Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MANAJEMEN NURSERY

“Manajemen Nursery Alpukat pada Skala 200M2 ”


( Persea americana Mill / Persea gratissima Gaerth )

Disusun Oleh:
Nama Anggota : Feliana Kristina Silaban (E1J016107) Penyaji
Wahyu Hidayat (E1J016089) Moderator
Revan Prasetio (E1J016133) Sekretaris

Dosen Pengampuh : Dr. Ir. Supanjani M.Sc.

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman alpukat merupakan tanaman buah berupa pohon dengan nama alpuket (Jawa
Barat), alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah), boah pokat, jamboo pokat (Batak), advokat,
jamboo mentega, jamboo pooan, pookat (Lampung) dan lain-lain.
Tanaman alpukat berasal dari dataran rendah/tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan
masuk ke Indonesia pada abad ke-18. Secara resmi antara tahun 1920-1930 Indonesia telah
mengintroduksi 20 varietas alpukat dari Amerika Tengah dan Amerika Serikat untuk
memperoleh varietas-varietas unggul guna meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat,
khususnya di daerah dataran tinggi.
Klasifikasi lengkap tanaman alpukat adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Ranales
Keluarga : Lauraceae
Marga : Persea
Varietas : Persea americana Mill

Berdasarkan sifat ekologis, tanaman alpukat terdiri dari 3 tipe keturunan/ras, yaitu:
1) Ras Meksiko

Berasal dari dataran tinggi Meksiko dan Equador beriklim semi tropis dengan ketinggian
antara 2.400-2.800 m dpl. Ras ini mempunyai daun dan buahnya yang berbau adas. Masa
berbunga sampai buah bisa dipanen lebih kurang 6 bulan. Buah kecil dengan berat 100-225
gram, bentuk jorong (oval), bertangkai pendek, kulitnya tipis dan licin. Biji besar
memenuhi rongga buah. Daging buah mempunyai kandungan minyak/lemak yang paling
tinggi. Ras ini tahan terhadap suhu dingin.

2) Ras Guatemala

Berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah beriklim sub tropis dengan ketinggian sekitar
800-2.400 m dpl. Ras ini kurang tahan terhadap suhu dingin (toleransi sampai -4,5 derajat
C). Daunnya tidak berbau adas. Buah mempunyai ukuran yang cukup besar, berat berkisar
antara 200-2.300 gram, kulit buah tebal, keras, mudah rusak dan kasar (berbintil-bintil).
Masak buah antara 9-12 bulan sesudah berbunga. Bijinya relatif berukuran kecil dan
menempel erat dalam rongga, dengan kulit biji yang melekat. Daging buah mempunyai
kandungan minyak yang sedang.

3) Ras Hindia Barat

Berasal dari dataran rendah Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang beriklim tropis,
dengan ketinggian di bawah 800 m dpl. Varietas ini sangat peka terhadap suhu rendah,
dengan toleransi sampai minus 2 derajat C. Daunnya tidak berbau adas, warna daunnya
lebih terang dibandingkan dengan kedua ras yang lain. Buahnya berukuran besar dengan
berat antara 400-2.300 gram, tangkai pendek, kulit buah licin agak liat dan tebal. Buah
masak 6-9 bulan sesudah berbunga. Biji besar dan sering lepas di dalam rongga, keping biji
kasar. Kandungan minyak dari daging buahnya paling rendah.
Varietas-varietas alpukat di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

1) Varietas unggul

Sifat-sifat unggul tersebut antara lain produksinya tinggi, toleran terhadap hama dan
penyakit, buah seragam berbentuk oval dan berukuran sedang, daging buah berkualitas
baik dan tidak berserat, berbiji kecil melekat pada rongga biji, serta kulit buahnya licin.
Sampai dengan tanggal 14 Januari 1987, Menteri Pertanian telah menetapkan 2 varietas
alpukat unggul, yaitu alpukat ijo panjang dan ijo bundar. Sifat-sifat kedua varietas tersebut
antara lain:

a. Tinggi pohon: alpukat ijo panjang 5-8 m, alpukat ijo bundar 6-8 m.

b. Bentuk daun: alpukat ijo panjang bulat panjang dengan tepi rata, alpukat ijo bundar
bulat panjang dengan tepi berombak.

