Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Check Dam atau Dam Penahan adalah suatu bangunan yang dibangun di
mengendalikan sedimen agar jumlah sedimen yang mengalir menjadi lebih kecil.
Dalam pemilihan lokasi check dam harus pada lokasi yang paling
dampak bangunan, dan sebagainya. Pemilihan lokasi check dam dipilih atas
`Check dam sebaiknya ditempatkan di daerah yang relatif datar dan luas
agar volume tampungan menjadi lebih besar, dan gaya yang bekerja relatif lebih
Pola aliran sungai, kecepatan alirannya disaat debit banjir, sedang, dan
kecil.
Kedalaman dan lebar muka air disaat debit banjir, sedang, dan kecil.
Check dam sebaiknya ditempatkan pada tanah yang pondasinya cukup baik,
agar bangunan menjadi kokoh dan stabil. Secara teknis check dam bisa saja
dibangun pada tanah yang pondasinya kurang baik, namun hal ini dapat
4. Biaya Pelaksanaan
5. Faktor-faktor lainnya
Pada dasarnya perlakukan terhadap suatu sungai secara langsung juga akan
daerah studi daerah pengairan sungai Batang Suliti berhulu sungai di jajaran
teruskan ke Batang Hari Pantai Timur Sumatera, kecamatan Koto Parik Gadang
Diateh, Kabupaten Solok. Di hulu batang suliti atau di sekitar bendung yang
bangunan air yang disebabkan oleh salah posisi bangunan tsb atau pengrusakan
khusus Bendung Batang Suliti sering terjadi kekurangan pasokan air sawah
yang disebabkan banyak endapan sedimen disaluran kiri atau kanan. Oleh karena
itu diperlukan sebuah infrastruktur sungai berbentuk check dam yang berfungsi
data curah hujan maksimum dari setiap hujan harian. Ada tiga metode yang dapat
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa semua penakar hujan mempunyai
pengaruh yang sama. Metoda ini cocok untuk kawasan dengan topografi rata dan
P1 + P2 + P3 +Pn ni=1 Pi
=
P =
n n (2.1)
n = jumlah stasiun
Metoda ini memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos penakar hujan
Metoda ini cocok untuk daerah datar dengan luas 500 5.000 km2.
P1 A1 + P2 A2 + P3 A3 +Pn An ni=1 Pi Ai
P= = n (2.2)
A1 + A2 + A3 An i=1 Ai
= curah hujan rata-rata
Dengan :P
menghubungkan titik yang mempunyai kedalaman air yang sama. Metode ini
cocok untuk daerah berbukit dan tidak teratur dengan luas lebih dari 5.000 km2.
P1 + P2 P + P3 P + Pn
A1 + A2 2 + An1 n1
=
P 2 2 2 (2.3)
A1 + A2 + An1
suatu kemungkinan periode ulang tertentu. Analisa curah hujan rencana bertujuan
untuk menentukan periode ulang pada peristiwa hidrologis masa yang akan
datang. Analisa hujan rencana dapat diperhitungkan untuk periode ulang 2 tahun,
5 tahun, 10 tahun, 20 tahun. 50 tahun dan 100 tahun. Metoda yang digunakan
Distribusi normal atau kurva normal disebut juga distribusi Gauss. Rumus
S = Standar Deviasi
2
n Xi X (2.6)
S = i=1
n1
Dimana :
X = Curah hujan maksimum harian rata-rata
10 2.000 0.500 0
Prosedur perhitungan :
Metode distribusi Gumbel Type I ini disebut juga dengan metode distribusi
Dimana :
K adalah faktor frekuensi yang merupakan fungsi dari periode ulang T-tahun.
