Anda di halaman 1dari 22

CASE 4

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 4

PUTRI MAYANG SARI (04111003004)

BARICA DESTY RANI (04111003011)

FADLI FIRYADI (04111003019)

PUTRA ALL AKBAR (04111003026 )

LIA APRILIANI (04111003034)

PUTRI WULANDARI (04111003042)

ADE ERINE SURYANI (04111003049)

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2014
CASE 4

NN. AN, 25 tahun datang ke poli penyakit dalam dengan keluhan demam
tinggi, menggigil, nyeri otot seluruh badan, dan terasa lesu sejak 5 hari
yang lalu. Sebelumnya NN. AN juga merasakan sakit kepala. Selama ini
NN.AN hanya membeli obat demam di warung dan gejala tidak berkurang
sehingga keluarganya membawa ke rumah sakit. Dari hasil pemeriksaan
didapatkan hasil suhu 39,5 c, pola nafas uepnea, suara nafas vesikuler,
RR 28 x/menit dan adanya eritema di rongga oral. Klien juga mengatakan
suaranya serak karena batuk kering.

1. Apa yang terjadi pada pasien? Jelaskan secara konsep teoritis


berdasarkan data yang ada!
2. Pengkajian keperawatan dan pemeriksaan penunjang apa saja yang
diperlukan? Mengapa perlu diperiksa?
3. Bagaimana penatalaksanaan medis pada pasien tersebut?
4. Bagaimana tindakan dan penatalaksanaan keperawatan pada pasien
tersebut?
5. Buatlah mapping / nursing pathway masalah keperawatan berdasarkan
data!
6. Berdasarkan mapping, bagaimana rencana asuhan keperawatan pada
pasien tersebut?
7. Bagaimana discharge planning pada pasien tersebut?
1. Pasien mengalami penyakit influenza
A. Pengertian

Influenza adalah :Suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan

terutama ditandai oleh demam, menggigil sakit otot,

sakit kepala dan sering disertai pilek, sakit

tenggorokan dan batuk nonproduktif.

B. Etiologi.

Penyebab dari influenza adalah virus influenza. Ada tiga tipe yakni
tipe A, B dan C. Ketiga tipe ini dapat dibedakan
dengan complementfixation test. Tipe A merupakan virus penyebab
influenza yang bersifat epidemik. Tipe B biasanya hanya
menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada tipe A dan kadang-
kadang saja sampai mengakibatkan epidemik. Tipe C adalah tipe yang
diragukan patogenesisnya untuk manusia, mungkin hanya
menyebabkan gangguan ringan saja. Virus penyebab influenza
merupakan suatu orthomyxovirus golongan RNA.

C. Patofisiologi

Virus influenza A, B dan C masing-masing dengan banyak sifat


mutagenik yang mana virus tersebut dihirup lewat droplet mukus yang
terarolisis dari orang-orang yang terinfeksi. Virus ini menumpuk dan
menembus permukaan mukosa sel pada saluran napas bagian atas,
menghasilkan sel lisis dan kerusakan epithelium silia. Neuramidase
mengurangi sifat kental mukosa sehingga memudahkan penyebaran
eksudat yang mengandung virus pada saluran napas bagian bawah. Di
suatu peradangan dan nekrosis bronchiolar dan epithelium alveolar
mengisi alveoli dan exudat yang berisi leukosit, erithrosit dan
membran hyaline. Hal ini sulit untuk mengontrol influenza sebab
permukaan sel antigen virus memiliki kemampuan untuk berubah.
Imunitas terhadap virus influenza A dimediasi oleh tipe spesifik
immunoglobin A (lg A) dalam sekresi nasal. Sirkulasi lg G juga secara
efektif untuk menetralkan virus. Stimulus lg G adalah dasar imunisasi
dengan vaksin influenza A yang tidak aktif.

Setelah nekrosis dan desquamasi terjadi regenerasi epithelium secara


perlahan mulai setelah sakit hari kelima. Regenerasi mencapai suatu
maximum kedalam 9 sampai 15 hari, pada saat produksi mukus dan
celia mulai tamapk. Sebelum regenerasi lengkap epithelium cenderung
terhadap invasi bakterial sekunder yang berakibat pada pneumonia
bakterial yang disebabkan oleh staphiloccocus Aureus.

