Anda di halaman 1dari 328

Arc 4 Towards the School

Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain


Arc 4 Towards the School
Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain

World Teacher -Isekaishiki Kyouiku Agent-


Arc 4 Towards the School (Menuju ke Sekolah)

Genre : Action, Adventure, Comedy, Drama, Fantasy, Harem, Martial Arts,


Romance, School, Life, Shounen, Supernatural
Ditulis oleh : Kouichi Neko
Ilustrasi oleh : Nardack

Versi Indonesia dipersembahkan oleh:

Penerjemah : I-Fun Novel


Editor : I-Fun Novel
PDF Creator : Revenalt (MonSubs Project)

Dilarang Keras memperjualbelikan atau mengkomersialisasikan karya ini tanpa izin dan
sepegetahuan Pemilik Hak Cipta secara Legal.

Buku ini semata-mata dibuat untuk kepentingan pribadi atau peminat seri ini. Saya tidak
bertanggung jawab atas hak cipta buku ini.

Update Terbaru Kunjungi : I-Fun Novel


FanPage : I-Fun Novel
Arc 4 Towards the School
Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain
Arc 4 Towards the School
Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain
Arc 4 Towards the School
Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain

Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain


Bagian 1

---Sudut pandang Emilia---

Erina-san, ibu kami, sudah meninggal.

Kemarin, kami kembali ke rumah setelah menyelesaikan pemakaman. Hanya saja,


suasana didalam sangat sunyi seolah-olah semua api telah padam karena angin
yang berhembus kencang.

Sirius-sama berperilaku seperti tidak ada apapun yang terjadi, namun dari
pandanganya, dia seakan berada ditempat lain. Ini tidak mengherankan, seseorang
yang mengawasinya sejak lahir sudah meninggal. Dia pasti merasa lebih sedih
daripada kami semua.

Meski begitu, Sirius-sama berinisiatif merapikan kamar Erina-san dan membimbing


kami, yang berkabung, dengan memberi perintah. Dia sungguh kuat.

Dee-san masih sama seperti sebelumnya, walaupun agak bermasalah dengan


pengapian ketika memasak. Namun tetap saja dia bergerak menangani pekerjaan,
membuatku akhirnya bertanya apakah dia baik-baik saja tanpa ragu. Sambil
tersenyum agak pahit, dia berkata 'sudah terbiasa tentang hidup dan mati sebagai
seorang petualang'. Aku juga setuju, diriku mampu berpikir tenang mungkin
karena pernah menyaksikan ayah dan ibuku meninggal di depan mata.

Ini pasti apa yang disebut 'membiasakan diri', tapi aku tidak ingin terbiasa dengan
hal seperti itu.

Reus dan onee-chan sangat mudah dimengerti.


Arc 4 Towards the School
Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain

Setelah kembali dari pemakaman mereka menangis dan tertekan sepanjang


waktu. Tapi, di pagi harinya, keduanya berlarian mengelilingi kebun. Aku pikir
perasaan itu pada akhirnya akan meledak, mereka berlari sambil meneriakkan
nama Erina-san dan mengucapan terima kasih padanya.

Untuk mampu menumpahkan perasaan dengan berani, itu sedikit membuat iri.

Sarapan akan segera tiba, semoga saja suasana menjadi lebih ringan.

Sedangkan diriku, berdiri di depan kamar Sirius-sama.

Kalau ini jadwal biasanya, kami akan dipanggil untuk berlarian di kebun pagi-pagi
sekali, tapi hari ini aku belum menangkap sosoknya, apalagi bicara. Kupikir dia
mungkin masih tidur di kamar.

Dulu, aku sering terbangun di tengah malam setelah memimpikan kedua orang
tuaku, dan takut untuk kembali terlelap. Sirius-sama pasti terjaga dan tidur
terlambat karena hal yang sama. Aku terselamatkan berkat dirinya, jadi kali ini,
akulah yang akan menyelamatkannya.

....Tak ada jawaban, walaupun sudah mengetuk berkali-kali.

Tanpa reaksi apapun, aku memutuskan membuka pintu setelah menyiapkan diri.

"Selamat pagi, Sirius-sa....ma?"

Aneh, dia tidak ada disini. Pakaian yang Sirius-sama gunakan sebagai piyama
dibiarkan begitu saja di kasur, tapi tak ada jejak kalau dia keluar lewat pintu.
Alasan kenapa aku mengetahui itu adalah karena ras serigala perak memiliki indra
penciuman yang tajam.
Arc 4 Towards the School
Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain

Tidak mencium apa pun di sekitar pintu, aku lalu menghampiri kasur dan
mendekatkan wajahku ke piyama. Sepertinya ini sudah lama dilepas karena
suhunya agak dingin.

Kemana bau ini mengarah....

"....Ah?!"

Tidak, tidak*, aku secara tidak sadar memeluk piyama Sirius-sama. Baunya terlalu
memikat, ya.
[Lucu ya. Dia bilang "Ikenai ikenai" XD]

Saat mencoba mengikuti baunya, itu mengarah ke jendela. Apa dia keluar lewat
sana? Sirius-sama mungkin pergi untuk berlatih di puncak gunung dan akan
kembali untuk sarapan pagi, jadi sebaiknya aku membantu Dee-san.

Fakta bahwa aku mencium piyamanya sekali lagi sebelum pergi adalah sebuah
rahasia.

Hal yang serius terjadi.

Sudah waktunya sarapan pagi, namun tak peduli berapa lama aku menunggu,
Sirius-sama belum kembali juga. Dia biasanya akan pulang dengan melintasi langit.

Saat pergi ke ruang tamu dan mengatakan hal ini, wajah Reus dan onee-chan yang
usai berlatih, memucat.
Arc 4 Towards the School
Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain

"Itu buruk~!! Dia pasti melampiaskan seluruh perasaannya dari kehilangan Erina-
san dan berkeliaran dilangit!!!"

"Aniki sedang menghadapi sesuatu! Sial, aku akan membantunya segera!!"

"Kalian berdua, tenanglah"

Sirius-sama akan baik-baik saja melawan apapun. Hanya saja, firasat menjijikkan
terus lahir satu demi satu. Meski ini tidak mungkin, seandainya Sirius-sama juga
pergi seperti Erina-san, kami....aku....

"....Apa yang sedang kalian ributkan?"

Menoleh ke arah suara itu berasal, matahari kami, Sirius-sama, ada di sana.

Meskipun diriku tahu....

Meskipun diriku sungguh tahu....

Tanpa bisa melepaskan rasa buruk itu, aku langsung melompat ke dadanya. Reus
dan onee-chan juga ikut. Semua orang cemas karena Erina-san telah pergi.

Sirius-sama mungkin mengerti situasinya, dia mulai menggaruk kepala.

"Aku menyesal karena membuat kalian khawatir. Aku pulang terlambat karena
mampir sejenak untuk melihat kuburan kaa-san"

"Tidak, tidak, mohon maafkan kami karena menunjukkan sesuatu yang


memalukan"

"Tidak masalah jika aniki aman"


Arc 4 Towards the School
Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain

"Kalau begitu, ayo semuanya"

Dengan ajakan Dee-san, sarapan kami dimulai.

Hanya saja, sebelum sempat meraih hidangan, Sirius sama menepukkan kedua
tangannya untuk mengumpulkan perhatian. Dia kemudian tiba-tiba menunduk.

"Aku pikir kalian sudah tenang, jadi aku akan mulai dengan meminta maaf kepada
semua orang"

Apa yang dia maksud adalah karena terlambat untuk sarapan? Tidak perlu
meminta maaf kepada para petugas untuk sesuatu seperti itu....mulutku ingin
memberitahukannya, tapi ini mungkin berbeda.

"Sebenarnya obat yang diminum kaa-san adalah sesuatu yang disiapkan olehku.
Aku membuat itu setelah menjelaskan efek-efeknya, tapi aku merasa harus
menjelaskan ini kepada semua orang. Maaf"

Dia pun menunduk untuk kedua kali. Tentu saja, Sirius-sama tidak perlu meminta
maaf karena itu adalah suatu hal yang Erina-san putuskan sendiri. Walaupun agak
disesalkan ketika dia tidak membahasnya juga dengan kami.

"Tolong angkat kepalamu, Sirius-sama! Kemungkinan besar yang terjadi masih


akan sama, bahkan jika kami tahu"

"Ya, aniki. Sebaliknya, kamilah yang harus meminta maaf karena tidak dapat
melakukan apapun"

"Kita tinggalkan saja sebagai kesalahan dari kedua belah pihak"

"Ya, Dee-san benar~! Kedua belah pihak harus disalahkan, kedua belah pihak!"
Arc 4 Towards the School
Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain

"....Agak melegakan ketika kalian mengatakan begitu"

Entah bagaimana berhasil membuatnya mengangkat kepala, kamipun menarik


napas lega. Sepertinya Sirius-sama masih memiliki sesuatu yang ingin diutarakan.
Kamipun bersiap untuk mendengarkannya.

"Aku akan mengucapkan ini dengan tegas. Pastinya aku merasa sedih karena kaa-
san, Erina sudah pergi. Namun dia meninggal setelah berkata bahwa dirinya sangat
puas dan bahagia. Kalian ingat wajahnya saat itu?"

Semua orang mengangguk. Aku juga ingat wajah Erina-san, dan itu masih terpatri
dengan jelas. Senyuman cerah yang takkan membuatmu mengira dia akan pergi ke
tempat yang sangat jauh.

"Aku tidak bersedih kepada seseorang yang meninggal dengan sangat puas.
Sebaliknya, dia sangat bahagia hingga membuatmu merasa iri, ya kan?"

Erina-san yang sudah tiada lagi memang menyedihkan, tapi ketika wajahnya
melintas di pikiran membuatku merasa sedikit ringan. Un....Ini adalah pemikiran
yang tidak-tidak, tapi aku juga ingin mati sambil tersenyum seperti dia.

"Selain itu, ada segunung hal yang aku dapatkan darinya. Hari-hari dihabiskan
dengan penuh kasih sayang dan kegembiraan, semuanya hidup dalam diriku.
Kalian juga memperoleh sesuatu dari Erina, kan?"

"Iya, Erina-san memberiku banyak hal. Dan itu sekarang tinggal di hatiku"

"Begitupun diriku"

"Aku! Kepalaku sering ditepuk oleh Erina-san!!"

"Aku juga diberi banyak hal oleh Erina-san~"


Arc 4 Towards the School
Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain

Dia mengajari berbagai pengetahuan. Tidak hanya teknik seorang petugas,


terkadang juga memberi nasehat saat diriku tidak tahu harus berbuat apa dan
merupakan panutanku. Tanpa adanya Erina-san, aku pasti sudah akan menangis,
bahkan tidak tahu bagaimana harus berbicara dengan Sirius-sama.

Semua yang aku terima darinya, tertanam di kedalam diri ini.

"Jadi....aku takkan berkabung lagi. Langkahku akan terus berpijak kedepan, hidup
dengan cara yang tidak membuat kaa-san merasa malu"

Ketika dia mengatakan itu, Sirius-sama tersenyum tanpa menunjukkan sedikitpun


rasa suram. Ini bukan hal yang tidak berperasaan, melainkan dia memanglah orang
yang kuat.

Terus maju membawa suka dukanya.

Sungguh orang yang hebat dan tak dapat diduga. Kami juga harus melakukan yang
terbaik.

"Masih lama sebelum kita beranjak pergi dari sini, ada banyak hal yang harus
dilakukan. Semua orang, aku ingin kalian mengikutiku"

""""Ya!!!""""

Tidak peduli apa yang terjadi, aku akan mengikutimu.

Arc 4 Towards the School


Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain

Setelah itu, seusai sarapan dan menyiapkan teh, Sirius-sama tiba-tiba memanggil
Dee-san.

"Dee. Bukankah kau memiliki sesuatu yang perlu dilakukan?"

"....Baiklah"

Dee-san berdiri dengan ekspresi kaku dan berjalan menuju onee-chan. Sambil
kaget dengan aksi mendadak itu, onee-chan juga berdiri.

"....Noel"

"Ada apa?"

"Me....Menikahlah denganku!"

"Heh?"

....HHAAAAA?!?!

Aku mengeras, meski bukan orang yang terlibat.

Onee-chan masih membeku. Dee-san mendadak meraih tangannya dan


meletakkan cincin disana. Sangat indah, itu permata yang bersinar biru.

"A....uh....itu....aku....?"

"Ya kau"

"Tapi....aku dari ras binatang, kau tahu....?"


Arc 4 Towards the School
Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain

"Aku tidak peduli. Aku....jatuh cinta padamu. Aku tidak akan berkata ini demi
Erina-san, namun aku pasti akan melindungimu. Jadi, tolong....beritahukan
jawabanmu"

"....Aku....Iya. Aku....mau menjadi istri Dee-san...."

Onee-chan tersenyum dan menempel padanya sambil meneteskan air mata. Dee-
san dengan canggung memeluknya juga.

Uwaa....Uwaa....Romantisnya....

Aku juga ingin dilamar seperti itu suatu hari nanti. Tentu saja, pasanganku
adalah....

"Apa?"

Tunggu, tunggu, aku seorang petugas. Ini sudah cukup dengan bisa berada di
sisinya. Jika dia memelukku suatu hari nanti, aku akan puas.

"Noel, Dee. Selamat"

"Kau berhasil, Dee-nii!"

"Selamat!"

"Terima kasih...."

"Sirius-sama, semuanya....terima kasih~"

Erina-san meninggal, tapi kami senang.

Jika memiliki Sirius-sama dan semua orang, kami bisa terus tersenyum.
Arc 4 Towards the School
Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain

Erina-san....semua orang baik-baik saja sekarang.

Jadi....tolong terus awasi kami.

Bagian 2

---Sudut pandang Sirius---

Astaga, aku tidak tahu berapa tahun yang dibutuhkan untuk sampai ke titik ini, tapi
akhirnya Dee mengutarakan itu sendiri.

Noel takut untuk mengakuinya, karena dia merasa tertekan telah terlahir sebagai
seorang dari ras binatang dan mantan budak, jadi itu semua adalah rintangan awal
yang harus Dee hadapi. Kata-kata terakhir kaa-san mungkin telah memberikan
dorongan bagi Dee untuk membuat keputusan. Mulai saat ini dia akan melindungi
Noel. Membuatku merasa lega, bahkan jika kami meninggalkan rumah dan
berpisah.

Ah, tidak, daripada memperhatikan keduanya berpelukan, aku harus membaca


suasanannya. Dengan menepuk bahu Emilia, yang melihat dengan ekspresi
merona dan Reus, yang tampak senang, aku membimbing mereka keluar
menggunakan isyarat tangan. Kami pun diam-diam menyelinap keluar dari ruang
tamu.

"Aku senang. Benar-benar senang, onee-chan"

"Ini pertama kalinya aku melihat wajah sebahagia itu dari Noel-nee"
Arc 4 Towards the School
Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain

"Apa kalian ingin membuat keduanya lebih bahagia? Sebenarnya, aku memiliki
suatu rencana...."

Untuk anak-anak yang duduk di kebun dan berbagi kesan mereka tentang hal
barusan, aku melontarkan suatu saran. Mendengar itu, mereka melonjak dipenuhi
motivasi.

"Aku mau. Ayo kita lakukan itu, Sirius-sama!"

"Aku juga akan bekerja keras! Beritahu aku apa yang harus dilakukan, Aniki!!"

"Reus, kau akan mencari bahan-bahannya. Pergilah mengumpulkan buah-buahan


termasuk Apu, dan unggas berukuran sedang. Kembalilah sebelum siang hari"

"Mengerti!!"

Anak itu masuk ke kamarnya melalui jendela, dan setelah bersiap, dia melesat
menerobos hutan. Baginya, rimbunan pohon disekitar sini seperti halaman
belakang. Jadi bahkan jika sendirian, dia mungkin akan kembali dengan hasil yang
diharapkan.

"Emilia, aku ingin kau menyiapkan suatu pakaian. Aku akan menjelaskannya sambil
kita kembali"

"Baiklah"

Aku pergi dengan Emilia ke kamarku, lalu mengambil pena dan kertas untuk
menggambar sketsa kasar dari pakaian yang dimaksud.

"Renda-renda ini harusnya sudah membuatnya terkesan cukup manis. Kalau


waktunya terlalu sedikit, aku ingin kau setidaknya menjahit dengan kain yang
digunakan Erina"
Arc 4 Towards the School
Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain

Yang aku minta adalah gaun pengantin. Dekorasi seperti manik-manik atau
pakaian berlapis banyak tidaklah mungkin tercipta hanya dalam setengah hari.
Namun lain lagi jika menambahkan kain atau renda pada pakaian yang sudah ada.
Seharusnya akan terlihat bagus.

Dia mulai mengerti seusai aku menjelaskan sampai sejauh itu.

Yang ingin aku lakukan adalah mengadakan upacara pernikahan untuk Noel dan
Dee.

Memang tak ada tamu yang akan hadir selain kami, tapi aku ingin meninggalkan
pengalaman seperti ini sekali seumur hidup dalam ingatan mereka. Terutama apa
yang dikenakan, gaun pengantin sangatlah penting.

"Serahkan itu padaku, aku akan menyelesaikannya secara sempurna dan tepat
waktu"

Jawabannya sangat bisa diandalkan.

Aku akan bertugas memasak. Aku agak menyesal karena beban terbesar
diserahkan padanya.

"Haa....onee-chan akan memakai ini, ya. Betapa beruntungnya...."

Um....Ini bukan saatnya melihat ilustrasi yang aku gambar sambil termenung, kan?
Aku bukannya tidak merasakan kekagumanmu tapi....entah kenapa
kekhawatiranku muncul.

Arc 4 Towards the School


Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain

Emilia kembali ke kamarnya dan mulai membuat pakaian, sedangkan diriku beralih
ke dapur dan memasak.

Masalahnya ada pada gaun itu. Sambil membuat persiapan, aku memikirkan cara
untuk mengatasi persoalan ini. Kami tidak bisa begitu saja menyuruh mereka
untuk membantu....tidak, tunggu dulu. Jika dipikirkan lagi, di duniaku dulu ada
orang yang membuat gaun pengantin mereka sendiri, jadi bukankah bagus jika
mereka dapat membantu?.

Awalnya aku berpikir untuk membuat ini sebagai kejutan, tapi akan sangat
menyedihkan jika apa yang mereka kenakan memiliki ukuran yang salah atau
berujung pada hasil aneh lainnya. Haruskah aku berbicara pada mereka terlebih
dahulu?.

Akan merepotkan untuk masuk tiba-tiba dan menemukan suatu adegan yang
memalukan, jadi aku mencoba merunduk agar tidak ketahuan sambil mengintip ke
ruang tamu.

Keduanya sedang duduk di sofa sambil meringkukkan bahu mereka dalam suasana
mendamaikan hati. Dilihat dari kejauhan, terbungkus dalam udara penuh
kemesraan, mereka pasti sudah berciuman. Ketika aku dengan ringan mengetuk
pintu, keduanya secara sontak memisahkan diri dari satu sama lain.

"Aku merasa tidak enak dengan hal ini, hanya saja, bolehkah aku mengganggu
kalian sebentar?"

"Y-Y-Y-Y-Ya~~!! Uhh, jangankan sebentar, kau bisa mengatakannya kapanpun kau


mau...."

"Ja-Jadi....apa itu?"
Arc 4 Towards the School
Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain

Oh, oh, sangat merona, betapa polosnya. Aku bisa menggoda mereka sedikit lebih
lama, namun waktunya sudah mepet. Akupun membuat penjelesan singkat
tentang upacara pernikahan itu.

"Demi kami?....Terima kasih banyak~!!"

"Benarkah....apa ini tidak apa-apa?"

"Kami lah orang yang ingin melakukan sesuatu. Hanya saja, aku merasa buruk
karena membuat kalian harus membantu dalam persiapannya, meskipun ini
adalah pernikahan kalian sendiri. Jika Noel bebas, aku ingin kau menolong Emilia"

"Baiklah~!! Pernikahan~, gaun pengantin~....ufufu~"

Dia mungkin sedang membayangkannya ketika menuju ke tempat Emilia sambil


melompat-lompat. Bersemangat dalam keadaan seperti ini membuatku lebih
khawatir.

"Nah, selanjutnya Dee, tapi...."

"Aku akan menulisnya"

Dengan buku catatan dan pena di tangan, dia berdiri dengan wajah penuh harap.
Mungkin mengerti bahwa aku akan membuat sebuah hidangan baru. Benar juga,
dia sangat serakah pada persoalan makanan.

"Tidak apa-apa, kau tidak diizinkan untuk membantu dalam hal itu. Karena ini
pernikahanmu"

"....Sangat disayangkan, tapi aku mengerti. Aku akan menerimanya untuk hari ini"
Arc 4 Towards the School
Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain

Terlepas dari masalah gaun, aku belum mau menyerah dalam hal membuat
hidangan. Ini hanya lima orang, bukan masalah besar jika makanan yang paling
sulit bisa diselesaikan terlebih dahulu.

Akupun menuju dapur bersama Dee.

"Pertama adalah kue"

Kue tidak bisa dipisahkan dalam acara pernikahan. Aku akan menyiapkan beberapa
hidangan lain, hanya saja hidangan unggas masih perlu kepulangan Reus dulu. Ayo
mulai dengan membuat kue pertamaku di dunia ini.

"Kue?! Hal semacam itu....Sirius-sama sungguh akan membuat sesuatu yang hanya
disiapkan untuk bangsawan kelas atas?"

"Aa, ya Jadi kue itu sangat mewah, ya"

Ini adalah makanan lumrah di duniaku dulu, tapi sangat berharga disini. Menurut
informasi yang aku kumpulkan dari buku-buku, kue di dunia ini tampaknya
sederhana tanpa rasa yang menonjol.

Mencampurkan gula ke dalam adonan roti, memotong roti yang telah dipanggang
menjadi bentuk kue melingkar, dan diberi beberapa buah di atasnya. Terdengar
seperti lelucon, tapi hanya itu. Tampak sederhana jika dilihat sekilas, namun dari
sudut pandang orang jelata, hal ini terlalu menghabiskan banyak gula yang bernilai
tinggi. Mereka lebih memilih memproduksi roti secara massal daripada membuat
kue.
Arc 4 Towards the School
Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain

Para bangsawan memiliki tradisi menumpuk potongan kue, ketinggiannya


dijadikan semacam simbol yang melambangkan kekayaan. 'Apa-apaan
itu'....begitulah yang aku pikirkan secara serius setelah mengetahuinya.

Tentu saja, aku tidak akan membuat kue aneh seperti itu. Aku berencana
menciptakannya dari awal dengan menggunakan adonan mentega dan telur,
whipped cream* sebagai pelapis, dan memberikan berbagai warna dari buah-
buahan yang Reus akan bawa kembali nanti.
[Krim kocok. Dari lemak susu yang dikocok hingga kental]

Yang paling penting adalah proses pemanggangan. Karena tidak ada alat mudah
seperti oven, aku saling menempelkan sekat-sekat besi dan menciptakan sebuah
kotak yang mampu menahan temperatur tinggi. Tingkat panas dan durasi
pemanggangan belum bisa dipastikan karena ini adalah usaha pertama. Aku harus
sangat berkonsentrasi.

Dee yang berada disampingku menghafal seluruh langkah sambil sungguh


terfokus.

Tiga puluh menit berkonsentrasi, dasar-dasar dari kue pun selesai dengan lancar.
ketika aku akan melanjutkan dengan melapisi whipped cream, suara Reus bergema
dari luar.

"Anikiii!!! Aku sudah mendapatkannyaaaa!!!"

"Kerja bagus....tunggu, berapa banyak yang kau bawa?!*"


[Aku ato penerjemah Englishnya kagak tau kalimat apa yang pas. Siapa Donsuke??
Atau apa itu Don Daigake?? Bingung. Kalimatnya berupa tsukkomi sih, jadi ngikut
english aja kayak gitu]

Kau terlalu bersemangat! Di kedua genggaman, dia membawa enam unggas


tampak seperti bebek. Sedangkan dipunggungnya, tas itu seolah akan
Arc 4 Towards the School
Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain

membeludak karena isinya yang terlalu penuh dengan buah-buahan. Tidak peduli
bagaimana kau melihatnya, itu untuk sepuluh orang, bukan lima. Ini mungkin
disebabkan karena aku tidak menentukan jumlahnya. Sekarang aku sangat paham,
Reus tidak bisa dibiarkan bertindak sesuai naluri.

Pada akhirnya, bahan yang tidak dapat kami gunakan bertambah, masalah menjadi
semakin sulit melebihi perkiraan.

Sore hari tiba, upacara pernikahan Noel dan Dee diadakan pada ruang tamu yang
telah di dekor ulang.

Aku berdiri di atas panggung sederhana sambil mengenakan jubah untuk


memainkan peran sebagai pendeta atau pastor. Sedangkan Dee mengenakan
pakaian bagus, dan menunggu Noel dengan gelisah.

"Dee-nii, tenanglah. Noel-nee tidak akan melarikan diri"

"Aa....aku mengerti itu"

Melipat lengan, menggaruk kepala, dia benar-benar gugup. Mungkin karena


merasakan sensasi upacara pernikahan yang sesungguhnya, kau tidak dapat
berbuat apa-apa disaat seperti ini meskipun selalu tenang.

Sementara aku mengamatinya dengan tatapan hangat, pintu bergerak terbuka.


Noel muncul darisana, mengenakan gaun pengantin buatan sendiri.

"Maaf untuk membuatmu menunggu, Sirius-sama~"


Arc 4 Towards the School
Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain

Emilia memegangi tangan disampingnya dan tersenyum penuh kepuasan.

Ini pertama kali aku melihat dia memakai gaun, namun penampilan Noel sebagai
seorang pengantin sangatlah cantik. Yah, memang tidak berkilauan ataupun
menonjol dibandingkan dengan duniaku dulu, tapi untuk sesuatu yang dibuat
dalam keadaan darurat, itu sungguh menakjubkan. Benang yang saling
menghubungkan, ornamen-ornamen dengan memanfaatkan tonjolan pada kain,
ini adalah karya indah yang menggunakan pengetahuan dari Erina.

Maju selangkah demi selangkah tanpa mengucapkan sepatah katapun ke arah


Dee, Noel tersenyum saat mereka saling berhadapan.
Arc 4 Towards the School
Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain
Arc 4 Towards the School
Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain

"Bagaimana~? Apa aku terlihat cantik?"

"Aa....sangat cantik"

Tercengang dan merasa malu, dia benar-benar terpesona olehnya.

Tangan yang digenggam Emilia kemudian diserahkan kepada Dee. Pasangan ini lalu
berpaling ke arahku. Rasanya, bagian dalam hidungku serasa gatal ketika melihat
mereka berdua berdiri didepanku. Entah bagaimana aku merasa bagaikan seorang
ayah yang memberikan putrinya.

Tidak, ini bukan saatnya untuk merasa sentimen. Aku harus menjadi pendeta
dengan benar.

"Kalian berdua yang berada disini"

"Iya. Kami akan memberikan janji suci pernikahan kepada dewa, kan?"

Pernikahan di sini nampaknya terdiri dari mengundang kerabat dan kenalan,


membuat sumpah kepada dewa melalui pendeta di depan semua orang, dan
setelah itu berpesta ria....itu memang bagus. Tapi aku berencana untuk
melakukannya seperti di duniaku dulu.

"Aku akan menanyakan ini kepada kalian berdua terlebih dahulu. Ada cara lain
dalam melakukannya di budaya lama. Boleh aku menerapkan itu?"

"Sirius-sama yang menyiapkan pernikahan ini. Aku akan menyerahkannya


padamu"

"Aku juga~. Karena aku merasa seperti Sirius-sama akan menjadikannya sebagai
sebuah upacara yang indah"
Arc 4 Towards the School
Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain

"Terima kasih. Kalian berdua hanya perlu menjawab pertanyaanku"

Aku pernah mendapat izin menyamar sebagai pendeta dalam operasi mata-mata,
namun tidak pernah menyangka harus menjadi yang sungguhan. Aku benar-benar
berterima kasih kepada pengalaman masa lalu, karena itu membuatku ingat apa
yang harus diucapkan. Aku akan mencampurkan ini dengan sedikit gayaku.

"Kita berkumpul di sini untuk bergabung bersama Deemas dan Noel. Dewa* yang
menyaksikan upacara pernikahan kedua insan ini, terimalah sumpah mereka.
Sebelum kita mendengarnya, aku akan bertanya kepada para tamu yang
berkumpul"
[Aku menggunakan kata "Dewa". Lebih cocok sama kesan fantasy ketimbang
tuhan]

"Apa itu?"

"Ada apa, Aniki?"

"Deemas dan Noel akan segera bersatu. Jika ada di antara kalian yang keberatan,
bicaralah sekarang"

"Tidak ada!"

"Pastinya, tidak ada!!"

Mata Noel mulai berkaca-kaca karena kata-kata mereka yang tegas. Memang tidak
mungkin ada keberatan, tapi ini hanya sekedar kewajiban.
Arc 4 Towards the School
Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain

"Tentu saja, aku juga tidak....Baiklah, mempelai pria, Deemas. Apakah kau akan
bersumpah untuk mencintai mempelai wanita, Noel dalam suka maupun duka,
dan mendukungnya sampai kematian memisahkan?"

"A....Aku....Aku bersumpah!!"

"Mempelai wanita, Noel. Apakah kau akan bersumpah untuk mencintai mempelai
pria, Deemas, dalam suka maupun duka, dan mendukungnya sampai kematian
memisahkan?"

"....Ya, aku bersumpah~!"

"Apakah kalian berdua akan berjanji untuk mengabdikan diri satu sama lain?"

""Aku berjanji!""

"Kalau begitu, mempelai pria, tolong berikan cincin pada mempelai wanita"

Aku menyajikan cincin dari batu mulia safir yang sebelumnya ku temukan kepada
Dee. Dia kaku karena gugup, tapi entah bagaimana berhasil memasangkan cincin
itu di jari manis Noel.

"....Aku, akan melakukan yang terbaik. Noel....Aku akan membuatmu selalu


bahagia"

"Tidak, aku juga akan melakukan yang terbaik. Aku akan mendukung Dee-san, jadi
tolong lindungi diriku"

"Ah....aku pasti akan melindungimu"

Mereka bertukar kata dengan cara yang menyenangkan, suasana tempat ini telah
memanas hingga maksimal. Kalau begitu, ayo kita menuju sentuhan akhir.
Arc 4 Towards the School
Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain

"Sekarang, kau diperbolehkan mencium sang mempelai wanita"

""Eh?....EEEHHHH?!?!?!""

Oh, kalian tidak bisa melakukannya? Baiklah, seperti saling memakaikan cincin,
ciuman itu adalah ritual penting, jadi akan bermasalah jika tidak dilakukan. Sambil
berdiri tanpa ekspresi, aku terus menekan pria ini dengan tatapanku.

Dee yang pada akhirnya bertekad meraih bahu Noel....dan merampas bibirnya.

"Kyaaa!!!"

"Oooooh?!"

Kakak beradik itu sangat ribut disana. Adegan ini harusnya sunyi, tapi aku akan
membiarkannya karena mereka anggota keluarga.

"Dari sekarang, kalian telah menjadi suami istri. Oh dewa, tolong sampaikan berkat
kekal kepada keduanya. Lalu, semua orang, silakan memberi ucapan selamat"

""Selamat!!!"""

Atas tepuk tangan para saudara dan kata-kata restu mereka, pasangan ini
menjawab sambil tersenyum.

"Terima kasih"

"Sirius-sama, Emi-chan, Reu-kun~....aku sangat senang....Terima kasih, sungguh,


terima kasih"

Upacara pernikahan mereka berakhir dalam bentuk yang indah.


Arc 4 Towards the School
Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain

Pada satu kursi tambahan yang berada tak jauh dari sini, kaa-san bertepuk tangan
dan mengirimi ucapan berkat-nya....atau seperti itulah yang aku rasakan....

Bagian 3

Setelah upacara selesai, ini waktunya menyantap hidangan.

Noel, meski warna yang dia kenakan tidak berbeda, setelah berganti menjadi
pakaian pembantu yang biasa, dia memakan masakanku.

"Nn~?....Seperti yang diharapkan dari Sirius-sama. Daging ini yang terbaik karena
sangat lembut dan memiliki rasa yang langsung meresap di lidah"

Kali ini aku membuat sesuatu seperti kalkun panggang. Sekarang memang bukan
natal, tapi memiliki kesan yang cocok untuk perayaan. Bahkan itu bagus karena
rasanya lebih enak daripada kalkun sungguhan. Setelah menyiapkan bahan,
merebus dengan saus khusus, lalu dipanggang dulu permukaannya, begitulah.

"Noel-nee, walaupun itu sangat cocok untukmu, kau sudah berganti?"

"Pakaian itu adalah sesuatu yang dibuat bersama Emi-chan dan diberkati oleh
semua orang. Aku ingin menghargainya, jadi aku tidak mau itu sampai kotor~"

"Itu benar. Lagipula, aku sangat senang untukmu, Noel-nee"

"Ya, terimakasih sekali lagi. Sirius-sama yang merencanakan dan memasak


hidangan, Emi-chan membuat gaunnya, Reu-kun berburu dan membantu
Arc 4 Towards the School
Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain

persiapan, sedangkan Dee-san menggandeng tanganku. Aku benar-benar orang


yang beruntung~"

Diiringi aura kegembiraan yang pulih sepenuhnya, Noel melenyapkan makanan


dengan kecepatan luar biasa. Apakah sifat dietnya berubah tergantung pada
mood? Kuharap berat badannya tidak bertambah karena menjalani kehidupan
harmonis.

"Onee-chan, meskipun kau sudah menikah dengan Dee-san, kau tidak mengubah
cara memanggilnya?"

"Benar juga. Hmm~.... Seperti yang diharapkan, aku harus melakukan 'itu' di sini,
ya?....Masakan Sirius-sama sangat lezat, kan, Sa~ya~ng~~"

"GUFUUU?!?!"

Dee yang awalnya makan disampingnya dengan sunyi dan malu-malu, secara
mendadak tersedak. Itu merupakan hal fatal baginya yang hanyalah seorang
pemula. Namun, serangan Noel belum berakhir.

"Ini, Sayang. Aann~~...."

"Oi....Noel"

Tampaknya pembatas kebagiaan Noel telah terlepas. Dia membawa garpu


tertusuk unggas panggang mendekati sang suami sambil tersenyum, menunggu dia
membuka mulut.

"....Baiklah"

"Sayang~~....Aku sungguh gembira~~"


Arc 4 Towards the School
Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain

Hmmmm, ruang yang dipenuhi tanda hati merah muda terbentuk mengelilingi
pasangan itu, hingga membuat pemandangan serasa terdistorsi. Emilia tampak
mengagumi mereka, sedangkan Reus agak mundur. Karena aku tidak keberatan,
kupikir ini baik-baik saja asal keduanya bahagia.

"Aniki, entah bagaimana aku kesulitan mendekati mereka, apa hanya aku yang
merasakannya?"

"Tidak, itu bukan hanya kau. Dunia untuk mereka sendiri telah tercipta, jadi
abaikan saja"

"Jika Aniki berkata begitu. Walaupun agak aneh melihat Noel-nee 'berwarna pink'"

"Haaaa....bagus sekali. Onee-chan, betapa indahnya...."

Kekaguman Emilia melampaui batas, dia mulai menggelengkan kepala sambil


menatap garpu yang menusuk pada makanannya.

"Tidak, itu tidak benar. Aku adalah petugas dan bukan istri, ini berbeda....Tapi,
karena aku akan menjaganya....Uun, tidak, tidak!!"

Halo, Emilia-san? Kau menyangkalnya sambil mengatakan ini dan itu, tapi garpumu
bergerak ke arah mulutku. Sementara terkagum sendiri melihat siswa yang tidak
memiliki kontrol diri, aku pikir diriku terlalu lunak karena tetap saja memakannya.

"Hehehe....aku bahagia...."

"Hah? Nee-chan juga mulai 'berwarna pink'. Ada apa ini?"

"Abaikan saja"

Kau akan mengerti setelah dewasa....mungkin.


Arc 4 Towards the School
Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain

Setelah menyantap hidangan, saatnya kue untuk muncul.

Meski teksturnya agak keras, ini sudah mirip kue yang ku tahu. Kecuali Dee,
ketiganya melihat krim yang dibentuk indah, dengan mata berbinar-binar.

"I-Ini kue~~? Sangat berbeda dengan yang aku lihat ketika bersama Aria-sama"

"Apa ini? Polanya sangat indah, tapi bagaimana cara membuat hingga bisa seperti
itu?"

"Menakjubkan!!!"

Ah, sial. Seharusnya aku memotong kue ini selama upacara berlangsung. Sekarang
memang belum terlambat, tapi mereka sudah berganti pakaian. Ketika
menyaksikan mata ketiga orang yang tampak bagai karnivora, aku menyerah.

"Fufufu, ini sedikit berbeda dari apa yang diharapkan, tapi aku yakin dengan cita
rasanya"

"""Yaay!!"""

Mendengar itu, ketegangan para ras binatang menembus puncak. Karena Noel dan
Dee merupakan pemeran utama, aku memberikan irisan yang lebih besar kepada
keduanya. Semua orang lalu dengan segera mengunyah kue.

"....Lezat. Jadi ini yang dinamakan kue....seenak dan semanis ini...."


Arc 4 Towards the School
Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain

"....Owaaa~~....ini yang terbaik~~~"

"Inih shahngatt lezwat Anikyu"

Aku senang mendapat pujian setinggi itu. Mungkin Reus berusaha mengatakan
'Sangat lezat, aniki!', namun jangan berbicara ketika mulutmu penuh. Aku memang
mencicipinya sedikit disaat membuatnya tadi, hanya saja memakan hidangan yang
sudah siap memberikan nuansa berbeda. Mungkin krimnya terlalu banyak, tapi
tidak berlebihan.

"Sayang~! Kau tentunya...."

"Aku sudah mencatatnya dengan sempurna. Lain kali aku akan mencoba membuat
ini"

"Kau yang terbaik, sayang~~!!"

Dialog seperti itu tetap tidak berubah bahkan setelah menikah, ya. Mereka pasti
akan menjadi pasangan suami istri yang harmonis karena memiliki kecocokan yang
bagus dan sudah lama bersama.

Dan begitulah, pesta kami berlanjut sampai larut malam.

Nah, sekarang....untuk sentuhan akhir.

Setelah membuat Emilia dan Reus tidur dengan obat bius, aku memanggil kedua
orang yang hendak meninggalkan ruang tamu.
Arc 4 Towards the School
Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain

"Kalian berdua, Emilia dan Reus tertidur karena ramuan yang aku diam-diam
berikan. Sedangkan aku akan tidur dengan penyumbat telinga. Jadi akan baik-baik
saja meski kalian membuat sedikit kebisingan"

"....Hah?"

"Eeh~?!"

"Juga, gunakan alat kontrasepsi sesuai kebutuhan. Kalau begitu, bersenang-


senanglah"

"Tu-Tunggu~!! Sirius-sama, dari mana kau mendapatkan pengetahuan itu....Ap---,


hei, Sirius-samaaa~~!!!!"

Aku sadar bahwa diriku terlibat terlalu dalam. Tapi, mereka sudah membuatku
kesal dari tadi. Sebut saja ini hukumannya*.
[Yah, kalimat terakhir jepangnya emank bukan begitu. Sungguh, karena bingung
kubuat aja kayak gini]

Nikmatilah malam pertama kalian dengan baik.

Pagi selanjutnya.

"Noel...."

"Sayang....aku mencintaimu~"

Dan....kemesraan mereka sudah berubah ke tingkat super.


Arc 4 Towards the School
Chapter 22 Sunny Happiness After The Rain

Chapter 22 berakhir disini

>Catatan penulis :
Jika 'Kebahagian' itu seperti ini....berarti aku berhasil. Ngomong-ngomong,
rangkaian kata sumpah pada upacara ini adalah apa yang diatur oleh tokoh
utamanya sendiri. Perlu diketahui bahwa ini berbeda dari yang asli.

>Catatan penerjemah :
Ada bagian mengharukan, ya. Terutama di bagian Sirius yang merasakan sosok
Erina menyaksikan mereka dari sebuah kursi kosong.....

....Sisanya....sungguh, beberapa kali aku ingin memasukkan reverensi (*) pada


beberapa bagiannya dan berkata [CUIH!!!!]....nerjemahin dua orang yg lagi mesra-
mesraan bikin gerah hati....napa aku masih jomblo -_- ....
Dan pertanyaan untuk kalian. Kenapa mempelai pria, Dee, dipanggil Deemas?? Apa
ini merupakan hal lumrah?? Maaf, aku sungguh gak tau
Arc 4 Towards the School
Chapter 23 Teacher

Chapter 23 Teacher
Bagian 1

Medria, satu dari sekian kota yang ada di benua Adroad.

Meski tidak sebesar kota yang memiliki kastil, namun berada ditingat ukuran
menengah dengan kerumunan orang berlalu lalang menyesakkan, itulah tempatku
berada sekarang.

Tujuanku adalah menjual permata dari Jewel Turtle.

Aku mencoba menjualnya di Serikat petualang dan toko-toko yang lebih besar, tapi
ternyata itu memang mustahil. Mereka takkan mau mendengarkan seorang bocah
yang tak jelas asal usulnya. Jadi agar identitasku tidak diketahui, aku memutuskan
untuk menjual ini menggunakan organisasi bawah tanah.

Salah satu organisasi yang berada di Medria, terutama menangani urusan ilegal,
Melissa.

Setelah mengumpulkan informasi di bar, aku berhasil masuk ke ruang bawah


tanah. Itulah markas besar mereka.

Begitulah, di sebuah ruangan yang hanya diterangi samar-samar oleh lilin, diriku
duduk di depan pria yang merupakan salah satu petinggi Melissa.

Pria itu botak, tanpa satupun helai rambut di kepalanya dan memiliki beberapa
bekas luka di wajah, seorang pria paruh baya yang tampak dipenuhi martabat. Dia
mencoba mengintimidasiku dengan otot-otot terlatih tanpa menyembunyikannya
sama sekali, tapi ini sangat remeh dibandingkan dengan Lior. Karena dia---tidak
menilai seorang anak berjubah dengan tudung di atas kepalanya---dari
penampilan, dia pasti pria yang sangat menghargai kemampuan pribadi.
Arc 4 Towards the School
Chapter 23 Teacher

Yah, kurasa wajar saja jika dia terus ingin menipu. Ketika aku pertama kali
menunjukkan barangnya, jumlah potongan emas yang diberikan hanyalah dua
puluh. Bila memperhitungkan harga pasar diluar, ini setidaknya bernilai lima puluh
koin. Ini perlu di diskusikan sebentar.

"Ini tidak masuk akal"

Dengan melempar tas berisi emas yang tadi diberikan kepadaku ke atas meja, aku
tertawa mencemoohnya. Seolah tak senang dan dengan sombongnya bersandar di
tempat duduk.

"Bukankah ini harga wajar?"

"Apa kau meremehkanku? Mustahil bagi anak yang tidak tahu harga pasar bisa
datang ke tempat ini, kan? Kalian ini seperti organisasi tingkat rendah yang menilai
orang dari penampilan atau apa?"

"Jika dilihat dari luar, memang begitu. Kami adalah organisasi yang mempunyai
sedikit pengaruh di kota ini dan tidak benar-benar memiliki masalah dengan uang.
Dalam kasus terburuk, kesepakatan kita akan batal"

"Kebohonganmu sangat jelas. Hal yang sangat langka semacam ini pastinya di
inginkan oleh dirimu dan organisasi lain, ya kan?"

"Hahaha, sepertinya kau mengerti. Namun....ada cara mendapatkannya tanpa


menggunakan uang, kau tahu?"

Bersamaan ketika lengannya terangkat, niat intens membunuh muncul dari


beberapa sudut di kegelapan.

"Kalau begitu....bagaimana?"
Arc 4 Towards the School
Chapter 23 Teacher

Pria itu menurunkan lengannya sambil mengambangkan senyum kejam, niat


membunuh di sekitar pun lenyap. Apa ini? Kau ingin berkata 'Aku bisa
membunuhmu dengan satu tanda'? Ekstrim, seperti yang diharapkan dari sebuah
organisasi bawah tanah.

"Semakin absurd. Jangan-jangan kalian berpikir aku mendapatkan ini secara


kebetulan ya?"

Aku menggunakan {Search} sambil mengetuk-ngetuk meja dengan ringan. Dari apa
yang kuketahui, ada dua orang di balik langit-langit, satu di sudut gelap kiri, dan
satu di sisi lain pintu di belakangku.

"Dua di langit-langit, satu di sudut, dan satu di belakang pintu. Termasuk dirimu,
totalnya lima orang. Jika kau bisa melawan Jewel Turtle hanya dengan jumlah
ini....datanglah padaku"

Kau tidak boleh membiarkan seseorang memandang rendah dirimu selama


negosiasi. Bahkan jika berada di posisi yang kurang menguntungkan, kalau kau
mulai mengeluh, mereka akan memanfaatkannya dan mengubah situasi ke jalur
yang mereka inginkan.

Bertindaklah keras sampai akhir, terkadang sengaja menunjukkan kelemahan juga


tidak apa-apa, itu akan membuat seseorang mendapat kondisi yang
menguntungkan. Masalah memang agak rumit ketika itu mengenai sisi gelap
dunia, tapi entah masa lalu ataupun sekarang, masalah kecil bisa diurus dengan
cara menyerang sambil bertingkah kuat. Inilah gaya utamaku.

"Ada apa? Kau memiliki dua orang di langit-langit yang siap melempar pisau dan
orang dibelakang akan mengakhirinya dalam satu tebasan, kan? Atau mungkin,
kau berniat menahanku, dan menyuruh mereka berempat menyerang secara
bersamaan?"
Arc 4 Towards the School
Chapter 23 Teacher

Ketika diriku melepaskan sedikit tekanan bercampur Mana, pria di depanku


meneguk ludah sambil berkeringat.

"Dengan melawanku, setidaknya organisasimu takkan tertinggal tanpa cedera. Jika


sudah begitu, organisasi lain akan berdatangan dan memanfaatkan celah yang
muncul"

Ketika selesai berucap, aku berhenti menekan dan mengeluarkan pisau mithril
untuk menunjukkannya pada pria ini.

"Hanya saja, aku sama sekali tidak tertarik dengan organisasimu. Yang kuinginkan
hanyalah menjual permata ini secara diam-diam. Boleh-boleh saja untuk
mengujiku, tapi bagaimana kalau kita langsung ke intinya?"

Orang-orang ini mencoba untuk membeli murah dan mengintimidasi hanya untuk
memeriksa. 'Apa dia layak melakukan bisnis dengan kita?' Mereka menggunakan
metode langsung untuk menemukan jawabannya. Sedangkan bagiku, mundur
setelah memberi tekanan, agar mereka lega, lalu memamerkan pisau mithril mahal
dan membuat mereka sadar bahwa aku bukanlah bocah biasa.

Mungkin orang-orang ini akan menyerah setelahnya.

"Kemampuan dan wawasanmu....aku telah sangat memahaminya. Aku minta maaf


karena melakukan hal seperti ini untuk mengkonfirmasi"

"Jangan khawatir. Itu merupakan langkah yang diperlukan selama kau tinggal di
dunia bawah. Kalau begitu, kau jadi membeli ini?"

"Ya, kami akan membelinya. Adapun harga....bagaimana dengan lima puluh koin
emas?"
Arc 4 Towards the School
Chapter 23 Teacher

Hmmm....lima puluh keping emas memang sudah cukup, tapi pria ini masih
berusaha memanfaatkanku.

"Permata ini berada dalam kondisi sempurna, sangat murni dan tanpa kecacatan.
Bila dijual pada sebuah pelelangan, harganya pasti tinggi. Seratus koin emas"

"Kau pasti bercanda. Hubungan kita bukan hanya membeli dan menjual barang.
Mengingat adanya masalah privasi, lima puluh lima koin emas"

"Namun, ini adalah batu mentah asli yang indah. Kalau diolah, para bangsawan
akan berdatangan untuk membelinya. Sembilan puluh koin emas"

"Kau tidak tahu seberapa banyak usaha dan waktu untuk mengolahnya, ya? Lima
puluh lima koin"

"Aku memiliki hobi kerajinan. Jadi harga setingkat itu kurasa masuk akal setelah
dijadikan perhiasan. Delapan puluh koin"

"Apa?! Begitu ya, luar biasa. Bagaimana dengan tujuh puluh lima koin?"

"....Setuju"

"Negosiasi selesai. Kalau begitu, aku akan mempersiapkan uangnya segera,


tunggulah dulu"

Yang kuberikan pada pria itu adalah sejenis kerajinan lampu, di mana aku
memasukkan potongan batu rubi mentah.

Ditaburi dengan permata kecil, masing-masingnya dituliskan lingkaran sihir yang


menciptakan sinar, {Light}. Seluruh bagian lampu akan bercahaya, kegunaan
utamanya memang hanya untuk memunculkan rasa kagum. Seorang bangsawan
yang memiliki suatu ketertarikan pada perhiasan unik pasti akan membelinya.
Arc 4 Towards the School
Chapter 23 Teacher

Memang butuh waktu dan usaha, namun tak menjadi sia-sia karena aku
menganggap proses pembuatannya sebagai latihan.

"Tujuh puluh lima koin emas. Kau mau memastikannya sendiri?"

"Tentu saja"

Bukannya tidak percaya, tapi tanpa mengecek suatu hal di organisasi bawah tanah,
malah membuatmu diragukan. Contoh saja, menempatkannya langsung ke saku
dada tanpa melakukan verifikasi mungkin terlihat keren, tapi dari sudut pandang
pedagang di dunia bawah, itu hanya membuat dirimu tidak layak diurus. Saat
berhadapan dengan uang dan barang, penampilanmu melakukan sesuatu
menunjukkan tingkat kepercayaan. Hanya saja, ini bukan sesuatu yang harus aku
katakan saat melakukannya, namun karena aku tidak berniat untuk bertemu
orang-orang ini lagi, itu mungkin sesuatu yang tidak perlu.

"Aku telah memastikannya, tujuh puluh lima koin. Kalau begitu, sekarang saatnya
diriku pamit"

"Ah, ini adalah negosiasi yang berharga"

'Kau sudah mau kembali?' Dia tidak berucap hal seperti itu untuk menghentikanku.
Hubungan kami bukannya dalam kondisi buruk, melainkan dia mengerti bahwa
aku berhubungan dengan pihak bawah untuk menghindari campur tangan orang
luar. Pada sudut pandang lain malah terkesan bagus, mereka memang termasuk
organisasi bawah tanah, namun dapat dipercaya selama kau mencapai
kesepakatan.

"Baiklah. Karena koin-koin emas ini sudah menjadi milikku, sebagai sebuah
organisasi, Melissa tak akan mengganggu dengan apapun, kan?"
Arc 4 Towards the School
Chapter 23 Teacher

"....Benar juga. Aku bersumpah bahwa Melissa takkan mencoba terlibat lagi, tak
peduli apapun yang terjadi"

"Aku akan terus mengingat kata-katamu itu"

Dengan cepat, aku meninggalkan ruang bawah tanah, keluar dari gang belakang
menuju jalan utama, dan menghembuskan nafas. Sudah lama sekali aku tidak
terlibat dengan dunia bawah, kelelahan mental ini membuatku bosan. Meski
begitu, berakhir dengan mendapat harga mahal, mungkin aku akan membeli oleh-
oleh untuk para penghuni rumah dulu dan pulang. Sambil berjalan melalui jalan
utama, aku membeli barang-barang yang menarik perhatianku.

Sebuah pita untuk Emilia, sarung tangan kokoh untuk Reus. Namun apa hadiah
pernikahan yang pas untuk Noel dan Dee, ya? Akan terlalu dini untuk keperluan
bayi, jadi mungkin sesuatu seperti liontin pasangan atau sejenis itu.

Setelah menemukan dan membeli apa yang aku inginkan, diriku pergi keluar kota,
menuju hutan terdekat. Memang tidak apa-apa untuk segera kembali, namun
sepertinya masih ada satu pekerjaan kecil yang harus dilakukan.

"....Keluarlah"

Dari gumamku, seorang pria berpakaian hitam menunjukkan dirinya.

Orang ini mengikutiku sepanjang jalan dari ruang bawah tanah. Aku mampu
merasakan beberapa kehadiran ketika menggunakan {Search}, yah, orang ini
adalah satu bagian dari orang-orang yang mengelilingiku sejak beberapa waktu
lalu. Ada beberapa kehadiran lain yang kutahu untuk pertama kalinya, tapi ini pasti
tidak ramah. Kurasa aku akan bergerak terlebih dahulu.

"Sepertinya bukan kebetulan kau bisa merasakan kehadiranku. Bagaimana kau


melakukannya?"
Arc 4 Towards the School
Chapter 23 Teacher

"Kau pikir aku ini bodoh? Lagipula, apa yang kau inginkan? Seharusnya aku
menerima uang melalui negosiasi yang tepat"

"Aku hanya berpikir jumlah itu terlalu banyak untuk bocah sepertimu. Jadi, orang
dewasa sepertiku datang untuk mengambilnya kembali"

Pria itu tersenyum serakah sambil menyodorkan pisau di hadapanku. Aku memang
mengira ini akan terjadi sampai batas tertentu, tapi hal terlalu mudah untuk
dimengertipun datang, ya....

"Agak aneh ketika kesombongan muncul dari bocah nakal, jadi aku akan
mengajarimu tentang dunia para orang dewasa. Biaya pendidikannya adalah uang
dan pisau berhargamu itu. Hal itu agak mengejutkan petinggi seperti diriku tanpa
bisa menahan"

"Boleh-boleh saja untuk mengajar, hanya saja kau merupakan orang yang tidak
memiliki keahlian untuk memegang pisau. Sadarilah kemampuanmu sendiri
dengan benar"

"Cih, bocah nakal yang membuat kesal. Oi, keluarlah kalian semua!!"

Pria itu mengangkat lengan, orang-orang pemberanipun....Tak satupun yang


keluar. Dia melihat sekeliling dengan rasa ingin tahu, mengangkat dan
menurunkan lengan beberapa kali, tapi tak ada yang terjadi.

"Sialan, orang-orang itu mengkhianatiku!!"

Tidak, tidak, mereka bukannya mengkhianatimu, mereka hanya tidak bisa datang.

Sementara kita berbicara, aku mendeteksi mereka semua dan menembak hingga
menembus kepala seluruh anggota. Kau dapat menemukan mereka pada bagian
Arc 4 Towards the School
Chapter 23 Teacher

bawah bayang-bayang rumput di sekeliling, mereka seharusnya berbaring disana.


Yang tersisa hanyalah dirimu.

"Cukup! Aku bisa melakukannya sendiri. Aku akan mengambil kembali uangnya
dan dipromosikan. Aku bosan tunduk oleh si botak itu meski lebih unggul darinya!"

Begitu ya, tujuannya bukanlah uang, tapi untuk meningkatkan statusnya di dalam
organisasi. Memang bagus untuk mencari kesuksesan dalam hidup, namun apa
kau lebih unggul dari pria itu? Orang ini sangat salah mengerti.

"Kenapa semua orang ribut hanya karena dia sedikit pintar. Bertindak lemah
lembut dihadapan bocah nakal, aku ingin tahu apa yang dia takuti!"

Kau kekurangan kemampuan untuk mengenali yang kuat. Paling tidak pria itu
memahami diriku sebagai orang yang kuat setelah memastikannya dan merespon
dengan sikap hormat. Di dunia bawah, bahaya akan selalu menghampiri lehermu,
jadi orang yang memiliki keunggulan dalam mengurus risiko akan bertahan. Ketika
kau belum mengerti, itulah akhirmu.

Atau lebih tepatnya, berakhir disini.

"Sampai sejauh ini kau belum paham. {Magnum}"

Sayangnya, aku bukan orang suci. Aku akan menyerang kembali jika diserang, dan
membalas perbuatan baik dengan hal yang sama. Karena orang ini jelas-jelas
mengincarku, biarkan aku melakukannya tanpa menahan diri. Aku mengubur
banyak orang sepertimu di dunia sebelumnya.

"Apa yang kau ocehkan---?!"

Peluru yang dilepaskan melewati otak, pria itupun meninggal tanpa mengetahui
alasannya. Kalau dipikir-pikir, ini pertama kalinya aku membunuh di dunia ini,
Arc 4 Towards the School
Chapter 23 Teacher

hanya saja....aku tak merasakan apapun. Aku tidak berniat melakukan hal yang sia-
sia, tapi ada kalanya harus kulakukan untuk bertahan hidup. Suatu hari aku akan
membiarkan para siswaku mengalaminya.

Jari yang kutunjuk turun. Aku lalu memeriksa situasi di sekitar, namun tak
menemukan tanda-tanda musuh.

Karena aku menghabisi seorang anggota, itu bisa dianggap sebagai tindakan
mengobarkan pertarungan pada organisasi tersebut. Beruntungnya, aku sudah
menerima janji dari pria itu, kali ini memang jelas bahwa orang disinilah yang
bertindak sendiri. Proses selanjutnya akan diurus oleh organisasi. Saksi mata juga
dibersihkan, jadi jika aku terbang tak ada, identitasku seharusnya tidak ketahuan.

Dengan begitu, diriku pulang sambil membawa setumpuk koin emas.

Bagian 2

"Selamat datang kembali, Sirius-sama"

"Selamat datang kembali, Aniki!"

Begitu sampai di rumah, para saudara yang sedang berlatih di kebun


menyambutku. Petunjuk masing-masing untuk pelatihan diputuskan, sehingga
mereka bisa berlatih secara mandiri bahkan tanpa adanya diriku di tempat. Sisanya
tergantung pada motivasi mereka, tapi melihat tingkat kelelahan keduanya,
tampak kalau mereka melakukan ini dengan serius.

"Aku pulang. Apa ada hal yang terjadi?"

"Tak ada yang khusus"


Arc 4 Towards the School
Chapter 23 Teacher

"Tak ada yang terjadi selain Noel-nee dan Dee-nii yang masih berwarna pink"

Bahkan setelah satu bulan berlalu sejak upacara pernikahan tersebut, pasangan ini
masih di surga. Mereka melakukan pekerjaan rumah dengan serius, namun saat
istirahat dan waktu makan, main matapun sering terjadi. Kehidupan dipenuhi cinta
memang hal yang baik, tapi ini membuat Emilia iri karena suasan penuh asmara.
Disisi lain, Reus mulai memiliki kesan negatif terhadap pernikahan hingga berkata
'Jika aku akan bersikap lembek seperti itu, mungkin lebih baik aku tidak perlu
menikah'.

Sebenarnya, ini agak mengganggu. Aku lalu meyakinkan Reus dengan menjelaskan
hal tentang pernikahan, 'Anggap saja itu sebagai penyakit yang sembuh seiring
waktu'. Sayangnya, aku tidak harus menghentikan kisah cinta pasangan suami-istri
ini walaupun itu bisa memberikan pendidikan yang salah, jadi belakangan menjadi
sesuatu yang perlu kuperhatian.

"Apa kalian berdua sudah selesai berlatih?

"Ya, aku telah menyelesaikan target harian. Hanya saja, bolehkah aku meminta
Sirius-sama mengawasiku nanti ketika menggunakan sihir nanti?"

"Aku juga selesai, dan ingin pergi ke tempat occhan* Lior"


[Sejenis sama Ojii-chan, yg artinya ya kakek]

"Baiklah, aku akan memikirkannya dulu. Untuk sekarang, aku ingin semua
penghuni rumah berkumpul, ada sesuatu yang perlu dibahas"

"Mengerti. Aku akan memanggil onee-chan, tempat berkumpulnya di ruang tamu


kan?"

"Aku akan membawa Dee-nii"


Arc 4 Towards the School
Chapter 23 Teacher

Melihat mereka membagi peran dan bertindak setelah membaca maksudku, aku
jadi agak berpikir emosional.

Emilia mulai menyerupai Erina, sedangkan Reus yang masih kekanak-kanakan


mulai berperilaku tegas. Waktu kami di sini hampir berakhir. Ketika mereka sudah
cukup mengumpulkan pengalaman, kakak beradik ini harusnya bisa melangkah
kedunia luar tanpa masalah.

Sambil merasa senang dengan pertumbuhan mereka, aku menuju ruang tamu dan
menunggu semua orang berkumpul.

"Ini adalah hasil hari ini"

Seiring dengan setumpuk koin emas yang jatuh di atas meja, mata semua orang
berubah menjadi titik-titik. Secara keseluruhan, koin emas berjumlah tujuh puluh
lima, sekitar tujuh setengah juta yen jepang. Nilai mata didunia ini mungkin
memang tidak normal.

"Me-Menakjubkan~~!!! Aku belum pernah melihat koin emas sebanyak ini~!!!"

"Awalnya, kupikir paling banyak adalah lima puluh. Tapi bisa sampai seperti ini...."

"Nee-chan, nee-chan, sepertinya aku tidak tahu apa yang hebat dari hal itu"

"Hmmm, apa kau mengerti jika aku berkata kalau satu keping ini bernilai dua puluh
koin perak?"

"Ooh! Sungguh menakjubkan! Tapi aku tidak butuh terlalu banyak"

Ini bukan uangmu, tapi kedua bersaudara ini memang tidak mengenal keserakahan
ya. Nah, mereka lahir di sebuah desa di mana uang tidak diperlukan, dari budak
Arc 4 Towards the School
Chapter 23 Teacher

mereka menjadi siswaku. Tanpa pernah pergi ke kota dan selalu tinggal di rumah
ini, aku kira kebutuhan tentang uang akan memudar....

"Aku rasa Emilia sudah mengerti. Baiklah, Reus, uang memiliki arti penting.
Contohnya, tanpa koin emas ini, kita tidak akan bisa bersekolah"

"Begitu ya! Berapa banyak yang dibutuhkan untuk sekolah?"

"Jika ingatanku benar, mungkin lima belas koin? Itu biaya yang mahal bagi
masyarakat biasa"

"Artinya, tiga orang masing-masing menghabiskan lima belas koin. Apa yang akan
Sirius-sama lakukan dengan sisanya, ada tiga puluh koin tertinggal kan?"

Sebenarnya, harga permata mula-mula adalah lima puluh koin, tapi aku terbawa
suasana dan menegosiasikannya terlalu banyak. Yah, itu tidak termasuk persoalan
karena ada uang, dan aku sudah memutuskan untuk menggunakannya dibagian
mana.

"Yah....Noel, Dee, apa kalian ingin menggunakan kesempatan ini untuk pergi juga
ke sekolah?"

"....Tidak~. Sebelumnya aku memang ingin pergi, tapi sejak menikah, aku tidak lagi
menyesalinya~"

"Bahkan jika uang ini membuat kalian dilindungi oleh sekolah, ini masihlah
diperlukan. Silakan gunakan sisanya untuk biaya hidup"

Saran ini kulontarkan setengah serius, tapi sesuai dugaan, mereka menolak. Nah,
setelah memeriksa di buku, sepertinya mayoritas diisi oleh anak-anak dan remaja
ketika mendaftar. Usia mungkin akan menjadi kendala.
Arc 4 Towards the School
Chapter 23 Teacher

"Kalau begitu, aku akan memutuskan penggunaannya. Dee, orang itu akan datang
lusa, benar kan?"

"Ya, harusnya begitu, lebih tepatnya pada siang hari"

"Sepertinya aku tepat waktu"

Bahkan tak sampai setengah bulan sampai kami diusir.

Meski begitu, tanpa menampilkan wajahnya, dan tak mengirim sepucuk surat pun.
Aku lalu memutuskan untuk memanggilnya ke sini sendiri.

Hanya akan timbul masalah jika aku membiarkan waktu berlalu. Aku ingin
menyelesaikannya sebelum pergi ke sekolah.

Lusa, aku akan bertemu ayah untuk pertama kalinya sejak kelahiranku.

Dan, hari itupun tiba.

Aku bertemu ayahku, Bardomyl Dorianus, di ruang tamu.

Aku menyuruh Dee berdiri di belakangku, sedangkan para ras binatang berada di
kamarku.