c. Berbuah: alpukat ijo panjang terus-menerus, tergantung pada lokasi dan kesuburan
lahan, alpukat ijo bundar terus-menerus, tergantung pada lokasi dan kesuburan lahan.

d. Berat buah: alpukat ijo panjang 0,3-0,5 kg, alpukat ijo bundar 0,3-0,4 kg
e. Bentuk buah: alpukat ijo panjang bentuk pear (pyriform), alpukat ijo bundar lonjong
(oblong).

f. Rasa buah: alpukat ijo panjang enak, gurih, agak lunak, alpukat ijo bundar enak, gurih,
agak kering.

g. Diameter buah: alpukat ijo panjang 6,5-10 cm (rata-rata 8 cm), alpukat ijo bundar 7,5
cm.

h. Panjang buah: alpukat ijo panjang 11,5-18 cm (rata-rata 14 cm), alpukat ijo bundar 9
cm.

i. Hasil: alpukat ijo panjang 40-80 kg /pohon/tahun (rata-rata 50 kg), alpukat ijo bundar
20-60 kg/pohon/tahun (rata-rata 30 kg).

2) Varietas lain

Varietas alpukat kelompok ini merupakan plasma nutfah Instalasi Penelitian dan
Pengkajian Teknologi, Tlekung, Malang. Beberapa varietas alpukat yang terdapat di kebun
percobaan Tlekung, Malang adalah alpukat merah panjang, merah bundar, dickson, butler,
winslowson, benik, puebla, furete, collinson, waldin, ganter, mexcola, duke, ryan, leucadia,
queen dan edranol.

Bagian tanaman alpukat yang banyak dimanfaatkan adalah buahnya sebagai makanan buah
segar. Selain itu pemanfaatan daging buah alpukat yang biasa dilakukan masyarakat Eropa
adalah digunakan sebagai bahan pangan yang diolah dalam berbagai masakan. Manfaat lain
dari daging buah alpukat adalah untuk bahan dasar kosmetik.
Bagian lain yang dapat dimanfaatkan adalah daunnya yang muda sebagai obat tradisional
(obat batu ginjal, rematik).
Negara-negara penghasil alpukat dalam skala besar adalah Amerika (Florida, California,
Hawaii), Australia, Cuba, Argentina, dan Afrika Selatan. Dari tahun ke tahun Amerika
mempunyai kebun alpukat yang senantiasa meningkat. Di Indonesia, tanaman alpukat masih
merupakan tanaman pekarangan, belum dibudidayakan dalam skala usahatani. Daerah
penghasil alpukat adalah Jawa Barat, Jawa Timur, sebagian Sumatera, Sulawesi Selatan, dan
Nusa Tenggara.

Manajemen dapat diartikan sebagai suatu ilmu dan seni untuk mengadakan perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan dan bimbingan (directing),
pelaksanaan (actuating), serta pengawasan (controlling) terhadap orang-orang dan barang-
barang, untuk tujuan tertentu yang telah ditetapkan, (Mangoensoekerjo dan Hariono,
2005).
Manajemen pembibitan adalah salah satu bidang manajemen seperti manajemen
produksi, manajemen pemasaran, manajemen keuangan, dan manajemen perkantoran.
Manajemen pembibitan (nursery) mengkhususkan diri tentang hal ihwal yang
berhubungan dengan faktor memproduksi bibit dari penanganan pre nursery,
enterplanting, dan main nursery hingga bibit siap tanam dengan segala kegiatannya
hingga pembibitan tersebut dikatakan berhasil.