Penyakit pada umumnya sembuh sendiri. Gejala akut biasanya 2


sampai 7 hari diikuti oleh periode penyembuhan kira-kira seminggu.
Penyakit ini penting karena sifatnya epidemik dan pandemik dan
karena angka kematian tinggi bersama sekunder. Resiko tinggi pada
orang tua dan orang yang berpenyakit kronik.

D. Manifestasi klinik.

Pada umumnya pasien mengeluh demam, sakit kepala, sakit otot, batu,
pilek dan kadang-kadang sakit pada waktu menelan dan suara serak.
Gejala-gejala ini dapat didahului oleh peraasaan malas dan rasa dingin.
E. Komplikasi.

1.Viral pneumonia primer

ditandai dengan dyspnea, cyanosis, hemoptysis

2. Bacterial pneumonia sekunder

ditandai dengan : dyspnea, cyanosis, hemoptysis dan sputum

berdarah.

RANTAI KEJADIAN DALAM PENYEBARAN INFLUENZA

Kejadian Menyebar dalam pandemik, epidemik,


penyakit menular setempat dan kasus-kasus
sporadik ; tinggi pada musim dingin pada
zona temperatur.

Agent Etiologi
tiga tipe virus (A,B, dan C ) masing-masing
dengan sifat turunan.

Reservoir Manusia ; beberapa mamalia dicurigai


sebagai sumber sifat-sifat turunan virus.

Transmisi Transmisi langsung oleh inhalasi virus dalam


nukus kotor yang berterbangan.

24-27 jam.
Periode inkubasi
3 hari dari symptom onset/serangan.
Periode kommunicabilitas

Universal : infeksi menghasilkan imunitas


Kelemahan dan resisten
terhadap suatu sifat turunan spesifik virus,
tetapi durasi imunitas tergantung pada
simpanan antigenic pada sifat turunan.

Lapor pada dinas Laporan kasus-kasus mandatory/yang


kesehatan setempat diperintahkan.

F. Penularan.

Penularan influenza secara alami berasal dari percikan ludah saat


bersin atau batuk. Penyebaran dapat pula berasal dari kontak langsung
dan kontak tak langsung.

Virus influenza B menyebar dalam waktu 1 hari sebelum gejala timbul


tetapi pada kasus influenza A baru tampak setelah 6 hari.penyebaran
virus influenza pada anak berlangsung selama kurang dari 1 minggu
pada influenza A dan sampai 2 minggu pada infeksi influenza B. masa
inkubasi influenza berkisar dari 1 sampai 7 hari tetapi umumnya
berlangsung 2 sampai 3 hari.

G. Pencegahan

Yang paling pokok dalam menghadapi influenza adalah pencegahan.


Infeksi dengan virus influenza akan memberian kekebalan terhadap
reinfeksi dengan virus yang homolog. Karena sering terjadi perubahan
akibat mutasi gen, antigen pada virus influenza akan berubah, sehingga
seorang msih mungkin diserang berulang kali dengan galur (stain)
virus influenza yang telah mengalami perubahan ini.

Kekebalan yang diperoleh melalui vaksinasi terdapat pada sekitar


70%. Vaksinasi perlu diberikan 3 sampai 4 minggu sebelum terserang
influenza. Karena terjadi perubahan-perubahan pada virus maka pada
permulaan wabah influenza biasanya hanya tersedia vaksin dalam
jumlah terbatas dan vaksin direkomendasikan untuk kelompok tertentu
yang mempunyai resiko meningkatnya komplikasi influenza,seperti
mereka yang berusia lebih dari 65 tahun, mereka dengan penyakit yang
kronik seperti kardiovaskuler, diabetes melitus, immunosupresi atau
disfungsi ginjal, anemia berat dan pilmonal. Mereka ini dianjurkan
untuk diberikan vaksin setiap tahun menjelang musim dingin atau
musim hujan. Bagi pasien yang sedang menderita demam akut
sebaiknya ditunda pemberian vaksin sampai keadaan membaik.

2. A. Pengkajian

a. Kepala dan leher

Observasi : Memungkinkan adanya konjungtivitis.

