Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR TUNAGRAHITA

RINGAN DI SEKOLAH LUAR BIASA C (SLB-C) KARYA IBU


KOTA PALEMBANG TAHUN 2014

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Retradasi mental adalah keterbatasan substandar dalam menjalankan fungsi yang

dimanifestasikan dengan fungsi intelektual di bawah rata-rata dan keterbatasan terkait

dalam dua bidang keterampilan atau lebih misalnya komunikasi, perawatan diri,

keterampilan social, pengarahan diri dan fungsi akademis (Kusumawati, 2012). Retradasi

mental muncul pada usia sebelum 18 tahun dan merupakan gangguan jiwa pada anak

yang paling sering terjadi dan tidak diketahui secara tepat serta penanganan yang kurang

efektif.

Retradasi mental atau yang lebih dikenal tunagrahita umumnya diklasifikasikan

menjadi tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, tunagrahita berat dan tunagrahita sangat

berat serta tunagrahita tidak tergolongkan dan berat (Tomb, 2004). Berdasarkan data

world Health organization (WHO), jumlah penyandang tunagrahita di Indonesia

sebanyak 6 juta jiwa (Portal Nasional Republik Indonesia, 2013). Proporsi penyandang

keterbelakang mental dari seluruh jumlah penderita tunagrahita untuk tunagrahita ringan,

tunagrahita sedang, tunagrahita berat dan tunagrahita sangat berat berturut-turut sebesar

sebesar 85%, 10%, 3%-4%, 1% (Tomb, 2004). Menurut world Health organization

(WHO), jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia sekitar 7% dari total jumlah anak

usia 0-18 tahun atau sebesar 6,2 juta anak pada tahun 2010. Sedangkan menurut data BPS
tahun 2003, hanya 14,4% dari jumlah penyandang distabilitas yang berada di sekolah

luar biasa (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2012).

Tunagrahita ringan merupakan populasi terbesar dari jumlah penderita

tunagrahita. Tunagrahita ringan adalah anak dengan gangguan keterbelakangan mental

dengan intellegention question rata-rata 52-69 (Soetjiningsih, 2012). Anak tunagrahita

ringan dinilai mampu dididik dan kelompok ini menurun dengan jelas saat dewasa karena

kebanyakan mampu membantu diri sendiri ataupun dengan bantuan, mempunyai

pertimbangan, sensitivitas sosial dan tilikan yang terbatas (Tomb, 2004).

Anak tunagrahita mempunyai masalah dengan fungsi intelektual atau mengalami

penurunan fungsi intelektual. Pendidikan bagi seorang anak merupakan investasi untuk

mempersiaapkan anak menjadi anggota masyarakat atau dapat diterima di masyarakat.

Namun masalah utama yang dialami anak tunagrahita adalah kemampuan dalam

melakukan fungsi kognitif. Anak tunagrahita ringan dikenali saat masuk sekolah dan

membutuhkan pendidikan khusus. Pendidikan awal untuk anak baik anak normal maupun

anak berkebutuhan khusus adalah keluarga yang merupakan pengenal, pengatur serta

pengembangan sosialisasi anak terhadap lingkungan sosial. Menurut PP No. 21 tahun

1994 tentang penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahterah, Keluarga adalah unit

terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami dan istri, atau suami, istri dan anak

mereka, atau Ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Peran dan fungsi orang tua dalam

keluarga adalah sebagai pendidik, pengawasan kesehatan, konsultan, penasehat dan

modifikasi lingkungan yang akan mempengaruhi tingkat dan derajat kesehatan (Prayitno,

2013). Pendidikan dari keluarga tidak terlepas dari fungsi keluarga. Fungsi keluarga

adalah kemampuan keluarga untuk mempersiapkan, mengatur dan mengembangkan


kepribadian, pemenuh kebutuhan psikologi, kecerdasan, social, ekonomi, kebutuhan fisik

dan menjaga garis keturunan.

Fungsi keluarga menurut Friedman (1998, dalam Ali, 2010) yaitu fungsi afektif,

Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisai, Fungsi ekonomi, Fungsi reproduksi, dan

Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan. Fungsi keluarga merupakan upaya

kemampuan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan keluarga untuk memperoleh

kesehatan yang optimal, khususnya anak berkebutuhan khusus. Fungsi keluarga adalah

hal yang yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota

keluarga berhubungan dengan orang lain serta memenuhi kebutuhan psikologi,

menyediakan sumber keuangan untuk menunjang pemenuhan kebutuhan baik fisik, dasar,

psikologis, pengembangan, ekonomi maupun aktual. Komponen yang perlu dipenuhi oleh

keluarga adalah saling mengasuh, saling mengasuh dan ikatan dan identifikasi

(Setyowati, 2008). Keluarga sebagai pendidik awal bagi anak harus mengajarkan segala

sesuatu untuk membentuk fisik, mental, emosional dan kecerdasan anak untuk

pempersiapkan anak menjadi atau diterima menjadi anggota masyarakat. Pendidikan

merupakan investasi bagi seorang anak untuk bisa menjadi anggota masyarakat. dengan

pendidikan anak mampu mengerti masalah dan solusi setiap masalah.

Berdasarkan hasil penelitian Yanti (2010) menunjukkan bahwa ditemukan

hubungan antara pola asuh otoriter dengan prestasi belajar pada anak Tunagrahita Ringan

yang artinya pola asuh orang tua yang bersifat otoriter yang berarti polah asuh diktator,

kaku dan mutlak harus dituruti menyebabkan peningkatan prestasi belajar pada anak

tunagrahita ringan. Dan masalah pendidikan anak tunagrahita, keluarga merupakan

pendidik awal yang akan membantu anak dalam mengembangkan kepribadian, fisik
,mental, emosi dan kecerdasan anak. Atas dasar inilah peneliti tertarik membuat

penelitian tentang Hubungan Fungsi Keluarga Dengan Prestasi Belajar Anak

Tunagrahita Ringan di Di Sekolah Luar Biasa C (Slb-C) Karya Ibu

Kota Palembang Tahun 2014

B. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan fungsi keluarga dengan prestasi belajar tunagrahita ringan di

sekolah dasar luar biasa negeri kayuagung

2. Tujuan khusus

1. Mengetahui hubungan fungsi afektif dengan prestasi belajar anak tunagrahita ringan

di sekolah dasar luar biasa negeri kayuagung

2. Mengetahui hubungan fungsi social dan penempatan sosial dengan prestasi belajar

anaak tunagrahita ringan di sekolah dasar luar biasa negeri kayuagung

3. Mengetahui hubungan fungsi ekonomi dengan prestasi belajar anaak tunagrahita

ringan di sekolah dasar luar biasa negeri kayuagung

4. Mengetahui hubungan fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan dengan prestasi

belajar anak tunagrahita ringan di sekolah dasar luar biasa negeri kayuagung
BAB IV

METODELOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kolerasi.

Deskriptif kolerasai adalah dengan menggunakan menggunakan pendekatan Cross

Sectional dikarenakaan peneliti ingin mengetahui kolerasi antara Variable Independent

yaitu fungsi keluarga dengan Variable Dependent yaitu prestasi belajar anak tunagrahita

ringan.

B. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga dengan anggota

keluarga anak tunagraahita ringan di Sekolah Luar Biasa C (SLB-C) Karya Ibu Kota

Palembang pada bulan Mei sampai Juli 2014 yang berjumlah 41 Keluarga

2. Teknik sampling

Sampel adalah Sampel penelitian ini merupakan Nonprobability Sampling dengan

teknik Purposive Sampling yaitu berdasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang

dibuat peneliti sendiri, berdasarkan sifat-sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya.

Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini antara lain :

1. Keluarga dengan anggota keluarga anak tunagrahita ringan yang pada saat

penelitian bersekolah di Sekolah Luar Biasa C Karya Ibu Kota Palembang.

2. Keluarga dalam keadaan sehat.

3. Keluarga dapat membaca dan menulis.


4. Keluarga bersedia menjadi responden.

3. Sampel

Sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling dimana populasi penelitian

semuanya dijadikan sampel yaitu 41 keluarga dengan anggota keluarga anak

tunagrahita ringan yang bersekolah di Sekolah Luar Biasa C (SLB-C) Karya Ibu Kota

Palembang Tahun 2014

C. Rencana analisis data

1. Pengolahan data

Data yang telah terkumpul akan memamsuki tahap Editing, yaitu proses awal

pengolahan data dimulai dengan pemeriksaan data yang di peroleh, memastikan data

telah tercatan semua, relevan, dapat dibaca dan evaluasi data yang telah di edit.

Silanjutkan dengan tahap Coding, yaitu data yang telah di peroleh dan sudah di

evaluasi kebenarannya di lakukan pengkodean. Selanjutnya Entry data, memasukan

data agar dapat di analisis dengan computer dan terakhir Cleaning yaitu proses

pengeecekan kembali data yang sudah masuk apakah ada kesalahan atau tidak.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisi ini di gunakan untuk memperoleh gambaran distribusi dari variable yang

diteliti. Analisa ini dimulai dengan perhitungan frekuensi dan mempersenatsikan

nilai masing-masing variable. Variable independent yaitu fungsi keluarga dengan

variable dependent yaitu prestasi belajar anak tunagrahita ringan.

b. Analisis Bivariat
Diawali dengan mengeksplorasikan variable dependen dan independen, dan untuk

melihat ada hubunngan antara variable independen (fungsi keluarga) dan

dependen (prestasi belajar anak tunagrahita ringan) melalui uji Chi Square dengan

menggunakan program SPSS dengan derajat kesalahan = 0,05. Bila value

0,05 berarti ada hubungan bermakna dan sebaliknya jika value 0,05 berarti

tidak ada hubungan bermakna antara variable.

Anda mungkin juga menyukai