1.2 Tujuan
1. Menentukan proses nursery pada tanaman alpukat
2. Menghitung berapa pengelaran dari nursery tersebut
BAB II
ISI
Persemaian (Nursery) adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih (atau
bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di lapangan. Kegiatan di
persemaian merupakan kegiatan awal di lapangan dari kegiatan penanaman karena itu sangat
penting dan merupakan kunci pertama di dalam upaya mencapai keberhasilan penanaman.
Penanaman benih ke lapangan dapat dilakukan secara langsung (direct planting) dan secara
tidak langsung yang berarti harus disemaikan terlebih dahulu di tempat persemaian.
Penanaman secara langsung ke lapangan biasanya dilakukan apabila biji-biji (benih) tersebut
berukuran besar dan jumlah persediaannya melimpah. Meskipun ukuran benih besar tetapi
kalau jumlahnya terbatas, maka benih tersebut seyogyanya disemaikan terlebih dulu.
Pemindahan/penanaman bibit berupa semai dari persemaian ke lapangan dapat
dilakukan setelah semai-semai dari persemaian tersebut sudah kuat (siap ditanam). Pengadaan
bibit/semai melalui persemaian yang dimulai sejak penaburan benih merupakan cara yang
lebih menjamin keberhasilan penanaman di lapangan. Selain pengawasannya mudah,
penggunaan benih-benih lebih dapat dihemat dan juga kualitas semai yang akan ditanam di
lapangan lebih terjamin bila dibandingkan dengan cara menanam benih langsung.

Pembibitan utama (Main Nursery) merupakan tahap kedua dari sistem pembibitan
double stage yang berlangsung 6-9 bulan. Main nursery merupakan kegiatan
transplanting/pemindahan bibit dari pre nursery ke main nursery (Pahan 2006). Dilakukan
ketika bibit sudah berusia 3-4 bulan atau ketika bibit sudah memiliki 4-5 helai daun.
Keberhasilan rencana penanaman dan produksi ditentukan oleh pelaksanaan pembibitan
utama dan kualitas bibit yang dihasilkan.

 Penentuan Lokasi

Lokasi sebaiknya dekat atau berada di pinggir jalan besar, agar pengangkutan bibit dan
pengawasannya lebih mudah. Lokasi harus bebas genangan atau banjir dan dekat dengan
sumber air untuk penyiraman. Debit dan mutu air yang tersedia harus baik. Areal pembibitan
sebisa mungkin rata atau memiliki kemiringan maksimum 5%, tempat terbuka atau tanah
lapang dan lapisan tahah topsoil cukup tebal. Letak lokasimain nursery dekat dengan area
yang ditanam dan harus jauh dari sumber hama dan penyakit (Sunarko, 2009).

 Luas,Lay Out

. Setelah area diratakan menggunakan alat berat, sekaligus untuk mengambil topsoil,
tentukan dan buat jaringan jalan, parit, dan saluran pembuangan air (drainase). Buat lay
out petak atau bedengan memanjang dengan arah timur ke barat. Ukuran panjang dam
lebarnya disesuaikan dengan kondisi lapangan dan jaringan irigasinya (Sunarko, 2009).

 Jaringan Irigasi

Jaringan irigasi diperlukan sebagai sarana pengairan untuk menyiram bibit dimain
nursery. Alat dan bahan untuk sistem penyiraman harus sudah terpasang dan siap pakai
sebelum penanaman. Instalasi penyiraman di main nursery sebagai berikut:
1. Secara manual, air dihisap dari sungai menggunakan pompa air dan dialirkan ke lokasi
pembibitan melalui pipa dan selang.
2. Sprinkler menggunakan pipa induk, pipa utama, dan pipa distribusi.
3. Setiap sambungan dilengkapi stand pipesyang terpasng berdiri dan ujungnya
dilengkapi dengan nozzle yang memancarkan air secara berputar.
4. Setiap pipa distribusi memiliki 8-9 sprinkler yang berjarak 9-18 meter.

 Media Tanam

1) Tanaman alpukat agar tumbuh optimal memerlukan tanah gembur, tidak mudah tergenang
air, (sistem drainase/pembuangan air yang baik), subur dan banyak mengandung bahan
organik.

2) Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat adalah jenis tanah lempung berpasir
(sandy loam), lempung liat (clay loam) dan lempung endapan (aluvial loam).

3) Keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara pH sedikit asam
sampai netral, (5,6-6,4). Bila pH di bawah 5,5 tanaman akan menderita keracunan karena
unsur Al, Mg, dan Fe larut dalam jumlah yang cukup banyak. Sebaliknya pada pH di atas
6,5 beberapa unsur fungsional seperti Fe, Mg, dan Zn akan berkurang.

