HIPERTENSI
Disusun oleh :
Kelompok 4
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
Case 4
Tn. K, 34 tahun, datang ke poli penyakit dalam RSU dengan keluhan sakit kepala, dada
berdebar-debar dan kadang tinitus. Dari pengkajian didapatkan data TD 180/110 mmHg, nadi
88 x/menit. Tn. Hasil anamnesa Tn. K seorang perokok berat, menghabiskan 2 bungkus
rokok/hari dan minum kopi 2 - 3 gelas/hari. Gaya hidup yang sangat sibuk membuat kurang
sehat dengan pola tidur dan makannya kurang teratur serta jarang berolah raga. Hasil
pemeriksaan lab kolesterol total 280 mg/dl, LDL 178 mg/dl, proteinuri +1.
1. Apa yang terjadi pada pasien? Jelaskan secara konsep teoritis berdasarkan data yang
ada!
Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah
arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-
arteriole konstriksi. Lontriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan meningkatan
tekanan melawan dinding arteri. Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih
dianggap normal adalah 140/90 mmhg, sedangkan tekanana darah lebih dari atau
sama dengan 160/95 mmhg dinyatakan sebagai hipertensi.
Kaplan memberikan batasan hipertensi, dengan memperhatikan usia dan jenis kelamin
(soeparman,1999:205).
A. Pria berusia kurang dari 45 tahun, dikatakan hipertensi bila, tekanan darah pada
waktu berbaring, lebih dari atau sama dengan 130/90 mmhg.
B. Pria berusia lebih dari 45 tahun, dikatakan hipertensi bila, tekanan darahnya lebih
dari 145/95 mmhg.
C. Wanita hipertensi bila tekanan darah, lebih dari atau sama dengan 160/95.
Tuan K. Termasuk dalam katekori krisis hipertensi. Dikatakan krisis hipertensi jika,
tekanan darah meningkat dalam beberapa hari sampai sekitar 180/120 mmhg, maka
gagal ginjal dan enselopati hipertensif dapat terjadi.
2. Pengkajian fisik dan pemeriksaan penunjang apa saja yang diperlukan? Mengapa
perlu diperiksa?
Jawab :
Anamnesis.
Pada namnesis, biasanya didapatkan, adanya riwayat peningkatan tekanan darah,
adanya riwayat keluarga dengan penyakit yang sama, dan riwayat meminum obat anti
hipertesi.
Pemeriksaan fisik.
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah
yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan, perubahan pada retina, seperti :
pendarahan,eksudat (kumoulan cairan), penyempitan pembuluh darah dan pada kasus
berat, seperti edema pupil (edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai
bertahun-tahun. Bila ada biasanya gejala menunjukan adanya kerusakan vaskular,
dengan manivestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh
pembukuh darah yang bersangkutan.
Pemeriksaan fisik juga harus, memerhatikan kecepatan, irama, dan karakter denyut
apikal, serta perifer, untuk mendeteksi efek hipertensi terhadapat jantung dan
pembuluh darah perifer.
Studi diagnostik.
1. Hitung darah lengkap, meliputi pemeriksaan hemoglobin, hematokrit untuk meilai
viskositas dan indikator faktor resiko, seperti hiper koagulabilitas, anemia.
2. Kimia darah,
a. BUN, kreatinin: peningkatan kadar menandakan penurunan perfusi atau faal
renal.
b. Serum glukosa: hiperglisemia (diabetes militus, adalah presipitator hipertensi)
akibat dari peningkatan kadar katekolamin.
c. Kadar kolesterol atau trigliserida: peningkatan kadar mengindikasikan
predisposisi pembentukan plaque atheromatus.
3. Elektrolit
a. Serum potasium atau kalium (hipokalemia mengindikasikan adanya
aldosteronisme atau efek samping diuretik.
b. Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap hipertensi.
4. Urin
a. Analisis urin adanya darah, protein, glukosa dalam urin mengindikasikan
disfungsi renal atau diabetes.
b. Steroid urin: peningkatan kadar mengindikasikan hiperadrenalisme,
peokromacitoma, atau disfungsi pituitari, sindrom chushings, kadar renin juga
meningkat.
5. Radiologi
a. Intra Venous Pyelografi (IVP) : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti
renal pharencimal disease, urolitiasis, benign prostate hiperplasia (BPH)
b. Rontgen thorak : menilai adanya klasifikasi obtruksi katup jantung, deposit
kalsium pada aorta, dan pembesaran jantung.
