Anda di halaman 1dari 3

Pendidikan Teladan dalam Keluarga

Oleh: Muliati Supandi

Bulan ramadhan telah berlalu, namun masih menyisakan harumnya prestasi anak-anak negeri
yang patut diacungi jempol. Prestasi-prestasi itu datang dari anak-anak dengan usia 5 dan
belasan tahun yang sudah lancar menghafalkan Al-Quran, seorang anak penemu listrik dari
pohon kedondong dan juga pemain catur internasional. Prestasi ini merupakan gambaran dari
keberhasilan pendidikan dalam sebuah keluarga.

Pada hakekatnya, semua orang tua ingin anaknya menjadi hebat agar dapat berguna bagi
bangsa dan agamanya. Namun, banyak orangtua tidak menyadari bahwa hebat atau tidaknya
seorang anak ditentukan dari perilaku orang tuanya. Apabila perilaku orangtuanya baik, maka
anaknya juga ikut baik dan sebaliknya. Ada sebuah pepatah yang mengatakan buah jatuh
tidak jauh dari pohonnya. Perilaku kedua orangtua dalam kehidupan sehari-hari sangat
mempengaruhi dalam tumbuh kembang anak.

Menyiapkan anak menjadi pribadi yang berkualitas memang tidak mudah. Oleh karena itu
dibutuhkan peran orangtua untuk membentuk anak tumbuh dengan baik. Peran orang tua
terhadap anak sangat penting, ditangannya ada tugas yang merupakan tanggungjawab, yaitu
membesarkan dan juga mendidik. Namun, banyak orang tua yang salah kaprah dalam
mendidik anaknya. Banyak orang tua mendidik dengan cara menghardik dan memerintah
ketimbang memberikan teladan atau contoh yang baik.

Memberikan nasehat, memerintahkan, melarang, tidak menjamin kesuksesan dalam


mendidik anak. Langkah ini justru akan menjadi bumerang bagi para orang tua. Anak-anak
saat ini, jika dinasehati dan dilarang akan mudah terpancing emosi sehingga terjadi penolakan
dan pemberontakan. Cara yang baik dan benar adalah dengan menanamkan nilai dalam jiwa
melalui cara praktis yaitu keteladanan.

Menurut Dr. Abdullah Nashih dalam bukunya, Pendidikan Anak dalam Islam mengatakan
bahwa keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti
paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual dan etos sosial
anak. Seseorang pendidik atau orang tua merupakan contoh ideal dalam pandangan anak,
sebab sopan santunnya dan tingkah lakunya akan ditiru bahkan semua keteladanannya itu
akan melekat pada diri dan perasaannya.

Sebagai orang tua, apa yang kita harapkan dari anak-anak kita sangat tergantung pada apa
yang telah kita berikan pada anak-anak kita. Apa yang kita berikan kepada anak-anak kita
akan menjadi apa yang dapat mereka serap dari lingkungannya.

Ada sebuah pepatah, jika guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Kata-kata bijak ini
harusnya menyadarkan para orangtua agar bisa menjadi teladan yang baik bagi anak-
anaknya. Kita perlu menyadari bahwa anak-anak seringkali meniru perilaku, termasuk
perilaku yang buruk, yang dilakukan oleh orang-orang dewasa yang ada di sekitarnya.
Sifat anak cenderung visual, sehingga mereka mudah terpengaruh dengan kebiasaan-
kebiasaan yang dilakukan oleh orang di sekelilingnya. Contoh sederhana, ketika seorang anak
melihat ayahnya merokok, mereka pun akan ikut-ikutan sekalipun dilarang.

Anak adalah titipan Tuhan yang harus dijaga dan dididik dengan kasih sayang. Sebagai orang
tua kita harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anak. Orang tua adalah sosok yang paling
dekat dengan anak. Apapun yang dilakukan oleh orang tua menjadi model bagi pendidikan
anak.

Kehadiran keluarga tidak hanya cukup memenuhi kebutuhan nutrisi, gizi, imunisasi,
kebersihan diri, lingkungan, pengobatan dan bermain, menciptakan rasa aman, nyaman,
tetapi melindungi anak dari segala pengaruh yang kurang baik dan dapat merusak.

Di era modern seperti saat ini, dengan kemudahan akses internet, siaran TV anak dengan
mudah mengenal banyak orang, artis, tokoh, penyanyi dan juga seniman yang kemudian
karena rasa kagum menjadikannya sebagai idola. Jika orang tua tidak menjadi sosok teladan,
idola bagi anak-anak mereka, anak akan cenderung mengikuti tokoh yang diidolakannya.
Tidak peduli yang dilakukan oleh idolanya tersebut baik atau buruk karena mereka mencintai
idolanya. Contoh, saat ini banyak pelajar yang mengecat rambutnya, menggunakan pakaian
pendek dan sexi agar tampak seperti idolanya.

Anak-anak adalah pengamat yang baik. Mereka memiliki kemampuan yang luar bisa dalam
mengamati apa yang terjadi di sekitar mereka baik dalam lingkungan sekolah, masyarakat
dan juga keluarga. Apa yang mereka amati dari lingkungan akan mereka ekspresikan kembali.

Naluri mencontoh merupakan satu naluri yang kuat dan berakar dalam diri manusia yang
semakin menguat lewat melihat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli psikologis
membuktikan bahwa 75 persen proses belajar didapatkan lewat penglihatan/pengamatan,
Sementara 25 persennya melalui pendengaran. Berkat naluri ini, seorang anak belajar tentang
cara hidup, adat, makan, memakai pakaian dari lingkungan tempatnya tinggal.

Menjadi teladan dalam keluarga memang sulit. Orang tua harus menampilkan sikap atau
perilaku yang baik di depan anggota keluarga yang lain, khususnya anak. Peran orangtua
adalah mendidik kita bukan hanya melalui nasehat atau ucapan saja, tetapi menampilkan
sikap atau teladan yang baik secara langsung yang terlihat langsung oleh orang lain. Manusia
sejak diciptakan pada dasarnya memiliki kecenderungan untuk selalu meniru dan mengikuti
orang lain yang dikaguminya.

Keteladanan orang tua memegang peranan penting peranan penting untuk menumbuhkan
karakter positif anak. Didukung dengan pembiasaan dan pendampingan secara
berkelanjutan. Keluarga adalah solusi efektif untuk mempersiapkan untuk mempersiapkan
sumber daya manusia yang berkarakter.

Anggota keluarga akan meniru kebiasaan anggota keluarga yang lainnya yang dianggap
sebagai contoh utama dalam hidupnya. Seperti kebiasaan sehari-hari yang terus menerus
dilakukan secara berulang-ulang. Contohnya, orangtua tidak berkata kasar, bersikap
berperilaku tidak sopan kepada orang lain adalah cara untuk menunjukan sikap teladan yang
baik.
Jika orang tua melakukan kesalahan terhadap anaknya, harus dengan besar hati meminta
maaf. Pastikan bahwa anak mengerti kita meminta maaf dengan sungguh-sungguh. Agar
kelak, saat anak membuat kesalahan, dia juga berani meminta maaf kepada orang lain.

Sebagai orang tua, haruslah berhati-hati dalam bersikap di depan anak. Tunjukkan sikap
hormat, ramah, jujur, dan penuh tenggang rasa. Jangan bersikap negatif, karena tingkah laku
negatif orangtua dihadapan anak seusia tersebut juga menjadi faktor penentu sifat dan
tindakan anak. Bisa jadi, nakal atau tidaknya anak kita di sebabkan karena seringnya kita
memberi contoh perbuatan atau perkataan yang tidak baik di depan anak-anak kita.

Anda mungkin juga menyukai