Anda di halaman 1dari 5

ADHA MASHUR SAJIAH

14/370728/PTK/9674

A Look Toward the Future: Decision Support Systems Research is Alive


and Well

Bryan Hosack David Paradice


Illinois State University Florida State University
bhosack@ilstu.edu dparadice@cob.fsu.edu
Dianne Hall James F. Courtney
Auburn University Louisiana Tech University
halldia@auburn.edu courtney@LaTech.edu

Sebuah Pandangan Ke Masa Depan: Riset Sistem Pendukung Keputusan Hidup


dan Baik

Paper yang ditulis Bryan Hosack dkk. menelaah kepentingan historis pendukung keputusan
terhadap bidang sistem informasi dari sudut pandang empat peneliti yang telah bekerja sepanjang beberapa
dekade dalam riset sistem pendukung keputusan (SPK).

Pendahuluan
Selama empat dekade sebelumnya, SPK telah dikembangkan untuk membantu pembuatan keputusan yang
lebih baik untuk keputusan yang sulit dan kompleks, terstruktur, semi-terstruktur dan tidak terstruktur.
Topik riset SPK sudah berlangsung lama dan merupakan bidang yang sudah matang. Namun demikian SPK
menjadi area yang sulit untuk untuk diterbitkan. Pertanyaan tentang pentingnya SPK sudah disampaikan
oleh Arnott dan Pervan (2008). Bryan dkk. menyatakan riset SPK hidup dan baik dalam domain riset sistem
informasi. SPK mempunyai kepentingan historis dalam bidang riset Sistem Informasi (SI).

SPK telah menjadi sebuah paradigma dalam riset SI. Banyak isu yang dipelajari pada era awal SPK, seperti
struktur informasi (Gorry dan Scott-Morton, 1971) dan antar muka pengguna (Mason dan Mitroff, 1973)
masih diteliti hingga kini ketika kita mengembangkan SPK dengan data-driven forecasting, analisa real-
time, dan alat pengelolaan performa yang disediakan oleh business intelligence dan sistem analitik.

Saat ini riset SPK telah memperluas fokusnya untuk melayani semakin banyak disiplin rujukan. Sebagai
bukti paper yang ditulis oleh Shim dkk. (2002) dalam jurnal Decision Support Systems and Electronic
Commerce yang membicarakan perkembangan dan masa depan teknologi pendukung keputusan telah
dirujuk oleh beragam jenis jurnal termasuk Physics and Chemistry of the Earth, Enviromental Modeling
and Software IEEE Transactions on Engineering Management, Mathematical and Computer Modeling dan
banyak lainnya.

Konsep SPK terus mengalami peningkatan ketertarikan dengan semakin banyaknya paper dari berbagai
bidang yang mempelajarinya. Tetapi ada paper yang masih mempertanyakan kelanjutan relevansi dari
konsep SPK. Mengingat bahwa keluasan dan kedalaman pekerjaan SPK yang telah ada, tantangannya
adalah bagaimana memahami semua itu dengan menempatkannya dalam konteks yang bisa dipahami, dan
menerapkan hasil analisis terhadap isu yang sesuai di masa depan.

Untuk menjawabnya Hosack dkk. mendiskusikan konteks historis riset SPK, mengulas posisi SPK saat ini
dan mengidentifikasi trend yang muncul dari riset SPK baru serta mendiskusikan arah riset masa depan
untuk SPK dalam konteks apa yang bisa dipelajari dari masa lalu.

Sudut Pandang Historis Pada SPK


Herbert Simon dalam buku klasiknya Administrative Behavior (1974) menyatakan pembuatan keputusan
sangat penting dalam manajemen sehingga ia bahkan bisa menjadi sinonim dari pengelolaan.

Model pilihan desain cerdas Simon dalam proses pembuatan keputusan telah digunakan secara luas dalam
literatur-literatur SPK. Dia menciptakan isitilah rasionalitas terbatas dan kepuasan. Banyak riset SPK telah
didesain untuk menyelesaikan batasan manusia sebagai pemecah masalah.