6. EKG : menilai adanya hipertropi miokard, pola strain, gangguan konduksi atau
disritmia.
Pendekatan farmakologi
a. Diuretik
Semua diuretik akan menurunkan tekanan darah secara akut dengan pengeluaran
garam dan air, tetapi setelah 4-6 minggu keseimbangan kembali dan tekanan darah
kembali kenilai asal. Tiazid akan menurunkan kadar kalium serum dan cenderung
meningkatkan glukosa, asam urat, insulin, kolestrol dan kalsium darah. Indapamit
adalah diuretik sulfonamid dengan kerja seperti tiazid tetapi dengan efek ringan
pada glukosa dan kolestrol.
b. Penghambat adrenergik
Obat ini dapat bekerja sentral pada pusat vasomotor dibatang motor, di perifer
pada pelepasan katekolamin neuron, atau menyekat reseptor alfa atau beta atau
keduanya.
c. Vasodilator langsung
Obat ini menurunkan tekan darah dengan mengurangi resistensi vaskular perifer.
Contoh kelompok obat ini adalah obat oral hidralazin, prazosin, dan minoksidil
dan obat intravena diazoksid dan nitroprusid.
d. Antagonis kalsium
Pilihan obat tergantung pada efek yang berbeda, pada perlambatan denyut jantung
(kronotoprisme negatif) mengurangi kontraktilitas miokard (inotropisme negatif )
dan kemampuan menyebabkan efek samping seperti muka merah, edema perifer
dan konstipasi.
e. Penghambat renin / angiotensin
Obat yang paling banyak digunakan adalah penghambat ACE, seperti kaptropril,
nelapril, lisinopril dan ramipril.
Tujuan
Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individual yang dapat diterima, irama
jantung dan denyut jantung dalam batas normal.
Intervensi Rasional
1. Monitor tekanan darah, ukur pada 1-3. Peningkatan tekanan darah
kedua ekstremitas baik lengan maupun meningkatkan preload dan beban kerja
kaki pada awal evaluasi. Gunakan jantung. Terdengarnya crakles, di basal
ukuran manset dan cara pengukuran paru mengindikasikan kongesti
yang tepat. pulmonal, akibat peningkatan tekanan
2. Catat kualitas denyutan sentral dan
jantung sisi kiri. Terdengarnya BJ3
perifer.
atau BJ4 Gallops akibat dari
3. Auskultasi suara napas dan bunyi
penurunan pengembangan ventrikel
jantung.
kiri.
4. Observasi warna kulit, kelembapan, 4-6. Lingkungan nyaman dan
suhu kulit, dan waktu pengisian pembatasan aktifitas menurunkan
kembali kapiler. Observasi warna kulit, konsumsi oksigen miokard.
kelembapan, suhu kulit, dan waktu
pengisian kembali kapiler.
5. Berikan lingkungan yang tenang dan
nyaman, batasi jumlah pengunjung.
6. Pertahankan pembatasan aktifitas, buat
jadwal terapi yang tidak mengganggu
masa istirahat klien.
7. Bantu klien memenuhi perawatan 7-9. Diet rendah garam dan
dirinya, sesuai kebutuhan. pembatasan cairan mencegah
8. Berikan diet rendah garam dan
peningkatan volume cairan ekstra
pembatasan cairan.
seluler yang dapat meningkatkan
9. Nilai intake cairan dan produksi urin
tekanan darah.
per 24 jam (intake-output cairan).
Tujuan
Mampu beraktivitas tanpa keluhan yang berarti.
Intervensi Rasional
1. Kaji respon klien terhadap aktivitas Tanda dan gejala tersebut
dan catat: denyut nadi (denyut jantung mengindikasikan penurunan curah
aktivitas < 20bpm dari denyut jantung jantung dan perfusi jaringan, akibat
istirahat); catat tekanan darah pasca- peningkatan preload dan afterload
aktivitas (sistolik meningkat 40mmHg ventrikel kiri.
dan diastolik meningkat 20mmHg);
keluhan sesak napas, nyeri dada,
keletihan ang sangat, diaforesis, pusing
atau syncope.
2. Anjurkan klien menggunakan teknik Penghematan energi mengurangi
penghematan tenaga saat beraktivitas, konsumsi oksigen pada miokard.
seperti mandi, menyisir rambut, atau
menggosok gigi dengan posisi duduk,
dan lain-lain. Bantu pemenuhan
aktivitas seari-hari sesuai kebutuhan.
