Print Intraksi Obat +PPT +coper
Print Intraksi Obat +PPT +coper
PENDAHULUAN
Peristiwa yang terkait dengan cara minum obat adalah absorpsi yakni
penyerapan obat dari tempat pemberiannya menembus membran biologis,
masuk ke sirkulasi darah sistemik. Proses ini merupakan pintu pertama yang
harus dilewati obat agar obat memberikan efeknya ke tubuh. Cara
pemberian obat yang berbeda akan mempengaruhi cepat lambatnya obat
terabsorpsi, dengan kata lain juga akan mempengaruhi cepat lambatnya obat
berefek. Begitu pun makanan dan minuman, sangat mempengaruhi proses
absorpsi obat. Tergantung di mana obat diabsorpsi/tempat absorpsi obat,
maka dengan menganalisis makanan/minuman yang masuk bersama obat,
maka kita akan mudah memprediksi pengaruh keduanya kepada cepat
lambatnya atau malah tidak terabsorpsinya obat.
1
(biasa dilakukan oleh anak) juga dapat mempengaruhi aksi obat jika
makanan mengubah pH atau chelate obat. Obat-obatan oral dipengaruhi oleh
makanan di saluran pencernaan, pH lambung dan usus kecil, dan motilitas
(kontraksi atau gerakan) saluran pencernaan (Stanfield dan Hui, 2010).
1.2 Tujuan
1 Tujuan Umum :
Mengetahui pengaruh zat gizi pada metabolisme obat
2 Tujuan Khusus
Mengetahui zat gizi apa saja yang mempengaruhi metabolism obat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dilihat dari segi sifatnya, ilmu gizi dibedakan menjadi 2, yakni gizi
yang berkaitan dengan kesehatan perorangan yang disebut gizi kesehatan
perorangan dan gizi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat yang
disebut gizi kesehatan masyarakat (public health nutrition). Kedua sifat
keilmuan ini akhirnya masing-masing berkembang menjadi cabang ilmu
sendiri, yakni cabang ilmu gizi kesehatan perorangan atau disebut gizi klinik
(clinical nutrition) dan cabang ilmu gizi kesehatan masyarakat atau gizi
masyarakat (community nutrition).
3
tidak digunakan, untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan
fungsi normal dri organ-organ, serta menghasilkan energi.
4. Pangan adalah istilah umum untuk semua bahan yang dapat dijadikan
makanan.
5. Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau
unsur-unsur/ ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh,
yang berguna bila dimasukkan ke dalam tubuh.
6. Bahan makanan adalah makanan dalam keadaan mentah.
7. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi.
Kata gizi berasal dari bahasa Arab ghidza, yg berarti makanan. Ilmu
gizi bisa berkaitan dengan makanan dan tubuh manusia. Dalam bahasa
Inggris, food menyatakan makanan, pangan dan bahan makanan.
4
2.3 Pengaruh Makanan Dan Komponen Makanan Terhadap Absorpsi Obat
Dan Bioavaibilitas Obat
5
kontraksi yang mendorong partikel yang lebih besar dan bahan apapun
yang tersisa di perut ke dalam usus kecil. Jika ada partikel obat besar
tertinggal di perut, pengosongan ini dapat menyebabkan tiba-tiba
pembuangan dari sejumlah besar obat ke dalam usus kecil, dengan puncak
yang tajam sesuai pada konsentrasi obat dalam darah.
Secara umum, kita dapat membagi obat menjadi yang paling baik
diserap pada waktu perut kosong (misalnya, sebagian besar tapi tidak
semua antibiotik, preparat digitalis, captopril, dan sukralfat) ; yang diserap
paling baik dengan makanan (misalnya, beberapa obat hipertensi seperti
chlorothiazide dan spironolactone, dan obat-obatan untuk kelainan lipid
darah seperti lovastatin dan gemfibrozil), dan obat-obat yang penyerapan
bervariasi menurut jenis sediaan atau formulasi. Misalnya, obat-obatan
yang dilapisi enterik (sehingga mereka tidak hancur oleh asam lambung)
dapat lebih mudah diserap jika mereka diminum dengan makanan, karena
tinggal lama di perut dan dapat melemahkan lapisan sehingga lebih mudah
hancur dalam usus kecil.