Orang 1960an melihat tersebar luas penggunaan komputasi mainframe; aplikasi utamanya dalam bisnis
adalah untuk mengotomatisasi proses transaksi rutin. Ini adalah era yang ditandai oleh pembuatan
keputusan tersentralisasi dan batch processing. Model komputer sulit dikembangkan. Setiap perubahan
pada model komputer membutuhkan waktu yang lama. Tetapi ketika model proses rutin sudah
dimplementasikan, efisiensi yang besar bisa diperoleh, namun belum mampu memenuhi kebutuhan analisis
skenario pada waktu yang tepat dalam lingkungan bisnis dinamis.

Komputer mini muncul di awal pertengahan 1970. Bentuknya kecil, lebih murah dan tidak terlalu
membutuhkan pemeliharaan khusus. Dengan demikian, komputer bisa dibeli oleh orang-orang departemen
dalam organisasi, menghasilkan lingkungan komputasi terdistribusi dan akhirnya desentralisasi proses
pembuatan keputusan.

Ketika perusahaan mulai meningkatkan sumber daya komputasi terdistribusi, area baru riset pembuatan
keputusan dengan bantuan komputer mulai berkembang dalam akademik. Era ini memungkinkan
penerapan konsep non-programmed decisions berbeda dengan programmed problem. Hal ini membentuk
basis utama untuk paper Gorry dan Scott Morton dalam Sloan Management Review yang pertama kali
menggunakan istilan decision support system/DSS (sistem penunjang keputusan/SPK) dan membedakan
SPK dengan management information systems.

Di tahun 1970an, penekanan SPK muncul dari kebutuhan untuk dukungan pembuat keputusan yang lebih
baik karena keputusan semi-terstruktur dan terstruktur yang sulit dan rumit menjadi area utama riset dalam
bidang sistem informasi (SI). Pada umumnya, peneliti teknik, riset operasi dan ilmu komputer fokus pada
masalah teknis dan komputasional yang berhubungan dengan pembuatan model dan manipulasi data,
sedangkan peneliti SI dalam sekolah bisnis fokus pada model keputusan dan keberhasilan pembuat
keputusan.

Sprague dan Carlson (1982) memberikan definisi popular dari SK sebagai sistem berbasis komputer untuk
membantu pembuat keputusan menggunakan data dan model untuk menyelesaikan masalah tak terstruktur.
Kemampuan para peneliti dan pengembang membuat sistem yang interaktif (seperti disebutkan Spargue
dan Carlson) memungkinkan analis dan manajer sekarang mampu menjalankan model dan analisa what-
if serta data analisis secara real-time. Sehingga, konsep asli dalam riset SPK dan praktek berkaitan erat
dengan teknologi dalam bentuk interaktif dan komunikasi.

Sedangkan pada awal 1990an, data warehouse menjadi era baru riset dalam studi SPK. Berdasarkan Gray
dan Watson (1996), data warehouse adalah area lain dimana paradigma SPK bisa diterapkan dan
dikembangkan. Ledakan internet dan web di akhir 1990 mengembangkan lebih jauh kebutuhan pendukung
keputusan yang lebih hidup dan fleksibel. Sedang Arnott dan Pervan (2005, 2008) menjejak evolusi
personal SPK ke grup SPK, yang kemudian menjadi sistem berbasis negosiasi.

Sejarah singkat di atas menunjukkan bahwa riset SPK dan prakteknya telah berkembang bersama dengan
teknologi informasi. Teknologi yang ada memungkinkan menyelesaikan masalah yang SPK belum bisa
tangani dan memungkinkan penambahan fungsi-fungsi baru pada SPK itu sendiri.

Keadaan Terkini dan Arah Masa Depan Riset SPK

Saat ini banyak peneliti yang telah menerapkan SPK dalam berbagai bidang di luar disiplin berbasiskan
teknologi. SPK umumnya fokus pada keputusan dengan struktur yang buruk dan kecenderungannya masih
sama saat ini. Walaupun kita memiliki teknologi yang lebih baik dan cepat, jumlah data dan informasi yang
harus diproses telah meningkat pada tingkat yang setidaknya menjaga ketidakterstrukturan sistem.

Sejak era 1990an ada tiga area utama dalam DSS: knowledge management-based DSS (KMDSS), data
warehousing dan sistem pendukung negosiasi.
KMDSS adalah sistem yang membantu pembuatan keputusan melalui dan antara organisasi dengan
tambahan komponen fungsi manajemen pengetahuan. KMDSS memberi penekanan pada pendukung
pembuat keputusan terdistribusi, sistem juga menyertakan pendukung grup tetapi riset utamanya ada pada
fungsi pengetahuan.