Anjurkan aktivitas secara bertahap
sesuai toleransi.
Risiko tinggi terhadap injuri atau trauma fisik berhubungan dengan pandangan
kabur, ruptur pembuluh darah otak, epistaksis.
Tujuan
Intervensi Rasional
1. Pertahankan bed rest selama fase 1-4. Bed rest adekuat dan tindakan
akut. kenyamanan membantu merelaksasikan
2. Berikan tindakan kenyamanan untuk
otot da menurunkan kecemasan.
mengurangi sakit kepala seperti
massase punggung dan leher, elevasi
kepala, kompres hangat di dahi atau
leher, teknik relaksasi, meditasi,
imaginasi terbimbing, distraksi, dan
aktivitas diversional.
3. Kurangi aktivitas yang merangsang
ak tivitas simpatis yang makin
memperberat sakit kepala seperti
batuk lama, ketegangan saat defekasi.
4. Bantu klien saat ambulasi.
5. berikan tampon hidung dan kompres Menghentikan perdarahan, akibat
dengan es bila terjadi epistaksis. pecahnya kapiler nasal.
6. Kaji ulang visus klien, tanyakan
Pandangan kabur dan penurunan visus
keluhan terhadap pandangan kabur.
adalah indikator krusakan retina mata.
7. Kolaborasi pemberian pengobatan. a. Mengurangi nyeri kepala.
a. Analgesik b. Menurunkan kecemasan dan
b. Tranquilizer (diazepam).
membantu tidur.
c. Pemeriksaan fundus mata
c. Menilai komplikasi hipertensi pada
(konsultasi dengan dokter ahli
mata (retina).
mata).
Tujuan
Berat badan dalam batas normal atau ideal, klien mampu mengubah pola
makan, gaya hidup, dan pola olahraga.
Intervensi Rasional
1. Bantu klien memahami hubungan 1.Mal-diet dapat menyebabkan obesitas,
antara hipertensi dan obesitas. hipertensi, dan memicu serangan
Diskusikan manfaat penurunan jantung.
asupan kalori dan pembatasan
asupan garam, lemak, serta gula
atau kalori.
2. Pertimbangkan kemauan klien 2-5. Pengaturan berat badan dapat
untuk mengurangi berat badan. mencegah
3. Review asupan kalori harian dan
obesitas dan komplikasinya.
pilihan diet.
4. Perhitungkan penurunan berat
badan realistis bersama klien,
misalnya 0,3 kg per minggu.
5. Anjurkan klien menghindari
konsumsi makanan dengan kadar
lemak jenuh ( butter, keju, kuning
telur, es krim, daging ) dan
makanan yang mengandung
kolesterol ( daging berlemak,
jerohan, udang ).
6. Anjurkan meningkatkan konsumsi 6. Asam lemak tidak jenuh membantu
makanan yang mengandung asam, menurunkan kadar kolesterol darah.
lemak tak jenuh ( apel, wortel,
alpukat ).
7. Kolaborasi untuk merujuk klien 7.Diet yang tepat dapat mencegah
ke ahli diet. serangan hipertensi dan
komplikasinya.
Tujuan
Intervensi Rasional
1. Kaji kesiapan klien dan keluarga 1-11. Pencegahan serangan ulang dan
untuk belajar. komplikasi pasca hipertensi lebih
2. Diskusikan definisi batasan
bermakna melalui proses
tekanandarah normal. Jelaskan
pengajaran klien dan
hipertensi dan efeknya terhadap
jantung, pembuluh darah, ginjal, keluarganya. Hipertensi adalah
dan otak. sindrom penyakit yang dapat
3. Hindari mengatakan tekanan
dikelola dengan mengubah gaya
darah normal , tetapi gunakan
hidup melalui pengaturan diet
terkontrol baik saat
( mengurangi asupan natrium ),
menggambarkan tekanan darah
olahraga, mematuhi aturan terapi,
klien dalam rentang yang
dan latihan relaksasi ( manajemen
diharapkan.
stres).
4. Bantu klien dalam
mengidentifikasi faktor resiko
kardiovaskular yang dapat diubah
( obesitas, pola diet tinggi lemak
jenuh dan kolesterol, merokok,
asupan alkohol, dan gaya hidup
penuh stres ).
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Askep dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan