Anda di halaman 1dari 24

Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh : Kelompok 5

Chrystin Yuliska (04111003044)

Rukma Arum M. (04111003045)

M.Sazla Ferdiansyah (04111003046)

Lindi Wulansari (04111003047)

Ester Ravinska S (04111003048)

Ade Erine S. (04111003049)

Yesica Tria Enggriani (04111003050)

Yuni EH (04111003051)

Marleyn A (04111003052)

Esa Zahirah (04111003053)


FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013/2014

1
TRIGGER CASE KARDIOVASKULER
Case 5 :
Seorang anak berusia 9 tahun dibawa ibunya berobat ke puskesmas dengan keluhan sakit
tenggorokan sejak 3 minggu yang lalu dan demam disertai sesak nafas. Sesak bertambah bila
melakukan aktivitas. Anak F sering demam dan mengeluh nyeri sendi berpindah-pindah. Pada
pengkajian didapatkan takipne, takikardi, suhu 39,5c, JVP 5+2 cm H2O, bising jantung grade 3.
Pada ekstremitas terdapat nodul subkutan dan eritema marginatum. Dokter merujuk ke RSU.
Kedua orang tuanya gelisah menanyakan kondisi anaknya. Pasien direncanakan pemeriksaan
EKG, rontgen dan lab : leukosit, LED, CRP dan ASTO.

Pertanyaan:
1. Apa yang terjadi pada pasien? Jelaskan secara konsep teoritis berdasarkan data yang ada!
2. Pengkajian fisik dan pemeriksaan penunjang apa saja yang diperlukan? Mengapa perlu
diperiksa?
3. Bagaimana penatalaksanaan medis pada pasien tersebut?
4. Bagaimana tindakan dan penatalaksanaan keperawatan pada pasien tersebut?
5. Buatlah mapping masalah keperawatan berdasarkan data!
6. Bagaimana rencanan asuhan keperawatan pada pasien tersebut?
7. Bagaimana discharge planning pada pasien tersebut?

Analisa Case
Berdasarkan kasus di atas, Anak tersebut menderita PENYAKIT JANTUNG REMATIK
(REUMATHIC HEART DESEASE)

1. Apa yang terjadi pada pasien? Jelaskan secara konsep teoritis berdasarkan data yang ada!
Reumatoid heart disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan-
jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme
streptococcus hemolitic-b grup A (Pusdiknakes, 1993).
Penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik
yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A

2
yang mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu
Poliarthritis migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum.

A. Etiologi
Penyebab secara pasti dari RHD belum diketahui, namun penyakit ini sangat
berhubungan erat dengan infeksi saluran napas bagian atas yang disebabkan oleh
streptococcus hemolitik-b grup A yang pengobatanya tidak tuntas atau bahkan tidak terobati.
Pada penelitian menunjukan bahwa RHD terjadi akibat adanya reaksi imunologis antigen-
antibody dari tubuh.Antibody yang melawan streptococcus bersifat sebagai antigen sehingga
terjadi reaksi autoimun.
Terdapat faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada reaksi timbulnya RHD
yaitu :
a. Faktor-faktor pada individu
Faktor Genetik
Meskipun pengetahuan tentang faktor genetik pada RHD ini tidak lengkap namun
pada umumnya ada pengaruh faktor keturunan pada proses terjadinya RHD,
walaupun cara penurunanya belum dapat dipastikan.
Jenis Kelamin
Dulu sering dinyatakan bahwa RHD lebih sering terjadi pada anak wanita daripada
anak laki-laki.
Golongan Etnik dan Ras
Data di Amerika menunjukan bahwa serangan awal maupun serangan ulangan lebih
sering terjadi pada orang berkulit hitam dibandingkan orang berkulit putih
Umur
RHD paling sering terjadi pada anak-anak berumur antara 6- 15 tahun ( usia sekolah
) dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasanya ditemukan pada anak
sebelum berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun

b. Faktor-faktor lingkungan
Keadaan sosial ekonomi yang buruk

3
Keadaan sosial ekonomi yang buruk adalah sanitasi lingkungan yang buruk, rumah
dengan penghuni yang padat, rendahnya pendidikan sehingga pemahaman untuk
segera mencari pengobatan anak yang menderita infeksi tenggorokan sangat kurang
ditambah pendapatan yang rendah sehingga biaya perawatan kesehatan kurang
Iklim dan geografis
RHD adalah penyakit kosmopolit. Penyakit ini terbanyak didapatkan pada daerah
beriklim sedang,tetapi data akhir-akhir ini menunjukan bahwa daerah tropis pun
mempunyai insiden yang tinggi. Didaerah yang letaknya tinggi, insiden RHD lebih
tinggi daripada dataran rendah

Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insiden infeksi saluran
napas atas meningkat, sehingga mengakibatkan kejadian RHD juga dapat meningkat

B. Patofisiologi
Hubungan yang pasti antara infeksi streptokokus dan demam rematik akut tidak
diketahui. Cedera jantung bukan merupakan akibat langsung infeksi, seperti yang
ditunjukkan oleh hasil kultur streptokokus yang negative pada bagian jantung yang terkena.
Fakta berikut ini menunjukkan bahwa hubungan tersebut terjadi akibat hipersensitifitas
imunologi yang belum terbukti terhadap antigen-antigen streptokokus :
1. Demam rematik akut terjadi 2-3 minggu setelah faringitis streptokokus, sering setelah
pasien sembuh dari faringitis.
2. Kadar antibody anti streptokokus tinggi (antistreptolisin o, anti DNase, anti
hialoronidase ) terdapat pada pasien demam rematik akut.
3. Pengobatan dini faringitis streptokokus dengan penisilin menurunkan resiko demam
rematik akut.
4. Immunoglobulin dan komplemen terdapat pada permukaan membrane sel-sel
miokardium yang terkena.

4
Hipersensitifitas kemungkinan bersifat imunologik, tetapi mekanisme demam
rematik akut masih belum diketahui. Adanya antibody-antibodi yang memiliki aktifitas
terhadap antigen streptokokus dan sel-sel miokardium menunjukkan kemungkinan adanya
hipersensitifitas tipe II yang diperantarai oleh antibody reaksi silang. Adanya antibody-
antibodi tersebut di dalam serum beberapa pasien yang kompleks imunnya terbentuk untuk
melawan antigen-antigen streptokokus menunjukkan hipersensitifitas tipe III. Pathway
terlampir.

Untuk menegakkan diagnosis RHD dengan melihat tanda dan gejala maka digunakan
kriteria Jones yang terdiri dari kriteria mayor dan kriteria minor.
a. Kriteria Mayor
1. Carditis
Yaitu terjadi peradangan pada jantung ( miokarditis dan atau endokarditis ) yang
menyebabkan terjadinya gangguan pada katup mitral dan aorta dengan manifestasi
terjadi penurunan curah jantung ( seperti hipotensi, pucat, sianosis, berdebar-debar
dan heart rate meningkat ), bunyi jantung melemah, dan terdengar suara bising katup
pada auskultasi akibat stenosis dari katup terutama mitral ( bising sistolik ), Friction
rub.
2. Polyarthritis
Klien yang menderita RHD biasanya datang dengan keluhan nyeri pada sendi yang
berpindah-pindah, radang sendi-sendi besar, lutut, pergelangan kaki, pergelangan
tangan, siku ( polyarthritis migrans ), gangguan fungsi sendi.
3. Khorea Syndenham
Merupakan gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal , bilateral,tanpa tujuan
dan involunter, serta sering kali disertai dengan kelemahan otot ,sebagai manifestasi
peradangan pada sistem saraf pusat.
4. Eritema Marginatum
Eritema marginatum merupakan manifestasi RHD pada kulit, berupa bercak-bercak
merah dengan bagian tengah berwarna pucat sedangkan tepinya berbatas tegas ,
berbentuk bulat dan bergelombang tanpa indurasi dan tidak gatal. Biasanya terjadi
pada batang tubuh dan telapak tangan.