 Ketinggian Tempat

Pada umumnya tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran
tinggi, yaitu 5-1500 m dpl. Namun tanaman ini akan tumbuh subur dengan hasil yang
memuaskan pada ketinggian 200-1000 m dpl.
 Pembibitan

Penyiapan Polibag polibag yang digunakan sebaiknya berwarna hitam (100% carbon
black) dengan panjang 40 cm, lebar 30 cm atau berdiameter 30 cm, dan tebal 0,15 cm. polibag
diberi lubang berdiameter 0,5 cm sebanyak dua baris. Media tanam bibit
menggunakan topsoil yang memiliki struktur remah atau gembur. Polibag diisi media tanam
hingga penuh (sekitar 3 kg), lalu hentakkan tiga kali agar media tanam memadat. Pengisian
polibag harus selesai dikerjakan dalam waktu dua minggu sebelum pemindahan
dari prenursery

1. Bibit yang baik antara lain yang berasal dari


a) Buah yang sudah cukup tua.
b) Buahnya tidak jatuh hingga pecah.

c) Pengadaan bibit lebih dari satu jenis untuk menjamin kemungkinan adanya persarian
bersilang.

2. Penyiapan Bibit

Sampai saat ini bibit alpukat hanya dapat diperoleh secara generatif (melalui biji) dan
vegetatif (penyambungan mata/okulasi).

3. Teknik Penyemaian Bibit

Penyambungan mata (okulasi)

Pembuatan bibit secara okulasi dilakukan pada pohon pangkal berumur 8-10 bulan.
Sebagai mata yang akan diokulasikan diambil dari dahan yang sehat, dengan umur 1
tahun, serta matanya tampak jelas. Waktu yang paling baik untuk menempel yaitu pada
saat kulit batang semai mudah dilepaskan dari kayunya. Caranya adalah kulit pohon
pokok disayat sepanjang 10 cm dan lebarnya 8 mm. Kulit tersebut dilepaskan dari
kayunya dan ditarik ke bawah lalu dipotong 6 cm. Selanjutnya disayat sebuah mata
dengan sedikit kayu dari cabang mata (enthout), kayu dilepaskan pelan-pelan tanpa
merusak mata. Kulit yang bermata dimasukkan di antara kulit dan kayu yang telah
disayat pada pohon pokok dan ditutup lagi, dengan catatan mata jangan sampai tertutup.
Akhirnya balut seluruhnya dengan pita plastik. Bila dalam 3-5 hari matanya masih hijau,
berarti penempelan berhasil.
Selanjutnya 10-15 hari setelah penempelan, tali plastik dibuka. Batang pohon pokok
dikerat melintang sedalam setengah diameternya, kira-kira 5-7,5 cm di atas okulasi, lalu
dilengkungkan sehingga pertumbuhan mata dapat lebih cepat. Setelah batang yang
keluar dari mata mencapai tinggi 1 m, maka bagian pohon pokok yang dilengkungkan
dipotong tepat di atas okulasi dan lukanya diratakan, kemudian ditutup dengan parafin
yang telah dicairkan. Pohon okulasi ini dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 8-
12 bulan dan pemindahan yang paling baik adalah pada saat permulaan musim hujan.
Dalam perbanyakan vegetatif yang perlu diperhatikan adalah menjaga kelembaban
udara agar tetap tinggi (+ 80%) dan suhu udara di tempat penyambungan jangan terlalu
tinggi (antara 15-25 derajat C). Selain itu juga jangan dilakukan pada musim hujan lebat
serta terlalu banyak terkena sinar matahari langsung. Bibit yang berupa sambungan
perlu disiram secara rutin dan dipupuk 2 minggu sekali. Pemupukan bisa bersamaan
dengan penyiraman, yaitu dengan melarutkan 1-1,5 gram urea/NPK ke dalam 1 liter air.
Pupuk daun bisa juga diberikan dengan dosis sesuai anjuran dalam kemasan. Sedangkan
pengendalian hama dan penyakit dilakukan bila perlu saja.