Nah, ini adalah pertemuan pertama dengan ayah, tapi keriput dan rambut
putihnya telah meningkat sejak terakhir kali aku melihat. Tubuhnya semakin
gemuk, jelas sekali dia menjalani kehidupan yang tidak beradab. Sepertinya dia
satu langkah menjauh dari tanda-tanda geriatri*.
Arc 4 Towards the School
Chapter 23 Teacher

[Geriatri itu pengetahuan tentang usia lanjut. Tapi yang dimaksud Sirius disini
adalah ayahnya itu semakin tua, semakin goblok. Gak peduli sama kesehatan dan
maunya cuma hepi-hepi -_- ]

"Senang bertemu dengan Anda untuk pertama kalinya. Namaku Sirius"

"Heh? Sopan, agak tak dapat dipercaya ketika tahu kalau kau adalah anak yang
lahir dari gadis kasar itu"

Dia segera melepaskan pukulan langsung kesebuah salam pertemuan. Bukankah


aku menyapamu? Jadi balaslah itu dengan sapaan juga. Dia tidak mengerti sopan
santun.

"Kau sepertinya baik-baik saja. Ngomong-ngomong, di mana pelayan itu?


Namanya seperti.... jika aku ingat, Erina?"

"Erina telah meninggal beberapa bulan yang lalu. Saat ini, aku bertindak sebagai
kepala rumah"

"Ahh, akhirnya jatuh juga. Dia memang kompeten dalam menjalankan tugas, tapi
menyebalkan karena sering khawatir pada gadis itu"

"Berkat Erina lah aku tumbuh dengan sangat lancar. Sebagai pelayan sekaligus
orang tua asuh, dia adalah wanita terbaik"

"Wanita terbaik? Dia mungkin telah mencuci otakmu sambil menanamkan rencana
untuk mengambil alih rumahku"

Dia sungguh pandai menyenggol saraf orang lain. Karena dilakukan secara alami,
ini bahkan lebih menjijikkan. Dee yang berdiri di belakangku menekan
kemarahannya dengan tubuh yang menegang. Sisi lain pintu juga terdengar ribut.
Arc 4 Towards the School
Chapter 23 Teacher

"Hentikan, Reus! Sia-sia saja bahkan jika kau pergi ke sana!"

"Biarkan aku pergi, nee-chan! Orang itu, orang itu berbicara buruk tentang Erina-
san!! Aku tidak akan memaafkannya!!!"

"Aku bisa mengerti kemarahanmu, Reu-kun~. Tapi sekarang Sirius-sama ada di


sana, jadi hentikan. Tolong, tahanlah untuk saat ini"

"Kuu....Sialan!!!"

Dialog seperti itu yang tertangkap telinga setelah aku memperkuat indra
pendengaran.

Meski aku menyuruh mereka menunggu di kamar, ini tidak berguna. Tolong, kalian
tahanlah Reus seperti itu.

"Agak ramai disini. Apakah ini ulah 'si bukan manusia' itu?"

"Tolong jangan pedulikan. Selain itu, alasan aku memanggil Anda ke sini...."

'Si bukan manusia', mendengar hinaan ini, amarah Dee semakin meningkat. Dia
memelototi ayah dengan sangat intens seolah-olah tatapan itu akan
membunuhnya. Namun, pria tua ini luar biasa karena tidak menyadarinya.

"Yah, lebih baik langsung ke topik. Kenapa kau memanggilku, orang yang penuh
kesibukan ini kemari? Sebaiknya ada alasan yang sesuai"

"Tentu saja. Alasannya adalah pembahasan tentang diriku yang akan


meninggalkan rumah ini. Hanya sampai setengah bulan lagi hingga waktu yang
dijanjikan tiba, tapi...."

Ketika aku mengatakan ini, wajah pria itu melengkung dalam ketidaksenangan.
Arc 4 Towards the School
Chapter 23 Teacher

"Tidak, sama sekali tidak! Sepertinya kau telah mendengar dari para petugas, tapi
pengusiranmu dari rumah ini telah diputuskan. Aku tidak akan menundanya lagi!"

"Bukan begitu. Setelah setengah bulan....atau mungkin lebih awal, aku tidak
keberatan dan sudah bersiap untuk meninggalkan rumah"

"Kalau begitu, kenapa kau harus merepotkanku dengan memanggil diriku kemari?"

"Sebenarnya, aku memiliki permintaan. Itu adalah sesuatu yang membutuhkan izin
Anda, tolong lihatlah ini dulu"

Aku mengambil tas yang dibawa oleh Dee, dan menumpahkan isinya ke atas meja.
Wajahnya diwarnai ketakjuban ketika menyaksikan itu.

"I-Ini....koin emas? Dan, jumlahnya juga lebih dari dua puluh?! Dari mana kau
mendapatkan semua ini?!"

"Karena keberuntungan, ini adalah uang yang aku tabung sejak beberapa tahun
lalu. Aku akan memberikannya untuk Anda"

"Ho-Hohou? Sikap yang cukup mengagumkan"

Begitu aku berkata akan memberikannya, dia segera mengumpulkan itu, dan
menaruh semua ke dalam kantong dadanya.

Tanganmu sungguh cepat.

"Meski aku berkata itu adalah pemberian, namun sebenarnya aku hanya
mengembalikan apa yang diriku pernah terima. Uang itu merupakan penebusan
dari jumlah yang Anda berikan kepada Erina untuk membesarkanku. Dia telah
meninggalkan catatan dengan rinci, jadi harusnya itu tidak kurang"
Arc 4 Towards the School
Chapter 23 Teacher

"Hmm, memang. Terdengar seperti suatu hal yang wanita itu akan lakukan"

"Aku sedikit menambahkannya karena aku menganggap tinggal dirumah ini


merupakan hal yang juga harus dihargai. Anggap saja impas, dan terimalah"

"Kalau begitu, jangan ragu untuk mengatakannya padaku. Apa permintaanmu?


Jangan katakan bahwa kau akan mulai menyemburkan omong kosong seperti ingin
menjadi kandidat pewarisku?"

"Tidak, aku sama sekali tidak tertarik dengan itu. Yang ingin aku minta adalah
untuk melepas nama Dorianus. Aku menginginkan kepastian bahwa diriku bukan
putra Anda lagi"

Diapun berhenti bergerak ketika mendengar sesuatu yang tak terduga. Yah, aku
memberinya uang dan meminta agar membuangku dari garis keluarga, jadi itu
tidak mengherankan.

Memang, disaat meninggalkan rumah ini, aku juga ingin meninggalkan segala hal
yang berhubungan dengannya.

Hanya saja, jika terus memiliki nama keluarga buruk dari orang ini, rasanya seperti
pada suatu saat aku akan dikelilingi oleh berbagai macam masalah yang
menyebalkan, jadi aku ingin memotong semua hubungan dengannya.

Itu sejauh aku ingin mendapatkan izin agar lepas dari si pemberi izin.

Aku tidak tertarik untuk menjadi seorang bangsawan, apalagi seperti dirinya yang
takkan bersifat kasar kalau tanpa keunggulan.

Lebih baik diriku hanya menjadi seorang Sirius.


Arc 4 Towards the School
Chapter 23 Teacher

"Kau ingin membuang nama Dorianus yang dibanggakan? Gelar bangsawanmu


juga akan menghilang"

"Aku menyadari itu. Kehidupan akan kujalani sebagai Sirius belaka, bukan sebagai
putra ayah, melainkan sebagai anak Miliaria"

"Baguslah. Lagipula, itu akan terjadi juga saat kau meninggalkan rumah ini. Aku,
kepala keluarga Dorianus, Bardomyl memutuskan. Kau tidak diizinkan lagi
menyebut diri sebagai Dorianus, kau bahkan bukan anakku!!"

"Aku sudah mendengarnya"

....Aku bahkan tidak pernah membayangkan diriku sebagai anakmu, dan tidak ingat
pernah menyebut diriku Dorianus.

"Hanya itu yang kuinginkan. Terima kasih telah menyusahkan diri untuk datang
jauh-jauh ke sini"

"Memang, aku ingin berkata begitu juga, tapi ini bermanfaat bagiku"

Merasakan berat koin emas di pakaiannya, ia tampak sangat senang. Sungguh,


betapa serakahnya mata itu. Aku bahkan tidak bisa membayangkan berapa banyak
yang akan dia hamburkan di kota dalam perjalanan pulang.

"Nah, setengah bulan lagi, kan? Aku akan mengirim seseorang ketika saatnya tiba,
jadi pergilah sebelum itu terjadi. Aku akan memberitahu mereka menendang
kalian keluar karena masuk tanpa izin jika kau masih di sini"

"Mengerti. Aku akan meninggalkan rumah ini dalam waktu setengah bulan"

Bardomyl yang bertingkah laku sombong sejak awal sampai akhirpun pergi.
Arc 4 Towards the School
Chapter 23 Teacher

Dengan begini, pertemuan pertama seorang ayah dan anakpun berakhir. Mulai
sekarang, aku hanyalah Sirius.

Bagian 3

"....Sirius-sama"

Ketika hanya tersisa kami berdua seusai perginya Bardomyl, Dee meremas suara,
seakan mengerang.

"Erina-san....dia diperlakukan seperti ini setiap kali bertemu pria itu, ya...."

"Mungkin. Aku tidak tahu sudah berapa kali mereka bertemu, tapi dia memang
orang yang kuat"

"....Aku merasa frustrasi. Aria-sama, Sirius-sama, Erina-san, bahkan Noel di hina.


Penyesalan karena tidak dapat melakukan apapun sungguh membuatku frustasi"

"Tidak, kau bertahan dengan baik. Entah apa yang aku harus lakukan jika kau mulai
berkelahi dengan seorang bangsawan. Kau telah menahan amarahmu demi Noel.
Itu bisa dibanggakan"

"Kata-kata barusan lebih dari cukup untukku"

"Lagipula, aku bukan lagi seorang bangsawan. Pada saat yang sama kalian dipecat
sebagai petugas. Jadi tak perlu lagi menghormatiku, kau tahu?"

"Tidak. Dari awal, masterku bukanlah bangsawan....melainkan hanya Sirius-sama"

"Sama denganku~~!"
Arc 4 Towards the School
Chapter 23 Teacher

"Aku juga! Aku adalah petugas Sirius-sama seumur hidup!"

"Aku juga, Aniki!!"

Aku menyadari semua orang telah berkumpul di belakangku. Seluruh penghuni


rumah merasakan hal yang sama, menatapku dengan mata dilimpahi kepercayaan.
Obligasi yang kami bangun tidaklah sia-sia.

"Ayah Sirius-sama...."

"Dia bukan lagi ayahku, Emilia. Jadi kau bisa memanggilnya apapun semaumu dan
menjelek-jelekkannya, aku tidak keberatan"

"Aku mengerti. Orang itu benar-benar mengerikan. Bahkan jika tidak sah, bersikap
sedingin ini kepada anaknya sendiri. Rasanya tak dapat dipercaya"

"Ya, itu benar!! Dia bahkan mengolok-olok Erina-san! Aku hampir saja
memotongnya jika Aniki tidak ada di sana!"

Ras serigala perak adalah ras yang menghargai keluarga mereka, dengan kata lain
pria itu tidak mungkin dimaafkan. Kalian sangat marah dan mengeluh lebih dariku,
tapi dengan begini mereka harusnya tahu bahwa sampah semacam itu ada, ya
kan?

"Dia membenci ras binatang seperti itu, jadi ada saat dimana aku akan dilecehkan
ketika tinggal di rumah besarnya~. Aria-sama dan Erina-san melindungiku, jadi
tidak ada hal yang terlalu serius terjadi"

"Apa yang dia benci tentang ras binatang? Meskipun Noel itu manis"

"Sayang~...."
Arc 4 Towards the School
Chapter 23 Teacher

"Noel...."

....Kalian berdua benar-benar memiliki masalah menahan diri, kan? Aku tidak bisa
mengantisipasi apa yang akan menyebabkan mereka menciptakan 'Dunia Cinta'
lagi. Ketika aku berdehem, mereka mulai dengan panik menjaga jarak dan
mencoba membuat percakapan kembali ke jalur semula.

"M-Meski begitu~. Sirius-sama benar-benar menahan diri dengan baik. Jika itu
diriku, saat dia berbicara buruk tentang Erina-san, aku pasti akan menamparnya!"

"Ya!! Membalas saat dipukul lebih seperti dirimu, Aniki!!"

"Apa kalian benar-benar berpikir bahwa aku tidak melakukan apapun?"

"....Mungkinkah....yang kau berikan padanya adalah barang palsu?"

"Salah"

Koin-koin emas yang kuserahkan kepada Bardomyl itu memang asli. Hanya saja,
aku menempelkan suatu trik ke koin itu sendiri.

"Aku memasang {Impact} ke beberapa koin emas dengan mengatur waktu kapan
harus aktif. Kekuatannya memang sudah sangat ditekan, tapi ledakannya akan
membuat koin-koin bertebaran"

Aku telah melapisi {Impact} dengan Mana padat. Seiring waktu berlalu, lapisan
Mana ini akan terurai dan perlahan menghilang, sihirpun aktif dengan penundaan.
Ini jugalah yang kugunakan selama melawan Turtle Jewel.

Jedanya beberapa jam sejak aku memasang trik itu, dan akan menyebabkan
keributan saat melibatkan lingkungan sekitar. Dia pasti akan merasakan
Arc 4 Towards the School
Chapter 23 Teacher

dampaknya langsung karena menaruhnya di saku dada, atau mengekspos


penampilan tak sedap dipandang saat mencoba mengumpulkan koin emas yang
berserakan dengan tergesa-gesa.

Bahkan jika koin-koin itu sampai ke tangan orang lain, dia masih akan bersalah
karena menciptakan korban dijalan.

Ketika aku menjelaskan sambil berpikir ini mungkin sedikit jahat, para pelayan
mendukung dengan kedua tangan terangkat tinggi.

"Seperti yang diharapkan dari Sirius-sama~~!! Meskipun disesalkan aku tidak dapat
melihatnya sendiri, namun mengetahui bahwa orang itu akan panik membuatku
merasa lebih baik~!"

"Hehe, rasakan itu!!"

"Seorang pria yang tidak menghargai keluargaku layak menderita!"

"Ini adalah hasil dari perbuatannya"

Selama beberapa saat mereka terus mengucapkan semua itu. Namun sudah tiba
waktunya untuk memulai langkah baru. Aku menepukkan kedua tanganku dan
mengganti arus percakapan.

"Baiklah, ayo tinggalkan sampah semacam itu dan beralih ke tujuan berikutnya.
Semua orang sudah bersiap untuk berangkat, kan?"

"Ya, tak ada yang terlewatkan"

"Rumah dibersihkan dengan sempurna. Sama seperti baru dibangun~!"

"Tak ada masalah disini"


Arc 4 Towards the School
Chapter 23 Teacher

"Aku siap pergi kapan saja!"

Dengan senang hati mengangguk pada jawaban semua orang, aku dengan lantang
mengumumkan.

"Baiklah kalau begitu, ayo kita berpesta!! Jadwal hari ini adalah bersenang-senang
sepanjang malam!!!"

""""Yaaa~~!!!!""""

Persiapan untuk berangkat telah selesai.

Besok, kami akan meninggalkan rumah ini.

Aku telah memutuskan untuk pergi sehari setelah bertemu Bardomyl.

Karena menyerahkan uang sebanyak itu dengan mudah, dia mungkin mengira aku
memiliki lebih banyak dan mencoba menggeledah tempat ini. Semakin cepat kami
pergi, semakin baik.

Kesepakatannya adalah setengah bulan, dia takkan pernah mengira kami akan
pergi keesokan harinya. Sempat terlintas dipikiranku penampilannya yg kecewa
setelah melihat rumah ini benar-benar sepi.

"Sirius-sama, dari tadi aku memikirkan ini. Apa yang akan kau lakukan tentang
nama rumahmu?"

"Ah, benar juga....Ini akan diperlukan begitu aku sampai di dunia luar, ya"
Arc 4 Towards the School
Chapter 23 Teacher

Noel melontarkan pertanyaan itu disaat kami mempersiapkan pesta.

Nama rumah....itu merujuk pada nama seperti Dorianus, yang pernah aku
tinggalkan sebelumnya, atau Silvarion kedua bersaudara.

Ini akan dianggap nama keluarga dalam duniaku dulu. Tentu saja Noel dan Dee
juga memilikinya. Namun orang awam hampir tidak mempunyai nama rumah, jadi
hal itu tak terlalu kupermasalahkan.

Nama rumah terutama digunakan oleh bangsawan. Aku sempat menolaknya


karena itu hanya membuatku terkesan berada di posisi tinggi.

Walaupun, tampaknya ini adalah aib untuk publik bagi yang tidak mempunyainya.
Aku harus memikirkan sesuatu.

"Setahuku~. Umumnya itu, kau harus menamai diri dengan Eldrand sesuai dengan
Aria-sama~"

"Aku sebenarnya juga ingin, tapi keluarga Eldran adalah bangsawan meski sudah
lenyap. Jika masyarakat tahu bahwa keluarga cabangnya masih ada, mungkin akan
menimbulkan masalah"

"Kalau begitu, ayo kita pikirkan yang baru. Sebuah nama rumah yang bermartabat
dan secara bertahap melambung ketenarannya....seperti legenda~"

"Aku bukannya ingin terkenal di dunia...."

"Tidak. Aku sangat yakin ketika mengatakan ini, Sirius-sama yang memiliki
kemampuan dan kekuatan seperti itu pasti akan terkenal"

Aku sama sekali tidak menginginkan kepopuleran atau sejenisnya, dan hanya
berniat untuk mengembangkan para siswaku. Sementara pikiranku berkutat, Noel
Arc 4 Towards the School
Chapter 23 Teacher

mengumpulkan semua orang, lalu memulai sebuah pertemuan mendadak untuk


memutuskan nama rumah baru.

"Topik pertemuan kali ini adalah 'Nama rumah untuk Sirius-sama'. Semua orang,
tepuk tangan~!!"

Aku heran tentang kenapa dia bisa begitu saja memulai sesuatu secara tiba-tiba.
Mungkin akan ada babak kedua?.

Tepuk tanganpun bermunculan seakan memgiringi Tsukkomi pikiranku, para


petugaspun mulai melemparkan gagasan satu demi satu.

"Sesuatu yang sejenis nama raja itu bagus. Karena Aniki sudah seperti yang
terkuat"

"Bagaimana dengan hal-hal seperti Naga?"

"Umm....aku tidak keberatan jika memakai nama kami. Sirius Sylvarion....ahh


indahnya, seakan-akan menjadi suamiku...."

"Apa yang kau bicarakan, nee-chan? Jika dia memakai nama rumah kita, Aniki akan
menjadi seperti saudara sungguhan!!"

Astaga....aku tidak mampu membayangkan nama apa yang muncul jika


menyerahkannya kepada mereka.

Aku akan memutuskannya sendiri sebelum ada sebutan aneh yang keluar.

Hmmm....awalnya aku ingin menggunakan nama di kehidupan terdahulu, tapi


kepalaku masih belum bisa mengingatnya.
Arc 4 Towards the School
Chapter 23 Teacher

....Nama yang sederhana, tidak mencolok, dan menyimbolkan diriku. Itu akan
bagus.

Menyimbolkan....karena aku bermaksud menjadi seorang pengajar....'teacher'*?.


[Huruf kanjinya cara ngucapinnya itu 'Kyoushi'. Artinya bisa sebagai guru atau
pengajar. (Kyou)= mengajar]

"....Teacher*"
[Dan disini dia berkata . Dilafalkan 'Ticha' atau 'teacher']

"Ti~chaa~? Aniki, apa artinya?"

"Dikehidupanku dulu---bukan, menurut literatur lama, kata itu memiliki makna


seorang guru"

"Guru....itu sangat sesuai untuk Sirius-sama. Aku pikir itu bagus"

"Aku juga beranggapan sama~! Sirius-sama adalah master sekaligus guru kita"

"Dia mengetahui berbagai hal, itu persis menggambarkan dirinya. Ya, sangat
cocok"

"Dengan ini....sudah diputuskan?"

"Baiklah....mulai sekarang, namaku adalah Sirius Teacher"

....Itulah bagaimana nama rumahku ditetapkan.

Setelahnya, kami berpesta ria. Menghabiskan malam terakhir di rumah ini


bersama seluruh anggota keluarga.

Arc 4 Towards the School
Chapter 23 Teacher

Keesokan paginya, setelah mengemasi berbagai hal, kami berbaris di halaman


depan.

Diriku sudah disini selama delapan tahun. Wajar saja jika muncul suatu
keterikatan. Sejujurnya, aku tidak ingin berangkat menjauh. Bahkan bagi kedua
bersaudara yang tinggal di sini untuk waktu singkat, ini juga merupakan rumah
mereka....hingga mulai meneteskan air mata penuh rasa syukur. Sedangkan Dee
dan Noel hanya memandangi bangunan itu tanpa mengucapkan sepatah katapun,
seakan tenggelam oleh memori.

Kami tak boleh terkurung selamanya dalam kenangan.

....Semua orang mungkin takkan bergerak sampai ada yang mulai melangkah pergi.

Aku menyentuh bahu kakak beradik ini, dan memunggungi rumah kami.

Sambil mendengar ayunan pijak kaki para petugas, diriku bergerak maju tanpa
menoleh ke belakang.

....Aku pergi....kaa-san.

Chapter 23 Berakhir disini

>Catatan Penulis :
Sirius Teacher.
Seorang pria yang merupakan kunci takdir, melibatkan dunia di kejauhan masa
depan. Mulai hari ini, dia telah berpijak ke luar.
Arc 4 Towards the School
Chapter 24 Head of The Gargan Company

Chapter 24 Head of The Gargan Company


Bagian 1

Kota terdekat dengan rumah kami, Almest.

Skala kota ini berukuran lebih kecil dari Medria yang aku kunjungi kemarin,
ketertiban umumnya juga tidak begitu baik. Aku sempat khawatir 'Apakah kota ini
termasuk wilayah ayahku, Baldomyr?'. Juga, kenapa jumlah ras binatang disini
sangat rendah?.

Meski begitu, disinilah Dee dan Noel berbelanja, dan di sini juga mereka membeli
obat untuk Erina. Ini merupakan kota yang sangat penting bagi kehidupan sehari-
hari kami.

Seiring dengan matahari yang terbit, kami berangkat dan sampai di Almest
sebelum mencapai siang.

Begitu tiba di kota, Dee berpisah untuk mendapatkan sarana transportasi. Selagi
berada di tempat ini, kami berkumpul untuk makan siang di sebuah restoran.

"Kalau dipikir-pikir, ini pertama kalinya kalian mengunjungi kota, kan~?"

Mengenakan jubah berkurudung hampir mencapai matanya, Noel menanyai kedua


bersaudara yang memakai pakaian serupa. Mereka melakukan itu agar identitas
sebagai ras binatang tetap rahasia, tapi ketika tiga orang dalam satu kelompok
melakukan ini, bukankah malah semakin menonjol?

"Tidak, malah kami sering bepergian ke banyak kota ketika menjadi budak.
Sayangnya, kami tidak dapat melihat jalanan karena terus-terusan berada di dalam
kereta"
Arc 4 Towards the School
Chapter 24 Head of The Gargan Company

"Kami memang sampai di beberapa kota, tapi dipenjara sepanjang waktu. Jadi, ini
pertama kalinya kami berjalan-jalan"

Inilah bukti bahwa mental mereka semakin kokoh. Tak ada sebercak kesedihan
ataupun perasaan muram pada ekspresi kakak beradik walaupun sedang
membahas masa lalu yang kelam.

"Aku mengerti~. Tidak aneh kalau kalian terlihat gelisah seperti itu"

"Ya! Disini penuh dengan hal-hal baru!"

"Agak misterius. Ada berbagai orang, berbagai aromapun juga bercampur"

"Benarkan~? Aku juga begitu disaat pertama kalinya pergi ke tempat ramai.
Setelah dibawa oleh Aria-sama, aku merasa sangat khawatir dan gugup....Hanya
saja, tangan hangat Aria-sama yang aku genggam saat itu tak pernah kulepaskan
bahkan setelah kami keluar dari kota"

"Noel-nee juga memiliki saat-saat itu ya"

"Wajar saja, kan~? Maksudku, kalian berdua memegangi pakaian Sirius-sama dari
tadi"

Benar. Itu tidak akan terlihat karena posisi duduk kami yang memiliki jarak, namun
sejak tiba dikota ini mereka terus menggenggam lengan bajuku. Mungkin ini
karena kecurigaan terhadap manusia yang masih tersisa dari waktu mereka
menjadi budak. Aku ingin keduanya cepat terbiasa, pakaianku mulai mengkerut.

"....Banyaknya manusia membuatku resah. Namun saat bersama Sirius-sama, aku


bisa tenang"

"Iya, ada banyak sekali! Tapi, Aniki yang terbiasa dengan ini sungguh hebat!"
Arc 4 Towards the School
Chapter 24 Head of The Gargan Company

"Itu dari pengalaman. Aku pernah berkunjung ke daerah-daerah yang lebih padat
daripada disini"

Jika kau telah merasakan longsoran penduduk yang memenuhi jalanan di kota-
kota pada kehidupanku sebelumnya, disini seperti bukan apa-apa.

"Kepadatan penduduk disini pasti bisa membuat kalian terbiasa dengan cepat.
Lagipula, kekuatan kalian berdua telah melampaui petualang umum di sekitar sini.
Percaya dirilah"

"Mengerti"

"Ya! Jika ada banyak orang setingkat kami ataupun lebih, itu akan
mengkhawatirkan....hanya saja, ini...."

Sambil mengulurkan sumpit ke tumisan daging dan sayuran yang kami pesan, Reus
memiringkan kepalanya. Ia tidak berhenti makan, tapi itu sudah menandakan
bahwa hidangan disini tidak terlalu lezat.

"Ini sangat berbeda dari hal-hal yang biasanya dibuat Aniki ataupun Dee-nii"

"Benar. Lebih tepatnya, ini tidak dimasak secara merata"

"Haha~....bukan begitu, kalian berdua. Rasanya tidak buruk, hanya saja Sirius-sama
dan Dee lah orang yang luar biasa"

Mungkin karena pengapiannya yang tidak merata, membuat hidangan ini tak
tertumis dengan benar. Mereka terlalu banyak menggunakan garam dan merica
sehingga rasa sayurannya tertutupi, selain itu, mereka terlalu mengandalkan rasa
daging. Memang agak ceroboh, tapi ini tidaklah buruk karena rasanya sudah cukup
enak.
Arc 4 Towards the School
Chapter 24 Head of The Gargan Company

"Maaf telah membuat kalian menunggu"

Disaat kami selesai makan, Dee muncul ditemani oleh seorang pria.

Dia memiliki rambut pendek kecoklatan, berpenutup mata hitam di mata kirinya,
dan mempunyai postur bagus meskipun agak gemuk.

"Sirius-sama, ini Gad, teman petualangku dulu"

"Senang bertemu denganmu! Aku Gad, kepala perusahaan Galgan di kota ini!"

"Senang bertemu dengan Anda juga. Namaku Sirius"

Ketika kami berjabat tangan, aku sadar bahwa jari kelingking di tangan kanannya
telah menghilang. Namun dari tangan ini, bisa diterasa jejak kemahiran
mengenggam senjata. Dia mungkin seorang petualang yang pensiun karena cedera
sama seperti Dee.

"Aku pernah mendengar dari Dee, Anda merupakan salah satu orang yang
membeli obat buatan kami dan juga memberikan beberapa barang yang kami
butuhkan. Izinkan aku untuk mengucapkan terima kasih"

"Tak masuk akal! Harusnya perusahaan kamilah yang berterima kasih karena
sekian lama, akhirnya kami bisa mendapatkan bahan dan obat-obatan berkualitas
tinggi....Setelah bertatap muka denganmu, aku benar-benar mengerti. Seperti
yang dibicarakan Dee, kau memang luar biasa"

"Yakisoba yang pernah kubahas denganmu, aku juga mempelajarinya dari Sirius-
sama"
Arc 4 Towards the School
Chapter 24 Head of The Gargan Company

"Benarkah?! Kau memiliki kreativitas memasak seperti itu dengan saus tebal dan
sulit digunakan, aku jadi lebih ingin menjalin hubungan baik dan lama denganmu"

Genggaman tangannya tiba-tiba menjadi lebih erat sambil mengayunkan lenganku


ke atas dan ke bawah. Pria ini sungguh berlawanan dari Dee. Akan baik-baik saja
untuk mempercayainya karena mereka tampak sangat dekat.

"Maafkan ketidaksopananku, tapi hubungan seperti apa yang Anda miliki dengan
Dee?"

"Jangan terlalu sopan, perlakukan saja aku sama seperti kau memperlakukan
Dee....Hubungan kami adalah teman yang dulunya sesama petualangan seperti
yang dia katakan. Kami pernah menjadi anggota di sebuah party. Suatu hari, aku
sempat diselamatkan olehnya dari serangan monster ganas. Hanya satu jari
kelingking dan sebelah mataku yang tidak berhasil selamat. Aku lalu pensiun. Yah,
itu sudah lama kuinginkan, dan beralih menjadi pedagang"

"Pertama kali berbelanja disini membuatku terkejut. Aku tidak pernah mengira kau
akan berada di kota ini"

"Sama. Aku cukup kaget saat orang yang pernah menyelamatkanku datang sebagai
seorang petugas bangsawan. Awalnya aku tidak berharap banyak dari kerjasama
bisnis kita. Tapi, keuntungan yang perusaan kami terima terus meningkat setiap
harinya. Aku tidak dapat berkata apapun kecuali merasa berhutang budi kepada
kau dan Danna* ini"
[Danna itu yah....Tahu film Gintama? Okita Sougo (si sadis dari shinsengumi) selalu
memanggil Gintoki dengan sebutan 'Danna'. Singkatnya, ini sebutan yang kesannya
agak hormat]

Dia telah memanggilku Danna dan memperlakukanku seperti atasan. Tapi aku
bukan seorang bangsawan lagi, ditambah sekarang adalah waktu pertama
bertemu orang ini, kan?
Arc 4 Towards the School
Chapter 24 Head of The Gargan Company

"Yah, intinya adalah Dee penyelamatku dan kami memiliki ikatan yang
kuat....Baiklah, apa kita akan langsung ke topik? Kau ingin aku mempersiapkan
transportasi yang aman kan?"

"Benar. Kami ingin adanya kereta yang menuju ke timur untuk Noel dan diriku.
Juga, yang menuju ke barat untuk Sirius-sama dan kedua petugasnya hari ini"

"Hari ini, ya....boleh aku mendengar alasannya? Ini sangat mendadak"

Gad-shi* mengerang dengan wajah sulit, seperti yang diharapkan ini merupakan
permintaan yang tidak masuk akal. Tapi kami tetap ingin meninggalkan kota hari
ini jika memungkinkan.
[Ini sebutan agak hormat shi]

Ini seolah kami melakukan perjalan malam (tidak harus di malam hari sekalipun),
agar tak dikejar oleh Baldomyr. Aku memang tidak berpikir dia akan datang hari ini
atau besok, mungkin bahkan tak ada alasan untuk khawatir sama sekali. Tapi untuk
berjaga-jaga, aku ingin meninggalkan wilayah orang itu secepatnya.

"Gad-san, kalau hari ini tidak mungkin kami bisa melakukannya besok, tidak
masalah. Aku tahu kami meminta bantuan besar di sini"

"Tidak, tidak, aku akan melakukannya dengan cara apapun. Hanya saja, terasa sepi
ya. Kita akan saling berucap selamat tinggal setelah sekian lama menanti
pertemuan"

"Apa yang kau bicarakan~? Kau hanya berpikir untuk diajari oleh Sirius-sama atau
sesuatu seperti itu, bukan~?"
Arc 4 Towards the School
Chapter 24 Head of The Gargan Company

Noel membalas seakan menyalak. Dia selalu datang bersama Dee ke kota. Selain
itu, Gad-shi tidak berperilaku seperti orang yang membenci ras binatang. Aku rasa
mereka telah bergaul cukup baik hingga bisa melemparkan candaan tanpa ragu.

"Hahaha, aku tidak bisa bersaing denganmu, Noel-chan. Enggan untuk berpisah itu
memang jujur. Tapi Dee telah diajarkan berbagai hal olehnya, jadi aku juga ingin
diajari"

"Kau ingin diajari olehku? Yang seorang anak kecil?"

"Danna telah mengubah Dee menjadi dirinya yang sekarang. Aku tidak mungkin
menganggapmu hanya sekedar bocah. Pertemuan ini membuatku semakin yakin"

"Baguslah, Gad. Ngomong-ngomong, bagaimana dengan persoalan kereta?"

"Tentang itu, kau beruntung, Dee. Aku berencana pergi ke timur hari ini. Meskipun
akan sesak karena ada berbagai barang yang harus diangkut, tapi aku akan
memberimu tumpangan"

"Sebenarnya, aku tidak masalah. Sirius-sama lah yang kami prioritaskan"

"Tenang saja, aku juga punya solusi untuk itu, kalian datang pada waktu yang
tepat. Untuk saat ini, ayo kita pergi ke tempat parkir seluruh kereta"

Meninggalkan restoran, kami mengikuti arah yang dituju Gad.

Ada sekumpulan kereta dengan berbagai ukuran berbaris dimana kami sampai. Di
antara semua itu, Gad membelokkan langkahnya menuju ke sebuah kereta yang
tampak mampu menampung sekitar delapan orang.

"Hei, Zack! Kau sudah selesai dengan persiapannya?"


Arc 4 Towards the School
Chapter 24 Head of The Gargan Company

Menanggapi panggilan Gad, seorang pria muncul dari dalam kereta. Dia memiliki
tampilan yang sedikit lebih muda dari Gad, tanpa memiliki penutup mata dan jari-
jarinya masih utuh. Namun mereka sangat mirip hingga kau akan beranggapan
bahwa mereka bersaudara ketika menyaksikan keduanya berdiri berdampingan

"Persiapannya memang selesai, Aniki. Semua yang tersisa adalah pengawalnya.


Distribusi kali ini agak berisiko karena ada kemungkinan diserang oleh monster.
Apa ini tetap dilanjutkan?"

"Idiot, jangan bilang hal-hal yang aneh. Ada orang-oranv yang aku ingin kau beri
tumpangan, jadi cepat turunkan satu tong dan dua kotak bijih itu"

"Hah? Ada apa? Penjualannya akan menurun jika kita melakukannya kan?"

"Jangan khawatir tentang itu, cepat dan lakukan saja. Ini permintaan dari
pelanggan tetap, aku yang akan bertanggung jawab"

"Apa boleh buat. Kalau begitu, bantu aku, Aniki"

"Baiklah baiklah. Yah, itu benar. Danna, kau bilang akan menuju ke barat, tapi
boleh aku mendengar kemana kau akan pergi?"

Melihat dari balik bahunya, Gad melemparkan sebuah pertanyaan dengan tatapan
meminta maaf.

Meskipun dia berkata takkan menanyakan motifku, mungkin akan sulit baginya
untuk menjelaskan kepada Zack ke mana harus pergi tanpa mengetahui lokasi
kami.

"Tujuannya adalah Elysion"

"Aku mengerti, tujuan Zack juga Elysion, itu sempurna"


Arc 4 Towards the School
Chapter 24 Head of The Gargan Company

"Maaf telah membuatmu menurunkan barang-barang yang harusnya kau bawa"

"Tidak, tidak, anggap saja sebagai bentuk terima kasih atas apa yang telah kau
perbuat. Kalau begitu, aku akan menjelaskan sebentar kepada orang ini dan
membantunya dengan bongkar muat kereta. Tolong tunggu sebentar"

Kamipun duduk agak jauh dari tempat parkir kereta. Tak ada yang mengucapkan
sepatah kata pun dan hanya terus melihat penduduk yang berlalu lalang. Ini
mungkin suatu hal yang wajar.

Karena di sinilah kami akan berpisah.

Tak ada topik bagus yang terlintas dalam pikiranku. Beruntungnya, Dee mengambil
langkah pertama untuk memecahkan kesunyian ini. Dia mengambil sebuah
kantong dari saku dadanya dan berucap.

"Sirius-sama, sebelum terlambat, aku ingin mengembalikan ini padamu"

"Bukankah aku sudah memberikan itu untuk kalian berdua? Jika menerimanya lagi,
aku akan menganggap diriku berhutang budi kepadamu, Dee. Lebih baik tidak"

"Tapi tetap saja, Sirius-sama memberi terlalu banyak. Setengah dari ini lebih dari
cukup untuk kami"

Kantong Dee dipenuhi oleh koin emas.

Kenapa dia mempunyai banyak uang? Cerita itu berasal dari tadi malam.


Arc 4 Towards the School
Chapter 24 Head of The Gargan Company

Bagian 2

Di malam terakhir. Ketika pesta itu usai, aku mengadakan pertemuan dengan
semua orang lagi.

Apa yang terhampar di meja adalah semua uang yang telah kutabung sampai
sekarang dan uang yang aku dapatkan dari menjual permata. Kecuali milik para
petugas, seluruh kekayaan rumah ada di sini.

Memanajemen keuangan dulu adalah peran kaa-san, tapi aku mengambil alihnya
sekarang. Kamipun menghitung satu persatu koin yang tersebar di atas meja.

Proses penjumlahan berlangsung beberapa menit. Kekayaan seluruh keluargapun


disimpulkan.

"Jika rinciannya diabaikan, ada 73 koin emas dan 10 koin perak. Aku mau kita
semua berpikir 'Ini digunakan untuk apa'"

Diperkirakan akan ada 45 koin emas yang lenyap untuk biaya masuk sekolah,
sisanya adalah 28. Aku dan siswa-siswaku mampu hidup bahkan jika hanya
berbekal 1 koin emas.

"Sirius-sama. Maaf, tapi boleh kami meminta waktumu sebentar?"

Noel dan Dee memanggilku dengan suasana gelisah. Untuk sementara, aku
menyisihkan persoalan uang dan menoleh ke arah keduanya.

"Ada apa? Kalian terlihat serius"

"Tolong, terimalah ini"


Arc 4 Towards the School
Chapter 24 Head of The Gargan Company

Hal yang di berikan oleh Dee adalah koin emas. Meski hanya satu keping, bagi
keduanya ini sudah merupakan hal berharga dan sangat bernilai.

"....Ini?"

"Sebenarnya~, ini uang yang kami terima dari Erina-san sebagai gaji. Meski tidak
banyak"

Di atas memikirkan biaya kebutuhan rumah dan lain-lain, kaa-san juga


mempertimbangkan gaji para juniornya? Dia akan membuat para ibu rumah
tangga merasa malu.

"Kami telah cukup lama menabung dan hasilnya adalah koin emas ini. Maukah
Sirius-sama menerimanya?"

"Tunggu dulu, bagaimana dengan biaya hidup kalian setelah kita berpisah?"

"Tidak apa-apa~, kami sudah menyisihkan sebagian untuk diri kami sendiri. Selain
itu....kami telah belajar banyak darimu, Sirius-sama. Jadi, walaupun ini sesuatu
yang sepele, tolong terimalah"

"Sirius-sana telah mengajarkan banyak hal, dari memasak hingga bagaimana cara
berjuang dalam hidup. Aku ingin kau menerima ini sebagai tambahan biaya
sekolah"

Keduanya membungkuk sangat rendah, seolah tidak akan menyerah sampai aku
menerima pemberian mereka.

Meski mereka berkata itu adalah uang sekolah, kesampingkan Emilia dan Reus,
aku hanya mengurusi Noel di waktu senggang dan mengajarkan Dee cara
memasak. Yah, karena aku ingin memakan masakannya.
Arc 4 Towards the School
Chapter 24 Head of The Gargan Company

"Perasaan kalian sudah cukup untukku....mengucapkan itu takkan ada gunanya, ya.
Baiklah, dengan senang hati aku akan menerima ini"

""Terima kasih banyak!""

Normalnya akulah yang harus berterima kasih, bukan kalian. Ya ampun, kedua
petugasku ini terlalu jujur dan baik hati.

Oh iya, aku juga punya sesuatu untuk diberikan kepada mereka.

"Kalau begitu, aku akan memberikan gaji kalian dan itu tidak boleh dikembalikan"

"....Apa?"

Saat aku menyerahkan sebuah kantong kecil berisi 20 koin emas kepada Dee,
keduanya membeku dengan mata terbuka lebar.

"Aku sudah mendiskusikan ini dengan kaa-san dan memutuskannya. Itu gaji
tambahan untuk kalian berdua"

"....20 keping?"

"Haaaah~?!?! Itu terlalu banyak!!! Sayang, kembalikan, kembalikan~!!!!"

Meskipun pasangan suami istri ini mulai panik, aku mengabaikan mereka.
Bagaimanapun, Dee pasti telah menetapkan tujuannya.

"Dee, kau sudah tahu seberapa banyak modal untuk membuka suatu usaha kan?"

"....Itu...."
Arc 4 Towards the School
Chapter 24 Head of The Gargan Company

Ya, rencananya adalah membuka sebuah restoran di kampung halaman Noel.


Kurasa dia tidak akan berhasil tanpa bermodalkan setidaknya beberapa koin emas.

"Maaf, aku bisa memberimu lebih banyak jika tidak membayar Baldomyl...."

"Tolong hentikan. Kita semua telah setuju mengenai hal itu"

"Benar~! Lagipula, kamilah yang akan terganggu jika menerima sebanyak ini. Hei,
Emi-chan, Reu-kun, katakan sesuatu~!!"

Walaupun Noel mencari bantuan dari kedua bersaudara yang sedang


mengumpulkan koin-koin tembaga di samping, mereka hanya menjawab sambil
tersenyum.

"Aku memiliki pendapat yang sama dengan Sirius-sama, aku tidak keberatan
sedikitpun jika itu untuk Dee-san dan Onee-chan"

"Aku juga! Aku pikir akan sangat hebat jika ada banyak orang yang bisa memakan
masakan Dee-nii!"

"Ugh!"

Noel mundur menghadapi kilau senyum murni dan tak bersalah dari anak-anak.
Meski begitu, wajah ketidakpuasan keduanya masih belum sirna, kurasa aku akan
mengarahkan percakapan dari sini.

"Jika kalian tidak yakin, ayo kita anggap ini sebagai hutang. Setelah lulus sekolah,
kami akan menuju lokasi kalian berdua. Ketika saat itu tiba, izinkan kami makan di
restoranmu. Tentu saja dengan gratis"

"Bahkan jika Sirius-sama tidak melakukan ini, untuk kalian tentu saja gratis"
Arc 4 Towards the School
Chapter 24 Head of The Gargan Company

"Baiklah, dikatakan bahwa kesulitan sangat berharga selama masa muda. Jika
seseorang terlalu banyak memiliki kekayaan, mereka tidak akan mengerti nilai dari
uang, ya kan?"

"Kami telah didukung oleh Onee-chan, Dee-san dan Erina-san. Mulai sekarang, aku
ingin hidup dan mendapatkan uang sendiri"

"Tidak apa-apa karena kami akan terus bersama Aniki! Aku juga akan bekerja keras
untuk mendapatkan uang!"

Dengan paksaan kami, beberapa butiran kecil muncul di sudut mata keduanya.
Mereka lalu menunduk....tidak, bukan menunduk. Mereka malah bersujud di
lantai.

"Hei?! Ini terlalu berlebihan! Cepat dan angkat kepala kalian!....Tunggu, kenapa
semua orang melakukannya?! Hah?....menghormati seorang pemimpin? Aku tidak
memegang gelar seperti itu jadi angkat kepala kalian!!"

....Masalah ini harusnya berakhir kemarin. Apa mereka masih


mengkhawatirkannya?

"Kalian masih memikirkan itu? Apa yang tidak kalian sukai? Yang paling
membutuhkannya adalah Dee. Hal ini tidaklah salah"

"....Hanya saja, walau telah menerima sejumlah besar uang, apakah aku bisa
memenuhi harapanmu? Apakah aku bisa mewujudkan mimpiku?....Aku tidak
tahu...."

....Begitu ya, Dee....kau cemas.


Arc 4 Towards the School
Chapter 24 Head of The Gargan Company

Meski dia telah menumpuk pengalaman bertahun-tahun sebagai petualang, Erina


yang telah biasa dia ikuti, meninggal dunia. Mulai sekarang, dia harus melindungi
pasangan tercinta dengan tangannya sendiri.

Karena itulah, dia dilanda kekhawatiran dan tak mampu menahannya. Dengan
menerima sejumlah besar uang, dirinya takut akan kegagalan dan membuat
kecewa pihak lain.

"Dee"

"Ya....---UGH?!"

Mula-mula adalah pukulan ke perut.

Aku memang menahan kekuatan, tapi karena ini serangan mendadak, Dee belum
sempat bersiap dan menerima tinjuku langsung sambil terhuyung-huyung.

"A....Apa....?"

"Jangan lembek, Dee!!!"

Aku meraih kerah Dee, dan menariknya kearahku.

"Kau sudah dewasa, suami yang melindungi Noel! Kau juga akan menjadi seorang
ayah untuk anak yang akan lahir darinya!! Pria seperti itu akan diejek jika sudah
kewalahan oleh masalah setingkat ini!!!"

"....Sirius-sama...."

"Aku mengerti bahwa kau khawatir. Namun, dirimu sudah tahu cara untuk tetap
kuat sekarang! Jangan takut dan hiduplah dengan lebih percaya diri!!"
Arc 4 Towards the School
Chapter 24 Head of The Gargan Company

"....Ya"

"Terima kasih banyak, Sirius-sama....Sayang, aku minta maaf karena ragu-ragu


untuk meyakinkanmu"

"Noel...."

"Sayang...."

....Ahhhh, mereka telah menciptakan dunia cinta tingkat kedua.

Akhirnya, dengan ini mereka akan menerima uang tanpa masalah. Kali ini memang
akulah yang memarahinya, tapi selanjutnya akan diambil alih oleh Noel.

"Hei, Dee, Danna. Aku akan memperkenalkan sebentar orang ini---Haahh?! Ada
apa ini?!"

Waktu yang buruk, Gad. Kau harusnya berada disana lebih lama.

Kedua orang itu akhirnya kembali dari membenahi kereta. Kamipun diperkenalkan
pria sebelumnya.

"Ini adalah adikku, Zack. Dialah yang bertanggung jawab atas distribusi barang ke
Elysion. Dia juga akan berperan sebagai kusir untuk kereta yang mengantar Danna
dan kedua petugasnya"

"Sesuai perkenalan barusan, namaku Zack. Aku hanyalah seorang pemula yang
bekerja sekaligus belajar dari Aniki* ku, Gad. Tolong perlakukan aku dengan baik"
[Ya. Dia juga memanggil kakaknya dgn sebutan Aniki]

Keduanya memang tampak mirip. Mungkin Gad berusia tiga puluhan, sedangkan
Zack sekitar dua puluh?
Arc 4 Towards the School
Chapter 24 Head of The Gargan Company

"Dia menganggap dirinya sendiri sebagai pemula, tapi orang ini sudah berkali-kali
pergi ke Elysion. Aku telah mempekerjakan dua orang dari serikat petualang
sebagai pengawal, jadi perjalanan kalian bisa dijamin aman"

"....Gad, apa kita bisa mempercayai pengawal-pengawal itu?"

"Tidak masalah....ah, mungkin wajar jika kau merasa cemas. Tapi yakinlah, mereka
bisa dipercaya karena dipilih sendiri oleh Aniki!"

Karena jawabannya dipenuhi kepercayaan diri, Dee sepertinya sudah yakin. Saat
keduanya berbincang di tempat lain, Zack mendekatiku dan meminta jabat tangan.

"Aku telah mendengar dari Aniki. Meskipun Elysion agak jauh dari sini, aku
berharap bisa bekerja sama denganmu"

"Sama, tolong perlakukan kami dengan baik. Ini perjalanan jauh kami yang
pertama, jadi akan sangat membantu jika kau bisa mengajari banyak hal"

"Hahaha, aku akan mengajari hal apapun yang kau mau selama itu dalam lingkup
pengetahuanku. Lagipula, aku mendengar dari Aniki bahwa kau telah berkontribusi
besar pada perusahaan kami bersama dengan Dee-san. Boleh aku juga
memanggilmu 'Danna'?"

"Haha....jika kau tidak keberatan untuk anak kecil seperti diriku ini, maka silakan"

"Mengerti, orang yang akan mengantar Danna dan kelompoknya baru saja tiba,
kita bisa berangkat kapanpun. Jadi, panggil aku jika kalian siap"

Tidak hanya penampilan, karakter mereka juga serupa. Karena dia adalah orang
yang mudah diajak bicara, hal-hal seperti perjalanan akan terasa menyenangkan.
Arc 4 Towards the School
Chapter 24 Head of The Gargan Company

Saat menatap Zack, yang kembali ke kereta, kedua bersaudara itu saling
mengucapkan salam perpisahan kepada Noel dan Dee di sampingnya.

"Onee-chan, terimakasih untuk semuanya sampai sekarang"

"Apa yang kau katakan~? Ini bukan berarti kita tidak akan bisa bertemu lagi, jangan
bicara seperti itu"

"Tapi tetap saja. Aku akan mendukung Sirius-sama, jadi kau harus mengurus Dee-
san juga"

"Oh, ayolah, kau sangat nakal~"

Sambil berkata begitu, mata Noel mulai berkaca-kaca dan memeluk erat gadis kecil
itu dengan penuh kasih sayang. Emilia kemudian sedikit berjinjit dan dengan
ringan menggigit pundaknya.

"Ah?!....Ini, mungkinkah...."

"Iya. Itu karena aku sangat menyayangimu, Onee-chan"

Mengigit bahu adalah bukti kasih sayang bagi ras serigala perak. Mungkin karena
senang digigit, Noel menaruh seluruh kekuatan ke dalam pelukannya.

"Nyahehe~ kau boleh menggigit lebih kuat~"

"Itu hanya untuk Sirius-sama"

"Oh~, seperti yang di harapkan, cinta adalah hal yang hebat~!"

Semakin kuat gigitannya, semakin dalam perasaan yang terkandung disana. Jika
Emilia saat ini menggigit pundakku, aku mungkin harus mengobatinya.
Arc 4 Towards the School
Chapter 24 Head of The Gargan Company

"Aku juga akan menggigit! Noel-nee, dekatkan pundakmu!!"

"Uh, baiklah~....aku senang, tapi tolong jangan berlebihan kepadaku ya, Reu-kun~?
Agak takut ketika memikirkan ada darah yang muncrat"

"Aku akan sungguh menahannya!"

Reus juga menggigit bahu Noel dan saling berpelukan. Para ras binatang
melanjutkan obrolan untuk memastikan ketetapan hati mereka.

"Emi-chan, Reu-kun, tolong jaga Sirius-sama untukku~"

"Tentu saja"

"Aku akan melindungi Aniki dan nee-chan!"

"Namun, kalian juga harus melindungi diri. Akan buruk jika kalian terluka"

"Aku akan melakukan segala hal yang mampu kulakukan sambil mengikuti Sirius-
sama"

"Aku akan melindungi semuanya!"

"....Apa ini akan baik-baik saja, ya~?"

....Aku juga setuju.

Meskipun aku ingin mereka menjadi sedikit lebih mampu dalam memutuskan,
tidak ada yang bisa kuperbuat kecuali secara bertahap mengubahnya di masa
depan.
Arc 4 Towards the School
Chapter 24 Head of The Gargan Company

"Emilia, Reus. Aku telah menunjukkan sikap yang memalukan tadi"

Dee membungkuk untuk membuat tatapan mereka segaris, lalu berbicara sambil
menggaruk kepalanya. Kedua bersaudara berkata bahwa mereka tidak keberatan
ketika menggeleng.

"Aku berusaha keras untuk bertindak sebagai saudara kalian juga, tapi kurasa
kekuatan kita sudah memiliki jarak yang lebar"

"Apa Dee-nii benar-benar berpikir begitu?"

"Ya. Dan sebagai kakak sekaligus senior yang lemah, aku memiliki satu
permintaan....tolong urus Sirius-sama"

""Mengerti!""

Dengan begini, pembicaraan dari Dee si pendiam berakhir. Setelah menyelesaikan


perpisahan mereka dengan kedua bersaudara, pasangan ini membungkukkan
kepala saat berdiri di hadapanku.

"....Jadi inilah perpisahan"

"Ya, kita tidak akan bisa bertemu setidaknya lima tahun, sampai kelulusan"

"Itu begitu lama~. Jika Sirius-sama tidak mengusulkan akan pergi ke sekolah, aku
ingin membawamu ke kampung halamanku"

"Itu juga tidak buruk. Tapi aku tidak punya tempat tinggal"

"Sirius-sama pasti bisa membangun rumah sendiri yang bagus"

"Kau agak berlebihan"


Arc 4 Towards the School
Chapter 24 Head of The Gargan Company

Bahkan jika dia berbicara tentang membangun rumah....Oh tunggu dulu, kupikir
bisa mengurusnya entah bagaimana. Ketika mengingat rumah Lior, aku merasa
mampu.

"Kami akan bertemu kalian berdua begitu lulus....Mungkin disaat itu kalian akan
menjadi 'tiga orang'?"

"Meski aku merasa sedikit gugup, kami akan melakukan yang terbaik. Saat anak itu
tumbuh, tolong buat dia menjadi petugas Sirius-sama juga~"

"Hah? Apa yang kau katakan?"

"Aku akan mengajarkan setiap pengetahuan dari Erina-san, jadi nantikan saja itu.
Juga, jika dia seorang gadis, aku tidak akan keberatan bahkan kalau Sirius-sama
mengambilnya sebagai istri"

"Onee-chan! Kau tidak bisa memutuskan itu seenaknya!"

Emilia menyela Noel yang terus berbicara sesuka hati. Benar, bahkan jika kau
orang tuanya, jangan memutuskan masa depan anakmu bahkan sebelum dia lahir.

Beritahu itu, Emilia!.

"Tienang saja~. Emi-chan, kau akan selalu menjadi yang pertama. Jangan
khawatir~"

"....Baguslah kalau begitu"

Oi, jangan mundur!! Dengan kata lain kau setuju dengan ini?! Mula-mula ada si
gadis Elf, Fia, yang mengajukan reservasi....Bagaimana bisa mereka memutuskan
sendiri tanpa izinku? Wanita di dunia ini terlalu agresif.
Arc 4 Towards the School
Chapter 24 Head of The Gargan Company

"Tidak apa-apa~. Aku takkan memaksanya! Kehendak anak itu sendirilah yang
terpenting"

"Syukurlah kau mengerti"

"Akan bagus jika aku bisa mencuci otaknya dan membimbingnya padamu"

"Itu juga tidak boleh!!"

Entah kenapa, aku sudah kelelahan. Perbincangan ini seolah-olah takkan pernah
berakhir. Ayo kita segera pergi.

Saat aku hendak menuju kereta kami, Noel meletakkan tangannya dikedua pipiku
dan mencium keningku.

"Kami akan selalu berdoa agar keberuntungan menyertai dan membuat hidupmu
bahagia~"

Seusai menjauh dari dahiku, dia melemparkan senyuman lebar. Astaga....kau tidak
pernah melewatkan kesempatan untuk menciptakan adegan manis, ya. Kaulah
yang terbaik.

"Baiklah, aku pasti bisa menemukan kebahagiaan....Nee-san"

"---?!"

Tentunya kau takkan mengira aku akan memanggilmu begitu.

Sambil membelakangi kedua pasang petugas yang terisak di belakang, kami


menaiki gerbong.
Arc 4 Towards the School
Chapter 24 Head of The Gargan Company

Ketika hendak meminta Zack untuk berangkat, Gad muncul di hadapan kami dan
menyerahkan tas yang agak besar.

"Danna, tolong gunakan hal-hal yang telah kami sediakan ini dalam perjalanan"

"Terima kasih. Aku merasa menyesal karena merepotkanmu"

"Seperti yang kukatakan pada Dee, jangan khawatir tentang hal itu"

"Walaupun begitu. Meski tidak banyak, ini...."

Aku mencoba mengambil koin emas dari saku dan memberikan itu kepadanya.
Namun, Gad menggelengkan kepala dan menolak.

"Aku tidak bisa menerima uang dari orang yang telah mengubah pria itu"

"....Sebagai gantinya, aku akan memberimu ini"

Apa yang kuambil dari dalam tas adalah reversi* terbuat dari kayu. Awalnya aku
berencana memainkan ini sepanjang perjalanan, tapi kuurungkan niat itu karena
sadar bahwa gerbong kereta pasti akan berguncang. Ini adalah dunia dengan
hanya segelintir hiburan. Kalau aku menjualnya sebagai suatu permainan,
harusnya agak menguntungkan, ya kan?
[Namanya emank Reversi. Kalau masih gak ngerti, inilah yg namanya Othello]

Itulah apa yang aku pikirkan, tapi....

"Apa ini? Sebuah papan dan....koin kayu hitam dan putih?"

"Ini permainan yang aku buat. Jangan ragu untuk memproduksinya secara massal
dan menjualnya seperti yang kau inginkan. Bertanyalah pada Dee bagaimana cara
bermainnya"
Arc 4 Towards the School
Chapter 24 Head of The Gargan Company

"Hooohh. Ini pertama kali aku melihatnya. Dengan rasa syukur aku akan
menerima. Dan....Danna akan pergi sekarang?"

"Ya, aku mengandalkanmu"

"Baiklah. Hei Zack, berangkat!"

"Siap, Aniki! Ayoo!!"

Kereta mulai melaju dan menjauh. Perlahan, sosok Noel dan Dee memudar.

Keduanya terus melambaikan tangan sambil menangis. Kami juga membalas


dengan lambaian seakan merangkai kata 'Sampa jumpa lagi' hingga mereka benar-
benar lenyap dari pandangan.

Bagian 3

Dikatakan bahwa akan memakan waktu lima hari untuk sampai di lokasi sekolah,
yaitu kota Elysion.

Jalan menuju Elysion telah tertata dengan baik, tanahnya sangat datar hingga
hampir seperti vertikal sempurna. Monster juga jarang muncul di sini. Sambil
tertawa, Zack berkata kalau hal yang paling sulit diperjalanan adalah mengusir
kebosanan.

Saat ini, kami sudah melepas jubah dan duduk di tempat kusir bersama Zack
sambil mengobrol bebas. Tiga anak termasuk diriku sekarang mengenakan pakaian
yang cocok untuk seorang petualang. Ngomong-ngomong, Emilia mengikat rambut
panjangnya menjadi ponytail agar tidak mengganggu.
Arc 4 Towards the School
Chapter 24 Head of The Gargan Company

Sama dengan kakaknya, Zack tidak menganggap ras binatang sebagai suatu hal
buruk. Sebaliknya, ketika dia melihat ekor dan telinga serigala berwarna perak
kakak beradik ini, dia malah melontarkan kekaguman, 'Sepertinya kalian telah
dibesarkan dilingkungan yang baik'. Merekapun langsung akrab dan menjadi
teman sambil membahas berbagai hal.

"Dan saat itulah Aniki berteriak 'Apa yang kalian lakukan pada adikku,
brengsek?!'....pada waktu itu, dimataku dia bersinar sangat terang"

"Aku mengerti apa yang kau maksud, Zack-nii*! Aniki ku juga selalu bersinar.
Dialah tujuan kami!"
[Aslinya sih 'Zack-niichan'....entah kenapa terasa aneh, jadi kuganti]

Mungkin karena sama-sama memiliki jiwa persaudaraan yang kental, keduanya


menjadi cepat akrab. Mereka saling membicarakan kenangan indah dan
mengobrol seolah-olah sudah berteman lama.

"Tapi, apa Reus baik-baik saja? Hampir satu jam berlalu dan...."

"Tidak masalah. Ini juga bentuk pelatihan!"

Hanya Reus yang tak menaiki kereta dan malah berlari. Memang bisa disebut
sebagai latihan, lagipula dia melakukannya atas inisiatif sendiri, itulah kenapa aku
tidak menghentikan anak ini. Aku memang ingin dia menyimpan stamina untuk
berjaga-jaga, namun kecepatannya berlari hanyalah setengah dari yang biasa dia
lakukan. Mungkin takkan ada masalah karena aku juga ada disini.

"Ngomong-ngomong, kalau jalan ini aman, kenapa kau menyewa pengawal?"

Emilia mengalihkan pandangannya ke arah dua pria yang terdiam di kursi belakang
kereta. Mereka mengenakan jubah, hampir menutupi mata seperti kedua
Arc 4 Towards the School
Chapter 24 Head of The Gargan Company

bersaudara sebelumnya. Ketika mendapatkan waktu luang, mereka akan merawat


pedang besar ataupun tombak yang merupakan senjata masing-masing. Namun,
sejak berangkat, mereka tak pernah berbicara. Sejujurnya, kesan mencurigakan
cukup terasa.

"Baru-baru ini, para bandit sering muncul disekitar sini. Itulah kenapa aku
menyewa para petualang dari serikat"

Begitu ya. Namun, ada sesuatu yang membuatku khawatir dari tadi. Mendekatkan
diri ke telinga Zack, aku bergumam dengan suara yang mereka tidak bisa dengar.

"Bagaimana kemampuan mereka? Maaf karena terlalu penasaran, tapi aku merasa
aneh dengan senjata mereka yang terlihat masih baru"

Para petualang tidak jauh dari kata 'pertarungan'.

Andai mereka sering bertarung, akan tampak bahwa senjata itu lebih usang atau
sedikit kotor terkena bercak darah. Kalau penampilan senjata mereka yang seolah
baru saja dibeli didapatkan dari perawatan rutin mungkin bisa dimengerti. Tapi
yang kulihat dari tadi, mereka hanya melakukan perawatan dengan setengah-
setengah. Lebih seperti, mereka masih 'asing' dengan senjata.

"Mereka mungkin memang baru saja membelinya? Aku memperoleh orang-orang


ini dari serikat petualang, jadi harusnya tak ada masalah"

Yah, aku tidak begitu tahu tentang hal-hal mengenai serikat. Daripada itu,
bersamaan dengan munculnya firasat buruk, aku mencoba menggunakan {Search}
pada lingkup area luas dan....mendapat banyak respon.

"Aniki!!"
Arc 4 Towards the School
Chapter 24 Head of The Gargan Company

Reus yang tengah berlari mulai berteriak lalu menghunus pedang dipinggannya
dalam posisi kewaspadaan. Intuisinya cukup tajam.

Terkejut dengan tindakan anak ini, Zack panik dan buru-buru menarik tali kekang
kuda untuk menghentikan laju kereta.

"A-Ada apa?!"

"Serangan musuh. Meskipun ada beberapa yang jaraknya masih jauh, mereka
telah mengepung kereta ini. Mungkin para bandit yang barusan kau bicarakan"

"Ini buruk. Hei kalian! Para bandit mungkin akan muncul jadi---apa?!"

Ketika menoleh ke suara Zack, aku dihadapkan dengan situasi berbahaya di dalam
kereta.

"Kalian!! Jangan berani bergerak!!"

Dengan lehernya yang disodorkan bilah tajam, Emilia telah menjadi seorang
sandera.

Chapter 24 berakhir disini

>Catatan penulis :
untuk sementara, Noel dan Dee takkan muncul. Tapi tenang saja, aku akan
menghadirkan mereka lagi.

>Catatan penerjemah :
Kita ucapkan sampai jumpa lagi juga pada dua tokoh itu, Noel dan Dee. Walaupun
merupakan chara yang menjengkelkan atau bagaimana, ketika gak muncul cerita
utama, agak sunyi ya.
Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

Chapter 25 Trouble Is Just Another Event


Bagian 1

"Kalian!! Jangan berani bergerak!!"

Orang yang harusnya mengawal kami tengah menahan leher Emilia dan
menyodorkannya pisau.

"Sialan....Mengambil sandera pada saat ini, kalian adalah kaki tangan mereka?!"

"'Seperti itulah. Cepat buang senjatamu!!"

"Apa kau tidak malu menyandera anak kecil? Aib bagi seorang pria!"

"Berisik, menang adalah hal terpenting!! Aku tidak akan menjamin apa yang terjadi
pada ojou-chan ini jika kau tidak membuang senjatamu!!"

Ketika Zack dengan marah membuang pedang di pinggulnya, aku memutuskan


melakukan hal serupa. Jika situasi diperhatikan dengan seksama, Emilia tampak
hanya merasa jengkel tanpa kesakitan. Ada tas berisi air di genggamanya, mungkin
gadis ini tadinya ingin menyerahkan itu padaku.

"Kami sudah tidak punya senjata apapun, jadi cepat turunkan anak itu!"

"Belum! Beritahu bocah di kejauhan agar juga membuangnya!"

