Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS TRIGGER CASE

Gangguan Sistem Pernapasan

Case 3

Disusun oleh :

Venny Novita 04111003003

Wayan Hariyati 04111003010

Ni Made Desy Armita 04111003018

Eli Marlina 04111003025

Dela Clara H.P 04111003033

Dwi Kurnia 04111003040

Ester Ravinska Septi 04111003048

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2012 / 2013
Kasus 3

Tn. Z, 38 tahun, dirawat di RSMM sejak 1 hari yang lalu. Pasien mengeluh sesak nafas, nyeri
dada, dada terasa sempit dan mengeluh tidak dapat tidur tadi malam. Dan kepalanya terasa
sakit, HR 88x/menit, RR 30x/menit, suara nafas ronchi saat inspirasi dan ekspirasi, batuk (+),
dahak (-), TH / yang didapat bronkhodilator, ventolin 2 mg, antibiotik , 02 nasal 4 L /menit.
Pasien mempunyai riwayat merokok.

1. Apa yang terjadi pada pasien? Jelaskan secara konsep teoritis berdasarkan data yang ada!

Pasien menderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK). Semua penyakit


pernafasan dikarakteristikkan oleh obstruksi kronis pada aliran udara dengan klasifikasi luas
PPOK. Dalam kategori luas ini penyebab utama obstruksi bermacam macam, misalnya
inflamasi jalan nafas, perlengketan mukosa, penyempitan lumen jalan nafas atau kerusakan
jalan nafas.
Bronkitis kronis adalah inflamasi luas jalan nafas dengan penyempitan atau hambatan
jalan nafas dan peningkatan produksi suputum mukoid menyebabkan ketidakcocokan
ventilasi-perfusi dan menyebabkan sianosis.
Emfisema adalah bentuk paling berat dari PPOK dikarakteristikkan oleh inflamasi
berulang yang melukai dan akhirnya merusak dinding alveolar menyebabkan banyak bleb
atau bula atau ruang udara kolaps bronkiolus pada ekspirasi.
Bronkitis kronis dan emfisema ada bersamaan pada beberapa pasien dan adalah dua
penyakit yang paling umum pada pasien PPOK yang dirawat. Kedua penyakit
dikarakteristikkan oleh keterbatasan aliran udara kronis.

Pada pasien tersebut, Pasien mengalami sesak nafas, nyeri dada, dan dada terasa sempit
yang disertai batuk tanpa sputum. Hal ini sudah menunjukkan bahwa pasien mengalami
penyakit paru obstruktif kronik ringan.

2. Pengkajian fisik dan penunjang apa saja yang diperlukan? Mengapa perlu diperiksa?

Aktifitas / istirahat
Gejala : - Keletihan, kelelahan, malaise.
- Ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari karena sulit bernafas
- Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
Tanda : - Keletihan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/ kehilangan massa otot.
Pernapasan
Gejala : - Rasa dada tertekan
- Ketidakmampuan untuk bernapas
- Batuk tanpa disertai sputum
-
Pemeriksaan fisik
PPOK dini umumnya tidak ada kelainan
Inspeksi
- Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
- Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)
- Penggunaan otot bantu napas
- Hipertropi otot bantu napas
- Pelebaran sela iga
- Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis i leher dan edema
tungkai
- Penampilan pink puffer atau blue bloater
Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah, hepar
terdorong ke bawah
Auskultasi
- suara napas vesikuler normal, atau melemah
- terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa
- ekspirasi memanjang
- bunyi jantung terdengar jauh

Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan yang rutin dikerjakan untuk menegakkan diagnosiss ppok adalah uji faal
paru, sedangkan pemeriksaan darah rutin(Hb, Ht, leukosit) dan foto thorax untuk
menyingkirkan penyakit paru lain.
- Pemeriksaan spirometri dilakukan untuk memeriksa VEP1, KVP, dan VEP1/KVP. VEP1
merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK dan
memantau perjalanan penyakit. Disebut obstruksi apabila %VEP1 (VEP1/VEP1
Prediksi) <80% atau VEP1 % (VEP1/KVP) <75%. Apabila spirometri tidak tersedia
atau tidak mungkin dilakukan, pemeriksaan HPE (harus puncak ekspirasi) dengan
memantau variability harian pagi dan sore tidak melebihi 20%

3. Bagaimana penatalaksanaan medis pada pasien tersebut?

Terapi eksaserbasi akut di lakukan dengan :

1. Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi


Infeksi ini umumnya disebabkan oleh H. Influenza dan S. Pneumonia, maka digunakan
ampisilin 4 x 0.25-0.56/hari atau eritromisin 40.56/hari Augmentin (amoksilin dan
asam klavulanat) dapat diberikan jika kuman penyebab infeksinya adalah H. Influenza
dan B. Cacarhalis yang memproduksi B. Laktamase Pemberiam antibiotik seperti
kotrimaksasol, amoksisilin, atau doksisiklin pada pasien yang mengalami eksaserbasi
akut terbukti mempercepat penyembuhan dan membantu mempercepat kenaikan peak
flow rate. Namun hanya dalam 7-10 hari selama periode eksaserbasi. Bila terdapat
infeksi sekunder atau tanda-tanda pneumonia, maka dianjurkan antibiotik yang kuat.
2. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernapasan karena hiperkapnia dan
berkurangnya sensitivitas terhadap CO2
3. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk di dalamnya golongan
adrenergik b dan anti kolinergik. Pada pasien dapat diberikan salbutamol 5 mg dan atau
ipratopium bromida 250 mg diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin 0,25
0,56 IV secara perlahan.

Terapi jangka panjang di lakukan :

1. Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin 40,25-0,5/hari dapat


menurunkan kejadian eksaserbasi akut.
2. Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran napas tiap pasien maka
sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif dari fungsi faal paru.
3. Fisioterapi
a. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
b. Mukolitik dan ekspektoran
c. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal
napas tipe II dengan PaO2 (7,3 Pa (55 MMHg)
4. Bagaimana tindakan dan penatalaksanaan keperawatan pada pasien tersebut?
1. Mempertahankan patensi jalan napas.
2. Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas.
3. Meningkatkan masukan nutrisi.
4. Mencegah komplikasi, memperlambat buruknya kondisi.
5.Memberikan informasi tentang proses penyakit atau prognosis dan program
pengobatan.

Penatalaksanaan pada fase akut sebagai berikut:


a. Mengatasi nyeri
Berupa terapi farmakologi:
b. Membersihkan sekresi bronkus dengan cara suction dan latihan batuk efektif.
c. Pemberian oksigen
d. Terapi oksigen segera di berikan saat sesak dan nyeri dada terjadi sehingga saturasi
oksigen segera meningkat ketika klien segera menghirupnya . efektivitas terapi
oksigen ditentukan dengan observasi kecepatan dan pertukaran pernafasan. Terapi
oksigen dilanjutkan hingga pasien bernafas dengan mudah. Saturasi oksigen dalam
darah diukur dengan pulsa oksimetri. Pada kasus ini di berikan dengan aliran lambat
yaitu 1-2 liter/menit.
e. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obatan bronkodilatasi dengan kortikosteroid.
f. Memberantas infeksi dengan anti mikroba
g. Latihan nafas untuk nafas efektif

5.Buatlah mapping/nursing pathway masalah keperawatan berdasarkan data !

MAPPING MASALAH KEPERAWATAN


6. Berdasarkan mapping bagaimana rencana asuhan keperawatan pada pasien tersebut?

. Resiko nyeri b.d penyempitan saluran nafas.


Tujuan : pasien dapat melakukan inspirasi dan ekspirasi secara normal
Kriteria Hasil :
a) Inspirasi dapat dicapai dengan baik tanpa adanya otot bantu pernafasan
b) Tidak adanya suara yang menyertai aktivitas bernafas
Intervensi Rasional
1. Pertahankan posisi semi- Posisi tegak memungkinkan
Fowler atau Fowler. ekspansi paru lebih mudah
Hindarkan memiringkan dimana tekanan abdominal pada
badan pada sisi yang diafragma diturunkan oleh
mengalami trauma tarikan gravitasi. Berbaring
pada sisi yang sakit membuat
tegangan pada sisi yang cedera
2. Pertahankan pembatasan Pembatasan aktivitas fisik
aktivitas sesuai anjuran. menghemat energy dan
Berikan tindakan untuk mengurangi rasa tidak nyaman
mencegah komplikasi dari karena ketegangan otot.
imobilisasi.

. Kerusakan pertukaran gas b.d faktor penyebab spesifik (syok)


Tujuan : menunjukkan perbaikan ventilasi
Kriteria Hasil :
a) Warna kulit normal
b) Frekuensi pernafasan antara 12-24 per menit
c) Bernafas tanpa menggunakan otot-otot asesori pernafasan
d) Menyangkal dispnea
e) Sadar dan mengikuti perintah verbal dengan cepat
f) GDA dalam batas normal
g) Bunyi paru bersih
h) Tidak ada batuk
Intervensi Rasional
1. Pantau : Untuk mengevaluasi keefektifan
a) Tanda-tanda vital tiap 2 jam intervensi
selama fase akut
b) Status pernapasan tiap 4
jam selama fase akut,
kemudian setiap 8 jam
apabila stabil
c) Hasil GDA
d) Haluaran dan masukan tiap
4 jam
2. Bila distres pernapasan Ekspansi paru lebih baik daoat
terdeteksi : dicapai dengan posisi duduk.
a) Berikan posisi duduk dan Suplemen soksigen mengurangi
beritahu dokter dengan kerja pernapasan. Kosentrasi
segera. oksigen yang tinggi jika
b) Berikan suplemen oksigen diberikan pada pasien akan
4L/menit. Jika ada riwayat menurunkan rangsang hipoksia
PPOM, berikan oksigen untuk penapasan.
2L/menit Dispnea dan diagnostik yang
c) Jelaskan seluruh tindakan asing bagi pasien serta tindakan
prosedur. Temani pasien atau invasive dapat mencetuskan
ijinkan seseorang tinggal ansietas. Tingkat ansietas tinggi
dengan pasien mempengaruhi pertukaran gas.
d) Laksanakan tindakan dengan Perawat yang kompeten,
tenang, tingkah laku yang percaya diri membantu
meyakinkan menurunkan ansietas.
e) Lakukan AGD bila AGD adalah penetu terbaik dari
dipesankan. Beritahukan pertukaran gas paru.
hasilnya pada dokter dengan
segera
3. Pertahankan tirah baring Tirah baring mengurangi
sesuai pesanan, dengan konsumsi oksigen oleh tubuh
kepala tempat tidur tapi juga dapat memperlambat
ditinggikan kurang lebih 30 fungsi proses-proses tubu yang
derajat bila tidak ada lain. Posisi semi duduk adalah
kontraindikasi. Laksanakan posisi yang paling baik untuk
intervensi untuk mencegah mendapatkan ventilasi dan
komplikasi dari imobilisasi perfusi yang optimal serta untuk
selama tirah baring menurunkan tekanan abdominal
pada diafragma
4. Berikan obat-obatan yang Akses vascular diperlukan
dipesankan dan evaluasi untuk pemberian obat-obatan
kefektifannya. yang mendesak.
5. Beri tahu dokter adanya Dokter akan mengubah dosis,
efek obat yang merugikan jenis, atau interval obat-obatan
atau gejala-gejala memburuk. untuk mengotrol reaksi yang
merugikan. Gejala yang
memburuk, meskipun dilakukan
tindakan, seringkali
menandakan mulainya
komplikasi dan memerlukan
pengkajian lebih lanjut.
6. Lakukan penghisapan jika Penghisapan membersihkan
diperlukan (prn) jika batuk jalan napas.
tidak cukup kuat untuk
mengeluarkan secret. Hindari
penghisapan jika ini
memperburuk deficit oksigen
yang telah terjadi.
7. Siapkan untuk pemindahan Pasien dengan GPAmemerlukan
ke unit perawatan intensif perawatan konstan dan oleh
(UPI). Bantu pemasangan karena itu perlu ditempatkan di
selang endotreakeal dan UPI. Namun demikian, pasien
penempatan pada ventilasi ini memerlukan ventilsi
mekanis sesuai pesanan. mekanis jangka panjang tetapi
Berikan perawatan ventilator secara medis stabil dapat
yang tepat dipindahkan ke unit penyakit
dalam, unit perawatan
pernapasan, atau unit perawatan
peralihan.

Kerusakan mobilitas fisik b.d perubahan tingkat kesadaran dan tidak toleran terhadap
aktivitas
Kriteria Hasil :
a) Kulit bersih dan kering tanpa bau badan atau kerusakan
b) Tidak ada konstipasi
c) Bunyi paru bersih
d) Melakukan aktivitas fisik mandiri tanpa keluhan kelemahan otot atau kekakuan sendi
Intervensi Rasional
1. Monitor toleransi terhadap Aktivitas fisik memerlukan
aktivitas dengan mengukur penggunaan energy. Intoleran
frekuensi nadi dan frekuensi terhadap aktivitas dibuktikan
pernapasan sebelum dan dengan keluhan kelelahan
sesudah melakukan aktivitas. disertai dengan takikardi dan
takipnea. Ini menandakan
kebutuhan istirahat

Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit


Tujuan : mendemonstrasikan berkurangnya ansietas
Kriteria Hasil :
a) Pasien melaporkan berkurangnya cemas atau gugup
b) Ekspresi wajah rileks
c) Mengungkapkan pemahaman terhadap kondisi, tindakan, dan pemeriksaan
diagnostic
Intervensi Rasional
1. Berikan informasi tentang : Mengetahui apa yang
a) Sifat kondisi (setela kondisi diharapkan dari tindakan
stabil) medis dapat mempermudah
b) Tujuan pengobatan yang penyesuaian pasien dan
diprogramkan membantu menurunkan
c) Pemeriksaan diagnostic, ansietas yang berhubungan
meliputi : dengan tindakan medis
Tujuan tersebut
Gambaran pemeriksaan
secara singkat
Persiapan yang
diperlukan sebelum
pemeriksaan
Perawatan setelah
pemeriksaan
2. Berikan kotrol nyeri yang Nyeri dapat mencetuskan
efektif ansietas
3. Bantu pasien untuk Mengidentifikasi rasa takut
mengidentifikasi yang spesifik membantu
ketakutannya. Koreksi meminimalkan perasaan
kesalahan persepsi. Dorong berlebihan terhadap suatu
pasien untuk ancaman. Sistem pendukung
mengekspresikan perasaan yang kuat sangat penting
dan pikirannya. Pertahankan untuk membantu koping
pemberian informasi tentang individu terhadap penyakit
kemajuan-kemajuan kondisi
pasien kepada keluarganya.
Izinkan mereka untuk
mengunjungi dan
memberikan dorongan
emosional kepada pasien.

Resiko Malnutrisi b.d hipoksemia


: pengembalian kebutuhan nutrisi yang adekuat
Kriteria Hasil :
a) Terpenuhinya keseimbangan kalori baik yang dikeluarkan dan yang dibutuhkan
b) Peningkatan kembali berat badan
c) Diafragma dapat berfungsi kembali secara optimal

Intervensi Rasional
1. Komposisi nutrisi yang Mengatasi malnutrisi dengan
seimbang berupa tinggi lemak pemberian makanan yang
dan rendah karbohidrat. agresis tidak akan mengatasi
masalah, karena gangguan
ventilasi pada PPOK tidak
dapat mengeluarkan CO2 yang
terjadi akibat metabolism
karbohidrat.
2. Pemberian nutrisi dengan Adanya gangguan elektrolit
porsi kecil dengan waktu dapat mengurangi fungsi
pemberian yang sering. diafragma
7. Bagaimana discharge planning pada pasien tersebut?

Tahap 1 Pengetahuan
Objektif Evaluasi

Pengertian PPOK Bagaimana anda mengetahui bahwa


penyakit yang anda rasakan berulang?

Penyebab PPOK Apa yang anda lakukan jika


mengalami batuk lebih dari 3 minggu?

Penatalaksanaan Berapa lama anda akan minum obat


jika mengalami penyakit seperti ini?

Komplikasi Apa yang akan terjadi jika anda tidak


menuntaskan minum obat?

Cara penularan Bagaiman anda bisa terkena


penyakit ini?
Apa yang anda lakukan agar
penyakit ini tidak menular ke
orang lain?

Tahap 2 Tindakan
Objektif Evaluasi

Nafas dalam Apa yang anda lakukan bila anda


Batuk efektif merasakan dahak kental yang sulit
Relaksasi keluar dan sesak nafas?

posisi
Tahap 3 Pencegahan Berulang
Objektif Evaluasi

Nutrisi Makanan apa yang bisa meningkatkan


daya tahan tubuh?

Obat Apa yang anda lakukan bila lupa


minum obat?

Lingkungan Bagaimana upaya anda untuk


menciptakan lingkungan yang sehat?

Tahap 4 Pertemuan Keluarga


Objektif Evaluasi

Support System Apa yang keluarga lakukan agar


mendapat dukungan umtuk pengobatan
sampai tuntas?

Tahap 5 Rencana Tindak Lanjut


Objektif Evaluasi

Menentukan sarana pelayanan Puskesmas?rumah sakit?


kesehatan yang mudah dijangkau

Menentukan jadwal minum obat Rutin/seingatnya saja


Referensi :
Doenges, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Septian.2012.Penyakit Paru Obstruksi Kronis(online).
(http://winerners.wordpress.com, diakses tanggal 11 April 2013, pukul 11:05)
Irwanto.2014.Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).online
(http://dr-irwanto.blogspot.com/2010/08/penyakit-paru-obstruktif-kronik-ppok.html)
Medica,Sugeng.2012. Penatalaksanaan PPOK.online
(http://sugengmedica.wordpress.com/2012/06/01/penatalaksanaan-ppok/)

Anda mungkin juga menyukai