 Pengolahan Media Tanam

Lahan untuk tanaman alpukat harus dikerjakan dengan baik; harus bersih dari
pepohonan, semak belukar, tunggul-tunggul bekas tanaman, serta batu-batu yang
mengganggu. Selanjutnya lahan dicangkul dalam atau ditraktor, lalu dicangkul halus 2-3 kali.
Pengerjaan lahan sebaiknya dilakukan saat musim kering sehingga penanaman nantinya dapat
dilakukan pada awal atau saat musim hujan.
 Teknik Penanaman

1) Pola Penanaman

Pola penanaman alpukat sebaiknya dilakukan secara kombinasi antara varietas-


varietasnya. Hal ini mengingat bahwa kebanyakan varietas tanaman alpukat tidak dapat
melakukan penyerbukan sendiri, kecuali varietas ijo panjang yang memiliki tipe bunga A.
Ada 2 tipe bunga dari beberapa varietas alpukat di Indonesia, yaitu tipe A dan tipe B.
Varietas yang tergolong tipe bunga A adalah ijo panjang, ijo bundar, merah panjang, merah
bundar, waldin, butler, benuk, dickinson, puebla, taft, dan hass. Sedangkan yang tergolong
tipe B adalah collinson, itszamma, winslowsaon, fuerte, lyon, nabal, ganter, dan queen.
Penyerbukan silang hanya terjadi antara kedua tipe bunga. Oleh karena itu, penanaman
alpukat dalam suatu lahan harus dikombinasi antara varietas yang memiliki tipe bunga A
dan tipe bunga B sehingga bunga-bunganya saling menyerbuki satu sama lain.

2) Pembuatan Lubang Tanam

a) Tanah digali dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi masing-masing 75 cm. Lubang
tersebut dibiarkan terbuka selama lebih kurang 2 minggu.
b) Tanah bagian atas dan bawah dipisahkan.

c) Lubang tanam ditutup kembali dengan posisi seperti semula. Tanah bagian atas
dicampur dulu dengan 20 kg pupuk kandang sebelum dimasukkan ke dalam lubang.
d) Lubang tanam yang telah tertutup kembali diberi ajir untuk memindahkan mengingat
letak lubang tanam.

3) Cara Penanaman

Waktu penanaman yang tepat adalah pada awal musim hujan dan tanah yang ada dalam
lubang tanam tidak lagi mengalami penurunan. Hal yang perlu diperhatikan adalah tanah
yang ada dalam lubang tanam harus lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Hal ini untuk
menghindari tergenangnya air bila disirami atau turun hujan. Langkah-langkah penanaman
adalah sebagai berikut:

a) Lubang tanam yang telah ditutup, digali lagi dengan ukuran sebesar wadah bibit.

b) Bibit dikeluarkan dari keranjang atau polibag dengan menyayatnya agar gumpalan tanah
tetap utuh.

c) Bibit beserta tanah yang masih menggumpal dimasukkan dalam lubang setinggi leher
batang, lalu ditimbun dan diikatkan ke ajir
d) Setiap bibit sebaiknya diberi naungan untuk menghindari sinar matahari secara
langsung, terpaan angin, maupun siraman air hujan. Naungan tersebut dibuat miring
dengan bagian yang tinggi di sebelah timur. Peneduh ini berfungsi sampai tumbuh
tunas-tunas baru atau lebih kurang 2-3 minggu.

 Pemeliharaan

1) Penyiangan

Gulma banyak tumbuh di sekitar tanaman karena di tempat itu banyak terdapat zat
hara. Selain merupakan saingan dalam memperoleh makanan, gulma juga merupakan
tempat bersarangnya hama dan penyakit. Oleh karena itu, agar tanaman dapat tumbuh
dengan baik maka gulma-gulma tersebut harus disiangi (dicabut) secara rutin.

2) Penggemburan Tanah

Tanah yang setiap hari disiram tentu saja akan semakin padat dan udara di dalamnya
semakin sedikit. Akibatnya akar tanaman tidak dapat leluasa menyerap unsur hara. Untuk
menghindarinya, tanah di sekitar tanaman perlu digemburkan dengan hati-hati agar akar
tidak putus.

3) Penyiraman

Bibit yang baru ditanam memerlukan banyak air, sehingga penyiraman perlu
dilakukan setiap hari. Waktu yang tepat untuk menyiram adalah pagi/sore hari, dan bila
hari hujan tidak perlu disiram lagi.

4) Pemangkasan Tanaman

Pemangkasan hanya dilakukan pada cabang-cabang yang tumbuh terlalu rapat atau
ranting-ranting yang mati. Pemangkasan dilakukan secara hati-hati agar luka bekas
pemangkasan terhindar dari infeksi penyakit dan luka bekas pemangkasan sebaiknya diberi
fungisida/penutup luka.

5) Pemupukan

Dalam pembudidayaan tanaman alpukat diperlukan program pemupukan yang baik


dan teratur. Mengingat sistem perakaran tanaman alpukat, khususnya akar-akar rambutnya,
hanya sedikit dan pertumbuhannya kurang ekstensif maka pupuk harus diberikan agak
sering dengan dosis kecil. Pupuk yang diberikan tergantung pada umur tanaman. Bila
program pemupukan tahunan menggunakan pupuk urea (45% N), TSP (50% P), dan KCl
(60% K) maka untuk tanaman berumur muda (1-4 tahun) diberikan urea, TSP, dan KCl .

6) Seleksi
Penyeleksian dilakukan agar pada saat transplanting ke lapangan bibit yang ditanam
adalah bibit yang benar-benar normal dan juga berkualitas. Penyeleksian di pembibitan utama
ini dilakukan oleh Mandor dan dua orang tenaga kerja. Pembibitan di main nursery dilakukan
penyeleksian sebanyak 3 kali. Seleksi pertama dilakukan pada saat bibit berumur 6 bulan,
seleksi kedua dilakukan pada saat bibit berumur 9 bulan dan untuk seleksi ketiga dilakukan
pada saat bibit berumur 12-14 bulan pada saat bibit akan transplanting kelapangan. Untuk
penyeleksian pada saat bibit akan transplanting kelapangan dilakukan penyeleksian dua
minggu sebelum bibit ditanam kelapangan dan dilakukan putar bibit 180 drajat bertujuan
mematahkan akar-akar yang telah menembus tanah.
7)Pengendalian hama dan penyakit
Untuk pengendalian hama dan penyakit di pembibitan utama (main nursery) pada
dasarnya sama saja pada pembibitan awal (pre nursery) hanya saja yang membedakan adalah
dosis yang diberikan. Untuk dosis dipembibitan utama adalah 400 gr/200 liter air. Obat yang
digunakan dalam pengendalian hama dan penyakit ini adalah decis dan dithen m 45.
Pengendalian hama penyakit dilakukan apabila terjadi serangan pada tanaman. Kusus
bibit yang terserang penyakit yang mudah/cepat menular seperti karat daun harus diisolasi
dari bibit yang sehat dan diberikan perlakuan kusus.

Tabel 1. Biaya Tetap Produksi Okulasi Tanaman Alpukat

No. Keterangan Kebutuhan Umur Harga Total Total


Ekonomis Satuan Kebutuhan Biaya
(tahun)
(Rp) (Rp) (5 tahun)
(Rp)
1. Sewa lahan
2. Penyusutan pera latan
Gembor plastik 2 5 25.000 50.000 20.000
Tangki sprayer 1 10 200.000 200.000 40.000
Cangkul 2 10 80.000 160.000 32.000
Pisau okulasi 3 10 35.000 105.000 21.000
Gunting 2 10 35.000 70.000 14.000
Linggis 2 20 100.000 200.000 20.000
Jumlah Biaya Tetap 147.000

Tabel 2. Biaya Variabel Produksi Okulasi TanamanAlpukat

No. Keterangan Kebutuhan Satuan Harga satuan Jumlah


(Rp)
(Rp)
1. Biaya
operasional
a.Biji alpukat 5573 Buah 100 557.300
b.Mata tempel 5573 Buah 200 1.114.600
c.Biaya
perawatan
- Pupuk NPK 318,48 Kg 2.300 732.504
- Media 15.925 Kg Rp.10.000/ 3.184.800
Tanaman 50kg
(1:1:1)
3kg/polibag
- Fungisida 1 Bungkus 18.000 18.000
- Insektisida 1 Bungkus 20.000 20.000
d. Plastik okulasi 1 Rol 25.000 25.000
e. Polybag 30cm 5038 pcs 300 1.592.400
2. Biaya tenaga 1 Borongan
- Pengisian 2.000.000 2.000.000
polibag,
Penanaman,
Okulasi.
Jumlah Biaya Variabel 9.244.604