Biasanya, kejadian yang muncul adalah Reus bergegas menuju kami dan
menghajar mereka tanpa berkata apapun. Tapi, aku menyuruhnya menunggu
dikejauhan untuk mengawasi para bandit. Masih ada waktu sampai orang-orang
itu tiba disini. Untuk sekarang, ayo mengumpulkan informasi dulu.
Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

"Uhhh....Onii-san seorang petualang, kan?"

"Apa, tidak bisakah kau mengerti hanya dengan melihat?"

"Para petualang adalah orang yang kuat, kan? Lalu kenapa mereka takut pada anak
bersenjata? Jadi aku berpikir mungkin saja salah"

"Bocah ini....hei kau, lindungi punggungku! Abaikan yang di luar!!"

Dia lalu menyuruh kawannya untuk mengawasi titik buta sedangkan dirinya
memperhatikan kami.

....Lucu, dia tertipu terlalu cepat. Yang penting, aku bisa mencegah Reus melucuti
senjatanya.

"Apa tujuan kalian? Jika itu uang, aku bisa memberikan semua barang bawaan di
kereta, biarkan anak-anak pergi!"

Ooh, kau orang yang baik ya, Zack-san. Seorang pedagang memprioritaskan
keselamatan kami daripada barang bawaannya. Kau pria menakjubkan.

"Hah! Itu tidak perlu karena kami akan merampok semuanya! Bocah-bocah disini
memiliki penampilan yang tidak buruk, harusnya bisa terjual sebagai budak dengan
harga layak!"

Mendengar kata 'budak', wajah Emilia memucat. Mungkin trauma lama


menghantamnya lagi. Tubuh kecil itu mulai gemetar, menunjukkan gejala
berbahaya.

Haruskah aku menembak kepala preman ini? Tidak, perlakuan itu agak terlalu
kasar. Aku akan membiarkan Emilia mengatasinya.
Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

"Emilia, dengar baik-baik"

"....Ya...."

"Tutup mulutmu, bocah! Daritadi kau terus mengomel!"

"Kau telah menjadi kuat. Ingatlah hari-hari pelatihanmu"

Aku mengabaikan pria yang mulai berteriak itu dan terus berbicara dengan Emilia.
Tampak mengingat, gadis ini terpejam. Setelah beberapa detik, dia perlahan
membuka mata. Tanda-tanda ketakutan yang sebelumnya tertempel di wajah
sekarang telah sirna.

"Sudah ingat? Kalau begitu, lakukanlah! Orang-orang setingkat mereka dapat kau
kalahkan dengan mudah!"

"Ya!"

Pada momen ketika pria itu terkejut dan lengah karena suara nyaring dari sandera,
Emilia menyelinap keluar dari lengan yang menahannya.

Memegangi tangan orang yang menggenggam pisau, dia menggunakan Aiki*,


membuat pria itu terpelanting dan jatuh. Aku kira dia akan menjauh, tapi ternyata
serangannya belum selesai.
[Menurut sekumpulan literatur yang pernah kubaca, Aiki adalah prinsip utama dari
senibeladiri seperti Aikido, judo, taichi, dll. Agak panjang ngejelasinnya. Anggap aja
Emilia menggunakan teknik bantingan dari Aikido, karena itu juga mengandung
Aiki]

"Satu-satunya yang bisa menyentuhku....hanya Sirius-sama!!"


Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

Melanjutkan dengan teknik seoi-nage*, dia melemparkan orang itu. Sambil


menabrak pria dibelakangnya, dua preman terbang bebas diudara, keluar dari
kereta.
[Lemparan bahu. Kayak gini . Btw, yg kurang paham dimana tepatnya adegan ini
terjadi, ingat kalo kedua petualang, Emilia, Sirius dan Zack berada dalam kereta.
Hanya Reus yg berlari (sebagai bentuk latihan) diluar. Jadi adegan Emilia yg
membanting kedua petualang itu berlangsung didalam kereta. Rangkaian kalimat
dari penulisnya juga sempet buat aku bingung]

"Haah?! Pria itu baru saja terbang....Eehhh?!"

Sambil meninggalkan Zack, yang ternganga, aku mendekati Emilia dan membelai
kepalanya. Dia terengah-engah, tapi tenang saat mendapat belaianku dan
perlahan tersenyum.

"Sirius-sama....aku, berhasil"

"Ya, kau melakukannya dengan baik. Emilia bukan lagi gadis lemah yang hanya
menunggu untuk menjadi budak lagi. Kau sudah membuktikannya"

"Itu berkat Sirius-sama"

"Salah, inilah hasil kerja kerasmu. Sekarang, tinggal mengurus musuh yang tersisa"

"Ya!"

Emilia mundur. Aku menepuk bahu Zack lalu menyerahkan peralatan yang dia
jatuhkan.

"Zack-san, apa kau baik-baik saja?"

"A-Aah, Danna....siapa anak ini?"


Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

"Penjelasannya nanti saja. Untuk sekarang ayo keluar dari kereta dan bertarung.
Musuh akan muncul"

"Tidak, jumlah mereka bukan hanya beberapa. Daripada melawan, kita harus pergi
dari sini...."

"Dengan kereta berisi barang-barang berat, kita tidak akan lari lebih cepat dari
mereka. Jadi, ayo keluar dan menghadapinya"

"Kemampuan berpedangku tak terlalu bisa diandalkan. Tergantung lawannya,


lebih dari dua akan jadi mustahil"

"Tidak masalah. Selama kau bisa melindungi dirimu sendiri, Reus dan Emilia akan
membereskan sisanya"

Aku mengalihkan pandangan ke Emilia. Wajahnya dilimpahi motivasi, seolah


berkata 'Serahkan padaku!'. Baiklah, sepertinya dia telah kembali normal.

"Ngmong-ngomong, ayo. Kita tidak bisa mengurus musuh di dalam kereta, barang-
barang disini akan rusak"

"Yah, benar juga"

Sikapnya tampak enggan, namun Zack mengikuti saat kami keluar.

"Aniki, Nee-chan, kalian baik-baik saja?!"

Tepat setelah keluar, anjing setia Ha---*....bukan. Reus berlari, aku


menenangkannya juga dengan tepukan di kepala. Para petualang yang tergeletak
ditanah mulai bangun dengan goyah. Mungkin lemparan tadi terlalu berlebihan
untuk mereka.
Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

[Mau bilang Hachiko, si anjing setia Wiki. ]

"Aniki, apa mereka kita anggap Musuh?"

"Ya. Orang-orang bodoh itu mencoba menjual Emilia dan dirimu sebagai budak
lagi. Bersihkan saja mereka semua sekaligus teman-temannya yang akan segera
tiba"

"Jadi begitu! Aku akan melakukannya!!"

Melepaskan geraman seakan dirinya akan bertransformasi lagi, dia melotot tajam
pada para petualang. Yah, pihak lain juga marah karena merasa kalah.

"Si-Sialan....Apa-apaan bocah itu?"

"....Aku tidak tahu juga, tapi dia kuat. Apa mereka belum sampai?"

Mereka mulai waspada meski tahu kami hanya anak-anak dan memilih menunggu
bala bantuan. Penilaian akan situasi orang-orang ini kurasa sudah biasa diantara
para petualang.

"Apa yang akan kita lakukan, Danna? Lebih baik mereka disingkirkan sebelum
teman-teman mereka datang, ya kan?"

"Itu sudah terlambat. Kita akan melanjutkan rencana semula"

Aku bisa merasakan kehadiran mereka bahkan tanpa {Search}. Sekumpulan orang
yang memiliki kesan berbahaya mulai berkumpul dan menghadang jalan didepan
maupun belakang. Para petualang itu berlari kearah seorang pria yang mungkin
pemimpin kelompok. Mereka mulai melaporkan situasinya.

"Oi oi, apa yang terjadi? Tugas kalian seharusnya melucuti senjata mereka kan?"
Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

"Mereka lebih kuat dari yang kami duga. Ini akan berakhir jika kau lengah karena
penampilan mereka yang seperti bocah biasa"

"Menyedihkan, kau menyalahkan bocah-bocah itu atas ketidak becusanmu


sendiri....Hei, kau yang disana!! Kesini sebentar!!"

Mungkin memang pemimpinnya, dia mulai memberikan perintah. Seorang pria


lalu maju menuju ke arah kami.

Pria itu berhenti di depan Reus, dan melotot dengan ancaman. Para preman ini
sangat mudah dimengerti.

"Oi bocah, cepat jatuhkan senjatamu. Jika tidak, kau akan kesakitan"

"Hei, apa kalian bandit?"

"Ya, bandit. Bandit terhormat yang akan menjual kalian dengan harga tinggi"

"Kalau begitu, aku tidak akan sungkan"

"Aah? Apa yang kau---GEFUUGHHH?!?!"

Tinju Reus tenggelam ke pusat wajah lawan. Pria itupun pingsan tanpa mengetahui
apa yang terjadi.

Pria itu terus bergulung ditanah, lalu berhenti tepat di depan kaki pemimpin
mereka sambil mimisan.

"Reus, teruslah seperti itu. Emilia akan mengurus musuh yang ada di depan
gerbong"
Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

Kecuali yang baru saja pingsan, jumlah musuh adalah sepuluh orang. Enam di
belakang kereta, tiga di depan. Sisanya....

"Sirius-sama, bagaimana dengan yang di atas sana?"

Terdapat seseorang yang bertengger disebuah pohon sebelah kiri. Mungkin dia
bertugas menyerang dari jauh dengan busur. Namun jujur saja, tak ada gunannya
jika mereka hanya menugaskan satu orang.

Aku lalu mengambil sebuah batu seukuran kepalan.

"Aku yang akan mengurusnya. Jadi, apa kalian sudah siap?"

Postur tubuh Reus berubah serendah mungkin dengan tanah seolah tertarik
gravitasi. Disisi lain, Emilia menghunus pisaunya dan mulai fokus. Sedangkan diriku
membidik menggunakan batu, mengincar target pria di pohon itu.

Menggunakan segenap kekuatan dorongan tanganku, batu inipun melesat


membelah udara.

"Mulai bertempur!!"

""YAA!!!""

Bersamaan dengan orang yang kubidik jatuh, Reus berlari.

Tak seperti Emilia, anak ini berlatih tanding melawanku dan Lior hampir setiap
hari. Orang biasa mungkin sudah tidak akan mampu bertahan. Tapi dia mirip
dengan Lior, suka bertarung dengan yang kuat.
Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

Dia terus mengulangi pertarungan sambil memikul trauma ketika menjadi budak.
Ini memang pertama kalinya dia menebas manusia, tapi jika itu menyangkut
keselamatan saudaranya, dia takkan belas kasihan.

Setelah menendang bumi, sosoknya melecut kencang. Selesai memotong lengan


penyerang dihadapannya, dia langsung melompat ke dekat si pemimpin.

"A-Apa?!"

"URRRAAAAA!!!!!"

Keheranan dan terkejut dengan apa yang terjadi, pemimpin itu mengayunkan
kebawah pedang besarnya, menghadapi Reus yang menebas ke atas. Seiring
dentangan tinggi suara logam, kedua senjata mereka bertabrakan tepat ditengah.
Reus kemudian mengambil jarak sambil mendecakkan lidah.

"Sial, aku belum bisa mengenainya!"

Benar saja. Jika ini Lior, musuhmu memiliki pedang berbilah besar bukanlah
masalah, pria tua itu pasti mampu membelah orang sekaligus senjatanya.

Tingkat kemampuan Reus memang sudah tinggi, namun dia masih nampak
berkecil hati.

"Seperti yang kukatakan!! Hei kalian, kita akan menahannya!! Kau, serang bocah
berambut hitam itu!!"

"Anak itu sepertinya pemimpin mereka. Jika kita menyanderanya, yang lain pasti
berhenti juga"

"Jauhkan tanganmu dari aniki!!!"


Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

Kedua petualang bekerja sama dan mengurus serangan Reus.

Aku juga mengajarinya sedikit beladiri tangan kosong. Namun karena tidak terlalu
mahir, anak itu berhasil dicegah pergi oleh mereka.

Pemimpinnya kembali mengangkat pedang. Hanya saja, Zack berdiri seolah


melindungiku dan membalas dengan menghunus pedangnya sendiri.

"Aku tidak bisa hanya mengandalkan anak-anak. Takkan pernah kubiarkan kau
mendekatinya!!"

"Pergi kau, pedagang rendahan!!!"

Semangatnya sungguh luar biasa. Hanya saja dari perkiraanku, kemampuan


bertarung Zack berada dibawah pemimpin para bandit. Aku tidak ingin pria baik ini
terluka....apa boleh buat.

"Kau pikir aku tidak bisa bertarung hanya karena seorang pedagang?! Itulah
kesalahan besarmu!!"

"Kau pikir bisa menang melawan---AGGGAHHH?!?!"

....Si pemimpin mendadak jatuh di punggungnya, membuat kepalanya terbentur


dan berhenti bergerak.

Meski merasa tidak enak kepada Zack yang masih bersiap dengan pedangnya, aku
malah mengakhiri ini dengan cepat....

Biar kujelaskan, apa yang kulakukan hanya melilitkan {String} di kaki si pemimpin
lalu menariknya dengan kuat.

"HEYYAAAA!!!!"
Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

Di saat, bersamaan seorang petualang terhantam tepat didagunya. Pukulan itu


cukup keras untuk menyingkirkan kesadaran, sedangkan yang lain terlihat sudah
tegeletak ditanah. Jika ada sebuah gong disini, mungkin akan berbunyi dengan
nada indah.

"Maaf, aniki! Aku tidak bisa menahannya!"

"Jangan khawatir. Kau membereskan hampir semua dari mereka sendirian, itu
sudah cukup bagus"

"Un. Haah....aku berharap ada pedang yang lebih baik...."

Aku agak menyesal karena tidak memiliki pedang yang cocok untuk kemampuan
Reus. Dia mencoba mengambil pedang dari para bandit dan mencoba
mengayunkannya, tapi langsung dimasukkan ke sarungnya sambil menggeleng.

Begitu sampai di Elysion, aku akan mencarikannya senjata yang bagus.

"Tidak, tidak, apa yang kau keluhkan? Reus sungguh luar biasa. Aku belum pernah
melihat seseorang yang kuat di usia ini"

"Aku sudah banyak belajar, Zack-nii. Aniki bahkan lebih menakjubkan!"

"Ha, haa....Danna, ya. Tunggu, dimana Emilia-chan?!"

"Harusnya sudah berakhir. Lihat, itu dia"

Mengalihkan pandangan ke depan kereta, disana....Emilia menari dengan indah.

Tak seperti Reus, serangannya lemah. Namun itu berbeda ketika dia menggunakan
sihir melawan orang lain. Sebuah {Air Slash} yang dilepaskan ke arah sembarangan
Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

bisa berubah menjadi alat eksekusi dan mencincang musuh dalam sekejap. Aku
menyuruhnya agar sebisa mungkin tidak membunuh, itulah kenapa gadis ini
menahan kekuatannya. Meski begitu, dia mengurus tiga orang dengan reflek dan
kecepatan yang sudah terlatih. Mencari celah dan menebas titik vital mereka
menggunakan sebilah pisau.

Selain itu, dia menggunakan sihir untuk lebih mempercepat dirinya sendiri. Setiap
kali rambut Emilia melambai sambil meninggalkan kemilau perak, luka tebasan di
tubuh tiga bandit bertambah

"Apa-apaan dia ini?!?!"

"Walaupun aku bisa melihatnya, seranganku tak pernah kena!! Kenapa---


UGHH?!?!"

"AH!! Menjauh! Menjauuhhh!!!"

Memang hanya menimbulkan setumpuk luka ringan, tapi itu sudah cukup untuk
melenyapkan keinginan bertarung mereka. Emilia pun terdiam ketika menemukan
waktu yang tepat lalu menunjuk dengan pisaunya.

"Selanjutnya adalah tenggorokan kalian. Namun, jika kalian menjatuhkan senjata


dan menyerah, aku akan berhenti. Bagaimana?"

Hmmm, senyum itu memang manis....sekaligus menyeramkan. Karena berasal dari


anak kecil, kesannya menjadi lebih menakutkan*. Melihat ini, ketiga bandit dengan
panik membuang senjata mereka.
[Entah kenapa aku jadi teringat boneka Chucky]

"Sirius-sama! Aku sudah selesai!"


Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

"Kerja bagus. Sekarang, kita ikat tangan bandit-bandit ini dan mengumpulkan
mereka di satu tempat"

"Mengerti. Zack-san, apa kau punya sesuatu sebagai pengikat?"

"A-Aah. Kurasa ada di dalam kereta"

"Aku juga akan membantu!"

Sementara ketiga bandit sedang diikat....satu orang lagi muncul.

Aku telah sadar akan keberadaan orang ini, namun hanya membiarkannya. Itu
karena selama apapun waktu berlalu, dia tak pernah menampakkan diri.

Kenapa dia baru muncul sekarang?

"....Seseorang memohon, dengan mengorbankan nyala lilin sendiri. Untuk


mewujudkan reinkarnasi api sesungguhnya---"

"Mantera!? Ini buruk! Dia penyihir!!"

"Aniki!!!"

"Sirius-sama!!!"

Penyihir.seseorang yang mampu menggunakan sihir tertentu, julukan ini


biasanya disematkan pada orang yang mampu menggunakan sihir tingkat
menengah.

Kami tidak berpikir dikelompok bandit akan ada seorang penyihir. Sontak, setiap
orang mencoba menjauh, yah kecuali diriku. Dia mungkin menunggu kami lengah
sambil bersembunyi.
Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

"---Tombak api yang siap menembus siapapun, melesatlah {Fire Lance}!!"

Disaat nama mantra terucap, tombak dari api berukuran sekitar tinggi badanku
muncul.

Hmm, ini pertama kali aku melihat pengguna sihir selain para petugasku. Lagipula,
inikah sihir dasar dua tingkat lebih tinggi dari pemula, {Fire Lance}? Penyihir itu
melotot padaku yang sedang terkagum, lalu membuka mulutnya sambil
meluncurkan tombak api.

"RASAKAN INIIII!!!! PEMIMPIN DARI PARA MONSTERRR!!!!!"

Oh ayolah, anak-anak ini adalah para siswa manisku yang menjadi kuat karena
usaha sendiri. Bukankah agak kejam memanggil mereka monster?

"{Impact}"

Karena Zack juga melihat, aku memutuskan untuk mengahiri ini dengan sihir
normal dan bukan dengan sihir pistol. {Impact} yang aku tembakkan kecil, dan
tampak bukan sesuatu yang bisa menandingi tombak api. Namun, saat keduanya
bertabrakan, bola padat Mana akan menguraikan api dan menyebarkannya ke
segala arah.

Tombak api pun lenyap.

"Ap---?!....Sihirku?!"

"Pengubahan aliran Mana menjadi sihir masih kurang. Setingkat ini bisa di imbangi
dengan sihir kecil seperti barusan. Baiklah....sayangnya tak ada 'lain kali'"
Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

Penyihir itu melangkah mundur melihat seringaiku, tapi kau tidak boleh pergi.
Catatan kriminalmu adalah menista para siswaku, jadi ayo kita adakan sedikit
pendidikan konseling.

Sementara diriku berjalan mendekatinya sambil memikirkan isi konseling, dua


bayangan terbang melesat dari sisi dan melewatiku.

"Kepada Sirius-sama,---"

"Kepada Aniki,---"

Diiringi raungan, kakak beradik menerjang dengan kecepatan penuh menuju pria
itu. Berpisah menjadi dua sisi dan mengepungnya.

""---BERANINYA KAUUU!!!!"

Emilia menargetkan perut, sedangkan Reus menargetkan wajah. Mereka


menghantamnya dari kedua sisi.

Seperti yang diharapkan dari kakak beradik, waktunya sangat tepat. Pria itupun
jatuh sambil memuntahkam darah. Dari caranya yang langsung jatuh, kau bisa
memperkirakan seberapa tingginya teknik kedua bersaudara. Berdasarkan
bunyinya saja, aku tahu itu sangat keras. Dia tidak mati, kan?.

"Nee-chan, orang ini sepertinya masih hidup? Kita akan menyelesaikannya?"

"Kita buat dia menyesal karena masih bernafas. Reus, ayo lakukan"

Tunggu tunggu!! Apa-apaan ini!!


Mata gelap itu, mereka serius. Meski pria ini telah pingsan, Reus meraih leher dan
menggoyang-goyangkannya, sedangkan Emilia menatap dengan tatapan dingin
sambil memegangi pisau. Oh omong kosong, benar-benar konyol.
Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

"Emilia, Reus. House*!"


[Ini adalah perintah yg digunakan untuk anjing. Mungkin kayak 'kemari~!'. Aku juga
gak terlalu tau sih karena gak punya anjing]

""Yaaa!!""

Aku menepuk kepala keduanya yang langsung menghampiriku. Sebenarnya, aku


ingin mendengar beberapa hal dari mereka, hanya saja para bandit ini sudah
kewalahan oleh pertarungan. Jadi, aku akan mengakhirinya disini.

"....Bagaimana ya, aku tidak bisa berkata apapun"

Meninggalkan penjelasan untuk Zack yang bingung nanti, aku akan mengurus
terlebih dahulu para siswa.

"Kalian berhasil. Ada banyak hal tak terduga, tapi kalian mampu
menyelesaikannya. Inilah hasil dari latihan keras kalian"

"Yaayy!"

"Aku melakukannya!"

"Hanya saja, ketika aku diserang jangan bereaksi terlalu berlebihan. Kalian takkan
bisa membuat keputusan terbaik jika tidak tenang"

Kali ini kedua bersaudara beruntung karena si penyihir panik tanpa bisa
melemparkan serangan balik. Namun jika lawan kami tidak kebingungan, dia pasti
akan melontarkan sihir sebelum kakak beradik mampu mencapainya.

"Sirius-sama ditargetkan. Aku takkan bisa tenang!"


Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

"Orang yang menyerang aniki adalah musuh! Aku akan menjatuhkan mereka
semua!!"

"Kalian....aku memang senang dengan ini, tapi akan lebih membuatku senang jika
kalian dapat mengubah cara berpikir itu. Diskusikan dulu apa yang akan kalian
lakukan dengan teman satu tim, prioritaskan untuk melumpuhkan musuh.
Selanjutnya, kalian boleh menghajarnya sesuka hati, mengerti?"

"Ya. Kami harus melumpuhkan dulu, dan membuat mereka menyesal telah hidup"

"Aku paham! Kita bisa berbuat apapun selanjutnya, ya!"

"....Anak-anak ini, bukankah mereka agak ekstrem?"

Aku tidak bisa menyangkal kata-kata Zack. Tapi kami telah diserang tanpa alasan.
Wajar saja jika kami membela diri atau bahkan membalas.

Setelah itu, aku memutuskan mengumpulkan mereka dan melakukan interogasi.

Ada masalah tanggung jawab dengan serikat petualang yang mengirim mereka
sebagai pengawal, dan aku perlu membuat mereka menumpahkan penjelasan
tentang jumlah bandit.

Setelah memberi perawatan minimal dan mengirim burung pembawa pesan ke


kota Almest, Zack menanyai si pemimpin.

"Oi, apa kalian bandit yang berkeliaran di sekitar sini baru-baru ini?"

"Bagaimana jika benar?"


Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

"Aku akan memaksamu meludahkan segalanya tentang jumlah dan dimana tempat
persembunyian kalian. Gara-gara kalian bisnis kami berhenti berkembang, ini
masalah yang serius"

"Persetan dengan itu"

"Bahkan sekarang?"

Zack mengancam si pemimpin dengan mendekatkan bilah tajam pedang ke


lehernya, tapi pria ini hanya menatap Zack sambil tertawa.

"Hahaha! Lakukan saja jika kau mau. Kau takkan mengetahui apapun kalau aku
mati. Seorang pedagang kecil takkan bisa berbuat sesuatu yang tidak biasa dia
perbuat"

"Kuh...."

Sepertinya dia tepat sasaran, Zack menyingkirkan pedangnya sambil frustrasi. Tapi
dia cepat pulih, dan mulai beralih untuk berbicara kepada para petualang
sekarang.

"Apa kalian tidak malu? Menyandera anak kecil dan bekerja sama dengan bandit?
Aku heran kenapa kalian menyebut diri sendiri sebagai para petualang yang
terhormat"

"Aku tidak ingin mendengar itu dari pedagang yang diselamatkan oleh beberapa
bocah"

"Dan aku tidak ingin mendengar itu dari seorang pria yang tangannya terikat.
Bekerja sama dengan para bandit merupakan tindakan yang membuat serikat
sebagai musuh, apa yang kalian mau?"
Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

"Berisik! Sebuah perusahaan yang didirikan oleh mantan petualang tua tak berhak
mengatur kami!"

"Apa?! Berani-beraninya kau menjelek-jelekkan Aniki!"

"Baiklah, waktunya berhenti"

Aku memaksa masuk ke percakapan karena ini hanya akan menjadi perkelahian.

Menenangkan diri setelah menjauh dari petualang itu, Zack menggaruk kepalanya
merasa malu.

"Maaf, Danna. Aku tidak tahan jika Aniki di olok-olok"

"Aku sangat tahu perasaan itu!"

"Karena kau seorang pedagang, cobalah mengurusnya dengan sedikit lebih tenang.
Kita masih belum tahu apa-apa"

"Aku menyesal karena bertindak memalukan. Akhir-akhir ini para pedagang


menjadi target kejahatan bandit"

"Bukankah itu karena pedagang punya lebih banyak uang?"

"Meski begitu, tak ada korban di antara para pelancong. Karena mereka dengan
santainya menyerang gerbong yang dijaga, Aniki mengira ada alasan lain dibalik
ini. Jika kami bisa mendapatkan bukti dari orang-orang ini...."

Tapi kau tidak pandai dalam persoalan interogasi, karena itulah kau terjebak tanpa
memperoleh satupun informasi.
Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

Terus terang, kami bisa pergi ke Elysion tanpa perlu terlibat dengan preman-
preman ini. Namun, mereka sempat memberitahu sesuatu tentang menjual kami
sebagai budak di atas melibatkan orang yang tidak terkait. Kupikir aku akan
membantu sedikit sambil memberi pelajaran kepada orang-orang ini.

"Zack. Boleh aku menginterogasi mereka?"

"Eh? Yah, aku tidak keberatan...."

"Terima kasih dan maaf. Sepertinya aku akan menggunakan sedikit barang dari
kereta"

Setelah mendapatkan cat merah yang digunakan untuk melukis, aku berdiri di
hadapan si pemimpin bandit.

"Apa yang bocah, dengan kedua ras 'bukan manusia' inginkan?"

Mengabaikannya perkataannya yang menyebalkan, aku menggambar lingkaran


dengan cat di lengannya dan menulis 'Idiot' dalam bentuk kanji. Dari sudut
pandangku, ini hanyalah keisengan. Tapi bagi mereka yang tidak mengenal bahasa
jepang, pasti tampak seperti suatu pola misterius.

"Baiklah, ini selesai"

"Mencorat-coret seenaknya, aku pasti akan membuatmu menyesali ini"

"Kaulah yang akan menyesal. Lagipula, ini bukan sekedar coretan....melainkan


kutukan"

"....Apa yang kau bicarakan"


Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

Meskipun wajah dari si pemimpin menampakkan ketidaksenangan, aku memegang


erat lengan dimana pola itu terukir seakan tak membiarkannya protes. Awalnya
dia membuat ekspresi keheranan, namun disaat aku menggenggamnya lebih kuat,
semua itu memudar dan kulitnya berubah pucat.

"A-Apa ini? Apa yang terjadi?"

Selanjutnya, aku mengambil sebuah pisau dan memotong sekitar bagian yang
kupegang dengan ringan. Walau hanya menderita luka dangkal, dia bergetar.

"Hei, ada apa? Kau takut hanya karena luka setingkat ini?"

"Tidak! Ini tidak sakit! Meskipun tanganku digenggam sangat kuat, meskipun
berdarah, ini tidak sakit sama sekali!!"

Terakhir, aku menusukkan pisau lebih dalam. Aliran deras darahpun mengalir, pria
itu mulai menjerit saat berkeringat.

"A-Apa ini?! Kalian, apa lenganku benar-benar melekat?!?! Tak ada rasa sakit atau
sensasi semacam itu!!!"

"Aku mengatakannya tadi kan? Ini kutukan"

Untuk sekarang, aku menghentikan pendarahannya dan menatap langsung mata si


pemimpin sambil tersenyum. Apa yang tercermin disana adalah
kebingungan....dan sedikit ketakutan. Di situasi tak masuk akal sekarang,
senyumanku pasti tampak mengerikan.

"Aku mempelajari kutukan sebagai hobi dan ini telah kusempurnakan beberapa
hari yang lalu. Singkatnya, jika aku menuangkan Mana pada pola yang telah
kubuat....kau akan sepenuhnya mati rasa"
Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

"A-Apa yang kau bicarakan?"

"Artinya, jika kau berbohong atau tidak menjawab pertanyaanku, kutukan ini akan
menjadi lebih kuat. Pada akhirnya akan menyebar ke seluruh tubuhmu"

"H-Heh....kalau aku tak bisa merasakan sakit, tidak ada gunanya menyiksa, kan?"

"Kau belum memahaminya? Mati rasa sepenuhnya berarti kau takkan bisa
merasakan apapun yang kau makan, kau bahkan takkan merasakan apapun walau
sedang memegangi seorang wanita"

Dengan ucapan itu, ketenangannya menghilang. Dia pasti tengah membayangkan


itu. Walaupun sebentar, tubuhnya bergetar hebat.

"Da-Danna! Bukankah itu terlalu berlebihan...."

Ups, sepertinya aku menakuti orang lain. Untungnya, Emilia langsung berbisik
kepada Zack, jadi aku tidak perlu menjelaskan ini.

Jujur saja, ini adalah penerapan {Regenerasi Aktif}, aku hanya melumpuhkan
sebentar sensasi rasa sakit dengan memberi stimulus berlebih menggunakan
Mana. Dengan kata lain, itu seperti pemberian anestesi dan dapat kembali normal
dalam jangka setengah hari.

Intinya adalah, ada cara lain untuk mengancam selain dengan pedang atau
pukulan. Bagi mereka yang tidak tahu tentang anestesi, situasi saat ini hanyalah
perwujudan rasa takut.

"Saat sudah terlanjur menyebar ke seluruh tubuh, itu akan mustahil untuk
dinetralisir....Kalau begitu, bisakah aku mulai mengajukan beberapa pertanyaan?"

"A-Aku akan memberitahumu segalanya, Bou-chan!!*"


Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

[Tuan muda. Atau sebutan yang disematkan pada bocah laki2 yang terkesan
dimanjakan]

Nah, ini terlalu mudah.

Seseorang akan taat setelah kau menekan dua hasrat terbesar manusia.

Si pemimpin tanpa ragu-ragu dan lancar menjelaskan tentang rahasia mereka,


bahkan termasuk informasi yang tak seorangpun pedulikan.

Setelah memperlakukan para petualang dengan cara yang sama, akupun


mengetahui alasan mereka bergabung dengan bandit.

"Jadi, mereka penyebabnya. Sialan! Aku kira para brengsek itu takkan macam-
macam lagi. Tapi ternyata mereka bertindak sejauh ini!"

Rupanya, bandit-bandit yang memburu para pedagang berasal dari perintah


perusahaan lain, yang iri dengan pesatnya pertumbuhan perusahaan Galgan.
Untuk menghancurkan perusahaan Galgan, mereka menggunakan preman-preman
ini dengan membocorkan informasi tentang jalur distribusi dan menghancurkan
perdagangannya. Mereka juga meminta agar menyerang beberapa pedagang yang
tidak terkait, untuk menutupi jejak mereka.

Dua dari para petualang disini merupakan anggota dalam serikat yang sama, tapi
belakangan ini pendapatan mereka semakin menipis tanpa pemasukan yang
lancar.

Tampaknya, perusahaan yang bersangkutan menyuruh mereka agar bekerja sama


dengan para bandit dan memberikan sejumlah besar imbalan. Senjata yang
mereka simpan di kereta tampaknya disediakan oleh perusahaan itu juga, tujuan
dari memegang senjata-senjata bagus itu agar mereka lebih mudah dipercayai.
Itulah sebabnya meskipun orang-orang ini hanya tahu bagaimana menggunakan
Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

pedang satu tangan, mereka juga memakai senjata baru yang tidak biasa mereka
gunakan.

"H-Hei....itu sudah cukup kan? Aku mengatakan semua yang kutahu, jadi tolong
lenyapkan kutukan ini!"

"Baiklah, aku akan menghapusnya. Hanya saja, sebelum itu...."

Aku mengumpulkan perhatian para bandit, lalu mengambil batu lebih kecil dari
telapak tangan dan memerasnya sangat kuat dibantu oleh {Boost}. Batu padat
itupun hancur hingga hampir menjadi pasir.

Sambil memperlihatkan adegan ini, sudut bibirku melengkung ke atas.

"Jika kalian memanggil para siswaku monster dan menghina mereka diwaktu
berikutnya, ini akan menjadi kepala kalian. Mengerti?"

Para bandit mengangguk berkali-kali dengan sangat cepat sampai-sampai aku


berpikir leher mereka akan patah. 'Monster' harusnya merupakan sebutan untuk
individu yang kemampuannya berada diranah lain. Ini bukan kata yang harus kau
sematkan pada orang yang sedikit lebih kuat darimu

Menuruti keinginan si bandit, aku menyeka pola itu dengan kain dan menuangkan
Mana-ku untuk menetralisirnya....atau begitulah yang sedang terlihat. Sebenarnya,
aku hanya mengangktifkan sihir {Light}, namun pria ini sepertinya menganggap
kutukannya benar-benar lenyap, wajah pucat yang tadi seakan mencair.

"Ah, ngomong-ngomong akan ada efek samping, jadi ini tidak akan sepenuhnya
hilang sampai setengah hari. Karena kutukan takkan lenyap dengan cepat, tolong
jangan mencari gara-gara pada kelompokku. Aku mungkin tanpa sengaja
mengaktifkannya kembali"
Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

Kulit wajah merekapun memucat lagi.

Yah, tak apa asal mereka berhenti macam-macam. Bagaimanapun, orang-orang ini
akan dipenjara sambil menunggu keputusan tentang hukuman. Aku yakin mereka
sudah belajar dari kejadian sekarang.

Setelah itu, aku melewati waktu menunggu para penjaga kota untuk menyeret
kelompok bandit ini dengan menerima setumpuk rasa pemyesalan dari Zack.

"Aku benar-benar minta maaf. Situasi menjadi seperti ini walaupun aku pernah
berkata akan menjamin perjalanan yang aman. Aku tidak memiliki satupun alasan
untuk mengelak"

"Tidak apa-apa, barang bawaan kita masih aman. Lagipula, kami tidak keberatan
sedikitpun"

"Tolong jangan terlalu formal. Ketika aku mendengar dirimu dari Aniki, sejujurnya
aku agak ragu. Namun, setelah melihat kekuatanmu langsung, aku menjadi sangat
kagum. Mulai sekarang, biarkan aku memanggilmu Danna dalam artian
sesungguhnya"

Apa maksudmu dengan arti sesungguhnya? Yah, kurasa ini berarti aku sudah
cukup dipercaya.

Zack terus meminta maaf, tapi bagi kami ini bukan masalah besar. Bahkan,
kejadian ini berperan baik untuk menyembuhkan trauma kedua bersaudara.

"Jadi, apa yang harus kita lakukan? Kita sudah tidak sempat melanjutkan
perjalanan karena matahari akan segera terbenam. Bagaimana kalau kembali ke
kota bersama dengan para penjaga yang akan datang untuk membawa orang-
orang ini?"
Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

"Itu tidak perlu, kan?"

"Tapi, kesampingkan diriku, kalian belum terbiasa tidur di alam liar kan?"

"Malah sebaliknya, kami cukup mampu ketika tidur diluar. Lagipula, akan lebih
baik jika kita tiba ditempat tujuan tepat waktu karena kau sedang mengantarkan
barang"

"Seperti yang Sirius-sama katakan, kami tidak keberatan. Jadi, ayo kita lanjutkan"

"Danna....maaf karena kita tidak bisa menempuh jarak yang jauh hari ini. Namun,
karena barang bawaan dari dua petualang sudah tidak ada, kecepatan kereta kita
pastinya akan meningkat"

"Kalau begitu, ayo kita maju!"

Bersamaan dengan kami yang memutuskan tindakan, Reus mulai membuat


keributan ketika dirinya sedang mengawasi keadaan sekitar.

"Aniki!! Ada bau orang-orang, mereka menuju kesini!!"

Sepertinya para penjaga kota telah tiba.

Meski tempat ini berjarak cukup jauh dari kota, enam orang penjaga tetap dikirim
kemari. Ini mungkin karena kehebatan dari perusahaan Galgan.

Zack selesai menjelaskan situasinya, para banditpun dibawa.


Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

Bagian 2

Satu jam telah berlalu.

Kami berlanjut menuju Elysion seperti yang direncanakan. Kecepatannya memang


sedikit naik, hanya saja begitu langit menggelap, kami mulai bersiap untuk
berkemah.

"Aku akan berjaga diluar. Kalian bisa tidur di dalam kereta"

"Bukankah kita seharusnya berjaga secara bergantian?"

"Sirius-sama tidak perlu ikut. Tolong tinggalkan tugas ini kepada kami"

"Ditolak. Kecuali untuk situasi tak terduga, setiap orang harus mendapat
bagiannya. Ini juga untuk mendapat pengalaman"

"Jika tetap bersikeras....Namun, giliran Sirius-sama akan lebih pendek"

"....Danna, apa kau benar-benar masih anak kecil? Aku merasa seakan dirikulah
yang anak kecil"

"Aniki tidak dapat dipahami dengan logika!"

Walau ada sedikit gangguan, giliran untuk jaga malam diputuskan. Baiklah,
selanjutnya adalah menyiapkan makanan.

Hidangan di kemping kami terdiri dari hal-hal yang mudah dan biasa seperti sup
berisi roti keras dan daging dibumbui garam. Ini juga terjadi karena makanan yang
diawetkan belum berkembang disini.
Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

Tempat kami berpijak memang bukan padang pasir atau tanah tertutup es,
melainkan jalan raya dimana kau bisa melihat hutan dari sana. Karena itulah, kalau
kau berusaha, kau pasti akan menemukan sesuatu yang dapat dimakan.

"Seperti itulah, Emilia akan bertugas mengumpulkan tumbuh-tumbuhan seperti


sayur dan lainnya, sedangkan Reus pergi berburu"

"Mengerti, aku akan mencari tanaman herbal"

"Baiklah, Aniki! Buruan dengan ukuran sedang, kan?"

Seusai menginstruksikan keduanya, aku mengambil panci yang agak kecil dan
menciptakan lingkaran sihir api untuk mendidihkan air. Zack sedang melihatku
sambil menelan sup roti dan dagingnya.

"Hmm....sepertinya kau tidak memerlukan porsi yang telah kusiapkan untukmu"

"Maaf karena mengecewakanmu, kami akan membuat makanan sendiri"

"Tidak perlu semenyesal itu. Aku akan berisitirahat sebentar setelah menghabiskan
ini"

Akupun menghentikan Zack yang mengambil kantong tidurnya sambil masih


menggigit sepotong roti.

"Tunggu, kau pastinya lebih suka mengunyah sesuatu yang hangat, kan? Bahkan
jika kau sudah makan, aku tetap akan membuat porsi untuk Zack"

"Selain ditolong dari kejadian yang mengancam nyawa tanpa kehilangan satu
barangpun, Danna juga mengurus makanan. Bagaimana aku harus membayar
hutang ini?"
Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

"Urusan dengan para bandit itu hanyalah suatu kebetulan, tidak perlu keberatan.
Lagipula, aku ingin bertanya kesan tentang hidangan yang akan kubuat ini dari
sudut pandang seorang pedagang. Anggap saja sebagai percobaan"

"Percobaan....Jika Danna yang melakukannya, maka aku tertarik"

Setelah melihat Zack melipat kantong tidurnya lagi dan duduk di sisi berlawanan,
aku mengambil benda berbentuk balok dengan warna coklat dari dalam tas. Aku
memotong-motong hal seperti tanah liat ini dan mencelupkannya pada air
mendidih. Ketika air jernih berubah warna menjadi coklat juga, suatu aroma mulai
melayang diudara.

Mirip dengan miso*, tapi bukan miso. Anggap saja sebagai sup yang dasarnya
terbuat dari bahan-bahan dari dunia ini.
[Bisa dibilang bumbu khas Jepang. Mungkin udah banyak yg tau karena baisanya
dibuat kuah buat mi atau makanan lain. Wiki]

"Oooh....dari aromanya saja, ini pasti lezat. Apa yang Danna celupkan tadi?"

"Itu hal yang terbuat dari campuran garam dan berbagai rempah-rempah lain, aku
mengeringkannya agar lebih mampu bertahan lama. Lalu, dilelehkan pada air
panas agar bisa dikonsumsi"

Proses pengeringan memang membuat makanan lebih awet, hanya saja akan
mengurangi rasanya. Disamping itu, sekarang kami sedang dalam perjalanan
panjang, jadi aku memilih titik tengah, yaitu benda seperti tanah liat ini. Karena
Zack menatap penuh keingintahuan, aku menyendokinya sedikit dan memberikan
itu kepadanya.

"Ini....PANAS!!!!"
Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

Oi, oi. Ini bukan sesuatu yang harus dimakan langsung. Tentu saja kau merasa
panas. Kau melakukan sesuatu seperti Reus di masa lalu.

"Sirius-sama, kami kembal!"

"Aku sudah selesai berburu, aniki!!"

Kedua bersaudarapun kembali sambil menunjukkan hasil mereka.

Emilia juga mengumpulkan tanaman herbal. Aku mungkin bisa menggunakanya


sebagai pemberi aroma pada masakan.

"Luar biasa, itu Borrow Bird. Burung ini sangat waspada dan bahkan sulit untuk
didekati. Aku heran kau bisa menangkap seekor"

"Dia lari beberapa kali, tapi aku diam-diam mendekatinya lalu melompat dengan
'bang!' dan memotongnya dengan 'shaaa'!"

"A-Ah, aku tidak terlalu mengerti, tapi aku tahu kalau itu adalah luar biasa"

Sia-sia saja untuk meminta penjelasan rinci kepada Reus, yang hanya bergerak
mengandalkan naluri. Aku pikir pilihan Zack adalah yang terbaik.

Pokoknya, seusai memotong-motong kecil burung ini, aku membumbuinya dengan


garam dan tanaman herbal. Mencampurkan jamur dan rumput liar ke dalam sup,
dibagian terakhir aku mencelupkan mi kering kedalam sup.

Mengenai mi kering, itu merupakan hal yang kuciptakan sendiri dengan


menggorengnya dulu dalam minyak. Tapi ini masih lebih baik bila dibandingkan
dengan roti keras.
Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

Tampaknya Zack tak mampu menyembunyikan keterkejutannya pada hidangan


berkualitas lebih baik dari perkiraan. Pergerakaannya dalam meraih mi menjadi
lebih cepat walaupun agak kaku karena hanya menggunakan garpu, bukan sendok.

Setelah menghabiskan itu dalam sekejap mata, Zack menggosok perutnya dalam
kepuasan.

"Iyaah....benar-benar luar biasa. Ini pertama kalinya aku memakan sesuatu selezat
ini saat berkemah"

"Aku pikir Dee dan yang lainnya sedang makan hal yang sama sekarang"

"Jadi karena itu mata Aniki berkilauan. Mi kering ya....? Ini revolusi dari makanan
yang diawetkan, pasti laku keras. Apa kau mau memasarkan ini?"

"Aku tidak benar-benar keberatan. Namun jika kau ingin membuat dan
menjualnya, lakukan itu setelah mendapat izin Dee dan berkonsultasi dulu dengan
Gad"

"Hmm, Dee-nii pasti akan membalas....'Izin diperoleh dari Sirius-sama'!"

Reus benar juga. Aku ingin Dee berkata bahwa dirinya juga hebat dan menjadi
sedikit terkenal, tapi karena dia masih belum membuat usaha restoran,
meyakinkannya mungkin agak mustahil. Apa boleh buat, aku akan mengizinkannya
hanya dengan syarat.

"Yah, baiklah. Aku akan mengajarimu bagaimana untuk membuat ini, namun kau
harus memberiku hasil dari penjualannya"

"Berapa banyak?"
Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

"Aku tidak bisa mengira-ngira bagaimana sesuatu akan terjual. Jadi, putuskan itu
setelah membahasnya dengan Gad"

"Tidak peduli bagaimana kau melihatnya, aku yakin akan sangat laku. Inilah
kesempatan untuk mendapatkan sejumlah besar uang"

"Untuk sekarang kami tidak benar-benar membutuhkan uang. Sebenarnya, aku


bahkan tidak mau dipusingkan dengan hal itu. Jadi, aku akan mengandalkan Zack
dan Gad untuk masalah ini"

Belum lama sejak kami bertemu, tapi aku telah berpikir Gad--yang terkait dengan
yang Dee dalam kurun waktu agak lama---dan Zack---yang mencoba untuk
menyelamatkan kami dari bandit---adalah orang-orang yang baik.

"Dan juga, aku punya satu permintaan lain. Kemampuan kami yang kau lihat hari
ini, aku harap kau tak membocorkannya pada siapapun"

"Tentu. Kekuatan setingkat itu memang harus disembunyikan untuk sementara"

"Kau memahaminya ya?"

"Jelas saja. Jika ada anak-anak sekuat ini, mereka akan dimanfaatkan oleh orang-
orang yang merepotkan. Para bangsawan juga mungkin akan menginginkannya. Itu
hanya menjadi benih masalah"

Seperti yang diharapkan dari pedagang, ia memahami persoalan yang aku


prihatinkan.

"Karena itulah, aku akan bungkam. Aku mendukung keputusan Danna, yang telah
menyelamatkanku. Tak peduli apa yang orang lain atau bahkan para bangsawan
akan katakan"
Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

"Terima kasih"

"Aku yang harusnya mengucapkan itu. Yah, ngomong-ngomong Danna akan


mendaftar di sekolah Elysion, kan?"

"Apa aku pernah membicarakannya?"

"Tidak, hanya saja, anak-anak yang pergi ke Elysion sebagian besar memiliki tujuan
mendaftar di sekolah. Menyimpulkan ini cukup sederhana"

Fumu, aku tak menyadari itu. Oh baiklah, jika hanya tentang kami yang pergi untuk
mendaftar ketahuan, itu bukanlah masalah.

"Sepertinya kau tidak hanya membahas tujuan perjalanan?"

"Ya. Jujur saja, perusahaan Galgan memiliki cabang di Elysion, jadi aku
menyarankan agar kalian mengunjungi toko kami. Aku juga akan sering datang
kesana untuk mengurus bisnis. Jika kalian memiliki masalah, biarkan kami
membantu"

Oh, jiwa bisnis dalam diri Zack nampaknya berkembang.

Tapi inilah yang aku butuhkan sekarang. Aku bisa langsung menjual rempah-
rempah agar bisa sampai ke Dee*. Sepertinya dukunganku pada usahanya juga
takkan berkurang bahkan setelah tiba di Elysion.
[Bagi yang blom paham, gini. Sirius masih ingin membantu usaha Dee dengan
tetap mengiriminya rempah-rempah. Perusahaan Galgan akan menjadi distributor
terbaik disini]

"Tolong urus kami dari sekarang"

"Aah, aku juga sama"


Arc 4 Towards the School
Chapter 25 Trouble Is Just Another Event

Setelah itu, perjalananpun berlanjut dengan lancar.

Kami juga mengusir para monster yang sempat menyerang beberapa kali, namun
tidak ada bandit yang muncul.

Bahkan jika dirinya lemah, melihat kedua bersaudara mengalahkan para monster
sebelum dia sempat menghunus pedangnya. Satu-satunya orang dewasa di
kelompok kami, Zack hanya bisa tertekan.

"....Meskipun....Meskipun aku pria dewasa, aku serasa dikawal"

Ini adalah kebenaran yang menyedihkan, jadi aku menepuk punggungnya tanpa
berucap apapun.
Sambil mengalami berbagai peristiwa kecil semacam ini, lima haripun berlalu.
Akhirnya....kami tiba di tujuan.

"Dannaaa!! Elysion sudah terlihaaattt!!"

"Oooooh?! Itu tinggiiii!!!!"

"....Sangat besar...."

Kota Akademi*, Elysion.

Apa yang menyambut kami adalah....Tembok raksasa melintang kekejauhan dan


melindungi penduduk di sisi lain.

Chapter 25 berakhir disini

Catatan penerjemah :
Akhirnya tiba di sekolah............... novel ini mengajarkan untuk menghargai ya.
Termasuk tentang pendidikan
Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

Chapter 26 Elysion Enrollment Examination


Bagian 1

Ibukota di Merifest, Elysion.

Salah satu kota utama pada benua Merifest. Hal pertama yang para pelancong dari
daerah lain tangkap dari pandangan mereka adalah dinding raksasa, mengelilingi
tanah luas.

Namun, yang terpenting bukanlah tembok maupun skalanya.

Inilah tempat dimana terdapatnya sebuah sekolah, Akademi Elysion.

Tak ada dimanapun pada benua Merifest kecuali disini. Hanya dengan
mendaftarkan diri, kau akan memperoleh kehormatan layaknya bangsawan.

Perubahan suhu selama musim cukup lembut, monster-monster buas


dimusnahkan, juga tanah subur dengan kekayaan alam yang melimpah. Di atas
semua itu, terdapat sekolah terkenal yang hampir seperti tempat wisata.

Tak diragukan lagi bahwa Elysion merupakan wilayah yang bisa disebut kota
metropolitan.

Ketika kau melihat ke atas dinding besar itu, hal berikutnya yang akan muncul
adalah sesuatu yang lebih tinggi---Istana.

Di sanalah raja yang memerintah negara ini tinggal. Tampaknya, karena


kemampuan sang penguasa bersama orang-orang berbakatnya, kedamaian di sini
begitu terjaga. Hampir tak ada ketidakadilan, para penduduk dapat melewati hari-
hari mereka di dalam dinding dengan puas.
Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

Disaat aku bertanya tentang perlakuan terhadap para ras binatang, terlepas dari
bagian bangsawan yang menyebalkan, tak ada masalah dengan berjalan-jalan dan
diskriminasi juga jarang terlihat. Meski begitu, mayoritas populasi diduduki oleh
manusia, sedangkan ras binatang menempati tiga puluh persennya.

Itulah yang dijelaskan Zack sementara kami menunggu dibagian luar dinding.

Untuk memasuki kota ini kau hanya bisa lewat dua gerbang pada dua sisi dinding,
tentu saja disetiap gerbang dijaga oleh sekumpulan tentara. Setiap individu baru
diperbolehkan masuk seusai diperiksa identitas atau asal-usulnya.

Akan lebih cepat jika kau bisa membuktikan diri sebagai orang yang berasal dari
perusahaan Galgan. Sebaliknya, jika tidak, kau akan menghabiskan waktu lama
untuk menjawab setiap pertanyaan yang mereka lontarkan. Hal itu tampaknya
terjadi pada orang-orang di depan barisan, membuat kami menunggu hampir tiga
puluh menit.

Reus sedang berlatih mengayunkan pedang di dekat kereta. Karena senggang, aku
mendengarkan ringkasan tentang kota.

"Ada juga ras binatang di antara para siswa di sekolah, jadi harusnya takkan ada
masalah bagi Emilia dan Reus"

"Baguslah. Jika di sini, kalian bisa melepaskan jubah"

"Kelihatannya begitu. Lagipula, Sirius-sama, bolehkah aku memintamu


memakaikan kerah padaku?"

"....Hah?"
Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

"Karena aku harus secara jelas menyatakan ke lingkungan bahwa diriku adalah
milik Sirius-sama. Bahkan jika harus diperlakukan sebagai budak, aku malah akan
merasa terhormat karena menjadi petugasmu"

"Tunggu, tunggu, tunggu! Bahkan jika kau baik-baik saja dengan itu, aku
membencinya. Ini ditolak, ditolak!"

"....Begitu ya"

Bisakah kau berhenti depresi?

Jika ada pengukuran untuk nilai loyalitas, bukankah milikmu akan mencapai
puncak dan bahkan menembus bagian atasnya?

"Yah, pernyataan Emilia-chan agak aneh. Tapi itu sesuatu yang harus
dipertimbangkan"

"Zack juga, apa yang kau bicarakan?"

"Tidak, itu karena Emilia-chan begitu manis bahkan dari sudut pandangku. Ini tidak
terbatas pada ras binatang, tapi aku pernah mendengar bahwa beberapa
bangsawan mulai menginginkan mereka sampai muncul rumor tentang
penculikan. Jadi jika ada tanda yang menyatakan bahwa dia sudah dimiliki, itu bisa
bertindak sebagai tindakan pencegahan"

Jika setiap orang berkumpul dari sana kegelapan lahir, ya*.


[Peribahasa mungkin. Kurang tahu sih artinya]

Memang takkan mudah bagi seorang perempuan yang sudah terlatih untuk diculik,
tapi dia tidak bisa menang melawan jumlah. Kami harus berhati-hati meski
mendapat perlindungan sekolah.
Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

"Zack-san kelihatannya juga setuju. Jadi, tolong beri aku kerah. Yah....Aku tidak
keberatan jika suatu hari nanti berganti menjadi cincin"

"Aah....aku akan memikirkannya"

"Aniki!! Istana itu sangaaaattt besar, ya kan?! Gerbangnya juga terlihat kokoh!
Mungkinkah aku bisa menebasnya?!"

Bagus sekali, Reus. Itu menjadi alasan untuk mengubah topik pembicaraan. Hanya
saja, komentarmu dapat menyebabkan kesalahpahaman yang aneh.

"Tidak boleh. Aku tidak ingin mereka beranggapan kita kesini untuk menyerang
kota"

"Mengerti, aniki!"

"Hahaha, Reus dipenuhi semangat, ya"

Giliran kami untuk memasuki Elysion pun tiba.

Bersama Zack dari perusahaan Galgan sebagai perantara, pemeriksaan kami


berakhir dengan cepat. Awalnya, mereka yang tidak bisa membuktikan diri harus
membayar sejumlah kecil uang setelah pemeriksaan, tapi Zack berperan sebagai
saksi dan membayarkannya untuk kami.

"Maaf membuatmu membayar biaya masuk"

"Jangan khawatir, dibandingkan dengan kasus para bandit dan barang dagangan
baru*, ini hal yang tidak penting. Ngomong-ngomong, apa yang akan Danna
lakukan dari sini?"
[Maksudnya barang dagangan baru itu pas adegan mereka berkemah setelah
insiden bandit. Coba inget2 chapter sebelumnya]
Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

"Tes masuk sekolah mulai besok. Tujuan pertama adalah mencari penginapan"

"Kalau begitu ayo kita pergi. Aku merekomendasikan sebuah penginapan yang
bagus dibidang keamanan dan makanannya juga lezat. Aku sering kesana ketika
datang ke kota ini"

"Ini pertama kalinya kami disini. Tanpa tahu arah, aku akan menyerahkannya
padamu"

Sudah hampir malam, tapi Zack mengajak kami kesana sebelum mengantarkan
barang dagangannya ke perusahaan.

"Ini adalah penginapan {Spring Breeze Perch}. Aku akan pergi sebentar untuk
berbicara dengan pemiliknya"

Bangunan ini tiga kali lebih besar dari rumah kami, merupakan konstruksi dari kayu
dan berlantai dua.

Melewati pintu masuk ada lobi, bergeser ke samping ada pintu yang mengarah ke
ruang makan di mana kau bisa melihat para tamu sedang menikmati hidangan.
Sepertinya juga berfungsi sebagai bar, karena ada yang minum alkohol dalam
suasana hati gembira. Lantai pertama merupakan ruang makan dan penginapan
termasuk tempat tinggal pemiliknya, sedangkan lantai kedua adalah bagian dari
penginapan utama.

Sementara memahami sifat dan fasilitas tempat ini guna mencatat rute pelarian---
kebiasaan diduniaku sebelumnya---Zack membunyikan bel di meja lobi.

"Ya, yaaaa! Oh, bukankah ini Zack!"

"Halo, pemilik. Mohon bantuannya lagi"


Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

Yang keluar adalah wanita ras manusia berusia empat puluhan. Sosoknya yang
sedikit gemuk, menyambut Zack dengan senyum ramah nan lembut.

"Apa kau akan memesan satu kamar seperti biasa?....Ara, ada beberapa anak yang
tidak kukenal. Mungkinkah mereka anakmu?"

"Kau tahu aku belum menikah, kan? Karena kami bepergian bersama, aku
mengenalkan mereka pada penginapan ini"

"Ara, terimakasih atas berkontribusimu. Selamat datang! Aku adalah pemilik


tempat ini, Rona. Terdapat beberapa kamar kosong, apa yang para pelanggan
disini inginkan?"

"Mohon bantuannya juga. Karena bertiga, kami akan memesan kamar ganda untuk
pria, dan satu kamar untuk wanita---"

"Satu kamar untuk tiga orang atau kamar besar, tolong!"

Sebelum sempat menyelesaikan pesananku, Emilia maju dan melayangkan


permintaannya. Tunggu sebentar! Aku tidak benar-benar ingin mengatakan ini,
tapi apa normal untuk menyelat ucapan masternya?.

"Ara, betapa manisnya anak ini. Singkatnya, ketiga pelanggan ingin berada di
kamar yang sama, ya. Tapi jou-chan, apa tidak apa-apa meski kau seorang gadis?"

"Ya, yang disini adalah adikku. Juga ada master kami, Sirius-sama. Tidak masalah"

"Begitulah!"

"Baiklah. Kalau begitu, ayo kita pergi ke kamar besar yang ada di belakang"
Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

Mereka memutuskan ini seenaknya.

Aku memang tidak ingin kedua anak itu lepas dari pandanganku, tapi....ada apa
dengan perasaan tidak jelas ini.

"Hanya satu hari untuk Zack, tapi berapa lama kalian bertiga akan tinggal?"
"Benar juga. Tes-nya besok, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk masuk ke
asrama?"

"Menurut yang kudengar dari onee-chan, paling tidak butuh tiga hari"

"Aku juga pernah mendengarnya selama itu. Pemilik, jika memesan lima hari untuk
berjaga-jaga, berapa biayanya?"

"Ayo kita lihat....Dengan tiga kali makan dan satu kamar besar. Ini agak mahal, tiga
koin perak, bagaimana?"

Aku tidak tahu apakah tiga koin perak itu mahal atau murah. Tapi sebuah ruangan
jumbo termasuk makanan mungkin memang murah. Ketika aku mencoba
mengambil uang dari saku dada, Zack mendahului dan menyerahkan empat koin
perak.

"Ini bagianku sekaligus mereka. Jadi tak perlu kembalian"

"Ara, betapa murah hati untuk seseorang yang sangat teliti dengan uang seperti
dirimu. Apa yang terjadi?"

"Terlepas dari penampilan, mereka sangat menakjubkan. Aku dibantu dengan


berbagai cara saat datang ke sini"

"....Mungkinkah mereka bangsawan?! Sangat menyesal! aku akan segera


memperbaiki sikapku!"
Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

Sang pemilik melesat keluar dari meja lalu mencoba menunduk sangat rendah,
akupun menghentikannya dengan panik. Pengaruh bangsawan sungguh luar biasa,
apa dianggap tidak sopan jika kau tidak bertingkah sebanyak ini?

"Uhh, kami bukan bangsawan, hanya orang biasa. Jadi tidak perlu begitu hormat,
tolong berhubungan saja dengan cara normal"

"Begitulah, pemilik. Danna memang bukan bangsawan, tapi dia pria terhormat
yang lebih hebat dari itu. Dia akan sering menjadi pelanggan perusahaan Galgan,
jadi aku ingin menjaganya bahkan setelah diriku kembali"

"Ohhh, aku mengerti. Meski bukan, aku masih akan melayaninya dengan segenap
ketulusan seperti biasa"

Sang pemilik kembali ke posisi semula, setelah mengambil buku tamu dia lalu
membungkuk pada kami. Tidak setingkat kaa-san, tapi bungkukannya cukup
elegan. Ups, masalah sekarang bukanlah si pemilik, melainkan Zack.

"Zack, aku merasa tidak enak jika kau membayar biaya penginapan juga"

"Aku ini memang pria yang seenaknya. Seperti sebelumnya, tolong biarkan aku
membayar"

"Tapi...."

"Maaf, bolehkah aku memotong sebentar?"

Sambil tersenyum, sang pemilik datang untuk turun tangan di antara kami, yang
sedang saling mendorong beberapa koin perak.
Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

"Tolong biarkan Zack membayar untuk menyelamatkan harga dirinya. Dia


merupakan seorang pedagang yang tidak bisa menerima jika tidak menebus segala
hutangnya dengan benar"

"Sama seperti si pemilik katakan. Aku akan berangkat besok, jadi tolong biarkan
aku melakukan setidaknya sebanyak ini"

Melihat mereka berdua menundukkan kepala, aku kehilangan keinginan untuk


mengatakan sesuatu. Apa boleh buat, jika memang ini yang harus dilalui maka aku
akan memperkenankan kebaikan Zach disini. Hanya saja....si pemilik pandai
menengahi ya. Seperti yang diharapkan dari seseorang yang mengurusi bisnis
penginapan dan melibatkan berbagai orang.

"Baiklah, dengan rasa syukur aku akan menerimanya"

"Terima kasih. Kalau begitu pemilik, aku meninggalkan sisanya padamu. Aku akan
datang lagi setelah mengantarkan barang dagangan"

"Ya, selamat jalan....Para pelanggan, tolong masukkan nama Anda disini"

Setelah kepergian Zack, kami menuliskan nama masing-masing di buku tamu.


Akupun terheran dengan nama-nama sebelumnya yang tertulis karena banyak
sekali yang serupa.

"Sirius-sama, Emilia-sama, Reus-sama, benarkan? Tulisan kalian bertiga sangat


rapi. Karena ada cukup banyak orang yang tidak dapat menulis, aku sering
menuliskan nama mereka"

"Itu sebabnya ada banyak tulisan tangan yang sama. Jadi ini adalah penginapan
yang berorientasi pada rakyat jelata, bukan bangsawan ya"
Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

"Persis. Kami memfokuskan tempat ini menjadi penginapan dimana orang awam
bisa bersantai. Meskipun melihat kesopanan dan pakaian kalian bisa disalah kira
sebagai bangsawan"

Kesampingkan kesopanan, pakaian kami layaknya petualangan biasa, jadi bagian


mana yang seperti itu. Aku agak penasaran.

"Oh, astaga. Barang bawaan kita masih tertinggal di kereta. Reus, ayo mengejar
Zack-san"

"Mengerti, nee-chan"

Begitu ya....rambut. orang awam biasanya tidak terlalu mengurusi kilau rambut
mereka.

Apalagi Emilia, yang diajarkan berpenampilan baik dari kaa-san agar menjadi
petugas yang cocok untukku. Rambut peraknya yang mengkilap halus, takkan ada
yang menganggapnya sebagai petualang.

"Kalau begitu, aku akan membimbing Sirius-sama ke kamar sambil menunggu


keduanya kembali. Ruang makan akan ditutup dalam dua jam, apa yang kau akan
lakukan tentang makan malam?"

"Aku ingin makan bersama, tapi aku tidak begitu tahu kapan Zach akan kembali"

"Toko cabang perusahaan Galgan tidak jauh dari sini, sepertinya dia hanya akan
memeriksa dan menyerahkan barang dagangannya. Itu mungkin tidak sampai satu
jam. Haruskah aku memberitahunya dimana ruanganmu?"

"Tolong lakukan itu"

Kedua bersaudara kembali tak lama kemudian, kamipun diantar ke kamar.


Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

Sepertinya ruangan besar ini awalnya untuk empat orang karena ada empat
tempat tidur, tapi oleh sebab itu ruang lainnya kecil, jadi kamarnya hanya untuk
tidur saja. Sedangkan toiletnya berada di tempat lain. Ini adalah toilet yang
menyiramkan air menggunakan lingkaran sihir air. Merupakan fasilitas yang tidak
buruk karena sering dibersihkan.

Sayangnya, tidak ada bak mandi. Di dunia ini biaya pemeliharaan untuk bak mandi
begitu tinggi, selain dirumah para bangsawan, tak ada tempat untuk mandi di
rumah-rumah pribadi.

Ketika berada di rumah, aku membangun membuat sebuah drum kayu, dan mandi
menggunakan itu.

