Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN PERILAKU DENGAN RESIKO KECELAKAAN KERJA PADA

PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI


MAKASSAR

Shyeila Sandewa1, Ardian Adhiwijaya2


1STIKES Nani Hasanuddin Makassar
2STIKES Nani Hasanuddin Makassar

ABSTRAK

Kecelakaan adalah sebuah kejadian tak terduga yang menyebabkan cedera atau kerusakan
(Jhon Ridley, 2006). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan perilaku dengan resiko
kecelakaan kerja pada perawat di ruang rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar. Penelitian ini
merupakan jenis penelitian Survey Analitik dengan metode cross sectional, populasi dalam penelitian
ini adalah perawat yang bekerja di ruang rawat inap baji kamase I, baji kamase II, baji dakka I-II, baji
dakka III, dan baji ada RSUD Labuang Baji Makassar yang sebanyak 60 orang. Pengambilan sampel
menggunakan teknik Non Probability Sampling yaitu Purposive Sampling, didapatkan 52 responden
sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar kuisioner.
Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan komputer program
microsoft excel dan program statistik (SPSS) versi 16.0. Analis data mencakup analisis univariat
dengan mencari distribusi frekuensi, analisis bivariat dengan uji spearmen rho (p<0,05) untuk
mengetahui hubungan antar variabel dan uji pearson untuk mengetahui kekuatan korelasi, analisis
multivariat dengan uji regresi berganda untuk mengetahui faktor yang paling dominan pengaruhnya.
Hasil analisis bivariat terdapat hubungan pengetahuan dengan resiko kecelakaan kerja pada perawat
(p=0,001), terdapat hubungan keterampilan dengan resiko kecelakaan kerja pada perawat (p=0,001),
terdapat hubungan sikap dengan resiko kecelakaan kerja pada perawat (p=0,002), terdapat
hubungan kondisi fisik dengan resiko kecelakaan kerja perawat (p=0,001). Kesimpulan dalam
penelitian ini adalah terdapat hubungan perilaku dengan resiko kecelakaan kerja pada perawat di
ruang rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar.

Kata kunci : Pengetahuan, Keterampilan, Sikap, Kondisi fisik, dan Resiko kecelakaan kerja.

PENDAHULUAN identik dengan biaya sehingga menjadi beban,


Kesehatan kerja menurut WHO/ILO bukan kebutuhan. Catatan PT Jamsostek
(1995), kesehatan kerja bertujuan untuk dalam tiga tahun terakhir (1999 - 2001)
peningkatan dan pemeliharaan derajat terbukti jumlah kasus kecelakaan kerja
kesehatan fisik, mental dan sosial setinggi- mengalami peningkatan, dari 82.456 kasus
tingginya bagi pekerja disetiap jenis pekerjaan, pada 1999 bertambah menjadi 98.902 kasus
pencegahan terhadap gangguan kesehatan di tahun 2000 dan berkembang menjadi
pekerja yang disebabkan oleh kondisi 104.774 kasus pada 2001. Untuk angka 2002
pekerjaan, perlindungan bagi pekerja dan hingga Juni, tercatat 57.972 kasus, sehingga
pekerjaannyadari resiko akibat faktor yang rata - rata setiap hari kerja terjadi sedikitnya
merugikan kesehatan, dan penempatan serta lebih dari 414 kasus kecelakaan kerja di
pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan perusahaan yang tercatat sebagai anggota
kerja yang disesuaikan dengan kondisi Jamsostek. Sedikitnya 9,5 persen dari kasus
fisiologi dan psikologisnya. Secara ringkas kecelakaan kerja mengalami cacat, yakni
merupakan penyesuaian pekerjaan kepada 5.476 orang tenaga kerja, sehingga hampir
manusia dan setiap manusia kepada setiap hari kerja lebih dari 39 orang tenaga
pekerjaan atau jabatannya. kerja mengalami cacat tubuh (PPNI, 2010).
Frekuensi kecelakaan kerja di Direktur Operasi dan Pelayanan PT
perusahaan semakin meningkat, sementara Jamsostek (Persero), Djoko Sungkono
kesadaran pengusaha terhadap Kesehatan menyatakan bahwa berdasarkan data yang
dan Keselamatan Kerja (K3) masih rendah, ada pada PT Jamsostek selama Januari-
yang lebih memprihatinkan pengusaha dan September 2003 selama di Indonesia telah
pekerja sektor kecil menengah menilai K3 terjadi 81.169 kasus kecelakaan kerja,