6
kecil memiliki beberapa kapasitas untuk biotransformasi obat, tetapi organ
utama biotransformasi adalah hati. Karena darah dari usus kecil harus
melewati hati sebelum melanjutkan ke seluruh tubuh, beberapa obat yang
mudah diserap mungkin tidak bioavailable, karena mereka tidak aktif oleh
hati sebelum mereka bisa mendapatkan ke lokasi aksi.
Faktor-faktor diet yang mengaktifkan enzim hati yang baru mulai harus
dijelaskan. Ini termasuk kedua faktor nutrisi (protein, karbohidrat , dan
lemak) dan faktor non-nutrisi, senyawa dalam daging charbroiled, dalam
sayuran seperti kubis, lobak, dan brokoli , dan buah jeruk , terutama jeruk.
Perhatikan bahwa perubahan besar dalam makronutrien komposisi diet,
misalnya, adopsi diet rendah protein, juga dapat mempengaruhi Tahap II
biotransformasi, dan karena ekskresi obat.
7
BAB III
PEMBAHASAN
Dari semua pengaruh ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi interaksi obat
dan makanan antara lain :
1. Pengosongan lambung
Pada kasus tertentu misalnya setelah pemberian laksansia atau penggunaan
preparat retard, maka di usus besarpun dapat terjadi absorpsi obat yang cukup
besar. Karena besarnya peranan usus halus dalam hal ini, tentu saja cepatnya
makanan masuk ke dalam usus akan amat mempengaruhi kecepatan dan
jumlah obat yang diabsorpsi. Peranan jenis makanan juga berpengaruh besar
di sini. Jika makanan yang dimakan mengandung komposisi 40% karbohidrat,
40% lemak dan 20% protein maka walaupun pengosongan lambung akan
mulai terjadi setelah sekitar 10 menit. Proses pengosongan ini baru berakhir
setelah 3 sampai 4 jam. Dengan ini selama 1 sampai 1,5 jam volume lambung
tetap konstan karena adanya proses-proses sekresi.
Tidak saja komposisi makanan, suhu makanan yang dimakanpun berpengaruh
pada kecepatan pengosongan lambung ini.
8
Obat-obat seperti antikolinergika (missal atropin, propantelin), antidepresiva
trisiklik (misal amitriptilin, imipramin) dan opioida (misal petidin, morfin)
akan memperlambat pengosongan lambung. Sedangkan percepatan
pengosongan lambung diamati setelah minum cairan dalam jumlah besar, jika
tidur pada sisi kanan (berbaning pada sisi kiri akan mempunyai efek
sebaliknya,) atau pada penggunaan obat seperti metokiopramida atau
khinidin.
3.1 Absorbsi
Makanan yang mempengaruhi tingkat ionisasi dan solubilitas atau
reaksi pembentukan khelat, dapat mengubah absorbsi obat secara signifikan.
Misalnya pada reaksi pembentukan khelat pada :
3.2 Distribusi
9
Contoh interaksi makanan yang dapat menurunkan absorbsi obat ialah
makanan dengan rendah serat dapat menurunkan absorbsi digoxin. Sehingga
obat ini hendaknya dikonsumsi saat makan dengan makanan yang rendah
serat.
3.3 Metabolisme
Berikut beberapa komponen gizi yang mempengaruhi metabolime obat :
10
memperendah aktivitas bifenil-4-hidroksilase (Gibson, 1991). Sumber
karbohidrat: roti, biscuit, kurma, jelli, dan lain-lain (Harkness, 1989).
3.3.4 Vitamin
Vitamin merupakan bagian penting dari makanan dan
dibutuhkan untuk sintesis protein dan lemak, keduanya merupakan
komponen vital dari system enzim yang memetabolisasi obat. Oleh
karena itu tidak mengherankan bahwa perubahan dalam level vitamin,
terutama defisiensi, menyebabkan perubahan dalam kapasitas
memetabolisasi obat. Contohnya:
a. Vit A dan vit B dengan antacid, menyebabkan penyerapan vitamin
berkurang.
b. Vit C dengan besi, akibatnya penyerapan besi meningkat.
c. Vit D dengan fenitoin (dilantin), akibatnya efek vit D berkurang.
d. Vit E dengan besi, akibatnya aktivitas vit E menurun.(Harkness,
1989)
3.3.5 Mineral
Mineral merupakan unsur logam dan bukan logam dalam
makanan untuk menjaga kesehatan yang baik. Unsur unsure yang
telah terbukti mempengaruhi metabolisme obat ialah: besi, kalium,
kalsium, magnesium, zink, tembaga, selenium, dan iodium. Makanan
yang tidak mengandung magnesium juga secara nyata mengurangi
kandungan lisofosfatidilkolin, suatu efek yang juga berhubungan
dengan berkurangnya kapasitas memetabolisme hati. Besi yang
berlebih dalam makanan dapat juga menghambat metabolisme obat.
Kelebihan tembaga mempunyai efek yang sama seperti defisiensi
tembaga, yakni berkurangnya kemampuan untuk memetabolisme obat
dalam beberapa hal. Jadi ada level optimum dalam tembaga yang ada
pada makanan untuk memelihara metabolism obat dalam tubuh
(Gibson, 1991).
11
Diet mineral seperti zat besi, magnesium, kalsium, dan garam
aluminium menunjukkan bagaimana bahan kimia makanan atau zat
gizi dapat mempengaruhi penyerapan obat. Contohnya, mineral kimia
dapat bergabung dengan tetrasiklin (antibiotik yang umum digunakan)
untuk membentuk partikel padat kecil (endapan tidak larut). Konsumsi
simultan mineral ini dan tetrasiklin menyebabkan efek obat
kehilangan nilai terapeutik (penyembuhan), sehingga membutuhkan
dosis besar untuk mengimbangi kerugian (Stanfield dan Hui, 2010).
3.4 Ekskresi
Kecepatan pengosongan lambung secara signifikan mempengaruhi
komposisi makanan yang dicerna. Kecepatan pengosongan lambung ini dapat
mengubah ketersediaan hayati obat. Makanan yang mengandung serat dan
lemak tinggi diketahui secara normal menunda waktu pengosongan lambung.
Beberapa obat seperti nitrofurantoin dan hidralazin lebih baik diserap saat
pengosongan lambung tertunda karena tekanan pH rendah di lambung. Obat
lain seperti L-dopa, Penicillin G dan digoxin, mengalami degradasi dan
menjadi inaktif saat tertekan oleh pH rendah di lambung dalam waktu lama.
Obat dieliminasi dari tubuh tanpa diubah atau sebagai metabolit primer oleh
ginjal, paru-paru, atau saluran gastrointestinal melalui empedu. Ekskresi obat
juga dapat dipengaruhi oleh diet nutrien seperti protein dan serat, atau nutrien
yang mempengaruhi pH urin.
12
seperti obat-obatan untuk membuat mereka tidak aktif atau lebih aktif), dan
Tahap II, di mana senyawa dipersiapkan untuk ekskresi dalam urin dengan
melampirkan molekul yang membuat mereka larut dalam air. Usus kecil
memiliki beberapa kapasitas untuk biotransformasi obat, tetapi organ utama
biotransformasi adalah hati. Karena darah dari usus kecil harus melewati hati
sebelum melanjutkan ke seluruh tubuh, beberapa obat yang mudah diserap
mungkin tidak bioavailable, karena mereka tidak aktif oleh hati sebelum
mereka bisa mendapatkan ke lokasi aksi.
Faktor-faktor diet yang mengaktifkan enzim hati yang baru mulai harus
dijelaskan. Ini termasuk kedua faktor nutrisi (protein, karbohidrat , dan
lemak) dan faktor non-nutrisi, senyawa dalam daging charbroiled, dalam
sayuran seperti kubis, lobak, dan brokoli , dan buah jeruk , terutama jeruk.
Perhatikan bahwa perubahan besar dalam makronutrien komposisi diet,
misalnya, adopsi diet rendah protein, juga dapat mempengaruhi Tahap II
biotransformasi, dan karena ekskresi obat.
Adapun obat dapat tertahan didalam tubuh diakibatkan oleh zat gizi
tertentu yanbg defisi atau berlebih di dalam tubuh. Contohnya pada zat litium,
dimana kelebihan Na dapat menghambat pengeluaran litium.
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
interaksi obat. Protein (Daging dan Produk Susu) sebagai contoh, dalam
penggunaan Levadopa untuk mngendalikan tremor pada penderita Parkinson.
Akibatnya, kondisi yang diobati mungkin tidak terkendali dengan baik.
4.2 Saran
Hendaknya mahasiswa dapat mengetahui interaksi obat dan makanan,
sehingga pengetahuan ini dapat memahami pengaruh gizi pada metabolisme
obat.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://giziberkarya.blogspot.com/2014/08/tentang-interaksi-obat-dan-
makanan.html
15