Anda di halaman 1dari 11

Hidrolisis Ampas Tebu Ella, dkk

J. Tek. Pert. Vol 5. No. 1 : 1 - 10

HIDROLISIS AMPAS TEBU MENJADI GLUKOSA CAIR OLEH KAPANG


Trichoderma viride
(Kajian Konsentrasi Ampas Tebu (Saccharum officinarum) dan Lama Fermentasi )

Ella Saparianti1) , Tri Dewanti1) dan Siti Khusnul Dhoni2)


1)
Staf Pengajar Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Unibraw
2)
Alumni Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Unibraw

ABSTRAK
Trichoderma viride termasuk kelompok mikroorganisme seluolitik dan sangat potensial
dimanfaatkan untuk menghasilkan sirup glukosa dari bahan kaya selulosa seperti ampas tebu. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi ampas tebu dan lama fermentasi yang optimum untuk
menghasilkan glukosa cair dengan kadar glukosa yang tinggi. Penelitian ini menggunakan Rancangan
Percobaan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan dua faktor, faktor I :
konsentrasi ampas tebu (2, 5 dan 8%), faktor II : lama fermentasi (5, 10 dan 15 hari).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ampas tebu berpengaruh sangat nyata (=0,01)
terhadap kadar glukosa, aktivitas selulolitik, viskositas, total padatan terlarut. Lama fermentasi
berpengaruh sangat nyata (=0,01) terhadap kadar glukosa, total kapang, aktivitas selulolitik, viskositas,
dan total padatan terlarut.
Kadar glukosa tertinggi (13,442%) dicapai pada perlakuan konsentrasi ampas tebu 8% dan lama
fermentasi 15 hari. Persentase selulosa terhidrolisa pada perlakuan tersebut sebesar 18,829% dengan nilai
aktivitas selulolitik 74,678 NCU, total kapang 65,33x 105 cfu/ml, viskositas 9,387 x 10-3 centipoise dan
total padatan terlarut 6,47 (brix).

HYDROLIZE CANE WASTE to GLUCOSE by Trichoderma viride


(STUDY on CANE WASTE CONCENTRATION and FERMENTATION TIME)

ABSTRACT

Trichoderma viride is the one of selulolitic microorganisms that can produce glucose from
selulose rich material such as cane waste. This research was conducted to study the effect of cane waste
concentration and fermentation time on glucose yield of the liquid. Completely Randomized Block
Design (CRBD) was employed on this research with two factors. Factor I is cane waste concentration (2,
5, 8%) and factor two is fermentation time (5, 10 15 days).
The result showed that cane waste concentration significantly (=0,01) affected glucose yield,
selulolitic activity, viscosity, and total dissolved solid. Fermentation time siginificantly (=0,01)
affected glucose yield, total molds, selulolitic activity, viscosity, and total dissolved solid.
The high glucose yield (13,442%) was reached at cane waste concentration of 8% and
fermentation time of 15 days. This treatment caused selulose of 18,829% was hydrolyzed with selulolitic
activity of 74,678 NCU, total molds of 65,33 x 105, viscosity of 9,387 x 10-3 centipoise , and total
dissolved solid of 6,47 (brix).

Key words : cane waste, glucose, selulolitic activity, Trichoderma viride


PENDAHULUAN selama ini dibuat dengan hidrolisis pati
menggunakan enzim -amilase dan
1. Latar Belakang glukoamilase, dengan bahan dasar pati
Glukosa cair adalah produk tapioka, sagu, jagung, kentang dan ubi jalar
setengah jadi yang merupakan hasil olahan (Radley, 1992).
dari pati atau polisakarida lain seperti Menurut Judoamidjojo (1992),
selulosa dengan hidrolisis menggunakan glukosa cair juga bisa dihasilkan dari
asam kuat atau enzim. Industri yang hidrolisis selulosa dengan menggunakan
memanfaatkan glukosa antara lain industri enzim selulase. Berghem dalam Rose
kembang gula (permen), biskuit, ice cream (1980) menyatakan bahwa Trichoderma
dan industri farmasi. Produksi sirup glukosa viride menghasilkan tiga macam enzim

1
Hidrolisis Ampas Tebu Ella, dkk
J. Tek. Pert. Vol 5. No. 1 : 1 - 10

selulase yaitu endo--1,4-glukanase, ekso- kultur kapang Trichoderma viride


-1,4-glukanase dan - glukosi-dase atau (Laboratorium MikrobiologiFMIPA-
selobiose. Limbah selulosa yang banyak UNAIR Suraba-ya), medium PDA (Potato
tersedia dan belum optimal pemanfaatannya Dextrose Agar), aquades, urea (CO(NH2)2),
adalah ampas tebu. Ampas tebu buffer asetat 0,2 M sampai pH 5, asam
mengandung selulosa 54-58 % bersama- asetat 0,2 M, alkohol 70% dan spirtus.
sama dengan lignin 18-20 %, pentosan 24- Sedangkan untuk analisa digunakan
26 % dan abu 1-2 % (Cowling dan Kirk, aquades, reagensia Nelson A, reagensia
1976). Berdasar data Statistik Produksi Nelson B, larutan Arsenomolybdat, H2SO4
Gula (P3GI 1993-1999) di Indonesia, 98%, H2SO4 72%, NaOH 30%, glukosa
produksi ampas tebu pada tahun 1999 anhydrat, K2SO4 10%, alkohol 95%, anti
mencapai 4,1 juta ton dari total produksi foam, Pb asetat, aluminium hidroksida
tebu 12,81 juta ton dan produksi gula (AL(OH3), pepton, antibiotik (tetra-siklin)
sebesar 1493,9 ribu ton. Pembuatan dan karbon aktif.
glukosa cair menggunakan mikroorganisme Alat-alat yang digunakan dalam
mempunyai kelebihan pada biaya produksi penelitian ini adalah tabung reaksi 10 ml,
yang lebih murah dan produksi yang erlenmeyer 100 ml dan 250 ml, kawat ose,
dihasilkan bebas dari ion-ion atau logam- spatula, pipet volume 1ml dan 10 ml, tip
logam berat yang tidak diinginkan. biru dan kuning, beaker glass 100 ml dan
Sementara permasalahan dalam pembuatan 250 ml, gelas ukur 50 ml dan 100 ml, labu
glukosa dari ampas tebu ini adalah belum ukur 100 ml, pisau, baskom, blender,
diketahuinya konsentrasi ampas yang tepat ayakan 100 mesh, oven, karet hisap,
dan lama fermentasi yang optimum untuk bunsen, kompor listrik, kapas , kertas
menghasilkan glukosa cair. Sternberg payung, corong, labu ukur 100 ml, kertas
(1976) melaporkan bahwa produksi selulase lakmus, timbangan digital (Denver
bisa diperoleh dua kali lipat dalam Instrumen M-310), desikator, neraca
fermentasi batch dengan meningkatkan analitik (Sartorius 2402), refraktometer,
konsentrasi selulosa dari 0,75% menjadi color reader (Minolta CR-10), stopwatch
2%. Sedangkan Sulistyani dan Setyowati (Casio), pipet volume 25 ml, petridish,
(2000), melaporkan bahwa produksi autoclave, shaker inkubator (Heidolph
glukosa cair dari fermentasi alang-alang UNIMAX-2010), spektrofotometer
oleh kapang Trichoderma viride bisa (UNICO UV-2100), haemocytometer,
ditingkatkan sebesar 13,4 mg/ml dengan laminary flow (R&R SA-80), mikropipet 1
lama fermentasi 14 hari. ml (Finnpippette Labsystem), pH meter
(CG 824 SCHOTT), blender (Maspion),
2. Tujuan oven listrik (WTB Binder), sentrifuge
Mengetahui pengaruh konsentrasi (Hettich EBA 8) dan mikroskop (Novex
ampas tebu dan lama fermentasi Holland).
terhadap pertumbuhan maupun
aktivitas selulolitik Trichoderma viride 2. Metode Penelitian
Mengetahui konsentrasi ampas tebu dan Rancangan percobaan dalam
lama fermentasi yang optimum bagi penelitian ini menggunakan Rancangan
proses fermentasi ampas tebu oleh Acak kelompok (RAK) yang disusun secara
Trichoderma viride. faktorial dengan dua faktor, masing-
masing faktor terdiri dari tiga level.
BAHAN DAN METODE  Faktor 1: konsentrasi ampas tebu
(dari berat volume aquadest).
1. Bahan dan Alat Terdiri dari 3 level: 2 % (A1),
Bahan-bahan yang digunakan 5% (A2), 8 % (A3)
dalam penelitian ini adalah ampas tebu  Faktor 2: lama fermentasi Terdiri
yang berasal dari sisa analisa rendemen dari 3 level: 5 hari (H1),
gula di Pabrik Gula Kebon Agung Malang, 10 hari (H2),15 hari (H3)