500
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosisi Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721
sehingga rata-rata setiap hari terjadi lebih dari meneliti apa yang melatar belakangi sehingga
451 kasus kecelakaan kerja. Ia mengatakan cara kerja dan keterampilan perawat di ruang
dari 81.169 kasus kecelakaan kerja, 71 kasus rawat inap RSUD Labuang Baji cukup baik.
diantaranya cacat total tetap, sehingga rata- Berdasarkan uraian diatas maka penulis
rata dalam setiap tiga hari kerja tenaga kerja tertarik untuk melakukan penelitian dengan
mengalami cacat total dan tidak dapat bekerja judul Hubungan Perilaku dengan Resiko
kembali (PPNI, 2010). Kecelakaan Kerja pada Perawat di Ruang
Potensi bahaya di RS, selain penyakit- Rawat Inap RSUD Labuang Baji Makassar.
penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-
bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan BAHAN DAN METODE
kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan, Lokasi, populasi, dan sampel
kebakaran, kecelakaan yang berhubungan Pengumpulan data pada penelitian ini
dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber dilakukan diRSUD Labuang Baji Makassar.
cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap
yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan baji kamase I, baji kamase II, baji dakka I-II,
psikososial dan ergonomi.Semua potensi baji dakka III, dan baji ada . Penelitian
bahaya tersebut diatas, jelas mengancam jiwa dilakukan pada tanggal 17 juni sampai 17 juli
dan kehidupan bagi para karyawan di RS, 2013. Besar sampel dalam penelitian ini
para pasien maupun para pengunjung yang sebanyak 52 responden.
ada di lingkungan RS (Teguh, 2008). Pengumpulan data dilakukan secara
Tenaga medis rumah sakit mempunyai langsung terhadap responden, dan peneliti
resiko 2-3 kali lebih besar terkena infeksi melakukan pendekatan kepada responden
nosokomial. Kejadian infeksi nosokomial yang kemudian memberikan penjelasan sesuai
diakibatkan karena perilaku K3 petugas medis dengan etika penelitian.
yang belum maksimal di beberapa wilayah
Indonesia antara lain Jakarta 41,1% kasus, Pengumpulan data
Surabaya 73,3% dan Yogyakarta 5,9% kasus Data primer diambil dengan
dari total sampel yang diambil peneliti menggunakan lembar kuesioner terdiri dari 25
(Hasyim,2005). Apabila dihitung kerugian yang pertanyaan, masing-masing setiap variabel 5
dialami seluruh rumah sakit di Indonesia, pertanyaan yang dibagikan kepada perawat.
dengan kondisi sanitasi dan K3RS yang masih Sampel yang diambil terdiri dari perawat
bellum memadai, akan sangat besar. Untuk dengan jumlah responden 52 orang. Data
mengatasi hal tersebut perlu ditingkatkan yang dikumpul selanjutnya di editing
upaya K3RS salah satunya dengan (penyuntingan data atau memeriksa kembali
meningkatkan perilaku K3 pada semua setiap kuesioner tentang kelengkapan,
komponen yang ada di rumah sakit (Widajati, kesinambungan dari masing-masing
2010). kuesioner), koding (pengkodean), tabulasi.
Menurut Balai Kesehatan Kerja Hasil penelitian dianalisis secara univariat dan
Masyarakat Provinsi Sulawesi Selatan Tahun bivariat diolah dengan memakai program
2012 jumlah tenaga kerja di Sulawesi Selatan sistem SPSS 16,0 dikomputer serta dibahas
yang dilaporkan sampai triwulan III tenaga sesuai dengan variabel yang diteliti.
kerja formal sebanyak 351.554 dan tenaga
kerja informal 198.382 data dan tempat kerja HASIL PENELITIAN
formal sebanyak 2.493 dan informal 18.842 Tabel 1. Distribusi frekuensi responden
dan adapun yang menerapkan kesehatan berdasarkan Jenis kelamin di ruang rawat
kerja formal yaitu 947 dan informal yaitu 2.159 inap RSUD Labuang Baji
sedangkan sarana pelayanan kesehatan yang Jenis Kelamin n %
menerapkan kesehatan kerja yang dilaporkan Laki laki 9 17,3
yaitu sebanyak 4 Rumah Sakit dan 51 Perempuan 43 82,7
Puskesmas (Agusyanti, 2012).
Total 52 100
Berdasarkan informasi dari pegawai
seksi kepegawaian mengatakan bahwa ruang
Pada tabel 1 terlihat bahwa proporsi
rawat inap di RSUD Labuang Baji pada Tahun
responden berdasarkan jenis kelamin laki-laki
2012 berjumlah 20 ruang perawatan dengan
yaitu sebanyak 9 orang (17,3%) hal ini lebih
jumlah perawat 182 orang. Dan berdasarkan
rendah jika dibandingkan jumlah responden
hasil wawancara peneliti dengan salah satu
perempuan yaitu sebanyak 43 orang (82,7%)
pegawai seksi pelayanan dan asuhan
keperawatan di RSUD Labuang Baji
Tabel 2. Distribusi frekuensi responden
mengatakan bahwa cara kerja dan
berdasarkan umur responden diruang rawat
keterampilan perawat di ruang rawat inap
inap RSUD Labuang Baji
cukup baik sehingga jarang terjadi kecelakaan
kerja. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk

501
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosisi Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721
Umur n % Kondisi fisik n %
19 29 29 55,8 Baik 35 67,3
30 39 18 34,6 Kurang 17 32,7
40 49 5 9,6 Total 52 100
Total 52 100
Dari tabel 6 menunjukkan bahwa
Pada tabel 2 terlihat bahwa proporsi responden dengan kondisi fisik baik sebanyak
responden berdasarkan umur yang paling 35 orang (67,3%) sedangkan responden
banyak yaitu kategori umur 19-29 sebanyak dengan kondisi fisik kurang sebanyak 17
29 orang (55,8%), sedangkan umur 30-39 orang (32,7%).
hanya 18 orang (34,6%), dan umur 40-49
hanya 5 orang (9,6%). Tabel 7 Distribusi frekuensi responden
berdasarkanresiko kecelakaan kerja di Ruang
Tabel 3. Distribusi frekuensi responden Rawat Inap RSUD Labuang Baji
berdasarkan Pengetahuan di Ruang Rawat Resiko Kecelakaan
n %
Inap RSUD Labuang Baji Kerja
Pengetahuan n % Tidak 29 55,8
Pernah 23 44,2
Baik 32 61,5 Total 52 100
Kurang 20 38,5
Total 52 100 Dari tabel 7 menunjukkan bahwa
responden yang tidak pernah mengalami
Dari tabel 3 menunjukkan bahwa resiko kecelakaan kerja sebanyak 29 orang
responden dengan pengetahuan baik (55,8%) sedangkan responden yang pernah
sebanyak 32 orang (61,5%) sedangkan mengalami resiko kecelakaan kerja sebanyak
responden dengan pengetahuan kurang 23 orang (44,2%).
sebanyak 20 orang (38,5%).
Tabel 8. Hubungan Pengatahuan dengan
Tabel 4. Distribusi frekuensi responden Resiko Kecelakaan Kerja pada Perawat di
berdasarkan Keterampilan di Ruang Rawat Ruang Rawat Inap RSUD Labuang Baji.
Inap RSUD Labuang Baji
Keterampilan n % Resiko Kecelakaan
Pengeta- Kerja Total
Baik 30 57,7
huan Tidak Pernah
Kurang 22 42,3
Total 52 100 n % n % n %
Baik 12 23,1 20 38,5 32 61,5
Kurang 17 32,7 3 5,8 20 38,5
Dari tabel 4 menunjukkan bahwa
responden dengan keterampilan baik Total 29 55,8 23 44,2 52 100
sebanyak 30 orang (57,7%) sedangkan p=0,001
responden dengan keterampilan kurang
sebanyak 22 orang (42,3%). Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui
bahwa paling banyak responden yang
Tabel 5. Distribusi frekuensi responden berpengetahuan baik yaitu 32 responden
berdasarkan Sikap di Ruang Rawat Inap (61,5%) dimana 12 responden (23,1%) tidak
RSUD Labuang Baji mengalami resiko kecelakaan kerja,
Sikap n % sedangkan 20 responden (38,5%) yang
Positif 31 59,6 berpengetahuan kurang dimana 3 responden
Negatif 21 40,4 (5,8%) pernah mengalami resiko kecelakaan
Total 52 100 kerja.
Berdasarkan hasil analisis data dengan
Dari tabel 5 menunjukkan bahwa menggunakan uji statistik chi-square, maka
responden yang bersikap positif sebanyak 31 diperoleh nilai p = 0,001 (p<0,05), hal ini
orang (59,6%) sedangkan responden yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan
bersikap negatif 21 orang (40,4%). demikian dapat dikatakan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan dengan resiko
Tabel 6. Distribusi frekuensi responden kecelakaan kerja.
berdasarkan Kondisi Fisik di Ruang Rawat
Inap RSUD Labuang Baji

