Anda di halaman 1dari 4

Indonesia itu Kita. Bukan Aku, kamu , atau mereka.

Oleh : Muchamad Zais Syahri

Indonesia, yang di anggap sebagai negara kepulauan yang terbesar di dunia yang dikenal
orang luar dengan sebutan amazon of the sea. Yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang
berlimpah adanya, terutama dari sektor lautnya. Laut adalah masa depan Indonesia, lihatlah
kekayaan sumber daya lautnya dan keanekaragam isi laut yang luar biasa. Potensi dari laut yang
jika dieksplorasi dengan baik akan menjawab permasalahan-permasalahan yang ada di
Indonesia, khususnya permasalahan ekonomi, sosial, maupun ekologinya. Dari semua hal itu,
tetap Indonesia tidak bias dikatakan Negara maritim, Kenapa? Karena kita masih memandang
potensi laut Indonesia hanya sebelah mata. Namun semua permasalahan ada di rakyat Indonesia
sendiri, termasuk kita. Mampukah kita atau sanggupkah kita untuk mengelola kekayaan sumber
daya laut yang telah di anugerahkan oleh tuhan? Sebelum menyebut kata mampu atau sanggup,
kenalilah kata kemauan dan kata kepeduliaan.

Pedulikah kita akan potensi laut Indonesia? Atau kita semua hanya berfokus pada
pembangunan daratnya saja yang faktanya sumber daya daratan di Indonesia pun di kuasai
Negara luar. Jika Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar di dunia, seharusnya Indonesia
memberikan contoh bukannya mencontoh.

Mungkin saya akan menuturkan permasalahan yang menghambat Indonesia dari sektor
lautnya. Dilihat dari pemimpin kita dahulu, apakah presiden kita sendiri memperdulikan potensi
laut Indonesia? Apakah presiden terjebak pada pemikiran dan pembangunan darat yang tak
kunjung usai? Bukan maksud menyalahkan pemimpin Negara. Biar bagaimanapun Indonesia
harus mempunyai visi yang kuat dan semangat yang kuat akan Negara maritime termasuk
pimpinan Negara. Tidak malukah kita? Singapura saja hanya dengan beberapa pulau dapat
mengembangkan sumber daya dengan baik. Sedangkan Indonesia memiliki 17 ribu pulau,
mengapa hanya dapat mengembangkan kawasan-kawasan tertentu saja. Inilah yang disebut
Fenomena. Dengan mengatas namakan Negara dengan ribuan pulau serta kekayaan sumber daya
alamnya, sangat ironi melihat masyarakat pesisir Indonesia, begitu mudah menemukan masyarakat
yang masih terperangkap dalam kemiskinan. Dengan melihat wajah-wajah mereka (masyarakat
peisisir) sudah mencerminkan penderitaan dan ketidak sejahteraan yang di alami Indonesia saat
ini.

Ditambah dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan dan pengurus daerah yang
didalamnya masih tidak mempunyai background kelautan yang mengakibatkan kesalahpahaman
dari esensi sumber daya yang akan dikembangkan. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah
tidak memiliki pemahaman yang sama akan pemanfaatan sumber daya laut yang ada, atau
dengan kata kasarnya pemerintah pusat dan daerah tidak mempunyai visi yang sama. Yang lebih
parah lagi, saling menyalahkan dan melempar tanggung jawab, yang pada akhirnya hanya
menjadi masalah tahunan.

Banyak berita tentang pencurian ikan bahkan sampai minyak bumi yang di lakukan oleh
Negara tetangga di Lautan Indonesia. Apa penyebabnya? Apakah Indonesia sibuk mengurusi hal-
hal lain yang tak kunjung usai sampai sekarang? Sampai-sampai kekayaan laut Indonesia sendiri
dibiarkan dicuri oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Apakah pemerintah bahkan
tidak sadar jika Indonesia itu kaya setelah mendengar berita tentang pencurian tersebut?

Banyaknya kabar tentang miskinnya nelayan setiap tahunnya. Kenapa nelayan kita miskin?
Apakah mereka diberi bekal ilmu yang mendalam tentang potensi laut dan juga motivasi untuk
melaut? Apakah motivasi yang diberikan tidak tepat sasaran? Atau pemerintah hanya berfokus
memamerkan pulau-pulau kecil milik Indonesia, dan hanya mempromosikan dari segi pariwisata,
keindahan laut, pemandangan, keindahan bawah laut dan lain-lain? Sehingga nelayan yang disebut
pahlawan protein tidak diperdulikan. Pemerintah harus menginformasikan, jika tugas nelayan
bukan hanya menangkap ikan lalu menjualnya, melainkan mencakup berbagai aspek lain seperti
proses penangkapan, distribusi, dan pemasaran. Upaya-upaya ini harus terus di upayakan supaya
dapat menjawab permasalahan yang ada pada nelayan meskipun tidak semua.

Namun dari semua itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan maupun pemerintah bukan
lah pahlawan super yang mampu mengurusinya sendiri, dengan memberikan tanggung jawab
kepada mereka terkait pembangunan sektor kelautan. Akan lebih baik jika kita sebagai warga
Indonesia ikut berpartisipasi dalam pembangunan sektor kelautan.

Rakyat Indonesia harus sadar, semakin lama semakin banyak penduduk Indonesia yang
bertambah. Dengan bertambahnya penduduk Indonesia maka semakin banyak pula permintaan
akan kebutuhan seperti rumah, sarana, fasilitas, dan kebutuhan lainnya. Pembangunan dimana-
dimana, sawah-sawah bahkan ladang perkebunan jadi korban pembangunan perumahan dan
pemukiman. Fakta tersebutlah yang akan membawa masa depan Indonesia ke pulau dan laut
sebagai asset yang paling utama. Dan menjadikan laut tumpuan hidup masa depan.

Indonesia harus dengan sergap mengambil inisiatif mengenai potensi laut Indonesia,
jangan sampai potensi laut Indonesia di kuasai Negara lain seperti kekayaan sumber daya alam
daratnya. Dimulai dari memperkenalkan tentang potensi laut yang dimiliki Indonesia lewat
pendidikan sejak dini, bahkan memperbanyak menciptakan lulusan-lulusan sarjana perikanan yang
berkualitas, serta mampu berkonstribusi banyak untuk sektor kelutan dan perikanan Indonesia.

Jika diperhatikan untuk tingkat jurusan di sebuah fakultas, prodi perikanan dan kelautan
bukan lah menjadi pilihan favorit bahkan ada yang menganggap hanya sebuah pelengkap sebuah
universitas, banyak yang tidak mengetahui atau tidak memperdulikan prodi ini. Di Indonesia
sendiri hanya sedikit Universitas yang mempunyai prodi tersebut. Padahal untuk pembangunan
sektor laut, Indonesia membutuhan ribuan lulusan perikanan dan kelautan yang diharapkan mampu
membawa Indonesia menjadi lebih baik lewat sektor lautnya.

Jika membicarakan tentang prodi perikanan dan kelautan, saya akan membahas tentang
masalah yang ada di kampus saya sendiri tepatnya fakultas perikanan dan ilmu kelautan.
Mendengar kabar yang tersiar, banyak lulusan kampus saya tersebut khususnya prodi perikanan
dan kelautan bekerja menjadi PNS, bank, dan lain-lain yang tidak ada hubungannya dengan
perikanan dan kelautan dan hanya sedikit yang sesuai dengan jalurnya. Entah salah mahasiswa itu
atau salah dari pihak kampus termasuk fakultas itu sendiri.

Namun menurut pendapat saya, pihak fakultas juga harus ada terobosan baru yang dinamis,
mengingat perkembangan jaman yang begitu cepat. Dengan memberikan kualitas yang terbaik,
pengajar ataupun dosen yang berpengalaman, teknologi yang tercanggih, pelatihan atau
pertukaran antar mahasiswa dalam dan luar negeri untuk meningkatkan mutu program studi.
Fasilitas fakultas sangat menentukan kemajuan bidang studi bersangkutan. Meskipun fakultas tak
populer, tapi kalau fasilitas yang disebutkan tadi sudah memadai pada akhirnya orang-orang akan
mengakui juga.

Untuk mahasiswa sendiri, permasalahan ada pada mental yang tidak konsisten. Serta
kurangnya motivasi diri sehingga menjadi terombang-ambing dan terbayang-terbayang dalam
keraguan. Mungkin ada mahasiswa yang salah jurusan untuk masuk prodi ini. Dan kuliah hanya
skedar mendapat gelar saja dan tidak ada niatan untuk melangkah kedepan. Oleh sebab itu,
pengajar maupun dosen harus pintar mempengaruhi mereka yang belum tahu akan dunia dalam
prodi ini.

Pihak fakultas harus mengetahui mana saja mahasiswa yang pintar dalam bidangnya
masing-masing dan mengelompokkannya, contohnya ada yang pintar dalam teknologi
informatika, atau ada yang pintar dalam bidang budidaya perikanan, atau bahkan teknologi dan
juga pintar dalam seni. Sehingga jika orang-orang ini di kombinasikan maka akan terbentuk suatu
karya yang baru dan mungkin saja menakjubkan. Sangat banyak orang-orang seperti ini di Fakultas
saya, namun karena tidak diarahkan, mereka jadi tidak tahu harus berbuat apa yang sesuai dengan
jurusannya.

Mungkin harus di bentuk KKM baru di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan yang
berbungan dengan karya ilmiah, supaya fakultas juga mengikuti perkembangan jaman yang ada.
Dan dari KKM ini tercipta mahasiswa-mahasiswa yang berkualitas dalam bidang perikanan. Lebih
banyak lagi KKM yang terkait tentang perikanan, dari kegiatan budidaya, penangkapan, serta yang
lainnya.

Dan Fakultas juga harus memberlakukan kepada mahasiswa untuk wajib mengikuti
minimal satu KKM yang berhubungan dengan perikanan dan kelautan sebelum lulus, agar
mencipatak soft skill agar bias dikembangkan setelah lulus nanti. Dan manjadikan itu semua
budidaya di FPIK.
Sebenanya banyak di Indonesia orang- orang yang cerdas, namun mereka tidak mau
bahkan tidak perduli tentang Indonesia dari sektor lautnya, atau bahkan mereka ingin mencari
aman, dan bersifat ingin selalu instan dalam menjalani semuanya. Oleh sebab itu, bibit-bibit
bangsa dari pendidikan sejak dini harus di pupuki mengenai arti pentingnya nasionalisme dan
pentingnya mereka sebagai penerus bangsa untuk berkonstribusi penuh pada nantinya.

Anda mungkin juga menyukai