Data warehouse merupakan dasar dari beberapa item riset dalam SPK. Banyak database atau knowledge
base yang dipakai dalam riset KMDSS berkisar pada penyimpanan data yang besar seperti data warehouse.
Karena riset data warehouse agak lebih lama, saat ini banyak riset berbasiskan ke arah penerapan praktis.

Sistem pendukung negosiasi (negotiation support system/NSS) adalah sistem grup dimana fokus utama
adalah membantu negosiasi. NSS yang dibangun pada riset sistem pakar mempunyai sejarah yang panjang.
Riset saat ini berorientasi utamanya ke arah meningkatkan proses aplikasi atau mengembangkan
penggunaannya dalam konteks baru.

Kembali Ke Masa Depan

Melihat ke depan tanpa mempertimbangkan masa sebelumnya menyebabkan kita melewatkan poin penting
dan menarik. Banyak isu utama di awal riset SPK masih penting sampai saat ini.

Selama beberapa tahun terakhir, riset telah berkembang ataupun surut antara aspek perilaku pendukung
keputusan dan sisi teknis. Hal ini mengakibatkan inkonsistensi dalam penggunaan istilah business
intelligence, decision support system dan business analytics.

Agar riset dapat terus menghasilkan ide berarti untuk organisasi, riset di masa depan harus berjuang untuk
mengintegrasikan evolusi teknologi ke dalam konsep pendukung keputusan organisasi sambil memahami
teknologi, proses pembuat keputusan dan pendukung organisasi adalah fokus riset yang berbeda.

Trend Masa Depan

Taylor, Dillon dan Van Wingen (2010) mengusulkan bahwa riset SI sejak tahun 1985 sampai 2005
menunjukkan evolusi yang menuju enam arah: riset sistem antar bisnis, strategi IS, aplikasi internet, riset
tematik SI, riset metode kualitatif dan paling penting kerja grup dan riset pendukung keputusan.
Kelangsungan riset dalam 30 tahun yang telah diulas menunjukkan bahwa SPK merupakan spesialisasi sub
bidang dari disiplin SI.

Hosack dkk. menyebut bahwa ada empat area yang akan menjadi ataupun mempengaruhi riset SPK di masa
depan, yaitu:
a. KMDSS dan data warehouse, dua area ini akan bergabung dan fokusnya akan menggunakan cara
yang lebih baik untuk memungkinkan anggota organisasi untuk berinteraksi dengan informasi yang
tersedia.
b. Pendukung keputusan media sosial, trend masa depan yang ke dua adalah media sosial sebagai
metode pendukung keputusan. Media sosial menjadi area yang unik dan canggih, kemungkinan
besar mendominasi di tahun-tahun ke depan.
c. Komputasi mobile, area ini lebih bersifat teknis dan memanfaatkan semua bentuk riset SPK
sebelumnya. Komputasi mobile adalah fasilitator yang memungkinkan pengguna berinteraksi
dengan sistem dimanapun ia berada. Seperti media sosial, komputasi mobile akan muncul dimana-
mana sebagai teknologi dan sering dibenamkan dalam lingkungan pengguna.
d. Sistem pendukung negosiasi (SPN), Holsapple menyatakan SPN apapun fitur tambahannya,
didesain dengan tujuan utama fasilitas negosiasi. SPN tidak hanya menyediakan dan mengurutkan
informasi atau membantu komunikasi dan koordinasi, negosiasi adalah konteks rumit dengan
banyak isu.

Kesimpulan

Walaupun penilaian Arnott dan Pervan bahwa telah ada penurunan jumlah publikasi dalam bidang SPK,
Hosack dkk. menyatakan SPK tetap menjaga semangatnya yang sudah dibuktikan dengan jumlah sitasi riset
SPK yang masih tetap berkembang dan pertumbuhan jumlah penggunaan SPK dalam industri. Juga dapat
dikatakan penurunan dalam riset publikasi SPK diakibatkan bidang SPK yang mulai bercabang-cabang ke
bidang lain dari tahun ke tahun.

Riset SPK harus tetap berkembang dan tidak diragukan lagi masih layak di tahun-tahun mendatang. Kita
harus tetap mempertimbangkan masa lalu dan kepentingan riset masa lalu yang dapat menginformasikan
inovasi SPK masa depan.

Anda mungkin juga menyukai