Biasanya, aku membersihkan diri dengan handuk yang direndam dalam air hangat,
namun seperti yang diharapkan dari kota metropolis nomor satu di benua.
Biayanya sedikit lebih tinggi, tapi ada tempat yang mirip pemandian umum, aku
diberitahu bahwa kami bisa kesana.

Seusai menaruh barang bawaan, kamipun duduk di tempat tidur untuk mengambil
nafas.

Karena berbagai hal, aku tidak sepenuhnya dapat beristirahat selama perjalanan.
Jadinya aku sering tertidur sambil duduk.

"Ayo kita bicara sedikit sampai Zack kembali. Kita akan mengikuti tes masuk besok,
kalian ingat isinya?"

"Wawancara dengan guru dan tes praktek untuk keterampilan sihir, kan?"
Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

"Benar. Yang penting selama praktek, jangan sampai sihir tanpa mantra ketahuan.
Jadi takkan masalah jika kalian membisikkan sesuatu sebelum menyebutkan nama
sihir"

Seperti yang bisa diduga, menggunakan sihir tanpa mantra di usia ini akan
membuat mereka menyelidiki berbagai hal. Sulit untuk menjelaskan bahwa
imajinasi itu penting, dan jika mengumumkannya dengan buruk, itu hanya akan
menghasilkan protes serius dari para peneliti berkepala keras. Waktu tidak bisa
mengikuti perubahan yang terlalu mendadak, aku juga tidak ingin terlalu terkenal,
jadi jika kami semua lulus tes, itu sudah cukup.

Kalau kami membisikkan kata-kata seperti mantra selama tes praktek, paling tidak
mereka akan menganggapnya sebagai pemendekan mantra.

"Aku kebanyakan mengayunkan pedang, jadi aku tidak terlalu baik dengan sihir"

"Tidak apa-apa Reus. Sepertinya mereka hanya ingin melihat apakah kau bisa
menggunakan sihir atau tidak. Takkan ada masalah walau kau hanya bisa
menggunakan sihir tingkat dasar. Kau mungkin juga harus menunjukkan mereka
'itu'"

"'Itu', ya....apa boleh?"

"Silakan saja. Meski aku tidak tahu situasi apa yang akan kalian buat, tapi kalian
bisa menunjukkannya kepada orang-orang di sekolah"

"Mengerti. Aku akan menunjukkan kepada mereka ajaran langsung Aniki!"

Aku hanya mengajarkan konsepnya, bahkan sering tidak kuabaikan. Reus bisa
menggunakannya murni karena kemampuan dan hasil usahanya.
Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

"Aku lebih khawatir dengan bagian wawancara. Cara bicara akan memengaruhinya
kan...."

"Kau benar tentang itu. Bukankah ucapan sopan atau semacamnya sudah bagus
untuk Reus?"

"Tidak apa-apa, Aniki! Aku akan berbicara sesuai yang diajarkan oleh Erina-san!"

Ada banyak orang setiap tahun, jadi aku tidak berpikir mereka akan menghabiskan
berjam-jam hanya untuk satu kali wawancara. Tapi karena tindakan Reus yang
biasa ini, aku merasa cemas.

Apalagi baru-baru ini dia sangat ingin tahu apakah dirinya mampu memotong
benda kokoh atau tidak. Keadaan bisa berbelok ke arah yang berbahaya jika dia
ceroboh.

"Yang tersisa adalah Sirius-sama, tapi....seharusnya tidak ada masalah"

"Ya! Khawatir tentang Aniki itu sia-sia!"

Sepertinya akan ada penilaian atribut sebelum melakukan tes praktek, aku tidak
tahu bagaimana kesan mereka terhadap 'Tak Berwarna' milikku. Hanya saja....yah,
aku akan mengaturnya.

"Tinggalkan padaku, aku akan mengurus itu entah bagaimana. Bahkan jika tidak
lulus, aku akan bekerja di perusahaan Galgan dan berperan sebagai tim distributor
yang juga memberikan bahan untuk Dee"

"Tentu saja, kami juga akan ikut"

"Jika bandit dan semacamnya muncul, aku akan mengirim mereka semua
terbang!"
Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

Kakak beradik ini datang ke sekolah karena mereka ingin bersamaku. Jadi bahkan
jika diriku sendiri yang gagal, rasanya mereka akan dengan santainya mengabaikan
hasil dan mengikuti jejakku. Siswa-siswa yang dapat diandalkan.

Saat kami melanjutkan persiapan untuk besok, keduanya yang sedang beristirahat
di tempat tidur mulai terlihat menjadi waspada.

Tenang, ini bukan musuh.

"Oooiii, Dannaaa!!"

Apa yang bisa didengar bersamaan dengan ketukan, adalah suara Zack. Emilia
hendak segera membuka pintu, tapi Reus menghentikannya. Ooh, sepertinya kau
mengerti. Bahkan jika itu suara seorang kenalan, pintu tidak boleh dibuka
sembarangan.

"....Aniki adalah....?"

"Yang terbaik!!"

Aku terjatuh.

Sejak kapan kalian memutuskan untuk menggunakan kata sandi?! Atau kenapa isi
kata sandinya seperti itu?! Ada banyak hal yang ingin aku tsukkomi.

Sementara aku memegangi kepalaku erat, pintunya terbuka. Zack muncul dengan
senyum puas di wajahnya.

"Maaf sudah membuat kalian menunggu. Tapi sungguh, aku tersentuh begitu tahu
kalian menantiku untuk makan malam"
Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

"Aah, ya, kalau begitu ayo kita pergi"

"Kau bilang hidangan disini sangat lezat. Aku jadi tidak sabar"

"Begitulah. Bagian terbaik dari tempat ini adalah daging panggang Jaora Snake"

"Aku tidak berpikir itu akan menang melawan masakan aniki, tapi kedengarannya
enak!"

Kami berjalan dengan harmonis ke ruang makan. Tak lama kemudian itu berubah
menjadi makan malam meriah layaknya pesta kecil.

"Kalau begitu, untuk merayakan kalian yang bersekolah---"

"Tunggu sebentar. Kami bahkan belum lulus tes-nya"

"Eh? Tapi aku tidak bisa membayangkan kalau Danna gagal"

"Daripada itu, ada hal lain yang harus kita rayakan. Seperti pertemuan dengan
Zack"

"Itu bagus juga. Kemudian, untuk pertemuanku dengan kelompok Danna,


bersulanggg!!"

Sambutannya memang agak amburadul, tapi pesta tetap berlangsung.

Kami makan panggangan Jaora Snake yang sempat direkomendasikan oleh Zack,
meski memiliki cita rasa yang terlalu kuat karena ditenggelamkan dalam minyak,
tapi ini memang enak....Lebih seperti, ini hanya belut.

Aku ingin menyantapnya dengan saus kabayaki*, tapi sangat disesalkan karena itu
tidak bisa dibuat tanpa kecap.
Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

[Sebenarnya kabayaki itu nama masakannya. Unagi no Kabayaki. Emank dari belut
sih. Yg pernah nonton Anime Ben-To pasti tau. Karena itu ada di episode
terakhirnya. Malah nyaranin anime XD ]

"Aku tidak bisa makan terlalu banyak, tapi ini sangat lezat. Kurasa bisa dimengerti
kenapa hal ini dikomendasikan"

"Aku juga suka! Rasanya pasti cocok dengan roti, enak!!"

"Unnn, aku pikir malah akan menjadi yang terbaik jika bersama nasi"

"Nasi? Apa itu hal yang sesuai dengan daging ini?"

"Apa itu nasi, Aniki? Apakah itu hidangan baru?!"

"Hohoh! Aku juga ingin mendengarnya lebih banyak"

Sejak mereka bertiga bertanya sambil mencondongkan tubuh, aku sempat


menjelaskan bentuk dan kondisi untuk tanaman padi agar bisa tumbuh secara
alami, juga tentang kecap kabayaki. Kesampingkan kedua bersaudara, Zack adalah
seorang pedagang. Jika aku menjelaskan itu, dia mungkin bisa menemukan beras
di suatu tempat. Gad bahkan menemukan saus yang diminta Dee.

"Aku akan mencarinya setelah kembali ke Almest"

"Bukankah Zack terlalu berlebihan? Kau menghabiskan berhari-hari untuk


mengantarkan barang ke Elysion tapi kemudian kembali keesokan harinya"

"Hahaha, biasanya aku tinggal selama beberapa hari, tapi kali ini adalah
pengecualian. Kami harus membalas kejahatan perusahaan itu dengan
menggunakan kesaksian para bandit. Kau akan kalah jika meremehkan lawan
terlalu banyak"
Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

"Ya! Kau kalah jika meremehkan lawan!"

"Mereka memberi kita pengalaman yang sangat pahit. Ketika Aniki mendengar ini,
dia akan benar-benar bersiap. Mungkin Aniki juga akan kembali pada saat yang
sama denganku, setelah itu perusahaan kami akan berkumpul dan menghancurkan
mereka!!"

Zack dipenuhi antusiasme. Walau pada akhirnya aman, itu tidak mengubah fakta
kami telah diserang. Wajar saja jika orang-orang yang melakukan tindakan bodoh
akan hancur.

"Kali ini aku benar-benar menyadari kekuranganku. Danna membuat kesempatan


bagi perusahaan kami untuk menghancurkan sumber masalah. Jadi biarpun
kebetulan, aku sangat senang bertemu kalian semua"

"Aku memang tidak mengarahkan situasi menjadi seperti sekarang tapi karena
sudah terlanjur, lakukan itu agar tidak menimbulkan persoalan mengganggu di
masa depan"

"Baiklah!! Lain kali aku kemari, aku akan membawa hadiah sebagai ucapan terima
kasih bersama Aniki!!"

Makan malam berlanjut dengan suasana hati yang damai. Hari kamipun berakhir.

Bagian 2

Besoknya, setelah menyaksikan sosok Zack yang kembali ke Almest pagi-pagi, kami
sampai pada tujuan, Akademi Elysion.
Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

"Waaaahh....Ini besar"

"Besar sekali! Jadi ini akan menjadi rumah baru kita, ya!"

Sama seperti yang dikatakan kedua bersaudara, gedung sekolah sangat besar
hingga bisa dikira sebuah benteng....tidak, ini sudah menjadi istana. Kalau dilihat
dari luar kota, bangunan ini menyembunyikan istana tempat tinggal raja
dibaliknya, tapi aku tidak berpikir sisi belakang memiliki kastil dengan tingkat yang
sama.

"Sekarang, dimana tempat tes-nya?"

"Sirius-sama, orang-orang berkumpul di sana. Terdapat juga anak-anak, jadi


mungkin saja itu tempatnya"

Ke arah yang Emilia tunjuk memang ada kerumunan orang. Setelah semakin dekat,
bisa terlihat suatu tanda pengumuman yang isinya {Tempat Pendaftaran Tes}. Ada
juga sebuah bangunan dengan tulisan {Resepsionis} diatasnya, kamipun menuju ke
sana.

Aku berpaling ke para pendaftar lain di perjalanan, tapi kebanyakan berpakaian


layaknya bangsawan.

Ras binatang hanyalah minoritas. Meski begitu, ada anak bertelinga kucing atau
kelinci, berbagai ras dengan telinga berbeda sedang mengobrol, berkumpul di
tempat yang jauh dari para bangsawan. Sepertinya beberapa faksi sudah di buat.

Ada seorang pemuda berwajah muda yang duduk di meja resepsionis, dan
memperhatikan kami. Dia mulai berbicara.

"Halo, apakah Anda datang untuk mengikuti tes pendaftaran?"


Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

"Iya. Termasuk diriku, kami bertiga datang untuk mengambil tes"

"Aku mengerti. Ngomong-ngomong, apakah Anda semua membawa uang untuk


pendaftaran? Maaf, tapi kadang ada yang kemari sebagai lelucon"

"Tidak apa-apa. Biayanya lima belas koin emas, kan?"

"Itu benar. Karena ada tiga orang, totalnya menjadi empat puluh lima. Sebagai
imbalan atas koin emas, ini adalah barang untuk diserahkan kepada para
pendaftar"

Sambil mengatakan itu, dia menunjukkan liontin bertahtakan permata giok pada
kami. Sebuah angka terukir di bagian bawahnya.

"Ini sebagai bukti tes, teruslah gantungkan itu di leher kalian. Ini telah diukir
dengan lingkaran sihir yang menyerang pemakainya jika dia meninggalkan area
sekolah, jangan lari membawa itu"

"Bagitu ya. Kemudian, ini koin emasnya"

Uang yang aku dapatkan melalui berbagai hal, sirna begitu saja. Aku bukan
menyesalinya, melainkan hanya emosional*.
[Mungkin dia mengingat masa-masa saat keluarga mereka berusaha
mengumpulkan uang bersama Erina]

Setelah pemuda itu selesai menghitung koin-koin, dia memasukkannya ke dalam


kotak dan memberi kami masing-masing satu liontin dan selembar kertas. Tampak
seperti pamflet panduan sekolah.

Kamipun memakai liontinnya, dan membaca pamflet ini di tempat agak jauh dari
sana.
Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

Tes awal akan dimulai beberapa jam lagi. Setelah berkumpul di paviliun sekolah,
yang pertama adalah menulis profil diri sendiri. Dikatakan bahwa mereka yang
tidak dapat membaca ataupun menulis, tidak memenuhi syarat untuk diterima.
Kau juga tidak dapat berkonsultasi dengan siapa pun di tempat, jadi pada saat itu,
kau resmi dinyatakan keluar.

Setelahnya, lima anak akan dipanggil secara bersamaan untuk menjalani


wawancara dan tes praktek. Sejumlah guru akan melakukan penilaian dengan cara
membagi anak-anak itu dalam beberapa ruangan. Pergantian giliran nampaknya
tidak buruk.

Lulus atau gagalnya seseorang akan diumumkan segera. Beberapa hari kemudian
upacara penerimaan siswa barupun diadakan....begitulah informasinya. Ngomong-
ngomong, ketika kau gagal dan menyerahkan liontin ini kepada pihak sekolah lagi,
lima koin emas akan dikembalikan.

Untuk dunia seperti ini, pelayanannya sangat baik. Aku jadi berpikir inilah bukti
bahwa sekolah sekaligus kepala sekolahnya cukup hebat.

Ketika menceritakan pemikiranku kepada kedua bersaudara, mereka menunjuk


nama kepala sekolah yang tertulis di pamflet tersebut.

"Kepala sekolahnya bernama Rodwell. Ah, sepertinya dia adalah ras elf"

"Elf adalah ras yang hidup lama, kan? Keren! Dia mungkin sudah berumur lebih
dari empat ratus tahun!"

"Kukira Elf merupakan ras yang sering diburu, tapi jika setenar ini mana mungkin
dia ditargetkan. Aku ingin tahu orang macam apa dirinya"

"Sirius-sama telah bertemu dengan seorang elf sebelumnya kan?"


Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

"Yah, begitulah. Aku jadi penasaran apa yang dia lakukan sekarang...."

Karena suatu peraturan, Fia tidak bisa meninggalkan hutan tempat tinggalnya
selama sepuluh tahun. Sudah sedikit lebih dari tiga tahun sejak saat itu, pertemuan
masih jauh di masa depan.

"Nah, karena sudah memiliki informasi yang cukup, ayo pergi paviliun. Nomorku
adalah....Seratus lima puluh enam"

"Punyaku seratus lima puluh lima"

"Aku seratus lima puluh empat!"

"Aah, aku satu-satunya yang akan pergi dengan kelompok lain, ya. Ini bukan
sesuatu yang harus aku katakan sekarang, tapi....percayalah pada kemampuan
sendiri dan bertindaklah seperti biasa. Lakukan yang terbaik"

""Ya!!""

Kamipun mengikuti tes pendaftaran.

Bagian 3

---Sudut Pandang Rodwell---

Aku adalah kepala sekolah Akademi Elysion, Rodwell.

Cukup menyenangkan ketika tahu banyak anak-anak yang energik berkumpul di


tahun ini juga.
Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

Nah, meski tes dimulai beberapa hari dari sekarang dan seterusnya, namun hari
pertama memiliki tes paling banyak.

Dari penjelasan resepsionis, terdapat 163 pendaftar pada hari ini.

Jika seperti tahun lalu, ini akan mencapai tiga ratus. Tapi sesuai dugaan, hari
pertama memang paling sulit.

Setelah peserta ujian selesai menulis profil masing-masing, mereka selanjutnya


akan dipanggil ke kamar terpisah dalam kelompok lima orang untuk memulai
wawancara.

Bahkan jika dikatakan profil, itu hanya hal sederhana berupa mencantumkan
nama, atribut, dan sihir yang kau sukai. Guru di sekolah ini secara pribadi
memeriksa mereka sambil melihat profil, dan memutuskan hasilnya setelah
menyaksikan sihir para pendaftar. Umumnya ada 10% kegagalan yang disebabkan
karena terlalu tegang atau kekurangan kemampuan, tapi apa boleh buat. Kau
harus mencoba lagi atau menyerah jika kau tidak mau menghadapinya.

Nah, wawancara memang semacam itu, namun....mereka takkan pernah mengira


bahwa ada aku, sang kepala sekolah bercampur di antara para guru. Tentu saja
setelah menyamarkan diri, takkan ada yang tahu bahwa diriku adalah elf.

Aku memang tidak dapat melihat semuanya, tapi menyaksikan anak-anak


melakukan yang terbaik seperti ini sudah cukup menyenangkan. Inilah yang agak
kunantikan setiap tahunnya. Sedikit disayangkan karena terdapat beberapa
masalah, seperti fakta bahwa diriku bersama Gregory-sensei. Dia adalah pria
berbakat yang sangat mampu memanfaatkan atribut api dan bumi. Namun sikap
sombongnya yang memandang rendah semua orang kecuali bangsawan, cukup
menonjol.
Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

Sejujurnya aku ingin segera memberhentikannya, tapi dia seorang bangsawan


berpangkat tinggi, jadi akan menjadi hal yang merepotkan jika aku bertindak
ceroboh. Sepertinya dia sedang merencanakan sesuatu akhir-akhir ini, aku sampai
berpikir ingin menugaskan seseorang untuk mengawasinya.

Singkirkan dulu pikiran sedih ini. Ayo kita saksikan calon siswa baru yang akan
menjadi bintang dimasa depan.

"Atributku adalah bumi. Aku belum bisa menggunakan sihir serangan, tapi aku
pandai membuat boneka"

"Api adalah keahlian utama di rumah kami, dan aku juga hebat dalam hal api. Aku
akan menunjukkan kepada kalian {Flame Lance}, yang telah diturunkan selama
beberapa generasi!"

"Angin merupakan puncak segalanya, dan anginku adalah yang terkuat. Saat aku
mendaftar, sebuah legenda akan lahir di sekolah"

"Orang seperti diriku datang untuk mendaftar. Jika seseorang dari rumah kami
mendaftar, tanpa diragukan lagi sekolah ini akan menjadi lebih terhormat"

"Uhh....aku cukup bagus di sihir air. Aku tidak bisa menggunakan sihir
serangan....dan sama sekali tak bisa menggunakan sihir api"

....Hmm, seperti yang diharapkan, kebanyakan dari mereka adalah para


bangsawan.

Ada beberapa yang menjanjikan, tapi banyak juga yang sombong dan terlalu
bangga dengan nama rumah* mereka.
[Ingat ya. Nama rumah itu kayak nama keluarga/marga]
Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

Terutama ada beberapa yang sampai salah paham bahwa guru penguji bisa disuap.
Sayangnya bahkan ada guru yang menerimanya....investigasi dan pembersihan
akan dilakukan di masa depan.

Haa....dulunya banyak anak yang tidak terlalu bangga pada kekuatan mereka dan
terus berlatih....akhir-akhir ini kualitas terus menurun. Aku menantikan tes masuk
setiap tahun, namun kenyataan ini semakin membuatnya suram.

Para ras binatang yang tak mau belajar dari lingkungan luar karena disudutkan
oleh anak sebaya-nya, hingga ke para bangsawan yang bertebaran sambil
menyombongkan sihir mereka. Terutama bangsawan, mereka sangat buruk.
Meskipun sekolah secara luas mengumumkan bahwa tidak akan membedakan
status sosial, semakin banyak kasus dimana mereka mengacungkan nama rumah
untuk mengancam orang awam dan ras binatang.

Mungkin sudah saatnya membangun rencana pensiun.

Ketika memikirkan itu....aku bertemu mereka.

"Nomor seratus lima puluh empat! Reus Silverlion!"

"Nomor seratus lima puluh lima, Emilia Silverlion"

Ruang wawancarapun menjadi berisik. Dua anak dari ras serigala perak, yang
langka di benua ini telah muncul.

Melihat profil, nampaknya mereka adalah saudara kandung.

Namun, alasan kebisingan ini bukan karena adanya ras langka. Pakaian mereka
merupakan hal biasa yang dikenakan petualang, tapi sikap mereka sungguh
menakjubkan. Seluruh perilaku sangat sempurna, hingga hanya dengan satu
Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

bungkukan yang ditunjukkan tadi, bisa membuat mereka disalah kira sebagai
petugas raja.

Selain itu, penampilan mereka juga. Dari rambut perak berkilau yang rapi sampai
otot kencang yang merupakan pertanda mereka telah berkembang dengan sangat
baik. Tertulis disini adalah orang biasa, tapi mereka sungguh anggun layaknya
bangsawan.

Yang terpenting, keduanya sama sekali tidak tegang. Seakan berkata bahwa
mereka berada di sini karena hal yang wajar, duduk sambil membusungkan dada
penuh dengan kepercayaan diri .

"Hmph....'Bukan manusia' yang mengkhawatirkan penampilan mereka"

"Anda bersikap kurang sopan, Gregory-sensei"

Menyedihkan. Ras binatang atau bukan, penampilan sangat baik seperti ini begitu
jarang muncul bahkan diantara para manusia.

Setelah pendahuluan adalah penilaian atribut, yaitu dengan menyentuh bola


kristal. Ini juga dilakukan untuk menyelidiki apakah ada atau tidaknya kecocokan
antara warna kristal dan apa yang tertera di profil.

Sepertinya Reus-kun adalah api, karena kristal bercahaya dalam warna merah.
Namun itu merupakan merah yang begitu indah. Seakan mewujudkan bahwa
inilah warna api sesungguhnya. Kilau merah yang membuat para guru merasa
takjub.

Berikutnya adalah Emilia-kun, kristal bersinar dengan warna hijau dari kekuatan
anginnya.
Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

Semakin terang cahaya, semakin besar Mana yang tersimpan dalam diri. Hanya
saja, kecerahan hijaunya mampu membuat beberapa orang menutup mata.
Setingkat ini dengan mudah melampaui penyihir rata-rata. Tidak, dia bahkan
mungkin lebih hebat dari para guru di sini.

Tiga lainnya dalam kelompok lima orang adalah normal. Tidak ada poin yang perlu
disebutkan, jadi aku mengabaikannya.

"Nah, Reus Silverlion. Dapatkah kau menunjukkan kepada kami sihirmu?"

Akhirnya, praktek yang sudah kutunggu-tunggu dimulai.

Satu sisi pada ruangan wawancara terbuka ke luar, dimana ada target berbentuk
manusia yang dibuat oleh sihir beratribut tanah. Tugasnya hanya mengenai
boneka-boneka itu dengan sihir, tapi aku menanti-nantikan hal apa yang akan dia
lakukan.

"Ummm.....sebenarnya aku tidak terlalu pandai dengan sihir jarak jauh"

"Apa? Jangan bilang kau tidak bisa melakukan {Flame} yang sederhana? Sesuai
dugaan, mereka hanya setingkat ini"

"Gregory-sensei, Anda harus diam....Jadi, apa yang ingin kau lakukan, Reus-kun?"

"Sihir unik milikku, tapi aku harus mendekati target. Jika targetnya sejauh itu, aku
mungkin takkan bisa mengenainya"
"Begitu ya. Magna-sensei, tolong"

Salah satu guru pengawas, Magna-sensei adalah pengguna sihir tanah. Baginya
untuk menambah jumlah target bukanlah masalah sama sekali.

Dalam sekejap mata, muncul boneka bumi di hadapan Reus-kun.


Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

"Kalau begitu, silahkan lakukan"

"Mengerti. Nyalakanlah api mengelilingi tinjuku....{Flame Knuckle}!!"

Saat dia meneriakkan nama sihir, api besar meledak dari tangan kanan anak itu.
Nyala merah padam seakan menyelimuti kepalan-nya, namun tak ada tanda-tanda
dia merasakan panas.

Kecuali saudara perempuannya, setiap peserta ujian dan guru melihat dengan
linglung, dia lalu mengayunkan tinju itu ke sasaran. Bersamaan dengan suara
nyaring, boneka bumi luluh lantah. Apa yang tersisa dari disana hanyalah bekas
hangus dari suatu adegan tragis.

Tentu saja ada faktor kekuatan fisik. Hanya saja....pada usia delapan tahun sudah
menguasai sesuatu yang tidak kalah dengan {Flame Lance}, ditambah mampu
memendekkan mantra menjadi satu kalimat---sungguh menakjubkan.

Diriku telah hidup selama lebih dari empat ratus tahun, namun jarang menemukan
pemakai api seperti anak itu. Memang sangat kuat, tapi ini juga bisa menjadi
pedang bermata dua yang dapat membakar penggunanya jika ragu dan kehilangan
kontrol.

Meski begitu, dia melakukannya dengan tenang tanpa sedikitpun kecemasan.

Entah dia cukup bodoh sampai tidak peduli jika dirinya terbakar atau orang yang
mengajarinya sangat terampil. Tidak, dengan kontrol dan kekuatan setingkat ini,
dia pasti menerima pengajaran dari seseorang.

"Cih....Bukankah itu sihir cacat yang tidak bisa digunakan kecuali kau di dekat
target?"
Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

Di sampingku Gregory-sensei berbisik, dia sungguh tidak mengerti. Kau memang


tidak bisa menggunakannya jika tidak mendekati musuh, tapi bila sudah didekat
musuh, kekuatan setingkat itu sudah cukup memutuskan pertarungan. Jika kau
memandang rendah hanya karena dia ras binatang, kau akan diejek, bodoh.

"....Se-Selanjutnya, Emilia Silverlion, tolong tunjukkan sihirmu"

"Mengerti"

Setelah dengan anggun berdiri, sambil mengibarkan rambut peraknya yang


panjang, dia mengarahkan tangannya ke arah sasaran.

Si adik telah menunjukkan sihirnya. Hanya karena dia adalah kakak, tidak berarti
dirinya lebih kuat. Tapi meski begitu, aku masih mengantisipasi hal ini.

"Wahai angin, robeklah. {Air Slash}"

Apa?! Tidak hanya kecepatan pengubahan Mana yang lebih cepat daripada si adik,
dia juga memperpendek mantra tingkat menengah sebanyak itu?!
Aku tidak percaya....namun angin bertiup kencang, jadi sepertinya sihir berhasil
aktif.

"....Tak ada yang terjadi"

Sama seperti kata gregory-sensei. Walau jelas-jelas kena, targetnya tidak bergerak
sedikit pun.

Aneh, pastinya ada tanda-tanda pengaktifan sihir....apa artinya ini?

{Air Slash} adalah sihir tingkat menengah yang melecutkan sebuah bilah angin
pendek nan tajam. Harusnya ini dengan mudah memotong target semacam
boneka bumi menjadi dua.
Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

"Mengejutkan saja, inilah yang terjadi saat kau mencoba menggunakan sesuatu
seperti sihir tingkat menengah. Cepatlah gunakan sihir dasar!"

"Tidak, ini sudah berakhir.....Dampak angin {Air Shot}"

Sihir barusan bahkan satu langkah lebih pendek dari {Air Slash}, tapi tetap saja,
cepat!!.

Dia melepaskannya seolah hanya dengan mengayunkan tangan, kecepatannya


sama....Tidak, lebih cepat dari guru sekolah ini!

{Air Shot} yang melesat hanya menabrak bagian kepala target, dan lenyap setelah
sedikit menyentuh. Sihir ini harusnya memiliki kekuatan cukup untuk
menghancurkan sasaran, meski begitu....bukankah ini hanya sedikit menggoncang
target?

"....AP---?!?!"

Aku tidak tahu siapa yang berteriak. Mungkin itu disebabkan ketika kau
melihat....sayatan yang tak terhitung jumlahnya muncul pada target, dan boneka
bumi runtuh menjadi banyak bagian.

Dengan kata lain, tidak hanya satu bilah angin, setidaknya ada empat yang
dilepaskan pada saat bersamaan. Kekuatan kontrolnya mampu mengendalikan
jalur pisau-pisau tajam dari sihir ini teralihkan sehingga membuat target tak jatuh
kecuali disenggol.

Sekali lagi, siswa baru yang luar biasa telah muncul.

"Itu saja"
Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

Setelah membungkuk dengan elegan, dia kembali ke tempat duduknya.

Nah, untuk hasilnya....tiga anak yang lain memenuhi persyaratan, juga tak ada hal
yang perlu dikatakan tentang kedua bersaudara. Bahkan Gremory-sensei yang
membenci ras binatang tidak mampu memberi kritik apapun.

"Kalau begitu, tak ada masalah jika mengatakan mereka semua lulus kan?"

"T-Tidak keberatan"
"Tidak keberatan juga"

"Kuh....Tidak keberatan"

Mendengar kata-kataku, kelima anak yang duduk mulai bersukacita dengan wajah
yang pucat. Kecuali untuk kedua bersaudara, seolah berkata ini hal yang wajar,
diam-diam senang sambil saling menepuk telapak tangan masing-masing.

Setelah itu mereka meninggalkan ruangan. Hanya saja karena rasa penasaran, aku
berseru untuk menghentikan kedua bersaudara.

"Maaf, tapi bisakah kalian berdua menunggu sebentar?"

"Ya....ada apa?"

"Aah, kalian tidak perlu khawatir karena hasil sudah diputuskan dan takkan di
ubah. Aku hanya ingin mengajukan beberapa pertanyaan"

Keduanya berhenti sambil keheranan, lalu menghadap ke arahku. Muncul suara


decakan lidah di dekat sini, tapi aku akan mengabaikan itu.

"Kedua sihir kalian benar-benar luar biasa. Ngomong-ngomong, boleh aku tahu
dari mana kalian mempelajarinya? Atau apa kalian melatihnya sendiri?"
Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

"Kami diajari oleh orang yang paling kami hormati"

"Hou. Jika tidak apa-apa, bisakah kalian memberi tahuku namanya?"

"Sirius-sama. Orang yang merupakan master kami"

"Master? Kalian berdua petugas?"

"Itu benar. Dia adalah sosok hebat yang menyelamatkan dan mendidik kami. Kami
sangat bangga menjadi petugasnya."

Dia menjawab dengan manis dan meyakinkan, adik laki-lakinya juga mengangguk.

Setelah menanyakan apa yang ingin di tanyakan dan membiarkan keduanya pergi,
kami, para guru membicarakan itu sambil beristirahat sejenak.

"Kalian mendengar percakapan barusan kan? Ada yang pernah mendengar nama
itu sebelumnya?"

"Tidak. Dari ketajaman angin itu, kupikir dia belajar dari Dora of the Storm*"
[Ini termasuk tanda bahwa cerita novel ini bakalan sangat panjang]

"Aku juga tidak ingat pernah mendengarnya. Seorang penyihir yang bisa
mengajarkan sihir seperti ini pastilah terkenal"

"Siapa yang peduli dengan seseorang yang membuat para 'bukan manusia' itu
sebagai petugas!"

Aku tidak meminta pendapatmu.


Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

Bagaimanapun, melatih para petugasnya hingga sangat kuat dan dihormati dari
lubuk hati. Aku bertanya-tanya siapa Sirius ini?

Haruskah aku meminta sedikit lebih banyak tentang karakteristiknya? Yah lagipula,
hasil pendaftaran mereka sudah diputuskan, jadi aku bisa menanyakan itu nanti.

"Unn....kepala sekolah. Lihatlah profil ini*"


[Yang tau Rodwell sedang menyamar hanyalah Magna-sensei]

"Hmm? Nama itu tidak disebutkan di salah satu profil mereka, kan?"

"Tidak, bukan pada profilnya, maksudku adalah nama dari peserta tes
berikutnya...."

"Hmmm....Ini?!"

Nomor seratus lima puluh enam....Sirius Teacher.

Apakah sebuah kebetulan? Tidak, karena ini merupakan nomor urut, ada
kemungkinan besar dia memiliki hubungan dengan kedua bersaudara itu.
Usianya....delapan tahun?! Tak dapat percaya kalau dia melatih kakak beradik
hingga sekuat itu. Apa dia memang orangnya?

Namun....aku merasa seolah ini terlalu bagus untuk menjadi suatu kebetulan.

"Dia sedang menunggu di ruang wawancara sebelah....Apa yang harus kita


lakukan?"

"Tolong beritahu mereka segera bahwa kita akan bertanggung jawab atas dirinya
di sini"

"Baiklah, aku mengerti!"


Arc 4 Towards the School
Chapter 26 Elysion Enrollment Examination

Setelah melihat guru itu yang segera pergi, aku bersandar dikursi dan menutup
mata.

Tinju api Reus-kun, sihir angin Emilia-kun. Orang dengan bakat luar biasa yang
belum kulihat dalam waktu lama, dua sekaligus langsung muncul disaat
bersamaan. Selain itu, terdapat anak laki-laki dengan nama yang mirip seperti
orang yang melatih mereka.

Sekarang....aku tidak tahu apakah dia adalah master keduanya atau tidak, tapi
siapa sebenarnya dia?

Secara pribadi, aku berharap kalau dia memang master mereka.

Bagaimana dia melatih keduanya?

Seberapa banyak bakat yang dimilikinya?

Ketika tersadar, diriku kegirangan layaknya anak kecil. Berlawanan dengan usiaku.

Chapter 26 berakhir disini

>Catatan penulis :
Aku sebenarnya ingin menyelesaikan wawancara si Main Chara di chapter ini. Tapi
karena terlalu panjang, aku membaginya.

>Catatan penerjemah :
Hmp. Baru segitu doank para guru udah terkejut ya. Gimana kalo tes-nya langsung
latih tanding gitu dengan sesama peserta. Misal Reus ama Emilia. Wew XD
Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle

Chapter 27 This Is The New Castle


Bagian 1

---Sudut pandang Rodwell ---

"Nomor seratus lima puluh enam, Sirius Teacher"

Maka aku bertemu dengannya.

Penampilannya adalah anak laki-laki biasa. Entah wajah maupun rambut berwarna
hitam itu, dia nampak seperti bocah yang bisa kau temukan dimanapun.

Hanya saja....tatapannya tidaklah normal. Dia melihat ke sekeliling ruangan seolah-


olah sedang menyelidiki. Ketika mata kami bertemu, dia terus melihatku tanpa
berpaling. Apa dia mengetahui siapa diriku? Tidak, aku telah sepenuhnya
menyembunyikan telingaku, dan menggunakan alat sihir untuk membuatku
terlihat seperti manusia. Kurasa ini hanya imajinasiku, tapi....tidak, aku mengerti
bahwa dia bukan hanya sekedar 'anak kecil'.

Melihat dari samping, dia tampak seperti bocah yang tegang dan menatap sekitar
dengan gelisah. Namun, aku merasa dia sedang mengamati untuk memperoleh
informasi tentang kami.

"Nomor seratus lima puluh tujuh, Alstro Elmeroy! Tidak seperti jelata di sana, aku
adalah anak kedua dari rumah Elmeroy yang terhormat!"

Aah....Ya, ya. Aku sangat kenal denganmu, Alstro-kun. Salah satu bangsawan
terkemuka Elysion, bangsawan yang berdiri cukup tinggi, kan? Aku pernah melihat
dirimu beberapa kali di pesta, dan akan sangat tepat untuk mengatakan bahwa
aku sudah mengenalmu sejak dirimu masih kecil. Oh, dia pasti akan jadi sangat
sombong ketika sudah dewasa.
Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle

Setelah itu, 'Aku adalah petugas pertama Alstro-sama'....itu berlanjut sampai yang
ketiga. Mengingat bahwa mereka semua adalah petugas Alstro-kun, maaf ya, tapi
aku akan mengacuhkan semua orang kecuali Sirius-kun.

Sekarang, orang yang bersangkutan, ada satu hal tentang dirinya yang patut
dipikirkan. Ini adalah atribut yang tertulis di profilnya.

Atribut {Tak berwarna}

Sungguh tak terduga. Tidak hanya sangat jarang, orang yang memiliki atribut ini
juga menjadi sasaran cemoohan, jadi tak ada satupun dari mereka yang mencoba
masuk sekolah. Mungkin saja, ya mungkin saja ada kerusakan pada alat sihir ketika
dia melakukan pemeriksaan dulunya.

"Kemudian, kita akan melanjutkan untuk melakukan pemeriksaan atribut. Mulai


dari nomor seratus lima puluh enam, silakan maju ke depan"

Sekarang, apa atributnya? Aku mulai bertanya-tanya. Tapi saat tangannya hendak
menyentuh alat itu, orang bodoh memunculkan keributan.

"Mundur, rendahan. Jangan menyentuhnya di hadapan diriku yang seorang


bangsawan. Hei, apa kalian memiliki bola kristal yang lain? Kalau begini tanganku
akan kotor"

"Kami meminta maaf, tapi saat memasuki tempat ini, seorang bangsawan atau
bukan tak ada bedanya. Jika kau mulai bertindak terlalu tinggi, kau akan
didiskualifikasi, mengerti?"

"Hmph, apa boleh buat. Lihatlah baik-baik atributku ini!"

Saat Alstro-kun menyentuhnya, kristal itu bersinar bergantian antara merah dan
hijau. Ini berarti dia memiliki dua atribut, eksistensi langka yang disebut Double.
Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle

Ketiga pelayan bertepuk tangan sambil mengatakan sesuatu seperti 'Luar biasa'.
Tapi dari sudut pandangku, ini merupakan hal yang membosankan.

Alasannya, karena hal ini sudah dipastikan beberapa tahun yang lalu. Begitu
mengetahui ini, orang tua Alstro-kun mengumumkannya kepada publik dengan
cara yang terlalu berlebihan. Sebagian karena itulah, dia dimanjakan dan berakhir
memiliki kepribadian angkuh semacam ini.

Lebih dari kau, aku ingin melihat Sirius-kun. Menyingkirlah segera, buang wajah
sombong itu dan biarkan dia menyentuhnya.

"Pergi! Berikutnya aku, giliran pelayan pertama. Jelata itu yang terakhir"

Haah....sungguh idiot.

Di sampingku, Gregory-sensei juga menyeringai, betapa busuknya.

Sirius-kun, bagaimanapun, hanya melihat mereka seolah tak peduli. Ini


membuatku tenang ketika menatapnya....Benar, dia tidak akan lari dari sini. Ayo
menunggu sambil bersantai.

"Kemudian, nomor seratus lima puluh enam, tolong sentuh kristal ini"

Diapun menyentuhnya.

Warna yang dihasilkan kristal adalah....tidak berwarna.

"....Ha, hahahahahaa! Bagaimana ini bisa terjadi, ada seorang 'Tidak Kompeten' di
tempat seperti ini?"

"Memang. Lupakan status sosialnya, dia sampah yang tidak dicintai oleh keempat
elemen"
Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle

"Dia memang 'Tidak Kompeten'"

"Tak ada tempat bagi seorang yang tidak kompeten, Alstro-sama"

Tawa hina menggema di ruang wawancara. Para guru selain diriku menatap Sirius-
kun dengan tatapan kasihan. Hanya Gregory-sensei yang berdiri sambil berteriak
dan menunjuk ke arahnya.

"Kami tak membutuhkan 'Tidak Kompeten' di sekolah ini! Tak perlu lagi tes sihir,
kau bisa segera pergi!"

"Ya, guru juga mengatakan itu. Kembalilah segera!"

"Aku akan kotor hanya dengan berada di dekatmu!"

"Kembalilah, tidak kompeten!"

"....Diam"

Kepada suara tawa tak menyenangkan itu, tanpa sengaja aku melontarkan satu
kata disertai niat membunuh. Mereka terpukul oleh dampaknya, dan mengubah
cemoohan menjadi ekspresi ketakutan dengan tubuh yang gemetar.

Tidak bagus, aku pikir diriku akan segera kehilangan kendali. Menengok ke sisi,
para guru termasuk Gremory-sensei menatapku sambil gemetar.

....Hanya Sirius-kun yang berbeda. Bahkan setelah menerima niat membunuh


tajam itu, dia hanya menatapku dengan tenang sambil terlihat agak tertarik. Dia
memang bukan orang biasa.
Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle

"Ini bukan rumahmu, Alstro-kun. Pertama, jika kau hanya menjadi seorang
bangsawan untuk mengolok-olok orang lain tanpa memperdulikan tempatnya,
maka kau tidak bisa ditoleran lagi. Sekolah ini adalah tempat bahkan bagi
bangsawan, dimana dia menghabiskan waktu untuk meningkatkan diri, kau
mengerti?"

Alstro-kun menatapku tajam, tapi lututnya gemetar. Dia mungkin berpikir untuk
membuatku dipecat. Hanya saja, anak ini akan menyerah setelah tahu siapa diriku
yang sebenarnya.

"Aku tahu kemampuan kalian berempat sangat baik, jadi aku akan membiarkan
kalian lulus bahkan tanpa menggunakan sihir. Yang akan kami lihat hanyalah dia,
jadi kalian dapat pergi"

"Hmph! Tidak menyenangkan berada di dekat orang 'Tidak Kompeten'. Ayo pergi,
kalian!"

"""Y-Ya!"""

Bersamaan dengan Alstro-kun yang keluar ruangan membawa ketiga pelayannya,


Gregory-sensei, yang duduk di sampingku juga berdiri.

"Permisi. Tidak ada gunanya melihat sesuatu seperti sihir dari si 'Tidak Kompeten'.
Aku mengharapkan penilaian yang adil, semua guru"

Setelah mengatakan itu, dia berbegas meninggalkan ruangan. Seolah-olah sedang


mengejar Alstro-kun.

Kemungkinan besar ia pergi untuk mengintai kelompok Alstro-kun. Bangsawan


kelas atas dan seorang Double, itulah siswa kesukaannya.
Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle

"Maaf, Sirius-kun. Kami akhirnya menunjukkan sisi buruk sekolah ini, bahkan
sebelum kau dinyatakan resmi masuk"

"Aku tidak keberatan. Orang-orang seperti itu bisa ditemukan dimanapun.


Lagipula, Anda semua, para guru masih di sini. Jadi ini tidak masalah"

Sungguh, dia lebih matang daripada yang kuduga. Apa kau mendengar ini Gregory-
sensei? Dia beberapa kali lebih dewasa darimu.

"Walaupun ada berbagi hal yang muncul, tapi maukah kau menunjukkan sihirmu?"

"Tak apakah meski ini sihir tanpa atribut?"

"Jangan pedulikan itu. Aku tidak menganggap kau hanya 'sekedar' pemilik sihir
tanpa atribut"

Atributnya memang 'Tak Berwarna'. Namun, yang kutahu dari pengalaman masa
lalu adalah orang yang memiliki atribut ini memancarkan cahaya agak suram.
Namun tentang miliknya, itu terang dan jelas.

"Baiklah.....O cahaya, {Light}"

....Kapan dia memusatkan Mana? Menggunakan sihir seolah bernafas, lalu sebutir
cahaya kecil lahir di tangannya. Dia menggunakan {Light}, yang belum sempat
diteliti untuk disederhanakan, hampir tanpa mantra.

Tidak diragukan lagi, dia adalah master kedua bersaudara itu.

"Bagus....pergilah"
Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle

{Light} yang ia ciptakan berbentuk bola cahaya normal, tanpa ada satu pun
keistimewaan. Namun itu mulai bergerak dan terbang ke arah kami diiringi oleh
perintahnya.

Anehnya, itu berhenti dihadapain kami semua dan terbagi menjadi beberapa bola
cahaya mungil.

Aku menyentuhnya dengan ujung jari untuk memeriksa. Ini tentunya adalah {Light}
yang bisa digunakan oleh siapapun.

"Itu saja"

Ketika tangannya turun, bola-bola cahaya pun lenyap. Konsumsi Mana untuk sihir
{Light} cukuplah tinggi, tapi kelelahan atau semacamnya tak tampak sama sekali
pada diri anak ini meski dia sembarangan menggunakannya. Dia juga tidak pura-
pura, yang berarti menghabiskan Mana sebanyak ini merupakan hal lumrah
baginya.

Aku tidak bisa melihat batas dari anak ini. Menarik.

"Hmm, sihir tanpa atribut milikmu memang mengesankan. Namun, seperti yang
diharapkan, akan sulit untuk diterima karena kau tidak dapat menggunakan sihir
dari empat atribut"

"Ya, itu sangat dibutuhkan di kelas. Jadi, dapatkah kau menggunakan sihir atribut
lain meski hanya dasarnya?"

Aku bisa saja meluluskan tes untuknya, tapi pendapat guru lain memang benar.
Mungkin dia bisa menggunakan tingkat dasar dari sihir beratribut. Sayangnya, dia
menggelengkan kepala agak menyesal.
Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle

"Kecocokanku dengan keempat atribut adalah yang terburuk. Secara jujur, aku
bahkan tidak mampu menggunakan sihir tingkat dasar"

Hanya sedikit informasi tentang 'Tak Berwarna' yang diketahui sejauh ini. Itu
karena kebanyakan ilmuwan berpendapat sia-sia saja untuk menelitinya. Apa
memang tidak berguna? Agak disesalkan, andaikan dia memiliki kecocokan dengan
atribut lain, itu mungkin akan menyebabkan sebuah revolusi di dunia sihir.

"Hanya saja....Aku bisa menggunakannya, jika perlu"

Dirinya berkata bisa menggunakannya, diiringi ucapan 'jika perlu'? Menarik.

"Aku tidak benar-benar mengerti. Tapi, kalau tidak keberatan, bolehkah kau
menunjukkannya?"

"Baiklah. Aku membutuhkan sedikit waktu untuk itu"

Apa yang dikeluarkannya dari saku adalah sebuah wadah kecil, cairan biru muda
didalamnya sedikit bersinar. Mungkinkah ini {Air Suci Sihir}? Ini merupakan hal
berharga yang nilainya sangat mahal dan tidak biasa untuk dibawa oleh rakyak
jelata.

Dia mencelupkan jari telunjuk ke dalamnya, dan mulai menulis sesuatu pada
punggung tangan kirinya. Jangan-jangan....

"....Apa kau sedang menggambar formasi lingkaran sihir?"

"Ya, benar. Ini mudah karena hanya tingkat dasarnya"

Meski begitu, pola itu takkan aktif jika terdapat sedikit saja bagian yang
melenceng, kau tahu? Sekalipun sederhana, bahkan aku akan gagal jika tidak
melakukannya dengan hati-hati.
Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle

"Terimakasih telah menunggu....{Flame}"

Setelah menyelesaikannya dalam durasi kurang dari satu menit, ia menggunakan


sihir dasar standar. Bersamaan dengan formasi yang sedikit memancarkan cahaya,
sebuah bola kecil api melayang di atas tangannya. Garis yang dia ciptakan di awal
pun telah lenyap.

....Aku tidak mengira akan semenarik ini. Apa dia sungguh berusia delapan tahun?

"Karena dilakukan secara mendadak, kekuatannya sederhana saja. Tapi, bukankah


ini sudah cukup?"

"....Aku tidak keberatan. Bagaimana dengan kalian berdua?"

"Baiklah....jika Anda berkata seperti itu, aku juga tidak keberatan"

"Aku malah menantikan masa depan anak ini"

Yah, andai kalian berkata keberatan, aku berencana mengadakan diskusi panjang
lebar setelah wawancara selesai. Agak melegakan ketika keputusan bulatnya
seperti ini.

Sirius-kun mengusap {Air Suci Sihir} dari punggung tangannya lalu memeriksa tak
ada seberkas cairan yang tertinggal. Menempelkan itu pada kulit merupakan hal
yang buruk bagi tubuh. Tindakannya ini sangat sempurna.

"Terakhir adalah pertanyaan pribadi dariku. Kudengar kau mendidik Emilia-kun


dan Reus-kun....apa itu benar?"

"Dari mana Anda mendengarnya?"


Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle

"Keduanya sangat luar biasa. Ketika ditanyai darimana mereka belajar sihir, anak-
anak itu dengan bangga menjawab dari master mereka, Sirius-kun"

"Mungkin seseorang dengan nama yang sama?"

"Tolong jangan terlalu meremehkanku. Teknik penciptaan pola dan pengendalian


sihir barusan. Karena semua itu, aku menyimpulkan bahwa dirimu memiliki
kemampuan untuk melatih keduanya, bukankah begitu?"

Garis pandang kami bertabrakan. Kesunyianpun berlanjut. Seolah menyerah, dia


lalu menutup mata dan merilekskan ekspresinya.

"Memang, akulah yang melatih keduanya. Namun, mereka sampai sejauh ini
karena hasil dari usaha keras sekaligus bakat masing-masing. Aku hanya sedikit
membantu"

"Ya, aku sangat mengerti kalau mereka terus berupaya dengan memanfaatkan
bakat masing-masing. Tapi itu juga terjadi karena dirimu yang berada di sana.
Tidak apa-apa untuk sedikit membanggakan diri"

"Terima kasih banyak. Aku senang diberi tahu begitu oleh seorang pendidik"

"Namun, bagaimana denganmu? Aku tidak berpikir bahwa kemampuan yang


sampai sejauh ini bisa diperoleh secara otodidak. Kau bahkan membuat orang
dewasa malu. Jika mungkin, tolong beritahu aku darimana kau mempelajarinya"

"....Menurut okaa-san yang telah membesarkan diriku, ada seseorang yang bisa
aku sebut sebagai shishou*"
[Shisou itu kayak Master kung-fu, atau guru yang mengajarkan cara bertarung]

"Jadi....Siapa dia?"
Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle

"Aku hanya tahu kalau orang ini bernama 'shishou'. Dia dengan paksa mengajarkan
berbagai pengetahuan kepadaku, bahkan ketika diriku masih bayi. Aku tidak dapat
mengingat hal-hal selain pengetahuan darinya. Kaa-san juga sudah meninggal, jadi
informasi tentang shishou tidaklah jelas"

"....Sepertinya aku bertanya sesuatu yang sensitif"

"Aku sudah terbiasa, jadi jangan khawatir. Setelah terus-terusan berlatih sambil
mengingat sekumpulan pecahan pengetahuan darinya, itulah kenapa aku bisa
sampai di tempatku berada sekarang"

Ini merupakan cerita yang gila, tapi dia sendiri sudah tidak masuk akal.
Jika dia memang tidak mengetahui siapa shishou-nya, itu tidak apa-apa. Yang
terpenting, adalah fakta bahwa anak laki-laki yang mengagumkan ada di sini.

"Agak sulit dipercaya karena begitu tiba-tiba, tapi aku akan menerimanya. Baiklah,
Sirius Teacher, aku mengizinkan dirimu untuk memasuki Akademi Elysion"

Memang terdapat banyak misteri tentang dirinya, tapi dia akan mendaftarkan diri
ke sekolahku. Akan ada waktu untuk perlahan mengungkap itu.

Dia mungkin akan menjadi angin, yang berhembus dan mengangkat sekolah ini.

Bagian 2

---Sudut pandang Sirius---

Haahh....entah bagaimana aku berhasil melewatinya.


Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle

Terdapat banyak idiot disini, tapi baguslah karena ada juga guru yang pengertian.
Andai orang itu tidak di sana, aku mungkin sudah ditolak hanya karena 'Tak
Berwarna'.

Namun....apa dia benar-benar seorang guru?

Dia memiliki penampilan seorang guru muda, tapi niat membunuhnya tak bisa
diremehkan. Setiap orang dewasa berperilaku berbeda dihadapannya seolah-olah
dialah atasan mereka. Terlebih lagi, dia membuatku merasakan pengalaman
latihan bertahun-tahun lamanya, mirip dengan shishou-ku.

Itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan dewasa berusia dua atau tiga puluhan.
Dengan memperkirakan secara kasar, usianya mungkin lebih dari seratus---....lebih
dari seratus tahun, ya.

....Jadi orang itu merupakan kepala sekolah yang tertera di pamflet ini, Rodwell.
Sesuai umur panjang para elf, aku bisa mengerti martabat di sikapnya.

Sebelumnya, diriku merasakan atmosfir aneh darinya setelah memasuki ruangan


wawancara, itu mungkin efek penyamaran. Yah, ada banyak hal yang bisa
dihubungkan dengan ini.

Yang mengkhawatirkan adalah, aku merasa telah menarik minatnya. Hingga


mengarang kebohongan yang tidak jelas ketika dia melontarkan pertanyaan
tentang rahasia kekuatanku, sampai kapan kebohongan itu bisa dipakai aku juga
tidak tahu. Tampaknya dia juga bukan orang yang buruk karena sempat marah
akan penghinaan para bangsawan....Kuharap diriku tidak ketahuan sekaligus tak
terlibat dalam sesuatu yang merepotkan hingga lulus sekolah.

Yah, disaat Emilia dan Reus terkenal, pada akhirnya itu akan terpapar secara alami.

"Sirius-sama!"
Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle

"Anikiiii!!!"

Kedua bersaudara bergegas menuju kemari tepat setelah aku meninggalkan ruang
wawancara. Mereka menatapku dengan ekspresi gugup dan ekor yang berdiri, tapi
ketika jempolku terangkat sambil tersenyum, wajah kakak beradik itupun berubah
dipenuhi kegembiraan.

"Kami juga lulus tes!"

"Kita berhasil! Sekarang kita bisa bersama Aniki!!"

Reus dengan senang berlarian mengitariku, hanya saja perilaku ini seperti anjing.
Orang-orang di sekitar melihat dengan tatapan dingin, jadi berhentilah.

"Untuk sekarang, ayo kita kembalikan liontin ini dan menuju ke penginapan.
Waktu berkumpul selanjutnya adalah setelah tiga hari, kan?"

"Sepertinya begitu. Menurut pamflet, kita akan berkumpul di sini setelah tiga hari.
Pembagian kamar di asrama juga berlangsung pada hari itu"

"Asrama siswa, ya! Aku ingat Zack-nii mengatakan akan ada dua atau tiga siswa per
kamarnya!"

"Kenapa dia tahu hal itu?"

"Dia berkata kalau mengetahui berbagai informasi adalah dasar-dasar dari


berdagang"

Ini memang suatu kemampuan yang penting bagi seorang pedagang dimana
mereka berurusan dengan segala jenis pembeli dan penjual. Hanya saja agak
mengherankan baginya dengan mengumpulkan informasi sepele semacam ini.
Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle

Seusai mengembalikan liontin, kami kembali ke penginapan dan memberitahu


hasil tes kepada si pemilik, Rona. Dia senang, seolah-olah hal itu terjadi pada
dirinya sendiri.

"Tidak buruk. Hari ini, aku akan mentraktirkan kalian!"

Reus yang sering cepat lapar akhir-akhir ini, menjadi yang paling bahagia.

Setelah itu, kami berkeliling kota.

Menemukan rempah-rempah baru dan meningkatkan taraf makanan kami. Emilia


membantu sang pemilik dengan bekerja di penginapan. Juga, mencari pedang baru
sekaligus kokoh untuk Reus.

Sementara berjalan-jalan di kota besar sambil menghafal strukturnya, periode tiga


hari berlalu dalam sekejap mata.

Dan....pada hari penentuan kamar asrama para siswa, kami menundukkan kepala
kepada sang pemilik penginapan.

"Waktunya memang cukup singkat, tapi terima kasih karena telah membantu
kami"

"Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Sebaliknya, akulah yang merasa terbantu....Hei,


Emilia-chan, maukah kau bekerja di sini setelah lulus?"

"Mohon maaf, aku tidak bisa meninggalkan sisi Sirius-sama"


Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle

"Haah....apa boleh buat. Yah, kau masih akan berada di kota ini karena tinggal di
asrama sekolah. Ayo kapan-kapan kita makan malam lagi"

"Ya. Aku akan datang lagi untuk makan Jaora Snake"

Kamipun keluar dari {Spring Breeze Perch}, dan beralih ke tempat tinggal baru
yaitu asrama para siswa. Ngomong-ngomong, karena satu kamar asrama akan
dihuni oleh beberapa siswa, aku mulai bertanya-tanya seperti apa anak yang akan
menjadi teman sekamarku. Aku harap bukan bangsawan idiot lagi.

Terdapat lebih banyak orang di sekolah daripada terakhir kali kami datang. Karena
pemeriksaan pendaftaran berlangsung selama beberapa hari, tes-nya dilakukan
sehari setelah kami mendaftar. Sekarang jumlahnya sudah digabungkan, jadi wajar
saja jika meningkat.

"Sangat ramai. Lihat, aniki! Ada banyak orang dewasa yang memakai pakaian
berkilauan, apakah mereka juga siswa baru?"

"Bukan. Mereka merupakan orang tua dari anak-anak yang mendaftar disini. Akan
merepotkan jika mereka mencari gara-gara dengan kita, jadi pastikan untuk tidak
mendekat"

Kira-kira ada lebih dari dua ratus siswa. Sejumlah besar bangsawan dengan wali
mereka dapat terlihat, ini adalah pemandangan yang membuatmu mengerti
bahwa 'tokoh aristokrat' itu memiliki berbagai jenis. Hanya pendapat pribadi, tapi
aku pikir para bangsawan dengan banyak hiasan disana sulit ditangani, jadi aku
memutuskan untuk menjaga kedua bersaudara agar tidak pergi terlalu jauh.

"Aku penasaran, akan bertempat dimana kamarku, ya?"


Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle

"Sirius-sama, aku mendapat sebuah kertas yang dibagikan disana"

Sungguh cepat, Emilia-san.

Ada tempat dimana terdapat sebuah papan pemberitahuan berukuran besar.


Namun ada kerumunan orang yang mengantri disana. Bisa dibilang mendapat
kertas ini tanpa bersusah payah merupakan hal terbaik.

....Hah? Jika kau memperhatikan sekeliling dengan cermat, hanya para bangsawan
yang memegang kertas ini. Itu berarti rakyat jelata harusnya mengambil kertas di
tempat dengan papan pemberitahuan lebih kecil.

"Emilia, bukankah ini khusus untuk para bangsawan?"

"Sepertinya begitu. Namun, aku hanya membungkuk di depan resepsionis-nya, dia


lalu memberiku kertas itu bahkan sebelum aku sempat meminta"

Keanggunan Emilia menang, ya. Nah, apa pun, menyangkal kerja kerasnya tidak
akan baik (bukan berarti dirinya memang bekerja keras). Lagipula, ini bukan
sesuatu yang perlu dikembalikan, jadi ayo kita gunakan tanpa ragu-ragu.

"Aku akan tinggal di mana ya.... ummm...."

"Kalau aku....ah, ada!"

Kami bertiga lalu melihat-lihat ke papan pengumuman, dan mencari nama masing-
masing.

Asrama dibagi secara acak menjadi milik siswa laki-laki dan siswa perempuan,
setiap bangunan diberi nama sesuai dengan keempat elemen. Totalnya ada
delapan asrama, dengan kata lain wilayah disini sangatlah luas. Ngomong-
ngomong, bakat dan nama asrama seseorang tidak terkait.
Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle

Reus akan berada di asrama siswa laki-laki {Api}, bernomor kamar tiga puluh
delapan.

Sedangkan Emilia di asrama siswa perempuan {Air}, bernomor kamar dua puluh
lima.

Dan aku....

"....Tidak di sini. Kenapa tidak ada?"

"Nama Aniki tidak ada dimanapun!"

Ya, hanya namaku yang tidak ditemukan. Kami memeriksanya beberapa kali, dan
sempat melihat apakah itu tertulis di pojok ruangan. Tapi nihil, satu kata dari
namaku saja tidak tampak.

"Mungkin ada kesalahan saat menuliskannya? Tadi aku melihat ada beberapa
kamar yang kosong"

"Selama kamarnya kosong itu baik-baik saja kan? Aku akan mengusir orang yang
akan tinggal dikamarku. Jadi, Aniki bisa bersamaku!"

"Jangan katakan hal itu bahkan sebagai lelucon. Ayo kita pergi ke resepsionis untuk
mengkonfirmasikan ini"

Sambil membawa keduanya, aku pergi ke tempat dimana Emilia mendapatkan


kertas tadi.

Resepsionis ini bukanlah guru, melainkan seorang pria yang tampak seperti
petugas kebersihan sekolah. Dia sedang duduk dengan wajah lelah.
Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle

Sementara aku berpikir 'Orang ini tidak berambisi sedikitpun', Emilia berbisik,
berkata bahwa dia merupakan orang berbeda dari sebelumnya. Bagaimanapun,
aku akan mencoba bertanya.

"Maaf, aku punya pertanyaan tentang kamar asrama"

"Ya, ya ... .oh, kau bukan bangsawan. Jadi, ada apa?"

"Sekali lagi, ini tentang kamar asrama. Namaku tidak tertera dimanapun,
mungkinkah Anda mengetahui sesuatu tentang itu?"

"Apa kau sudah memeriksanya dengan teliti? Apa boleh buat, berapa nomornya?"

"Seratus lima puluh enam"

Sambil menggumamkan nomorku, pria itu menengok ke kertas di bawah meja.


Berbeda dari milik kami---yang seperti peta, miliknya lebih seperti kolom daftar.
Dia lalu menaruh kertas itu lagi setelah tatapannya berlari dari atas dan berhenti
dibawah.

"Apa kau seorang anak bernama Sirius?"

"Iya. Sirius Teacher"

"Kalau begitu, tempatmu bukan di sini. Ikutlah, aku akan menuntunmu"

Seusai berbicara sebentar dengan orang lain, dia lalu memimpin kami. Ini
menyisakan banyak tanda tanya di kepala.

Kami melewati asrama siswa yang berjejer di kedua sisi, dan mulai memasuki jalan
yang terlihat seperti pegunungan dipenuhi oleh gulma. Lima menit terus berjalan.
Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle

Mungkin hampir satu kilometer dari asrama siswa, ada sebuah bangunan ditempat
ini.

"Inilah asramamu"

"....Eh? Sesuatu seperti ini?"

"Apa....disini tempat tinggal Aniki? Jangan bercanda!"

Atapnya memiliki banyak lubang dan sudah reyot, seolah bisa jatuh kapanpun.

Dinding luarnya memang hanya tampak sedikit retak, namun bingkai yang
seharusnya adalah tempat pintu dan jendela telah dipenuhi oleh tanaman
merambat, membuat kaca agak melenceng dari posisi.

Sedikitpun jejak dari halamannya yang dulu dijadikan area berkebun juga tak
terlihat. Semuanya, bahkan sumur telah terselimuti oleh hijaunya rumput.

Bagaimanapun caramu melihat, ini bukanlah asrama....

"Ini....Bukankah ini hanya reruntuhan?!"

Reus mulai marah saat menunjuk bangunan bobrok ini. Tapi pria itu dengan
tenang membalas sambil memeriksa kertas yang dipegangnya.

"Di kertas sudah tertulis {Siswa 'Tidak Kompeten' tidak memenuhi syarat untuk
memasuki asrama sesuai tradisi. Jadi kami akan meminjamkan tempat yang sudah
biasa digunakan oleh para tamu dimasa lalu}. Ini merupakan instruksi Gregory-
sensei, jadi aku tidak mungkin salah"

"Ini....hanyalah penindasan!"
Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle

"Nah, aku tidak begitu peduli, kalau kau tidak sanggup kenapa kau tidak menyerah
saja? Lagipula....bukankah ini cocok dengan orang 'Tidak Kompeten'?"

""HAAAA?!?!""

"Hiii?!"

Dengan cepat aku meraih pundak kakak beradik ini. Jika dibiarkan, mereka pasti
akan menyerangnya. Bahkan kalau keduanya masih anak-anak, kemarahan
bercampur niat membunuh yang muncul sangatlah berbahaya. Orang itupun
bergegas pergi seolah melarikan diri.

"Aniki?! Kenapa menghentikanku? Orang itu....kepada....kepada Anikiii!!!"

"Dia hanya mengikuti instruksi. Tak ada yang akan berubah bahkan jika kau
membuatnya babak belur"

"Namun....tetap saja....perlakuan semengerikan ini...."

"Baiklah. Terima kasih, karena marah untukku"

Keduanya menggertakkan gigi seolah mencoba menahan luapan emosi dan mulai
terisak.

Menjadi seperti ini meski bukan diri kalian yang mengalaminya, sungguh....kalian
sungguh lucu.

Setelah mengusap kepala kakak beradik ini untuk sementara, mereka mulai
mengibas-ngibaskan ekor, yang menandakan sudah tenang.

"Dialah yang tidak kompeten karena gagal menyadari kehebatan Sirius-sama"


Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle

"Un, un, suatu hari nanti ayo kita tunjukkan kepadanya. Nah, untuk sekarang,
bagaimana kalau kita berganti peralatan dan mulai bersih-bersih?"

"Mengerti. Tapi, apa Aniki benar-benar mau tinggal disini?"

"Hanya setelah melihat bagian dalamnya. Lagipula, aku akan menjadi satu-satunya
yang tinggal di sini. Senang rasanya ketika membayangkan meluangkan waktu
tanpa memperhatikan orang lain"

Dengan memanfaatkan pengetahuan dari dunia sebelumnya, aku telah melakukan


penelitian entah dibidang kuliner maupun sihir. Itu karena rumah tempatku
dilahirkan berada di wilayah yang jauh dari keramaian penduduk, jadi aku dapat
melakukan apapun yang kuinginkan. Tapi itu tidak mungkin lagi kalau sudah di
dalam kota.

Hanya saja, meski tidak seperti rumahku yang dulu, disini sudah agak jauh dari
hiruk pikuk. Ditambah lagi, tanpa teman sekamar. Ini membuatku leluasa
melakukan apapun tanpa ragu.

Rasanya seakan memiliki istana pribadi.

"Begitulah caraku memikirkannya. Baiklah, aku bertanya-tanya apa yang ada di


dalam"

Meski agak bobrok, sepertinya pintu depan bisa masih bisa dipakai. Ketika aku
membukanya dan masuk ke dalam, itu sangat berdebu sampai-sampai tak
membiarkanku bernafas dengan benar. Berapa tahun lagi hingga bangunan ini
runtuh sepenuhnya?

Sambil meninggalkan kedua bersaudara di luar, aku membuka jendela yang masih
utuh, dan segera berlari keluar.
Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle

"Ada banyak debu! Apa kau baik-baik saja, Aniki?"

"Tenang saja. Pertama, kita perlu menghempaskan semua debunya. Emilia,


lepaskan {Wind} melalui pintu depan, atur kekuatannya agar rumah ini tidak
runtuh"

"Mengerti"

{Wind} adalah sihir tingkat dasar dimana itu hanya menghasilkan hembusan angin,
namun inilah sihir yang pas untuk menyingkirkan debu. Angin yang masuk melalui
pintu depan berkutat di bagian dalam rumah dan terhempas keluar melalui
jendela sekaligus celah yang terbuka sambil membawa debu-debu pekat. Awalnya,
ada begitu banyak debu sehingga warna angin pun berubah, namun tak lama
kemudian lenyap.

Hal-hal ringan selain debu juga ikut terbang keluar, tapi aku tidak peduli. Orang-
orang yang membuang benda-benda itu disinilah yang salah.

"Kalau begitu, ayo kita bagikan tugas untuk masing-masing. Emilia dan aku akan
membersihkan bagian dalamnya. Sedangkan Reus, potong rumput liar di luar dan
buat itu terlihat bagus"

"Serahkan padaku. Ini pertama kalinya aku menemukan rumah yang sangat,
sangat harus dibersihkan"

"Bolah aku mengurus tanaman merambat di dinding juga?"

"Aku menyerahkannya padamu, Reus. Jika kau menemukan sesuatu yang


mencurigakan. Hindari itu dan cepat panggil aku"

Keduanya telah menerima pelatihan petugas dari kaa-san, pembersihan seperti ini
merupakan satu dari sekian banyak keahlian mereka. Reus juga pernah belajar
Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle

berkebun dari Dee, jadi menyerahkan urusan di luar untuknya tidak akan menjadi
masalah.

Ketika aku masuk ke dalam bersama Emilia, sebagian besar debu sudah
menghilang. Hanya ada kotoran yang telah terkumpul selama bertahun-tahun
yang masih tersisa. Kami menggunakan kain sebagai masker dan mencoba
memeriksa sekeliling rumah.

"Secara keseluruhan ada lima ruangan. Dapur, dua kamar tidur dan dua kamar
kosong. Tempat ini cukup luas"

"Hanya satu lantai, tapi disini sama dengan rumah yang kita tinggali dulu"

Orang yang membawa kami ke sini mengatakan bahwa tempat ini digunakan
untuk jaga malam. Mungkin beberapa orang pernah berjaga secara bergantian.
Apa ini tidak dipakai lagi karena lokasinya yang tidak nyaman atau perpindahan
fasilitas sekolah?

Perabotan dan meja masih ada di sini, sepertinya bisa digunakan setelah
membersihkan setiap kotorannya. Meninggalkan bagian dapur kepada Emilia, aku
berkonsentrasi untuk memisahkan hal-hal yang dibutuhkan dan yang tidak
dibutuhkan. Sambil menggunakan {Boost} diatas tubuh terlatih, bergerak
memindahkan barang berat hanyalah masalah sepele. Ketika pergi ke luar sambil
membawa lemari yang setengah hancur, aku dapat melihat Reus memotong
rumput liar dengan ayunan pedangnya.

"Hmm!! Bertarunglah dan akhiri dalam satu tebasan....hmm!!!"


Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle
Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle

Reus begitu cepat, gulma panjang di sekitar rumah hampir terpotong seluruhnya.
Ini mungkin akan berakhir lebih cepat dari perkiraan awal. Ayo kita beri dia tugas
selanjutnya.

"Reus, area ini sudah selesai. Berikutnya, buatlah tanah kosong yang luas.
Tebanglah beberapa pohon disana menjadi gelondongan kayu"

"Ohh, seperti saat kita membuat gudang sebelumnya? Serahkan padaku!"

Yang terpenting, pengalaman membangun gudang dua tahun yang lalu ini bisa
digunakan. Aku masuk ke dalam sekali lagi untuk melihat keadaan Emilia.

"Sirius-sama, aku hampir selesai di sini. Kurasa akan cukup ketika menambahkan
formasi lingkaran sihir untuk kompor dan beberapa peralatan lainnya"

Pekerjaannya juga cepat. Dapur yang awalnya kotor sekarang telah bersih tanpa
bisa dikenali lagi, memasak bisa dilakukan jika beberapa peralatannya ada.
Sungguh menakjubkan, inilah hasil dari latihan petugas Erina.

"Masih ada banyak yang perlu dibersihkan. Lagipula, setingkat ini sudah wajar bagi
seorang pelayan. Namun...."

Bangunan ini merupakan rumah terlantar, tak ada banyak barang disini.
Mengambil barang-barang yang rusak dan melakukan pembersihan sudah cukup
untuk membuatnya layak huni, tapi itu hanya sebatas bagian dalamnya.

"Atap, ya. Kondisinya yang paling parah"

Terdapat berbagai lubang disana dan sudah reyot. Seluruh atap perlu diganti.

Ketika kami melakukan renovasi, suara bel menandakan tengah hari bisa didengar
dari kejauhan. Ketika masih di rumah yang dulu, bunyi itu tidak bisa didengar
Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle

karena tempat kami jauh dari kota. Namun sekarang berbeda, kami sudah terbiasa
dengan suara bel yang menandakan waktu pagi, siang, maupun malam hari.

"Sirius-sama, apa yang harus kita lakukan tentang makan siang?"

"Maaf, Emilia. Aku akan menyerahkan itu padamu. Aku harus membuat bahan
untuk atap"

"Mengerti. Aku akan berusaha yang terbaik!"

Selalu ada gambaran dimana akulah yang akan melakukannya, tapi kedua siswa ini
juga bisa memasak. Terutama Emilia, yang sepertinya selalu ingin membuatku
berkata bahwa masakannya lezat. Bisa dibilang itulah motivasinya dalam
memasak.

"Aah....Tidak cukup bahan dan alat! Jika begini, aku akan pergi ke kota untuk
membelinya...."

"Tidak apa-apa, lakukan saja seperti biasa!"

Kelemahannya adalah dia terlalu bersemangat.

Meninggalkan gadis yang mulai bersiap untuk memasak, aku beralih untuk
menengok Reus, dia sudah meletakkan gelondongan kayu keenam. Bahkan jika
menggunakan {Boost}, melihat seorang anak berusia delapan tahun dengan
entengnya membawa gelondongan kayu beberapa kali lebih besar dari tubuhnya
benar-benar pemandangan yang sulit dipercaya.

"Bagaimana denganmu, Reus? Kelihatannya kau masih memiliki Mana, ya kan?"

"Aku sungguh baik-baik saja, Aniki!"


Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle

"Begitu ya, aku memintamu membawa empat lagi. Setelah itu, makan siang
harusnya sudah siap"

"Ini juga merupakan bagian dari pelatihan! Uooo!!"

Tindakan itu sendiri tidaklah masuk akal. Tapi, ketika melihat dia menuju hutan
sambil tampak bahagia membuatku berpikir dia masihlah anak-anak.

Baiklah, ayo kita buat papan untuk atap.

Pohon yang baru ditebang memiliki banyak kelembaban di dalamnya, sehingga


belum dapat digunakan sebagai bahan konstruksi. Yang berarti aku perlu
mengeringkannya. Hanya saja, proses pengeringan alami akan memakan waktu
setidaknya setengah tahun. Itu terlalu lama.

Dan, dari sanalah sihir diperlukan.

Aku menciptakan lingkaran sihir api dengan kekuatan yang disesuaikan, secara
paksa menguapkan kelembapan pohon itu sendiri dengan menaikkan suhunya.
Kira-kira ini akan berlangsung selama satu jam. Namun, uap yang dihasilkan begitu
banyak sampai-sampai orang lain dikejauhan mungkin akan melihatnya dan
menganggap kalau sedang ada kebakaran, jadi untuk mengantisipasi hal itu aku
juga menciptakan lingkaran sihir angin untuk meniupnya.

Seusai mengurusi gelondongan yang menumpuk, aku memotong semuanya


menjadi bentuk papan dengan pedang. Membuatnya datar sempurna itu mustahil,
tapi dengan teknik Yabu Itto-Ryu* yang kukembangkan sendiri, hasil potongannya
nyaris datar sempurna. Di lain sisi, Emilia membelikan beberapa paku.
[Ini teknik Lior. Maksudnya disini, teknik itu sudah dimodifikasi menjadi 'Versi
Sirius']
Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle

Yang tersisa adalah mengambil atap lama dan memaku yang baru. Selain kokoh,
harusnya atap ini akan bisa bertahan sampai aku lulus dari sekolah.

Ketika hari sudah malam, atap akhirnya selesai.

Ini merupakan konstruksi yang sederhana. Dengan adanya sihir, tak ada kebutuhan
untuk menggunakan mesin-mesin berat atau hal-hal seperti tangga, sehingga bisa
selesai dalam waktu kurang dari setengah hari. Biasanya, kegiatan semacam ini
akan menghabiskan waktu beberapa hari sampai berminggu-minggu, sihir sungguh
menakjubkan.

"Berhasil, Aniki! Sekarang, ini terlihat seperti rumah yang dapat ditinggali dengan
baik!"

"Namun, Sirius-sama. Atapnya memang sudah jadi, hanya saja bagian interiornya
belum layak untuk ditinggali"

Meski debu dan kotoran sudah sebagian besar tersingkir, tapi furnitur dan
perabotan di dalam sana tidaklah utuh. Terutama tempat tidur. Hanya ada
kerangka tanpa bagian kasurnya. Situasi bangunan sekarang bisa dibilang 'hanya
mampu menahan hembusan angin dan hujan'.

"Mungkin sampai besok. Walau akan sedikit sulit untuk menunjukkan wajah, tapi
aku akan tinggal di penginapan Rona-san malam ini sekaligus bertanya apakah dia
masih punya sisa kasur atau semacam itu"

"Iya. Aku juga berpikir bahwa itu lebih baik"

"Kemudian, ayo kita pergi! Aku sudah lapar!"

"Aku juga. Sesuatu selain kasur---....Sirius-sama?"


Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle

Kedua bersaudara sepenuhnya dalam semangat, tetapi aku harus mengatakan ini
kepada mereka.

"Hanya aku yang akan pergi ke penginapan Rona-san. Kalian memiliki asrama para
siswa, ya kan?"

"Memang benar, namun tempat kami berada adalah di samping Sirius-sama"

"Ya! Disamping Aniki adalah yang terbaik!"

"Lalu, apa yang akan kalian lakukan ketika aku sudah bisa tinggal di rumah ini?"

"Tentu saja, tinggal disana"

"Aku di sini untuk melayani Sirius-sama. Karena itulah, aku harus berada di
dekatmu"

Ini adalah pengaruh buruk dari terlalu banyak bersama. Meski akan wajar karena
sampai beberapa waktu yang lalu kami tinggal di wilayah tertutup, tapi sekarang
kami berada di dunia luar. Ada aturan yang harus diikuti. Sangat harus ditaati,
kecuali ada suatu keadaan yang tidak masuk akal muncul.

Waktu untuk menjauhkan mereka telah datang.

"Dengar, kalian berdua telah terdaftar di sekolah dan diberi asrama. Jadi, kalian
harus tinggal di sana"

"Tapi....tidak ada Aniki"

"Aku di sini, kan? Memang tidak bisa dilihat, tapi aku masih di dekat kalian. Ini
sesuatu seperti ketika aku pergi ke tempat Lior"
Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle

"Namun....Aku ingin melayani Sirius-sama"

"Aku sangat senang. Tapi, aku ingin agar kalian tidak hanya terpaku padaku, tapi
juga untuk mengenal dan berbicara dengan berbagai orang. Contohnya, kalian bisa
mengenal teman sekamar kalian sambil mengobrol dengannya, cobalah bergaul
dengan pihak lain"

"Bagaimana jika mereka adalah orang yang jahat?"

"Pada saat itu, kalian dapat menghempaskan mereka tanpa menahan diri. Kalian
yang sekarang dapat membedakan yang mana orang baik dan yang mana orang
jahat, kalian yang sekarang sudah cukup kuat dan takkan kalah oleh orang
semacam itu. Walaupun aku berdiri di belakang, aku yakin kalian mampu"

Kedua bersaudara berusaha menahan butiran air disudut mata mereka, namun
perlahan-lahan Emilia akhirnya mengangguk. Ya, kau harus memberi contoh
kepada adikmu sebagai seorang kakak.

"....Sirius-sama tidak akan pergi ke suatu tempat sendirian, kan?"

"Aku akan memberitahu kalian ketika pergi jauh"

"....Kami bisa tinggal di dekatmu selama itu tidak menghalangi jadwal sekolah?"

"Tentu saja. Misalkan, kalian masih perlu berlatih, jadi boleh-boleh saja untuk
berada didekatku"

"....Mengerti. Kami akan pergi ke asrama"

"Nee-chan, kau baik-baik saja dengan itu?"


Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle

"Meminta lebih dari ini akan mengganggu. Juga, kita harus menjadi lebih kuat
sampai mampu menjaga diri bahkan disaat Sirius-sama tidak ada"

Sepertinya Emilia memahami maksudku.

Anak yang selalu berjalan di belakangku, memprioritaskan diriku lebih dari apapun,
sekarang mulai mengambil langkah ke depan. Aku harus memberkatimu.

"....Baiklah. Aku juga akan menjadi cukup kuat hingga akan baik-baik saja bahkan
tanpa Aniki"

"Yah, kalian berdua mengagumkan"

Aku memiliki banyak pengalaman dari dilemparkan ke tengah medan perang


sambil tertawa oleh guruku dan berkata 'Buatlah anak didikmu melakukan
perjalanan agar dia menjadi lebih kuat'. Jadi bahkan jika pelatihannya akan
menjadi sesuatu yang parah, itu malah membuatku terkesan over-protektif.

Terakhir, aku membelai kepala mereka. Kamipun mulai berjalan menuju asrama
para siswa.

"Nah....Pergi ke penginapan bersama memang tidak mungkin, tapi setidaknya kita


bertiga bisa berangkat untuk mendapatkan makanan di suatu tempat, kan?"

""Sungguh?!""

Astaga....Aku benar-benar terlalu lembut.

Dua hari lagi sampai upacara masuk sekolah.


Towards the School
Chapter 27 This Is The New Castle

Dari awal kami memang berniat mendaftar ke sekolah, jadi sesuatu selemah ini
takkan membuat diri kami jatuh.

Aku tidak tahu seberapa banyak halangan yang akan menghadang atributku.
Namun aku akan melewatinya entah bagaimana.

Aku juga tidak akan tinggal di sekolah terlalu lama. Dalam kasus terburuk, Aku bisa
berhenti kapanpun.

Ada banyak cara untuk menjalani hidup. Dengan kata lain, menjalani hari-hari di
sekolah bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti.

Chapter 27 berakhir disini

>Catatan penulis :
Ngomong-ngomong, akan ada beberapa orang yang mengetahuinya. Pohon yang
masih mengandung kelembaban memang tidak bisa digunakan karena nampaknya
akan mengalami deformasi seperti melengkung saat uap airnya keluar.

Selain itu, bisa saja retak setelah dikeringkan....Tolong pikirkan kalau sihir adalah
sesuatu yang tak masuk akal.

Ini adalah akhir dari Arc 4. Tirai lain akan terbuka.

>Catatan penerjemah :
Waktunya beralih ke Arc selanjutnya~~!! Hee, tunggu dulu. Masih ada cerita
selingan.
Towards the School
Chapter 27,5 3000m Searching For The Sword

Chapter 27,5 3000m Searching For The Sword

Ngomong-ngomong, pria tua itu mungkin sudah agak terlupakan. Tapi ayo kita
membahas sebentar tentang Lior.

Sebenarnya, dia tidak tinggal di 'rumah' itu sekarang.

Cerita ini berlangsung satu bulan sebelum kami meninggalkan rumah.


Aku mendatanginya tanpa membawa Reus bersamaku.

"....Kau datang ya?"

"Yah....seperti yang direncanakan"

Ini adalah sesuatu yang kami telah putuskan terakhir kali aku berkunjung.

Untuk bertarung sungguh-sungguh pada waktu lain kami bertemu.

Sebagai bukti, Lior melengkapi baju zirah dan pedang favoritnya. Sementara diriku
juga dilengkapi sepenuhnya dengan pedang yang kumiliki dari Dee, pisau mithril,
pisau lempar, dan lain-lain. Kuputuskan untuk tidak menggunakan sihir pistol karena
terkesan tidak adil.

"Ini mungkin yang terakhir kalinya. Tapi aku akan tetap meminta....jangan mati
sebelum diriku, ya?"

"Kau juga, jangan mati"

Tak ada yang perlu dibicarakan lagi. Setelah itu, kami berganti tempat dan mencoba
serius saling membunuh.
Towards the School
Chapter 27,5 3000m Searching For The Sword

Aku memasuki posisi tempur dan bersungguh-sungguh mengayunkan pedangku


sementara Lior menghempaskan pedang besarnya, masing-masing dipenuhi niat
tajam membunuh. Inilah yang disebut pertarungan mematikan.

....Aku tidak ingat bagaimana kejadiannya berlangsung, karena kami benar-benar


tenggelam dalam kegilaan.

Namun, jika berbicara tentang hasilnya....sekumpulan kawah telah tercipta di hutan,


satu lengan Lior tertebas dan dia menjadi sekarat. Aku sangat lelah sampai-sampai
tak bisa pulang, jadi hari itu merupakan pertama kalinya aku tidur di kediaman si
pria tua.

Jujur saja, tidak aneh jika Lior meninggal saat itu. Tapi, dengan insting bertahannya
dan perawatan medisku, hidupnya terselamatkan. Entah bagaimana, aku bisa
menyambungkam lengannya kembali dan kurasa bisa digunakan lagi setelah
istirahat yang cukup.

"HAHAHA!!!! Aku benar-benar mengira akan mati saat itu!!"

"Jangan tertawa, akulah yang akan merasa tertekan ketika seorang pria tua
sepertimu tewas"

"Maaf, maaf. Tapi....aku tetap takkan menang, bahkan jika sekarang adalah masa
jayaku"

Dia menunjukkan ekspresi sedih yang jarang. Namun, aku benar-benar berpikir
bahwa dirinya luar biasa. Sampai bisa mendapatkan kembali kekuatan sebanyak ini
di usianya, aku dari dunia sebelumnya bahkan takkan mampu melakukan itu.

"Apa? Kau benar-benar ingin pensiun kali ini?"


Towards the School
Chapter 27,5 3000m Searching For The Sword

"....Itu sebaliknya!"

Meski sudah sekarat beberapa jam yang lalu, Lior mengepalkan tinju dan
menunjukkan senyuman ganas. Haahh, jika kau mengepalkannya terlalu keras,
pendarahan akan muncul lagi.

"Aku juga akan berangkat dalam sebuah perjalanan, bukan untuk mencari calon
siswa....tapi untuk melatih diri!!"

"Hei hei, pikirkan usiamu!"

"Tidak masalah! Jika aku mati dalam prosesnya, maka kisahku akan berakhir, itu saja.
Lagipula, kalau kau berhenti berkunjung, aku tidak punya alasan untuk tinggal di
rumah ini lagi"

Nah, dengan diriku yang pergi ke sekolah, aku kira jaraknya akan sangat merepotkan
untuk pergi kesini dari sana. Itu sebabnya, setelah berpikir ini akan menjadi yang
terakhir, kami memutuskan untuk bertarung dengan serius. Tapi....begitu, ya?

"Aku mengerti. Ini adalah hidupmu, kau takkan mendengarkanku bahkan jika aku
mengatakan sesuatu, kan?"

"Tepat sekali! Ngomong-ngomong, berapa kali kau bisa mampir lagi?"

"Hmm....kalau tak ada halangan, kurasa dua kali"

"Kalau begitu, bawalah siswamu, terutama Emilia!"

Kenapa Emilia? Anehnya, pria tua ini seolah kakek yang sangat menyayangi cucunya.

'Sebagai kakaknya, aku ingin bertemu dengan orang yang telah merawat adikku'
dengan alasan itulah Emilia bertemu dengan pria tua ini sebelumnya.
Towards the School
Chapter 27,5 3000m Searching For The Sword

"(Senang bertemu dengan Anda, aku kakak Reus, Emilia. Terima kasih karena selalu
merawat adikku)"

"(Hoo? Betapa manis dan santunnya. Aku adalah pria tua bernama Lior. Maaf untuk
selalu membuat adikmu babak belur)"

"(Tidak, dia nampaknya menikmati itu juga, jadi tolong jangan keberatan. Apakah
sulit bagi Lior-sama ketika mengurusnya?)"

"(Jangan khawatir, aku juga bersenang-senang, jadi ini bukan masalah. Di sini, tidak
banyak, tapi apa kau ingin minum teh? Ada juga beberapa jenis buah jika kau
menginginkan sesuatu yang manis)"

"(Ah, aku akan menyiapkan itu sendiri Lior-sama)"

"(Hmm....jangan terlalu formal, bicara saja seperti kau sedang dengan keluargamu)"

"(Kalau begitu....Ojii-chan?)"

"(Ojii-chan?! O-Ooohh....perasaan suka cita apa ini yang memenuhi dadaku?!)"

"(A-Apa kau baik-baik saja, Ojii-chan?)"

"(OOOHHH?!?! Ti-Tidak apa-apa!!! Jii-chan sudah menjadi tak terkalahkan!!!!)"

Dengan begitu, Lior mulai menganggap Emilia cucunya sendiri.

Meskipun Reus berada dalam situasi yang sama, namun pria tua ini berkata bahwa
kami tak dapat memperlakukannya dan Emilia dengan cara yang sama.
Towards the School
Chapter 27,5 3000m Searching For The Sword

"(Bocah laki-laki itu* adalah siswamu, sedangkan aku seperti guru sementara
baginya. Dia memang lucu dengan caranya sendiri, tapi tidak ada apa-apanya
dibandingkan dengan Emilia!!)"
[Reus, maksudnya]

....Atau begitulah katanya.

Pria tua ini belum menikah. Dia dulunya punya beberapa siswa, tapi memperlakukan
mereka seperti anak-anaknya sendiri.

Jika kita berpikir seperti itu, Reus dan Emilia yang bukan siswanya sendiri, akan
nampak seperti cucu untuknya.

Dia mengajarkan cara bertarung menggunakan pedang kepada cucu tercintanya,


betapa sederhananya pria tua ini.

"Boleh-boleh saja membawanya, tapi kenapa Emilia?"

"Karena aku ingin bertemu dengannya. Kalau Reus, aku memang ingin menunjukkan
sebuah gerakan tersembunyi....hanya saja bukan sekarang"

Hei, setidaknya baliklah urutannya. Reus akan menangis, kau tahu.

Tanpa mengetahui itu, Reus terkagum-kagum ketika Lior menunjukkan 'gerakan


tersembunyi'nya.

Terakhir kali aku menemui Lior adalah beberapa hari sebelum kami meninggalkan
rumah.
Towards the School
Chapter 27,5 3000m Searching For The Sword

Saat itu, dia sudah memakai perlengkapan dan telah membersihkan tempat
tinggalnya, bersiap untuk perjalanan. Kurasa dia ingin segera pergi setelah selesai
bicara.

"Pertama-tama, terimakasih. Aku sangat menghargaimu karena sudah menjadi


tujuan baruku. Terima kasih"

"Aku sudah mengatakan ini berkali-kali, tapi jangan terlalu pedulikan itu. Aku juga
bersyukur telah menjadi tujuan agar kau menjadi lebih kuat"

Setelah saling berjabat tangan, dia menyerahkanku sebuah tas kecil.

"Ini adalah sesuatu yang aku buat dan ingin memberikannya kepada siswaku
dulunya, sebuah bukti kelulusan. Jika kau menganggap bahwa bocah laki-laki itu
cukup pantas, aku ingin kau memberikan itu kepadanya"

Di dalam tas terdapat sepucuk surat dengan medali yang terukir pedang bersilangan.

"Tujuanmu Elysion, kan? Ada seorang pria tua eksentrik di sana dan merupakan
orang yang telah membuatkan pedang tercintaku. Ini merupakan surat pengantar
dariku agar dia mau membuatkan pedang untuk Reus"

Lior yang 'aneh' menyebut seorang pria tua sebagai eksentrik. Aku bertanya-tanya,
seberapa absurdnya orang yang dimaksud.

Tapi, dengan bukti kelulusan dan surat pengantar itu, kurasa Lior juga menganggap
penting Reus.

Kekuatan anak ini sudah berada di atas Emilia tapi dia tidak pernah
membanggakannya. Paling tidak, aku ingin dia merasakan rasa superioritas tentang
ilmu pedangnya.
Towards the School
Chapter 27,5 3000m Searching For The Sword

"Yah, tentu saja senjata Emilia akan dibuatkan juga. Aku telah menulis 'Kalau kau
memprioritaskan Reus dibandingkan Emilia, aku akan datang dan meninjumu'"

....Tak peduli seberapa kerasnya dia berlatih, sepertinya Reus takkan pernah
menang dari kakaknya.

"Sampai jumpa ya!! Lain kali kita bertemu aku pasti akan menang!!"

Dan dengan senyuman lebar, pria tua yang usianya hampir 60 tahun, pergi
merantau sekali lagi.

Setelah banyak hal terjadi, sekarang merupakan dua hari sebelum kami menetap di
asrama siswa.

Kami bertiga berjalan-jalan mengelilingi kota, mencari pria tua eksentrik yang
diceritakan Lior.

"Dia hanya memberitahuku nama tokonya. Di kota sebesar ini, bagaimana kita bisa
menemukan orang tua yang dimaksud?"

"Jii-chan berkata, pria tua ini sangat pendek dan agak gemuk. Selain memiliki nada
suara yang menjengkelkan, dia juga seorang eksentrik yang selalu mengomel"

Tanpa sepengetahuanku, penghinaan tentang orang ini meningkat?

"Jika tidak salah, nama tokonya adalah Gekimetsu messatsu kongou kajiya*, kan?"
[Blacksmith penghancur pelenyapan vajra.... -_- ]

"Apa ada toko dengan nama seperti itu? Kurasa pemiliknya memang tak punya
bakat penamaan"
Towards the School
Chapter 27,5 3000m Searching For The Sword

"Ah, Sirius-sama. Bagaimana kalau kita bertanya pada orang-orang di warung itu?
Warung itu tampaknya sudah tua, orang-orang yang ada disana pasti tahu banyak
tentang daerah ini"

Tampaknya Emilia sudah memahami akan pentingnya informasi dan cara


mengumpulkannya. Sementara menatap gadis ini dengan kagum, tak lama dia
kembali dengan informasi sekaligus beberapa daging bakar tusuk*.
[Sate]

"Aku paham. Sepertinya kita perlu berbelok ke gang itu untuk sampai ke toko yang
dimaksud"

"Ternyata dekat, ya. Ayo kita pergi sekarang"

Beberapa menit setelah kami memasuki gang dan terus maju, papan bertuliskan
Gekimetsu messatsu kongou kajiya terlihat. Kamipun masuk ke dalam toko.

Aku sudah memikirkan hal ini saat melihat eksteriornya, tapi ketika melihat
interiornya, aku agak mengerti. Bisnis di toko ini sedang tak berjalan dengan baik.

Papan namanya memudar, setumpuk debu menyelimuti tempat-tempat seperti rak


dan pot. Tempat ini bagaikan rumah terlantar, tapi karena kami bisa mendengar
suara pukulan palu dari dalam, kurasa ada seseorang di sini.

Dari tampilan sekilas, tempat ini terlihat tak memiliki niat untuk berbisnis, tapi
gairah pemiliknya akan senjata tak boleh diremehkan. Seluruh senjata yang dipajang
di toko ini sudah dirawat secara teratur.

"Ini tempatnya, kan? Permisi!!"

Tak ada respon atas teriakan Reus. Bunyi palu dari dalam pun belum berhenti.
Towards the School
Chapter 27,5 3000m Searching For The Sword

"Oiii!! Permisi!! Kami datang sebagai pelanggan!!! "

Masih tak ada respon. Apakah telinga pemiliknya sudah tuli karena terlalu banyak
mendengar bunyi pukulan logam?

"Keluarlah cepat!!! Orang idiot disana yang memiliki penamaan buruk!!!! "

"Apa yang kau katakan, kau idiot?!?!"

Aku bisa mendengar cercaan seperti itu dari dalam. Kesampingkan itu, bukankah
Emila tahu kelemahan dari tempat ini?

"Jii-chan berkata jika kau berkata begitu dia akan menanggapinya"

Hubungan seperti apa yang dimiliki Lior dengan pria ini?.

Lalu....Orang yang keluar dengan marah adalah pria tua dengan tinggi badan tak
berbeda dariku.

Rambut dan janggut yang panjang, tangan maupun kaki pendeknya tampak kokoh
dan tubuh terlihat kuat. Pria tua ini adalah seorang Kurcaci.

Ras mereka menyukai alkohol dan kegiatan menempa. Dikatakan bahwa jika kau
menginginkan senjata yang luar biasa, carilah kurcaci. Para kurcaci itu tahu banyak
tentang bijih dan penempaan.

"Akhirnya, senang bertemu denganmu, aku dipanggil Sirius---"

"Aku punya prinsip untuk tidak berurusan dengan anak-anak dan bangsawan. Lagi
pula, jika kau hanya ingin mengolok-olokku, pulanglah, idiot!"
Towards the School
Chapter 27,5 3000m Searching For The Sword

"Hmm, kami datang ke sini dengan surat pengantar Lior dan bukan untuk mengolok-
olok"

"....Hah?"

Kurcaci itu hendak masuk kembali, namun mengalihkan pandangnya lagi ketika
nama Lior disebutkan.

"Inilah surat pengantarnya, dia bilang kau akan mengerti kalau membacanya"

"....Jika kau berbohong aku akan memukul dan membunuhmu dengan palu, kau
dengar idiot?"

Orang ini, apa 'idiot' merupakan kata favoritnya?

Dia mengambil surat itu seolah-olah menyambarnya dan mulai membaca dengan
tatapan seakan melihat musuh.

Tepat setelah membaca itu, dia meremas dan membuangnya. Pria tua ini lalu
membariskan beberapa pedang besar yang dipajang pada etalase dari ujung kiri dan
menunjukkannya ke Reus.

"Pegang dan ayunkan. Cobalah semua pedang ini dan katakan yang mana yang
paling mudah kau gunakan"

"Aku mengerti!....Ohh, ini tidak sama dengan pedang di luar sana!"

Memang bagus karena ada ruang tersendiri untuk mengayungkan pedang disini.
Namun, aku tidak terlalu setuju untuk mengayunkan pedang di dalam toko. Tapi
karena pemiliknya tidak mengatakan apapun, mungkin memang tidak masalah.

"Tidakkah menurut Sirius-sama pisau ini luar biasa?"


Towards the School
Chapter 27,5 3000m Searching For The Sword

Sementara Reus mengayunkan pedang itu dengan senang hati, Emilia menuju ke sisi
lain. Dia memegang salah satu pisau yang dipajang dan terpesona.

"Nona, kau mengerti kualitas dari pisau itu?"

"Ya, ini tampak begitu tajam. Aku yakin daging sekeras apapun akan terpotong
dengan lancar. Panjangnya juga sempurna"

"Begitu ya, aku tidak keberatan menjualnya kepada seseorang yang memahami nilai
benda itu. Berapa anggaran yang kau miliki?"

Emilia menoleh padaku. Aku hanya memberinya anggukan, mengisyaratkan agar dia
tidak ragu untuk melakukannya.

"Aku tidak punya banyak, hanya 5 koin perak"

"5 koin perak ya?....ini agak sulit"

Untuk pisau seperti itu, bahkan 1 koin emas pun akan dianggap murah olehku.
Sebenarnya, kakak beradik ini telah kuberi masing-masing 1 koin emas sebagai uang
saku, tapi....ayo kita lihat dulu seberapa banyak Emilia bisa menawarnya.

"Aku melayani Sirius-sama di sini, namun aku tidak terlalu bisa diandalkan disaat
keadaan darurat. Maukah Anda melihat ini?"

"Hah? Hmm....itu benar-benar mengerikan ya, idiot"

Apa yang Emilia tunjukkan pada si kurcaci tua adalah pisau yang selalu dia gunakan.
Itu merupakan pisau murahan yang bisa dibeli di manapun, tak heran kalau seorang
profesional menyebutnya 'mengerikan'.
Towards the School
Chapter 27,5 3000m Searching For The Sword

"Aku ingin lebih berguna bagi masterku. Untuk itu, aku sangat ingin memiliki pisau
yang indah seperti ini. Hanya saja, sebagai pelayan, aku tidak ingin membebani
masterku dengan pembayaran barang pribadi"

"Aku mengerti maksudmu. Tapi ini adalah bisnis, jadi...."

"Kumohon, Ojii-chan!!"

"Ojii-chan?! Perasaan suka cita apa ini yang memenuhi dadaku?!"

Ahh....reaksi yang sama persis seperti Lior.

"Aku juga memanggil Lior-sama 'Ojii-chan', jadi karena Anda merupakan kenalannya,
kupikir harusnya sama....atau apakah itu tidak boleh?"

Emilia-san sungguh licik, ya. Dia memohon dengan mata menengadah, sebuah
teknik perangkap madu yang dia pelajari untuk digunakan pada Lior sebelumnya.

"OOOHHH!!!!....Tidak masalah!!! Panggil saja aku semaumu!!! Aku akan


memberikannya gratis, idiot!!!"

"Tidak, aku yakin memberikannya secara gratis terlalu berlebihan. Bagaimana


dengan 5 koin perak?"

"Apa boleh buat. Jika nona bersikeras seperti itu, tidak apa-apa"

"Terima kasih, Ojii-chan"

"Idiot!! Ambil saja gratis!!"

Kurcaci tua yang menarik.


Towards the School
Chapter 27,5 3000m Searching For The Sword

Tapi, kau tahu, pisau itu akan digunakan untuk memasak. Pisau yang gadis ini tadi
tunjukkan padamu juga untuk memasak. Kalau dia tahu kebenarannya....Tidak, aku
rasa dia akan memaafkan segalanya saat mendengar Emilia menyebutnya 'Ojii-chan'
lagi.

Karena ada banyak hal di dirinya yang mirip Lior, mungkin keduanya bisa disebut
'Rekan dengan selera yang sama tapi saling membenci'.

Ketika Emilia terus memaksa 5 koin perak ke pria tua yang bersikeras gratis, Reus
yang mengayunkan pedang dari tadi memanggil.

"Oi, Occhan, aku sudah selesai mengayunkannya!"

"Haa? Lalu idiot, mana yang paling cocok untukmu?"

"Yang kelima dan keenam, kurasa? Keduanya mudah digunakan"

"Hmm....tampaknya kau memiliki kemampuan yang langka ya, idiot?"

"Aku bukan idiot! Namaku Reus!"

"Kau idiot! Kau benar-benar siswa Lior, kan? Pilih saja senjata yang sama
dengannya"

"Aku Reus! Dan aku bukan siswanya, aku siswa Aniki. Dan, apa maksudnya dengan
senjata yang sama?"

"Kau idiot!"

"Aku Reus!"

Pembicaraan takkan berkembang jika si eksentris dan si kepala angin bertemu.


Towards the School
Chapter 27,5 3000m Searching For The Sword

Karena obrolan itu terlalu sia-sia, aku memutuskan untuk turun tangan dan
meringkasnya.

"....jadi alasan Anda menyuruhnya mengayunkan berbagai jenis pedang, adalah


untuk membedakan kemampuannya?"

"Benar! Setiap orang memiliki kecocokan sendiri dengan sebuah pedang. Misalnya,
pedang yang ringan dan tajam atau pedang berat yang berpusat pada kekuatan
penghancur. Terdapat banyak jenisnya, idiot!"

"Aniki bukan idiot!"

"Tenanglah Reus, itu hanya kebiasannya. Jadi, tipe pedang mana yang cocok?"

"Pedang yang berat dan tajam, mungkin. Dengan melihat pusat gravitasinya, dia
memiliki kemampuan yang serupa dengan si bajingan Lior*. Astaga, dia sampai
menamkan ajarannya sejauh itu, bocah ini pasti sangat disukainya"
[Lio-Yarou....ku artikan aja Si Bajingan Lior]

Meski dia adalah pria bertubuh gempal dan aneh, tapi keahlian dan tatapannya
merupakan hal yang serius.

Reus sering mengeluh tentang betapa ringan pedang miliknya, dan


mempertimbangkan tentang kurcaci tua ini---sebagai pencipta pedang besar Lior---,
kurasa bagus untuk menyerahkan pembuatan senjata Reus kepadanya.

"Kalau begitu, bisakah Anda membuatkan pedang yang sesuai dengan Reus? Kami
tidak memiliki banyak uang sekarang, tapi kami pasti akan membayar sisanya pada
hari terakhir senjata itu selesai"
Towards the School
Chapter 27,5 3000m Searching For The Sword

Aku mengambil 5 koin emas dari saku pakaianku dan meletakkannya di atas meja.
Jujur saja, menurutku ini memang kurang, tapi menunjukkan ketulusan adalah yang
terpenting disini.

"Ini dariku juga, tolong"

Emilia juga mengeluarkan 1 koin emas dari saku bajunya. Tunggu, Emilia?
Keputusanmu memang baik. Tapi, dengan begini kau bisa ketahuan kalau memiliki
koin emas.

"Aniki....Nee-chan...."

"Hehh....Bajingan itu ternyata dikelilingi oleh orang-orang idiot, ya"

Tapi kelihatannya si kurcaci tak memperdulikannya. Karena kedua anak ini tampak
tergerak oleh suasana, ayo kita dorong lebih jauh.

"Kami takkan meminta sebuah pedang indah seperti yang Anda buat untuk Lior.
Melainkan sebuah pedang yang bisa menyaingi pertumbuhan anak ini, hingga dia
semakin kuat"

"....Aku tidak ingin membuat pedang setengah hati seperti itu!"

"Jadi, itu tidaklah mungkin, ya?"

"Salah!! Aku hanya berkata tidak ingin membuat pedang setengah hati seperti itu!
Yang akan kubuat adalah sebuah pedang, senjata yang mampu mengiringi
kemampuannya hingga dia dewasa!"

"Dengan kata lain....Anda akan membuatnya?"


Towards the School
Chapter 27,5 3000m Searching For The Sword

"Benar! Sudah lama aku tidak menempa dengan kekuatanku yang sesungguhnya.
Lenganku bergemuruh, idiot!!!"

Aku merasa sedikit cemas ketika membayangkan sosoknya mengayunkan palu di


kedalaman toko dengan penuh antusiasme dan terengah-engah. Namun, bagian
bagusnya adalah masalah pedang Reus telah terpecahkan.

"Kau bisa membayar ongkosnya kapanpun"

"Tapi, harusnya ada biaya untuk hidup atau bahan-bahannya kan?"

"Aku memiliki tabungan jadi tidak apa-apa. Tentang biaya hidup, kurasa kalianlah
yang lebih membutuhkannya. Kalian, para bocah juga tidak harus mencemaskan
biaya bahan-bahan dan sejenisnya, idiot!"

"Begitu ya. Jika Anda butuh sesuatu, tolong katakan saja. Walau terlihat seperti ini,
kami sebenarnya cukup kuat. Jadi, setidaknya kami bisa membawakanmu bahan-
bahan yang sederhana"

"Andalkan kami juga, Occhan!"

"....Aku baru teringat, surat ini juga menjelaskan sesuatu seperti itu ya? Ini mungkin
adalah takdir. Hei, kau yang disana....beritahu namamu"

"Sirius. Anda sendiri?"

"Aku Grant. Si bajingan Lior menuliskan bahwa kau merupakan anak kecil yang
hebat dan cerdas. Aku punya sesuatu untuk didiskusikan denganmu"

Karena dia mulai berbicara dengan ekspresi masam, aku memutuskan untuk
mendengarkan cerita Grant-san.
Towards the School
Chapter 27,5 3000m Searching For The Sword

Sepertinya kurcaci tua ini punya sedikit masalah dalam mencari ide-ide baru. Dia
menginginkan rangsangan agar mendapatkan inspirasi.

"Bahkan jika aku mampu membuat senjata khusus, ada banyak orang yang juga
mampu untuk membuatnya. Aku tidak merasa berkembang walaupun berhasil
menciptakan sesuatu. Apa kau punya ide yang menarik?"

"Hmm....untuk saat ini, aku mempunyai senjata yang tidak biasa. Apa Anda ingin
melihatnya?"

Aku lalu menunjukkannya pedang ringan yang didapat dari Dee dan pisau mithril
yang didapatkan dari Fia. Dia menatap keduanya dengan penuh perhatian, terutama
pada pedang ini.

"Tak ada yang istimewa dari pisau ini kecuali bahannya yang dari mithril.
Tapi....pedang ini aneh. Dugaanku adalah pedang ini terbuat dari bijih itu"

"'Bijih itu'....jadi Anda tahu dari bahan apa pedang ini dibuat?"

"{Graviton}, awalnya merupakan bijih yang sangat padat dan berat. Untuk pedang
sependek ini, takkan aneh jika beratnya bisa mencapai 30kg*. Tapi aku bahkan tidak
bisa merasakan beratnya"
[Jika kalian lupa, satu pedang Sirius yang diberikan Dee pada chap 7. Panjang bilah
50cm dengan sedikit ornamen]

"Kalau begitu, pedang ini memang memiliki rahasia?"

"Aku yakin. Mungkin dari pola yang terukir di bilahnya, atau mungkin ada sesuatu di
pegangannya. Ini diluar pengetahuanku, jadi aku tidak begitu tahu, idiot"

"Terima kasih banyak. Mengetahui sebanyak ini sudah cukup bagiku"


Towards the School
Chapter 27,5 3000m Searching For The Sword

Sepertinya Grant-san tidak terlalu mendapat banyak ransangan untuk ide, tapi
bagiku ini memberi cukup rangsangan. Pedang ini memiliki rahasia melampaui
perkiraanku. Ada nilai dalam menyelidikinya.

"Ini memang cukup menarik, tapi apakah ada hal lainnya, idiot?"

"Kalau begitu, bagaimana dengan yang seperti ini? "

Aku lalu berbicara tentang teknik pembuatan katana.

Katana tidak dibuat dengan hanya satu lapis besi. Melainkan dengan shintetsu/inti
besi, yaitu besi lunak sebagai bagian pusatnya, dan kawatetsu/kulit besi, yaitu besi
padat nan keras sebagai pembungkus untuk bagian luarnya. Itulah yang disebut
katana. Dengan demikian, shintetsu yang lembut di dalam akan menyerap dampak
benturan dan mencegah katana pecah, sedangkan kawatetsu yang keras di bagian
luar akan mencegahnya membengkok.
Sayangnya, aku hanya memiliki informasi tentang pedang, bukan cara membuatnya.
Aku merasa ini akan berguna sebagai ide, tapi....

"KAU IDIOOTTTT!!!!!"

....Gendang telingaku sakit.

Diapun menghempaskan palu ke lantai hingga lantai kayunya pecah.

"Shintetsu dan Kawatetsu, ide yang konyol!!! Jika aku bisa memahaminya, ini akan
menjadi hal yang menakjubkan!!!"

Ya ampun, si kurcaci tua ternyata dilimpahi emosi. Namun, memecahkan lantai kayu
terlalu berlebihan, kan?.

"Tapi, aku tidak tahu bagaimana membuatnya"


Towards the School
Chapter 27,5 3000m Searching For The Sword

"Kau idiot!! Itu pekerjaanku untuk menemukan caranya!! Oohh....diriku terbakar!!!"

Dia sekali lagi mengayunkan palunya ke sekeliling, tenggelam dalam kegembiraan.

Sekarang, jika Grant-san melihat masalah kami yang lain, mungkin akan berakhir
juga. Haruskah aku mengingatkannya?

"Hmm....dan jangan lupakan tentang pedang Reus, ya?"

"Aku tahu. Tapi, bahannya tidak cukup sekarang. Butuh waktu untuk
mendapatkannya lagi. Tunggulah sebentar, idiot"

"Juga, karena belum bisa mendaftar di Serikat Petualang, kami belum bisa menjual
hal-hal yang didapatkan dari monster. Jadi, kalau tidak keberatan, Grant-san bisa
membeli bahan yang dibutuhkan dari kami"

"Begitu ya? Boleh-boleh saja. Tapi jika itu adalah bahan yang remeh, aku tidak
membutuhkannya. Namun, dalam kasus terburuk, kau bisa menjualnya ke Serikat
Petualang melalui diriku"

"Terima kasih banyak. Kalau begitu.... ummm, kami akan membawa bahan itu ke
Gekimetsu messatsu kongou kajiya"

"Kau idiot! Ini adalah Gekimetsu massatsu kongou kajiya!!"

Hanya berbeda satu huruf, yaitu Messatsu Dan Massatsu....yah, terserahlah*.


[/Messatsu : pelenyapan. /Massatsu : penghapusan]

"Si brengsek Lior juga, berkata bahwa Kyokuten Haou Guren Ken yang kuciptakan
terlalu merepotkan untuk diucapkan, dia lalu hanya menyebutnya Guren!! Dia lah
yang tidak mengerti kualitas penamaanku, idiot!!!"
Towards the School
Chapter 27,5 3000m Searching For The Sword

[Pedang Crimson sang Penguasa Agung Kutub]

Satu suara untuk Lior dariku.

Sepertinya Emilia memiliki pendapat yang sama. Wajahnya menjadi kaku dengan
memaksa diri untuk tersenyum.

"Aku pikir Kyokuten Haou Guren Ken adalah nama yang bagus!"

"Kau mengerti ya, bajingan Reus!*"


[Tulisannya juga Reu-Yarou]

Reus....kau juga ya?.

Tidak apa-apa untuk belajar dari yang tua tapi....Entah sifat gila bertarung Lior atau
rasa eksentriknya Grant-san, aku merasa dia hanya menyerap hal-hal aneh dari
lingkungannya.

Pemikiran ini memang telah berulang kali muncul. Hanya saja, aku sangat khawatir
tentang masa depan anak ini.

"Sirius-sama....ayo kita didik anak itu dengan baik"

"Kau benar, kita usahakan saja"

Sambil menyaksikan kedua orang yang tertawa, kami berjanji di kedalaman lubuk
hati untuk tidak membiarkan Reus melenceng lebih jauh lagi.

Chapter 27.5 berakhir disini


Towards the School
Chapter 27,5 3000m Searching For The Sword

>Catatan penulis :
Aku menulisnya sebanyak setengah hal yang biasanya kutulis.

Awalnya ini bukan cerita utama melainkan cerita singkat. Tapi, aku pikir ini agak
berbeda karena berisi pembahasan sepele sebagai cerita yang lucu. Jadi, aku akan
dengan cepat beralih ke cerita utama selanjutnya.

>Catatan penerjemah :
Hmmm, berkutat di sekitar Flashback ya. Daripada pusing, aku ngasih tanda kurung
() ke dialog masa lalu. Yah, kayak dulu.

Saat nya ke Arc baru.


Arc 5 School_Enrollment Arc
Chapter 28 The Beginning of Enrollment

Chapter 28 The Beginning of Enrollment


Bagian 1

Tampaknya hanya ada sedikit perbedaan di dunia ini. Selama upacara masuk sekolah, kami
masih mendengarkan pidato dari Kepala Sekolah, beberapa alumni, dan orang-orang terkenal
lainnya.

Dua hari setelah tes, seluruh siswa berkumpul di auditorium terbesar disini, tempat dimana
upacara masuk Akademi Elysion diadakan.

Aku sudah pernah melihatnya (dalam bentuk menyamar), tapi Kepala Sekolah Rodwell ada di
sini untuk pertama kalinya dan tampil dihadapan para siswa-siswi baru.

Rodwell merupakan elf yang tampan dengan ciri fisik berupa telinga panjang dan runcing. Kulit
putih murni dan rambut pirang yang mempesona. Ikemen* dengan tampilan sempurna, sulit
dipercaya bahwa dia adalah seorang yang berusia di atas empat ratus tahun.
[Pria tampan]

Orang yang menguasai sihir.

Master Sihir.

Itulah sebutan bagi Rodwell, penyihir terhebat di benua ini yang menguasai tiga atribut.
Kecuali atribut api. Sang Triple.

Dialah si jenius yang mampu menyebabkan badai, memanggil banjir, dan menghancurkan
segalanya dengan gempa bumi. Bahkan jika dia kekuranganya adalah atribut api, tingkatan
kekuatan sihirnya berada di ranah luar biasa. Mengambil keuntungan dari umur panjang elf,
dia terus memoles diri tanpa menjadi sombong selama ratusan tahun. Juga, telah
mendapatkan gelar 'Petarung Sihir Terkuat' di Melifest.

Sebenarnya, ada banyak yang mendaftar ke akademi karena rasa kagum padanya. Ketika dia
mulai muncul dan berpidato, para siswapun memancarkan tampilan berbinar-binar itu diwajah
mereka.
Arc 5 School_Enrollment Arc
Chapter 28 The Beginning of Enrollment

"Apa yang ingin kalian pelajari di Akademi Elysion ini? Itu akan berbeda tergantung pada
orangnya, tapi yang kuinginkan adalah agar kalian menggunakannya dalam arah yang benar.
Sihir dan pengetahuan yang kalian pelajari akan beragam dan berguna di berbagai bidang.
Namun, juga bisa mengancam atau bahkan membunuh orang lain dengan mudah. Jangan
pernah lupakan itu"

Hmm, di dunia manapun, Kepala Sekolah sering berbicara terlalu panjang lebar.

Ngomong-ngomong, setelah melihat bentuk sesungguhnya dari Rodwell, aku sekali lagi yakin
bahwa dia adalah orang yang sama saat tes masuk tempo hari. Dia mungkin sangat kuat, tapi
aku tidak berpikir dia akan menjadi musuh. Mungkin baik-baik saja selama kami berinteraksi
secukupnya.

"Fuwaaa~"

"Jarang sekali melihatmu menguap, Emilia"

"Ah, itu....aku terjaga sepanjang malam karena berbicara dengan teman sekamarku"

Emilia yang berdiri* di sampingku, terlihat malu saat berbicara dengan suara lirih.
[Ya, mereka berdiri]

Rupanya, dia sudah bisa bergaul baik dengan teman sekamarnya. Menurut perkataan gadis ini,
kamarnya adalah kamar ganda, dan teman sekamarnya merupakan gadis manusia yang tidak
membenci ras binatang. Nampaknya, gadis yang mengobrol akrab dengan Emilia ini
merupakan gadis baik hati.

"Namanya Reese, dia gadis yang cantik dengan rambut berwarna biru"

"Sepertinya kau sudah berteman dengan seseorang. Itu bagus"

"Iya! Dia temanku!"

Melihatnya yang tersenyum lepas, bisa diperkirakan bahwa kehidupan gadis ini di asrama
siswa akan baik-baik saja. Sekalipun hanya untuk menyaksikannya gembira seperti itu, kupikir
datang ke sekolah memiliki sebuah arti.
Arc 5 School_Enrollment Arc
Chapter 28 The Beginning of Enrollment

"Aniki, seperti yang diharapkan, sangat buruk untuk tertidur"

"Ahh, maaf"

Nama anak laki-laki dari ras rubah ini adalah Rou, dia tampaknya adalah bawahan Reus.

Menurut cerita Reus, dia merupakan teman sekamarnya. Disaat mereka bertemu pertama kali
di kamar asrama, sebuah perkelahian pecah dan Rou terlempar keluar.

"Hal seperti itu....aku sungguh bukan musuh! Tolong biarkan aku menjadi bawahanmu!"

Aku tidak akan terganggu dengan masalah yang menyusahkan seperti ini. Namun, karena
berjanji akan bersikap baik, Reus pun menerima Rou sebagai bawahan. Meskipun tertegun
saat pertama kali diperkenalkan, dia adalah orang yang mampu membaca suasana dan takkan
mendekat kecuali diperlukan. Aku sempat berpikir bahwa itu mungkin disebabkan karena dia
sedang berhadapan dengan 'Aniki' dari Reus. Tapi itu bisa juga dia sedang berhati-hati agar
tidak mengganggu Reus.

"Salam kenal, aku dipanggil Rou. Aku memiliki keyakinan akan kelincahanku. Senang bertemu
denganmu, Aniki!"

"Akulah satu-satunya yang bisa memanggil Aniki dengan sebutan Aniki!" (Reus)

"Hiii! Aku minta maaf, Oya-bun*! Senang bertemu denganmu, Oya-bun!"


[Artinya ya 'Bos', tapi lebih ke bos-bosnya preman. Bahkan, misal Yakuza]

Apa-apaan ini. Aku mendapat bawahan baru bahkan sebelum upacara masuk selesai.

Di lain hal, bangunan rumahku telah direnovasi hanya dalam dua hari sampai ke tingkat bisa
ditinggali oleh seseorang.

Aku juga telah mendapatkan kasur dari penginapan dan jika ada kebutuhan lain yang harus
dibeli, kami tinggal menghitung biayanya. Sekarang tempat itu layak disebut rumah daripada
yang sebelumnya. Aku mulai mempertimbangkan apa yang harus dilakukan dengan kamar
kosongnya. Pemikiran tentang merenovasinya secara bertahap sambil pergi ke sekolah
perlahan mengalir.
Arc 5 School_Enrollment Arc
Chapter 28 The Beginning of Enrollment

"---Ada lebih banyak hal yang harus dikatakan. Selanjutnya, aku akan menjelaskan kurikulum di
Akademi ini. Pertama, untuk para siswa dan siswi baru...."

Untuk meringkas pidato kepala sekolah, kurikulum di sekolah ini memiliki rentang waktu
sampai lima tahun ke depan.

Dua tahun pertama, kami akan belajar di ruang kelas reguler menggunakan semua mata
pelajaran. Dan dari tahun ketiga, para siswa kemudian dapat memilih untuk mempelajari
bidang khusus yang mereka sukai.

Dari keempat bidang di akademi, Reus mengkhususkan diri pada bagian {Ilmu Pedang}, Emilia
di {Sihir}, dan aku mengkhususkan diri dalam {Pembuatan Formasi Sihir}, bagian dari bidang
utama, yaitu {Teknik Sihir}.

"Kalau begitu, aku pikir akan membiarkan guru di setiap bidang memberi beberapa patah kata.
Pertama-tama, aku ingin mengundang spesialis dalam sihir bumi, Magna-sensei"

Setelah itu, para spesialis yang bertugas sebagai guru di berbagai bidang seperti sihir angin dan
ilmu pedang pun diperkenalkan. Suasana lalu berubah total saat seorang pria yang
mengenakan mantel kuning dan merah muncul, berdiri di atas podium.

"Aku Gregory, yang mengkhususkan diri pada atribut api dan bumi. Aku merupakan seorang
bangsawan sekaligus Double. Di kelasku, yang dicari adalah para bangsawan yang kuat. Tidak
seperti ras binatang, bangsawan yang membanggakan harus datang ke kelasku. Demi nama
rumah dan gelarku sebagai Double, akan ku buat kalian menjadi semakin kuat"

Para ras binatang mengernyitkan alis sementara sebagian besar bangsawan dengan gembira
bertepuk tangan ketika mendengar pernyataan itu.

Apa yang orang ini pikirkan? Wajarkah jika menciptakan celah antara para bangsawan dan ras
binatang? Mungkinkah dia sejenis orang yang sombong dan membenci orang lain yang---
seperti diriku---tanpa warna juga? Sepertinya kau memiliki waktu yang sulit karena
mempekerjakan pria semacam itu ya, Rodwell.

"....Bajingan itu yang mengolok-olok Aniki, kan?"


Arc 5 School_Enrollment Arc
Chapter 28 The Beginning of Enrollment

"Selama wawancara kami juga, sepertinya ada seseorang yang selalu menilai kami berdua
dengan jijik. Ini merupakan hal yang harus kita waspadai"

"Akan merepotkan karena dia sepertinya bangsawan yang kuat. Kurasa sulit menanganinya
jika dia sampai tahu kemampuan kita yang sebenarnya"

Aku terus menatap Gregory sambil menenangkan Reus, yang sepertinya akan langsung
mendatanginya kapan pun. Mata orang itu....dimana aku melihatnya, ya?

"Ahem....pokoknya, upacara masuk telah selesai. Lihatlah pengaturan kelas yang telah
diletakkan di luar, dan tolong pergi ke masing-masing bidang kalian"

Akhirnya, mengenyampingkan orang itu, upacara masuk bagi kamipun usai.

Bagian 2

Begitu keluar dari auditorium, kami menemukan sebuah selebaran besar terpampang didepan
papan untuk pengaturan kelas para siswa baru.

Reaksi para siswa juga berbeda-beda, ada yang segera memeriksa keadaan kelas, beberapa di
antaranya mengobrol, dan banyak juga yang bertanya tentang guru mereka yang datang
terlambat.

Sementara menunggu Reus yang pergi memeriksa di kelas mana kami akan berada, aku
menyaksikan pemandangan ini dengan linglung.

"Ada berbagai orang yang unik di sini, ya. Ini adalah satu-satunya hal yang aku takkan mengerti
saat berada di desa dan rumah itu*"
[Maksudnya, rumah dimana mereka tinggal bersama Erina. Bukan rumah ortu nya]

Emilia, yang berdiri di sampingku mengenakan jubah dengan desain sekolah ini. Memakai itu
wajib dengan pengecualian kegiatan praktek dan acara-acara spesial lainnya. Warna syal yang
menempel pada jubah adalah bukti nilai kami di sekolah. Ngomong-ngomong, kami yang
adalah siswa tahun pertama mengenakan jubah berwarna biru.
Arc 5 School_Enrollment Arc
Chapter 28 The Beginning of Enrollment

Kelihatannya saja yang sederhana dan mudah dibuat, tapi ini merupakan pakaian khusus yang
ditenun oleh benang sihir langka. Ketika kau menuangkan Mana, pakaian ini akan menjadi
sekokoh besi tanpa bisa ditembus oleh tajamnya bilah pisau. Mengenakannya ke kota juga di
izinkan, bahkan sepertinya kau akan mendapatkan berbagai layanan ketika memakainya di
toko-toko tertentu.

"....Sirius-sama? Apakah ada yang aneh dengan bajuku?"

"Tidak, meski pakaian petugas juga bagus, aku baru saja berpikir kalau apa yang kau kenakan
sekarang sangat cocok untukmu. Emilia terlihat manis"

"Benarkah?! Aku bahagia"

Dia berbalik sambil melambaikan rambutnya yang panjang dan malu. Yah, dia siswa yang
memang manis mengenakan apapun.

Ada banyak gadis di Akademi ini, namun menurutku kemanisan Emilia berada di tingkat
teratas. Selain penampilan fisik dan rambut perak yang bersinar memantulkan cahaya, dia
menarik perhatian banyak orang karena dadanya yang masih dalam masa pertumbuhan.
Sebenarnya, beberapa siswa laki-laki melihat ke arah sini, bahkan para siswi pun terpesona
dengan rambut peraknya yang bersinar.

"Ngomong-ngomong, siapa itu.... Reese? Dimana dia? Aku ingin bertemu dengannya walau
hanya sekali"

"Sepertinya dia dipanggil kembali ke rumahnya dan tak bisa datang hari ini"

"Bukankah masalahnya cukup besar sampai-sampai dia tidak menghadiri upacara masuk?"

"Aku juga tidak terlalu memahaminya. Tapi dia tersenyum ketika berkata kalau dirinya baik-
baik saja, dia juga menjelaskan kalau sekolah sudah memberinya izin"

"Jika kau berkata dia baik-baik saja, masalah khususnya adalah---...."

"Ahh, kau ternyata disini"


Arc 5 School_Enrollment Arc
Chapter 28 The Beginning of Enrollment

Sementara aku berpikir ingin bertemu Reese sebagai master Emilia, aku berbalik karena
merasa dipanggil. Guru yang memberiku izin saat ujian masuk ada di sini....ralat, itu Rodwell
dalam bentuk penyamarannya, berdiri dengan wajah tersenyum.

"Sudah lama sejak wawancara, bukan? Aku senang karena kalian bisa masuk sekolah dengan
lancar"

"Yah, lancar atau tidaknya, mulai sekarang tolong jaga kami.....Hmm, apa yang Anda lakukan
disini, kepala sekolah?"

Pertama-tama, mempertimbangkan tujuan pria ini, aku berbicara menggunakan suara sekecil
mungkin hingga tak ada yang bisa mendengarnya.

"Kau memang sudah tahu, ya? Aku biasanya menggunakan bentuk ini untuk berbicara dengan
para siswa, sebagai guru biasa bernama Vile"

Yah, aku bisa mengerti kenapa kau menyamarkan diri. Akan merepotkan kalau dia berbicara
dengan siswa biasa---apalagi sepertiku---memakai identitasnya sebagai kepala sekolah. Karena
Emilia terlihat belum menyadarinya, ayo kita berjalan mengikuti alur yang ada.

"Jujur saja, aku memiliki sesuatu untuk dikatakan padamu. Aku datang untuk meminta maaf"

"'Maaf'? Anda telah membuatku lulus dan Vile-sensei cukup puas karena kemampuanku,
kan?"

"Bukan itu, ini soal asrama. 'Dia' memutuskan dengan egois tentang tempat dimana Sirius-kun
akan tinggal sementara aku pergi"

Kupikir maksudnya adalah Gregory. Orang itu membenci ras binatang dan rakyak jelata.
Mungkin karena diriku yang adalah 'Tak Berwarna', dia begitu membenciku.

"Aku melewatkan itu saat mengkonfirmasi pengaturannya. Aku akan segera


membenarkannya, dan memindahkanmu ke kamar di asrama"

"Tidak, tidak apa-apa"


Arc 5 School_Enrollment Arc
Chapter 28 The Beginning of Enrollment

"Tapi, jarak dari sana ke sekolah cukup jauh. Selain itu, bangunannya sudah terbengkalai dan
bobrok parah"

"Sejujurnya, aku telah mengubah tempat itu agar bisa dihuni. Karena atapnya rusak, aku
menggantinya. Tak ada masalah lagi kan?"

"....Memang tidak. Tapi, kau melakukannya dalam tiga hari?"

"Ya, karena aku mengetahui beberapa teknik konstruksi, aku mencoba melakukannya
meskipun sebagai amatir. Daripada meminta maaf, boleh aku meminta sesuatu padamu?"

"Hmm, iya....tentu saja, kalau aku bisa melakukannya"

"Aku menginginkan izin untuk merenovasi bangunan itu dengan bebas. Aku tidak mau
timbulnya keluhan karena sudah mengubah properti milik sekolah"

Tanpa izin Rodwell pun aku dapat berbuat apapun, hanya saja kurasa pasti akan ada masalah
yang muncul jika tidak memintanya. Mungkin ada yang melihat perbuatanmu, mereka
mungkin akan melontarkan penjelasan tentang merenovasi secara ilegal atau hal lainnya dan
mengusirku. Aku juga tidak ingin merusak lingkungan yang sudah kubangun dengan baik, izin
dari Kepala Sekolah sangat dibutuhkan.

"Aku mengerti. Lagipula, bangunan itu merupakan hal yang sudah lama diabaikan, anggap saja
seperti rumahmu sendiri. Aku akan menyebarkan perintah non-intervensi sehingga takkan ada
yang mengganggu"

"Aku merasa sangat tertolong"

"Tidak, aku hanya tertarik melihat apa yang akan kau perbuat. Namun, pihak sekolah tak dapat
memberi terlalu banyak keamanan atau tanggung jawab. Bisakah kau menerimanya?"

"Ini saja sudah cukup. Dari awal aku memang berencana melakukan banyak pekerjaan.
Lagipula, karena diriku merupakan orang biasa, jika terdapat suatu peristiwa yang
mengganggu keamanan seperti pencurian, aku bisa bertindak sendirian"

"Akan menjadi masalah jika ada pencurian di sekolah, tolong segera laporkan jika hal seperti
itu terjadi. Namun, aku tidak ingin kau bertindak terlalu berlebihan"
Arc 5 School_Enrollment Arc
Chapter 28 The Beginning of Enrollment

"Aku akan berhati-hati"

Ketika menilai dari samping, kau akan melihat seorang siswa dan seorang guru melakukan
pembicaraan akrab. Hanya saja, isi diskusi mereka tidak begitu jelas.

Sebagai kesimpulan, tempat itu milikku, jadi boleh-boleh saja untuk membalas orang-orang
yang datang untuk mengganggu, kan? Pokoknya, ini sudah sepakat.

Ayo mempersiapkan hal-hal mulai hari ini. Aku suka membuat suatu perencanaan, walau agak
sulit untuk menciptakan jebakan yang takkan membunuh.

"Apakah bangunan yang akan ditinggali oleh Sirius-sama memiliki nama?"

"Tidak, tak ada. Mungkin akan merepotkan jika tidak memiliki nama. Jadi Sirius-kun,
bagaimana jika kau menamainya?"

"Kalau begitu....Pondok Berlian"

"Heh? Apa ada artian tertentu untuk nama itu?"

"Berlian tidak berwarna tapi merupakan perhiasan yang berharga. Ini adalah ide sederhana
yang aku inginkan"

"Tidak buruk. Tapi kupikir nilai Sirius-kun tak bisa di bandingkan dengan berlian. Kalau begitu,
aku akan mengesahkannya....Oh ya, guru wali kelasmu adalah Magna-sensei yang langsung
berada di bawah pengawasanku. Jadi, jika ada sesuatu, beritahu saja dia"

Meski memberi nama pondok hampir seenaknya, dia masih tertarik kepadaku, ini aneh.
Setelah selesai dengan apa yang perlu dibicarakan, Vile-sensei melambaikan tangannya dan
pergi. Emilia disebelahku, tersenyum dan sepertinya sedang dalam perasaan yang baik.

"Ada apa? Aku pikir perbincangan barusan bukan sesuatu yang menyenangkan"

"Tidak, aku hanya berpikir 'Ada orang yang mengerti tentang Sirius-sama'....Tapi jika itu aku,
bahkan perhiasan manapun takkan pernah bisa dibandingkan dengan Sirius-sama?"
Arc 5 School_Enrollment Arc
Chapter 28 The Beginning of Enrollment

Eksistensi semacam apa aku ini untukmu?....Aku ingin bertanya hal itu, namun tampaknya
jawaban yang akan muncul sudah jelas, jadi aku berhenti.

Setelah beberapa saat menunggu, Reus muncul dari dalam kerumunan dan berteriak pada
kami dengan wajah tersenyum.

"Aniki! Onee-chan! Kita berada di kelas yang sama!!"

Itu bagus. Namun, dengan wali kelas yang akan mengawasi kami, rasanya ada campur tangan
dari kepala sekolah sendiri mengenai masalah pengaturan kelas.

Namun, karena kami bertiga bisa bersama, aku tidak memiliki sesuatu untuk dikeluhkan.

Setelah menenangkan Reus yang melompat-lompat penuh kegembiraan, kami menuju kelas
yang sudah ditetapkan.

Siswa-siswi baru terbagi ke beberapa kelas yang dinamai sesuai tokoh-tokoh hebat dimasa
lalu. Masing-masing kelas terdiri dari sekitar tiga puluh siswa. Nama kelas kami disebut
Carlisle, konon ini menurut sebuah grup terkenal yang disebut Carlisle.

Ruang kelas berbentuk seperti kipas, dengan susunan meja layaknya universitas-universitas
pada duniaku sebelumnya, dimana itu berundak-undak seperti tangga. Sebagian besar orang
sudah memasuki kelas, suara bisingpun terdengar bahkan dari koridor.

Namun saat kami memasuki kelas, kesunyian mendadak muncul. Tidak, lebih tepatnya adalah
ketika aku masuk.

"Hee....ini ruangan yang cukup besar. Dimana kita harus duduk, Onee-chan?"

"Yang manapun seharusnya bagus. Sirius-sama, disana sepertinya kosong"

Terlepas suasana kelas yang canggung, kedua anak ini tidak keberatan dan hanya pergi ke
tempat duduk yang Emilia tunjuk.

Para siswa di sekitar mulai berbisik. Semua yang mencapai telinga adalah hal-hal tentangku
seperti 'Tidak Berwarna' atau 'Tidak Kompeten'. Aku pikir informasi itu mungkin bocor dari
Arc 5 School_Enrollment Arc
Chapter 28 The Beginning of Enrollment

bangsawan yang mengikuti ujian bersamaku, namun ini tidak mengganggu karena pada
akhirnya hal itu pastinya akan terkuak.

Hal-hal seperti tingkat sosial atau bagaimana diriku bisa bersekolah, pertanyaan semacam itu
seolah takkan ada habisnya. Namun, aku tidak keberatan.

"Aniki, boleh aku menghajar mereka?"

"Akan lebih baik kalau mulut mereka dibungkam, ya kan?"

"Hei, hei, tenanglah. Aku sama sekali tidak terganggu, kalian tak perlu memperdulikannya"

Aku harus menyesuaikan diri dengan hal tidak berwarna ini. Bukannya aku tidak bisa
menggunakan sihir, kami hanya harus mengabaikan diskriminasi itu.

Ketika aku duduk pada sebuah kursi kosong, kedua bersaudara juga ikut dengan enggan di
sampingku. Aku selalu melakukannya dengan santai, tapi ketika dipikir-pikir lagi, sepertinya
ada peraturan mutlak di mana Emilia akan duduk di sebelah kiri dan Reus di sebelah kananku.

Setelah kami menetapkan posisi, para siswa juga mulai duduk sambil mengobrol. Tak lama
kemudian, perlahan jumlah siswa bertambah hingga sesuai seperti yang ditentukan untuk
kelas ini.

Melihat rasio ras manusia dengan ras binatang, ini kira-kira dibagi setengahnya, kan?

Tak banyak bangsawan yang bisa ditemukan. Juga, nampaknya ini kelas yang mayoritas adalah
para siswa jelata.

Rasio pria dan wanita juga seimbang. Saat kami diam dan menunggu guru yang bertanggung
jawab sambil mengistirahatkan siku, tiga anak lelaki muncul di depan kami.

Tepatnya, muncul didepan Emilia. Laki-laki ditengah berbicara padanya sambil tersenyum.

"Permisi, nona dengan rambut perak disana. Boleh aku mengetahui namamu?"

"Apa maksudmu Onee-chan?" (Reus)


Arc 5 School_Enrollment Arc
Chapter 28 The Beginning of Enrollment

"Diam, kau ras binatang! Jangan menyela ketika Mark-sama sedang berbicara!"

Reus sedikit lebih awal untuk membalas, tapi dia malah dimarahi oleh anak yang terlihat
seperti petugasnya.

Sementara menenangkan Reus yang mencoba menjawab kembali, aku mengamati mereka
bertiga yang usianya hampir sama dengan kami. Meski begitu, anak berambut merah di
tengah merupakan anak yang cukup tampan, mungkin tak ada bedanya dengan bangsawan
pada umumnya. Dia terkesan tenang, namun kedua petugas di belakangnya bersikap seakan
memandang rendah kami.

"Tenanglah, tolong jaga kesopanan kalian. Sekali lagi, boleh aku mengetahui namamu, nona?"

Karena Emilia memalingkan kepalanya kemari, aku mengangguk, mengisyaratkan dia untuk
melakukan yang dia mau.

"Namaku Emilia. Aku minta maaf, tapi siapakah Anda?"

"Sangat kasar untuk tidak mengetahui Mark-sama!"

"Jaga sikap kalian. Namaku Mark Holtia. Aku adalah anak kedua dari rumah Holtia, bangsawan
yang sangat dihormati"

Anak yang memperkenalkan dirinya sebagai Mark membungkuk dengan elegan. Hmmm, tidak
seperti kedua petugasnya, laki-laki ini sepertinya menghargai sopan santun. Karena para
bangsawan yang kami temui sejauh ini kebanyakan sombong, ini tidaklah biasa.

"Urusan apakah yang Anda miliki denganku, Mark-sama?"

"Emilia....nama yang sangat indah. Dengan rambut keperakan yang bersinar itu, kau sungguh
cantik. Maukah kau menjadi petugasku?"

"Aku menolak"

"Mark-sama memberikan undangan langsung ke ras binatang---....tunggu, apa?"

"Aku berkata bahwa aku menolak"


Arc 5 School_Enrollment Arc
Chapter 28 The Beginning of Enrollment

Sebelum petugas itu selesai berbicara, Emilia memutuskannya seketika dengan senyuman
formal yang menakjubkan.

"Menanggapi itu secara mendadak....Mark-sama, ayo kita buat mereka sadar akan posisinya
disini!"

"Fuuu....kalian, diamlah! Aku pikir ini tidak akan berjalan dengan mudah, tapi bolehkah aku
mengetahui alasannya?"

"Sudah ada seseorang yang akan aku layani selama sisa hidupku. Karena itulah, aku
menolaknya"

"Apakah itu mastermu....orang yang di sebelahmu?"

"Ya, benar sekali. Sirius-sama adalah masterku"

Emilia memanggilku sambil menaruh kedua tangannya didepan seakan sedang berdoa. Mark
yang melihat ini sempat membungkuk lagi dan menatapku tampak seolah menyelidiki.

"Ini mungkin terkesan tidak sopan bagimu yang merupakan masternya, namun aku akan
senang jika kau bisa memberitahuku nama rumah bangsawanmu"

"Aku bukanlah seorang bangsawan. Dia melayaniku secara sukarela dan memanggilku
masternya"

"Jadi kau hanya jelata? Kalau begitu, cepat perintahkan gadis ini agar menerima Mark-sama!"

"Tunggu, kalau dipikirkan lagi, bukankah orang ini yang dirumorkan sebagai 'Tidak Berwarna'?"

Lingkunganpun menjadi berisik. Pernyataan dari petugas ini jelas merupakan sesuatu yang
ingin dilontarkan oleh para siswa lain. Mereka mungkin ingin menanyakan tentang hal 'Tak
Berwarna' ini, tapi terlalu canggung untuk melakukannya karena sekarang merupakan
pertemuan pertama. Aku mengetahui itu semua ketika tatapan dan telinga mereka berfokus
kesini.
Arc 5 School_Enrollment Arc
Chapter 28 The Beginning of Enrollment

"Benar, aku tidak tahu tentang rumor itu, tapi diriku memang "Tak berwarna'. Jadi, ada apa
dengan itu?"

"Hah, Mark-sama sudah menguasai {Flame Lance}. Lalu kenapa ada tidak kompeten di tempat
ini yang bahkan tidak bisa menggunakan sihir tingkat pemula?!"

"Aku juga heran. Mungkin dia melakukan penyuapan dan sejenisnya? Tidak, aku tidak yakin dia
memiliki kepingan emas sebanyak itu"

Haus darah mulai meluap dari kedua sisiku, tapi para petugas itu sama sekali tidak merasakan
apapun. Sementara aku menahan kepala kedua bersaudara, aku menatap rendah petugas-
petugas ini.

"Aku pikir kalian sebagai petugas tidak punya hak untuk mengatakan itu, ya kan?"

"Apa, kau bajingan! Meski kami adalah petugas, kami juga seorang bangsawan!!"

"Mampu menggunakan {Flame Lance} bukanlah syarat untuk memasuki sekolah ini. Lagipula,
yang menguasainya adalah master kalian. Bukan kalian"

"Apa yang salah tentang menceritakan hal-hal tentang kelebihan mastermu?! Kami adalah
petugas sesungguhnya dari Mark-sama!"

"Seorang petugas sesungguhnya yang tidak bisa mengikuti perintah tuannya, apa-apaan itu?
Mark-sama telah berkata beberapa saat yang lalu kalau kalian harus diam...."

Kedua petugas itu tidak dapat membantah. Merekapun hanya bisa menatap dengan
kebencian.

"Sesuai dengan apa yang dia katakan, kalian sepertinya tidak mengerti hal-hal tentang
petugas, apalagi tentang kebangsawanan"

"Tapi Mark-sama, kita tidak bisa membiarkan kata-kata kasar itu"

"Bahkan dari sudut pandangku, sikap kalian buruk. Wajar saja jika dia marah. Kalian menjadi
petugas karena perintah dari ayahku. Jadi, berhentilah bertindak tercela"
Arc 5 School_Enrollment Arc
Chapter 28 The Beginning of Enrollment

Akan mustahil untuk memprotes ketika masternya sudah berkata begitu. Keduanya pun
dengan enggan melangkah mundur.

Dia rendah hati, menilai orang dengan adil. Tak hanya sangat sopan dan santun, bisa dibilang
kalau kepribadiannya ini sangat solid. Jelas saja, sekarang cara berbicara kedua petugasnya lah
yang harus disalahkan.

"Mewakili para petugasku, aku sungguh meminta maaf, Sirius-kun. Aku memang tidak
mempunyai alasan, tapi sebenarnya mereka baru-baru inilah yang menjadi petugasku"

"Tidak masalah. Tapi, aku ingin kau berhati-hati. Ada kemungkinan mereka akan
mengulanginya"

Selama percakapan berlangsung, aku membelai kepala kedua bersaudara hingga mereka
melupakan kemarahan dan melambaikan ekor dengan gembira.

Kau takkan pernah berpikir bahwa orang-orang yang berwajah lembut seperti ini akan
menebarkan niat membunuh tajam beberapa detik yang lalu.

"Aku akan berusaha. Jadi, karena guru akan segera datang, perkenankan diriku untuk permisi"

"Apa kau sudah selesai dengan persoalan Emilia?"

"Harga diri ini takkan membiarkanku merebut paksa seorang petugas yang telah bersumpah
setia kepada seseorang dari lubuk hatinya. Disaat aku sudah menjadi terkenal dan lebih
menarik darimu, biarkan aku mengundangnya sekali lagi"

Ikemen ini bertindak terlalu keren. Dia berbalik dan berjalan pergi dengan jubah yang
melambai seolah mantel lalu duduk dengan elegan di tempat agak jauh dari kami. Kedua
petugas itu pun mengikutinya. Meski sempat melotot sebelum pergi, mereka mungkin akan
mendapatkan ceramah panjang setelah ini.

"Aku takkan tertarik pada orang lain kecuali Sirius-sama~!"

"Aku juga akan mengikuti Aniki~!*"


[Bayangkan saja kalau keduanya bilang gitu sambil julurin lidah. 'Weee' ]
Arc 5 School_Enrollment Arc
Chapter 28 The Beginning of Enrollment

Astaga, karena membelai terlalu banyak, ucapan dan tingkah laku mereka telah menjadi
manja. Untuk sekarang, karena ini bukan ekspresi yang dapat ditampilkan didepan umum, aku
mengetuk kepala mereka ringan untuk menyadarkan kembali. Disaat bersamaan, seiring pintu
yang terbuka, guru wali kelaspun datang.

"Sepertinya semua orang sudah hadir di sini. Aku Magna, wali kelas yang akan bertanggung
jawab atas kalian. Aku harap kita bisa akur"

Aku juga melihatnya saat wawancara tes. Dia adalah pria berusia empat puluhan berambut
cokelat dan mengenakan jubah bergaris-garis kuning. Walau tidak setingkat Kepala Sekolah,
namun dia memancarkan kesan penuh akan pengalaman.

"Daripada berbicara tentang diriku sendiri, bagaimana kalau masing-masing dari kalian
melakukan pengenalan diri di hadapan teman-teman kelas? Kalau begitu, kita awali dari ras
kucing disana. Aku ingin kau memberi pengenalan singkat, seperti nama dan ras"

"Ba-Baiklah!"

Setelah itu, perkenalan pun dimulai satu per satu secara berurutan.

Siswa-siswi dari berbagai ras mengutarakan alasannya datang ke sekolah ini, dan itu menarik
untuk mendengarkan berbagai cerita dari mereka. Giliran kamipun tiba.

"Aku Reus! Dari ras serigala perak dan aku adalah petugas dari orang yang berada di
sebelahku, Sirius-sama! Keahlian khususku adalah berpedang dan memiliki atribut api! Salam
kenal, semuanya!"

Aku sempat khawatir tentang apa yang akan dia ucapkan, tapi sepertinya anak ini memberi
pengenalan diri yang aman dengan mencontoh para siswa sebelumnya.

Seakan mengumumkan 'Aku adalah petugas setia Sirius-sama!! Akan kutebas siapapun yang
berani macam-macam dengannya!!'....atau sesuatu seperti itu. Tepuk tangan malah muncul
untuk mengiringi perkenalannya. Mungkin ini bisa diterima sampai batas tertentu.

Berikutnya adalah giliranku.


Arc 5 School_Enrollment Arc
Chapter 28 The Beginning of Enrollment

"Aku Sirius. Berasal dari ras manusia, juga seperti yang semua orang ketahui, atributku Tak
Berwarna. Rencana masa depanku adalah mempelajari tentang lingkaran sihir dan maju di
bidang {Teknik Sihir}"

Ketika aku membungkuk untuk mengakhirinya, para siswa disekitarku gelisah tanpa tahu
bagaimana untuk merespon. Pada saat itu, Magna-sensei menepuk tangannya untuk
mengumpulkan seluruh perhatian.

"Ada sedikit informasi yang perlu kutambahkan. Aku adalah salah seorang yang ikut
mewawancarainya. Kami memutuskan bahwa dia memiliki cukup kemampuan untuk diterima
di sekolah ini. Dia juga bisa mengaktifkan sihir dasar, jadi jangan meremehkannya hanya
karena atribut, ya"

Dari gerakan tangannya, dia menyuruh agar perkenalan diri para siswa berlanjut. Aku memang
berterima kasih padanya, tapi itu juga membuatku merasa tidak enak karena mendapatkan
lebih banyak perhatian. Yah, terserahlah. Pengenalanku berakhir, dan sekarang merupakan
giliran Emilia.

Saat dia berdiri, membungkuk anggun dan tersenyum, pemandangan itu membuat seluruh
lelaki maupun perempuan terpesona seakan tak mampu lagi mengalihkan mata mereka. Tata
krama yang begitu indah, seperti yang diharapkan. Aku bisa merasa nyaman karena dia telah
menerima pendidikan dari Kaa-san.
Arc 5 School_Enrollment Arc
Chapter 28 The Beginning of Enrollment
Arc 5 School_Enrollment Arc
Chapter 28 The Beginning of Enrollment

"Namaku adalah Emilia. Memiliki atribut angin, dan aku juga merupakan petugas Sirius-sama
bersama dengan adikku, Reus. Semua orang, harap pahami ini. Baik tubuh maupun hatiku,
semua itu sudah kuserahkan pada Sirius-sama"

Bukankah Emilia baru saja menjatuhkan sesuatu yang disebut 'Bom'?!

Lingkunganpun menjadi lebih berisik, tapi dia hanya tersenyum manis dan masih berdiri
dengan bangga.

Kenapa kau membuat pernyataan seperti itu?!.

Oh, mungkinkah dia sedang membuat pengalihan. Karena hal tentang Tak Berwarna, dia
berusaha menarik perhatian dan mengurangi beban yang menimpaku. Loyalitas yang hebat.
Aku sungguh memiliki petugas yang pandai.

"Fufu....Dengan ini aku bisa mengumumkan kalau diriku sepenuhnya milik Sirius-sama"

Aku sangat tahu itu!.

Nah, daripada menutup-nutupi dengan canggung sejak awal, lebih baik mengungkapnya
sehingga orang-orang aneh tidak akan mendekat....mungkin.

Setelahnya, tak ada lagi pernyataan bagaikan 'bom' Emilia, pengenalan seluruh kelaspun
selesai lebih lancar. Begitu waktu istirahat tiba dan Magna-sensei meninggalkan kelas,
beberapa anak lelaki sekaligus perempuan berkumpul ke lokasi kami.

"Hei, benarkah kalau kau itu Tak Berwarna?"

"Pasti sulit jika kau tidak memiliki bakat, ya kan? Pelatihan macam apa yang kau lakukan?"

"Rambut perak Emilia begitu indah. Kulitmu juga cantik, kau membuat iri setiap wanita"

"Apa yang kau maksud dengan tubuh dan hati itu?! Jangan-jangan, kau seorang budak?!"

"Jika kau memang hebat dalam berpedang, ayo kita latih tanding lain kali"
Arc 5 School_Enrollment Arc
Chapter 28 The Beginning of Enrollment

Sepertinya ada banyak anak yang dilimpahi rasa keingintahuan, mungkin karena ada banyak
rakyat jelata disini. Sementara para bangsawan hanya menjaga jarak, seakan mengamati kami.
Dilain hal, kami berusaha menjawab hujan pertanyaan satu demi satu.

Rupanya, rumor yang beredar tentangku adalah seperti ini :

{Walaupun merupakan seseorang yang 'Tak Berwarna', karena menjalani berbagai jenis
pelatihan berdarah dan meremukkan tulang, aku akhirnya bisa memasuki sekolah}. Yah, aku
pikir itu juga tidak salah.

Karena hari ini adalah hari pertama, tak ada pelajaran apapun dan hanya berakhir setelah
penjelasan singkat tentang kurikulum dan fasilitas-fasilitas di sekolah oleh Magna-sensei.
Sebentar lagi, mungkin bel malam akan berbunyi?.

Bagian 3

Ketika kelas berakhir, semua ketegangan menghilang. Setiap orangpun berbincang tentang
makan malam.

Ngomong-ngomong, meski sarapan dan makan siang dilakukan di kantin sekolah, makan
malamnya berbeda. Kami dibebaskan untuk memilih tak hanya di kantin, kami juga boleh
memasak sendiri di asrama atau bahkan sampai pergi ke kota.

"Apa Sirius-sama memiliki rencana hari ini?"

"Yah. Sebenarnya, karena bersih-bersih dan juga merapikan rumah belum selesai, aku ingin
menuntaskannya. Ada juga hal tentang memperbaiki perabotan yang masih bisa dipakai
disana"

Tak ada masalah dengan kamar tidur dan dapur, namun aku masih berniat memanfaatkan
ruangan yang kosong lalu mengubahnya menjadi kamar mandi. Ada banyak hal yang perlu
dilakukan. Disaat aku berpikir Emilia pasti akan ikut, orang yang dimaksud menundukkan
kepalanya.
Arc 5 School_Enrollment Arc
Chapter 28 The Beginning of Enrollment

"Aku sangat meminta maaf. Aku perlu kembali ke kamarku untuk memastikan barang bawaan
dan juga untuk melihat Reese. Mungkin aku akan sedikit terlambat"

"Jangan khawatir. Aku akan pergi dulu bersama Reus, jadi lakukan saja apa yang kau ingin
lakukan"

"Maafkan aku juga, Aniki!!"

Seusai namanya disebut, Reus menepukkan tangannya didepan dada sekuat mungkin seakan
ingin menghabisi nyamuk. Setidaknya, ini lebih baik daripada kalau dia harus berlutut.

"Ada apa, Reus?"

"Aku juga ingin pergi. Tapi aku sudah terlanjur menerima untuk ikut dengan beberapa orang
setelah kelas berakhir, jadi aku tidak bisa menolaknya"

Bisa terdengar banyak suara panggilan untuk Reus dikejauhan. Ketika menoleh kesana,
terdapat beberapa anak ras binatang yang melambaikan tangan mereka sambil menggenggam
pedang kayu. Ini mungkin tentang ajakan latih tanding. Bukankah perkembangannya cukup
bagus?.

"Berinteraksi dengan orang selain diriku juga penting. Jadi, kau tidak usah mencemaskan
apapun. Pergilah"

"Baiklah, Aniki! Aku akan segera mengalahkan mereka semua dan kembali!"

"Tidak, kau tidak perlu terburu-buru. Lagipula, jangan terlalu berlebihan dengan mereka ya"

"Aku mengerti!"

Apa kau benar-benar mengerti?.

Reus bergabung dengan kelompok ras binatang, dan berangkat ke luar kelas sambil
mengobrol. Emilia juga bergegas pergi, menyisakan diriku disini. Ketika hendak melangkahkan
kaki untuk meninggalkan ruangan ini dan kembali ke bangunan itu, aku dipanggil oleh Mark.
Hanya saja, kedua petugas itu sedang tidak bersamanya.
Arc 5 School_Enrollment Arc
Chapter 28 The Beginning of Enrollment

"Apa kau juga akan kembali?"

"Mark-sama? Ya, begitulah"

"Haha. Walaupun aku seorang bangsawan, tapi disini tingkatan kita sama. Aku kehilangan
kesempatan untuk memberitahumu ini sebelumnya, tapi aku akan senang jika kau berbicara
secara normal denganku"

"Begitu, ya. Ngomong-ngomong, Mark-sama, apa yang terjadi dengan para petugasmu?"

"Tak perlu sebutan 'sama'. Sepertinya ada beberapa urusan yang mendesak sehingga mereka
kembali lebih dulu. Memang agak mencurigakan, aku akan bertanya pada mereka nanti"

"Kau juga tampaknya memiliki waktu-waktu yang sulit ya, Mark . Ini mungkin kasar, tapi
kenapa kau mau mempekerjakan kedua orang itu?"

Meski mengaku sebagai 'petugas sesungguhnya', kata-kata dan tindakan mereka memiliki
perbedaan yang sangat kontras. Kenapa dia masih membawa keduanya, yang gelagatnya
terlalu sombong?

"Mereka juga termasuk golongan bangsawan keluarga Holtia, hanya saja posisi keduanya
cukuplah rendah. Jadi, mereka memanjakanku dan mencoba pamer karena diriku merupakan
pewaris berikutnya setelah putra sulung....Aku sebenarnya juga enggan menerima mereka
bahkan sebagai petugas, tapi orang tuaku menyuruh untuk melakukannya"

"Tidak apa-apakah untuk menceritakan suatu hal seperti kondisi keluarga pada orang yang
baru kau kenal?"

"Aku tidak keberatan. Lagipula, kedua orang itu tak layak di khawatirkan. Mereka tampaknya
mengawasimu, jadi jika terjadi sesuatu, tolong beritahu padaku segera. Akulah yang akan
menangani mereka"

"Baiklah, akan kuingat itu. Kalau begitu, sampai jumpa besok"

"Ya, sampai jumpa besok"

Mungkin aku bisa berteman baik dengannya.


Arc 5 School_Enrollment Arc
Chapter 28 The Beginning of Enrollment

Setelah melambaikan tangan sambil melihat sosoknya pergi, aku juga mulai berdiri dan mulai
berjalan ke Pondok Berlian yang merupakan rumahku sekarang.

Untuk kesana, ada jarak yang cukup jauh dan perlu ditempuh.

Aku memang bisa tiba lebih cepat, namun kedua bersaudara sepertinya akan datang
terlambat. Juga, karena tak ada alasan untuk terburu-buru, aku hanya berjalan dengan santai.

Akhir-akhir ini aku sudah menjadi sering sendirian, tapi itu merupakan pengalaman yang baik
bagi Emilia dan Reus.

Tak lama ketika diriku melewati area asrama para siswa dan mulai memasuki hutan, aku
semakin merasa tidak nyaman.

"Berhenti disana! Kau Tidak Kompeten!!"

Dua anak lelaki lalu muncul dari balik pohon dan menghadang jalan. Jika diingat-ingat lagi,
bukankah mereka adalah para petugas Mark?

"Ada apa? Aku sudah akan pulang sekarang?"

"Hanya urusan kecil. Ada tempat yang jarang dilalui oleh orang lain disana, ikutlah!"

Wow....nada memerintahnya juga menakjubkan.

Apa-apaan ini? Apa kalian ingin melakukan pemerasan? Sayang sekali, bahkan jika aku
melompat, kalian takkan pernah mendengar gemericing koin-koin emas"

"....Merepotkan...."

"Diam, Tidak Kompeten! Cepat kemari! "

Entah bagaimana membuat keduanya marah, akupun mengikuti mereka tanpa berkata
apapun.
Arc 5 School_Enrollment Arc
Chapter 28 The Beginning of Enrollment

Tempat ini adalah area yang dikelilingi rimbunnya pohon, namun memiliki cukup ruang agar
beberapa orang bisa bergerak lebih leluasa. Jaraknya tidak jauh dari jalan utama, dan lebih
sering dipakai untuk mengendap-endap karena area ini sangat jarang dilalui hingga sekarang.

"Jadi, untuk apa kesini?"

"Karena kau, kami dimarahi oleh bajingan itu, Mark! Dia terus mengoceh tentang jalan hidup
petugas dan perilaku bangsawan!"

"Kami juga bangsawan! Tak peduli seberapa tingginya dia, kami benci menundukkan kepala
dihadapan orang yang seusia dengan kami!"

Bahkan jika kalian mengatakan hal itu kepadaku, aku tak tahu harus merespon dengan
bagaimana. Aku sempat beranggapan kalau perilaku mereka mencurigakan, namun ternyata
hal-hal tentang 'Petugas sesungguhnya' hanyalah kepura-puraan. Dalam lubuk hati, mereka
sungguh menolak Mark.

"Utarakan itu pada orangnya sendiri. Ini sama sekali tak berhubungan denganku, ya kan?"

"Hei! Perintahkan ras binatang itu agar beralih untuk melayani Mark!"

"Dia sangat jarang tertarik dengan ras binatang. Inilah kesempatanmu agar bisa mendapatkan
keuntungan dan bersenang senang, Tak Kompeten. Tidakkah kau seharusnya setuju?"

Aku yakin orang-orang ini hanya ingin membalas dendam. Apakah karena itu? Namun,
permintaan kalian merupakan sesuatu yang tidak bisa aku penuhi.

"Ditolak. Aku tidak ingin mengubah jalan yang gadis itu pilih hanya untuk keuntungan pribadi"

"Hah, kau harus kubuat mendengarkan. Bahkan jika harus dengan kekerasan"

Jumlah orang mendadak bertambah dua, mereka menunjukkan diri dari balik pepohonan.

Dari penampilan, mungkin mereka juga bangsawan yang menjadi petugas. Atau bisa saja
rakyat jelata.
Arc 5 School_Enrollment Arc
Chapter 28 The Beginning of Enrollment

Memiliki tubuh kekar sambil membawa pedang kayu, mereka lalu mengelilingiku dan tertawa
mencemooh. Tingkatan orang-orang ini harusnya sama, yaitu rendahan.

"Bagaimana? Meminta maaflah selagi sempat dan berjanjilah untuk membawa gadis 'bukan
manusia' itu ke si bajingan Mark. Kami lalu akan mengakhirinya tanpa harus bertindak terlalu
jauh"

"....Hmmm...."

....Kau memanggil gadis itu....'Bukan Manusia'?

"Jadi---....hah, apa yang sedang kau lakukan?"

"Tidakkah kau mengerti dengan melihatnya? Aku sedang pemanasan"

Andai saja mereka lebih mengancam agar aku bertindak, mungkin aku takkan basa-basi lagi
dan menghajar pertama semua orang ini. Melihatku yang melakukan peregangan, dapat
diperkirakan kalau mereka sebenarnya tak memiliki banyak pengalaman bertarung.

"Apa dia berpikir akan melawan kita?"

"Dia berencana menghadapi kita sendirian? Yah, dia memang 'Tidak Kompeten'. Pola pikir
mereka berbeda dengan kita"

Meski aku tak ingin terlibat apalagi dengan para bangsawan karena akan menimbulkan
berbagai masalah nantinya. Hanya saja, bisa dibilang orang-orang ini juga memusuhi Mark.
Membuat mereka babak belur kurasa boleh-boleh saja.

"Kalau begitu, ayo kita mulai"

Sambil menyaksikan orang-orang yang tersenyum busuk, tanganku mulai terkepal dengan
tenang.

Chapter 28 berakhir disini


Arc 5 School_Enrollment Arc
Chapter 28 The Beginning of Enrollment

Catatan penulis : Judul lain dari chapter ini adalah

{Mach punch di awal masuk sekolah}

Entah bagaimana memiliki kesan, walaupun aku bahkan tidak tahu apa artinya.
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student

Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student

Bagian 1

"Rasakan ini, Tak kompeten!!"

Seseorang datang mengayunkan turun pedang kayu dari belakang, aku mengelak dengan satu
kali langkah mundur dan berputar setengah lingkaran. Tatapan kamipun bertemu.

Mungkin dia mengira akan mustahil untuk menghindari serangan mengendap-endap dari
belakang. Wajahnya diwarnai dengan kejutan saat kepalan tinjuku meresap ke dalam
perutnya.

"Gahkg?! I-Ini...."

Sebelum orang itu terjatuh, aku mengambil langkah selanjutnya.

Aku memungut pedang kayu pria itu dan melemparkannya ke orang lain pada saat bersamaan,
namun orang tersebut berhasil membelokkan pedang kayu yang dilemparkan secara reflek.
Ketika fokusnya mulai beralih padaku, aku bergerak kesamping dan berpindah ke belakangnya
sambil tetap menjaga jarak agar tetap pendek. Pihak lain pun kehilangan pandangannya
terhadap diriku.

"Hei, aku di sini"

Aku menekan gerakannya dengan melingkarkan lenganku langsung ke leher. Ini bukan
penjelasan yang akurat, namun akan lebih mudah dimengerti jika aku digambarkan sedang
membuat seseorang tersedak.

Di keadaan ini lawan tak bisa lepas dengan mudah, bahkan dalam kasus yang lebih ekstrim
akan lebih mustahil lagi untuk bisa lolos. Misalkan jika kedua kakinya terjegal, tapi kali ini aku
hanya menangkap lehernya. Lama-kelamaan dia pasti akan lebih memberontak, jadi agar
dirinya mengerti aku mulai berbisik ditelinganya.

"Apa kau ingin berhenti?"


Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student

Meski mau menjawab, laki-laki ini tak mampu berbicara apapun karena lehernya yang
tertahan, dia lalu mangangguk-anggukan kepala sedikit. Ngomong-ngomong, kedua petugas
disisi lain membuat keributan dengan berteriak bahwa aku pengecut dan sebagainya, hanya
saja mereka tidak bertindak sama sekali. Pengecut ya....Aku ingin mengembalikan kata itu
kepada mereka.

"Jika kau ingin aku berhenti, ketuk tanganku dua kali. Tapi---....."

Sebelum mulutku selesai berucap, tanganku sudah diketuk. Oi oi, kemenangan serasa sia-sia
karena kau tidak terlalu menantang. Sesuai janji, aku melepaskan apitan lenganku. Dia lalu
tertawa sambil menoleh ke belakang.

"Kau bodoh---Owaaa?!?!"

Sebelum sempat mengayunkan pedang kayunya lagi, aku membuatnya jatuh dengan sapuan
kaki. Kau meremehkanku karena mengira aku takkan pernah memprediksi itu. Selanjutnya,
aku mengambil pedang kayunya yang tergeletak di tanah, dan menyodorkannya ke wajah
orang yang terjatuh.

"Hiii?!"

Tentu saja, aku tidak menusuk dengan serius. Pedang ini menembus ke tanah tepat di sebelah
matanya, menggores kulit sedikit. Bilahnya setengah terkubur di tanah, dia akan mengerti apa
yang akan terjadi jika aku menusukkan ini dengan kekuatan penuh. Misalnya, jika pedang kayu
ini mengenai kepalanya langsung, tak peduli apakah ini pedang kayu atau bukan,
kehidupannya akan lenyap seketika.

"....Takkan ada lain kali"

"A....AAAAHHH?!?!...."

Mengatakan itu sambil menatapnya, aku bisa melihat bola matanya berputar menjadi putih
dan pingsan karena ketakutan. Mungkin terlalu berlebihan, tapi rasa takut cenderung
membuat lawan yang bodoh memahami ini lebih jelas. Rasa takutnya memang akan memudar
seiring berjalannya waktu, hanya saja dia takkan sadar untuk sementara.

"Orang ini....apa ini sungguhan?"


Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student

"Oi, bagaimana dengan kalian?"

Karena dua petarung mereka tak bisa melanjutkan, sisa kemenangan kedua hampir petugas
lenyap begitu saja. Ketika aku mendekat sambil tersenyum, keduanya gemetar oleh kekesalan.

"Sementara aku menahannya, gunakan sihirmu!!"

"Baiklah!!"

Oi, oi, mengucapkan rencanamu begitu santai dihadapan lawanmu?

Selagi diriku takjub, salah seorang petugas berbegas kemari dan menyerang, namun aku
menghindarinya dengan mudah. Aku bisa mengincar kelemahan pada perut yang celahnya
terbuka lebar, hanya saja kurasa aku akan mendidik kalian sedikit. Sekalipun kau bangsawan,
sihir tak boleh digunakan secara berlebihan di sekolah....ya kan?

"Ayoooo!!! Apa yang terjadi dengan kekuatan itu sekarang, haa?"

Meski seorang bangsawan, kurasa dia punya pengalaman karena gerakannya tidaklah buruk.

Sambil berusaha menghindar setipis mungkin, aku mengingat ini seolah-olah pertempuran
antipersonel. Kemudian, anak di belakang akhirnya telah selesai memantrai.

"Lepaskan panah api....{Flame Arrow}, pergi! Habislah kau!!!"

{Flame Arrow} dan [Flame Lance] merupakam sihir atribut api tingkat menengah. {Flame
Arrow} adalah api tipis yang memiliki panjang kira-kira 50 sentimeter, namun kekuatannya
rendah. Jika digunakan dengan buruk, ini bisa menyebabkan dampak serius seperti luka bakar
dan benturan, jadi bukan sihir yang bisa digunakan dengan santai. Karena panah yang dia
lepaskan menuju langsung ke arah sini, dia lalu mengisyaratkan agar rekannya menghindar.

"Aku menger---guaa?!"

---Hanya saja, aku menangkap kerah orang yang hendak tiarap dan melemparkannya ke arah
{Flame Arrow}.
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student

"Be-Berhenti!!!!"

"Aahh?!?!"

Tangan yang melambai ke bawah itu takkan bisa berhenti. Seorang petugas dan {Flame
Arrow}-pun bertabrakan di udara, dengan dampak langsung diiring bunyi ledakan kecil, anak
itu berguling-guling ditanah. Nah ini sebagai pelajaran, jika kau menggunakan sihir secara
serampangan, itu mungkin akan meleset dan malah mengenai temanmu sendiri....yah,
begitulah.

Jika ini adalah pakaian biasa, hal itu akan menyebabkan luka serius. Namun, baju yang
disediakan oleh sekolah kami begitu kokoh dan memiliki ketahanan yang sangat bagus
terhadap sihir. Sedangkan untuk {Flame Arrow}, luka bakar dan memar kurasa cukup untuk
menyadarkan mereka.

"Brengsek!!! Aku memohon, kekuatan besar yang berfungsi sebagai inkarnasi api...."

"Haa?"

Apa yang kau pikirkan? Tak ada lagi penyerang garis depan atau apapun yang bertugas sebagai
tamengmu. Apa kau membuat ini seperti lelucon karena terlalu panik? Aku lalu berdiri di
depan petugas yang nampaknya masih mengantuk itu dan memukul pipinya pelan.

"Geh?! Apa yang kau lakukan?!"

"Tidak, hanya saja kau penuh dengan celah"

"Berisik!! Jatuhlah, Tak Kompeten!!"

Karena mantranya terputus, dia mengayunkan tinjunya, akupun menghindar dengan ringan.
Kupikir dia akan mendatangiku lagi, namun dia malah mulai mengucapkan mantra untuk
kedua kalinya.

"Aku memohon, penjelmaan api....buuu?!"

Tentu saja mantrannya terhenti. Karena tamparanku sedikit lebih kuat, dia terhuyung-huyung
dan hampir roboh.
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student

"Si-Sialannn...."

"Ada banyak celah....apa kau bodoh?"

"Berisik! Jika sihirku berhasil mengenaimu, kau akan...."

"Ini adalah dampak, {Impact}*"


[Shokugeki yo, {Impact}]
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student

Sebuah peluru kejut meluncur menggores pipinya, dan menusuk pohon di belakang. Ketika dia
menengok kesana untuk mencari asal suara kehancuran itu, wajah yang awalnya merah
padam kini berubah menjadi pucat pasi.

"Lain kali aku takkan melenceng. Berikutnya adalah perut....atau mungkin saja wajah"

"K-Kau....Apa kau kira bisa melakukan hal seperti ini dan lolos begitu saja?"

"Eh? Bukankah kita sedang bertarung? Dan menurutmu apa yang akan dilakukan oleh Mark,
master kalian, jika dia tahu tentang situasi ini?"

Karena dia tahu karakter Mark, maka akan bisa dimengerti. Jika situasi ini dilaporkan, kau akan
dihukum. Dan jika kepala keluarga yang mengetahuinya, posisimu akan terancam.

"Mula-mula, bagaimana kau akan menjelaskan kejadian ini? 'Aku bersama rekan-rekanku yang
bersenjata menantang si Tak Kompeten yang tak bersenjata'....seperti itu?

"Guh....gugu...."

"Jika apa yang terjadi di sini menyebar, posisimu akan sangat jatuh. Para bangsawan akan
menertawakan kekalahanmu oleh seorang Tak Kompeten, bahkan rakyak jelata akan
menjelek-jelekkanmu karena masih kalah walaupun menggunakan trik pengecut"

"Si....SIALAANN!!!"

Dia tak memiliki apapun untuk membalas, hanya bisa memukulkan tinjunya ke tanah dengan
lemah. Karena dia benar-benar putus asa, aku akan menyebut ini sebagai kemenangan
gemilang.

"Kalau begitu, aku permisi dulu. Aku tidak memiliki kebiasaan untuk menyebarkan rumor, tapi
akan kupastikan kekalahan kalian ini agar tidak bocor"

Aku memunggungi mereka dan kembali ke tujuan semula. Untuk berjaga-jaga, aku
memusatkan kewaspadaan ke punggungku, tapi mereka tidak mengejar dan hanya terdiam.

Arc 5 Enrollment Arc


Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student

Sambil mendorong cabang-cabang pohon ke samping untuk kembali, aku melihat Emilia berlari
dijalan menuju pondok berlian. Ketika dia menyadari keberadaanku, dia melesat dengan
ekornya yang melambai-lambai menuju kemari.

"Sirius-sama! Apa yang kau lakukan di tempat seperti ini?"

"Hanya berjalan-jalan sebentar....Emilia juga, apa semuanya baik-baik saja?"

"Ya, karena Reese telah kembali ke asrama, aku menjelaskan isi dari upacara masuk tadi"

Dia berbaris di kiriku, kamipun menuju ke Pondok Berlian bersama. Jika dilihat lebih dekat, di
sedang membawa tas besar yang berbeda dari sebelumnya. Disaat dia mengetahui tatapanku,
gadis ini mulai menunjukkan bagian dalamnya.

"Ini adalah pakaian pelayan"

"Yah, jadi....kenapa pakaian pelayan?"

"Karena ini merupakan pakaian formal untuk melayani Sirius-sama. Bagiku, ini adalah pakaian
tempur"

Dengan kata lain, begitu sampai di Pondok Berlian dia akan berganti menjadi pakaian ini, dan
kemudian berganti lagi ke seragam sekaligus jubah sekolah saat kembali ke asrama siswa.
Tidak heran....tidak, ini mungkin merupakan kebanggaannya sebagai petugasku. Ayo kita
hormati itu.

"Anikiii!!!"

Reus juga menyusul dalam perjalanan dan kami berkumpul dalam formasi yang biasa. Dia
berbaris ke kananku dan tampak senang sambil memegang pedang kayunya.

"Aku sudah berlatih tanding dengan semua orang, tapi sangat sulit untuk tidak berlebihan"

"Mereka tidak terluka, kan?"

"Semuanya baik-baik saja, Nee-chan. Ketika mereka kembali ke asrama, mereka bisa berjalan
dengan baik. Ngomong-ngomong Aniki, yang tadi masih belum memuaskan...."
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student

"Aku tahu. Aku akan menjadi lawan tandingmu saat kita kembali"

"Seperti yang diharapkan dari Aniki!!"

Di sinari oleh mentari terbenam, kami berjalan ke Pondok Berlian diiringi bayangan kami yang
memanjang.

Sepertinya insiden penyeranganku ini telah diam-diam menutup tirainya---....tidak, topik itu
masih berlanjut.

Bagian 2

Keesokan harinya, sambil menunggu guru di kelas pagi, Mark masuk ke kelas sendirian,
mendekat lalu menundukkan kepala tepat dihadapanku. Sementara lingkungan menjadi mulai
berisik, aku memintanya untuk mengangkat kepala dan menanyakan alasannya.

"Sungguh....aku sangat menyesal"

"Tidak, aku mengerti. Tapi daripada meminta maaf, aku ingin kau menjelaskan situasinya
padaku terlebih dahulu"

"Ah, hal pertama yang seharusnya kukatakan sejak saat itu, kurasa aku sudah memahaminya.
Namun, mereka tetaplah petugasku"

Kudengar, kedua orang itu dibawa ke ruang perawatan karena sempat dicari. Mark begitu
terkejut ketika dia mengetahui salah satu petugasnya mendapatkan luka bakar dan
menanyakan alasannya. Dia dengan paksa menginterogasi kedua anak yang enggan, dan
terkejut ketika mengetahuinya.

Bagi mereka yang tergabung dalam keluarga Holtia, sangatlah memalukan untuk menantang
seorang rakyak biasa, seorang anak, sekaligus seorang tanpa warna dengan beberapa orang.
Dia tidak tahu lagi kemana dia harus menghempaskan kemarahannya. Pada akhirnya, emosi
Mark mencapai titik dimana dia tak peduli pada mereka lagi.
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student

Dia berkata telah mengirim pesan ke rumahnya di Elysion pada hari yang sama, dan
melaporkan semuanya, termasuk tindakan tercela mereka di masa lalu. Mereka pun dipanggil
pagi-pagi sekali dan menunggu pengasingan bersama orang tua masin-masing. Itulah sebabnya
dia sendirian hari ini.

"Setiap hari bertingkah seperti itu. Dengan reputasi buruk ini, aku tidak mampu lagi menutupi
kekecawaanku lagi dan memutuskan melepaskan mereka"

"Tindakanmu jelas-jelas dibenarkan. Namun, ini sepertinya balasan atas kepribadian mereka"

"Aku bersumpah atas nama keluargaku, bahwa aku berjanji akan mencegah kejadian yang
sama terulang kembali. Mereka sudah dikirim ke tempat yang jauh untuk bekerja secara
sukarela. Setidaknya, mereka tidak akan berada di kota ini lagi"

"Kalau begitu, tak ada yang perlu dikhawatirkan. Benar kan?"

"Sekali lagi, aku sangat menyesal. Namun, begitu melegakan karena Sirius-kun tidak terluka.
Sebenarnya, aku ingin memberi sesuatu sebagai bentuk permintaan maaf. Apa ada hal yang
kau butuhkan? Jika itu uang, aku akan memberikan uang sakuku sendiri"

Mark mulai merogoh sakunya dan menumpuk koin emas di depanku. Hentikan! Hentikan!!
Permintaan maafmu sudah cukup!! Dengan panik, aku menghentikan tindakannya dan
mengembalikan koin-koin itu.

"Karena aku tidak terluka, semuanya baik-baik saja. Jika kau bersikeras ingin meminta
maaf....anggap saja ini sebagai hutang"

"Hutang?"

"Yah, jika aku tertimpa masalah lagi yang berhubungan dengan para bangsawan, aku ingin kau
membantuku, tentu saja dalam rentang yang bisa kau lakukan. Tapi, kalau itu terlalu
berlebihan, aku akan melupakannya"

"Huhu....alangkah baiknya. Biarkan aku mengulurkan tangan jika aku mampu melakukan itu"

Aku berjabat tangan dengan Mark. Cerita inipun akhirnya benar-benar berakhir.
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student

Kesampingkan itu....aku mengetahui kabar ini di awal masuk sekolah. Sepertinya ada rumor
bahwa aku adalah orang yang mampu membuat para bangsawan menundukkan kepala dan
mengambil uang mereka secara paksa.

Selain itu....

""""""Selamat pagi, Aniki*! Oya-bun!""""""


[Aniki disini maksudnya si Reus. Sedangkan oya-bun untuk Sirius]

"Oh!! Selamat pagi!!"

Semua ras binatang yang berlatih tanding dengan Reus kemarin telah terlempar, dan kini
mereka menjadi bawahannya. Apa-apaan ras binatang ini? Apa kalian bodoh?

Aku bahkan tidak melakukan apapun. Kuharap anak ini bisa mengurus hal itu, jika perlu tanpa
disuruh.

"Mengerti, Aniki. Aku akan membuat mereka babak belur sampai takkan ada lagi yang mau
jadi bawahan"

Tidak, ini dan itu berbeda, namun entah kenapa aku memiliki firasat bahwa dia bisa
melakukannya.

Tak berapa lama kemudian, sebuah faksi disekolah yang bernama Kelompok Berlian akhirnya
terbentuk. Malangnya, aku berperan sebagai Taishou*....hanya saja, lebih baik lagi jika mereka
tidak sampai melakukan itu. Tidak, sungguh....
[Jenderal perang XD ]


Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student

Tiga haripun berlalu sejak diriku memasuki Akademi.

Disini, kegiatan praktek lebih utama daripada belajar teori, tapi itu bukanlah hal yang
menentukan dirimu ketika sudah lulus. Sekolah hanya menjadi tempat dukungan untuk
individu berlatih sampai akhir....seperti itulah yang dikatakan Rodwell ketika upacara masuk.

Namun, seseorang takkan berkembang jika diberikan terlalu banyak kebebasan. Karenanya,
mereka diharuskan untuk menetapkan jalan mana yang mereka akan pilih.

Ini juga tergantung pada kebijakan guru wali kelas. Misalnya, dalam kasus seseorang
beratribut api, jika mereka mampu mengeluarkan sihir {Flame Lance} dan bisa
memanfaatkannya, mereka akan menerima sesuatu seperti sertifikat ketika lulus.

Jika tak mampu melakukannya, atau malah menggunakannya untuk suatu hal buruk. Maka,
mereka akan di usir sebelum lima tahun dan tak diperbolehkan mengambil pendidikan di
tempat lain.

Seseorang akan mendapatkan perhargaan ketika dia telah mencapai target yang ditetapkan
oleh guru wali kelasnya saat lulus nanti. Untuk itulah mereka akan bekerja keras. Namun....aku
sama sekali tidak memperdulikannya.

Tentu aku datang ke sekolah untuk mempelajari berbagai hal. Hanya saja tujuan utamaku
adalah untuk menghabiskan waktu dengan aman di tempat terlindung. Entah sedang
bepergian atau tidak, kau bisa mendaftar di Serikat Petualang, yang merupakan kunci untuk
mendapatkan gaji tetap di usia 13 tahun. Kurasa itu masihlah lama karena sekarang aku masih
9 tahun.

Aku juga akan berusaha agar pengetahuan dan kemampuanku yang sesungguhnya tidak
ketahuan. Sambil berpura-pura polos, aku akan menghabiskan durasi 5 tahun ini. Jika 5 tahun
sudah terlewati, dalam kasus terburuk, takkan ada masalah bahkan kalau aku keluar.


Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student

Dan, di pelajaran pagi.

Magna-sensei menjelaskan tentang dasar-dasar sihir. Sementara siswa-siswi lain berfokus


untuk mendengarkan, aku malah menulis diatas kertas.

Aku mengetahui dasar-dasar sihir sampai batas tertentu dari buku. Sejujurnya, ini terkesan
gila. Sihir merupakan suatu hal yang tidaklah masuk akal, jadi mendengarkan penjelasan sensei
adalah tindakan yang tidak perlu. Oleh karena itu, aku mempelajari formasi lingkaran sihir
secara otodidak agar mampu memanfaatkannya seefisien mungkin.

Reus juga dalam situasi yang sama di mana dia sedang melakukan latihan berimajinasi.
Sedangkan Emilia juga sedang menulis sambil terlihat mempertimbangkan berbagai cara untuk
menciptakan sihir angin baru.

Memang sangat tidak sopan karena kami tidak mendengarkan pelajaran dari Magna-sensei
sampai kelas pagi berakhir. Setelah itu, kami berkumpul di kantin seperti biasa dan makan
siang bersama.

"Aku sudah ketagihan dengan masakan Aniki dan Dee-nii. Tapi makanan disini ternyata juga
lezat"

"Kau benar, Reus. Mungkinkah bahannya berbeda?"

"Hmmm....Seperti yang katakan Emilia, daging ini agak berbeda"

Irisan daging ini sudah tepat dan sangat empuk. Hal yang disayangkan adalah banyak minyak
dagingnya yang terbuang hingga membuat rasanya berkurang. Sambil berpikir bahwa kokinya
tidak terlalu terampil, kami selesai makan siang.

"Haruskah kita bertanya kepada kokinya jenis daging apa yang dia gunakan? Aku pikir
dagingnya lebih enak direbus daripada dipanggang"

"Hore!! Aku mengharapkan masakan baru dari Aniki!!"

"Aku juga menantikannya---Ah....bukankah itu Reese? Hai, Reese!"


Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student

Emilia mengangkat suara saat melihat kenalannya, tapi orang yang dimaksud terlihat begitu
jauh. Kantin ini cukup luas, ditambah lagi ada banyak orang yang saling melemparkan obrolan.
Suaranya tidak akan sampai jika seperti ini.

"Ada apa? Kau menemukan Reese?"

"Aku menemukannya, tapi entah kenapa dia terlihat agak murung. Padahal pagi ini dia baik-
baik saja...."

"Jika kau menghawatirkannya, lebih baik kau menghampirinya. Masih ada waktu pada istirahat
makan siang"

"Terima kasih banyak, Sirius-sama. Aku akan pergi"

Karena aku tidak tahu seperti apa penampilan anak bernama Reese ini, aku mengikuti sosok
Emilia untuk memeriksanya. Sayangnya, dalam sekejap aku telah kehilangan pandangan
karena keramaian.

"Aku bisa mengenalkan temanku segera. Tapi aku juga belum berkenalan dengan teman Nee-
chan"

Tidak, itu bukan teman, melainkan bawahan. Hanya kau yang menganggap mereka teman.

"Aku juga belum. Mungkin Emilia akan memperkenalkannya pada kita"

Beberapa menit kemudia Emilia kembali, tapi sayangnya hanya dia sendiri yang datang.
Sebelum pergi dia dipenuhi oleh senyuman, namun sekarang gadis ini tampak gelisah.

"Sirius-sama...."

"Wajahmu suram, apa yang terjadi? Kalian bertengkar?"

"Tidak, bukan begitu. Sebenarnya, Reese tampaknya bermasalah. Ketika mendengarkan


ceritanya, tanpa berpikir panjang aku langsung memberitahu agar dia berkonsultasi dengan
Sirius-sama. Aku telah bertindak egois tanpa izin dari master, aku sangat menyesal"

"Kau tidak perlu khawatir tentang itu. Apakah sulit untuk mengatakan masalahnya di sini?"
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student

"Ya, dia ingin membicarakannya di tempat di mana hanya ada sedikit orang. Apa itu boleh?"

"Aku akan mendengarkannya. Jika berbicara tentang tempat yang sepi, itu adalah Pondok
Berlian. Bagaimana kalau kau mengundangnya kesana setelah pulang sekolah?"

Emilia adalah anak yang peduli dengan orang lain. Aku ingin membantu jika bisa.

Pondok berlian adalah tempat tinggalku yang belum pernah dikunjungi siapapun kecuali kedua
bersaudara. Inilah tempat yang tepat untuk membicarakan sesuatu yang kau tak ingin
bocorkan kepada orang lain.

"Terima kasih banyak. Aku akan memberitahunya untuk segera datang"

Wajah gelisahnya menghilang, dan dia kembali ke arah Reese berada sambil tersenyum. Meski
isi konsultasi belum terdengar, dia membuat wajah seolah semuanya telah terpecahkan.

"Baguslah, Nee-chan. Jika kita mempercayakan ini pada Aniki, itu sama saja dengan hampir
selesai"

"Kalian, andai ini masalah unik para perempuan, misal konsultasi tentang hal romantis atau
pembicaraan para gadis. Aku takkan bisa berbuat apapun, kau tahu?"

"Karena ini adalah Aniki, maka tidak apa-apa!"

Atas dasar apa kau mengatakan begitu? Jika tentang fisiologi wanita yang diperbincangkan,
aku mungkin hanya akan terlihat sebagai orang mesum. Kalau dipikir-pikir, kau bisa
mengatakan itu karena aku memiliki pengetahuan dalam bidang medis, tapi....ini bukan alasan
untuk mengobrolkan hal semacam itu.

Setelahnya, ketika aku sedang berbicara dengan Reus tentang cara bertempur sambil
menghabiskan waktu, Emilia kembali seusai membuat janji untuk bertemu.

"Kelas Reese adalah kelas Aion, jam pelajaran mereka agak tertinggal dengan kita, jadi aku
membuat janji untuk bertemu di perpustakaan"

"Itu bagus. Istirahat makan siang akan segera selesai, haruskah kita kembali ke kelas?"
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student

Dengan begitu, kami telah membuat janji bertemu dengan Reese. Istirahat makan siangpun
berakhir.

Kelas dari siang hari adalah pelajaran keterampilan praktek.

Pergi keluar dari kelas, semua orang menunjukkan sihir terbaik mereka. Hanya saja hampir
semua siswa adalah penyihir ditingkat pemula. Terlepas dari diriku yang merupakan orang
asing, para bangsawan dan jelata dapat mengaktifkan sihir dengan cukup hebat.

Sementara itu, Mark melepaskan sihir {Flame Lance}, menunjukkan perbedaannya dengan
orang lain ke lingkungan sekitar. Meski dia mungkin mempunyai bakat sejak awal, dia
merupakan orang yang memperoleh hasil yang sekarang berkat usaha sendiri. Dia tampaknya
terus berlatih tanpa terganggu oleh kekaguman dari sekitar.

"Mark, kau menakjubkan. Untuk menggunakan sihir keren sejauh itu, pasti disebabkan oleh
banyaknya latihan"

"Tidak sehebat itu. Aku pikir Sirius-kun lebih menakjubkan. Sungguh luar biasa karena kau bisa
menggunakan semua atribut di umur ini meski tanpa bakat"

Ada waktu dimana aku mengaktifkan sihir semua atribut menggunakan lingkaran sihir karena
permintaan Magna-sensei. Dengan sengaja menunjukkannya, nampaknya guru menginginkan
diriku bisa menjadi contoh hasil dari usaha keras, bahkan jika kau tak berwarna atau tidak
berbakat. Jika mereka sadar kalau diri mereka kalah dalam atribut terbaik masing-masing, itu
akan membuat harga diri mereka jatuh. Fakta itu akan memotivasi setiap orang agar lebih
mengembangkan diri.

"Itu adalah hasil karena memiliki pendukung yang disebut Peralatan Sihir. Jika tidak, aku
bahkan takkan mampu mengaktifkan sihir pemula dengan benar"

"Kau bisa langsung mengaktifkan sihir begitu selesai menarik polanya. Aku pernah melihat
teknisi sihir lainnya, tapi belum pernah menyaksikan orang yang melakukan improvisasi seperti
dirimu"
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student

"Begitukah? Sayangnya aku tidak tahu karena belum pernah melihat teknisi sihir lainnya"

Aku jadi ingin dia memberi tahuku tentang teknisi formasi sihir itu. Sementara kami berdua
mengobrol, sorak sorai disisi lain meningkat ketika dua siswa terlihat melepaskan sihir secara
berurutan.

"Wahai angin, robeklah. {Air Slash}"

"Nyalakanlah api mengelilingi tinjuku. {Flame Knuckle}"

Sebagai pusat perhatian, kedua bersaudara menggunakan sihir yang mereka pakai saat
wawancara. Targetpun porak-poranda setelah terkena pisau angin dan tinju api. Sementara
orang lain tercengang, mereka dengan gembira melambai padaku.

"....Hebat. Tidakkah Sirius-kun bangga memiliki petugas seperti mereka?"

"Yah. Aku memiliki dua orang yang lebih dari layak untuk diriku"

Kedua bersaudatara dikelilingi oleh teman sekelas mereka dan ditanyai tentang sihir barusan.
Aaah....omong kosong. Aku bisa membaca kemana arus kejadian ini akan pergi.

"Sungguh menakjubkan! Bagaimana kau bisa mengaktifkan sihir seperti itu?"

"Mantranya sangat singkat. Ini juga pertama kalinya aku melihat sihir Reus, siapa yang
mengajari kalian?"

"Tentu saja, master kami. Sirius-sama"

"Wajar saja jika kami berhasil karena menjadi siswa aniki. Bahkan ilmu pedangku juga
diajarkan olehnya"

"Hebat! Sirius-kun, kami juga ingin menjadi siswamu---....ehhh?"

Aku sudah lenyap.


Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student

Terdapat guru yang sesungguhnya didepan kalian, jadi aku meminta maaf. Mula-mula,
latihanku tidaklah normal. Jadi aku tidak yakin apakah ini bisa dipelajari oleh orang biasa atau
tidak. Dalam kasus kedua bersaudara, mereka tidak memiliki pilihan lain selain menjadi kuat.
Untuk itulah mereka sama sekali tidak mengabaikan usaha demi mencapai tujuan.

Disaat teman sekelas mencariku, Reus sepertinya mengingat sesuatu dan menceritakannya
pada semua orang.

"Ah. Tapi, latihannya sangat sulit. Misalnya, di pagi hari...."

Berlari pagi pagi sekali. Makan lalu berlari. Berlari seusai belajar....Setelah berbicara tentang isi
latihan pada saat berada di rumah yang dulu, rona wajah teman sekelas kami berubah menjadi
biru dan menyerah belajar padaku. Itu memang reaksi masyarakat pada umumnya, kedua
bersaudara yang tidak normal hanya bisa memiringkan kepala.

Mereka memiliki bakat, itulah yang biasanya kau pikirkan.

Namun....kekuatan kedua anak ini sebenarnya berasal dari upaya tanpa henti.

Sekolah hari inipun berakhir, kami lalu sampai di perpustakaan.

Ini merupakan kota metropolitan satu-satunya di benua, tak heran jika perpustakaannya
sangat luas dengan banyak materi. Sejumlah buku tersebar pada rak yang tinggi untuk dilihat.
Meski teknologi penjilidan masih belum berkembang jauh, aku pikir bagus untuk
mengkompilasi semua buku ini.

Sangatlah tidak berguna jika melewatkan belajar disaat kami telah memasuki sekolah dengan
usaha keras. Itu sebabnya, ini sudah menjadi rutinitas sehari-hari dimana aku kemari ketika
sekolah berakhir sebelum diriku kembali ke Pondok Berlian.

Inilah tempat yang cocok untuk pertemuan. Hanya saja, kelas Aion cenderung memiliki durasi
pelajaran yang lebih lama. Jadi aku menghabiskan waktu sambil membaca buku.

"Sirius-sama, kita akan segera bertemu Reese"


Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student

Ketika membaca sebuah bagian yang menarik sambil mencatatnya, Emilia mengatakan itu dan
berdiri dari tempat duduk. Hmmm, apakah sudah waktunya? Aku mulai merapikan diri saat
mengalihkan pandangan ke arah Reus.

"Aniki, aku memiliki {Flame Knuckle}. Tapi, menurutmu bagaimana aku bisa mengaktifkan
{Flame Lance} yang kulihat hari ini?"

"Oh, kau sungguh memperhatikan itu dengan teliti ya....ah, lakukan saja sambil
membayangkan api yang terbang"

"Membayangkannya begitu sulit. Tapi kenapa Aniki bisa begitu lancar ketika melakukannya?"

"Itu sebuah rahasia"

Ini karena di kehidupan dulu, aku pernah melihat dan menggunakan hal yang sebenarnya.

Reus seperti anak-anak yang gelisah (sebenarnya aku juga anak kecil), tapi dia tidaklah bodoh
karena sempat menerima pendidikan dari kaa-san dan diriku. Jadi, memahami isi suatu buku
bukanlah hal yang sulit untuknya. Hanya saja....dia terlalu menonjol dibidang pedang, wajar
baginya untuk dilihat sebagai orang idiot. Karena terpengaruhi oleh Lior juga, aku pikir akan
lebih baik untuk memberinya pelajaran sedikit lebih banyak ketika aku memiliki waktu.

Perpustakaan merupakan tempat terlarang untuk menggunakan sihir. Sambil melihat Reus
yang sedang melakukan pelatihan imajinasi dengan buku mantra api disatu tangan, Emilia
datang kembali bersama seseorang.

"Sirius-sama, aku akan mengenalkannya. Namanya adalah Reese, dia adalah teman sekamar
sekaligus teman yang seumuran denganku"

"Se-Senang bertemu denganmu. Namaku Reese"


Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student

Seperti yang dijelaskan oleh Emilia, dia adalah seorang gadis cantik dengan rambut biru
mengkilap yang memanjang sampai ke pinggang. Itu merupakan gaya rambut yang agak
sederhana, namun masih melengkapi kemanisannya. Matanya meniru Aquamarine, murni
sekaligus transparan. Hidung dan mulutnya juga berfitur bagus. Dia pasti akan menjadi sangat
cantik dimasa depan.

"Sama juga disini, senang bertemu denganmu. Kau mungkin sudah pernah mendengar ini dari
Emilia, tapi akulah Sirius"

"Aku Reus"

"Ya, aku mendengar itu dari Emilia setiap hari bahwa kau adalah orang yang sangat luar biasa"

"Aku pikir ini agak berlebihan. Namun jika menurutmu itu merepotkan, katakan saja
kapanpun"

"Tidak, malah aku senang karena bisa mendengarkan banyak cerita yang menarik....Ah,
maafkan aku. Apakah kau di tengah-tengah membaca? Aku tidak keberatan menunggu sampai
kau selesai. Lanjutkan saja"

"Oh, tidak apa-apa. Lagipula, aku sudah selesai"

Alasan dialog semacam ini muncul mungkin karena dia melihat buku dan kertas memo yang
tersebar. Dia sangat perhatian, gadis baik yang mampu memahami suasana.

Yang aku lakukan hanyalah hobi untuk melewatkan waktu. Takkan masalah bahkan jika
berhenti ditengah jalan, ayo kembalikan ini ke rak dengan cepat.

Ketika melakukannya, Reese sempat melihat judul buku-buku ini dan terkejut. Namun, kenapa
dia terkejut?

"Kalau begitu, karena tidak akan ada orang lain kecuali kita, ayo pergi ke Pondok Berlian.
Apakah Reese tidak keberatan untuk mengikutiku, yang merupakan orang asing?"

"Aku tidak khawatir karena kau adalah master Emilia. Lagipula, dia tidak akan menyarankanku
seperti ini jika kau bukan orang yang baik"
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student

"Kalau soal laki-laki, aku juga di sini, kau tahu?"

"Reus-kun....kan? Kau merupakan saudara Emilia jadi aku tidak cemas"

"Begitu kah? Hei, karena kau seumuran dengan Nee-chan, apa boleh aku memanggilmu Reese-
ane?"

"Tidak apa-apa. Huhu, ini seperti aku mendapatkan adik laki-laki"

Dia tanpa ragu memberikan senyuman sederhana. Tampaknya gadis ini sungguh mempercayai
kami. Kesopanan itu menunjukkan bahwa dia memiliki hati yang sangat lembut karena tidak
membedakan dengan siapa dia berhadapan, entah ras binatang atau bukan....seperti hati
pemaaf Emilia.

"Karena harus menurunkan suara jika berbincang di sini. Bagaimana kalau kita pergi Pondok
Berlian?"

"Benar sekali. Reese tidak keberatan kan?"

"Tidak apa-apa"

"Kalau begitu, ayo pergi!!"

Bagian 3

Kami terus menapaki jalan gunung bersama Reese menuju ke Pondok Berlian. Sementara itu
kami telah selesai memperkenalkan diri kepadanya.

"Apakah Reese-sama seorang bangsawan? Aku sangat meminta maaf karena tidak
menggunakan sebutan kehormatan beberapa saat yang lalu"

"Ah, tidak apa-apa! Aku tidak begitu peduli dengan hal semacam itu dan jangan keberatan
untuk berbicara normal denganku. Hanya baru-baru ini saja aku menjadi seorang bangsawan,
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student

aku malah lebih terbiasa dengan menjadi jelata, jadi aku akan senang jika kau
memperlakukanku begitu"

Ucapan sopan yang bagus dan perilaku yang elegan seolah bangsawan. Tapi ternyata dia
merasa harus melakukannya karena perpindahan posisi*.
[Dia mencoba bertindak seperti bangsawan karena perubahan status mendadak]

"Dengan kata lain, seorang bangsawan yang berasal dari rakyat jelata? Aku kira kau sudah
tertimpa berbagai hal"

"Ada banyak yang terjadi. Sebelumnya, aku tinggal di sebuah desa bersama ibuku. Tapi,
setelah ibu meninggal karena penyakit setahun yang lalu, seseorang datang dan mengaku
sebagai utusan ayahku. Dia lalu membawaku Elysion. Disaat itulah aku pertama kali diberitahu
bahwa ibuku adalah seorang selir bangsawan. Dan ketika menyadarinya, aku telah menjadi
anggota bangsawan"

"Hei hei, apa boleh memberitahuku, seseorang yang baru saja kau temui? Lagi pula, apa boleh
untuk tidak terlalu formal?"

"Aku sudah berbicara dengan Emilia sebelumnya, jadi tidak apa-apa. Cara berbicaraku ini
adalah berkat pendidikan ibuku jadi jangan terlalu khawatir. Kalau dipikir-pikir lagi, kupikir ibu
yang ketat padaku karena untuk mengantisipasi hal ini"

"Aku minta maaf. Itu membuatmu mengingat hal-hal tentang ibumu"

"Karena sudah jelas sekarang, tidak masalah. Selain itu, dibandingkan dengan Emilia dan Reus-
kun....aku...."

"Apa kau membicarakannya, Emilia?"

Ketika aku melihat Emilia yang berada di sebelah, dia bertingkah seperti anak kecil yang
menyembunyikan rahasia dan menggantungkan kepalanya. Apa menurutmu aku akan marah
karena kau berbicara egois? Ketika aku berpikir untuk tidak menggalinya lebih dalam, Reese
mencoba melindunginya dengan tergesa-gesa.

"Tolong tunggu! Emilia hanya membicarakan masa lalunya. Dia tidak membahas apapun
kecuali membual tentang Sirius-kun. Tolong jangan marahi dia!"
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student

Gadis ini menilainya dari samping, mengira bahwa sedang terjadi masalah antara master dan
petugasnya, dia lalu ikut campur untuk melindungi Emilia. Aku tidak bisa menahan diri ketika
memikirkan kebaikan hatinya, mulutku pun melonggar.

"Aku tidak perlu memarahi dia, ya kan? Emilia sudah mampu berpikir dan berbicara untuk
dirinya sendiri. Itu tanda bahwa dia senang karena memiliki teman yang tepercaya, tidak
mungkin aku akan memarahinya. Hei, angkat wajahmu kemari"

"Sirius-sama....hehehe"

Meski dia berbicara tentang masa laluku, kata-kata yang akan dia keluarkan takkan berubah.
Disaat aku membelai kepalanya, Reus di samping menarik lengan bajuku, akupun juga
mengelus kepala anak itu. Ya ampun, begitu manjanya.

"Fufu....Sirius-kun, kau terlihat seperti ibu daripada master mereka. Aku merasa mengerti
alasan kenapa Emilia sangat menyayangimu"

"Yah, maafkan aku karena memiliki anak-anak hebat di usia ini"

Namun, dari usia jiwaku, mereka memang seolah anak sendiri. Emilia sedikit malu sedangkan
Reus menerima semua belaian tanpa khawatir. Aku memperhatikan mereka dengan Reese dan
tertawa bersama.

Kami lalu sampai di kediamanku, Pondok Berlian.

"Anu....kudengar tempat ini adalah reruntuhan yang telah diabaiakan selama bertahun-tahun"

"Ya, sebelumnya memang reruntuhan. Tapi kami telah melakukan berbagai hal"

Reese tertegun melihat bagian luar Pondok Berlian.

Rumput liar dan pepohonan yang sebelumnya mengelilingi bangunan, telah terpotong rapi
oleh Reus. Dinding dan atapnya yang bobrok sudah dilukis indah menggunakan cat putih.
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student

Sumurnya yang juga terbengkalai telah dipulihkan dan dipompa menggunakan sebuah alat
sihir.

Penampilannya hampir setara dengan vila bangsawan di tingkat rendah.

Apa yang dia ketahui mungkin ini yang seharusnya adalah bangunan terbengkalai. Bahkan
hingga membuatnya mengira kalau kami datang ke tempat yang berbeda.

"Jangan bengong begitu, bagaimana kalau masuk dulu? Emilia sudah didalam sana, kau tahu"

"Y-Ya! Kalau begitu, maaf mengganggu"

"Reese-ane adalah tamu pertama, kan?"

Ketika pintu masuk terbuka, Emilia yang mengenakan pakaian pelayan berdiri di sana. Dia
menyambut kami dengan bungkukan indah.

"Selamat datang kembali, Sirius-sama, Reus. Dan selamat datang, Reese"

"Ehh! Hah? Beberapa saat yang lalu kau masih mengenakan seragam sekolah....kenapa
sekarang kau memakai pakaian pelayan?"

"Karena aku adalah seorang petugas. Silakan masuk, Sirius-sama. Ah, Reese juga, ini sandalmu.
Aku ingin kau melepas sepatu dan mengenakan ini saat masuk ke dalam"

"Y-Ya, aku mengerti. Apakah tidak boleh memakai sepatu?"

"Itu merupakan aturan di Pondok Berlian yang diputuskan oleh Aniki. Pada awalnya, aku juga
keheranan. Tapi begitu kau terbiasa, ini akan menjadi mudah"

"Karena tidak mengotori lantai, pembersihannya akan mudah dan menghemat waktu ya?"

Untuk menjelaskannya, dunia ini memiliki kebiasaan memakai sepatu bahkan hingga di dalam
rumah. Rumah tempat diriku lahir merupakan wilayah ayahku, jadi hal itu serasa wajar.
Namun, disini adalah rumah baruku. Akupun berpikir untuk melakukan apapun yang
kuinginkan. Salah satunya adalah melarang pemakaian sepatu.
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student

"Bagaimanapun, selamat datang di Pondok Berlian. Bagaimana kalau minum secangkir teh
dulu?"

"Si-Silakan"

Ini sepertinya membuat Reese tertekan, tirai menuju dunia yang baru baginya telah terbuka.

Di tengah ruang makan, empat orang duduk pada sebuah meja besar tempat dimana mereka
menikmati teh hitam. Kami juga menyajikan kue-kue untuk melengkapi acara minum teh.

"Ini makanan ringan....ya kan?"

"Ini disebut kue, Sirius-sama yang membuatnya. Potonglah dengan garpu dan makanlah"

"Ini....kue? Sama sekali berbeda dari apa yang aku tahu!"

"Tidak apa-apa, makanlah! Ini sangat lezat, Reese-ane!"

"Y-Ya....umm?!"

Ketika membawa potongan seukuran satu gigitan ke mulut, wajahnya langsung berubah dari
ekspresi kehati-hatian menjadi dipenuhi senyuman. Dia seolah direndam oleh cita rasa sambil
memegangi kedua pipinya.

"Sangat manis....dan lembut....ini adalah pertama kalinya"

"Semua orang bereaksi sama ketika memakannya! Noel-nee juga begitu!"

"Ini sangat enak. Aku ingin lebih banyak memakannya"

"Jika terlalu banyak, kau akan gemuk. Ini terasa lezat karena hanya sesekali dimakan"
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student

Meski begitu, Reese tidak kembali ke kenyataan sampai setelah selesai makan kue. Akhirnya,
dia sadar setelah menelan bagian terakhir. Kemudian dia merasa malu dan menunduk sambil
meminum teh.

"Aku memakan apa yang telah kau siapkan tanpa berkata apapun....aku minta maaf"

"Aku bisa memahaminya karena melihat kesanmu. Selama kau menyukainya, jangan sungkan"

"Reese, kau mau minum secangkir lagi?"

"....Itadakimasu"

Saat minuman yang tersisa di cangkir telah menjadi suam-suam kuku, suasana berubah ketika
teh baru disiapkan. Dari sinilah, topik utamanya muncul.

"Pertama-tama, terima kasih karena telah mengundang diriku"

"Ahh, karena ini pertama kalinya kami mendapat pengunjung disini, jangan ragu untuk
memberitahu apa yang mengganjal di kehidupanmu. Jadi....aku dengar dari Emilia bahwa kau
ingin berkonsultasi tentang sesuatu?"

"Iya. Sebenarnya....aku ingin berlatih sihirku"

"....Ceritakan lebih detail"

"Aku pikir wajar saja jika kau tahu. Tapi tahukah kau sihir dasar dari empat atribut?"

"Ya, {Flame}, {Aqua}, {Wind}, dan {Earth}. Ya kan?"

{Flame} menciptakan sejenis bola api. Digunakan sebagai pengganti lampu dan obor.

{Aqua} menciptakan air yang memiliki berbagai kegunaan seperti air untuk keperluan sehari-
hari atau memadamkan api.

{Wind} bisa digunakan untuk meniuapkan angin dan menyebarkan udara. Fungsinya seperti
kipas angin.
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student

{Earth} bisa untuk membuat dinding maupun lubang dengan ukuran bervariasi pada tanah
yang ditunjuk. Bisa juga digunakan untuk perawatan jalan.

Sihir-sihir dasar diatas dapat diaktifkan dengan mudah jika atributnya tepat. Meski atributnya
tak sesuai, sihir dasar masih bisa dilakukan dengan sedikit latihan.

"Di kelasku, guru berkata kalau mereka yang tidak bisa menggunakan sihir dasar adalah
sampah"

"Guru wali kelas Reese, kelas Aion....Gregory, kan?"

"Iya, benar. Gregory itu"

"Harus kukatakan, Gregory sendirilah yang sampah!!"

"Memanggil tanpa kehormatan*?! Emm....yah, karena aku satu-satunya yang tidak bisa
melakukan itu, semua orang di kelas menunjuk jari mereka padaku dan tertawa"
[Maksudnya, Reese terkejut karena mereka hanya memanggil Gregory bukan Gregory-sensei]

Siswa kelas Aion direkrut oleh Gregory yang sombong itu sendiri yang berprasangka buruk
terhadap orang awam.

Ketika ada seorang siswa dibawah standar di sebuah kelas yang penuh dengan bangsawan
sombong, maka bisa dibayangkan kata-kata jelek apa yang akan mereka lontarkan padanya

"Lebih baik aku yang ditertawakan. Aku takkan tahan jika ibuku, orang yang tidak
bersangkutan juga diejek. Hanya satu atribut yang tak mampu ku gunakan, tapi....kenapa
sampai seperti ini...."

Dia mengepalkan telapaknya, dengan putus asa berusaha menahan butiran air mata yang
hendak tumpah. Sambil diriku mengawasi adegan ini, Emilia mengulurkan saputangan untuk
menghiburnya. Lalu, suatu pemikiran terlintas dibenakku.

"Menurutku tak ada yang salah dengan Reese. Aku tidak suka pada orang yang berlatih hanya
untuk menjaga harga dirinya*, lagipula kupikir ada orang lain selain dirimu yang juga tak bisa
melakukannya"
[. Kok bingungin ya ?_? ]
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student

"Siswa memang diperbolehkan menentang jika menurut mereka itu salah....namun


kelihatannya tak ada yang mau mengkritiknya"

"Haaaahh...."

Ya ampun....entah guru wali kelas maupun para siswanya sama-sama sampah. Lalu kenapa dia
masih ingin gadis ini agar berada di kelasnya? Tidak....ayo kita tunda menyelesaikan
masalahnya.

"Aku sekarang mengerti alasannya. Tapi Reese, apa atribut yang tak bisa kau gunakan?"

"Itu {Flame}. Tak peduli berapa kali aku mencoba, bola api yang kumunculkan tak bisa
bertahan lama dan menghilang"

"Kalau begitu, bagaimana dengan atribut aslimu? Aku ingin tahu juga semahir apa kau
menggunakannya"

"Atributku adalah air. Aku bisa menggunakan hingga sihir tingkat menengah. Aku juga pandai
dalam hal sihir pemulihan"

Apa karena api adalah kebalikan dari air? Aku mendengarkan ceritanya sambil berpikir tentang
kontradiktifnya kedua atribut itu. Hanya saja, seharusnya kau masih bisa mengaktifkan sihir
dasarnya.

Aku pikir latihan saja tidaklah cukup ketika mendengar gaya bertarungnya dari Emilia.

"Seperti yang diharapkan, akan lebih mudah dimengerti ketika melihatnya langsung. Bisakah
kau menunjukkannya padaku di luar?"

"Ya, tentu"

Setelah itu kami keluar dari Pondok Berlian, Reese menunjukkan sihirnya di halaman depan
rumah.

Pertama adalah {Earth}. Dia menciptakan banyak lubang kecil pada tanah didepannya tanpa
kendala.
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student

Berikutnya adalah {Wind}. Dia menghembuskan angin yang mirip dengan tingkat output
maksimum kipas angin rumahan dari kehidupanku sebelumnya. Meskipun bukan atribut
aslinya, dia masih bisa menggunakan itu sampai sejauh ini. Dia memiliki Mana yang cukup
banyak.

Ngomong-ngomong, ketika Emilia yang beratribut angin menggunakan {Wind} dengan serius,
itu memang tidak akan berlangsung lama, tapi sudah cukup untuk menghempaskan Pondok
Berlian.

Dan kemudian, {Aqua} yang merupakan sihir dari atribut terbaiknya....kekuatannya lebih dari
yang diharapkan.

{Aqua} adalah sihir yang menciptakan bola air berukuran tiga puluh sentimeter. Tapi ketika
Reese yang menggunakan, ukurannya menjadi dua kali lipat. Dia juga dengan mudah
mengontrolnya di udara.

"Hebat! Sepertinya menyenangkan saat kau melompatinya seperti ini!"

"Menakjubkan, Reese. Aku belum pernah melihat {Aqua} seindah itu"

"Aku hanya sedikit lebih pandai dalam memanfaatkan atribut air. Jika kalian terluka,
beritahukan saja padaku. Aku akan menyembuhkannya"

"Mengagumkan. Kalau begitu, sekarang cobalah gunakan {Flame}"

Reese melepaskan sihir air, dan mulai mengucapkan mantra sihir {Flame} yang merupakan
masalahnya. Sepanjang mantra, aku mengaktifkan {Search} pada gadis itu. Hanya saja, aliran
Mana-nya sudah sempurna. Juga, tak ada masalah pada kata-kata mantra.

"{Flame}"

Namun, api hanya muncul untuk sekejap, meninggalkan asap dan lenyap tanpa bekas.

Dia jatuh berlutut lalu menatapku dengan mata sedih.

"Itu adalah {Flame} milikku. Tak peduli berapa kali aku mencoba....itulah hasilnya"
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student

Akhirnya, tanpa mampu menahan lagi, tetesan mulai merembes dari sudut matanya.

Emilia memegangi bahu gadis ini sambil melihatnya. Sedangkan Reus menatapku seolah
dirinya lah yang merasakan penyesalan.

"Sirius-sama...."

"Aniki...."

Keduanya seolah mengemis untuk meminta sesuatu.

Kesampingkan Emilia, meski Reus baru saja bertemu dengannya, dia sangat mengkhawatirkan
gadis itu. Kakak beradik ini sudah tumbuh dengan sangat baik.

Terus terang....aku mengetahui penyebabnya.

Namun, aku masih ragu apakah harus mengatakannya atau tidak. Ini bukan sesuatu yang perlu
dipublikasikan. Selama kau terus melatih atributmu yang asli, suatu hari kau mungkin akan di
hargai.

"Bisakah Sirius-sama membantunya?"

"Aku tidak tahan melihat ini....Aniki"

Tatapan mereka begitu menusuk

Haahh....aku terlalu memanjakan para siswaku. Aku tidak punya pilihan selain memutuskannya
sekarang.

Aku tidak tahu apakah dia sudah menyadari ini atau tidak, setelah memastikan tak ada orang
lain disekitar, mulutku berucap.

"Reese....kau bisa melihat roh, kan?"

Chapter 29 berakhir disini


Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 29 The Triumph of Underachieving Water Attribute Student

>Catatan Penerjemah : Entah knapa aku pusing mikirin artian yg cocok buat Irregular
(Rettousei) -_-
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 30 Changing the Basics should be fine, right?

Chapter 30 Changing the Basics should be fine, right?


Bagian 1

"(Individu yang dapat melihat roh....akan diincar oleh orang-orang karena kekuatan mereka)"

Itu adalah percakapan yang berlangsung beberapa tahun lalu. Perkataan Fia, seorang elf yang
disukai oleh roh angin.

Dalam kasusnya, ketika dia ingin, dia bisa melepas angin yang mampu menghancurkan sebuah
benteng. Atau bahkan membuat tornado di tingkat bencana.

Terlebih lagi, itu dilakukan sendirian, bukan berkelompok. Kekuatan yang sangat besar, takkan
mungkin bagi para bangsawan atau orang-orang berpangkat tinggi lain untuk tidak
mengincarnya.

Itulah sebabnya, orang yang mampu melihat roh akan menyembunyikan kemampuan mereka

Untuk melindungi diri dari dunia.

"Reese....kau bisa melihat roh, kan?"

"---?! Kau....Bagaimana....?"

Ucapanku membuat matanya terbuka sangat lebar. Dia tampak ketakutan dengan tubuhnya
gemetar.

Dari ketakutan itu, sepertinya dia memang sudah tahu. Orang yang dapat melihat roh pasti
akan diincar karena kekuatannya

"Tenanglah, Reese. Aku....Tidak, kami, takkan pernah membocorkan rahasia ini. Benar kan,
kalian berdua?"
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 30 Changing the Basics should be fine, right?

"Tentu saja. Yakinlah, Reese. Kami berjanji tidak akan pernah membocorkannya"

"Seperti yang dikatakan Aniki dan Onee-chan! Aku tidak akan membocorkannya bahkan jika
aku harus mati!!"

Mungkin lega mendengar perkataan kami, ketakutan di mata maupun ketegangan pada tubuh
Reese menghilang.

"Aku sangat meminta maaf, aku kehilangan ketenangan tapi sudah tidak apa-apa sekarang.
Ibuku selalu berkata agar tidak membocorkan rahasia dimana aku bisa melihat roh, kalau tidak
hidupku akan berakhir. Aku sering mendengarnya, itu sangat menakutkan...."

"Maaf. Aku berbicara tentang hal-hal seperti ini tanpa mengetahui apapun, tampaknya aku
sudah membuatmu takut"

"Tidak, aku akan kebingungan dalam menangani masalah ini jika peran kita dibalik. Tapi,
bagaimana kau tahu bahwa aku bisa melihat roh? Mungkinkah Sirius-kun, bisa melihatnya
juga?"

"Bukan begitu. Kau tahu atributku, kan? Aku tidak memiliki unsur yang disukai oleh roh dari
keempat atribut tersebut"

"Ah....maafkan aku...."

Waktu antara dia senang dengan pemikiran bahwa dirinya memiliki teman yang bisa di
andalkan dan saat meminta maaf tentang atributku, ekspresi wajahnya berubah drastis.
Perasaannya jelas terlihat di wajah, betapa jujurnya anak ini.

"Bukan itu yang harus kau mintai maaf, Reese. Untuk menjawab pertanyaanmu, aku pernah
melihat roh di masa lalu....lebih tepatnya, aku bertemu dengan seseorang yang bisa
melihatnya. Ada perasaan tidak nyaman yang datang dari orang itu....yang kemudian
membuatku berpikir bahwa itu mungkin adalah roh. Aku juga merasakan hal yang sama
darimu, begitulah caraku mengetahuinya"

"Kau pernah bertemu dengan seseorang sepertiku?!"


Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 30 Changing the Basics should be fine, right?

"Dia merupakan orang dewasa yang waktu itu sedang merantau. Dia juga menyembunyikan
kemampuan melihat rohnya"

"Jadi, apa yang ibu katakan tidaklah salah"

"Tapi, Sirius-sama. Aku mengerti bahwa pembicaraan tentang roh itu penting, tapi apakah ada
kaitannya dengan sihir {Flame} milik Reese?"

"Sebenarnya kaitannya sangatlah erat. Menurut orang itu, roh cenderung sangat cemburu"

"Cemburu?....Roh yang dikatakan sebagai makhluk hebat, mereka benar-benar merasakan hal
seperti itu?"

"Sayangnya, mungkin begitu. Aku tidak terlalu tahu karena diriku tidak disukai oleh para roh"

Menurut Fia, rohnya sangat beesemangat ketika dia menggunakan sihir angin. Tapi disaat dia
mencoba menggunakan sihir bumi, roh akan menjadi kesal. Daripada membantu, mereka
malah akan menghalangi mantranya. Membuatnya tidak mampu menggunakan sihir bumi
sama sekali.

Berdasarkan hal itu, kurasa roh gadis ini bisa dimengerti. Karena sihir apinya dihapus
sedangkan sihir airnya diperkuat. Dia pasti disukai oleh roh air.

"Reese bisa melihat roh dan juga mendengar suaranya, kan? Dapatkah kau mengingat
bagaimana tingkah mereka saat kau menggunakan sihir api dan sihir air?"

"Tentu saja....Ketika aku menggunakan sihir air, mereka dengan riang mendatangiku. Tapi, saat
aku menggunakan sihir {Flame}, mereka sama sekali tidak mendekat"

"Kau mungkin belum sadar karena terlalu senang ketika menggunakan itu, tapi aku merasakan
sesuatu yang aneh berkumpul di sekitar tanganmu saat kau mengaktifkan sihir {Flame}
sebelumnya. Mereka mungkin memadamkan api itu karena cemburu"

"Itu....Mereka anak-anak yang baik, selalu melayang dengan bahagia di sekitar, aku bahkan
sering mengobrol dengan mereka. Bagi mereka untuk melakukan sesuatu seperti ini...."
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 30 Changing the Basics should be fine, right?

Dia lalu terlihat sedih dan murung, mungkin karena merasa dikhianati oleh apa yang dia
percayai.

Tapi, dia harus memikirkannya. Mereka tidak melakukan itu dengan sengaja, namun lebih
seperti sifat alami. Para roh bukanlah makhluk yang mudah diubah oleh seseorang.

"Karena mereka adalah roh, apa boleh buat. Jika kau masih bersikeras ingin melakukannya,
kau bisa mencoba untuk membicarakannya dengan mereka. Bagaimana dengan meminta agar
tidak menghalangimu, bahkan jika hanya satu kali?"

Ini berasal dari pengalaman sungguhan yang kudengar dari Fia. Walaupun meminta dengan
putus asa, dia nyaris tak bisa menggunakan sihir {Earth}. Namun, sepertinya dia segera
berhenti menggunakan sihir {Earth} karena akan sangat melelahkan untuk memohon pada
mereka setiap saat.

"Aku akan mencoba. Tolonglah....sebentar saja....sebentar saja. Aku ingin kalian


membiarkanku menggunakan sihir api"

Dia menutup matanya dan memohon pada roh....merekapun membiarkannya menggunakan


sihir {Flame}.

Itu mengambang di atas tangannya yang terbuka dan berukuran cukup kecil. Tapi yang pasti,
itu adalah bola api.

"Meskipun kecil dan agak kabur, bisa dipastikan ini adalah sihir {Flame}"

"Selamat, Reese!"

"Aku berhasil....aku berhasil melakukannya!"

Saat Reese mengangkat suara kegembiraan, apinya segera padam. Yah, roh memang sulit
ditangani, aku hanya bisa bertanya-tanya seberapa jauh sikap keras kepala mereka.

"Ah, mou*....roh-san tak bisa menahannya"


[Menggembungkan pipi]

"Itu karena kau terlalu senang dan terlalu mudah terbawa perasaan"
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 30 Changing the Basics should be fine, right?

Meski sedikit cemberut, tapi wajahnya sudah cerah kembali karena sumber masalahnya telah
ditemukan.

"Dengan begini semuanya selesai, kan? Dengan teknik ini, kau bisa menunjukkannya pada
bajingan itu di lain waktu, Reese-ane!"

"Tidak, aku tidak begitu yakin tentang itu"

Apakah Gregory akan mengakui ini?

Apinya terlalu kecil dan tak bisa dipertahankan lama, agar pria itu bisa menerima sihir
setingkat ini....itu tidak akan terjadi. Jika demikian, aku dapat membayangkan dia akan diejek
lagi, dan situasi sekarang tidak akan berubah.

"Permisi, Reese. Tapi aku juga berpikir ini tak ada gunanya"

"Aku tahu. Aku pasti tidak akan diterima jika hanya setingkat ini"

"Lalu apa yang kita lakukan? Jika Reese-ane tetap berada di tempat bajingan itu, dia akan
menjadi sedih lagi. Kita tidak bisa membiarkan itu terjadi"

Semua mata lalu terfokus padaku. Jika aku tidak menemukan ide entah bagaimana, Reus
mungkin akan menyerbu ke kelas Aion dengan pedang di tangan. Hmm....daripada mengubah
dirinya, bagaimana kalau mengubah lingkungannya?

"Benar juga....kenapa kita tidak mentransfernya saja ke kelas Carlisle?"

Memanfaatkan koneksi cukup bagus, kan? Aku akan memberi tahu Kepala Sekolah melalui
Magna-sensei bahwa aku ingin gadis ini dipindahkan ke kelas kami karena masalah intimidasi.

Jika aku berkata ingin melatihnya seperti yang aku lakukan pada Emilia, dia mungkin senang
dan mengizinkannya.

Gregory juga tidak akan tertarik pada seseorang yang tidak bisa menggunakan sihir {Flame}.
Seharusnya dia tidak akan enggan melepaskannya.
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 30 Changing the Basics should be fine, right?

"Ide bagus! Kita akan senang karena dia dengan kita, dan Reese juga akan mendapatkan
ketenangan. Ayo kita lalukan"

"Seperti yang diharapkan dari Aniki! Kau bisa melakukan apapun!!"

"Hah?! Tolong tunggu sebentar! Perpindahan kelas bukanlah hal yang mudah untuk
dilakukan...."

Reese menolak gagasan keterlaluan itu sebagai hal yang tidak mungkin. Faktanya adalah,
ketika menangani masalah semacam ini, seorang siswa sepertiku tentu saja harus
melaporkannya langsung ke kepala sekolah.

"Baiklah, meski apa yang kau katakan ada benarnya, aku masih ingin bertanya kepada Reese.
Apa kau ingin bergabung dengan kelas kami?"

"Itu....ya. Aku akan senang jika bisa belajar bersama dengan kalian semua, tapi...."

"Kalau begitu, tidak ada masalah. Aku akan segera memindahkanmu besok. Jadi, bertahanlah
sedikit lagi di kelas Aion"

"Emm....kenapa melakukan sejauh ini untukku? Meskipun seorang bangsawan, aku tidak
punya uang. Sedangkan, karena bisa melihat roh---....aduh!"

Karena dia mulai melontarkan perkataan tidak sopan, aku menjitaknya pelan. Seharusnya tidak
menyakitkan, tapi dia memegangi kepalanya sambil melihat ke arahku dengan ekspresi sedikit
serius. Akupun berbicara padanya.

"Ini tak ada hubungannya dengan bangsawan atau roh. Kau adalah kenalan kami dan teman
Emilia, itu sebabnya kami ingin membantu. Hanya itu"

Emilia, yang awalnya hanya melihat adiknya dan diriku, telah menemukan seorang teman
bernama Reese. Dalam kehidupanku dulu, aku hanya akan menganggap seseorang sebagai
teman yang dapat dipercaya selama dia dapat diandalkan.

Itu sebabnya, aku akan menolong jika dia dalam masalah. Lagipula, ini bagus untuk Emilia. Dan
yang terpenting, bagaimana mungkin aku membiarkan gadis baik ini menangis?
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 30 Changing the Basics should be fine, right?

"....Terima kasih....banyak"

"Berterima kasihlah setelah ini selesai. Yah, waktu untuk makan malam sebentar lagi akan tiba,
tapi maukah kalian makan di sini hari ini? Dan bagaimana denganmu, Reese?"

"Apa? Tapi aku masih akan sempat ke ruang makan, mereka belum selesai menyiapkan
makanannya"

"Apa kau berencana kembali dan makan sekarang? Kami ingin merayakan pertama kalinya
mengundangmu ke sini. Tolong, jangan sungkan dan mampirlah"

"Tidak apa-apa, makanan Sirius-sama lebih enak dari pada apa yang dihidangkan oleh kantin.
Tidakkah kau sangat ingin ketika memikirkan kue itu?"

"Kue?.....ka-kalau begitu....itadakimasu*"
[Mereka memang masih diluar, tapi ucapan 'Itadakimasu' menandakan kalau Reese setuju
untuk makan bersama mereka]

Reese mengangguk meminta maaf sambil menelan air liurnya. Ya, anak-anak memang harus
lebih bersikap jujur*.
[Maksudnya, bertindak egois]

"Bagaimana dengan menunya? Apa yang ingin kau makan?"

"Apapun tidak masalah, tapi aku masih ingin agar Sirius-sama mengurus dagingnya"

"Pada saat seperti ini, nabe adalah suatu keharusan! Ayo kita nikmati dengan semua orang!!"

"Kalau begitu, kita akan membuat nabe dengan daging dan sayuran. Reus, pergilah mencari
daging dan jangan lupa untuk membuang darahnya. Kau memiliki waktu 30 menit"

"Waktu segitu lebih dari cukup! Aku pergi!!"

"Kalau begitu, aku kira akan mencuci sayurannya"

Ketika kami bergerak untuk melaksakan tugas masing-masing, Reese yang satu-satunya tidak
melakukan apapun memanggil Emilia.
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 30 Changing the Basics should be fine, right?

"Anu....Emilia? Dari apa yang kudengar, sepertinya Sirius-kun akan memasak, tapi tidakkah itu
biasanya dilakukan oleh petugas?"

"Terkadang, aku yang memasak. Tapi Sirius-sama lah yang biasanya melakukan itu. Kue tadi
juga dikembangkan oleh Sirius-sama"

"Bahkan kue itu?! A-Aku mengerti....Dia benar-benar seperti seorang ibu"

"Kau tidak bisa membandingkan Sirius-sama dengan orang lain"

Dia adalah gadis yang sudah cukup mengenal para bangsawan, apa boleh buat jika tindakanku
sebagai master terlihat aneh baginya.

Namun, tempat lain adalah tempat lain, rumahku adalah rumahku. Aku tidak terlalu peduli
dengan akal sehat disini.

Nah, seberapa banyak rumput laut yang tersisa untuk membuat sup?

Bagian 2

---Sudut pandang Emilia---

"Haah....seperti yang Emilia katakan. Hidangan bernama nabe itu, ini adalah pertama kali aku
memakannya tapi rasanya lebih enak daripada apa yang disediakan di kantin"

"Ada banyak hidangan yang dibuat Sirius-sama. Nabe hanya satu di antaranya"

"Meskipun aku tidak tahu bagaimana dia mendapatkan semua ide itu, dia belum pernah
membuat makanan yang buruk atau sejenisnya"

Setelah selesai makan di Pondok Berlian, kami dalam perjalanan kembali ke asrama siswa.
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 30 Changing the Basics should be fine, right?

Nabe yang dibuat Sirius-sama tampaknya sangat disukai oleh Reese, dia terlihat puas saat
berjalan disampingku.

Seperti yang diharapkan dari Sirius-sama, dia sudah menangkap hatinya pada pertemuan
pertama.

"Ketika mendengar tentang dia darimu, aku sempat ragu dan heran. Apakah ada orang seluar
biasa itu, tapi setelah bertemu dengannya, aku sekarang mengerti. Dia memang luar biasa,
hanya saja....aneh dalam beberapa hal"

"Aneh? Apanya yang aneh, Reese-ane?"

"Ya, dia orang yang sangat aneh. Aku baru saja menjadi seorang bangsawan, tapi dari apa yang
aku lihat, perlakuan para bangsawan terhadap petugas mereka tidaklah begitu bagus. Namun,
meski seorang jelata, dia tidak memberi kalian berdua, petugasnya, perintah yang kalian tidak
sukai. Malah, dia menghargai kalian layaknya keluarga"

Erina-san juga mengatakan hal serupa.

Dia adalah orang yang tidak memperlakukan kami sebagai petugas, melainkan sebagai
keluarga. Perilaku itu dianggap tidak pantas di kalangan bangsawan. Namun, justru karena dia
orang seperti itulah, kami ingin mendukung dan memenuhi harapannya. Sirius-sama sama
seperti ibunya, Aria-sama.

"Itu sebabnya, dia orang yang aneh....Kupikir. Yang tertinggal sebagai keluargaku hanyalah
ayahku, tapi aku belum pernah bertemu dengannya sejak datang ke Elysion, oleh karena itu
aku bahkan tidak tahu apa yang dipikirkannya. Jadi....ini agak tidak pantas bagiku, hanya saja
kurasa aku merasa sedikit iri padamu"

"Kalau begitu....apa kau juga ingin menjadi petugasnya, Reese?"

"Haaah?!"

Yah, aku rasa itu bukan ide yang buruk. Dengan begitu aku bisa terus bersama Reese, dan
kupikir Sirius-sama juga tidak keberatan. Ini hanya masalah waktu sebelum Reese jatuh cinta
padanya. Aku akan menganggap dia sudah menjadi kandidat untuk menjadi wanitanya.
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 30 Changing the Basics should be fine, right?

"....Mustahil! Aku seorang bangsawan, tidak mungkin aku melakukannya!"

"Aneh, ada jeda sebelum kau menjawab. Apa barusan kau membayangkannya?"

"Bukan begitu! Reus-kun juga, katakan sesuatu!"

Reese mencari bantuan Reus dengan panik, dia terlihat lucu. Namun, ada kalanya dimana Reus
membuat komentar yang menyulitkan. Jadi jika kau berbicara kepadanya, dia akan menjawab
tanpa berpikir panjang. Hei, anak ini telah merenungkan sesuatu dari tadi, apa yang sedang dia
pikirkan?

"....Tidak berguna! Aku sama sekali tidak mengerti!!"

"Hah, apanya? Tentang petugas?"

"Bukan begitu! Ini tentang kau yang berkata kalau aniki itu aneh, Reese-ane! Bagiku dia
menakjubkan!!"

Anak ini kadang akan mengungkapkan apa yang diyakininya dalam satu kalimat seperti itu. Kali
ini berujung pada hal yang baik, namun....

"....Tidak, dia luar biasa dan baik hati! Atau lebih tepatnya, Reese-ane, terlepas dari
bangsawan lainnya! Aniki hebat! Itu saja!!"

Tepat sekali. Sirius-sama itu menakjubkan....hanya seperti itulah penjelasannya. Kau


mengatakan hal yang bagus, Reus. Aku akan memberimu camilan ekstra besok.

"Reus-kun....kurasa kau benar, Sirius-kun adalah orang yang menakjubkan dan lembut. Selain
tentang bagaimana dia dengan cepat mengetahui bahwa aku bisa melihat roh dan
memecahkan masalahku, dia bahkan mengusulkan untuk memindahkanku ke kelas kalian.
Walaupun aku merasa hal seperti itu adalah mustahil, tapi jika dia yang
mengurusnya....mungkin ini akan terwujud"

Kau sama lembutnya dengan dia, Reese. Karena itulah, aku langsung memanggilkan Sirius-
sama untukmu. Aku yakin bahwa jika demi dirimu, dia pasti akan membantu.

"Itu benar, menyerahkannya kepada Aniki akan baik-baik saja!"


Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 30 Changing the Basics should be fine, right?

"Aku setuju dengan Reus. Paling tidak, takkan ada hal buruk dari sana, jadi kau bisa merasa
nyaman"

"Kalian berdua....benar. Aku berharap akan dapat belajar bersama dengan semua orang"

Aku merasakan hal yang sama. Kau adalah teman pertama semenjak aku datang ke sekolah
ini....Aku ingin kau lebih banyak tersenyum dari sekarang.

Kamipun sampai ke depan asrama siswa. Namun seperti yang diharapkan, aku tidak bisa
menahan ini....aku khawatir.

Apakah Sirius-sama beristirahat dengan baik sekarang? Apa dia sudah mandi? Ahh....Aku
sangat khawatir.

Suatu hari, pasti! Pasti....aku akan tinggal di Pondok Berlian. Aku sudah memindahkan
beberapa barang kesana sebagai pengalih, namun tampaknya tidak terlalu efektif.

Selanjutnya, bagaimana dengan strategi membawa alkohol kesana, berpura-pura mabuk dan
tinggal? Namun aku belum bisa minum karena masih dibawah umur, mungkin kalau hanya
sekali....Tapi Sirius-sama akan marah.

"Emilia? Hei, apa yang tiba-tiba kau pikirkan?"

"Ah....jangan khawatir karena itu hanya kebiasaannya. Hati-hati Onee-chan, perhatikan


langkahmu"

"....Apakah stratrgi alkohol akan berhasil?"

"Apa yang sedang kau lanturkan?! Sadarlah, Emilia!"

Hari itu, aku membuat Reese khawatir sampai kami kembali ke kamar asrama dan tidur.

Aku seorang gadis yang sehat tapi....kenapa?


Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 30 Changing the Basics should be fine, right?

---Sudut pandang Sirius---

"Memang....itu pasti masalah"

Pagi harinya, aku pergi ke sekolah sedikit lebih awal dan mengunjungi Magna-sensei di ruang
stafnya. Aku khawatir Gregory-sensei akan mendengar kami, tapi status Magna-sensei lebih
unggul, jadi ruangannya adalah ruang pribadi. Seperti yang diharapkan dari tangan kanan
kepala sekolah, kami bisa berbicara tanpa menahan diri di sini, itu melegakan.
Akupun bercerita kepadanya tentang bagaimana Reese mendapatkan intimidasi, dan
menjelaskan bahwa bakat gadis itu akan berkembang dengan pesat jika dipindahkan ke kelas
Carlisle.

"Jadi, aku ingin Anda berbicara dengan kepala sekolah untukku. Ah, ini merupakan bingkisan.
Aku punya dua, jangan ragu untuk mengambilnya, Magna-sensei"

"Aku bingung sekarang, apakah ini suap?"

"Tidak, tidak, hanya sekedar bingkisan. Ini cemilan yang aku buat. Karena sangat disukai oleh
kedua petugasku, aku ingin mendengar pendapat dari sisi orang dewasa"

Ini mungkin tampak seperti suap dari sudut manapun kau melihat, namun itu bukanlah niatku.
Isinya hanya kue-kue sisa kemarin. Namun, untuk berjaga-jaga, aku menunjukkan itu pada
Magna-sensei agar dia meninjaunya.

"Heeh, pertama kalinya aku melihat cemilan seperti ini. Meskipun aku biasanya tidak mau
menerima, ini menarik minatku"

....Kena!

Jika aku membiarkan apa yang aku rasakan sekarang muncul di wajah, aku akan terlihat
mengerikan.

Seperti apa yang kudengar dari para siswa lain tentang Magna-sensei yang sangat menyukai
cemilan itu benar, sekarang aku hanya harus menunggu. Aku akan mengatakannya lagi, ini
bukan penyuapan, melainkan langkah strategis. Sekarang, ambillah bom kue yang telah
membuat banyak orang di bawah kendali pesonanya!
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 30 Changing the Basics should be fine, right?

"Oh ya, aku mengerti kau dan teman-temanmu tidak perlu mempelajari dasar-dasarnya, tapi
setidaknya berpura-puralah mengambil kelas. Untungnya, siswa-siswi lain sepertinya belum
menyadari itu, hanya saja kau tidak memiliki pengaruh yang baik terhadap lingkungan
sekitarmu"

....jadi begitu*.
[]

Ketika diriku menuju kantin dan hendak makan siang, bukan Magna-sensei tapi Rodwell sendiri
yang muncul. Tentu saja, dia menyamar sebagai Vile-sensei.

"Ah, Sirius-kun....Tentang pembicaraan sebelumnya, bisakah kau ikut denganku? "

Aku ingin segera pergi karena dipanggil, namun kedua bersaudara belum tahu kalau Vile-
sensei adalah kepala sekolah. Aku tidak bisa membiarkan mereka ikut, jadi aku memutuskan
memberi mereka tugas yang berbeda.

"Sirius-sama, apa kau tidak mau makan siang?"

"Pembicaraan kami mungkin akan berlangsung lama, silakan saja duluan. Aku juga ingin kalian
memeriksa keadaan Reese"

"Reese-ane....dari apa yang dia katakan kemarin, hari ini terdapat tes keterampilan praktek"

"Itu benar, kami akan menghiburnya jika dia mulai merasa sedih. Lalu, maafkan aku Sirius-
sama, aku akan permisi dulu"

Ketika aku selesai melihat mereka dan menghadap Vile-sensei, dia menatap ke arah kedua
bersaudara itu pergi sambil tersenyum lembut.

"Syukurlah....Gadis itu memiliki teman yang sangat baik"

"Anda mengenal Reese?"

"Sedikit. Kesampingkan itu, ayo kita bicara? Ikuti aku"


Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 30 Changing the Basics should be fine, right?

Dipimpin oleh Vile-sensei, kami sampai di koridor dimana ruangan para guru berbaris. Di ujung
koridor itu adalah ruangan kepala sekolah, dan disebelahnya merupakan ruang pribadi Magna-
sensei yang aku kunjungi pagi ini. Mungkin karena sedang istirahat makan siang, beberapa
guru dan siswa dapat terlihat di sana-sini. Akan terkesan mencolok jika kami memasuki
ruangan kepala sekolah.

Bagaimana kami akan melanjutkan?.

"Karena hanya sebuah pembicaraan, kita tidak perlu pergi ke ruanganku. Ayo ke ruangan
Magna-sensei"

Aku sebenarnya tertarik dengan ruangan kepala sekolah. Tapi karena dia mengatakan itu, tak
ada pilihan lain

Saat kami memasuki kamar tanpa mengetuk pintu yang diberi tanda {Magna} di atasnya,
Magna-sensei terlihat sedang menunggu, dia mungkin sudah diberitahu tentang kedatangan
kami.

Vile-sensei dan aku duduk saling berhadapan di meja. Kamipun langsung ke topik utama saat
Magna-sensei menyiapkan teh.

"Sekarang....aku susah mendengar ceritanya. Sepertinya Reese-kun sudah mengalami masa-


masa sulit"

"Iya. Kemarin adalah pertama kali aku berbicara dengannya, tapi pikirannya pasti sudah
kewalahan. Aku yakin ini perlu ditanggapi segera"

Mungkin karena bersimpati dengan perasaan Reese setelah mendengarku, Vile-sensei


mendesah seolah-olah sedang depresi.

"Haah....sungguh, orang itu....lalu untuk tujuan apa dia membawa siswi ini? Menyedihkan"

"Apa Anda tidak menganggapnya sebagai pion? Gadis itu penting, tapi kita harus melakukan
sesuatu terhadapnya"

"Aku tahu. Namun, ayo berfokus dulu pada Reese-kun untuk saat ini. Bagaimana dengan
pembicaraan sebelumnya?"
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 30 Changing the Basics should be fine, right?

"Yah....dia menolak"

"Begitu ya. Sesuai dugaan, tapi masih mengejutkan, aku tidak bisa berkata apapun"

Aku tidak tahu apa yang keduanya bicarakan. Aku mengerti kalau mereka mencoba sesuatu
tapi hasilnya tidak menguntungkan. Bagaimanapun, aku ingin penjelasan.

"Oh maaf. Sejujurnya, aku mempertimbangkan gagasanmu tentang memindahkan Reese-kun


ke kelas Carlisle. Tadi pagi, aku membahas hal itu dengan Gregory-sensei"

"Terima kasih banyak atas tindakan cepatnya"

"Ya, aku mencoba yang terbaik karena cemilan itu sangat lezat. Tapi, seperti yang kau dengar,
pria tersebut menolak"

"Menurut perkataan Anda, aku penasaran hal menarik apa tentang Reese bagi Gregory-
sensei? Dia berkata bahwa seseorang yang tidak mahir dalam semua dasar-dasar sihir tidaklah
bagus. Hanya satu yang gadis itu tak mampu kuasai, kan? Anehnya, dia tidak ingin
membiarkannya pergi, ini tidak konsisten"

Ada sesuatu yang aku kaji dari percakapan kemarin. Ini hanya dugaanku sendiri, tapi ayah si
gadis mungkin adalah seorang bangsawan kelas tinggi. Aku bisa memperkirakan kalau Gregory
suka mengumpulkan bangsawan terkenal, namun kedua orang ini sepertinya tahu lebih
banyak.

"Seberapa banyak kau tahu tentang gadis itu?"

"Yang aku tahu adalah bahwa dia menjadi seorang bangsawan baru-baru ini. Namun, aku tidak
peduli dengan hal seperti itu. Dia teman Emilia dan teman kami, aku tidak perlu motivasi lain
untuk membantunya"

Magna-sensei dan Vile-sensei bertukar pandang, mereka berduapun mengangguk pelan.

"Aku tahu tentang rahasia miliknya. Ini merupakan masalah rumit yang aku pikir Sirius-kun
harus tahu, apa kau ingin mendengarnya?"
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 30 Changing the Basics should be fine, right?

"Itu tidak perlu. Aku yakin nantinya akan mendengar itu langsung dari orangnya sendiri. Aku
juga tidak tertarik pada masalah keluarga yang rumit. Apa perlu alasan lain?"

"Kau lulus*. Aku benar-benar paham watakmu, Sirius-kun. Jadi, aku akan memberitahumu
tentang rencana kami. Ini memiliki beberapa kelemahan yang merepotkan, tapi hanya ini
langkah terbaik yang bisa kita lakukan"

"Tolong jelaskan"

"Meski tidak terlalu sering saat ini, ada sebuah kontes yang memungkinkan seorang guru
menunjuk seorang siswa dan menggantinya, disebut dengan 'Trade'"
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 30 Changing the Basics should be fine, right?
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 30 Changing the Basics should be fine, right?

Trade.

Awalnya, seorang guru tertentu memusatkan perhatiannya pada siswa yang telah diangkat
oleh guru lain. Dia lalu menyatakan bahwa dia dapat mengajarkan siswa itu lebih baik dari
dirinya, konon di sanalah hal ini berasal.

Ada kalanya di mana sesama guru tidak dapat mengikuti kontes karena perbedaan usia, jadi
mereka menyuruh siswa yang diajari sendiri, untuk bertarung menggantikan mereka.
Pemenangnya dapat menunjuk seorang siswa untuk diambil, hanya itu saja.

Ini memang cukup merepotkan. Namun jika kami menang, Reese pasti akan berpindah kelas.

"Tapi itu tidak akan terjadi jika kedua belah pihak tidak menyetujuinya, kan? Kita tidak bisa
memulai kontes jika Gregory-sensei tidak menginginkan seorang siswa dari kelas Carlisle"

"Bakat dari kelas Carlisle yang diinginkan Gregory-sensei? Mark-kun adalah kandidat yang
bagus. Tapi jika dia memang ingin, dia pasti sudah membawa anak itu ke kelasnya sendiri...."

Mark memang berasal dari keluarga yang tinggi, keahlian sihirnya juga menonjol. Tapi kurasa
karakternya tidak cocok untuk Gregory. Ini sudah menjadi semakin rumit, haruskah
menggunakan cara yang lain?

"Bagaimana dengan sesuatu yang lebih sepihak? Sepertinya dia menerima suap dari para
siswa, itu akan membuat rumor yang sangat buruk, kan?"

"Apa kau menyarankan pemerasan? Itu bukan langkah yang bagus"

"Tidak, tidak, tentu saja tidak, kita hanya perlu berbicara. Tapi beberapa dokumen kompromi
atau semacamnya bisa saja terjatuh di mejanya"

"Jadi bisa saja terjatuh di atasnya, ya?"

"Ya, itu bisa saja terjatuh"

Vile-sensei dan aku saling bertukar pandang, mulut kami segera terdistorsi ketika kami saling
menyeringai. Kesepakatan sudah dibuat.
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 30 Changing the Basics should be fine, right?

"Haah....Apa kau memang masih anak kecil? Baiklah, aku penasaran apa Gregory-sensei benar-
benar akan mendengarkanku...."

"Tolong berikan yang terbaik, Magna-sensei....Ah, ini mengingatkanku. Bagaimana cemilan


yang aku berikan pada Anda? Ngomong-ngomong, itu disebut kue"

Aku bertanya kepada Magna-sensei, yang tampak tertekan tentang kesannya pada kue yang
aku berikan. Wajah yang awalnya suram pun beralih sepenuhnya menjadi senyuman lebar
sambil meraih pundakku. Oh, ini lebih dari yang kuharapkan.

"Jadi hal lembut, manis namun mampu mencair di lidah itu adalah kue?! Tidak, ini cemilan
yang kau buat sehingga tak ada gunanya memikirkan hal itu. Bagaimanapun, ini sangat
menakjubkan!! Aku ingin kau membuatnya lagi jika tidak keberatan!"

"Yah, mungkin nanti....Ngomong-ngomong, apa Magna-sensei menyukai keju?"

"Keju katamu? Maksudnya makanan yang perusahaan Galgan sudah mulai jual? Jika begitu,
aku sudah mencobanya beberapa hari yang lalu, dan itu sangat lezat"

"Aku sedang berpikir untuk mencoba membuat kue dengan bahan keju di lain waktu. Ini
merupakan kue yang kaya dengan rasa manis sekaligus asam....Anda mau mencicipinya
untukku?"

"Pastinya! Beritahu aku jika kau membutuhkan uang. Aku akan membayar harga yang kau
minta!"

Sepuluh koin emas....Bahkan jika berkata seperti itu, aku merasa seolah dia akan melompat
dan membayarnya. Namun, tetap saja aku tidak bisa melakukannya. Aku tidak mengira dia
menyukai kue sampai sejauh ini, persiapan awalku tampaknya cukup efektif.

"Aku tidak perlu uang, makanan ini hanya untuk dicicipi. Namun, ada hal tentang Reese yang
membuatku kurang konsentrasi membuat kue. Kecuali jika masalahnya selesai...."

"Mengerti. Aku akan segera berbicara dengan Gregory-sensei. Kepala sekolah, tolong!"

"Serahkan padaku. Ini menjadi semakin menarik"


Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 30 Changing the Basics should be fine, right?

Magna-sensei berjalan dan meninggalkan ruangan, namun kecepatan itu membuatnya tampak
bagaikan terbang keluar. Melihat kondisi wajahnya, aku bisa membayangkan dia akan
mengetuk kuat-kuat pintu ruangan Gregory. Hmm....dengan semangat itu, kurasa ini akan
berhasil.

"Sekarang, kurasa kita kembali ke masalah dokumen. Ngomong-ngomong, Sirius-kun, kontes


Trade akan berlangsung antar siswa, tapi apa kau sudah memutuskan siapa yang akan
bertanding?"

"Tentu saja aku. Akan sangat memalukan ketika orang yang membawa masalah ini tidak
melakukan apapun"

"Kepercayaan diri itu....Tidak, aku rasa itulah alasan kenapa dirimu menerima rencananya. Apa
kau yakin tidak memerlukan bantuan?"

"Aku sama sekali tidak membutuhkannya. Sudah cukup jika Anda mau mengurus persiapan
kontes"

Aku sudah mempertimbangkan untuk tidak menjadi seseorang yang menonjol. Namun
tergantung bagaimana ini berlangsung, akan ada banyak cara untuk mengatasinya.
Masalahnya terletak pada aturan pertandingan, tapi ayo kita pikirkan setelah itu diputuskan.

"Aku mengerti. Aku tidak akan mengatakan apapun lagi. Tapi, Sirius-kun, ada satu hal terakhir
yang perlu kusampaikan...."

Wajah Vile-sensei mendadak berubah serius, secara refleks aku menahan diri dari tekanan itu.

Sialan....Dia mungkin bukan musuh, tapi aku ceroboh. Jika dia mencoba menghabisiku
sekarang, kemungkinan besar aku akan berakhir

"Tolong buatkan aku kue dari keju itu juga!! Buatlah sebanyak mungkin!!"

....Ini bukan kata-kata yang perlu kau ungkapkan dengan niat membunuh.

Mungkin karena cemilan manis sulit didapatkan di dunia ini, obat yang disebut kue bahkan
bisa memikat seseorang yang hidup selama empat abad.
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 30 Changing the Basics should be fine, right?

Yang terkuat adalah kue.

Dan setelah kelas berakhir, aku diberi selembar kertas oleh Magna-sensei dan diberitahu
bahwa Trade dengan kelas Aion sudah disetujui untuk dilakukan.

Ini cukup mendadak. Namun karena hanya berupa pertandingan antar siswa, hampir tak ada
yang perlu dipersiapkan. Kontes akan digelar besok pagi.

Tampaknya Magna-sensei dan Vile-sensei berhasil melakukan negosiasi agar Gregory setuju,
jadi kami bisa mendapatkan Reese secara sepihak.

Dia hanya melakukan hal-hal bodoh, aku tidak merasa bersalah karena kupikir akan bagus
untuk melihat kejadian bodoh darinya sesekali.

Hanya saja, karena ini merupakan permintaan satu sisi dari kami, peraturan pertandingan akan
diputuskan oleh Gregory. Jadi aku harus lebih berhati-hati. Disamping itu, aku teringat akan
masalah kue.

Dengan kertas di tangan, kami semua termasuk Reese berkumpul di Pondok Berlian.

Pada kertas yang aku taruh di atas meja, tercantum peraturan Trade. Saat menunjukkannya
kepada kedua bersaudara dan Reese, aku melaporkan hasil operasi hari ini.

"Aku sangat menyesal masalahnya menjadi sebesar ini"

"Aku yang akan menghadapinya. Kau hanya harus bersiap-siap untuk memasuki kelas Carlisle
tanpa khawatir"

Aliran rencanaku harusnya seperti ini. Meminta guru memindahkan Reese, setelah
mengetahui bahwa ini sulit, aku menyogok menggunakan kue....seharusnya rencana ini
berakhir dalam tiga langkah mudah karena adanya koneksi. Sayangnya, hal-hal tidak selalu
berjalan seperti yang kita inginkan.

Tak ada gunanya berpikir terlalu jauh. Sekarang aku harus berfokus pada Trade dihadapanku.
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 30 Changing the Basics should be fine, right?

Nah, beralih ke peraturan di atas kertas yang telah diputuskan oleh Gregory, adalah sebagai
berikut.

Sihir di atas tingkat menengah tidak diijinkan.


Hanya senjata kayu yang boleh digunakan. Selama tidak fatal, setiap serangan langsung
diperbolehkan.
Jumlah peserta per tim adalah dua orang.
Hasilnya ditentukan ketika peserta menyatakan bahwa mereka menyerah. Atau ketika
wasit menganggap mereka tidak dapat melanjutkan, yang memberi kemenangan kepada
pihak lawan.
Seporsi besar kue keju diperlukan.

Aku mencoret kalimat terakhir yang sengaja ditambahkan.

Hmm....untuk peraturan yang telah ditulis oleh pria itu, aku merasa catatannya terlalu sedikit.
Aku pikir ada celah dalam peraturan, namun beruntungnya aku tidak menemukan apa pun
yang perlu dikhawatirkan.

Kelas Aion memiliki banyak siswa elit, jadi mereka mungkin yakin bahwa kami akan mudah
dikalahkan. Kurasa itu menunjukkan bahwa mereka memandang rendah kami.

"Sirius-sama, karena peraturannya tertulis bahwa harus ada dua peserta per tim, Reus dan aku
akan pergi"

"Tidak. Seperti yang aku katakan kepada guru, itu adalah saranku jadi aku telah memutuskan
untuk melakukannya. Meski aku mengerti kekhawatiran kalian, aku tetap akan pergi"

"Kalau begitu, Aniki, peserta keduanya adalah aku!"

Reus berdiri tegak, penuh motivasi sambil mengepalkan tinjunya erat-erat. Biasanya, Emilia
akan mendorong Reus ke samping dan menyatakan dirinya sebagai kandidat. Tapi kali ini, dia
hanya melihat kertas tanpa mengatakan apapun. Aku bahkan sudah memikirkan bagaimana
membujuknya, tapi dia sangat diam. Reus, yang juga berpikiran sama, dengan takut mengintip
wajah Emilia.
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 30 Changing the Basics should be fine, right?

"....Onee-chan, apa kau setuju jika aku yang akan pergi?"

"Aku akan menyerahkan itu padamu kali ini. Kau lebih kuat dariku, jadi wajar saja"

"Apa sungguh tidak apa-apa, Emilia?"

"Jika diriku benar-benar jujur, aku ingin bertarung di samping Sirius-sama. Tapi ini adalah
pertandingan penting dimana masa depan Reese dipertaruhkan. Jadi untuk memastikan
kemenangan, sebaiknya Reus yang ikut"

"Emilia....maafkan aku. Dan terima kasih"

Dilimpahi emosi, Reese merangkul Emilia sambil meneteskan air mata.

Aku mengerti....kau selalu mengutamakan perasaan ingin bersamaku. Tapi sekarang kau telah
belajar untuk berjuang demi seorang teman. Kau sudah dewasa, Emilia.

"Aku baik-baik saja, jadi jangan menangis, Reese. Sirius-sama dan Reus pasti akan menang, aku
yakin itu dan tunggulah"

"Ya....Sirius-kun, Reus-kun....aku akan bergantung pada kalian"

""Serahkan pada kami!!""

Tak ada hal lain yang bisa kami lakukan selain menang besok.

Aku telah menemukan beberapa strategi untuk pertarungan, jadi yang tersisa adalah
memastikan kerjasama dan koordinasi dengan Reus.

Setelah akhir pelatihan kami yang biasa dan tidak berubah, kami semua makan malam dan hari
inipun selesai.


Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 30 Changing the Basics should be fine, right?

Bagian 3

Keesokan harinya.

Ada berbagai fasilitas di sekolah yang luas. Bagian mengejutkannya adalah, bahkan ada yang
namanya arena.

Awalnya tempat ini dibuka untuk acara tahunan dan festival, namun tetap bisa digunakan
untuk latih tanding antar siswa, peraturan Akademi Elysion sungguh tidak terduga.
Sebenarnya, kecuali untuk latih tanding, arena sangat jarang digunakan. Oleh karena itu
permintaan untuk menggunakannya pun diterima.

Penampilannya mirip dengan Colosseum di kehidupanku dulu. Kursi-kursi batu berjejer dalam
bentuk tangga sehingga orang-orang di belakangnya juga bisa melihat, dataran terbuka
menyebar di pusat arena. Reus dan aku pergi kesana setelah bersiap.

"Aniki, arenanya sangat besar. Apa kita benar-benar akan bertarung disini?"

"Ya. Meski tidak di tempat seperti ini, tempat terbuka yang sesuai juga sudah cukup"

Pada area kursi penonton adalah siswa kelas Carlisle, di mana siswa kelas Aion duduk di sisi
berlawanan. Karena hanya ada bangsawan di kelas itu, mereka membawa petugas masing-
masing. Akibatnya jumlah penonton menjadi dua kali lipat.

Namun, kurasa perbedaan terbesar terletak pada sikap dan penampilan mereka. Sementara
kelas Carlisle bersorak, mayoritas siswa kelas Aion menatap kami dengan kesan menghina.

