikonsumsi
dalam beberapa bentuk seperti yang diterangkan dalam bagan pohon industri teh.

Teh yang benar-benar baik umumnya berasal dari pucuk daun atau daun teh muda yang belum
mekar. Untuk menghasilkan 1 pound (0,45 kg) teh berkualitas paling baik, diperlukan lebih dari
80.000 petikan. Produksi teh merupakan proses padat karya dan setiap tahap penting untuk
mendapatkan teh berkualitas tinggi.

223
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Diagram Proses Produksi

Pucuk Teh

Proses Pelayuan
(Oksidasi Pertama)

Proses Penggilingan

Proses Penyaringan Teh Hijau

Proses Pelayuan +
Enzimatis
(Oksidasi Kedua)

Proses Penyaringan

Teh Merah Teh Hitam

Packaging

Teh dikelompokan berdasarkan cara pengolahan. Daun teh Camellia sinensis segera layu dan
mengalami oksidasi kalau tidak segera dikeringkan setelah dipetik. Proses pengeringan
membuat daun menjadi berwarna gelap, karena terjadi pemecahan klorofil dan terlepasnya
unsur tanin. Proses selanjutnya berupa pemanasan basah dengan uap panas agar kandungan
air pada daun menguap dan proses oksidasi bisa dihentikan pada tahap yang sudah ditentukan.

Pada diagram proses produksi diatas terlihat bahwa pada proses pelayuan (oksidasi) pertama
yang tidak terlalu lama ( 20 jam) akan menghasilkan teh hijau. Yang hendak dicapai dalam
memproduksi teh hijau adalah mempertahankan manfaat kesehatannya, kemurnian, dan
senyawa aktif daun teh segar sehingga semuanya itu dapat dirasakan ketika teh disajikan.
Selama proses penggilingan, membran daun hancur, memungkinkan keluarnya sari teh dan
minyak esensial yang memunculkan aroma khas. Setelah penggilingan, pucuk daun teh yang
telah hancur dan halus langsung dikemas khusus untuk produk teh hijau. Sementara itu
sebagian lainnya memasuki tahap proses oksidasi kedua untuk menghasilkan teh merah dan
teh hitam.

224
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Pada tahapan proses oksidasi kedua ini daun teh dibiarkan teroksidasi secara penuh sekitar 2
minggu hingga 1 bulan, yang menyebabkan daun-daun teh berubah menjadi hitam dan
memberi rasa khas. Di sana daun-daun itu ditaruh dalam semacam baki untuk dibiarkan
teroksidasi. Selama proses tersebut, warna daun menjadi lebih gelap dan sarinya menjadi
kurang pahit. Proses oksidasi itu dihentikan pada saat di mana aroma dan rasanya sudah
maksimal. Ini dilakukan dengan memanaskan daun-daun itu di dalam oven. Sarinya mengering
di permukaan daun dan bertahan relatif tetap sampai dilepaskan oleh air panas selama
penyeduhan.

Proses selanjutnya adalah penyaringan untuk memisahkan produk teh berdasarkan grade atau
kualitasnya. Produk teh dengan grade terbaik diperoleh dari tiga pucuk daun muda dari petikan
yang paling atas. Dengan proses penyaringan yang cukup sederhana yang mengandalkan gaya
gravitasi, maka produk teh dengan grade terbaik dimana memiliki berat jenis yang lebih ringan
dapat dipisahkan terlebih dahulu. Sementara sisanya dipisahkan berdasarkan berat jenis yang
lebih berat untuk menghasilkan produk teh dengan grade yang lebih rendah.

Produk teh dengan grade terbaik memiliki warna putih keperakan, sementara grade
dibawahnya memiliki warna yang lebih merah. Hal ini karena teh dengan grade terbaik lebih
didominasi oleh unsur pucuk teh daun muda, sementara teh dengan grade terendah lebih
didominasi oleh unsur batang. Produk teh dengan grade terbaik biasanya langsung di eksport
untuk memenuhi permintaan pasar Eropa dan Amerika. Sementara yang biasa dijual di pasar
lokal adalah produk teh dengan grade menengah sampai dengan terendah.

Variasi produk teh ditentukan dari proses pengolahannya dan tingkat oksidasinya. Adapun
beberapa jenis produk teh berdasarkan tingkat oksidasinya adalah sebagai berikut:

Teh putih
Teh yang dibuat dari pucuk daun yang tidak mengalami proses oksidasi dan sewaktu belum
dipetik dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi pembentukan klorofil. Teh putih
diproduksi dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan teh jenis lain sehingga harga menjadi lebih
mahal. Teh putih kurang terkenal di luar Tiongkok, walaupun secara perlahan-lahan teh putih
dalam kemasan teh celup juga mulai populer.

Teh hijau
Daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses setelah dipetik. Setelah daun
mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi dihentikan dengan pemanasan. Teh
yang sudah dikeringkan bisa dijual dalam bentuk lembaran daun teh atau digulung rapat
berbentuk seperti bola-bola kecil (teh yang disebut gun powder).