Wajah memerah

Kemungkinan adanya lymphadenopathy cervival


anterior

Sakit kepala, photophobia dan sakit retrobulbar

b. Pernapasan

Observasi : Mulanya ringan : sakit tenggorokan; substernal panas;


batuk nonproduktif; coryza.

Kemudian : batuk keras dan produktif; erythema


pada langit-langit yang lunak, langit-
langit yang keras bagian belakang, hulu
kerongkongan/tekak bagian
belakang, peningkatkan RR, rhonchi
dan crackles.
c. Abdominal

Observasi : Anorexia dan malaise (rasa tidak enal badan).

d. Neurologi

Observasi : Myalgia khususnya pada punggung dan kaki.

e. Suhu tubuh

Observasi : Tiba-tiba serangan demam (380 hingga 390C hingga

1030F) yang secara bertahap turun dan naik lagi pada hari

ketiga.

B. Studi diagnostik

Test Diagnostik Penemuan

Tes Laboratorium Positif untuk virus infuenza


Kultur jaringan nasal atau sekret
pharyngeal.

Kultur sputum. Positif untuk bakteri pada


infeksi sekunder

Fluorescent antibody yang Positif untuk virus infuen


mengotori sekret.

Hemagglutination inhibition or Meningkat 4 x pada antibody


complement fixation test antara tahap akut dan pemulihan.

Urinalysis Albuminuria

Kecepatan sedimentasi meninggi Erythrosit

Jumlah WBC Leukopenia ( 5000 mm3) atau


leukositosis (11.000-15.000
mm3).

Hemoglobin Meningkat

Hematocrit Meningkat

3.Penatalaksanaan Medis

a. Therapy obat

Antipyretic : ASA 600 mg secara oral, 4 jam bagi dewasa;

acetaminophen bagi anak-anak.

Agent adrenergic : Phenylephrine (Neo-Synephrine), 0,25%, 2 tetes

pada tiap-tiap nostril bagi kongesti nasal.

Agent antitussive : Terpin hydrat dengan codeine, 5-10 ml PO q 3-4

jam untuk dewasa apabila batuk.

Agent antiinfektif : Amantadine 100 mg PO atau untuk durasi

epidemic (3-6 minggu) untuk orang-orang

beresiko tinggi berumur diatas 9 tahun bisa juga

diberikan kepada orang-orang berumur diatas 65

tahun tetapi takaran dikurangi untuk orang

dengan gagal fungsi.


Imunisasi aktif : Vaccine, 0,5ml IM untuk dewasa; 0,25 ml untuk

bayi 6-35 bulan; 0,5 ml IM untuk anak-anak 3-12

tahun; untuk bayi dan anak-anak berikan 2 dosis

pada interval 4 minggu. Vaksin ini harus

diulangi secara tahunan pada individu-individu

yang sudah tua, orang-orang dewasa yang sakit

kronis, anak-anak dengan jantung kronis atau

penyakit pulmonary, perawatan rumah penduduk

dan fasilitas-fasilitas pelayanan kronis, dan

penyediaan pelayanan kesehatan dengan

mengontak pasien-pasien beresiko tinggi.

b. Bedtres
c. Peningkatan intake cairan jika tidak ada kontra indikasi
d. Obat kumur, untuk menurunkan nyeri tenggorokan
e. Antihistamin, untuk menurunkan rinorrhea
f. Vitamin C dan ekspektoran; serta
g. Vaksinasi

4.ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Kepala dan leher

Observasi : Memungkinkan adanya konjungtivitis.

Wajah memerah
Kemungkinan adanya lymphadenopathy cervival
anterior

Sakit kepala, photophobia dan sakit retrobulbar

b. Pernapasan

Observasi : Mulanya ringan : sakit tenggorokan; substernal panas;


batuk nonproduktif; coryza.

Kemudian : batuk keras dan produktif; erythema pada


langit-langit yang lunak, langit-langit
yang keras bagian belakang, hulu
kerongkongan/tekak bagian
belakang, peningkatkan RR, rhonchi
dan crackles.

c. Abdominal

Observasi : Anorexia dan malaise (rasa tidak enal badan).

d. Neurologi

Observasi : Myalgia khususnya pada punggung dan kaki.

e. Suhu tubuh

Observasi : Tiba-tiba serangan demam (380 hingga 390C hingga

1030F) yang secara bertahap turun dan naik lagi pada

hari ketiga.

2. Diagnosa

1) Inefektif perubahan jalan napas b.d obstruksi brhonchial

Data Subyektif : suara serak


Data Obyektif : Rhonchi, crackles (rales), tachypnea, batuk serak
(mulanya non-produktif, kemudian produktif),
demam.

2) Kurang volume cairan b.d hyperthermia dan intake yang inadekuat.

Data Subyektif : Keluhan-keluhan haus dan anorexia

Data Obyektif : Hyperthemia (380-390C; 1020-1030F), wajah

memerah; panas, kulit kering; mukosa membran

dan lidah kering; menurunnya output urine b.d

kehilangan berat badan

3) Intoleransi terhadap aktivitas b.d adanya kelemahan.

Data Subyektif : Keluhan myalgia, kelelahan, sakit kepala dan

photophobia

Data Obyektif : Menurunnya tingkat aktivitas

4) Hyperthermia b.d proses inflamatory

Data Subyektif : Keluhan rasa panas.

Data Obyektif : Meningkatnya suhu tubuh (380-390C; 1020-1030F)

kulit kering dan panas.

3. Perencanaan

Tujuan-tujuan pasien

a. Jalan udara pasien akan menjadi tetap dengan bunyi napas jelas.

b. Volume cairan pasien akan menjadi adekuat.


c. Pasien akan mampu untuk melakukan aktivitas harian tanpa

kelemahan.

d. Suhu tubuh pasien akan berada dalam batas normal.

4. Implementasi

1. Inefektif perubahan jalan napas b.d obstruksi brhonchial.

Intervensi :

a. Auskultasi paru-paru untuk rhonchi dan crackles

R/ Menentukan kecukupan pertukaran gas dan luasan jalan napas


terhalangi oleh sekret.

b. Kaji karakteristik sekret : kuantitas, warna, konsistensi, bau.

R/ Adanya infeksi yang dicurigai ketika sekret tebal, kuning atau


berbau busuk.

c. Kaji status hidrasi pasien: turgor kulit, mukosa membran, lidah,

intake dan output selama 24 jam, hematocrit.

R/ Menentukan kebutuhan cairan. Cairan dibutuhkan jika turgor


kulit jelek. Mukosa membran lidah dan kering,intake, output,
hematocrit tinggi.

d. Bantu pasien dengan membatuk bila perlu.

R/ Membatu mengeluarkan sekret.

e. Posisi pasien berada pada body aligment yang benar untuk pola

napas optimal (kepala tempat tidur 450, jika ditoleransi 900).

R/ Sekresi bergerak oleh gravitasi selagi posisi berubah.


Meninggikan kepala tempat tidur menggerakan isi abdominal
menjauhi diaphragma untuk meningkatkan kontraksi
diaphragmatis.

f. Menjaga lingkungan bebas allergen (misal debu, bulu unggas,

asap) menurut kebutuhan individu.

R/ Sekresi bergerak oleh gravitasi selagi posisi berubah.


Meninggikan kepala tempat tidur menggerakan isi abdominal
menjauhi diaphragma untuk meningkatkan kontraksi
diaphragmatis.

g. Tingkatkan kelembaban ruangan dengan dingin ringan.

R/ Melembabkan dan menipiskan sekret guna memudahkan


pengeluarannya.

h. Berikan decongestans (NeoSynephrine) seperti pesanan.

R/ Memudahkan pernapasan melalui hidung dan cegah


kekeringan membran mukosa oral.

i. Mendorong meningkatkan intake cairan dari 1 sampai 2 l/hari


kecuali kontradiksi.

R/ Mencairkan sekret sehingga lebih mudah dikeluarkan.

2. Kurang volume cairan b.d hyperthermia dan intake yang inadekuat.

Intervensi :

a. Timbang pasien

R/ Periksa tambahan atau kehilangan cairan.

b. Mengukur intake dan output cairan.

R/ Menetapkan data keseimbangan cairan.


c. Kaji turgor kulit.

R/ Kulit tetap baik berkaitan dengan inadekuat cairan interstitial.

d. Observasi konsistensi sputum.

R/ Sputum tebal menunjukkan kebutuhan cairan.

e. Observasi konsentrasi urine.

R/ Urine terkonsentrasi mungkin menunjukkan kekurangan


cairan.

f. Monitor hemoglobin dan hematocrit.

R/ Peninggian mungkin menunjukkan hemokonsentrasi tepatnya


kekurangan cairan.

g. Observasi lidah dan mukosa membran.

R/ Kekeringan menunjukkan kekurangan cairan.

h. Bantu pasien mengidentifikasi cara untuk mencegah kekurangan


cairan.

R/ Mencegah kambuh dan melibatkan pasien dalam perawatan.

3. Intoleransi terhadap aktivitas b.d adanya kelemahan.

Intervensi :

a. Observasi respon terhadap aktivitas.

R/ Menentukan luasan toleransi.

b. Identifikasi faktor-faktor yang mendukung aktivitas intoleransi,

misal demam, efek samping obat.

R/ Menghilangkan faktor-faktor kontribusi mungkin


memecahkan aktivitas intoleran.

c. Kaji pola tidur pasien.

R/ Kurang tidur kontribusi terhadap kelemahan.

d. Periode rencana istirahat antara aktivitas.

R/ Mengurangi kelelahan.

e. Lakukan aktivitas bagi pasien hingga pasien mampu

melakukannya.

R/ Penuhi kebutuhan pasien tanpa menyebabkan kelelahan.

. 4.Hyperthermia b.d proses inflamatory.

Intervensi :

a. Ukur temperatur tubuh.

R/ Menunjukkan adanya demam dan luasannya.

b. Kaji temperatur kulit dan warna.

R/ Hangat, kering, kulit memerah menunjukkan suatu demam.

c. Monitor jumlah WBC.

R/ Indikasi leukopenia dibutuhkan untuk melindungi pasien dari


infeksi tambahan. Leukocytosis menujukkan suatu inflamatory
atau adanya proses infeksi.

d. Ukur intake dan output.

R/ Tentukan keseimbangan cairan dan perlu meningkatkan


intake.

e. Berikan antipiyretic seperti dipesan.


R/ Kurangi demam melalui tindakan pada hypothalmus.

f. Tingkatkan sirkulasi udara dalam ruangan dengan fan.

R/ Memudahkan kehilangan panas oleh konveksi

..

5. Maping / nursing pathway

Pathway penyakit influenza

Virus influenza A, B dan C dihirup lewat droplet mukus dari

orang-orang yang terinfeksi menumpuk dan menembus

permukaan mukosa sel pada saluran napas bagian atas sel lisis

dan kerusakan epithelium silia mukosa mengencer

menyebar pada saluran napas bagian bawah setelah sakit hari

kelima terjadi regenerasi epithelium (9-15 hari) pada umumnya sembuh

sendiri.

Keterangan : Gejala akut biasanya 2-7 hari diikuti oleh periode

penyembuhan kira-kira seminggu. Resiko tinggi pada orang tua dan

orang yang berpenyakit kronik.


Intoleransi terhadap aktifitas inefektif perubahan jalan napas

Hyperthermia

6. Rencana asuhan keperawatan berdasarkan mapping diatas

1. Inefektif perubahan jalan napas b.d obstruksi brhonchial.

Intervensi :

a. Kaji karakteristik sekret : kuantitas, warna, konsistensi, bau.

R/ Adanya infeksi yang dicurigai ketika sekret tebal, kuning atau


berbau busuk.

b. Kaji status hidrasi pasien: turgor kulit, mukosa membran, lidah,

intake dan output selama 24 jam, hematocrit.

R/ Menentukan kebutuhan cairan. Cairan dibutuhkan jika turgor


kulit jelek. Mukosa membran lidah dan kering,intake, output,
hematocrit tinggi.
c. Bantu pasien dengan membatuk bila perlu.

R/ Membatu mengeluarkan sekret.

d. Menjaga lingkungan bebas allergen (misal debu, bulu unggas,


asap) menurut kebutuhan individu.

R/ Sekresi bergerak oleh gravitasi selagi posisi berubah.


Meninggikan kepala tempat tidur menggerakan isi abdominal
menjauhi diaphragma untuk meningkatkan kontraksi
diaphragmatis.

e. Tingkatkan kelembaban ruangan dengan dingin ringan.


R/ Melembabkan dan menipiskan sekret guna memudahkan
pengeluarannya

2. Intoleransi terhadap aktivitas b.d adanya kelemahan.

Intervensi :

a. Observasi respon terhadap aktivitas.

R/ Menentukan luasan toleransi.

b. Identifikasi faktor-faktor yang mendukung aktivitas intoleransi,

misal demam, efek samping obat.

R/ Menghilangkan faktor-faktor kontribusi mungkin

memecahkan aktivitas intoleran.

c. Kaji pola tidur pasien.

R/ Kurang tidur kontribusi terhadap kelemahan.

d. Periode rencana istirahat antara aktivitas.

R/ Mengurangi kelelahan.
e. Lakukan aktivitas bagi pasien hingga pasien mampu

melakukannya.

R/ Penuhi kebutuhan pasien tanpa menyebabkan kelelahan.

. 4.Hyperthermia b.d proses inflamatory.

Intervensi :

a. Ukur temperatur tubuh.

R/ Menunjukkan adanya demam dan luasannya.

b. Kaji temperatur kulit dan warna.

R/ Hangat, kering, kulit memerah menunjukkan suatu demam..

c. Ukur intake dan output.

R/ Tentukan keseimbangan cairan dan perlu meningkatkan


intake.

d. Berikan antipiyretic seperti dipesan.

R/ Kurangi demam melalui tindakan pada hypothalmus.

e. Tingkatkan sirkulasi udara dalam ruangan dengan fan.

R/ Memudahkan kehilangan panas oleh konveks.

7.Discharge planning

Pendidikan Pasien.

1. Mendorong pasien untuk mempertahankan bed rest selama 2-3 hari

setelah suhu kembali normal.


2. Ajari pentingnya minum paling kurangnya sehari 2/4 cairan guna
meneruskan sekret mudah dikeluarkan.
3. Instruksikan pasien untuk memberitahukan dokter tentang gejala-
gejala infeksi tahap kedua, termasuk sakit telinga, purulent atau
sputum berdarah, sakit dada atau demam.
4. Beri informasi tentang obat yang diresepkan seperti nama, dosis,
tindakan, frekuensi pemakaian dan efek samping.
5. Mendorong orang-orang beresiko tinggi untuk mendapatkan vaksin
influenza sebelum musim flu mulai.

Perencanaan pasien saat akan pulang:

a. Medication (obat)
Pasien mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.
b. Environment (lingkungan)
Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit
sebaiknya aman.pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas
pelayanan yang dibutuhkan untuk kelanjutan perawatannya.

c. Treatment (pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut
setelah klien pulang, yang dilakukan oleh klien dan anggota
keluarga.
d. Healt Teaching (pengajaran kesehatan)
Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana
mempertahankan kesehatan.termasuk tanda dan gejala yang
mengindikasikan kebutuhan perawatan kesehatan tambahan.
Pertanyaan dari peserta diskusi.

1. Apa perbedaan influenza dengan pilek ? (Yesica Tria Enggraini)


Gejala flu umumnya lebih parah daripada pilek dan datang dengan tiba-
tiba. Gejala flu biasanya berupa tenggorokan yang sakit/meradang,
demam, sakit kepala, nyeri pada otot dan persendian tubuh, meriang
(badan menggigil kedinginan), dan batuk kering. Pada flu, gejala berupa
hidung tersumbat dan berair juga bisa terjadi, namun tidak terlalu sering.
Pada orang pilek sering terjadi hidung tersumbat sedangkan flu sangat
jarang terjadi.

2. Apa kriteria seseorang dengan influenza dipulangkan/ keluar dari rumah


sakit ? (Santoso)
Seseorang dengan influenza akan segera dipulangkan dari rumah sakit
apabila tanda-tanda vital pasien itu sudah kembali normal dan virus yang
ada sudah hilang. Tapi untuk berapa hari ia harus dirawat kita tidak dapat
memastikan tergantung dari kondisi pasien itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai