Anda di halaman 1dari 4

Klasifikasi Diagnosis Dengue WHO 2009

Latar belakang dan rasional pembuatan klasifikasi WHO 2009 telah didukung dengan studi
multisenter dalam Dengue Control study (DENCO study) yang mencakup negara-negara endemis
dengue di Asia Tenggara dan Amerika Latin. Konsensus telah dilaksanakan pada tangal 29
September sampai 1 Oktober 2008. Berdasarkan laporan klinis DENCO study yang
mempergunakan pemeriksaan klinis dan uji laboratorium sederhana, klasifikasi infeksi dengue
terbagi menjadi dua kelompok menurut derajat penyakit, yaitu dengue dan severe dengue;
dengue dibagi lebih lanjut menjadi dengue dengan atau tanpa warning signs (dengue warning
signs).
1. Dengue warning signs
Dengue without warning signs disebut juga sebagai probable dengue, sesuai dengan
demam dengue dan demam berdarah dengue derajat I dan II pada klasifikasi WHO 1997.
Pada kelompok dengue without warning signs, perlu diketahui apakah pasien tinggal atau
baru kembali dari daerah endemic dengue. Diagnosis tersangka infeksi dengue
ditegakkan apabila terdapat demam ditambah minimal dua gejala berikut: mual disertai
muntah ruam (skin rash) nyeri pada tulang, sendi, atau retro-orbital uji torniket positif,
leukopenia, dan gejala lain yang termasuk dalam warning signs. Pada kelompok dengue
without warning signs tersebut perlu pemantauan yang cermat untuk mendeteksi keadaan
kritis.
a. Dengue with warning signs, secara klinis terdapat gejala nyeri perut, muntah terus-
menerus, perdarahan mukosa, letargi/gelisah, pembesaran hati 2cm, disertai kelainan
parameter laboratorium, yaitu peningkatan kadar hematokrit yang terjadi bersamaan
dengan penurunan jumlah trombosit dan leukopenia. Apabila dijumpai leukopenia, maka
diagnosis lebih mengarah kepada infeksi dengue. Pasien dengue tanpa warning signs
dapat dipantau harian dalam rawat jalan.Namun apabila warning signs ditemukan maka
pemberian cairan intravenaharus dilakukan untuk mencegah terjadi syok hipovolemik.
b. Warning signs berarti perjalanan penyakit yang sedang berlangsung mendukung ke arah
terjadinya penurunan volume intravaskular.Hal ini menjadi pegangan bagi klinisi di
tingkat kesehatan primer untuk mendeteksi pasien risiko tinggi dan merujuk mereka ke
tempat perawatan yang lebih lengkap fasilitasnya.Pasien dengan warning signs harus
diklasifikasi ulang apabila dijumpai salah satu tanda severe dengue. Di samping warning
signs, klinisi harus memperhatikan kondisi klinis yang menyertai infeksi dengue seperti
usia bayi, ibu hamil, hemoglobinopati, diabetes mellitus, dan penyakit penyerta lain yang
dapat menyebabkan gejala klinis dan tata laksana penyakit menjadi lebih kompleks.

2. Severe dengue
Infeksi dengue diklasifikasikan sebagai severe dengue apabila terdapat severe plasma
leakage (perembesan plasma hebat), severe bleeding (perdarahan hebat), atau severe
organ impairment (keterlibatan organ yang berat).
a. Severe plasma leakage akan menyebabkan syok hipovolemik dengan atau
tanpa perdarahan (pada klasifikasi WHO 1997 dimasukkan dalam sindrom
syok dengue) dan atau penimbunan cairan disertai distres respirasi.
b. Severe bleeding didefinisikan bila terjadi perdarahan disertai kondisi
hemodinamik yang tidak stabil sehingga memerlukan pemberian cairan
pengganti dan atau transfusi darah. Yang dimaksud dengan perdarahan
adalah semua jenis perdarahan, seperti hematemesis, melena, atau
perdarahan lain yang dapat mengancam kehidupan.
c. Severe organ involvement, termasuk gagal hati, inflamasi otot jantung
(miokarditis), keterlibatan neurologi (ensefalitis), dan lain sebagainya.
Pengelompokan severe dengue sangat diperlukan untuk kepentingan
praktis terutama dalam menentukan pasien mana yang memerlukan
pemantauan ketat dan mendapat pengobatan segera. Hal ini diperlukan
terutama dalam KLB (system triase sangat dianjurkan). Hal lain yang
sangat penting adalah mempertahankan sistem surveilans internasional
yang konsistenterutama untuk pemantauan apabila uji klinis vaksin dengue
di komunitas telah dilakukan.

Klasifikasi Diagnosis Dengue WHO 2011


Setelah klasifikasi diagnosis dengue WHO 2009 disebarluaskan, maka beberapa negara di
Asia Tenggara mengadakan evaluasi kemungkinan penggunaannya. Ternyata klasifikasi WHO
2009 belum dapat diterima seluruhnya untuk menggantikan klasifikasi 1997, terutama untuk
kasus anak.Terdapat perbedaan mendasar pada kedua klasifikasi tersebut, yaitu spektrum klinis
infeksi dengue tidak dibedakan antara kelompok spektrum dengan perembesan plasma (DBD,
DSS) dan tanpa perembesan plasma (DD). Kedua, batasan untuk dengue warning signs terlalu
luas sehingga akan menyebabkan ove-diagnosis. Namun, diakui bahwa perlu dibuat spektrum
klinis terpisah dari DBD, yaitu expanded dengue syndrome yang terdiri dari isolated
organopathy dan unusual manifestations. Berdasarkan hal tersebut, klasifikasi diagnosis dengue
WHO 2011 disusun hampir sama dengan klasifikasi diagnosis WHO 1997, namun kelompok
infeksi dengue simtomatik dibagi menjadi undifferentiated fever, DD, DBD, dan expanded
dengue syndrome terdiri dari isolated organopathy dan unusual manifestation. Klasifikasi yang
merupakan revisi edisi sebelumnya dimuat dalam buku WHO Comprehensive guidelines for
prevention and control of dengue and dengue haemorrhagic fever, revised and expanded edition
tahun 2011.

Expanded dengue syndrome


Kasus infeksi dengue dengan unusual manifestation tidak jarang terjadi pada kasus anak.
Unusual manifestation atau manifestasi yang tidak lazim pada umumnya berhubungan dengan
keterlibatan beberapa organ seperti hati, ginjal, jantung, dan gangguan neurologis pada pasien
infeksi dengue Kejadian unusual manifestation infeksi dengue tersebut dapat pula terjadi pada
kasus infeksi dengue tanpa disertai perembesan plasma
Klasifikasi diagnosis dengue menurut WHO 2011

pada umumnya unusual manifestation berhubungan dengan ko-infeksi, ko-morbiditas, atau


komplikasi syok yang berkepanjangan (prolonged shock) disertai kegagalan organ (organ
failure). Pada ensefalopati seringkali dijumpai gejala kejang, penurunan kesadaran, dan transient
paresis. Ensefalopati dengue dapat disebabkan oleh perdarahan atau oklusi (sumbatan) pembuluh
darah. Sayangnya otopsi di Indonesia tidak dapat dikerjakan sehingga penyebab yang sebenarnya
sulit dibuktikan. Selain itu, terdapat laporan bahwa virus dengue dapat melewati sawar darah-
otak dan menyebabkan ensefalitis. Infeksi dengue berat dapat disebabkan oleh kondisi ko-morbid
pada pasien seperti usia bayi, obesitas, lansia, ibu hamil,rulkus peptikum, menstruasi, penyakit
hemolitik, penyakit jantung bawaan, penyakit kronis seperti DM, hipertensi, asma, gagal ginjal
kronik, sirosis, pengobatan steroid, atau NSAID

Anda mungkin juga menyukai