PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
di bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari promosi kesehatan.
Masyarakat merupakan salah satu dari strategi global promosi kesehatan
pemberdayaan (empowerment) sehingga pemberdayaan masyarakat sangat
penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai primary target memiliki
kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan.
2
B. Rumusan Masalah
a. Apa tujuan dari pemberdayaan ?
b. Bagaimana proses dalam pemberdayaan ?
c. Bagaimana tahap-tahap pemberdayaan ?
d. Apa sasaran dalam pemberdayaan ?
e. Apa unsur-unsur dalam pemberdayaan ?
f. Bagaimana prinsip-prinsip dalam pemberdayaan ?
g. Bagaimana pendekatan dalam pemberdayaan ?
C. Tujuan
a. Mengetahui tujuan dari pemberdayaan
b. Mengetahui proses dalam pemberdayaan
c. Mengetahui tahap-tahap pemberdayaan
d. Mengetahui sasaran dalam pemberdayaan
e. Mengetahui unsur-unsur dalam pemberdayaan
f. Mengetahui prinsip-prinsip dalam pemberdayaan
g. Mengetahui pendekatan dalam pemberdayaan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan berasal dari kata daya yang mendapat awalan ber- yang
menjadi kata berdaya artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya
artinya kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan. Pemberdayaan
artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai kekuatan.
Pemberdayaan dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari
empowerment dalam bahasa inggris.
4
pribadi dan social dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui
peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya
yang ia miliki, antara lain transfer daya dari lingkungan.
5
BAB III
PEMBAHASAN
A. Tujuan Pemberdayaan
6
Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan pemberdayaan adalah memampukan
dan memandirikan masyarakat terutama dari kemiskinan, keterbelakangan,
kesenjangan, dan ketidakberdayaan. Kemiskinan dapat dilihat dari
indikator pemenuhan kebutuhan dasar yang belum
mencukupi/layak.Kebutuhan dasar itu, mencakup pangan, pakaian, papan,
kesehatan,pendidikan, dan transportasi. Sedangkan keterbelakangan,
misalnya produktivitas yang rendah, sumberdaya manusia yang lemah,
kesempatan pengambilan keputusan yang terbatas.
B. Proses Pemberdayaan
7
yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurang
berdayaannya dalam menghadapi yang kuat.
8
C. Tahapan Pemberdayaan
9
Pada tahap kedua yaitu proses transformasi pengetahuan, pengalaman dan
keterampilan dapat berlangsung baik, demokratis, efektif, dan efisien, jika
tahap pertama telah terkondisi. Masyarakat akan menjalani proses belajar
tentang pengetahuan dan kecakapan-keterampilan yang memiliki relevansi
dengan apa yang menjadi tuntutan kebutuhan jika telah menyadari akan
pentingnya peningkatan kapasitas. Keadaan ini akan menstimulasi
terjadinya keterbukaan wawasan dan penguasaan keterampilan dasar yang
mereka butuhkan. Pada tahap ini masyarakat hanya dapat berpartisipasi
pada tingkat yang rendah, yaitu sekedar menjadi pengikut / objek
pembangunan saja, belum menjadi subjek pembangunan.
10
semangat pengetahuan dasar keterampilan terlibat dalam
kesadaran dan dasar pembangunan
kepedulian
Memupuk Mengembangkan Mengembangkan Berinisiatif
semangat pengetahuan dasar keterampilan untuk
kesadaran dan dasar mengambil
kepedulian peran dalam
pembangunan
Merasa Mendalami Memperkaya Berposisi
membutuhkan pengetahuan pada variasi secara mandiri
kemandirian tingkat yang lebih keterampilan untuk
tinggi membangun
diri dan
lingkungan
D. Sasaran Pemberdayaan
Sasaran Pemberdayaan Masyarakat :
11
j. Peningkatan pelestarian Sumber Daya Desa (SDD).
k. Peningkatan kemampuan kapasitas LPMD, UPK Gerdu Taskin/
PPKM dan Sanimas.
l. Peningkatan kerjasama antar lembaga formal dan informal.
m. Peningkatan pemahaman dan pelaksanaan Sistem Manajemen
Pembangunan Partisipatif (SMPP).
n. Meningkatnya profesionalisme aparatur .
o. Meningkatnya budaya kerja.
p. Meningkatnya tertib administrasi.
q. Tepenuhinya sarana dan prasarana operasional.
r. Terpeliharanya asset.