Teh Oolong
Proses oksidasi dihentikan di tengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam yang biasanya
memakan waktu 2-3 hari.
Teh hitam atau teh merah
Daun teh dibiarkan teroksidasi secara penuh sekitar 2 minggu hingga 1 bulan. Teh hitam
merupakan jenis teh yang paling umum di Asia Selatan (India, Sri Langka, Bangladesh) dan
sebagian besar negara-negara di Afrika seperti: Kenya, Burundi, Rwanda, Malawi dan
Zimbabwe. Terjemahan harafiah dari aksara hanzi untuk teh bahasa Tionghoa ( ) atau (
) dalam bahasa Jepang adalah "teh merah" karena air teh sebenarnya berwarna merah.
Orang Barat menyebutnya sebagai "teh hitam" karena daun teh berwarna hitam. Di Afrika
Selatan, "teh merah" adalah sebutan untuk teh rooibos yang termasuk golongan teh herbal. Teh

225
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

hitam masih dibagi menjadi 2 jenis: Ortodoks (teh diolah dengan metode pengolahan
tradisional) atau CTC (metode produksi teh Crush, Tear, Curl yang berkembang sejak tahun
1932). Teh hitam yang belum diramu (unblended) dikelompokkan berdasarkan asal
perkebunan, tahun produksi, dan periode pemetikan (awal musim semi, pemetikan kedua, atau
musim gugur). Teh jenis Ortodoks dan CTS masih dibagi-bagi lagi menurut kualitas daun pasca
produksi.

B. POHON INDUSTRI

Bagian yang dapat dimanfaatkan pada tanaman teh adalah daun dan batangnya. Berbagai
macam jenis kerajinan kayu dapat dihasilkan dari pemanfaatan batang teh, selain juga dapat
dimanfaatkan untuk bahan bakar boiler pada pabrik teh.

Produk utama yang paling banyak dihasilkan dari daun teh adalah teh hijau dan teh
merah/hitam, selain berbagai macam produk lainnya yang diproduksi berdasarkan tingkat
oksidasinya seperti yang telah dijelaskan diatas. Namun selain jenis teh hijau dan teh
merah/hitam tidak diproduksi dalam jumlah besar, dan hanya dikonsumsi untuk kalangan
tertentu saja.

Diagram Pohon Industri Teh

Pada diagram pohon industri teh terlihat bahwa terdapat berbagai macam variasi produk yang
dibedakan dari cara penyajiannya maupun tambahan aroma atau rasa yang diberikannya.
Beberapa jenis produk teh yang dibedakan dari cara penyajiannya adalah sebagai berikut:

Teh celup

226
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Teh dikemas dalam kantong kecil yang biasanya dibuat dari kertas. Teh celup sangat populer
karena praktis untuk membuat teh, tapi pencinta teh kelas berat biasanya tidak menyukai rasa
teh celup. Sari Wangi adalah perintis teh celup merek lokal di Indonesia.

Teh seduh (daun teh)


Teh dikemas dalam kaleng atau dibungkus dengan pembungkus dari plastik atau kertas.
Takaran teh dapat diatur sesuai dengan selera dan sering dianggap tidak praktis. Saringan teh
dipakai agar teh yang mengambang tidak ikut terminum. Selain itu, teh juga bisa dimasukkan
dalam kantong teh sebelum diseduh. Mangkuk teh bertutup asal Tiongkok yang disebut gaiwan
dapat digunakan untuk menyaring daun teh sewaktu menuang teh ke mangkuk teh yang lain.

Teh yang dipres


Teh dipres agar padat untuk keperluan penyimpanan dan pematangan. Teh yang sudah dipres
mempunyai masa simpan yang lebih lama dibandingkan daun teh biasa.

Teh stik
Teh dikemas di dalam stik dari lembaran aluminium tipis yang mempunyai lubang-lubang kecil
yang berfungsi sebagai saringan teh.

Teh instan
Teh berbentuk bubuk yang tinggal dilarutkan dalam air panas atau air dingin. Pertama kali
diciptakan pada tahun 1930-an tapi tidak diproduksi hingga akhir tahun 1950-an. Teh instan ada
yang mempunyai rasa vanila, madu, buah-buahan atau dicampur susu bubuk.

C. RENDEMEN

Rendemen secara umum di dapat dari perbandingan output dengan input (Output/Input X
100%) dimana sangat identik dengan produktivitas. Sedangkan Rendemen teh adalah rata-rata
pucuk teh basah menjadi teh kering yang dinyatakan dalam persentase (%). Secara umum
rendemen teh di Indonesia berkisar antara 20 23%, tergantung cara pengolahan.

D. FAKTOR KRITIS

Proses oksidasi pada pengolahan daun teh sering disebut sebagai "fermentasi" walaupun
sebenarnya penggunaan istilah ini tidak tepat. Pemrosesan teh tidak menggunakan ragi dan
tidak ada etanol yang dihasilkan seperti layaknya proses fermentasi yang sebenarnya.
Pengolahan teh yang tidak benar memang bisa menyebabkan teh ditumbuhi jamur yang
mengakibatkan terjadinya proses fermentasi. Teh yang sudah mengalami fermentasi dengan
jamur harus dibuang, karena mengandung unsur racun dan unsur bersifat karsinogenik.

Faktor kritis pada proses produksi teh adalah pada penanganan bahan baku. Daun-daun teh
segar yang baru dipetik dari perkebunan teh harus langsung diolah pada saat itu juga karena
daun teh segar tidak dapat disimpan. Apabila terlambat diproses maka daun teh akan rusak dan
kualitasnya akan jauh menurun.

Yang juga merupakan faktor kritis dalam proses produksi teh adalah pada tahap pelayuan atau
oksidasi. Pada tahap ini sangat penting karena sangat menentukan kualitas dan citra rasa dari
teh yang akan diproduksi. Kesalahan dari proses ini akan mengurangi citra rasa teh dan
tentunya akan menurunkan kualitas atau grade dari produk teh yang dihasilkan. Yang harus

227
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

selalu dikontrol pada proses oksidasi ini adalah faktor kelembaban dan suhu udara. Suhu udara
selama proses ini harus selalu dijaga pada suhu kamar agar proses pelayuan dan oksidasi
berjalan dengan baik sehingga dapat menghasilkan citra rasa dan kualitas produk yang prima.

Terdapat keunikan pada proses produksi teh yang jarang ditemukan pada proses produksi
komoditi lainnya, dimana terdapat juru perasa yang terkait dengan kegiatan quality control.
Orang ini bertugas untuk melakukan pengecekan terhadap citra rasa produk teh yang
dihasilkan pada hari tersebut dengan cara sampling. Hal ini dilakukan untuk menjaga
kesinambungan kualitas teh, khususnya yang akan di ekspor untuk pasar Eropa dan Amerika.

E. REKOMENDASI PROSES PRODUKSI

Tipe proses yang cocok untuk industri teh adalah penerapan Dedicated Process/Technology.
Hal ini dengan pertimbangan bahwa proses produksi dalam pabrik teh hanya dapat digunakan
untuk memproduksi produk-produk teh dan tidak dapat digunakan untuk memproses komoditi
perkebunan sejenis, seperti: Kopi, cengkeh, dll. Kekhususan dalam proses produksi teh dengan
adanya proses oksidasi ini yang membedakan dengan proses produksi komoditi lainnya.

Selain itu karena teh memiliki rendemen yang tergolong rendah, seperti halnya komoditi tebu
dan kelapa sawit, membuat pabrik teh harus didirikan dekat atau di tengah-tengah perkebunan
teh, sehingga hanya dapat digunakan untuk memproduksi komoditi tersebut, karena jauh dari
lokasi lain dan tidak efisien untuk memproses komoditi lainnya.

REFERENSI

Setyamidjaja, Djoehana. 2000. Teh Budidaya dan Pengolahan Pascapanen. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
Spillane, James J. 1992. Komoditi Teh : Peranannya Dalam Perekonomian Indonesia. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
csrreview-online.com. 2008. Business News: Komoditi Teh di Indonesia. csrreview-online, Boyolali.

228
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

UBI JALAR
Disusun Oleh : Tohirin, Ak. (E34)

A. PROFIL KOMODITAS

Nama latin untuk ubi jalar adalah lpomea batatas), sedangkan familynya adalah
Convolvulaceae. Nama daerah komoditas ubi jalar ini adalah : Setilo (Lampung), gadong
(Aceh), gadong enjolor (Batak), telo (Madura), kaselo (Bali), hui boiet (Sunda), ketela rambat
(Jawa Tengah), katila (Dayak), katabang (Sumbawa), uwi (Bima), lame jawa (Makasar),
patatas (Ambon), ima (Ternate).

Ubi jalar ditanam setelah padi yaitu awal hingga pertengahan musim kemarau. Penyertaan
ubi jalar dalam pergiliran tanaman dengan padi sawah sangat bagus dipandang dari segi
aspek keberlanjutan, khususnya aplikasi bahan organic pada ubi jalar saat musim kemarau.

Populasi tanaman sekitar 35.000 sampai 50.000 tanaman /ha. Dengan jarak antar baris
/gulud 80-100 cm, dan dalam baris 20-30 cm. Bibit dari stek pucuk, tunas semai umbi. Ubi
jalar dapat pula ditanam pada system tumpang sari dengan tingkat naungan tidak lebih 30
%.

Takaran pupuk 100-200 kg urea + 100 kg SP 36 +100 kg KCI + 10 ton pupuk kandang/ha.
Pupuk kandang diberikan bersamaan pembuatan guludan. 1/3 dosis urea dan KCI serta
seluruh SP 36 diberikan pada saat tanam. Sedangkan sisanya, 2/3 Urea dan KCI diberikan
pada saat tanaman berumur 1,5 bulan. Aplikasi pupuk harus ditutup dengan tanah.

Pertanaman ubijalar musim kemarau, perlu diairi untuk mencapai produktivitas tinggi. Selain
itu, pengairan yang cukup dapat menghindarkan ubi jalar dari serangan hama boleng Cylas
formicarius.

Ubi jalar dapat dipanen jika umbi sudah tua dan besar. Panen dapat serentak maupun
bertahap. Secara fisik ubi jalar siap dipanen apabila daun dan batang sudah mulai
menguning.

Didataran rendah, ubi jalar umumnya dipanen pada umur 3,5 5 bulan. Sedangkan
didataran tinggi ubi jalar dapat dipanen pada umur 2 8 bulan.

Ubijalar merupakan bahan pangan lokal sumber karbohidrat berdasarkan warna umbinya
dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu ubijalar putih, kuning, merah/jingga dan ungu.

229
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Varietas unggul ubijalar yang telah dirilis (dilepas) selama ini, utamanya ditujukan untuk
dataran rendah sampai sedang (ketinggian 0900 m dpl), dan belum ada yang dilepas
khusus untuk dataran tinggi (ketinggian >900 m dpl). Padahal ubijalar tidak hanya
diusahakan pada dataran rendah sampai sedang saja tetapi juga pada daerah dataran tinggi
seperti halnya di Papua, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Nusa Tenggara Timur, dan
beberapa provinsi lainnya di Indonesia. Khusus di Provinsi Papua ubijalar merupakan
makanan pokok bagi penduduk pedalaman yang bermukim di daerah pegunungan (dataran
tinggi). Kasus kelaparan yang terjadi di daerah Yahukimo, Papua mernjadi pemicu
dipercepatnya pelepasan varietas ubijalar untuk dataran tinggi.

Beberapa klon harapan ubi jalar diuji daya adaptasinya di dataran tinggi (daerah
pegunungan). Serangkaian uji multilokasi sebahagian besar dilakukan di daerah
pegunungan kabupaten Jayawijaya (Papua), sebagian di Balige (Sumatera Utara), dan
Padang Panjang (Sumatera Barat) yang merupakan dataran tinggi sentra produksi ubijalar.

Beberapa manfaat ubi jalar

Ubi jalar sangat kaya akan beta karoten, antioksidan utama, serta berbagai nutrisi lain
seperti vitamin C, vitamin B kompleks, zat besi, dan fosfor. Hal ini menjadikan ubi jalar
sebagai penguat imun yang hebat.

Ubi jalar mengandung antiperadangan, didukung dengan adanya betakaroten, vitamin C dan
magnesium, maka ubi jalar sangat efektif dalam menyembuhkan peradangan baik internal
maupun eksternal.

Kandungan vitamin C, zat besi, dan nutrisi lainnya membantu menyembuhkan bronchitis. Ubi
jalar juga dipercaya bisa menghangatkan tubuh (mungkin karena rasa manis serta nutrisi
lainnya).

Kandungan betakaroten, magnesium, seng, dan vitamin B kompleks menjadikan ubi jalar
sebagai pilihan yang tepat untuk mengatasi arthritis. Air rebusan ubi jalar bisa dioleskan
pada persendian untuk meredakan sakit akibat arthritis.

Kandungan betakaroten, antioksidan, antikarsinogen utama, dan vitamin C, sangat penting


untuk menyembuhkan berbagai jenis kanker, terutama kanker kolon, usus halus, prostat,
ginjal, dan kanker pada organ dalam lainnya.

Serat dalam ubi jalar akan membantu menahan air, sehingga keseimbangan cairan dalam
tubuh dapat dipertahankan.

Ubi jalar menimbulkan efek nyaman di lambung dan usus halus. Vitamin B kompleks, vitamin
C, betakaroten, kalium, dan kalsium sangat efektif meredakan radang lambung. Selain itu,
serat yang dikandung ubi jalar bisa mencegah terjadinya konstipasi dan penimbunan asam,
sehingga akan menurunkan kemungkinan terjadinya radang lambung. Antiperadangan dan
kandungan yang menenangkan dari ubi jalar juga bisa mengurangi rasa sakit dan
peradangan lambung.

Pengidap diabetes seringkali dihimbau untuk menghindari makanan yang manis. Hal ini tidak
berlaku pada ubi jalar. Makanan satu ini sangat efektif dalam meregulasi kadar gula darah
dengan membantu sekresi dan fungsi insulin. Tetapi, tidak berarti kalau pengidap diabetes

230
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

bisa makan ubi jalar tanpa aturan. Tetapi, mereka bisa mengganti asupan nasi atau
karbohidrat mereka dengan ubi jalar.

Ubi jalar mengandung karbohidrat kompleks disertai vitamin dan mineral yang mudah
dicerna. Oleh sebab itu, ubi jalar merupakan sumber energi dan efektif untuk membangun
otot. Bagi Anda yang tidak percaya diri karena tulang-tulang menonjol ke permukaan kulit,
cobalah mengonsumsi makanan super ini. Cara ini tidak menghasilkan efek samping apa
pun sehingga lebih aman daripada mengonsumsi suplemen pembangun otot.

Ubijalar ungu merupakan bahan pangan sumber energi dalam bentuk gula dan karbohidrat,
mengandung vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh antara lain kalsium dan zat besi,
vitamin A dan C. Ubijalar ungu juga banyak mengandung serat pangan sehingga dengan
mengkonsumsi ubi jalar misalnya dapat mengurangi penyakit pencernaan seperti kanker
usus oan tever. Ubijalar ungu mengandung antosianin yang merupakan zat warna pada
tanaman. Kandungan antosianin dalam ubijalar ungu berkisar antara 14,68 210,00 mg/100 g
bahan. Besar kandungan antosianin dalam ubijalar ungu tergantung pada intensitas warna
ungu pada ubi ungu, makin ungu warna ubi maka kandungan antosianin makin tinggi.
Antosianin merupakan antioksi dan alami yang dapat mencegah penyakit kanker, jantung,
tekanan darah tinggi, katarak dan dapat menghaluskan kulit. Konsumsi antosianin yang
diperbolehkan per hari menurut ADI (Acceptable Daily lntake) sebesar 0 - 0,25 mg/kg berat
badan, apabila konsumsinya berlebihan dapat menyebabkan keracunan.

Secangkir ubi jalar merah kukus yang telah dilumatkan mengandung betakaroten setara
dengan kandungan dengan 23 cangkir brokoli. Pengolahan ubi jalar merah hanya merusak
10% kadar betakaroten, sedangkan penggorengan atau pemanggangan dalam oven hanya
merusak 20% kadar betakarotennya. Penjemuran menghilangkan 40% kandungan
betakaroten. Menyantap seporsi ubi jalar merah kukus/rebus sudah memenuhi anjuran
kecukupan vitamin A dalam sehari. Dibandingkan bayam dan kangkung, kandungan vitamin
A ubi jalar merah masih setingkat lebih tinggi.

Didukung pasukan zat gizi lain selain betakaroten, warna jingga pada ubi jalar juga memberi
isyarat akan tingginya kandungan senyawa lutein dan zeaxantin, pasangan antioksidan
karotenoid. Keduanya termasuk pigmen warna sejenis klorofil pembentuk vitamin A. Lutein
dan zeaxantin merupakan senyawa aktif yang memiliki peran penting menghalangi proses
perusakan sel.

Ubi jalar merah juga kaya vitamin E. Dua pertiga cangkir ubi jalar merah kukus yang
dilumatkan dapat memenuhi asupan vitamin E dalam sehari. Zat gizi lain yang terdapat
dalam ubi jalar merah adalah kalium, fosfor, mangan, dan vitamin B6.

Jika dimakan mentah ubi jalar merah dapat menyumbang cukup vitamin C. Makan 1 buah
sedang ubi jalar merah mentah sudah memenuhi 42% anjuran kecukupan vitamin C sehari.
Dibanding dengan havermut (oatmeal), ubi jalar merah lebih kaya serat, khususnya
oligosakarida. Menyantap ubi jalar merah 2 - 3 kali seminggu membantu kecukupan serat,
apalagi jika dimakan bersama kulitnya.

Khasiat ubi jalar merah sebagai obat mata telah terbukti di Kabupaten Jayawijaya. Awalnya
0,5 % penduduknya menderita bercak bitot (xeroftalmia), bercak putih kapur pada kornea
mata. Penyakit kekurangan vitamin A ini dapat menyebabkan kebutaan. Setelah kebiasaan
mereka menyantap ubi jalar merah berikut daunnya tak ada lagi penderita.

231
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Manfaat lain ubi jalar merah mengendalikan produksi hormon melatonin yang menghasilkan
kelenjar pineal di dalam otak. Melatonin merupakan antioksidan yang menjaga kesehatan sel
dan sistem saraf otak, sekaligus mereparasinya jika ada kerusakan. Kurang asupan vitamin
A dapat menghambat produksi melatonin dan menurunkan fungsi saraf otak, sehingga
muncul gangguan tidur dan berkurangnya daya ingat. Keterbatasan produksi melatonin
dapat menyebabkan turunnya produksi hormon endokrin yang mengakibatkan sistem
kekebalan tubuh merosot. Kondisi ini memudahkan terjadinya infeksi dan mempercepat laju
proses penuaan.

Ubi jalar merah yang mengandung vitamin A & E berlimpah dapat mengoptimumkan produksi
hormon melatonin. Rajin makan ubi jalar merah dapat meningkatkan ketajaman daya ingat,
kesegaran kulit, dan organ tetap terjaga. Kombinasi vitamin A (betakaroten) dan vitamin E
dalam ubi jalar merah dapat menghalau stroke dan serangan jantung. Betakaroten
mencegah stroke sementara vitamin E mencegah terjadinya penyumbatan dalam saluran
pembuluh darah, sehingga munculnya serangan jantung dapat dicegah.

Keistimewaan ubi ini juga terletak pada kandungan seratnya yang sangat tinggi. Bagus untuk
mencegah kanker saluran pencernaan dan mengikat zat karsinogen penyebab kanker di
dalam tubuh. Sebagian besar serat ubi jalar merah merupakan serat larut yang bekerja
seperti busa spon. Serat menyerap kelebihan lemak/kolesterol darah, sehingga kadar
lemak/kolesterol dalam darah tetap aman. Serat alami oligosakarida yang tersimpan dalam
ubi jalar merah ini sekarang menjadi komoditas bernilai dalam produk pangan olahan seperti
susu. Selain mencegah sembelit, oligosakarida dapat memudahkan buang angin. Pada
orang yang sangat sensitif, oligosakarida dapat mengakibatkan kembung. Ubi jalar merah
merupakan umbi-umbian yang mengandung senyawa antioksidan paling komplit. Selain
vitamin A, C, dan E, ubi jalar merah juga mengandung vitamin B6 (piridoksin) yang berperan
penting dalam menyokong kekebalan tubuh.

B. POHON INDUSTRI
Pemanfaatan ubi jalar adalah untuk:
Diversifikasi bahan pangan
Konsumsi secara langsung sebagai bahan pangan sampingan/snack.
Diolah menjadi bentuk pati atau tepung.
Saos dan selai.
Pakan ternak.
Ubi jalar sebagai diversifikasi produk pangan
Sudah sejak lama, program diversifikasi pangan dimunculkan, yaitu ke arah konsumsi
produk-produk tepung terutama dalam bentuk mie. Proses tersebut memang patut dicatat
sebagai bagian dari proses diversifikasi pangan. Namun disayangkan bahwa makanan
alternatif tersebut adalah produk yang berbasis bahan baku impor. Kita terlena untuk banyak
mengonsumsi berbagai residualgoods, yaitu produk-produk kelebihan dari berbagai negara
dengan harga murah yang justru mematikan industri dalam negeri sendiri.
Makanan pokok untuk masyarakat idealnya bersumber dari bahan baku lokal, agar biaya
transportasinya dapat ditekan. Saat ini, masyarakat Indonesia yang hidup di daerah tropis
dimana gandum sulit bisa tumbuh, menjadi pemakan mie dari gandum terbesar setelah
RRC. Sebenarnya begitu banyak jenis umbiumbian lainnya selain gandum yang bisa tumbuh