Biaya Tetap = Rp 147.000,-


Biaya Variabel = Rp 9.244.604,-
Harga bibit alpukat siap jual = Rp. 25.000,-
a) Biaya Total = Biaya Tetap + Biaya Variabel
= Rp 147.000 + Rp 9.244.604
= Rp. 9.391.604
b) Penerimaan = Harga x Jumlah Produksi
= Rp 25.000 x 5308
= Rp 132.700.000,-
c) Keuntungan = Penerimaan – Biaya Total
= Rp 132.700.000 - Rp
9.391.604
= Rp 123.308.396,-

Biaya Variable
Biaya variable per unit = Produksi Tanaman
Rp.9.244.604
= 5308 unit
= Rp. 1.741,6

Biaya Tetap
d) BEP (Unit) = Harga jual per unit−Biaya Variable Per unit
Rp.147.000
= Rp.25.000−Rp.1.741,6
= 6,3 unit atau 6 unit
Artinya usaha tidak mendapatkan untung atau rugi jika mampu menjual bibit
okulasi alpukat sebanyak 6 tanaman selama dua tahun.
Biaya Tetap
e) BEP (Rupiah) = Biaya Variable per unit
1−.
Harga jual per unit
Rp.147.000
= Rp.1741,6
1−.
Rp.25.000
Rp.147.000
= 1−0,07
= Rp. 158.064,5
Artinya usaha tidak mendapatkan untung dan rugi jika penjualan bibit okulasi
alpukat selama 2 tahun Rp.158.064,5.

Total Penerimaan
f) R/C Ratio = Total Biaya
Rp 132.700.000
= Rp.9.391.604
= 14,13 (R/C > 1 = Layak dijalankan)
Artinya dari setiap modal Rp.1,00 yang dikeluarkan akan diperoleh hasil Rp.14,13.
Jadi semakin tinggi R/C Ratio maka semakin tinggi pula penerimaan yang diperoleh.
Suatu usaha dikatakan layak apabila nilai revenue cost (R/C Ratio) lebih dari 1.

Keuntungan
g) B/C Ratio = Total Biaya
Rp 123.308.396
= Rp.9.391.604
= 13,13 (B/C > 1 = Untung)
Artinya dari setiap modal Rp.1,00 yang dikeluarkan akan diperoleh hasil Rp.13,13.
Jadi semakin tinggi B/C Ratio maka semakin tinggi pula keuntungan yang diperoleh.
Suatu usaha dapat dikatakan layak apabila nilai benefit cost (B/C Ratio) lebih dari 1.

Informasi yang dianggap penting:

Gambaran umum lahan usaha (200M2)

Luas lahan usaha nursery okulasi alpukat yaitu 200M2 atau 40M X 50M

50 M

Blok D Blok C

40 M

Blok A Blok B

Keterangan :

Luas per blok : 4.777.500 cm2 Jumlah tanaman per blok : 1327 tanaman
Jarak antar blok :100cm Jumlaha tanaman seluruhnya (4 blok) : 5308
Diameter polibag : 30cm tanaman
Jarak antar polibag : 30cm Asumsi daya tumbuh : 95%
Jarak antar polibag : 30cm Bibit cadangan 5% : 265 tanaman
Jarak antar tanaman : 60cm x 60cm Total kebutuhan bibit : 5573 tanaman
Kebutuhan mata tunas : 5573 mata tunas
DAFTAR PUSTAKA

Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan, Efektivitas dan Efisiensi Aplikasi


Herbisida. Yogyakarta(ID): Kanisius.

Mangoensoekarjo, S dan A.T. Tojib 2005. Manajemen budidaya alpukat, halm 1 –


318.Dalam S. Mangoensoekarjo dan H. Semangun (Eds). Manajememen Agrobisnis
mangga. Yogyakarta(ID).Gajah Mada University press.

Moenandir J. 1985. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Rajawali

Sastrosayono, S.2007. Budi Daya Alpukat. Jakarta(ID): Agromedia Pustaka.

Setyamidjaja, D. 2006. Budidaya alpukat. Yogyakarta(ID): Kanisius.

Sianturi, H. 2001. Budidaya alpukat. Fakultas Pertanian USU, Medan.

Syamsulbahri, 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Jakarta(ID) UGM

Anda mungkin juga menyukai