2
Hidrolisis Ampas Tebu Ella, dkk
J. Tek. Pert. Vol 5. No. 1 : 1 - 10

Dari kedua faktor tersebut 1. Kadar gula reduksi Metode Nelson-


diperoleh 9 kombinasi perlakuan dan tiap Somogyi (Sudarmadji, 1997)
tiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali, 2. Kadar serat kasar (Sudarmadji,
maka didapatkan 27 satuan percobaan. 1997)
3. Kadar selulosa (Metode Chesson)
3. Pelaksanaan Penelitian (Datta, 1981)
3.1.Pembuatan Tepung Ampas Tebu  Analisa parameter fermentasi
Ampas tebu disortasi, diambil yang 1. Kadar glukosa (Metode Nelson-
bagus, tidak terserang penyakit bercak Somogyi) (Sudarmadji, 1997)
merah, jamur dan gangguan lain, kemudian 2. Total kapang (Metode Total Plate
dicuci dan diperas dengan bantuan air Count/ TPC) (Fardiaz, 1993)
sampai hilang kadar kemanisannya. 3. Aktivitas Seluloltik (NCU)
Selanjutnya ampas tebu dipotong-potong (Schoemaker dan Brown, 1978 dalam
ukuran 2 cm dan dikeringkan dalam Cavevascini dan Gattlen, 1981)
kabinet dryer suhu 50 C selama 12 jam. 4. Prosentase selulosa yang terhidrolisa
Setelah kering ampas tebu digiling dan 5. Viskositas Relatif (Yuwono dan
diayak dengan ayakan 100 mesh. Susanto, 1998)
3.2. Persiapan Kapang Trichoderma 6. Total Padatan Terlarut (% Brix)
viride (Mochtar dan Rahman, 1978)
Kapang Trichoderma viride dari 3.5. Analisa Data
biakan murni direajaskan dalam medium Data yang diperoleh dianalisa
PDA. Penanaman biakan Trichoderma dengan analisa of variance (ANOVA)
viride dilakukan dengan jarum ose aseptis dilanjutkan dengan uji beda nyata yaitu
ke dalam media PDA miring dan diinkubasi BNT (Beda Nyata Terkecil) menggunakan
selama 6 hari pada suhu ruang. selang kepercayaan 1% dan 5% serta
Pembuatan inokulum dilaksa-nakan DMRT (Duncan Multiple Range Test)
dengan mengambil satu tabung biakan dengan selang keperca-yaan 1% dan 5%
murni Trichoderma viride umur 6 hari pada (Yitnosumarto, 1991)
PDA agar miring kemudian disuspensikan
dalam 10 ml larutan pepton 0,01% steril. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, ampas tebu
3.3 Pembuatan Glukosa Cair digunakan sebagai sumber karbon untuk
Pembuatan glukosa cair dimulai produksi glukosa cair oleh kapang
dengan membuat media fermentasi yang Trichoderma viride. Komposisi kimia
setiap 100 ml aquadest mengandung tepung ampas tebu yang dipakai mengandung serat
ampas tebu sesuai perlakuan (2, 5 dan 8 kasar 50,69% serat kasar, selulosa 47,59%
gram), asam asetat 0,2 M sebanyak 0,05 ml, dan gula reduksi 0,03%. Rerata kadar
buffer asetat 0,2 M sampai pH 5 dan urea glukosa yang dihasilkan berkisar antara
sebanyak 12 gram. Kemudian disterilkan 4,021-13,442 mg/ml.
dalam autoklaf pada suhu 121C selama 15 Hasil analisa ragam menunjukkan
menit dan didinginkan. Selanjutnya bahwa konsentrasi ampas tebu dan lama
diinokulasikan kultur Trichoderma viride fermentasi berpengaruh sangat nyata
umur 6 hari sebanyak 10% (v/v) dan (=0,01) terhadap kadar glukosa dan
diinkubasi pada shaker inkubator selama 5, terdapat interaksi yang nyata antar kedua
10 dan 15 hari (sesuai perlakuan) pada suhu perlakuan tersebut. Uji DMRT (5%) juga
ruang. Pada akhir fermentasi, media di menunjukkan adanya perbedaan yang nyata
sentrifugasi untuk menghasilkan glukosa antar perlakuan terhadap kadar glukosa
cair. yang dihasilkan. Kadar glukosa tertinggi
adalah 13,442 mg/ml diperoleh dari
3.4. Analisa Parameter medium fermentasi yang mengandung
 Analisa bahan baku pada tepung ampas ampas tebu 8% dan lama fermentasi 15 hari
tebu sedangkan kadar glukosa terendah adalah

3
Hidrolisis Ampas Tebu Ella, dkk
J. Tek. Pert. Vol 5. No. 1 : 1 - 10

4,021 mg/ml pada perlakuan konsentrasi ampas tebu 2% dan lama fermentasi 5 hari.

14
12
10
Ampas Tebu 2%
Kadar Glukosa 8 Ampas Tebu 5%
(mg/ml) 6 Ampas Tebu 8%
4
2
0
5 10 15
Lama Fermentasi (Hari)

Gambar 1. Grafik Hubungan Rerata Kadar Glukosa dan Lama Fermentasi pada
Beberapa Konsentrasi Ampas Tebu
meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil
Gambar 1. menunjukkan adanya penelitian Sternberg (1976) bahwa produksi
kecenderungan kadar glukosa terus selulase bisa diperoleh dua kali lipat dalam
meningkat dengan meningkatnya fermentasi batch dengan meningkatkan
konsentrasi ampas tebu dan semakin konsentrasi selulosa dari 0,75% menjadi
lamanya fermentasi. Hal ini menunjukkan 2%.
bahwa aktivitas Trichoderma viride dalam Kadar glukosa tertinggi diperoleh
menghidrolisa selulosa menjadi komponen- dari lama fermentasi 15 hari, berarti
komponen glukosa maupun selobiosa semakin lama fermentasi maka kadar
meningkat seiring dengan peningkatan glukosa yang diproduksi juga semakin
konsentrasi ampas tebu dan lama tinggi. Fenomena ini menunjukkan semakin
fermentasi. Selulosa pada ampas tebu lama fermentasi maka proses hidrolitik
merupakan substrat utama yang dibutuhkan selulosa menjadi glukosa oleh enzim
sebagai sumber karbon untuk memperoleh selulase yang diproduksi Tricodherma
energi, untuk pertumbuhan dan membentuk viride semakin tinggi. Detroy et al (1981)
enzim selulase, sekaligus yang didegradasi dalam Wood (1998) menjelaskan bahwa
untuk mensintesa produk-produk metabolit selama 15 hari pertama fermentasi,
berupa gugus glukosa. Sesuai dengan mikroorganisme penghasil selulase mampu
pernyataan Said (1978) bahwa kadar meningkatkan 2-3 kali lipat dari kadar gula
dekstrosa (jumlah total gula pereduksi) reduksi awal.
lebih tinggi dapat diperoleh dengan Peningkatan kadar glukosa selama
menggunakan substrat yang lebih tinggi. fermentasi dengan semakin lamanya
Perlakuan konsentrasi ampas tebu fermentasi dan meningkatnya konsentrasi
8% merupakan konsentrasi substrat ampas tebu yang dipakai dapat pula
tertinggi maka jumlah nutrisi karbon yang diketahui dari nilai viskositas maupun total
tersedia bagi Trichoderma viride semakin padatan terlarutnya. Sesuai pendapat
banyak sehingga produksi enzim selulase ChoKyun (1999), bahwa viskositas larutan
lebih tinggi. Selain itu dengan tergantung pada viskositas zat terlarut dan
meningkatnya konsentrasi ampas tebu maka pelarut serta konsentrasi zat terlarut.
semakin banyak substrat selulosa yang bisa Semakin tinggi konsentrasi dan viskositas
dihidrolisa oleh enzim selulase menjadi zat terlarut maka viskositas larutan
monomernya sehingga kadar glukosa semakin tinggi. Cho Kyun (1999)

4
Hidrolisis Ampas Tebu Ella, dkk
J. Tek. Pert. Vol 5. No. 1 : 1 - 10

menambahkan bahwa secara kuantitatif viskositas meningkat. Dari sini bisa


viskositas merefleksikan kekuatan dari disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar
ikatan hidrogen dalam cairan. Ketika suatu glukosa maka viskositas semakin tinggi.
bahan dengan banyak grup OH dan H, Korelasi antara kadar glukosa dan
seperti tipe-tipe gula terlarut dalam air, viskositas ditunjukkan pada Gambar 2.
ikatan hidrogen meningkat sehingga
kadar Glukosa (mg/ml)

15

10

y = 24.895x - 219.68
5
R2 = 0.9633

0
9 9.1 9.2 9.3 9.4 9.5
Viskositas (x10-3 centipoisse)

Gambar 2. Grafik Korelasi antara Kadar Glukosa dan Viskositas Akibat Perlakuan Konsentrasi
Ampas Tebu dan Lama Fermentasi

fermentasi. Ampas tebu mengandung


Pada Gambar 2. tersebut dapat pigmen hijau (klorofil) dan pigmen lain
dilihat adanya korelasi positif antara kadar seperti pigmen kuning, merah dan ungu
glukosa dan viskositas dengan nilai yang akan larut dalam medium fermentasi
determinasi 0,9633 , yaitu semakin tinggi sehingga mempengaruhi total padatan
kadar glukosa maka viskositas semakin terlarut (Martin, 1962). Menurut
tinggi. Rerata viskositas glukosa cair hasil Whittenberger & Nutting dalam ChoKyun
pemisahannya dengan medium fermentasi (1999), selulosa amorphous mempunyai
berkisar antara 9,019x10-3- 9,387x10-3 efek yang kuat terhadap total padatan
centipoisse. Dari uji DMRT (5%) diketahui terlarut, karena ia sendiri dapat membuat
bahwa viskositas glukosa cair tertinggi suspensi yang tipis. Korelasi antara
sebesar 9,387x10-3 centipoisse pada viskositas dengan total padatan terlarut
perlakuan lama fermentasi 15 hari dan ditunjukkan pada Gambar 3.
konsentrasi ampas tebu 8%, sedangkan Gambar 3. menunjukkan korelasi
viskositas terendah sebesar 9,019x10-3 positif antara viskositas glukosa cair dengan
centipoisse pada perlakuan lama fermentasi total padatan terlarut dengan nilai
5 hari dan konsentrasi ampas tebu 2% determinasi 0,9915. Berdasarkan gambar
dengan perbedaan nyata pada tiap tersebut berarti dengan meningkatnya
perlakuan. viskositas maka total padatan terlarut juga
Umumnya total padatan terlarut meningkat, demikian pula sebaliknya.
akan meningkat seiring dengan Sesuai pendapat ChoKyun (1999) bahwa
meningkatnya jumlah partikel padatan yang kadar padatan terlarut dapat ditentukan
terlarut dalam air. Dalam fermentasi ini, dengan menggunakan tabel hubungan
padatan yang terlarut dalam glukosa cair antara indeks refraksi dengan kandungan
tidak hanya dari gugus glukosa, akan tetapi zat padat terlarut dalam larutan gula.
juga dari pigmen terlarut dan selulosa Larutan gula mempunyai indeks refraksi
amorphous ampas tebu yang tidak lebih besar daripada air dan mempunyai
terhidrolisa dan terlarut dalam medium hubungan linear dengan viskositas.

5
Hidrolisis Ampas Tebu Ella, dkk
J. Tek. Pert. Vol 5. No. 1 : 1 - 10

Total Padatan terlarut (% Brix)


7
6
5
4
3 y = 11.318x - 99.914
R2 = 0.9915
2
1
0
9 9.1 9.2 9.3 9.4 9.5
Viskositas (10-3 Centipoisse)

Gambar 3. Grafik korelasi antara viskositas glukosa cair dengan total padatan terlarut
padatan terlarut (Gambar 3.) dapat dilihat
Rerata total padatan terlarut bahwa semakin lama fermentasi dan
glukosa cair hasil fermentasi ampas tebu konsentrasi ampas tebu yang tinggi maka
berkisar antara 2,33-6,47 %Brix. Uji kadar glukosa meningkat dan viskositas
DMRT 5% menunjukkan hasil total mengalami kenaikan sehingga total padatan
padatan terlarut tertinggi (6,47 %Brix) pada terlarut juga meningkat.
perlakuan lama fermentasi 15 hari dan Pertumbuhan mikroorganisme
konsentrasi ampas tebu 8% serta hasil mengacu pada penambahan total massa sel
terendah (2,33 %Brix) pada perlakuan lama melebihi inokulum awal. Kecen-derungan
fermentasi 5 hari dan konsentrasi ampas pengaruh perlakuan konsen-trasi ampas
tebu 2%. Berdasarkan korelasi antara kadar tebu dan lama fermentasi terhadap
glukosa dan viskositas (Gambar 2.) dan pertumbuhan kapang Trichoderma viride
korelasi antara viskositas dengan total (cfu/ml) ditunjukkan pada Gambar 4.

70

60

50
Total Kapang 40 Ampas Tebu 2%
(CFU/ml) Ampas Tebu 5%
30 Ampas Tebu 8%
x 104
20

10

0
5 10 15
Lama Fermentasi (Hari)

Gambar 4. Grafik Hubungan Total Kapang dan Lama Fermentasi pada Beberapa Konsentrasi
Ampas Tebu

6
Hidrolisis Ampas Tebu Ella, dkk
J. Tek. Pert. Vol 5. No. 1 : 1 - 10

Hasil analisa ragam menunjukkan lama fermentasi maka kesempatan


adanya pengaruh yang nyata (=0,05) Trichoderma viride untuk memperbanyak
akibat perlakuan lama fermentasi terhadap sel semakin lama sehingga jumlah sel yang
total kapang sedangkan pengaruh diproduksi lebih tinggi.
konsentrasi ampas tebu dan interaksi Dalam proses fermentasi, enzim
keduanya tidak berbeda nyata. Pada selulase dari Trichoderma viride berperan
Gambar 3. dapat dilihat bahwa semakin menghidrolisa selulosa kompleks yang
tinggi konsentrasi ampas tebu dan semakin terkandung dalam ampas tebu menjadi unit-
lama fermentasi, total kapang semakin unit penyusunnya yaitu glukosa. Hidrolisa
tinggi. Total kapang tertinggi adalah 65,6 oleh enzim selulase menyebabkan kadar
(CFU/ml) pada perlakuan konsentrasi selulosa yang ada dalam medium
ampas tebu 5% dan lama fermentasi 15 fermentasi menurun. Rerata prosentase
hari, sedangkan total kapang terendah pada selulosa yang terhidrolisa berkisar antara
konsentrasi ampas tebu 2% dan lama 7,364 %-20,336 %. Kecenderungan
fermentasi 5 hari. Peningkatan jumlah sel pengaruh konsentrasi ampas tebu dan lama
ini karena kapang yang diinokulasikan pada fermentasi terhadap prosentase selulosa
medium akan memperbanyak diri dalam yang terhidrolisa ditunjukkan pada Gambar
interval waktu tertentu sehingga semakin 5.

25

20

15 Ampas Tebu 2%
% Selulosa Terhidrolisa
Ampas Tebu 5%
10 Ampas Tebu 8%
5

0
5 10 15
Lama Fermentasi (Hari)

Gambar 5. Grafik Hubungan Prosentase Selulosa yang Terhidrolisa dengan Lama


Fermentasi pada Konsentrasi Ampas Tebu yang Berbeda

Dari Gambar 5. dapat diketahui semakin tinggi konsentrasi ampas tebu dan
bahwa selulosa yang terhidrolisa meningkat semakin lama fermentasi maka prosen-
seiring dengan meningkatnya konsentrasi
ampas tebu dan lama fermentasi. Hal ini tase selulosa yang terhidrolisa semakin
disebabkan karena aktivitas Trichoderma tinggi. Hardjo, dkk (1989) menyebutkan
viride dalam menghasilkan enzim selulase bahwa adsorbsi selulase pada permukaan
semakin meningkat dengan meningkatnya selulosa biasanya lebih cepat dibandingkan
konsentrasi sumber karbon yaitu ampas dengan kecepatan hidrolisa secara
tebu. Aktivitas enzim selulase dalam keseluruhan. Jumlah selulase teradsorbsi
menghidrolisa selulosa juga semakin tergantung pada luas permukaan dan
meningkat pada lama fermentasi yang konsentrasi selulase, Oleh karena itu jenis
optimal. Peningkatan jumlah dan aktivitas dan konsentrasi selulosa dan selulase
enzim menyebabkan semakin banyak ikatan merupakan dua faktor penting untuk
penyusun selulosa (-1-4-glikosida) yang memperbaiki adsorbsi dalam sistem
terputus menghasilkan oligosakarida untuk selulase.
akhirnya diubah menjadi monomer glukosa, Hasil analisa ragam menunjukkan
sehingga kadar selulosa dalam medium pengaruh yang nyata dari perlakuan
fermentasi menurun. Dengan demikian konsentrasi ampas tebu terhadap prosentase

7
Hidrolisis Ampas Tebu Ella, dkk
J. Tek. Pert. Vol 5. No. 1 : 1 - 10

selulosa yang terhidrolisa sedangkan lama secara parallel untuk memecah ikatan
fermentasi dan interaksi keduanya tidak panjang selulosa menjadi glukosa.
berbeda nyata. Rerata prosentase selulosa
yang terhidrolisa akibat perlakuan Pada fermentasi hari ke-15, prosentase
konsentrasi ampas tebu dan lama fermentasi selulosa yang terhidrolisa dari medium
disajikan pada Tabel 1. yang mengandung ampas tebu 8% lebih
rendah daripada konsentrasi ampas tebu
Tabel 1. Rerata Prosentase Selulosa yang 5%. Secara teori, hal ini mungkin
Terhidrolisa disebabkan oleh konsentrasi ampas tebu
Konsentrasi Rerata % Selulosa yang terlalu tinggi, karena ampas tebu
Ampas Tebu yang Terhidrolisa mengandung lignin dalam jumlah cukup
(%) besar, sehingga ampas tebu sulit untuk
2 10,459 dihidrolisa akibat penghalangan penetrasi
5 15,745 enzim oleh lignoselulosa. Kandungan lignin
8 17,095 dalam ampas tebu menurut Cowling & Kirk
BNT(0,05) 12,457 (1976), Grace (1977) dan Anonymous
(1979) adalah 18-20%. Lignin ini akan
membentuk komplek lignoselulosa yang
Uji BNT 5% (Tabel1.) menunjukkan bahwa menghalangi penetrasi enzim ke dalam
hidrolisa selulosa tertinggi pada konsentrasi substrat (de Wit,1980)
ampas tebu 5% dan lama fermentasi 15 hari Aktivitas Selulolitik menun-jukkan
sedangkan hidrolisa selulosa terendah pada kemampuan enzim selulase untuk
konsentrasi ampas tebu 2% dan lama menghidrolisa selulosa menjadi glukosa.
fermentasi 5 hari. Hal ini disebabkan karena Aktivitas Selulolitik Trichoderma viride
ampas tebu adalah sumber karbon utama diukur berdasarkan kadar glukosa yang
bagi Trichoderma viride dan substrat terbentuk selama fermentasi dikalikan
selulosa yang dihidrolisa oleh enzim dengan 1 NCU (g glukosa per ml per
selulase menjadi metabolit glukosa. menit oleh enzim murni dalam medium
Sebagaiman pernyataan Schlagel (1990), CMC). Rerata aktivitas selulolitik akibat
bahwa jenis mikroorganisme berupa kapang perlakuan konsentrasi ampas tebu dan lama
Trichoderma viride yang dikulturkan selalu fermentasi berkisar antara 22,341-74,678
mensintesa enzim selulase jika substratnya NCU. Kecenderungan pengaruh perlakuan
mengandung selulosa. Shuler (1980) konsentrasi ampas tebu dan lama fermentasi
melanjutkan bahwa komponen selulase ditunjukkan pada Gambar 6.
tergantung pada fungsi individualnya
mengkatalisa reaksi dengan teratur atau

80
70
60
50 Ampas Tebu
Aktivitas selulolitik
40 2%
(NCU) Ampas Tebu
30
5%
20
10
0
5 10 15
Lama Fermentasi (Hari)

Gambar 6. Rerata aktivitas selulolitik akibat perlakuan lama fermentasi dan konsentrasi ampas
tebu

8
Hidrolisis Ampas Tebu Ella, dkk
J. Tek. Pert. Vol 5. No. 1 : 1 - 10

Gambar 6. menunjukkan aktivitas tebu 8% dan lama fermentasi 15 hari,


selulolitik Trichoderma viride terus sedangkan nilai terendah adalah 22,34 NCU
meningkat dengan meningkatnya pada konsentrasi ampas tebu 2% dan lama
konsentrasi ampas tebu dan lama fermentasi 5 hari dengan beda nyata antar
fermentasi. Hal ini disebabkan karena perlakuan. Hal ini dikarenakan semakin
aktivitas selulolitik mempunyai korelasi tinggi konsentrasi ampas tebu maka nutrisi
positif dengan kadar metabolit glukosa karbon cukup banyak tersedia untuk sintesa
yang dihasilkan dari fermentasi oleh enzim selulase dan semakin lama
Trichoderma viride, dimana semakin tinggi berlangsung maka kontak antara substrat
kadar glukosa menunjukkan aktivitas dengan enzim semakin lama sehingga
selulolitik yang tinggi. Sebagaimana proses pemecahan substrat berlangsung
pendapat Chang (1982) bahwa selulase optimal dan kadar glukosa semakin tinggi.
adalah enzim yang mampu menguraikan Menurut Triantarti (2000), aktivitas
selulosa dengan memutuskan ikatan (1-4) metabolisme yang tinggi akan
glikosida menghasilkan oligosakarida mengakibatkan proses perbanyakan sel dan
turunan selulosa untuk akhirnya dirubah produksi metabolit yang tinggi juga seiring
menjadi monomer glukosa. dengan meningkatnya ketersediaan
Dari hasil analisa ragam diketahui nutrisi/faktor tumbuh dan sumber karbon
bahwa perlakuan konsentrasi ampas tebu dalam media pertumbuhannya. Dengan
dan lama fermentasi berpengaruh sangat demikian maka tingginya kadar glukosa
nyata terhadap aktivitas selulolitik dan dalam glukosa cair menunjukkan aktivitas
terdapat interaksi nyata antara keduanya. selulolitik yang tinggi pula. Korelasi antara
Uji DMRT 5% menunjukkan bahwa nilai kadar glukosa dengan aktivitas selulolitik
aktivitas selulolitik tertinggi adalah 74,678 ditunjukkan pada Gambar 7.
NCU pada perlakuan konsentrasi ampas

80
Aktivitas Selulolitik (NCU)

60

40
y = 5.5555x - 0.0004
20
R2 = 1
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Kadar Glukosa (mg/ml)

Gambar 7. Grafik korelasi antara kadar glukosa dengan aktivitas selulolitik

kadar glukosa maka aktivitas selulolitik


Gambar 7. menunjukkan adanya semakin rendah.
korelasi positif antara kadar glukosa dengan
aktivitas selulolitik kapang Trichoderma KESIMPULAN
viride dengan nilai determinasi 1.
Berdasarkan gambar tersebut berarti dengan Berdasarkan hasil analisa dan
meningkatnya kadar glukosa maka aktivitas pembahasan, maka dapat diambil
selulolitik juga meningkat demikian pula kesimpulan bahwa konsentrasi ampas tebu
sebaliknya, dengan makin menurunnya dan lama fermentasi berpengaruh terhadap
sifat fisik maupun kimia glukosa cair.

9
Hidrolisis Ampas Tebu Ella, dkk
J. Tek. Pert. Vol 5. No. 1 : 1 - 10

Perlakuan konsentrasi ampas tebu Judoamidjoyo, M.darwis, G. E. Said. 1992.


berpengaruh sangat nyata (= 0,01) Teknologi Fermentasi. Rajawali
terhadap kadar glukosa, aktivitas selulolitik, Press. Jakarta.
viskositas , total padatan terlarut. Lama
fermentasi berpengaruh sangat nyata (= Martin, J.P. Abbot, E.V. and Hughes, C.G.
0,01) terhadap kadar glukosa, total kapang, 1962. Sugar Cane Diseases of The
aktivitas selulolitik, viskositas , total World. Elsevier Publishing
padatan terlarut. Company, New York.
Kadar glukosa tertinggi (13,442%)
dicapai pada perlakuan konsentrasi ampas Radley, J. A. 1992. Starch Production
tebu 8% dan lama fermentasi 15 hari. Technology. VCH Publishers Inc.
Persentase selulosa terhidrolisa pada New York.
perlakuan tersebut sebesar 18,829% dengan
nilai aktivitas selulolitik 74,678 NCU, total Rose. A.H. 1987. Microbial Enzyme and
kapang 65,33x 105 cfu/ml, viskositas Bioconversions. Academic Press.
9,387x 10-3 centipoise dan total padatan London.
terlarut 6,47 (brix).
Said, E.G. 1987. Bioindustri Penerapan
Teknologi Fermentasi. PAU
DAFTAR PUSTAKA Bioteknologi. IPB. Bogor.

Anonymous. 1979. The Management and Schlagel. 1990. General Microbiology 6th
Utilization of Food Waste Materials. ed. Cambridge University Press,
Project Report. ASEAN New York.
Subcommitee on Protein. Denpasar.
Sulistyani, P. dan T.M. Setyowati. 2000.
Chang, S.C. and K.H. Steinkraus. 1982. Optimasi pH dan Lama Fermentasi
Application Environmental untuk Produk Sirup Glukosa dari
Microbiology. Alang-alng oleh Trichoderma viride.
Jurusan Teknologi Pangan. Fakultas
Cho Kyun, R. 1999. Theory, Teknologi Indstri. UPN Veteran.
Determination and Control of Surabaya.
Physical Properties of Food Material.
Reided Publishing Company. Boston. Sternberg, D. 1976. Production of
USA. Cellulase by Trichoderma viride. In
Enzymatic Conversion of Cellulosic
Cowling, E.B. and Kirk, T.K. 1976. Materails : Technology and
Properties of Cellulose and Applications. Edited by E. L. Gaden,
Lignocellulosic Materails as Jr. M. H. Mandels, E.T. Reese and
Substrate for Enzymic Conversion L.A. Spano. John Willey and Sons,
Processes. In Enzymic Coversion of Inc. New York.
Cellulosic Materials : Technology
and Applications. Edited by E. L. Triantarti. 2000. Optimasi Produksi
Gaden Jr., M.H. Mandels, E.T. reese Dekstras dengan Menggunakan Nira
and L. A. Spano. John Willey and Tebu sebagai Bahan Baku dalam
Sons. Inc. New York. Laporan Triwulan I. Kerjasama P3GI
dengan PTPN XI. Pusat Penelitian
Grace, M.R. 1977. Cassava Processing Perkebunan Gula Indonesia.
Food and Agriculture Organization of Pasuruan.
The United Nation. Rome. Italy.
Wood, B.J.B. 1998. Microbiology of
fermented Foods. 2th. Blackie
Academis and Profesional. London.

10
Hidrolisis Ampas Tebu Ella, dkk
J. Tek. Pert. Vol 5. No. 1 : 1 - 10

11

Anda mungkin juga menyukai