232
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

dengan baik di Indonesia dan bisa menjadi alternatif menuju ketahanan pangan. Ubi jalar
merupakan salah satu dari 20 jenis pangan yang berfungsi sebagai sumber karbohidrat. Ubi
jalar bisa menjadi salah satu alternatif untuk mendampingi beras menuju ketahanan pangan.
Pilihan untuk mensosialisasikan ubi jalar, bukan pilihan tanpa alasan. Selain (1)sesuai
dengan agroklimat sebagian besar wilayah Indonesia, ubi jalar juga (2)
mempunyai produktifitas yang tinggi, sehingga menguntungkan untuk diusahakan. Alasan
lainnya adalah (3) mengandung zat gizi yang berpengaruh positif pada kesehatan (prebiotik,
serat makanan dan antioksidan), serta (4) potensi penggunaannya cukup luas dan cocok
untuk program diversifikasi pangan. Produktifitas ubi jalar cukup tinggi dibandingkan dengan
beras maupun ubi jalar cukup tinggi dibandingkan dengan beras maupun ubi kayu. Ubi jalar
dengan masa panen 4 bulan dapat berproduksi lebih dari 30 ton/ha, tergantung dari bibit,
sifat tanah dan pemeliharaannya. Walaupun saat ini rata-rata produktivitas ubi jalar nasional
baru mencapai 12 ton/ha. Tetapi masih lebih besar, jika dibandingkan dengan produktifitas
gabah (+/- 4,5 ton/ha) atau ubi kayu (+/- 8 ton/ha), padahal masa panen lebih lama dari
masa panen ubi jalar.

ubi jalar yang termasuk umbi-umbian murah ini jarang masuk dalam menu keluarga kita,
padahal di dapur Barat dan Asia Timur Raya seperti Jepang, ubi jalar merupakan primadona
dan harga yang relatif mahal. Pada perayaan hari besar besar, seperti Natal dan
Thanksgiving Day, penduduk AS lazim membuat sajian eksklusif dari ubi jalar seperti cake,
kue kering, pure pelengkap steak atau salad, es krim, puding, muffin, souffle, pancake,
kroket, sup krim, maupun sebagai taburan hidangan panggang (au gratin).

Selama ini, pemanfaatan ubijalar ungu masih terbatas pada makanan tradisional yang belum
banyak diversifikasi. Terbatasnya pemanfaatan ubijalar ungu antara lain disebabkan oleh
kebiasaan masyarakat dalam mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok sumber
karbohidrat serta terigu dalam bentuk roti, biscuit dan mie.

Di Indonesia, ubi jalar umumnya sebagai bahan pangan sampingan. Sedangkan di Irian
Jaya, ubi jalar digunakan sebagai makanan pokok. Komoditas ini ditanam baik pada lahan
sawah maupun lahan tegalan. Luas panen ubu jalar diindonesia sekitar 230.000 ha dengan
produktivitas sekitar 10 ton/ha. Padahal dengan teknologi maju beberapa varietas unggul ubi
jalar dapat menghasilkan lebih dari 30 ton umbi basah/ha.

Ubi jalar dapat diolah secara sederhana menjadi berbagai bentuk masakan, dikukus,
direbus, digoreng, dipanggang, dibakar, maupun dioven merupakan cara yang umum
dilakukan dalam mempersiapkan ubi jalar untuk disajikan.

Selain dikonsumsi langsung ubi jalar dapat diolah menjadi produk antara dalam bentuk pati
maupun tepung. Pati dibuat dengan mengekstrak umbi yang telah diparut. Sedangkan
yepung diperoleh dengan cara mencuci umbi, mengupas, mengiris, menjemur dan
menghancurkan (menepungkan) diayak pada ukuran 80 mesh. Pati dan tepung ubi jalar
dapat digunakan untuk membuat aneka jenis kue, mie, hingga es krim.

Tepung Ubi Jalar.

Pada dasarnya memproduksi tepung ubi jalar dapat dilakukan melalui tiga langkah kegiatan
yaitu :

233
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

1. Memproduksi tepung ubi jalar dengan langkah melalui pembuatan gaplek ubi jalar terlebih
dahulu yaitu : pencucian, pengupasan, perajangan / penyawutan, pengeringan, penepungan
dan pengayakan dan pengeringan tepung serta pengemasan.

2. Memproduksi tepung ubi jalar dengan langkah : pencucian, pengupasan pemarutan,


pengepresan, pengeringan, penepungan, pengayakan, pengeringan tepung dan
pengemasan.

3. Langkah ketiga ini merupakan langkah memproduksi pati ubi jalar sbb : pencucian,
pengupasan, pemarutan, pengenceran 1 bahan : 2 air bersih, Pemerasan, pengendapan,
pengambilan pati (pengetusan), pengeringan, penepungan, pengayakan, pengeringan pati
dan pengemasan.

Berbagai macam produk olahan Ubi Jalar yang dapat dibuat antara lain selai ubi jalar, biskuit
ubi jalar, donat ubi jalar, french fries ubi jalar, kue mangkok ubi jalar, pilus ubi jalar, pukis ubi
jalar, es krim ubi jalar, bak pao ubi jalar, apem ubi jalar, keripik ubi jalar, manisan kering ubi
jalar, dodol ubi jalar, sweet potato chocolate nut cake.

Saos dan Selai.

Ringkasan ubi jalar berukuran kecil seringkali tidak laku dijual dan hanya dimanfaatkan untuk
pakan ternak atau dibiarkan di lapang. Kualitas saos dan selai yang dihasilkan dari beberapa
proporsi penggunaan ubi jalar berukuran kecil dan besar diteliti di Laboratorium Pengolahan
dan Kimia Pangan Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang,
pada bulan Oktober- Desember 2004. ubi jalar varietas Sari diolah menjadi saos dengan
empat tingkat campuran umbi berukuran kecil dan besar (100:0, 75:25, 50:50, dan 0:100).
Pengolahan selai menggunakan 50% ubi jalar dan 50% nanas dengan tingkat proporsi umbi
besar dan kecil sama seperti pada saos. Saos dan selai ubi jalar yang dihasilkan dari umbi
berukuran kecil menunjukkan sifat fisik, kimia, dan penerimaan sensoris yang sama dengan
produk yang berasal dari umbi berukuran besar. Perkiraan nilai tambah dari saos dan selai
yang menggunakan umbi kecil masing-masing Rp 1.800 dan Rp 1.090/kg umbi segar,
hampir 10 kali lipat harga jual umbi kecil. Kualitas produknya tidak kalah dengan sampel
produk sama yang terdapat di pasar. Hal ini memberi peluang bagi pengembangan
pemanfaatan umbi berukuran kecil untuk meningkatkan daya guna dan nilai tambahnya.

Ubijalar yang umumnya dibudidayakan di daerah tropik dan sub-tropik tidak hanya
digunakan untuk konsumsi manusia saja akan tetapi juga untuk makanan ternak dan sebagai
bahan baku industri. Walaupun ubijalar ditanam untuk diambil umbinya, akan tetapi daun
ubijalar juga merupakan sumber protein dan dikonsumsi sebagai sayuran. Sebagai pakan
ternak, umbi ubi jalar dapat digunakan dalam bentuk segar, atau dikeringkan dengan sinar
matahari atau silase. Apabila daun dan umbi dikonsumsi dalam bentuk segar atau minimal
prosesing, keberadaan trypsin inhibitor sebagai faktor anti-nutrisi sangat tidak dikehendaki.
Di lain pihak, keberadaan trypsin inhibitor sangat diperlukan bagi tanaman terutama untuk
menghindari serangan hama dan penyakit.

Sebagian besar serat ubi jalar merah merupakan serat laut, yang menyerap kelebihan
lemak/kolesterol darah, sehingga kadar lemak/kolesterol dalam darah tetap aman terkendali.
Serat alami oligosakarida yang tersimpan dalam ubi jalar ini sekarang menjadi komoditas
bernilai dalam pemerkayaan produk pangan olahan, seperti susu. Selain mencegah
sembelit, oligosakarida memudahkan buang angin. Hanya pada orang yang sangat sensitif

234
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

ologosakarida mengakibatkan kembung. Kandungan serat berfungsi sebagai komponen


nongizi ini, juga bermanfaat bagi keseimbangan flora usus dan prebiotik, merangsang
pertumbuhan bakteri yang baik bagi usus sehingga penyerapan zat gizi menjadi lebih baik
dan usus lebih bersih.

Produk-produk berbasis tepung yang bias dikembangkan, antara lain mie, french fries, sweet
potato flake (SPF) dan produk bakery. Sedangkan produk yang berbasis pasta ubi jalar yang
dapat dikembangkan seperti nasi, jus, es krim dan produk-produk lainnya dari ubi jalar. Jika
dulu pemerintah memberikan subsidi kepada tepung terigu, maka untuk menumbuhkan
industri tepung/pasta ubi jalar sudah seharusnya pemerintah juga memberikan subsidi.
Selain itu, masalah on farm juga harus diperhatikan, sehingga produktivitasnya bisa lebih
tinggi. Jika produktivitasnya meningkat, maka ketersediaan bahan baku tidak menjadi
kendala dan biayanya menjadi bisa ditekan, sehingga produk yang dihasilkan menjadi bisa
lebih murah.

Di sejumlah negara barat, ubi jalar justru menjadi primadona. Dalam perayaan hari besar
seperti Natal dan Thanksgiving Day, warga Amerika lazim membuat sajian eksklusif dari ubi
jalar. Ada cake, kue kering, pure pelengkap steak atau salad, es krim, puding, muffin, souffle,
pancake, kroket, sup krim, atau sebagai taburan hidangan panggang.

Ubi jalar juga banyak dimanfaatkan masyarakat Jepang. Ubi yang masih sekeluarga dengan
kentang ini diolah menjadi berbagai makanan menarik seperti permen, es krim, dan mie.

PAKAN TERNAK.

Selain karbohidrat, ubijalar juga mengandung vitamin A,C dan mineral serta antosianin yang
sangat bermanfaat bagi kesehatan. Disamping itu, ubi jalar tidak hanya digunakan sebagai
bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri dan pakan ternak.

Kandungan protein yang ada pada daun ubijalar lebih tinggi dari protein yang ada di umbi
sehingga daun ubijalar sangat baik digunakan untuk makanan ternak. Penggunaan ubijalar
sebagai makanan ternak sudah banyak di praktekkan di China dan Taiwan serta di beberapa
daerah di Indonesia seperti di Bali, Sumatera Utara, Toraja (Sulawesi Selatan), Papua dan
Papua Barat.

235
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

C. RENDEMEN

Salah satu bentuk diversifikasi olahan ubijalar ungu adalah bithilo merupakan suatu bentuk
camilan bergizi dan lezat dengan rendemen bithilo kering 56,5 %.
Pati ubi jalar belum banyak dimanfaatkan di Indonesia seperti pati ubi kayu, jagung dan
garut. Warna daging umbi berpengaruh terhadap derajat putih pati; nilai derajat putih
tertinggi pada pati dari varietas Sari (91,2%). Rendemen pati tertinggi diperoleh dari pati
varietas Sukuh dan Ayamurasaki, masing-masing 14,5% dan 14,2%; nilai ini berkorelasi
positif dengan kadar pati pada umbi segar. Pati varietas Sukuh memiliki tingkat kekerasan
dan kekuatan gel tertinggi, berkaitan dengan kadar amilosanya yang tertingggi juga (39%
bk). Waktu dan suhu gelatinisasi pati bervariasi di antara varietas, dengan nilai tertinggi pada
pati dari varietas Sukuh (39 menit, 88,5oC). Sementara itu, viskositas puncak tertinggi
tampak pada pati asal varietas Sari (1420 BU). Pati dari keempat varietas sesuai untuk
bahan produk olahan yang memerlukan kadar amilosa dan stabilitas gel tinggi, seperti sohun
dan bihun. Varietas Pakhong, Ayamurasaki, dan Sari juga sesuai untuk produk yang
memerlukan pati yang berviskositas tinggi pada perlakuan suhu yang relatif rendah.
Berdasarkan rendemennya, varietas Sukuh paling sesuai untuk sumber pati produk olahan,
walaupun warna pati masih perlu diperbaiki. Varietas Ayamurasaki juga baik untuk sumber
pati, tetapi patinya lebih sesuai untuk bahan produk olahan yang tidak memerlukan warna
cerah sebagai tolok ukur mutu.

D. FAKTOR KRITIS
Faktor kritis yang perlu diperhatikan adalah mempertahankan kandungan air yang ada di
dalam ubi jalar. Penanganan proses pasca panen harus baik agar kandungan air di dalam
ubi jalar tidak turun secara drastis.

E. REKOMENDASI PROSES PRODUKSI

Tepung ubi jalar merupakan produk setengah jadi dari ubi jalar. Produksi tepung ubi jalar
dapat ditempuh melalui tiga cara yaitu :
1. Pembuatan tepung ubi jalar, melalui proses pembuatan gaplek ubi jalar, adapun langkah
pembuatannya sebagai berikut :

Ubi jalar disortasi dan dicuci sampai bersih dari kotoran dan tanah.

Pengupasan dan perajangan : pengupasan diusahakan sampai bersih dari kulit.


Perajangan, semakin kecil dan tipis perajangan maka makin baik olahannya, karena akan
semakin pendek waktu pengeringan ubi.

236
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Kriopreservasi merupakan teknik yang potensial untuk penyimpanan plasma nutfah dalam
jangka panjang. Teknik tersebut sangat berguna terutama diterapkan pada tanaman yang
benihnya bersifat rekalsitran dan berkembang biak secara vegetatif seperti ubi jalar.
Penerapan teknik enkapsulasi-vitrifikasi pada kriopreservasi ubi jalar lebih praktis diterapkan
dan lebih mudah dimanipulasi, karena kultur yang akan disimpan dienkapsulasi dalam kapsul
alginat terlebih dahulu. Namun dehidrasi kapsul tidak mudah dilakukan karena kandungan air
dalam kapsul sangat tinggi sehingga dapat merusak sel. Oleh karena itu disarankan untuk
menerapkan teknik kriopreservasi yang lain seperti teknik vitrifikasi. Tujuan penelitian adalah
untuk memperoleh metode kriopreservasi dengan teknik vitrifikasi dalam penyimpanan kultur
in vitro ubi jalar untuk jangka panjang. Tahapan percobaan adalah: 1) optimasi prakultur, 2)
optimasi pemuatan 3) optimasi dehidrasi dalam krioprotektan, dan 4) optimasi pelelehan dan
pencucian setelah pembekuan dalam nitrogen cair. Hasil percobaan menunjukkan bahwa
eksplan yang berasal dari tunas pucuk lebih baik daripada eksplan yang berasal dari mata
tunas aksilar. Perlakuan optimal pada setiap tahapan percobaan adalah perlakuan prakultur
pada media MSC2 + sukrosa 0,3M selama 1 hari, pemuatan dalam larutan LS (MSC2 +
gliserol 2M + sukrosa 0,4M) selama 60 menit, dehidrasi dalam PVS2 (MSC2 + gliserol 30% +
etilen glikol 15% + DMSO 15% + sukrosa 0,4M) selama 10 menit, pelelehan pada suhu
22C dan pencucian dalam media MSC2 + sukrosa 1,2M selama 10 men it. Beberapa
kultur tetap berwarna hijau hingga umur 1 minggu, namun setelah itu kultur- kult\,Jr tersebut
tidak mampu tumbuh.

Alat Pembuatan Tepung Ubi Jalar


a. Pisau, b, Telenan, c Pemarut, d. Penyaring, e. Wadah Pengendapan, f. Pengepres, g.
Penggiling, h. Penepung, i. Ayakan, j. Pengemas, k.Timbangan.

Bahan Pembuatan Tepung Ubi Jalar


a. Ubi Jalar, b. Air Bersih

Proses produksi bithilo ?

Pembuatan bithilo sangat mudah dan menggunakan peralatan dan bahan sederhana yang
dapat diperoleh di pedesaan. Untuk membuat 10 kg ubi jalar ungu menjadi bithilo diperlukan
alat dan bahan sebagai berikut:

Alat:
- Baskom
- Pisau
- Pemarut
- Pencetak bithilo
- Dandang/soblok
- Kompor.

Bahan:
- Ubijalar ungu : 5 kg
- Pati singkong :2kg
- Bawang putih : 1,5 ons
- Garam secukupnya

237
Bunga Rampai Komoditi Indonesia

Cara pernbuatan bithilo sebagai berikut:


- Kupas 5 kg ubijalar ungu, dicuci hingga bersih kemudian diparut
- Tambahkan 2 kg pati singkong dan 1,5 ons bawang putih yang telah dihaluskan
- Bahan-bahan tersebut dicampur hingga menjadi adonan yang kalis.
- Cetak adonan tersebut dengan cetakan bithilo
- Lakukan pengukusan selama 10 menit.
- Keringkan dengan cara menjemur sampai kering

REFERENSI

Website Departemen Pertanian: www.deptan.go.id


http://www.suarapembaruan.com

238

Anda mungkin juga menyukai