Ngomong-ngomong, karena ini bukanlah acara resmi melainkan suatu peristiwa mendadak,
kelas lain sedang menjalani pelajaran seperti biasa. Hanya ada kelas Carlisle, kelas Aion, guru
sebagai wasit, dan tim medis.

"Sirius-sama, lakukan yang terbaik!"

"Kau mendapat dukungan kami, Sirius-kun!"

"Kami mendukung kalian berdua!"


Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 30 Changing the Basics should be fine, right?

"""Aniki!! Oya-bun!! BERJUANGLAH!!!!"""

"Orang-orang rendahan itu sungguh berisik"

"Apa mereka pikir bisa menang melawan garis keturunan tinggi seperti kita?"

"Sungguh....menjadi kotor juga ada batasnya, kau tahu"

"Jangan buang waktu kami untuk hal-hal sepele seperti ini"

Jika kau mendengarkan apa yang mereka ucapkan dari tadi....yah, semacam inilah bangsawan
yang pria itu kumpulkan.

Setelah melihat siswa-siswa kelas Aion dengan ekspresi terkejut, Reese yang merupakan
tujuan dari Trade dan berada di dekat mereka menoleh pada kami dengan ekspresi cemas.

Dia tidak ikut menyoraki kami, karena secara resmi dirinya masih berada di kelas Aion. Namun,
kedua tangannya menyatu seolah sedang berdoa. Dan jika membaca dari gerak bibirnya, aku
tahu kalau gadis itu berkata 'Aku akan mendukung kalian'. Sekarang, dia bagaikan seorang
putri yang tertangkap di negara musuh.

"Aniki, Reese-ane melihat kemari"

"Ya. Sepertinya dia menyuruh kita melakukan yang terbaik"

"Iya. Kami akan segera menolongmu, Reese-ane! Ngomong-ngomong....kapan lawan kita


datang?"

Seperti kata Reus, tidak ada yang lain selain kami di arena. Kami sudah selesai pemanasan dan
siap memulainya kapanpun, namun kelompok lain belum muncul. Ketika aku hendak berkata
untuk jangan mempermainkan kami, lawanpun tiba bersama dengan guru yang bertindak
sebagai wasit.

"Maaf atas keterlambatannya. Ada masalah kecil tadi"

"Wajar-wajar saja jika membiarkan seorang tidak kompeten dan ras binatang menunggu"
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 30 Changing the Basics should be fine, right?

Guru wali kelas masing-masing, Magna-sensei dan Gregory muncul bersama lawan kami, siswa
dari kelas Aion. Hanya saja....jumlah mereka terlalu banyak. Entah kenapa, ada lima orang.

"Karena membuang-buang waktu itu tidak perlu, pertandingan akan segera dimulai. Kalian
semua, masuk posisi!"

"Tahan dulu! Aku masih belum setuju!!"

Gregory mencoba memulai ini secepat mungkin namun Magna-sensei menghentikannya


dengan kemarahan yang sangat langka. Ketika Reus dan aku terheran-heran, Vile-sensei
datang dari arah yang berbeda dan mendekati kami.

"Maaf telah membuat kalian menunggu. Terus terang, tampaknya ada masalah dengan
peraturan"

"Tidak ada masalah! Aku sudah jelas-jelas menyebutnya dalam peraturan!"

"Di bagian mana yang kau maksud, ha?! Apa kau tidak malu pada dirimu sendiri sebagai
seorang bangsawan?!"

Vile-sensei mendesah melihat kedua orang itu bertengkar sekali lagi, lalu mengeluarkan
secarik kertas untukku. Meski merupakan kertas yang sama aku terima kemarin dengan
peraturan yang tercantum di dalamnya, aku diberitahu bahwa ini yang asli milik Gregory.

"Lihat dan bandingkan isinya"

Aku baru saja akan melihatnya sambil mencoba mengingat isi peraturan dari kemarin, tapi itu
ternyata tidak perlu. Karena.

Jumlah peserta per tim adalah dua orang....tapi petugas tidak termasuk.

....Tidak perlu dibandingkan. Sangat jelas bagi mata, ada bagian yang tidak tertulis di kertas
milik kami.

"Ini hanya tentang ketidaksempurnaan dalam dokumen, kan? Apa yang tidak kau sukai?!"
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 30 Changing the Basics should be fine, right?

"Tidak sempurna katamu?! Jangan bercanda!! Lagipula, tolong jangan berpikir bahwa sudah
biasa kalau master ditemani petugasnya!!"

Ini adalah dunia tanpa mesin fotokopi. Dokumen hanya bisa ditulis dengan tangan, jadi aku
dapat mengerti bagaimana kesalahan seperti itu dapat terjadi. Sayangnya, ini terlalu
mencolok. Trik murahan.

"Bagaimanapun, Trade telah diputuskan, sudah terlambat untuk membatalkannya. Tidakkah


argumen ini akan berakhir jika bajingan itu juga membawa petugasnya, daripada kau harus
mengeluh?"

Sambil menahan tawa, Gregory memandang ke arah kami seolah menyuruh agar membawa
petugas sendiri jika bisa. Apa orang ini tidak tahu kalau aku memiliki petugas? Namun tetap
saja, tiga orang....Tidak, kukira itu akan menjadi empat orang dengan diriku bersama kedua
bersaudara dan satu orang lagi*. Meski begitu, masih ada perbedaan satu orang antara lawan
dengan kami.
[Aku juga bingung. Siapa satu orangnya lagi? Tapi, ingat tidak kalo Mark punya 'hutang' ke
Sirius? Menurutku Sirius akan memanfaatkan itu agar Mark membawakannya satu petugas
lagi. Namun aku juga tidak terlalu yakin sih. Kalo dia bisa meminta petugas, dia bisa aja
langsung meminta dua biar seimbang]

"Apapun, aku tetap akan menuntut redo*. Aku akan melaporkan ke kepala sekolah untuk
ditanggapi secara adil"
[Maksudnya, Magna ingin peraturan itu dibuat lagi]

"Katakan apapun yang kau mau. Hak untuk memutuskan peraturan telah diserahkan
kepadaku, jadi ini tidaklah salah"

"Tolong tenang, Magna-sensei, Gregory-sensei"

Sementara pertarungan verbal berlanjut, Vile-sensei menyela diantara keduanya dan


memblokir pembicaraan. Meskipun tidak puas, Magna-sensei kembali. Sedangkan Gregory
melemparkan tatapan penuh kebencian.

"Diam! Kau hanya seorang guru biasa, tutup mulutmu!"


Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 30 Changing the Basics should be fine, right?

"Guru biasa yang kau bicarakan telah menyaksikan pemandangan yang tidak sedap dipandang
ini dan merasa perlu untuk menghentikan dirimu. Wajar saja jika kalian berdua
memperdebatkan pendapat masing-masing, tapi bagaimana kalau bertanya terlebih dahulu?"

Ketika berkata begitu, Vile-sensei menoleh kebalik bahunya dan menatapku seakan ingin
menyampaikan 'Bagi kalian ini tidak masalah kan?'....Yah, begitulah.

"Ayo kita tanyakan kepada orang yang akan bertanding, yaitu Sirius-kun. Apa kau memiliki
keberatan dengan peraturan ini?"

"Tidak"

"Sirius-kun?!"

Magna-sensei dan Gregory sangat terkejut dengan penolakan datarku. Hanya saja, segera
setelahnya Gregory melihat seolah merendahkan.

"Lalu, bagaimana denganmu, Reus?"

"Aku mengikuti Aniki!"

"Dan begitulah. Para siswa sedang menunggu, jadi ayo kita mulai segera pertandingannya"

"Haha....orang bodoh"

Meninggalkan Magna-sensei yang masih tercengang, Vile-sensei dan Gregory menjauh dari
kami. Di tengah jalan, Vile-sensei membisikkan harapannya.

"Sirius-kun, aku sebenarnya juga menolak untuk menyetujui metode ini. Jika kalah, kita tidak
akan mendapat apapun. Jadi kau lebih baik menjauh*"
[Intinya, Vile/Rodwell nyuruh Sirius untuk berhati-hati]

"Jika aku membiarkan masalah ini berlarut-larut, hati Reese yang akan menjadi korbannya.
Jangan khawatir, hanya lima orang tidak sebanding untuk Reus dan aku"

"Aniki dan aku tidak akan kalah!"


Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 30 Changing the Basics should be fine, right?

Atas tanggapan kami yang penuh kepercayaan diri, Magna-sensei menghembuskan napas
seolah menyerah, lalu meletakkan tangannya di bahu dan tersenyum lembut*.
[Aku heran. Kan yg lagi omong-omongan sama sirius ini Vile-sensei. Kok yg nanggepin malah
Magna-sensei?? Beneran loh ini. Di RAW nya juga gitu]

"Aku mengerti, bertarunglah dengan hati-hati. Namun, aku akan segera menghentikannya jika
aku menilai kalau keadaan sudah menjadi berbahaya"

"Kami pasti akan menang"

"Serahkan pada kami!"

Magna-sensei pergi. Kelima lawan menunggu kami di tengah arena dengan senjata di tangan.

Dilihat lebih teliti, terdapat bangsawan dengan petugasnya yang pernah mengikuti wawancara
masuk Akademy bersamaku. Dia adalah bangsawan yang memiliki dua atribut, angin dan api.
Seorang Double. Hanya saja, apa dia terpilih untuk mengikuti kontes Trade karena kuat?.

Disaat saling berhadapan sambil menganalisa lawan, mereka memandangi kami dengan
tatapan merendahkan dan tersenyum busuk.

"Merasa terhormat lah. Karena bisa melawanku yang seorang Double, Alstro Elmeroy"

"Ahh, iya iya. Datanglah padaku jika kau mau"

"Bajingan....Hei, kalian! Buat orang-orang ini menyesali karena menghinaku!"

"Tolong serahkan ini kepadaku!"

"Tak Kompeten! Kami tidak akan membiarkanmu berakhir dengan mudah!"

"Berisik!! Aku yang akan membuat kalian semua menyesal!!!"

Sambil menenangkan Reus yang sedang memamerkan gigi taringnya, hitungan mundur untuk
pertandingan mulai bergulir.
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 30 Changing the Basics should be fine, right?

Karena perbedaan jumlah yang jelas, suara-suara gelisah dapat terdengar dari kelas kami, tapi
tak ada yang perlu dikhawatirkan. Masalahnya adalah jika aku yang khawatir, Emilia
kemungkinan akan menyerbu kesini dan mengamuk.

Perbedaan kekuatan antara dua dan lima memang merugikan.

Namun, saat Reus dan aku berpasangan, masing-masing dari kami bernilai banyak orang.

Kami akan menunjukkan kepada bangsawan bodoh itu bagaimana cara kombinasi tempur dua
orang.

"Kalau begitu, dari sini, Trade antara kelas Carlisle dan kelas Aion akan dimulai"

Vile-sensei menatap lawan dan kami berdua, menarik napas dalam-dalam lalu mengangkat
tangannya.

"Trade.....DIMULAI!!!!"

Chapter 30 berakhir disini


Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting

Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting


Bagian 1

Sebelum pertandingan dimulai, kami mengumpulkan sedikit informasi visual tentang lawan.

Tim lawan adalah kelompok bangsawan dengan Alstro sebagai pemimpin, terdapat tiga
petugas yang memakai armor besi berat. Memang tak ada hal tentang armor besi yang tertulis
di peraturan, tapi kami tidak keberatan meski hanya membawa pedang kayu dan tanpa
memakai armor.

Ada seorang yang tak kami ketahui berada dalam kelompok itu, anehnya hanya dia yang
seluruh bagian tubuhnya terbungkus armor. Sambil memegang perisai besi dan tombak kayu
yang terukir simbol rumah Alstro. Wajahnya tak dapat dilihat karena terhalang helm. Namun
aku bisa merasakan intimidasi darinya yang berbeda dari para bangsawan. Mungkin memang
bukan bangsawan....apa dia seorang tentara bayaran?

Tingginya tidak berbeda dengan kami, tapi lebar bahunya agak mengherankan. Nampaknya dia
berasal dari ras kurcaci. Kupikir tidak mungkin ada tentara bayaran di kelas Gregory, jadi apa
dia repot-repot mempekerjakannya demi kontes Trade? Ini juga tidak tertulis dalam
peraturan, namun....bertindak sejauh ini sungguh menyegarkan.

Diantara mereka, Alstro berpakaian ringan. Yah, itu bukanlah masalah karena dia berperan
sebagai penyihir.

Penyerang depan jumlahnya empat, sedangkan dukungan adalah satu*.


[Kalimat ini juga tidak ada dlm versi english, namun ada di versi Raw]

Mereka dipersenjatai dengan lengkap, dilain sisi kami hanya berpakaian ringan. Jubah sekolah
ini memang memiliki pertahanan, hanya saja sulit untuk bergerak, jadi kami melepasnya. Reus
menyiapkan satu pedang di belakang armor kulit rajutan dan satu di pinggul, sedangkan aku
bertangan kosong sambil mengenakan pakaian biasa yang mudah bergerak. Takkan
mengejutkan jika ada yang berpikir kami bertarung demi dapat pujian.

Meski ada perbedaan jelas pada peralatan dan jumlah orang, Reus dan aku tidak merasa akan
kalah. Bahkan jika lawan memakai armor besi, ada banyak cara untuk mengatasinya.
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting

Aku menyampaikan kepada Reus suatu strategi yang telah kuputuskan sebelumnya dengan
sebuah isyarat tangan.

"Trade....DIMULAI!!!"

Pada saat pertandingan diputuskan dengan suara Vile-sensei yang berperan sebagai wasit,
Reus dan aku mulai berlari ke kiri dan kanan secara terpisah. Melesat ke arah yang tak terduga
dari awal, membuat tim Alstro terlihat sangat kesal.

"Jangan panik! Bagaimanapun, kedua orang itu tidak mungkin menang melawan kita!"

Para petugas sempat kebingungan, berbeda dengan pemimpinnya, Alstore yang tampak
tenang. Dia sepertinya bukan BONBON* biasa.
[. Singkatnya itu, orang manja]

Kami terus berlari menyusuri tepian arena, membentuk formasi untuk menjepit tim lawan.

"Aku tidak peduli apa yang mereka pikirkan, tapi itu bagus jika mereka memisahkan diri.
Pertama, prioritaskan pada si ras binatang! Baru setelahnya kita urus si Tidak kompeten!"

Tiga petugas terfokus pada Reus. Ketika aku menghadapi tentara bayaran berarmor besi,
Alstro mulai melantunkan sihir. Dilihat dari gerak bibir, mantera panjang itu mungkin sihir
ditingkat menengah. Dia agak lambat.

"Terbakar karena sihir Alstro-sama atau dihajar oleh kami, pilih yang kau sukai!"

"Yang manapun, maaf karena kutolak. Hei, aku di sini"

"Guh! Tunggu, kau 'Bukan manusia'!"

Ketiga petugas mendekat, namun Reus masih berlari sepanjang tepi arena dan menuju ke
arahku. Akupun juga berlari dan kami berdua berkelompok lagi. Sambil menyesuaikan
kecepatan, dengan begini lawan bisa dikecoh.

"Tunggu!!"

"....Mereka sama sekali bukan sekedar anak kecil, ya"


Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting

Sebuah suara kasar keluar dari si pemakai armor tubuh penuh itu, kau mungkin takkan
mengira ada nada yang begitu kontras dengan figur kekanak-kanakannya. Jelas sekali kalau dia
adalah orang tua. Hanya saja, walaupun memakai armor tubuh penuh, orang ini mampu
mengimbangi kecepatanku. Tak diragukan lagi kalau dialah musuh terberat di tim lawan.

Sambil memperhatikan musuh dan berlarian, Reus mengurus semua petugas didepan
matanya . Disaat kurang beberapa langkah lagi kami berdua saling melewati....mata kami
bertemu pandang.

"{Light}"

"Ha!!"

Aku melepaskan {Light} kearah belakang tanpa melihat kesana, Reus pun melompat tinggi
diatasku pada saat bersamaan.

{Light} yang aku lepaskan lebih terang dari biasanya, itu cukup untuk menyilaukan lawan.
Meski memakai helm yang menutupi keseluruhan wajah, ini takkan bisa dia hindari karena
matanya masih terbuka. Seketika, orang berarmor tubuh penuh itu harus berhenti dan
melindungi pandangannya. Dan ketika {Light} di langit mulai lenyap....

"Tsuyoshi yabu ittou-ryuu! Shouha!!*"


[. Tusukan pemecah. Mungkin]

Pukulan penentu dari Reus mendarat di ubun-ubun orang berarmor tubuh penuh, yang segera
menjadi celah.

Memang mustahil untuk memotong armor menggunakan pedang kayu, namun serangan Reus
merupakan sejenis tebasan yang melepaskan dampak luas. Efek kuat itu menyebar ke seluruh
tubuh, retakan dalam sekejap menjalar dari helm hingga pada tanah dibawahnya. Karena apa
yang dia pakai tak mampu menahan serangan itu, pria berarmor jatuh berlutut dan
tersungkur. Aku sudah bilang padanya untuk jangan berlebihan. Yah, kurasa orang itu belum
mati.

Di sisi lain, para petugas yang awalnya mengejar Reus, menuju kearahku. Tapi aku hanya
melompati mereka dengan bantuan {Boost} ketika berlari. Lompatanku mungkin akan
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting

terhalang jika orang-orang ini memakai tombak, namun apa yang mereka pegang saat ini
adalah pedang pendek. Sambil dengan tenang terbang di atas para petugas, aku mengarahkan
tangan kiri yang sudah tergambar dengan lingkaran sihir air kepada Alstro.

"{Aqua}"
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting

"---Dari tombak api yang menusuk musuh---....buwaaa?!"

"""Alstro-sama!"""

Bola air yang dilepaskan dari tangan kiriku memukul langsung tepat di wajah Alstro saat dia
masih di tengah melantunkan mantra dan secara paksa menghentikan sihirnya. Para
petugaspun meninggalkan kami karena khawatir dengan master yang penampilannya sekarang
mirip tikus basah. Aku juga bergegas ke tempat Reus berada untuk bergabung dengan siswaku.

"K-Kau....Menjauh dariku!! Aku tidak percaya dia bisa menargetkanku!!!"

"Alstro-sama, tubuh Anda akan sakit jika terus basah seperti ini. Ayo kita tunda pertandingan
ini dan segera ganti baju!"

"Jangan konyol! Dipermalukan seperti ini dan kau mau aku tetap diam?! Oi, lagipula kenapa
dengan orang itu? Cepat panggil dia kemari!!"

"Te-Tentang dia...."

Magna-sensei dan tim medis mengelilingi orang yang armor dikeseluruhan tubuhnya telah
pecah. Magna-sensei lalu membuat tanda 'X' besar dengan lengannya setelah memahami
bahwa lawan ini tidak mungkin untuk melanjutkan.

"Aniki!"

"Ya, kau berhasil"

Reus dan akupun saling menyatukan tinju kami dalam sukacita. Satu telah tumbang.

Sebelum memikirkan target berikutnya, aku masih perlu memeriksa kondisi Reus yang sebelah
matanya terpejam.

"Reus, bagaimana kondisi matamu?"

"Yah....sudah baikan, ini tidak masalah lagi. Seperti biasa"


Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting

{Light} yang membutakan tubuh pria berarmor juga mengenai Reus. Hanya saja anak ini sudah
memperkirakannya, dia menutup satu mata tepat sebelum melompat untuk mempertahankan
diri. Bila satu mata tidak bisa melihat, ia bisa membuka mata yang terpejam untuk memastikan
serangannya mengenai target. Sepertinya dia telah memanfaatkan pengajaranku dengan
benar.

"Ngomong-ngomong, Aniki. Apa menurutmu senjata mereka tidak aneh?"

"Jadi kau menyadarinya? Yah, kelihatannya memang bukan pedang kayu biasa"

Ketika melompati para petugas tadi, bunyi di saat pedang kayu mereka dengan keras berayun
masih terngiang di telingaku. Pedang kayu biasa takkan mungkin mengeluarkan suara seperti
itu. Jangan-jangan....

"Sesuatu yang lebih berat dari pada pedang kayu....kurasa ada baja yang tertanam di
dalamnya. Ini memang hal yang menyusahkan, tapi sia-sia saja jika tidak mengenai kita"

"Mereka sudah memakai cara licik sejak awal. Seperti yang bisa diduga dari para bangsawan"

"Aku juga mengerti jika gelar bangsawan itu berhubungan dengan masalah ini, tapi kau tahu.
Ada juga orang baik diantara mereka. Sebagai contoh, Mark"

Meski Mark juga terlalu menjunjung tinggi nama keluarga, pada dasarnya dia merupakan
orang yang baik, beretika dan sopan. Kurasa itulah sifat bangsawan yang patut dicontoh,
namun sayangnya ada terlalu banyak bangsawan yang terlena akan kekuasaan di dunia ini. Jika
para bangsawan idiot yang terlahir sebagai mayoritas, maka sebuah revolusi akan timbul dan
melibatkan dunia.

Ketika aku merasa cemas tentang masa depan yang tak berhubungan, Alstro yang akhirnya
pulih bersama para petugasnya datang ke sini untuk menyerang.

"Ayo lanjutkan, kita akan melemahkan kekuatan mereka dulu. Tapi, kali ini jangan memakai
teknik khusus, cukup gunakan ilmu pedang murni"

"Mengerti, Aniki!"
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting

Ketiga petugaspun menyerang pada saat yang sama dari depan. Reus menghadapi sendirian
orang yang mulai menyodorkan pedangnya, hanya saja pedang besi memiliki keuntungan lebih
daripada pedang kayu. Bunyi gemeretak lalu timbul pada senjata Reus. Namun, dia tidak
peduli dengan serangan serampangan itu dan hanya menghempaskan semua tebasan musuh.
Petugas kedua, yang datang agak terlambat lalu mendekat dari sisi kanan.

"Rasakan ini, 'bukan manusia'!!"

"Itu terlalu jelas!!"

Tikaman pedang musuh dihindari dengan melengkungkan tubuh. Setelah memukul senjata
petugas pertama agar menjauh, Reus kemudian menggunakan bagian belakang pedang
kayunya dan menyodorkan itu ke perut petugas kedua. Karena telah mencapai batas
ketahanan, senjata Reus pun patah.

"Kena kau!!"

"Reus, 'berbaring'!"

"Wan!*"
[Suara anjing....]

Petugas ketiga mengincar kesempatan itu, dia melupakan keberadaanku karena terlalu fokus
pada satu hal. Menuruti seruanku, Reus membungkukan tubuh sambil menendang.
Tendangannya langsung melanda ke perut petugas ketiga.

Walaupun ketiga orang itu terhempas mundur secara beriringan, tapi dampaknya berkurang
karena mereka juga memakai armor besi.

Memanfaatkan celah dimana para petugas tersingkir, aku menembakkan {Aqua} pada Alstro
untuk kedua kalinya. Hanya saja, sekarang dia lebih waspada dan mampu menghindari itu.
Tapi ini sudah bagus karena tujuan sebenarnya hanyalah mengganggu perapalan mantranya.
Alstro berhenti, tampak kesal. Harusnya dia mempelajari pemendekan mantra agar tidak
terlalu menyusahkan penyerang garis depan, atau setidaknya merapal mantra sambil
bergerak.
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting

Reus mengeluarkan pedang kayu cadangannya dan mengisyaratkan para petugas untuk
menyerang lagi.

"Kalian bisa menyerang bersamaan kali ini!"

"'Tangan'!"

"Wan!*"
[Suara anjing]

"Guhaa?!"

"Kuu! Serang dia sekali lagi!!"

"'Lagi'!*"
[Okawari]

"Wan! Wan!"

"Uguu!"

Kenapa aku mau bertanding dalam kontes ini meski kondisinya kurang menguntungkan?

Meski harus memasak untuk kepala sekolah, tapi alasan utama adalah aku ingin
mengkonfirmasi tingkat kerjasama dengan Reus.

'Tangan' berarti mengalihkan perhatian ke arah kanan bila dilihat dari sudut pandang Reus,
sedangkan 'Lagi' merupakan kebalikannya. Ngomong-ngomong, 'Berbaring' sebenarnya adalah
perintah untuk berbaring dengan perut di lantai, tapi yang ini dibuat untuk mendisiplinkan
kedua bersaudara....Itulah dasar pendidikan. Tubuh Emilia bergerak berkali-kali di sudut
penglihatanku, tapi aku mengabaikannya.

Reus bergerak tepat sesuai perintah dan aku bertindak untuk menutup celahnya. Sepertinya
takkan ada masalah meski berurusan dengan ketiga petugas.

Namun, kupikir ini bukan kerja sama kalau hanya dengan mendengar suara saja.
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting

"Bagaimana dengan ini!!"

Yang ini bukanlah serangan. Alstro menggunakan strategi untuk menciptakan dinding biasa
yang bisa melancarkan perapalan mantranya. Dia berusaha keras dalam pertarungan ini meski
telah gagal dua kali, kuharap kau bisa begitu juga dalam hal lain.

Jika aku bergerak ke samping, akan ada petugas lain yang menghalangi jalur tembak {Aqua}.
Tapi, sihir Alstro agak terlalu lama....tidak, apa perapalan mantranya sudah selesai? Apa dia
memutuskan berali ke sihir tingkat pemula daripada tingkat menengah?

"---Hancurkanlah dengan dampak angin! Kalian melakukannya dengan baik, {Air Shot}!"

Para petugas lalu bergegas lari ke samping sambil beruraian air mata, {Air Shot} yang
dilepaskan menuju ke arah Reus. Itu merupakan bola angin yang tak terlihat. Meski lajunya
tidak setingkat peluru, ini sudah cukup cepat. Aku bisa memahaminya dengan {Search},
biasanya sihir ini akan dihindari dengan melompat sejauh mungkin ke samping seperti yang
dilakukan petugas tersebut.

Tapi, Reus malah berkonsentrasi pada sebuah posisi dengan pedang kayunya yang terangkat.

"INI DIAAAA!!!!"

---Tsuyoshi Yabu Ittou-Ryuu---Teknik pertama---Kekuatan Surga---

Dengan suatu hempasan, tebasan sederhana berayun turun. Reus memotong {Air Shot}
memanfaatkan ketajaman pandangannya, tubuh kokoh dan intuisi yang terasah dengan
latihan sehari-hari. Pada saat itu, angin kencang yang terbelah melewati Reus dari kedua sisi.
Yang tersisa setelah itu hanyalah Reus yang pedang kayunya masih menukik dan tirai debu
yang mengambang disekitar.

"Mu---....Mustahil?!"

Suara siapa itu? Ada terlalu banyak kejadian yang muncul di arena hingga semua orang yang
menonton melupakanku.

Penebas sihir.
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting

Ini disebut 'Tsuyoshi ken' oleh Lior saat pertama kali digunakan, teknik yang hampir tidak
pernah terlihat karena hanya ada sedikit penggunanya di dunia.

Wajar saja jika mampu memotong sihir dengan kecepatan dan seni pedang yang terlatih,
lengan orang itu sendiri juga harus benar-benar kokoh. Jika penggunanya ragu walaupun cuma
sedikit, maka ketajaman pedangnya akan berkurang. Jadi kesiapan juga diperlukan untuk
menebas sihir.

Akan berbeda jika seseorang berlindung di belakang si perapal sendiri, faktanya adalah lebih
baik menghindari sihir daripada membatalkan perapalan. Gambaran keterampilan ini mampu
membuat masyarakat terkejut, itu juga karena hal tentang 'orang yang berkemampuan hebat
akan naik statusnya'. Orang-orang yang menyaksikannya mungkin akan menganggap
pemandangan ini sebagai suatu hal yang menakjubkan.

Terutama karena atribut angin memiliki banyak versi sihir yang tak terlihat, sehingga tingkat
kesulitannya tinggi. Hanya saja, Reus memiliki ketajaman visual dan intiusi yang sangat baik,
sebanding dengan hewan predator. Dan jika ini tentang sihir ditingkat pemula, maka Reus
sudah mampu mengurusinya. Kalau yang barusan itu, anak ini mengayunkan pedangnya
karena merasakan ada yang datang akibat debu yang beterbangan oleh bola angin....yah,
begitulah, mungkin?.

Ngomong-ngomong, dikatakan bahwa asal mula Penebas sihir ini adalah Lior. Penguasaannya
pada teknik ini telah sampai dimana dia bisa memotong {Flame Lance} sambil bersenandung.
Meski aku telah mengatakan ini berkali-kali, pria tua itu benar-benar monster.

"Hehe, ini tak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan gaya bertarung ganas Nee-chan!"

"Apa yang kau katakan?"

"Hiii!!! Maafkan aku, Nee-chan!!!"

Mungkin karena arena menjadi terlalu sunyi, ucapan Reus sepertinya sampai ke telinga sang
kakak. Lagi pula, Emilia yang menembakkan {Air Shot} menggunakan cara yang ganas tidak
sesuai dengan sikapnya.
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting

Selain perilaku konyol lawan, ketika melihat pertengkaran terjadi antara salah satu penantang
dengan orang luar saat pertandingan membuat nada dewasa Alstro berubah menjadi sesuai
dengan nada untuk usianya, kemarahannya telah melampaui batas.

"Guuu! Kau....orang yang bukan manusia! Aku benar-benar takkan memaafkannmu karena
telah menganggapku sebagai lelucon!---Seseorang memohon, dengan mengorbankan nyala
lilin sendiri. Untuk mewujudkan reinkarnasi api sesungguhnya---...."

"Ini {Flame Lance} Alstro-sama! Ayo kita ulur waktu untuknya!"

""Ooo!!""

Mereka mencoba memberikan waktu untuk si master, sayangnya mereka sudah kehabisan
stamina duluan karena armor besi yang berat. Di sisi lain, Reus masih enerjik dan mulai
mengurusi tindakan para petugas. Ketiganya takkan mungkin lagi untuk menghadapi anak ini.

"Reus, aku mengandalkanmu untuk mengulur waktu juga"

"Mengerti!!"

Jika aku berkonsentrasi pada 'persiapan', pastinya akan menjadi sasaran. Namun, ayunan
pedang para petugas sudah tak memiliki kekuatan karena kelelahan, semuanya dihentikan
oleh pedang Reus. Meninggalkan masalah pertahanan kepadanya, 'persiapan'ku berjalan
dengan lancar.

"---Tombak api yang siap menembus siapapun, melesatlah.....{Flame Lance}!!"

{Flame Lance} Alstro pun terpanggil. Namun, Mana yang dia masukkan kedalamnya terlalu
banyak, membuat ukuran tombak itu beberapa kali lebih besar dari biasanya. Kontrol sihir juga
tidak dilakukan dengan benar, jika dia tak mampu mempertahankan bentuknya, ini
kemungkinan akan meledak. Dan kalau sampai meledak, Alstro yang berada di dekatnya
takkan bisa lolos dalam keadaan baik.

"Sihirnya sudah diluar kontrol!! Hentikan pertandingan ini sekarang!!!"

"Itu tidak perlu! Lakukan, Alstro!! Kalahkan si Tidak kompeten itu!!!"


Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting

"Hmmm....apa yang harus diperbuat tentang ini?"

Bahkan dalam situasi seperti ini, Vile-sensei masih bersikap santai. Magna-sensei adalah satu-
satunya guru yang mencoba menghentikan pertandingan malah dihalangi oleh Gregory.

Di lain sisi, Alstro masih memusatkan Mana hingga membuat wajahnya pucat sambil dibanjiri
keringat. Aku telah mengalami apa yang dirasakannya berkali-kali, jadi aku bisa paham. Sedikit
lagi, kolam Mana-nya akan kering. Beberapa detik lagi sampai Alstro pingsan, ketika kontrol
sihirnya berhenti, tombak itu akan meledak.

"Aaa....AAAAAAA!!!!"

Entah karena harga diri bangsawan atau kemarahan, dia memutuskan untuk meluncurkan
{Flame Lance} yang belum sempurna. Meski begitu, ada rekan-rekan petugasnya di arah
dimana tombak itu melaju.

"A-Alstro-sama?! Kenapa?!"

"Hentikan!! Tolong aku!!!"

"Hiii?! Tidaaakk!!!"

Jika {Flame Lance} sebesar itu mengenai mereka secara langsung, jangkauan ledakannya yang
luas bahkan juga akan melibatkan kami. Reus dan aku memang yakin bisa menghindarinya,
tapi ketiga petugas itu kelelahan, mereka takkan mampu bergerak dengan leluasa dan takkan
bisa melarikan diri.

"Ayo kabur, Aniki!!"

"Yah, tunggu sebentar. Baiklah, ini selesai"

Aku lalu berlutut untuk menggambar lingkaran sihir yang sedikit rumit di tanah. Ini adalah
lingkaran sihir yang aku temukan di perpustakaan tempo hari, tapi seharusnya sesuai untuk
situasi sekarang. Setelah selesai, aku menuangkan Mana ke pola yang terbentuk dan
melafalkan nama sihir itu.

"{Earth Shield}!"
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting

Agak didepan kami, bumi membumbung dan dinding tanah besar muncul untuk melindungi
kami. Karena bentuknya sudah di imajinasikan dengan tepat, dinding yang terbentuk pun
bagus tanpa adanya bagian yang bulat.

"Dinding ini terlalu tipis, Aniki!"

"Aku tahu"

Seperti yang dikatakan Reus, ketebalan dinding ini tidak berbeda dengan dinding rumah biasa.
Karena serangan api itu begitu besar, dinding harusnya dibuat lebih tebal. Tapi ini pasti takkan
mampu menahannya. Hanya saja, proses ini belum berakhir. Aku menuangkan Mana sekali
lagi, membuat celah sekitar 30 cm dan menciptakan satu lagi dinding tanah yang sama.

"Sudah selesai!"

Begitu proses terakhir dari celah dinding tanah selesai, {Flame Lance} mencapai penghalang
dan meledak diiringi suara menggelegar. Kejutan yang timbul mengguncang tanah, awan debu
terhempas ke sekitar dan menghalangi pandangan.

"Wahai angin, {Windstorm}!"

Ketika Vile-sensei menerapkan sihirnya, hembusan angin berputar dan meniup debu dengan
cepat. Meski kekuatannya telah ditekan secara signifikan, menggunakan sihir dengan mantra
sependek itu sudah menakjubkan. Dia memang sang 'Master Sihir'.

"....Sepertinya ini sudah diputuskan"

Pada arena dimana pandangan sudah membaik, yang menang dan yang kalah telah terlihat.

Alstro ambruk karena kehabisan Mana, sedangkan para petugasnya yang terlindungi dari
ledakan tetap tak bergerak karena memang sudah tak mampu lagi bertarung. Disisi lain, Reus
dan aku masih berdiri tanpa cedera. Bukankah pemandangan semacam ini adalah bukti
kemenangan?

"Gregory-sensei. Apa hasil ini sudah jelas?"


Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting

"....Hmph!"

"Aku akan membuat sebuah dokumen resmi tentang pertandingan ini dan melaporkannya
pada Kepala Sekolah. Lebih baik kau tidak menyimpulkan ini sebagai hal yang aneh"

"Berisik! Lakukan apa yang kau mau, aku akan pulang!!"

Bahkan ketika Vile-sensei bertanya, dia hanya memalingkan punggung sambil mendengus dan
pergi. Memangnya tidak apa-apa membiarkan dia melakukan apa yang dia suka?

"Pemenangnya adalah kelas Carlisle!!"

"Sirius-sama!!!"

Bersamaan dengan kemenangan yang diumumkan, Emilia secara harfiah terbang dari kursi
penonton sambil dibanjiri sukacita. Lebih tepatnya, dia melompat sambil melepaskan sihir
angin. Meski jelas-jelas ada yang menerapkan sihir dengan lompatan super itu, seluruh kelas
segera mengabaikan gadis ini begitu kemenangan diumumkan.

Entah bagaimana, jubahnya tidak tergulung ke lututnya ketika dia mendarat. Ini mungkin juga
merupakan keterampilan seorang petugas.

"Apa Sirius-sama baik-baik saja?! Apa ada bagian yang terluka?! Aku percaya pada
kemenanganmu!!"

"Ya, aku minta maaf karena membuatmu khawatir. Tapi, tenanglah"

"Nee-chan, aku juga bekerja keras!"

"Aku memiliki sesuatu untuk dibahas denganmu nanti"

"Hiii?!"

Begitu aku selesai membelai kepala Emilia untuk menenangkannya, Vile-sensei datang sambil
tersenyum. Ngomong-ngomong, Magna-sensei beserta tim medis sedang membawa Alstro
yang roboh dan para petugasnya.
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting

"Selamat, Sirius-kun. Aku tidak sempat mengira dinding seperti itu bisa menghentikan {Flame
Lance}"

"Tidak, aku bisa menghentikannya karena sihir itu tidaklah sempurna"

{Flame Lance} yang digunakan kali ini terlalu banyak diresapi Mana hingga bentuk tombaknya
tak terlihat. Bentuknya tadi hampir bulat, ciri aslinya yang adalah kekuatan penembus tak
dimanfaatkan sama sekali.

"Di kondisi itu, dampaknya lah yang paling bermasalah. Jadi, sihir ini diperlukan untuk
menyerap gelombang kejut. Lihat saja pecahan dinding yang berserakan itu"

Dia lalu menoleh ke arah dinding yang telah rusak hingga tak terlihat bentuk aslinya.
Hamburan dinding pelindung yang tersebar sudah bisa menjelaskan kekuatan {Flame Lance}.
Kau akan langsung paham jika melihatnya lebih teliti.

"....Ada beberapa bagian dinding yang aneh. Apa itu rahasianya?"

"Benar. Aku sebenarnya menciptakan dua dinding tipis dengan celah di antaranya. Celah itu
dipenuhi kerikil. Dengan begitu, dampaknya menyebar dan bisa dihentikan oleh dua dinding
tipis....itulah alasannya"

Ini merupakan metode barikade yang digunakan saat berpartisipasi dalam kegiatan gerilya
dalam kehidupanku sebelumnya. Dinding pada waktu itu bahkan lebih tebal lagi, tapi yang ini
sudah bagus untuk bertahan dari ayunan bola besi kendaraan derek.

"Bahkan jika {Flame Lance} ini sempurna, kekuatan penembusnya pasti akan menurun sampai
ke tingkat tertentu"

"Sungguh menakjubkan bahwa ada dinding pelindung semacam itu. Baiklah....aku telah belajar
sesuatu"

Sejujurnya, aku sempat berencana menggunakan {Earth Shield} untuk mengelilingi Alstro
dalam bentuk kubah demi mengganggu tindakannya. Namun karena situasinya menjadi
seperti ini, aku malah memakai metode asli.
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting

Ketika Vile-sensei mengangguk dengan perasaan puas, Reese berlari dari sisi kursi penonton
kelas Aion dengan rambut birunya yang berkibar.

"Sirius-kun!! Emilia!! Reus-kun!!"

Meski tahu fisiknya sendiri tidaklah kuat, dia masih bersikeras untuk mencapai tempat kami
berada.

"Haaahh-haahhh....kalian berdua....tidak apa-apa....haaahh....ya kan?"

"Yah begitulah, Reus dan aku tidak terluka. Daripada itu, tenangkan dulu pernapasanmu"

Ketika sampai di sini, dia sudah tersengal-sengal, jadi aku menunggu Reese tenang seperti
Emilia. Setelah beberapa saat, gadis ini mendesah lega saat memastikan bahwa kami aman.

"Syukurlah kalian baik-baik saja. Aku takkan tahu apa yang harus di lakukan jika kalian berdua
terluka karena diriku...."

"Sudah kubilang, kan? Jika mempercayakan ini pada Aniki dan aku, semuanya akan lancar!"

"Ya, itu memang benar. Sungguh menakjubkan karena kalian bisa mengalahkan lima orang
hanya dengan dua penantang"

Sejujurnya, kami hanya mengalahkan satu orang yang berarmor tubuh penuh, tapi....yah, aku
tidak akan mengatakan hal setidak pengertian itu.

"Bagaimanapun, ini karena Reese merupakan teman kami"

"Eh? Aku....teman?"

"Apa yang kau katakan, Reese? Kau memang temanku, bukankah kita teman karena sudah
memakan makanan yang sama?"

"Mulai hari ini, kita juga akan memasuki kelas yang sama. Benar, kan?"

Butiran air mulai meluap dari mata Reese karena perkataan itu. Dia memeluk Emilia untuk
menyembunyikan tangisan kegembiraannya.
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting

"Terima kasih, Emilia. Tapi, tolong tunggu sebentar. Aku belum sempat memberi tahu hal yang
terpenting"

Dia mengangkat kepalanya dari dada Emilia, dan kemudian berucap dengan wajah yang
dipenuhi senyuman

"Sirius-kun, Reus-kun. Sungguh, terima kasih banyak!"

Disaat melihat wajahnya yang dilimpahi kebahagiaan itu, kupikir hasilnya lebih dari cukup
untuk usaha yang dikeluarkan.

Bagian 2

Setelah itu, Reese berbicara menggunakan nada biasanya. Magna-sensei yang telah selesai
merawat orang-orang terluka pun muncul.

"Syukurlah, Reese-kun. Aku akan menanyakan ini lagi sebagai konfirmasi. Apa kau tidak
keberatan memasuki kelas Carlisle?"

"Y-Ya! Aku ingin bergabung dengan kelas Carlisle. Jadi....apa yang harus aku lakukan mulai
sekarang?"

"Benar juga. Ada banyak hal berbeda yang harus diurus, seperti masalah dokumen resmi. Tapi
pertama-tama, ada suatu pekerjaan yang harus dilakukan"

Ketika Magna-sensei mengalihkan pandangannya ke samping, semua anggota kelas Carlisle


turun dari kursi penonton dan mulai membuat keributan.

"Sungguh hebat, Sirius-kun! Kau menggunakan petugasmu dengan baik, dinding pelindung itu
juga menakjubkan sampai-sampai bisa menahan serangan {Flame Lance}! Pertandingan itu
menjadi bahan pembelajaran yang bagus!"

"Aku tak pernah berpikir bisa menang dengan perbedaan kekuatan semacam itu!"
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting

"""Seperti yang diharapkan dari Aniki dan Oya-bun!!!"""

Teman-teman sekelas memuji kami satu per satu, namun Magna-sensei mengumpulkan
perhatian dengan bertepuk tangan.

"Baiklah, semuanya! Aku akan mengenalkan siswa baru yang memasuki kelas Carlisle mulai
hari ini! Jadi Reese-kun, silakan"

Magna-sensei mendorong punggungnya dengan lembut, membuat gadis ini berdiri di hadapan
teman sekelasnya yang baru. Dia sempat bingung oleh permintaan pengenalan diri yang tiba-
tiba dan melihat kami. Hanya saja, kepalanya lalu mengangguk seakan memberi tanda bahwa
dia tidak apa-apa, gadis itupun memutuskan dan menarik napas.

"Se-Senang bertemu kalian semua. Namaku Reese, aku masuk kelas ini karena 'Trade'.
Atributku adalah air dan aku cukup pandai dengan sihir penyembuhan. Jadi....salam kenal dan
mohon bantuannya!!"

Setelah itu, dirinya disambut oleh tepuk tangan teman sekelas, siswa barupun telah
ditambahkan ke kelas kami.

Seusai sekolah, aku dipanggil oleh Vile-Sensei untuk datang sendirian ke ruangan Magna-
sensei.

Ngomong-ngomong, Reese dan kedua bersaudara sedang berbelanja untuk pesta perayaan,
aku memberitahu mereka bahwa aku akan langsung pergi ke Pondok Berlian segera setelah
urusan disini selesai.

"Sudah datang ya. Silahkan, jangan sungkan dan duduklah"

Ketika duduk di sofa, aku memikirkan berapa kali diriku telah datang ke sini hanya dalam
jangka beberapa hari. Dengan cekatan, Magna-sensei menyeduhkan teh hitam. Meski sudah
lama memikirkan hal ini, kemampuan Magna-sensei sebagai seorang petugas cukuplah tinggi.
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting

"Jadi, untuk apa aku dipanggil ke sini? Apa menang melawan bangsawan menimbulkan suatu
masalah?"

"Itu juga bagian dari diskusi. Aku ingin kita membahas tentang hasil 'Trade' kemarin"

"Hanya aku yang merupakan satu-satunya siswa disini, apa boleh membicarakan itu?"

"Aku tidak menganggap dirimu hanya sekedar siswa. Gagasan dan tindakanmu begitu luar
biasa....tidak, aku akan mengatakannya dengan jelas sekarang. Mengawasi Sirius-kun itu
sungguh menyenangkan. Jadi, aku akan memberimu informasi karena aku ingin kau untuk
menjadi asistenku. Apa ada hal yang tidak memuaskan tentang ini?"

"Tidak, aku mengerti jika Anda senang mengawasiku, namun tahan itu pada tingkat yang
masuk akal. Aku akan terbantu jika Anda mau memberiku informasi. Jadi, tolong"

Aku tak dapat memahami perasaan seorang elf yang hidup lebih dari empat ratus tahun,
namun setidaknya aku paham kalau dia seorang elf serius yang tidak mengabaikan usaha dan
masih terus berlatih sambil mendidik para siswa. Mungkin akan merepotkan untuk didukung
oleh individu yang hebat seperti ini, tapi tidak akan ada orang selayak dirinya untuk
memperoleh informasi. Awalnya aku berhati-hati, tapi sekarang aku agak berhutang budi
karena masalah Reese dan menjadi sedikit percaya padanya.

"Baiklah. Pertama adalah tentang Reese-kun, kepindahannya ke kelas Carlisle telah selesai
dengan lancar. Karena sudah ditetapkan dalam dokumen resmi, Gregory-sensei takkan bisa
mengatakan apapun lagi"

Seperti yang bisa diduga, aku agak terganggu jika ada keluhan yang timbul dari hasil Trade.
Dalam kasus terburuk, aku berpikir untuk bergerak dibelakang layar, tapi sepertinya masalah
Reese akan berakhir baik.

"Nah....masalahnya adalah kabar tentang kau yang mengalahkan seorang bangsawan, Alstro-
kun. Aku mengenalnya sejak dirinya lahir, dia memang suka menindas yang lemah"

"Itu kecenderungan yang buruk sebagai bangsawan, kan?"


Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting

"Tak diragukan lagi. Dia sendiri dibesarkan dengan pemikiran bahwa dirinya adalah eksistensi
khusus, seorang Double. Sikap arogannya terlalu menonjol, namun seperti yang di harapkan,
dia tidak sepintar ayahnya"

Ayah Alstro adalah seorang bangsawan terkenal di Elysion, bertipikal seorang prajurit militer
yang enerjik. Sepertinya dia terlalu memanjakan anaknya, jika dia mendengar tentang
pembicaraan hari ini, orang itu pasti akan murka.

"Memakai armor baja sekaligus dilengkapi dengan pedang kayu yang memiliki batang besi di
dalamnya. Bahkan jika ada perbedaan jumlah, anak itu tetap kalah karena kekeringan Mana
tanpa mampu melanjutkan pertarungan. Dia akan senang menindas seseorang seperti dirimu
yang merupakan Tak Berwarna, sayangnya kejadian yang muncul malah berbanding terbalik
dengan apa yang dia kira"

Untuk meringkasnya dalam satu kata, dia hanyalah seorang idiot.

"Selain sebagai bangsawan, kecurangan itu sudah tidak bisa ditolerir. Karena hanya terjadi di
sekolah, ini takkan berpengaruh pada keluarga dirumahnya. Tapi dia sudah dilarang untuk
bertingkah seakan dirinya adalah tokoh hebat di Akademi"

"Akan kah muncul suatu hukuman?"

"Apa aku perlu melakukannya karena diingatkan oleh si korban dari kejadian ini?"

"Tidak, aku menolaknya, itu menyusahkan. Tak masalah selama tidak melibatkan kami lebih
jauh lagi"

"Kupikir kau akan bilang begitu. Oleh karenanya, aku sendirilah yang akan menghentikan
Alstro-kun jika terjadi sesuatu"

Saat Alstro terbangun di sore hari, dia langsung dipanggil ke kamar kepala sekolah dan
sepertinya diinterogasi. Dirinya agak diam akibat kelelahan yang masih ada setelah Trade,
namun tampaknya dia masih menyimpan kemarahan terhadapku di dalam pikirannya.

Kepala sekolah yang mulai terlibat dengan kelas Carlisle ingin melaporkan termasuk
kecurangan hari ini ke keluarganya. Dan itu efektif, membuat Alstro berkata bahwa dirinya
akan menjadi lebih dewasa asalkan hal itu tidak sampai bocor ke ayahnya.
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting

"Akan muncul berbagai cerita seiring bertambahnya umur. Aku bisa saja langsung protes ke
ayahnya. Lihat, aku bahkan punya janji tertulis disini"

Vile-sensei lalu menyerahkan sebuah perkamen, dan menyuruhku membacanya. Kalimat


panjang disertai tanda tangan Alstro tertera disana. Setiap kata yang tertulis disini seolah
menggambarkan penyesalan anak itu. Ngomong-ngomong, dia menyusun kalimatnya dengan
bagus hingga mudah untuk dimengerti.

{Saya, Alstore Elmeroy, bersumpah untuk tidak terlibat dengan kelas Carlisle mulai dari
sekarang.

Selanjutnya, jika saya melanggar sumpah, saya akan mengakui semua hal kepada ayah saya,
Lord Elmeroy, dan bersedia menerima hukuman apapun. Bahkan jika harus dikeluarkan dari
sekolah.

'Alstro Elmeroy'}

"....Apa Anda yang membuat sumpah tertulis ini?"

"Jika tidak menerapkan ini, niat untuk membalas dendam mungkin akan muncul. Dia menuai
apa yang dirinya tabur, dan sepertinya ini menjadi obat yang manjur untuk sifatnya itu"

Nah, perkataan kepala sekolah ada benarnya juga. Dia mengenal Alstro lebih baik dariku.
Karena telah ada perjanjian untuk tidak terlibat lebih jauh, bisa dikatakan bahwa kami sudah
diselamatkan.

"Hukuman memang hanya sampai di sini, tapi sejujurnya masih ada masalah yang lebih
mendasar"

"Ada lagi?"

"Ya....Sebenarnya, tindakan Alstro-kun kali ini karena pengaruh buruk dari seseorang"

"....Gregory-sensei?"

"Seperti yang bisa diduga, itu benar"


Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting

Ketika Alstro hampir kehilangan kesadaran disaat melepas {Flame Lance}, Gregory dengan
jelas berkata untuk mengalahkan kami tanpa peduli risikonya untuk para siswa. Karena
kejadian itu, mata orang-orang yang menatapku sekarang agak berubah ragu meski tahu
bahwa diriku Tak Berwarna.

"Awalnya, dia membuat peraturan yang menguntungkan para bangsawan. Ketika hari untuk
kontes tiba, Alstro-kun sadar bahwa terdapat perbedaan jumlah. Sebenarnya, karena harga
diri bangsawan, dia memang ingin bertanding secara adil. Namun, hasutan Gregory malah
membuat ini terjadi"

Yang kutahu adalah, anak itu suka menindas orang-orang lemah. Kupikir dia akan merasa luar
bisa ketika merendahkan yang lain.

"Gregory juga berbohong, memberitahu bahwa tim Sirius akan memakai armor besi yang kuat
untuk Trade. Dia lalu menyiapkan pedang kayu yang telah dimodifikasi dan mempekerjakan
tentara bayaran berarmor tubuh penuh"

Lawanpun membawa peralatan bagus ketika mendengar bahwa kami memakai armor besi.
Sampai disini saja sudah jelas kalau Gregory lah dalangnya. Aku jadi berpikir bahwa Alstro
tidak seburuk itu.

"Lagipula, karena para petugasnya menerima apapun keputusan Alstro, mereka juga akan
menanggung hukuman yang sama akibat bertanding dengan cara seperti itu. Janji tertulis ini
merupakan tindakan yang tepat"

Bagaimanapun, Alstro memang orang idiot.

"Ini bisa dimengerti. Jadi....bagaimana dengan Gregory-sensei?"

"....Maaf. Dia orang yang pandai menyembunyikan bukti. Tanpa suatu bukti penting, dirinya
tidak bisa dihukum"

Menurut ceritanya, perbedaan dalam peraturan diizinkan karena dokumen yang tidak
memadai. Mereka tak tahu pedang-pedang kayu itu telah dimodifikasi karena diambil dari
gudang. Sedangkan tentang si tentara bayaran, dia mempekerjakan orang ini dari serikat
petualang dengan alasan untuk melindungi putra penting keluarga bangsawan. Aku lalu mulai
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting

membayangkan sosok si tentara bayaran yang sebenarnya adalah kurcaci. Dia ingin meminta
maaf setelah menyadari situasi sesungguhnya dan mengintrospeksi diri. Orang ini sangat
serius ya.

Pada akhirnya, bujukan dan kebohongan yang dia sampaikan pada Alstro hanyalah kata-kata
dan tak dapat dianggap sebagai bukti. Itulah alasan dia tidak bisa dihukum.

"....Kenapa orang itu menganggapku sebagai musuh?"

"Entahlah. Membenci ras binatang merupakan sifat umum untuk bangsawan, tapi dia belum
pernah berbicara hal yang berhubungan dengan Tak berwarna. Apa kau ingin berbincang
dengannya?"

"Tidak juga"

"Ya. Bisa ditebak"

Vile-sensei dan aku saling melihat wajah masing-masing dan tertawa. Tunggu dulu, apa boleh
baginya untuk bersikap seperti itu meski adalah seorang berpangkat tinggi di sekolah?

"Karena situasi menjadi seperti ini, kami memutuskan untuk meningkatkan kewaspadaan.
Mulai sekarang, aku juga akan memantaunya. Tapi tetap saja, jika ada sesuatu yang terjadi,
tolong segera beritahukan padaku. Aku yang akan mengurusnya jika orang itu mengganggu
Sirius-kun"

"Kalau begitu, mohon bantuannya"

"Yah, apapun yang mau kau lakukan....kau bebas melakukannya. Aku akan mengizinkan itu"

"Bebas....ya?"

"Ya, bebas"

Sekali lagi, kami tertawa. Kali ini, dengan senyuman jahat.

"....Aku merasa mungkin telah memusuhi orang yang mengerikan"


Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting

Tidak ada yang membalas gumaman yang berasal dari Magna-sensei.

"Kalau begitu, untuk merayakan kepindahan Reese ke dalam kelas Carlisle...."

"""Bersulanggg!!!"""

Pada malam hari, bertempat di Pondok Berlian.

Kami mengadakan pesta kecil untuk merayakan kemenangan di kontes Trade. Anggotanya
adalah aku, kedua bersaudara, dan tentu saja Reese. Kami menikmati berbagai hidangan yang
tersaji di atas meja.

"Aniki, bukannya daging ini masih mentah?"

"Hidangan ini disebut Roast Beef. Dari warnanya memang terlihat agak mentah, tapi ini sudah
matang karena di bakar di atas asap api"

"Sangat lezat! Boleh aku mengambilnya lagi?"

"Jangan ragu dan makanlah. Ini juga sebagai bentuk penghargaan untuk Reus. Kau sudah
melakukan yang terbaik!"

"Horeee!! Aniki memujiku!!!"

Kegembiraan Reus mencapai puncak. Sebaliknya, ekspresi Emilia terlihat tidak bagus.

"Aku juga....ingin bertarung"

Itu benar, walaupun ternyata petugas tidak dihitung sebagai peserta, pertempuran berakhir
bahkan tanpa mengikutsertakan Emilia. Gadis ini menyadarinya setelah bersulang dan
berubah menjadi kesal. Sekarang dia mengembungkan pipi, tampak tidak puas sambil
memakan Roast Beef-nya.
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting

"Maaf, Emilia. Aku masih ingin kau menjadi rahasia di kelompok kita, aku tidak menginginkan
tindakan selain sihir untuk bocor"

"Meski begitu....aku tetap ingin bersamamu"

Aku tidak mengikutsertakan Emilia karena ingin menyembunyikan hal hebat, tapi sepertinya
usaha ini tidak berarti lagi karena kemampuan fisiknya terlihat saat dia mampu melompat
tinggi dari tempat duduk penonton ke depan kami. Ah sudahlah, apa yang mungkin terjadi jika
itu terungkap? Bahkan kalau sampai terlibat dengan orang-orang yang aneh, aku sudah
mendapat izin dari kepala sekolah untuk menolak mereka. Jika dilakukan dengan benar,
seharusnya akan baik-baik saja.

Tapi, walaupun aku sudah membelai kepalanya dari tadi, suasana hatinya masihlah tidak
berubah. Tak ada pilihan lain, aku memang harus menggunakan cara itu, ya kan?

"Emilia, menurutmu apa ini?"

"Itu....sisir. Mungkinkah?!"

"Tepat sekali. Baiklah, arahkan kesini ekormu"

"Ya!!"

Ekspresi tak puas beberapa saat yang lalu mendadak lenyap begitu saja. Diapun dengan
senang hati mengulurkan ekornya. Menaruh ekor lebat ini di pahaku, aku menyisirnya dengan
lembut.

"Fufu....ufufu....ufufufu...."

Bagi ras binatang, ekor merupakan hal yang penting. Mereka hanya akan membiarkan orang-
orang yang dipercaya dari lubuk hati untuk menyentuhnya. Apa yang kulakukan ini merupakan
ungkapan kasih sayang yang biasanya dilakukan oleh keluarga atau kekasih. Berkat tindakan
perawatan ini, suasana hati Emilia pulih.

Ini bukanlah sesuatu yang boleh dilakukan saat makan, tapi yah, aku memang tidak sedang
bertindak untuk dicontoh.
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting

"Enaknya....Nee-chan"

"Lain kali adalah giliranmu"

Meski hanya berlangsung beberapa menit, setelah selesai, Emilia membelai ekornya dengan
gembira.

"Bahagianya diriku...."

Ketika melihat gadis yang seakan bisa terbang karena rasa suka cita seperti ini, tiba-tiba
tatapanku bertemu Reese yang berada di samping. Tadi dia masih tertawa, tapi sekarang
malah terlihat aneh. Sepertinya dia sedang mencoba memutuskan sesuatu....penampilannya
dipenuhi tekad.

"Emm....Sirius-kun"

"Ada apa? Makanannya tidak sesuai dengan seleramu?"

"Hal semacam itu tidaklah mungkin! Roast Beef ini sungguh lezat!"

Sesuai dengan apa yang dikatakannya, dia memakan daging itu dengan cepat. Dia lalu
menggelengkan kepala sambil bergumam 'Bukan begitu'.

"Dagingnya sangat lezat tapi bukan tentang itu. Sebenarnya....ada sesuatu yang ingin
kutanyakan"

"Kenapa kau takut-takut begitu?"

Reese menyesuaikan postur tubuh dan memfokuskan perhatian ke arah kedua bersaudara.
Setelah dia melakukan kontak mata sekali dengan Emilia, dia membulatkan pilihannya dan
membuka mulut.

"Aku....ingin menjadi muridmu!"


Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting

"Ha?"

Apa yang tiba-tiba dia katakan? Ketika menengok sekeliling, kedua saudara mengangguk puas.
Apa? Apa mereka sudah tahu?

"Boleh aku mendengar alasannya?"

"Iya. Aku mendaftarkan diri ke Akademi karena ayahku memintanya, tapi aku masih belum
punya tujuan. Melewati waktu sambil berlatih sihir dan merahasiakan kemampuanku melihat
roh....aku kemudian memutuskan ini setelah menyaksikan Sirius-kun dan Reus-kun hari ini.
Aku telah dibantu oleh setiap orang, jadi aku juga ingin membantu orang lain....itulah yang
kupikirkan"

Bagaikan kata-kata yang akan diungkapkan oleh seorang pahlawan, tatapannya yang tajam
terkonsentrasi padaku.

"Tapi, aku lemah. Tanpa tahu sedikitpun bagaimana memperlakukan roh dengan baik, aku juga
hanya pandai dalam sihir pemulihan. Karena itulah, aku ingin menjadi kuat. Bukan untuk
bersembunyi di balik punggung, melainkan berbaris disamping kalian, saling bahu-membahu"

Sampai ucapannya selesai, dia masih menatapku seolah berdoa. Kamipun saling melihat,
matanya terkesan serius tanpa mengalihkan pandangan. Ini bukan lelucon....kan?

"....Latihanku sangatlah ketat. Bahkan Reus hanya merengek pada awalnya"

"Hentikan itu, Aniki!"

"Aku telah mendengar dari Emilia tentang beratnya latihan darimu. Aku tidak yakin kapan bisa
menyusul semua orang, tapi aku akan berusaha keras! Karena itulah, tolong terimalah diriku!!"

Kuharap kepalanya tak sampai terbentur di atas meja karena membungkuk terlalu berlebihan.
Kedua bersaudara menatap Reese dengan cemas, pandangan mereka lalu berbalik ke arahku.
Apa-apaan dengan mata mirip anak anjing yang ditinggalkan itu? Khawatir sampai sejauh
ini....kalian benar-benar sudah bersahabat dengannya, ya.

"Aku mungkin saja akan memanfaatkan kemampuan melihat roh milikmu, kau tahu?"
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting

"Tidak apa-apa kalau Sirius-kun yang melakukannya. Bahkan jika harus dimanfaatkan, aku
yakin itu bukan hal yang buruk"

Itu sudah buruk. Aku memang tidak punya niat untuk memanfaatkannya tapi, kira-kira apa
yang bisa dia lakukan? Sihir air diperkuat karena adanya roh air, hal seperti membuat tsunami
mungkin bisa---....ehh, tidak tidak. Cara berpikirku sudah mulai mengarah agar menerima gadis
ini.

"....Baiklah. Aku menerimamu untuk menjadi siswaku"

"Benarkah?!"

"Ya. Namun, ini akan sangat sulit. Jadi, persiapkanlah dirimu"

"Aku akan berusaha yang terbaik! Tolong bimbing aku dari sekarang, Sirius-san!"

Sirius....san?

"Kenapa memanggilku dengan '-san'?

"Karena aku telah menjadi siswamu, kau seperti senior untukku. Aku merasa ingin
memanggilmu secara berbeda*"
[Ada kalimat yg terpotong dari RAW di dialog ini pada versi english. Aku juga kebingungan
ketika menerjemahkannya. Karena kupikir itu mungkin tidaklah penting, aku juga tidak
menyertakannya]

"Tidak juga, aku lebih muda darimu. Bukannya kau berumur sembilan tahun?"

"Itu memang benar. Tapi posisiku sekarang adalah orang yang diajari. Jangan ragu untuk
menganggapku begitu, Sirius-san!"

Yah....aku tidak mengerti, tapi apa ini boleh?

Ada sedikit keraguan yang masih tersisa, namun yang terpenting siswaku telah bertambah
satu orang.

Namanya Reese.
Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting

Seorang gadis baik hati yang disukai oleh roh air.

Aku berencana mengembangkan dirinya hingga dia cukup kuat setidaknya untuk melindungi
diri sendiri, walaupun bahkan jika kemampuan melihat rohnya ketahuan.

Sambil mengamatinya yang gembira bersama kedua bersaudara dan saling berpelukan, aku
memikirkan rencana latihan yang cocok untuknya.

Karena dia hebat dalam sihir daripada kekuatan fisik, aku harus menciptakan suatu metode
khusus. Gawat, aku jadi bersemangat ketika memikirkan ini.

Sudah sekitar setengah bulan sejak berada di dunia luar, hidup kami masihlah akan berlanjut
dengan baik.

Selanjutnya, hingga tiba di asrama, Emilia terus memegangi ekornya tanpa mau
melepaskannya. Dia sempat memberi tahuku dengan suasana hati berbunga-bunga, 'Aku
takkan pernah mencuci ekor ini lagi'.

"Emm, Sirius-sama. Maukah kau sekali lagi menyisir ekorku?"

"Boleh saja, tapi kau harus mandi dulu dan membasuhnya"

"Tiidaakk!!"

"Bukannya ini hanya percakapan biasa!"

Emilia....kau mau pergi kemana?

Chapter 31 berakhir disini


Arc 5 Enrollment Arc
Chapter 31 Master and Disciples (pet dog) Methods of Fighting

>Catatan Penulis : Agak lebih pendek dari biasanya, tapi inilah akhir dari Arc 5.

Update berikutnya mungkin berlangsung tiga hari dari sekarang.

>Catatan Penerjemah : Ingat!! Kata2 Update tepat diatas itu hanyalah pesan dari penulisnya yg
ikut kuterjemahkan. XD ....Jadi....Kita sudah beralih ke Arc 6

Anda mungkin juga menyukai