5
5. Nodul Subcutan
Nodul subcutan ini terlihat sebagai tonjolan-tonjolan keras dibawah kulit tanpa
adanya perubahan warna atau rasa nyeri. Biasanya timbul pada minggu pertama
serangan dan menghilang setelah 1-2 minggu. Ini jarang ditemukan pada orang
dewasa.Nodul ini terutama muncul pada permukaan ekstensor sendi terutama
siku,ruas jari,lutut,persendian kaki. Nodul ini lunak dan bergerak bebas.

b. Kriteria Minor
1. Memang mempunyai riwayat RHD
2. Artralgia atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi, klien kadang-
kadang sulit menggerakkan tungkainya
3. Demam namun tidak lebih dari 39 derajat celcius dan pola tidak tentu
4. Leukositosis
5. Peningkatan laju endap darah ( LED )
6. C- reaktif Protein ( CRP ) positif
7. P-R interval memanjang
8. Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur ( sleeping pulse )
9. Peningkatan Anti Streptolisin O ( ASTO )

Selain kriteria mayor dan minor tersebut, terjadi juga gejala-gejala umum seperti,
akral dingin, lesu, terlihat pucat dan anemia akibat gangguan eritropoesis.gejala lain yang
dapat muncul juga gangguan pada GI tract dengan manifestasi peningkatan HCL dengan
gejala mual dan anoreksia.
Diagnosis RHD ditegakkan apabila ada dua kriteria mayor dan satu kriteria minor,
atau dua kriteria minor dan satu kriteria mayor.
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik / penyakit jantung reumatik dapat dibagi
dalam 4 stadium :

Stadium I

6
Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus Hemolyticus Grup
A. Keluhan : Demam, Batuk, Rasa sakit waktu menelan, Muntah, Diare, Peradangan pada
tonsil yang disertai eksudat.

Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi streptococcus
dengan permulaan gejala demam reumatik; biasanya periode ini berlangsung 1 - 3 minggu,
kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan kemudian.

Stadium III
Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik, saat ini
timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik /penyakit jantung reumatik.
Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan umum dan
menifesrasi spesifik demam reumatik /penyakit jantung reumatik.
Gejala peradangan umum : Demam yang tinggi, lesu, Anoreksia, Lekas tersinggung,
Berat badan menurun, Kelihatan pucat, Epistaksis, Athralgia, Rasa sakit disekitar sendi,
Sakit perut

Stadium IV
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik tanpa
kelainan jantung / penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa katup tidak
menunjukkan gejala apa-apa.
Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan katup jantung,
gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan. Pasa fase ini baik penderita
demam reumatik maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-waktu dapat mengalami
reaktivasi penyakitnya.

2. Pengkajian fisik dan pemeriksaan penunjang apa saja yang diperlukan? Mengapa perlu
diperiksa?

7
a) Keluhan utama
b) Riwayat Penyakit : Riwayat penyakit saat ini
Riwayat penyakt terdahulu
Riwayat Keluarga
Riwayat pekerjaaan dan pola hidup
c) Pemeriksaan fisik
Inspeksi
- Pharynx heperemis
- Kelenjar getah bening membesar
- Pembengkakan sendi
- Tonjolan di bawah kulit daerah kapsul sendi
- Ada gerakan yang tidak terkoordinasi
Palpasi
- Nyeri tekan persendian
- Tonjolan keras tidak terasa nyeri dan mudah digerakkan
Auskultasi
- Murmur sistolik injection dan friction rub

d) Pemeriksaan Penunjang
ECG : Perpanjangan interval P-R
Radiologi :
- Thorax Foto : cardiomegali
- Foto sendi : tidak spesifik
Laboratorium
- Hemoglobin : Kurang dari normal
- LED : Meningkat
- C-Rp : Positif
- ASO : Positif
- Swab tenggorokan : Streptococcus positif

8
3. Penatalaksanaan medis pada pasien tersebut :
Karena penyakit jantung rematik berhubungan erat dengan radang Streptococcus
betahemolyticus grup A, maka pemberantasan dan pencegahan ditujukan pada radang
tersebut. Ini dapat berupa :
a) Eradikasi kuman Streptococcus beta-hemolyticus grup A
Pengobatan adekuat harus dimulai secepatnya pada DR dan dilanjutkan dengan
pencegahan. Erythromycin diberikan kepada mereka yang alergi terhadap penicillin.
b) Obat anti rematik
Baik cortocisteroid maupun salisilat diketahui sebagai obat yang berguna untuk
mengurangi/menghilangkan gejala-gejala radang akut pada DR.
c) Diet
Makanan yang cukup kalori, protein dan vitamin.
d) Istirahat
Istirahat dianjurkan sampai tanda-tanda inflamasi hilang dan bentuk jantung
mengecil pada kasus-kasus kardiomegali. Biasanya 7-14 hari pada kasus Demam
Reumatik minus carditis. Pada kasus plus carditis, lama istirahat rata-rata 3 minggu
3 bulan tergantung pada berat ringannya kelainan yang ada serta kemajuan
perjalanan penyakit.
Kelompok Tirah baring Mobilisasi
Klinis ( minggu ) bertahap
( minggu)
- Karditis ( - )
- Artritis (+) 2 2
- Karditis (+)
- Kardiomegali (-) 4 4
- Karditis ( + )
- Kardiomegali(+) 6 6
- karditis ( + )
- Gagal jantung (+ ) >6 > 12

e) Obat-obat Lain

9
Diberikan sesuai dengan kebutuhan. Pada kasus dengan dekompensasi kordis
diberikan digitalis, diuretika dan sedative. Bila ada chorea diberikan largactil dan
lain-lain.
4. Bagaimana tindakan dan penatalaksanaan keperawatan pada pasien tersebut?
Jawab :
a. Batasi aktivitas pasien untuk mengurangi beban kerja jantung.
b. Pemberian oksigen berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
c. Kompres pasien berhubungan dengan suhu tubuh yang meningkat dikarenakan
inflamasi oleh Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A.
d. Menjaga kelembaban kulit pasien berhubungan dengan resiko kerusakan integritas
kulit.
e. Beri pasien makanan yang cukup kalori, protein dan vitamin.
f. Menurunkan ansietas berhubungan dengan ketakutan pasien terhadap penyakit.
g. Penurunan nyeri berhubungan dengan peradangan oleh penyakit.
h. Pantau tekanan darah pasien secara terus menerus.

10
5. Mapping masalah keperawatan berdasarkan data:

11
6. Rencanan asuhan keperawatan pada pasien tersebut:
a. Analisa Data
No Symptom Problem Etiologi
1 DS : Penurunan curah gangguan pada
DO : jantung penutupan pada
- takikardia katup mitral
- Takipnea (stenosis katup)
- bising jantung grade 3
- Lab : Peningkatan Sel
Retikuloendotelial, sel plasma
dan limfosit (leukositosis),
Peningkatan laju endap darah (
LED ), C- reaktif Protein ( CRP
) positif,

12
- EKG: P-R interval memanjang
2. DS: Perfusi jaringan Penurunan
- Klien mengeluh sesak nafas perifer tidak efektif metabolisme
- Klien mengeluh nyeri terutama perifer
DO: akibat
- JVP (Jugular Venous Pressure) vasokonstriksi
5+2 cm H2O pembuluh darah

- Takipnea
- Eritema Marginatum
3 DS: Klien mengeluh nyeri sendi Nyeri akut Peradangan
berpindah-pindah pada membran
DO: sinovial
- Polyarthritis (Nyeri sendi
berpindah-pindah)
- Takipnea
- Takikardi
4 DS: Klien mengeluh nyeri sendi Hipertermia Peradangan
berpindah-pindah pada membran
DO: sinovial dan
- Suhu 39c peradangan
- Polyarthritis (Nyeri sendi katup jantung
berpindah-pindah)
- Takikardi
- Lab : Peningkatan Sel
Retikuloendotelial, sel plasma
dan limfosit (leukositosis),
Peningkatan laju endap darah (
LED ), C- reaktif Protein ( CRP
) positif,
- EKG: P-R interval memanjang