Yt Yn (2.8)
Dapat dihitung dengan : K=
Sn
Yn = Reduced Mean
n
2 (2.9)
Xi X
S = i=1
n1
Dimana :
Prosedur perhitungan :
4. Hitung nilai K
2 0.36651
5 1.9940
10 2.25037
20 2.97019
50 3.90194
100 4.60015
200 5.29561
500 6.21361
1.000 6.90726
2.000 7.60065
5.000 8.51709
10.000 9.21029
20.000 9.90346
50.000 10.81977
100.000 11.51292
n Yn Sn n Yn Sn N Yn Sn
Bentuk kumulatif dari distribusi log-Pearson tipe III dengan nilai variatnya X
)2
ni=1(LogX i LogX (2.13)
S logX =
n1
3
n ni=1LogX i LogX 2.14)
Cs =
(n 1)(n 2)(S logX)3
= Rata-rata Xi
N = Banyaknya data
S logX= Standar Deviasi dari log Xi
Prosedur perhitungan :
peluang atau periode tertentu sesuai dengan nilai Cs nya. Apabila nilai Cs
= 0, maka nilai distribusi log Pearson III identik dengan log normal,
-
0.420 1.180 2.278 3.152 4.051 4.970
3.0 0.396
-
2.9 0.440 1.195 2.277 3.134 4.013 4.909
0.390
-
2.8 0.460 1.210 2.275 3.114 3.973 4.847
0.384
-
2.7 0.479 1.224 2.272 3.093 3.932 4.783
0.376
-
2.6 0.499 1.238 2.267 3.071 3.889 4.718
0.368
-
2.5 0.518 1.250 2.262 3.048 3.845 4.652
0.360
-
2.4 0.537 1.262 2.256 3.023 3.800 4.584
0.351
-
2.3 0.555 1.274 2.248 2.997 3.573 4.515
0.341
-
2.0 0.609 1.302 2.219 2.912 3.605 4.298
0.307
-
1.9 0.627 1.310 2.207 2.881 3.553 4.223
0.294
-
1.8 0.643 1.318 2.193 2.848 3.499 4.147
0.282
-
1.7 0.660 1.324 2.179 2.815 3.444 4.069
0.268
-
1.6 0.675 1.329 2.163 2.780 3.388 3.990
0.254
-
1.5 0.690 1.333 2.146 2.743 3.330 3.910
0.240
-
1.4 0.705 1.337 2.128 2.706 3.271 3.828
0.225
-
1.3 0.719 1.339 2.108 2.666 3.211 3.745
0.210
-
1.2 0.732 1.340 2.087 2.626 3.149 3.661
0.195
-
1.1 0.745 1.341 2.066 2.585 3.087 3.575
0.180
-
1.0 0.758 1.340 2.043 2.542 3.022 3.489
0.164
-
0.9 0.769 1.339 2.018 2.498 2.957 3.401
0.148
-
0.8 0.780 1.336 1.993 2.453 2.891 3.312
0.132
-
0.7 0.790 1.333 1.967 2.407 2.824 3.223
0.116
-
0.6 0.800 1.328 1.939 2.359 2.755 3.132
0.099
0.5 0.083 0.808 1.323 1.910 2.311 2.686 3.041
-
0.4 0.816 1.317 1.880 2.261 2.815 2.949
0.660
-
0.3 0.824 1.309 1.849 2.211 2.544 2.856
0.050
-
0.2 0.830 1.301 1.818 2.159 2.472 2.763
0.033
-
0.1 0.836 1.292 1.785 2.107 2.400 2.670
0.017
yang dipilih sesuai dengan data yang ada, yaitu uji Chi-Kuadrat dan Smirnov
hubungan antara kedalaman hujan atau debit dan nilai probalitas diatas kertas
A. Uji Chi-Kuadrat
Dimana :
X2 = Nilai Chi-Kuadrat terhitung
Ef = Frekuensi (banyak pengamatan) yang diharapkan sesuai dengan
pembagian kelasnya
Dimana :
DK = Derajat kebebasan
K = Banyaknya kelas
= Banyaknya keterikatan (banyaknya parameter), untuk uji Chi-
Kudrat adalah 2.
2.3.3.2 Uji Smirnov Kolmogorov
maks dengan kemungkinan didapat nilai lebih kecil dari nilai kritik, (tabel
Analisa debit banjir yang dilakukan dengan periode ulang 2,5,10,20,50, dan
100 tahun. Proses perhitungan debit banjir dimulai dengan pengumpulan data
hujan dan topografi. Setelah data curah hujan rata-rata dan curah hujan rencana
didapat maka perhitungan debit banjir rencana dapat dilakukan dengan beberapa
adalah : Q T = f q (2.17)
= Koefisien aliran
= Koefisien reduksi
Hujan maksimum
Rt (2.21)
q=
3.6t
Rt = Rt . Sx . U (2.22)
Kondisi batas :
t . R 24 (2.23)
Rt =
Untuk t < 2 jam t + 1 {0.0008(200 R 24 )(2 + t 2 )}
Untuk t = 2 - 19 jam
t . R 24 (2.24)
Rt =
t+1
Untuk t = 19 jam - 30 hari
(2.25)
Rt = 0.707 R 24 (t + 1)0.5
Dimana :
Prosedur perhitungan :
pada tahun 1914 dan berlaku untuk DAS dengan luas sampai 1000 km2. Rumus-
= Koefisien reuksi
Langkah perhitungan
2.1 nilai I ,
10 24
I=
36
Qmax = x I x A
2.3.4.3 Metode Rasional
yang ditimbulkan oleh hujan daerah tangkapan DAS kecil. Pemakaian metode
adalah intensitas hujan, durasi hujan, frekuensi hujan, luas DAS, absraksi
Q = 0.278 C . I . A
Dimana :
Langkah perhitungan :
2.4 Erosi
tanah dari induknya di suatu tempat dan terangkutnya material tersebut oleh
gerakan air dan angin kemudian diikuti dengan preoses pengendapan pada tempat
yang lain (Suripin, 2001). Erosi tanah terjadi melalui tiga tahapan, yaitu tahap
pelepasan partikel tunggal dari massa tanah dan tahap pengankutan oleh media
yang erosif seperti pada aliran air dan angin. Pada kondisi dimana energi yang
tersedia tidak lagi cukup untuk mengangkut partikel, maka akan terjadi tahap ke
Pada dasarnya erosi adalah akibat dari interaksi kerja antara faktor iklim,
ini, tapi fenomena alam merupakan rahasia alam yang sangat sulit untuk
diprediksi dengan tepat. Menurut Wischemeier dan Smith dalam Asdak (2007)
menyebutkan bahwa ada empat faktor utama yang dianggapterlibat dalam proses
erosi, yaitu; sifat tanah, topografi, dan vegetasi penutup tanah. Keempat faktor
tersebut kemudian dijadikan dasar untuk menentukan laju erosi tanah melalui
sebuah persamaan umum yang dikenal sebagai USLE (Universal Soil Loss
Equation).
Untuk menghitung prediksi erosi yang terjadi pada suatu DAS dapat
adalah suatu pendugaan besarnya erosi yang dipengaruhi oleh faktor iklim, tanah,
suatu model erosi yang dirancang untuk memprediksi ratarata erosi jangka
bekerja sama dengan Universitas Purdue oleh Wischemeier dan Smith, 1965.
Berdasarkan analisis statistic terhadap lebih dari 10.000 tahun data erosi dan
variabel utama yang nilainya untuk setiap tempat dapat dinyatakan dengan
Dimana:
timbulnya erosi yang bersumber dari laju dan distribusi tetesan air hujan.
Erosivitas hujan tahunan yang dapat dihitung dari data curah hujan yang diperoleh
dari pengukuran hujan. Erosivitas hujan merupakan fungsi dari energi kinetik total
juga bahwa curah hujan bulanan rata-rata yang digunakan adalah data jangka
panjang minimal 5 tahun dan akan lebih baik jika 20 tahun atau lebih. Faktor
Rm = 2.21 (Rain)1,36
Untuk memperoleh nilai R dapat dihitung dengan mempergunakan persamaan
sebagai berikut:
R = 2.21
Dimana:
Faktor erodibilitas tanah, atau faktor kepekaan erosi tanah (K) merupakan
tergantung pada sifat-sifat tanah, seperti tekstur, stabilitas agregat, kekuatan geser,
erodibilitas tanah adalah jumlah tanah yang hilang rata-rata setiap tahun per
satuan indeks daya erosi. Faktor erodibilitas tanah adalah indeks kuantitatif
kerentanan tanah terhadap erosi air. Indeks erodibilitas tanah ini ditentukan untuk
tiap satuan lahan. Indeks ini memerlukan data ukuran partikel tanah, % bahan
organik, struktur tanah dan permeabilitas tanah. Data tersebut didapat dari hasil
analisis laboratorium contoh tanah yang diambil di lapangan atau dari data dalam
laporan survei tanah yang dilampirkan pada peta tanah. Ketersediaan peta satuan
tanah pada penelitian ini sangat membantu dalam efisiensi waktu dan biaya dalam
menentukan faktor K. Apabila tidak tersedianya peta satuan tanah maka faktor K
pada nomograf untuk menghitung nilai erodibilitas tanah (k) dalam satuan metrik
pada gambar 2.1. Atau nilai K secara pendekatan dapat dihitung dengan
Dimana:
Pasir 3035
Geluh 1390
Liat 8245
Tabel 2.3 digunakan untuk menentukan nilai m (persentase ukuran partikel) dalam
menghitung nilai k pada persamaan 2.4. Nilai erodibilitas tanah dapat ditentukan
berdasarkan identifikasi jenis tanah dalam satuan pemetaan tanah. Tabel 2.4
Faktor LS, merupakan kombinasi antara faktor panjang lereng (L) dan kemiringan
lereng (S) yang mana merupakan nisbah besarnya erosi dari suatu lereng dengan
panjang dan kemiringan tertentu terhadap besarnya erosi dari plot lahan. Nilai LS
Dimana:
Faktor menggambarkan nisbah antara besarnya erosi dari lahan yang bertanaman
tertentu dan dengan manajemen tertentu terhadap besarnya erosi yang tidak
ditanami dan diolah bersih. Factor ini mengukur kombinasi pengaruh tanaman dan
berhubungan dengan tanah hilang tahunan pada areal yang bervegetasi dengan
areal yang sama jika areal tersebut kosong dan ditanami secara teratur. Nilai
faktor C berkisar antara 0.001 pada hutan tak terganggu hingga 1.0 pada tanah
kosong.
Nilai P berkisar dari 0 untuk tanah praktek pengendalian erosi sempurna, sampai
vegetasi (C) dan Indeks pengolahan lahan atau tindakan konservasi tanah (P)
dapat digabung menjadi faktor CP. Tabel 2.5 menjelaskan nilai CP untuk berbagai
3 Rawa 0.01
4 Semak/belukar 0.3
5 Sawah 0.01
12 Pemukiman 0.95
13 Perkebunan 0.5
14 Tambak 0.001
Hasil perhitungan faktor erosi metode USLE akan diperoleh suatu prediksi
berdasarkan jumlah tanah yang hilang akibat erosi tersebut. Nilai faktor P dalam
2 Terras bangku:
3 Strip tanaman:
crotalaria 0.64
penanaman menurut
garis kontur:
kemiringan 0 8% 0.5
2.5 Sedimentasi
Sedimen adalah hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi parit,
atau jenis erosi tanah lainnya yang mengendap di bagian bawah kaki bukit, di
daerah genangan banjir, saluran air, sungai, dan waduk (Hidrologi dan
proses mengendapnya material fragmental oleh air sebagai akibat dari adanya
Proses tersebut berjalan sangat kompleks, dimulai dari jatuhnya hujan yang
menghasilkan energi kinetik yang merupakan permulaan dari proses erosi. Begitu
tanah menjadi partikel tanah menjadi partikel halus lalu menggelinding bersama
aliran permukaan, sebagian akan tertinggal diatas tanah dan sebagian yang lain
akan masuk kedalam sungai dan akan terbawa aliran menjadi angkutan sedimen
(Loebis, 1993).
terjadi karena kecepatan aliran air yang mengangkut bahan sedimen mencapai
lahan-lahan pertanian maupun di sepanjang dasar sungai, dasar waduk, muara, dan
dampak, yaitu :
b. Di saluran Jika saluran irigasi dialiri air yang penuh sedimen, maka akan
melalui bendung atau pintu air, dan akan terjadi bahaya penggerusan terhadap
bagian hilir bangunan jika beban sedimen di sungai berkurang karena telah
Timbulnya bahan sedimen adalah sebagai akibat dari erosi tanah yang terjadi.
Proses erosi dan sedimentasi di Indonesia yang lebih berperan adalah faktor air,
a. Wash Load Movement Butir-butir tanah yang sangat halus berupa lumpur yang
bagian pengaliran. Bahan wash load berasal dari pelapukan lapisan permukaan
tanah yang menjadi lepas berupa debu-debu halus selama musim kering. Debu
halus ini selanjutnya dibawa masuk ke saluran atau sungai baik oleh angin
maupun oleh air hujan yang turun pertama pada musim hujan, sehingga jumlah
sedimen pada awal musim hujan lebih banyak dibandingkan dengan keadaan yang
lain.
air. Gerakan butir-butir tanah ini terus menerus dikompresir oleh gerak turbulensi
suspended load terjadi dari pasir halus yang bergerak akibat pengaruh turbulensi
aliran, debit, dan kecepatan aliran. Semakin besar debit, maka semakin besar pula
aliran air antara pergerakan suspended load dan bed load. Butir-butir tanah
d. Bed Load Movement Merupakan angkutan butir-butir tanah berupa pasir kasar
menggeser (pushing and sliding) terus menerus pada dasar aliran yang
pergerakannya dipengaruhi oleh adanya gaya seret (drag force) aliran yang
aliran listrik, yang dapat dimanfaatkan untuk prediksi materi bed load secara
keseluruhan dengan konsentrasi diangkut dalam flumes, sampel sedimen bed load
pasir diambil dari sungai. Yang mendasarkan rumusnya pada konsep bahwa
jumlah angkutan sedimen berbanding lurus dengan jumlah energi aliran. Energi
per satuan berat air dapat dinyatakan dengan hasil kali kemiringan dasar dan
kecepatan aliran. Energi per satuan besar air tersebut oleh Yang disebutsebagai
unit stream power dan dianggap sebagai parameter penting dalam menentukan
- Geometri saluran
Analisa perhitungan:
50 50
Log Ct = 5,435 0,286 log - 0,457 log + ( 1,799 0,409 log
0,314 log ) log ( )
Gw = * B * D * V
Qs = Ct*Gw
Dimana :
Ss = kemiringan saluran
dengan semua kondisi. Shen and Hung mencoba untuk menemukan variabel yang
Gw = * B * D * V
Qs = Ct*G
Qs = Gw * Ct
Ss = kemiringan sungai
W = lebar saluran (m)
kapasitas tampungan check dam, oleh karena itu setelah didapatkan besarnya
Dead Storage
lo
Ip=1/2.lo
H
Detain Volume
L1
L2
Keterangan :
(2.34)
H. L. B
Ds =
2
(2.35a)
H
L1 =
Io Ip
H (2.35b)
L2 =
Io Ic
Dengan :
diperkirakan jumlah check dam yang akan dibuat berdasarkan volume sedimen
B. Penentuan titik dasar (basic point) yaitu suatu titik batas untuk
C. Jembatan pelintasan
2.6.4 Pelimpah
Dimana
(2.38b)
H3
C = 0,602 + 0,083
H
Dengan :
Mercu adalah puncak dari main dam ataupun sub dam dan lebar
persamaan anonymous:
(1 + 3) + . (4n + ) (3n + + n2 ) = 0
Dengan :
b1 Lebar Mercu
= =
H Tinggi dari Fondasi
1 n
1
Tanah Asli
b2
Gambar 2.5. Penampang Main Dam (Tubuh Dam)
volume control)
Sub dam dibuat dengan maksud yang sama dengan kolam olakan,
(scouring local). Bentuk mercu dan kemiringan sub dam sama dengan
bentuk main dam, dalam hal ini dalamnya air diatas mercu pelimpah sub
dam didapat dengan anggapan bahwa penampang pelimpah dan sub dam
mencegah fondasi dasar sungai dibagian hilir tergerus akibat terjunan air
H2 = ( ~ ) x H1 (2.41)
3. Panjang Terjunan
1
1
2H1 +2H3 2
Lw = V0 (2.42a)
g
q0
V0 = (2.42b)
H3
Qd
q0 = (2.42c)
B1
Dengan :
Lw = Panjang Terjunan
X = L b2 + Lw (2.43a)
X = x hj (2.43b)
h1
hj = 1 + 8. F1 2 1
2 (2.43c)
Dengan :
hj = Tinggi loncatan air dari permukaan lantai s/d diatas mercu Sub
Dam
Akibat air limpasan dari kolam olakan maka akan terjadi gerusan terhadap
tanah asli di hilir sub dam, sehingga tinggi air di atas sub dam sangat
Yc
m
H2 1
b4
n
t
1
hc
b4
sebagai berikut :
3 q1 2
Yc = (2.48a)
g
Qd
q1 = (2.48b)
B
Dengan :
B = Lebar Sungai
g = Percepatan Gravitasi
H = Yc + h
limpasan air dari mercu sub dam. Namun apabila air limpasan dari sub dam terlalu
besar, maka gerusan yang terus menerus akan mengikis tanah dasar hilir sub dam,
sehingga diharuskan untuk menambah lantai pada bagian hilir sub dam sepanjang
dikarenakan main dam yang berat akan mengalami patahan pada sektor B
pada saat menerima gaya dari hulu, baik itu gaya geser maupun guling dan
berat sendiri struktur tergantung dari jenis bahan yang akan digunakan,
A B C
D E
0,8
h1
1 1
Gambar 2.8. Sketsa Penampang Main Dam
Berat Struktur :
(2.50)
W = V x p
Dengan :
Volume tinjauan untuk setiap 1 m lebar, maka volume sama dengan luas
potongan dikalikan 1 m lebar. Berat isi pasangan dapat diambil dari Tabel 3.7.
2. Gaya Gempa
(2.51)
Gg = W x E
ad (2.52)
E =
g
(2.53)
ad = n(ac x z)m
Dengan :
E = Koefisien gempa
Legenda
Z = 1.56
dimana check dam direncanakan dan diambil dari peta gempa yang dikeluarkan
dilihat pada Tabel 2.16 dan periode ulang dengan percepatan gempa pada Tabel
2.17
1 20 85
2 50 113
3 100 160
4 500 225
5 1000 275
tertimbun oleh sedimen atau lumpur. Oleh karena itu dalam meninjau
G1
h1
H1
O
b1 b2 b3
= 2 45
2
H3 = x Ka x s x (h1)2
G6 = x (b1 x h1) x s
Dengan :
Ka = Koefisien Tekanan Tanah
G6 akan bekerja secara vertical sehingga menambah berat struktur check dam.
4. Gaya Hidrostatis
mempengaruhi kestabilan check dam dan ada gaya yang bekerja secara
dihitung pada keadaan saat air normal dan pada saat air banjir dengan berat
isi air = 1 /3
G2
Air Sungai
h1
b4
H2
Y G3
h2
O
b1 b2 b3
Gambar 2.11. Gaya Hidrostatis Air Normal
Keterangan :
H = x w x (h1)2
G1 = x b1 x h1 x w
G2 = x b4 x h2 x w
Dengan :
x
b. Gaya Hidrostatis Air Banjir
G5 h3
G4
b4
h1
G6
H3
Y h2
O
b1 b2 b3
H2 = x w x (h1+h3)2
G3 = x b1 x h1 x w
G4 = h3 x (b1 + b2) x w
G5 = x (b4 x h2) x w
Dengan :
h1+h3 = Tinggi Air di hulu Main Dam pada saat Air Banjir
5. Uplift Pressure
permukaan luarnya, tetapi juga pada dasarnya dari bawah tubuh bangunan itu
sendiri yang disebut uplift pressure yang menyebabkan berkurangnya berat efektif
bangunan diatasnya. uplift pressure ini akan mengakibatkan gaya angkat yang
akan menimbulkan gaya guling dan geser terhadap tubuh bendung dan pecahnya
(2.54a)
Lx
Ux = hx L
x H x A x w
(2.54b)
1
Lx = Lv + x Lh
3
Dengan :
dam, hanya sedikit sekali data yang didapat. Besarnya tumbukan yang
pernah diamati, contohnya 30 ~ 100 t/m2 bekerja pada bagian sayap dari
check dam. Sebenarnya hanya ada beberapa contoh saja dalam hitungan
pengaruh yang signifikan terhadap check dam, dimana check dam dapat
Pengendali Sedimen.1985).
F = 0,153 x h x V 2
(2.55b)
1,2 2 1
P = 48,2 x V xR xD
Dengan :
gaya yang bekerja pada struktur bendungan. Apabila gaya gaya tersebut dapat
diketahui maka data tersebut sebagai acuan untuk perencanaan check dam.
diperhitungkan adalah dari dasar fondasi sampai mercu pelimpah dan bukan
struktur bendungan dibagi dalam pias-pias segitiga, segi empat atau trapesium.
Check dam yang akan direncanakan harus dapat bertahan dan berfungsi
dengan baik selama umur rencananya. Untuk dapat berfungsi dengan baik maka
konstruksi check dam khususnya main dam harus mampu bertahan terhadap
semua kemungkinan gaya yang bekerja tanpa mengalami perubahan, baik posisi,
1. Gaya guling
MT
MG
>
(2.56)
Dengan :
2. Gaya geser
V
H
> (2.57)
Dengan :
3. Eksentrisitas
L ( MV MH )
e= V
(2.58)
2
1
Syarat: e L
6
Dengan :
e = Eksentrisitas (m)
. = (2.59)
Dengan :
V = gaya-gaya vertikal
B = lebar dasar
e = eksentrisitas
Daya Dukung
Klasifikasi Fondasi
Tanah (t/m2)
Kompak 60
Lapis Kerikil
Tidak kompak 30
Kompak 30
Lapis Pasir
Tidak kompak 20
Keras 10
Sangat keras 20
arah vertikal ke bawah akan direduksi oleh gaya dengan arah vertikal ke
setiap gaya berat struktur arah vertikal ke bawah akan dikurangi dengan
(F+P). Nilai berikut dapat digunakan pada check dam tipe gravitasi.
sebagai berikut :
Tinggi
Pada Debit Normal Pada Debit Banjir
Bendung