Sasaran
12
10. Meningkatnya Kapasitas Sumber Daya Aparatur
11. Meningkatnya pengembangan sistem pelaporan
E. UNSUR-UNSUR PEMBERDAYAAN
13
2 Pendamping sebagai Fasilitator
Masyarakat sebagai pelaku konsekuensi dari prinsip pertama adalah
perlunya pendamping menyadari perannya sebagai fasilitator dan
bukannya sebagai pelaku atau guru. Untuk itu perlu sikap rendah hati
serta ketersediaan untuk belajar dari masyarakat dan menempatkan
warga masyarakat sebagai narasumber utama dalam memahami
keadaan masyarakat itu. Bahkan dalam penerapannya masyarakat
dibiarkan mendominasi kegiatan. Kalaupun pada awalnya peran
pendamping lebih besar, harus diusahakan agar secara bertahap
peran itu bisa berkurang dengan mengalihkan prakarsa kegiatan-
kegiatan pada warga masyarakat itu sendiri.
3 Saling Belajar
Saling berbagi pengalaman salah satu prinsip dasar pendampingan
untuk pemberdayaan masyarakat adalah pengakuan akan
pengalaman dan pengetahuan tradisional masyarakat. Hal ini
bukanlah berarti bahwa masyarakat selamanya benar dan harus
dibiarkan tidak berubah. Kenyataan objektif telah membuktikan
bahwa dalam banyak hal perkembangan pengalaman dan
pengetahuan tradisional masyarakat tidak sempat mengejar
perubahan-perubahan yang terjadi dan tidak lagi dapat memecahkan
masalah-masalah yang berkembang. Namun sebaliknya, telah
terbukti pula bahwa pengetahuan modern dan inovasi dari luar yang
diperkenalkan oleh orang luar tidak juga memecahkan masalah
mereka.
G. Pendekatan Pemberdayaan
Pendekatan Pemberdayaan
14
1. Model Pendekatan Advokasi
15
berproses untuk mencapai tujuan
16
2. Suatu proses yang dirancang untuk menciptakan kemajuan kondisi
ekonomi dan sosial dengan partisipasi aktif dan sejauh mungkin
menimbulkan prakarsa mayarakat itu sendiri.
3. Usaha terencana dan sistematis yang dilakukan oleh untuk dan
dalam masyarakat guna meningkatkan kualitas hidup dan
kehidupannya.
Pendekatan ini sering disebut dengan model tetesan dari atas (trikle
down). Dalam model pendekatan ini, proses pembangunan bersifat
sentralistik. Tidak saja dana-dana pembangunan, tetapi juga
perencanaan pembangunan ditentukan dari atas. Berbagai masalah dan
kebutuhan masyarakat dirumuskan dari dan oleh orang luar tanpa
melibatkan masyarakat. Dalam model ini masyarakat ditempatkan
sebagai obyek yang akan menerima dan menikmati hasil pembangunan.
Model ini telah menancapkan akarnya kuat-kuat dalam proses
pembangunan di negara berkembang yang sedang berjalan hingga
sekarang.
17
Model Top Down mempunyai kelebihan dimana proses pembangunan
dapat berjalan cepat, dan target-target yang telah ditetapkan dapat
dicapai tepat pada waktunya. Namun model pendekatan demikian
sangat ditentukan oleh kemampuan penyediaan dana negara dan sangat
ditentukan oleh kemauan dan kesungguhan aparat pemerintah
keberlangsungannya.
18
Model pendekatan dari bawah mencoba melibatkan masyarakat dalam
setiap tahap pembangunan. Pendekatan yang dilakukan tidak berangkat
dari luar melainkan dari dalam. Seperangkat masalah dan kebutuhan
dirumuskan bersama, sejumlah nilai dan sistem dipahami bersama.
Model Bottom memulai dengan situasi dan kondisi serta potensi lokal.
Dengan kata lain model ini menampatkan manusia sebagai subyek.
Pendekatan Bottom Up lebih memungkinkan penggalian dana
masyarakat untuk pembiayaan pembangunan.
Hal ini disebabkan karena masyarakat lebih merasa memiliki, dan
merasa turut bertanggung jawab terhadap keberhasilan pembangunan,
yang nota bene memang untuk kepentingan mereka sendiri. Pendekatan
Bottom Up memberikan kesan lebih manusiawi dan memberikan
harapan yang lebih baik, namun tidak lepas dari kekurangannya. Model
ini membutuhkan waktu yang lama dan belum menemukan bentuknya
yang mapan.
19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
20
peluang, berenergi, mampu bekerjasama, tahu berbagai alternatif,
mampu mengambil keputusan, berani mengambil resiko, mampu
mencari dan menangkap informasi dan mampu bertindak sesuai
dengan situasi. Proses pemberdayaan yang melahirkan masyarakat
yang memiliki sifat seperti yang diharapkan harus dilakukan secara
berkesinambungan dengan mengoptimalkan partisipasi masyarakat
secara bertanggung jawab.
B. Saran
Dengan ini diharapkan perawat dapat menerapkan konsep
pemberdayaan ini dalam melakukan asuhan keperawatan komunitas.
Sehingga terwujud masyarakat yang berdaya.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
23