13
5 DS: Klien mengeluh nyeri sendi Syndrome kurang Gangguan
berpindah-pindah perawatan diri muskuloskeletal
DO:
- Polytarthritis (Nyeri sendi
berpindah-pindah)
6 DS: Kerusakan Peradangan
DO: integritas kulit pada kulit dan
- Eritema Marginatum jaringan
- Nodul Subcutan subcutan
7 DS : Klien mengeluh sesak nafas Resiko kerusakan penumpukan
DO : pertukaran gas darah diparu
- Sesak nafas bertambah bila akibat pengisian
melakukan aktivitas atrium yang
- Takipnea meningkat
- Takikardi

1. Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul


1. Penurunan curah jantung b/d adanya gangguan pada penutupan pada katup mitral
(stenosis katup)
2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan metabolisme
terutama perifer akibat vasokonstriksi pembuluh darah
3. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada membran sinovial
4. Hipertermia berhubungan dengan Peradangan pada membran sinovial dan peradangan
katup jantung
5. Syndrome kurang perawatan diri berhubungan Gangguan muskuloskeletal ;
Poltarthritis/arthalgia dan therapi bed rest .
6. Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan
subcutan.
7. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan darah diparu
akibat pengisian atrium yang meningkat

14
2. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b/d adanya gangguan pada penutupan katup mitral ( stenosis
katup )
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan,penurunan curah jantung dapat diminimalkan.
Kriteria hasil:
Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol
atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung (mis : parameter hemodinamik dalam
batas normal, haluaran urine adekuat). Melaporkan penurunan episode
dispnea,angina. Ikut serta dalam akyivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
Intervensi dan rasional:
Intervensi Rasional
1. Kaji frekuensi nadi, RR, TD 1. Memonitor adanya perubahan
secara teratur setiap 4 jam sirkulasi jantung sedini mungkin
dan terjadinya takikardia-
disritmia sebagai kompensasi
2. Kaji perubahan warna kulit meningkatkan curah jantung
terhadap sianosis dan pucat. 2. Pucat menunjukkan adanya
penurunan perfusi perifer
terhadap tidak adekuatnya curah
jantung. Sianosis terjadi sebagai
3. Batasi aktifitas secara akibat adanya obstruksi aliran
adekuat. darah pada ventrikel.
3. Istirahat memadai diperlukan
untuk memperbaiki efisiensi
kontraksi jantung dan
4. Berikan kondisi psikologis menurunkan komsumsi O2 dan
lingkungan yang tenang. kerja berlebihan.
4. Stres emosi menghasilkan
5. Kolaborasi untuk pemberian vasokontriksi yang
oksigen meningkatkan TD dan

15
6. Kolaborasi untuk pemberian meningkatkan kerja jantung.
digitalis 5. Meningkatkan sediaan oksigen
untuk fungsi miokard dan
mencegah hipoksia.
6. Diberikan untuk meningkatkan
kontraktilitas miokard dan
menurunkan beban kerja
jantung.

2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan perubahan metabolisme


terutama perifer akibat vasokonstriksi pembuluh darah
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan , perfusi jaringan perifer efektif
Kriteria hasil :
Klien tidak pucat, Tidak ada sianosis, Tidak ada edema
Intervensi dan rasional :
Intervensi Rasional
1. Selidiki perubahan tiba-tiba 1. Perfusi serebral secara
atau gangguan mental langsung sehubungan dengan
kontinyu, contoh: cemas, curah jantung dan juga
bingung, letargi, pingsan. dipengaruhi oleh elektrolit
atau variasi asam basa,
hipoksia, atau emboli
2. Lihat pucat, sianosis, belang, sistemik.
kulit dingin atau lembab. Catat 2. Vasokontriksi sistemik
kekuatan nadi perifer. diakibatkan oleh penurunan
curah jantung mungkin
3. Kaji tanda edema. dibuktikan oleh penurunan
4. Pantau pernapasan, catat kerja perfusi kulit dan penurunan
pernapasan. nadi.
3. Indikator trombosis vena
dalam.

16
4. Pompa jantung gagal dapat
5. Pantau data laboratorium, mencetuskan distress
contoh: GDA, BUN, creatinin, pernapasan. Namun dispnea
dan elektrolit. tiba-tiba atau berlanjut
menunjukkkan komplikasi
tromboemboli paru.
5. Indikator perfusi atau fungsi
organ

3. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada membran sinovial


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah nyeri teratasi.
Kriteria hasil :
Skala nyeri 0-1, tanda-tanda vital dalam batas normal, klien tidak mengeluh nyeri,
tidak ada nyeri tekan dan klien tidak membatasi gerakanya.Klien tampak rileks

Intervensi dan rasional:


Intervensi Rasional

17
1. Kaji keluhan nyeri. Perhatikan 1. Memberikan informasi
intensitas ( skala 1-10 ) sebagai dasar dan
2. Pantau tanda-tanda vital (TD, pengawasan intervensi
Nadi, RR , suhu) 2. Mengetahui keadaan umum
dan memberikan informasi
3. Pertahankan posisi daerah sebagai dasar dan
sendi yang nyeri dan beri pengawasan intervensi
posisi yang nyaman 3. Menurunkan spasme/
4. Kompres dengan air hangat tegangan sendi dan jaringan
jika diindikasikan sekitar
5. Ajarkan teknik relaksasi 4. Menghambat kerja reseptor
progresif ( napas dalam, Guid nyeri
imageri,visualisasi )
5. Membantu menurunkan
6. Kolaborasi untuk pemberian spasme sendi-sendi,
analgetik meningkatkan rasa kontrol
dan mampu mengalihkan
nyeri.
6. Menghilangkan nyeri

4. Hipertermia berhubungan dengan Peradangan pada membran sinovial dan peradangan


katup jantung.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah hiperteemia teratasi
Kriteria hasil :
Suhu normal ( 26-37 derajat celcius ), nadi normal,leukosit normal (4.300-11.400 per
mm darah), tidak ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A pada hapusan
tenggorokan.

18
Intervensi dan rasional :
Intervensi Rasional
1. Kaji suhu tubuh klien dan ukur 1. Mengetahui data dasar
tanda-tanda vital lain seperti terhadap perencanaan
nadi, TD dan respirasi tindakan yang tepat
2. Berikan klien kompres hangat
pada lipatan tubuh dan terdapat 2. Membantu meberikan
banyak pembuluh darah besar evek vasodilatasi
seperti aksilla, perut ) pembuluh darah sehungga
3. Anjurkan klien untuk minum 2 pengeluaran panas terjadi
liter/hari jika memungkinkan secara evaporasi
3. Peningkatan suhu juga
4. Anjurkan klien untuk tirah dapat meyebabkan
baring ( bed rest ) kehilangan cairan akibat
evaporasi
5. Kolaborasi untuk pemberian 4. Mencegah terjadinya
antipiretik dan antiradang peningkatan reaksi
seperti salisilat/ prednison serta peradangan dan
pemberian Benzatin penicillin hipermetabolisme.
5. Mengurangi proses
peradangan sehingga
peningkatan suhu tidak
terjadi serta streptococus
hemolitikus b grup A akan
mampu dimatikan

5. Syndrome kurang perawatan diri berhubungan Gangguan muskuloskeletal ;


Polyarthritis / Arthralgia dan therapi bed rest.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah pemenuhan ADL klien teratasi.
Kriteria hasil :

19
Klien mengatakan perawatan diri / ADL terpenuhi, Klien dapat melakukan
perawatan diri dalam batas toleransi
Intervensi dan Rasional :
Intervensi Rasional
1. Bantu pemenuhan ADL klien 1. Memenuhi kebutuhan klien
sehingga klien tetap bed
rest dan tenang
2. Libatkan keluarga untuk 2. Kebutuhan klien akan lebih
membantu memenuhi terpenuhi sehingga klien
kebutuhan klien merasa tetap diperhatikan
3. Mencegah adanya
3. Beri penjelasan kepada klien komplikasi peradangan
bahwa klien harus tirah baring sampai ketingkat gagal
sesuai dengan waktu yang jantung.
diindikasikan

6. Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan
subcutan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan,kerusakan integritas kulit teratasi.
Kriteria hasil :
Eritema hilang pada tangan dan tubuh klien, mempertahanakan integritas kulit.
Mendemonstrasikan perilaku / teknik mencegah kerusakan kulit

20
Intervensi dan Rasional :
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat kerusakan kulit 1. Memberikan pedoman untuk
memberikan intervensi yang
2. Berikan perawatan kulit tepat
sering, minimalkan dengan 2. Terlalu kering adan lembab
kelembaban/ ekskresi merusak kulit dan
3. Ubah posisi sering di tempat mempercepat kerusakan.
tidur / kursi, bantu latihan
rentang gerak pasif/aktif 3. Memperbaiki sirkulasi/
4. Berikan bantalan yang menurunkan waktu satu area
lembut pada badan yang mengganggu aliran
5. Kolaborasi untik pemberian darah
obat antiradang ( prednison ) 4. Mencegah penekanan pada
eritema sehingga tidak
meluas
5. Mengurangi reaksi
peradangan sehingga eritema
hilang.

7. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan darah di paru-


paru akibat pengisian atrium yang meningkat
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah resiko kerusakan pertukaran gas
tidak terjadi
Kriteria hasil :
Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenasi adekuat pada jaringan ditunjukkan oleh
GDA/ oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam batas kemampuan/situasi

21
Intervensi dan rasional:
Intervensi Rasional
1. auskultasi bunyi nafas, catat 1. Menyatakan adanay kongesti
krekels, mengii. paru/pengumpulan sekret
menunjukkan kebutuhan untuk
intervensi lanjut.
2. Anjurkan pasien batuk efektif, 2. Membersihkan jalan nafas dan
nafas dalam. memudahkan aliran oksigen.
3. Pertahankan posisi semifowler, 3. Menurunkan komsumsi
sokong tangan dengan bantal Jika oksigen/kebutuhan dan
memungkinkan meningkatkan ekspansi paru
maksimal.
4. Kolaborasi dalam pemberian 4. Meningkatkan konsentrasi oksigen
oksigen tambahan sesuai indikasi. alveolar, yang dapat
memperbaiki/menurunkan
hipoksemia jaringan.
5. Kolaborasi untuk pemeriksaan 5. Hipoksemia dapat menjadi berat
AGD selama edema paru
6. Kolaborasi untuk pemberian obat 6. Menurunkan kongesti alveolar,
diuretik. meningkatkan pertukaran gas.
7. Kolaborasi untuk pemberian obat 7. Meningkatkan aliran oksigen
bronkodilator dengan mendilatasibjalan nafas
kecil dan mengeluarkan efek
diuretic ringan untuk menurunkan
kongesti paru

22
7. Discharge planning pada pasien tersebut:
a. Jelaskan penyebab,tanda, gejala,perjalanan penyakit dan prognosis Penyakit Jantung
Rematik
b. Jelaskan Tindakan Farmakologi yang dilakukan. Jelaskan tentang kegunaan obat-obatan
yg digunakan,serta berikan jadwal pemberian obat
c. Diskusikan pentingnya pencegahan
d. Bantu pasien mengidentifikasi kebutuhan fisiologis
e. Anjurkan untuk kontrol secara teratur walaupun tanpa gejala

23
DAFTAR PUSTAKA

Ariesti,Agung.2011.Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Reumatoid


Heart Disease (RHD). (google scholar, diakses tanggal 5 Desember 2012
Doengoes,Marilynn E.1999.Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.Jakarta: EGC
Noviyanto,Dwi.2011.Askep Penyakit Jantung rematik.(
http://blogedwinoviyanto.blogspot.com/ ,diakses tanggal 5 Desember 2012)
Nurjannah,I.(2012) (3rd Ed). ISDA Intans Screening Diagnoses
Assesment.Yogyakarta: Mocomedia
Santoso,Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA.Jakarta: Erlangga
Wilkinson,Judith M.2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC.Jakarta: EGC

24

Anda mungkin juga menyukai