Derap langkah sang Dara mengiringi musik kala sol sepatunya bersinggungan dengan ubin
bermotif kayu itu. Bonui memposisikan diri di tengah-tengah ruangan, menatap lurus pada
refleksi diri pada cermin besar yang memenuhi tembok di seberang. Ia menghela nafas
sebentar, sebelum akhirnya mendekatkan mic pada bibir.
Tto. . . neujeun geon naya. . . neol gidarige han geon, Dengan suaranya yang rendah,
Bonui memulai cover lagunya. Kemudian menarik napas pelan, melakukan pernapasan perut.
Nega usneun sunganmada nan hangsang mianhae, Lirik selanjutnya dilanjutkan, masih
dengan suara rendah dan agak lirih pada kata mianhae.
Sojunghan geon eonjena. . . nal geopnage mandeureo, Bonui mulai menaikkan tingkatan
nada suaranya, tetapi masih terdengar lembut dengan tempo yang tenang. Tangan kirinya
yang tidak memegang mic bergerak secara perlahan, mengepal dan diletakkan di dada ketika
mencapai akhir kalimat.
Neon naega cheoeum gajyeoboneun, Tempo kini sedikit dipercepat, mengikuti instrumen
yang ada.
Nae jeil apeun songarak, Kedua netranya yang teduh masih terfokus memperhatikan
refleksi diri. Bagi Bonui, ekspresi kala bernyanyi adalah salah satu poin yang penting. Itulah
mengapa ia terus berlatih dalam mendalami ekspresi. Tangan yang mengepal di dada itu kini
memukul dadanya pelan sebanyak dua kali, memberikan penekanan bahwa dia memanglah
memberikan rasa sakit.