502
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721
Tabel 9 Hubungan Keterampilan dengan Tabel 11. Hubungan Kondisi fisik dengan
Resiko Kecelakaan Kerja pada Perawat di Resiko Kecelakaan Kerja pada Perawat di
Ruang Rawat Inap RSUD Labuang Baji Ruang Rawat Inap RSUD Labuang Baji
Resiko Kecelakaan
Resiko kecelakaan
Kondisi Kerja Total
Keteram kerja Total
-pilan Tidak Pernah fisik Tidak Pernah
n % n % n % n % n % n %
Baik 11 21,2 19 36,5 30 57,7 Baik 14 26,9 21 40,4 35 67,3
Kurang 18 34,6 4 7,7 22 42,3 Kurang 15 28,8 2 3,8 17 32,7
Total 29 55,8 23 44,2 52 100 Total 29 55,8 23 44,2 52 100
p =0,001 p =0,001

Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui Berdasarkan tabel 11 dapat diketahui


bahwa paling banyak responden dengan bahwa paling banyak responden dengan
keterampilan baik yaitu 30 responden (57,7%) kondisi fisik baik yaitu 35 responden (67,3%)
dimana 11 responden (36,5%) tidak dimana 14 responden (26,9%) tidak
mengalami resiko kecelakaan kerja, mengalami resiko kecelakaan kerja,
sedangkan 22 responden (42,3%) dengan sedangkan 17 responden (32,7%) dengan
keterampilan kurang dimana 4 responden kondisi fisik kurang dimana 2 responden
(7,7) pernah mengalami resiko kecelakaan (3,8%) pernah mengalami resiko kecelakaan
kerja. kerja.
Berdasarkan hasil analisis data dengan Berdasarkan hasil analisis data dengan
menggunakan uji statistik chi-square, maka menggunakan uji statistik chi-square, maka
diperoleh nilai p = 0,001 (p<0,05), hal ini diperoleh nilai p = 0,001 (p<0,05), hal ini
berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa ada demikian dapat dikatakan bahwa ada
hubungan antara keterampilan dengan resiko hubungan antara kondisi fisik dengan resiko
kecelakaan kerja pada perawat diruang rawat kecelakaan kerja pada perawat diruang rawat
inap RSUD Labuang Baji Makassar. inap RSUD Labuang Baji Makassar.

Tabel 10. Hubungan Sikap dengan Resik PEMBAHASAN


Kecelakaan Kerja pada Perawat di Ruang Berdasakan hasil penelitian yang
Rawat Inap RSUD Labuang Baji dilakukan, maka pembahasan dari tiap
Resiko Kecelakaan variabel yang diteliti dijelaskan sebagai
Kerja Total barikut:
Sikap
Tidak Pernah 1. Hubungan pengatahuan dengan resiko
n % n % n % kecelakaan kerja pada perawat.
Positif 12 23,1 19 36,5 31 59,6 Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui
Negatif 17 32,7 4 7,7 21 40,4 bahwa paling banyak responden yang
berpengetahuan baik yaitu 32 responden
Total 29 55,8 23 44,2 52 100
(61,5%) dimana 12 responden (23,1%)
p =0,002 tidak mengalami resiko kecelakaan kerja,
sedangkan 20 responden (38,5%) yang
Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui berpengetahuan kurang dimana 3
bahwa paling banyak responden yang responden (5,8%) pernah mengalami
bersikap positif yaitu 31 responden (59,6%) resiko kecelakaan kerja.
dimana 12 responden (23,1%) tidak Berdasarkan hasil analisis data
mengalami resiko kecelakaan kerja, dengan menggunakan uji statistik chi-
sedangkan 21 responden (40,4%) yang square, maka diperoleh nilai p = 0,001
bersikap negatif dimana 4 responden (7,7) (p<0,05), hal ini berarti Ha diterima dan Ho
pernah mengalami resiko kecelakaan kerja. ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan
Berdasarkan hasil analisis data dengan bahwa ada hubungan antara pengetahuan
menggunakan uji statistik chi-square, maka dengan resiko kecelakaan kerja.
diperoleh nilai p = 0,002 (p<0,05), hal ini Pengetahuan adalah merupakan
berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
demikian dapat dikatakan bahwa ada mengadakan pengindraan terhadap suatu
hubungan antara sikap dengan resiko objek tertentu. Pengindraan terhadap objek
kecelakaan kerja pada perawat diruang rawat terjadi melalui pancaindra manusia yakni
inap RSUD Labuang Baji Makassar. penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu
pengindraan sampai menghasilkan

503
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosisi Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui
oleh intensitas perhatian persepsi terhadap bahwa paling banyak responden dengan
obyeksebagian besar pengetahuan keterampilan baik yaitu 30 responden
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (57,7%) dimana 11 responden (36,5%)
(Notoatmodjo, 2003) (A.Wawan dan Dewi tidak mengalami resiko kecelakaan kerja,
M, 2011). sedangkan 22 responden (42,3%) dengan
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi keterampilan kurang dimana 4 responden
oleh faktor pendidikan formal. (7,7) pernah mengalami resiko kecelakaan
Pengetahuan sangat erat hubungannya kerja.
dengan pendidikan, dimana diharapkan Berdasarkan hasil analisis data
bahwa dengan pendidikan yang tinggi dengan menggunakan uji statistik chi-
maka orang tersebut akan semakin luas square, maka diperoleh nilai p = 0,001
pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu (p<0,05), hal ini berarti Ha diterima dan Ho
ditekankan, bukan berarti seseorang yang ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan
berpendidikan rendah mutlak bahwa ada hubungan antara keterampilan
berpengetahuan rendah pula. Hal ini dengan resiko kecelakaan kerja pada
mengingat bahwa peningkatan perawat diruang rawat inap RSUD
pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari Labuang Baji Makassar.
pendidikan non formal saja, akan tetapi Keterampilan juga penting, karena
dapat diperoleh melalui pendidikan non orang berilmu belum tentu memiliki
formal. Pengetahuan seseorang tentang keterampilan bekerja. Bahkan ada filusuf
suatu objek mangandung dua aspek yaitu yang pernah menyatakan jika anda
aspek positif dan aspek negatif. Kedua bertahan di dunia, maka keterampilanlah
aspek ini yang akan menentukan sikap yang akan membantu anda. Oleh
seseorang, semakin banyak aspek positif karenanya, seseorang mesti memiliki
dan objek yang diketahui, maka akan keterampilan. Seorang yang menjadi
menimbulkan sikap makin positif terhadap hakim, mesti mampu memiliki keterampilan
objek tertentu. Menurut Teori WHO (World komunikasi yang jujur. Seorang yang
Health Organization) yang dikutip oleh mempelajari otomotif, mesti memiliki
Notoatmodjo (2007), salah bentuk objek keterampilan dalam merangkai otomotif.
kesehatan dapat dijabarkan oleh Seorang yang mempelajari seni, mesti dia
pengetahuan yang diperoleh dari memiliki keterampilan seni. Seorang ibu
pengalaman sendiri (A.Wawan dan Dewi sukses karena memiliki keterampilan
M, 2011). menjahit atau membuat kue, dan banyak
Hasil penelitian ini sejalan dengan contoh lainnya. Oleh karenanya,
penelitian yang dilakukan oleh (Liza keterampilan adalah salah satu yang juga
salawati, 2009) yang menyatakan bahwa mesti dimiliki oleh siapapun yang
ada hubungan pengetahuan perawat mempelajari sesuatu bidang (Elfindri, dkk,
dengan terjadinya kecelakaan kerja di 2009).
Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Seorang perawat juga mesti memiliki
Aceh tahun 2009. Perawat yang tingkat keterampilan dalam menyuntik pasien,
pengetahuannya masih kurang mengalami merawat luka, dan sebagainya. Ketika tidak
kecelakaan kerja paling tinggi daripada terampil, maka akan memiliki resiko dalam
pekerja yang berpengetahuan baik oleh bekerja. Dengan arti kata keterampilan
karena perawat yang berpengetahuan kerja justru diperlukan oleh para
kurang pada umumnya tidak mengetahui penggunanya. Karena pengguna dapat
resiko kecelakaan kerja serta perundang- lebih mudah sepanjang belajar dari
undangan tentang keselamatan dan instruktur yang juga terampil dan
kesehatan kerja(www.repository.uad.ac.id). berpengalaman, disamping dibantu dengan
Menurut asumsi peneliti dari hasil peralatan yang lengkap (Elfindri, dkk,
penelitian yang telah dilakukan didapatkan 2009).
responden yang berpengetahuan baik lebih Untuk memperoleh keterampilan
banyak dibandingkan dengan reponden yang memadai, maka seseorang mesti
yang berpengetahuan kurang, perawat mengasah keterampilan kerja dari dosen,
yang tingkat pengetahuannya kurang akan instruktur atau tutornya. Sering
mengalami resiko kecelakaan kerja karena memanfaatkan labor dan perangkat
perawat yang berpengatahuan kurang tidak pembantu, agar kelak semakin lama dan
mengetahui resiko kecelakaan kerja serta terbiasa menjadi terampil (Elfindri, dkk,
perundang-undangan keselamatan dan 2009).
kesehatan kerja. Sebagian besar dari tenaga
2. Hubungan keterampilan dengan resiko kesehatan akan bekerja dengan
kecelakaan kerja pada perawat. pemerintah. Diantaranya adalah di rumah

504
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721
sakit. Oleh karenanya seorang tenaga pengaruhnya terhadap perubahan
perawat atau bidan mesti melihat bahwa (A.Wawan dan Dewi M, 2011).
dia berfungsi untuk mencapai tujuan Sikap adalah evaluasi umum yang
organisasi rumah sakit (Elfindri, dkk, 2009). dibuat manusia terhadap dirinya sendiri,
Yang sangat perlu anda jaga adalah orang lain, objek atau isue (Petty,cocopio,
bahwa anda akan melayani dokter, atasan, 1986 dalam Azwar S., 2000)(A.Wawan dan
dan pihak manajemen yang ada kaitannya Dewi M, 2011).
dengan tempat kerja. Oleh karena itu, anda Menurut asumsi peneliti dari hasil
mesti menjaga diri sebaik-baiknya. Yang penelitian yang telah dilakukan didapatkan
sering dikeluhkan konsumen, atau pasien responden yang bersikap setuju lebih
adalah tenaga kesehatan yang sering banyak dibandingkan dengan reponden
cemberut, tidak berpenampilan sebagai yang bersikap tidak setuju, perawat yang
pelayan. Untuk itu yang perlu anda jaga bersikap tidak setuju akan mengalami
adalah biasakan menerapkan 5S, senyum, resiko kecelakaan kerja karena perawat
salam menyapa pasien dengan ramah, yang bersikap tidak setuju tidak
sopan santun dan berikan attensi kepada mengetahui resiko kecelakaan kerja serta
pasien dan keluarganya (Elfindri, dkk, perundang-undangan keselamatan dan
2009). kesehatan kerja.
Menurut asumsi peneliti dari hasil 4. Hubungan kondisi fisik dengan resiko
penelitian yang telah dilakukan didapatkan kecelakaan kerja pada perawat
responden dengan keterampilan baik lebih Berdasarkan tabel 11 dapat
banyak dibandingkan dengan reponden diketahui bahwa paling banyak responden
dengan keterampilan kurang, perawat dengan kondisi fisik baik yaitu 35
dengan keterampilan kurang akan responden (67,3%) dimana 14 responden
mengalami resiko kecelakaan kerja karena (26,9%) tidak mengalami resiko
perawat dengan keterampilan kurang tidak kecelakaan kerja, sedangkan 17
mengetahui resiko kecelakaan kerja serta responden (32,7%) dengan kondisi fisik
perundang-undangan keselamatan dan kurang dimana 3 responden (3,8%) pernah
kesehatan kerja. mengalami resiko kecelakaan kerja.
3. Hubungan sikap dengan resiko kecelakaam Berdasarkan hasil analisis data
kerja pada perawat dengan menggunakan uji statistik chi-
Berdasarkan tabel 10 dapat square, maka diperoleh nilai p = 0,001
diketahui bahwa paling banyak responden (p<0,05), hal ini berarti Ha diterima dan Ho
yang bersikap setuju yaitu 31 responden ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan
(59,6%) dimana 12 responden (23,1%) bahwa ada hubungan antara kondisi fisik
tidak mengalami resiko kecelakaan kerja, dengan resiko kecelakaan kerja pada
sedangkan 21 responden (40,4%) yang perawat diruang rawat inap RSUD
bersikap tidak setuju dimana 4 responden Labuang Baji Makassar.
(7,7) pernah mengalami resiko kecelakaan Pekerjaan merupakan bagian yang
kerja. memegang peranan penting bagi
Berdasarkan hasil analisis data kehidupan manusia. Dalam kehidupan,
dengan menggunakan uji statistik chi- pekerjaan dapat memberikan kepuasan
square, maka diperoleh nilai p = 0,002 dan tantangan, sebaliknya dapat pula
(p<0,05), hal ini berarti Ha diterima dan Ho menjadi gangguan dan ancaman.
ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan Terjadinya gangguan kesehatan akibat
bahwa ada hubungan antara sikap dengan lingkungan kerja fisik yang buruk telah
resiko kecelakaan kerja pada perawat lama diketahui, juga telah pula dipahami
diruang rawat inap RSUD Labuang Baji bahwa desain dan organisasi kerja yang
Makassar. tidak memadai, seperti kecepatan dan
Sikap (attitude) merupakan konsep beban kerja yang berlebihan, merupakan
paling penting dalam psikologi sosial yang faktor-faktor yang lain yang dapat
membahas unsur sikap baik sebagai menimbulkan gangguan kesehatan akibat
individu maupun kelompok. Banyak kajian kerja(Ridwan Harrianto, 2010).
dilakukan untuk merumuskan pengertian Respon terhadap stres pada
sikap, proses terbentuknya sikap, maupun dasarnya sehat dan penting untuk
perubahan. Banyak pula penelitian telah menimbulkan daya motivasi dan adaptasi
dilakukan terhadap sikap kaitannya dengan seseorang. Bila beban mental terlalu berat
efek dan perannya dalam pembentukan atau tidak dapat menemukan solusi yang
karakter dan sistem hubungan antar memadai, individu tesebut akan
kelompok serta pilihan-pilihan yang telah menanggung banyak kesukaran(Ridwan
ditentukan berdasarkan lingkungan dan Harrianto, 2010).

505
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosisi Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721
Menurut asumsi peneliti dari hasil 4. Ada hubungan kondisi fisik dengan resiko
penelitian yang telah dilakukan didapatkan kecelakaan kerja pada perawat di ruang
responden dengan kondisi fisik baik lebih rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar.
banyak dibandingkan dengan reponden
dengan kondisi kurang, perawat dengan SARAN
kondisi fisik kurang akan mengalami resiko Berdasarkan hasil penelitian yang
kecelakaan kerja karena perawat dengan dilakukan maka dapat disampaikan saran-
kondisi fisik kurang tidak mengetahui resiko saran kepada pihak yang terkait, yiatu sebagai
kecelakaan kerja serta perundang- berikut :
undangan keselamatan dan kesehatan 1. Ilmiah
kerja. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat
menjadi sumbangan pikiran dalam
KESIMPULAN pembangunan ilmu pengetahuan bidang
Berdasarkan hasil penelitian dan keperawatan khususnya dalam upaya
pembahasan yang dilakukan pada penelitian meningkatkan keselamatan kerja perawat,
ini, yaitu untuk mengetahui apakah ada serta dapat digunakan sebagai bahan
hubungan perilaku dengan resiko kecelakaan perbandingan dalam penyusunan proposal
kerja pada perawat diruang rawat inap RSUD selanjutnya.
Labuang Baji Makassar. yang dilaksanakan 2. Institusi
pada bulan juni sampai juli 2013, dengan total Hasil penelitian ini diharapkan dapat
sampel 52 responden maka dapat ditarik memberikan informasi kepada institusi dan
kesimpulan sebagai berikut: dijadikan sebagai dokumentasi ilmiah untuk
1. Ada hubungan pengetahun dengan resiko merangsang minat peneliti selanjutnya.
kecelakaan kerja pada perawat di ruang 3. Bagi peneliti
rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar. Peneliti berharap agar penelitian ini dapat
2. Ada hubungan keterampilan dengan resiko menjadi pengalaman yang berharga bagi
kecelakaan kerja pada perawat di ruang penulis dalam mengembangkan
rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar. pengetahuan dan pemikiran.
3. Ada hubungan sikap dengan resiko
kecelakaan kerja pada perawat di ruang
rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar.

DAFTAR PUSTAKA

A.Wawan dan Dewi M. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Nuha Medika :
Yogyakarta.

Agusyanti. 2012. Kesehatan dan Keselamatan Kerja, (online), (dinkes-sulsel.go.id, sitasi tanggal 20 Desember
2012).

Elfindri, dkk. 2009. Soft Skills Bidan dan Perawat. Baduose Media : Jakarta.

Jhon Ridley. 2006. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Erlangga : Jakarta.

Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan
Instrumen Penelitian Keperawatan Edisi 2. Salemba Medika : Jakarta.

Rhyerhiathy. 2012. Manajemen Resiko Kecelakaan Kerja, (online), (http://rhyerhiathy.wordpress.com, sitasi


tanggal 20 Desember 2012).

Ridwan Harrianto. 2010. Buku Ajar Kesehatan Kerja. EGC :Jakarta.

Satrya. 2012. Pengertian Jamsostek dan Cara Daftar Jamsostek, (online), (http://www.sakdiah.com, sitasi
tanggal 01 September 2012).

Septian Dwi Cahyo. 2011. Perilaku Manusia, (online), (http://septiandwicahyo15.blogspot.com, sitasi tanggal 03
April 2011).

Teguh. 2008. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit, (online), (id.88db.com/id/Discission/Discission-
reply.page/kesehatan-pengobatan, sitasi tanggal 08 Agustus 2008).

Widajati. 2010. Perilaku K3 Perawat dan Kecelakaan Kerja Pada Petugas Kebersihan Rumah Sakit, (online),
(adln.fkm.unair.ac.id, sitasi tanggal 01 Desember 2012).

Willy F. Maramis. 2009. Ilmu Perilaku dalam Pelayanan Kesehatan. Airlangga University Press : Surabaya.

506
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721

Anda mungkin juga menyukai