BAB II - Baja Kontruksi
BAB II - Baja Kontruksi
BAJA KONTRUKSI
15
2. Proses siemens martin
Menggunakan sistem regenerator ( 3000 0c.) Fungsi dari regenerator adalah :
a. Memanaskan gas dan udara atau menambah temperatur dapur
b. Sebagai fundamen/ landasan dapur
c. Menghemat pemakaian tempat
Bisa digunakan baik besi kelabu maupun putih,
Besi kelabu dinding dalamnya dilapisi batu silika (sio2),
Besi putih dilapisi dengan batu dolomit (40 % mgco3 + 60 %
caco3)
18
Mengkilat dan tampak menarik
2. High strength low alloy steel (hsls)
Sifat dari hsla adalah memiliki tensile strength yang tinggi, anti bocor,
tahan terhadap abrasi, mudah dibentuk, tahan terhadap korosi, ulet, sifat mampu
mesin yang baik dan sifat mampu las yang tinggi (weldability). Untuk
mendapatkan sifat-sifat di atas maka baja ini diproses secara khusus dengan
menambahkan unsur-unsur seperti: tembaga (cu), nikel (ni), chromium (cr),
molybdenum (mo), vanadium (va) dan columbium.
19
Magnetic steel
Non magnetic steel
Baja tahan pakai (wear resisting steel)
Baja tahan karat/korosi
20
Aisi / sae
Standarisasi dengan sistem aisi dan juga sae merupakan tipe standarisasi
dengan berdasarkan pada susunan atau komposisi kimia yang ada dalam
suatu baja. Ada beberapa ketentuan dalam standarisasi baja berdasarkan
aisi atau sae, yaitu :
Dinyatakan dengan 4 atau 5 angka:
Angka pertama menunjukkan jenis baja.
Angka kedua menunjukkan:
Kadar unsur paduan untuk baja paduan sederhana.
Modifikasi jenis baja paduan untuk baja paduan yang kompleks.
Dua angka atau tiga angka terakhir menunjukkan kadar karbon perseratus
persen.
Bila terdapat huruf di depan angka maka huruf tersebut menunjukkan
proses pembuatan bajanya.
Contoh standarisasi baja karbon dengan aisi-sae :
sae 1045, berarti :
Angka 1 : baja karbon
Angka 0 : persentase bahan alloy (tidak ada)
Angka 45 : kadar karbon (0.45% karbon)
21
Jis (japanese industrial standard)
Standarisasi dengan sistem jis merupakan salah satu tipe standarisasi atas dasar
aplikasi produksi dan grade (kualifikasi untuk aplikasi tertentu). Jis standard
dikembangkan oleh japanese industrial standards comitee yang merupakan bagian
dari kementrian industri dan perdagangan internasional di tokyo. Sama halnya
dengan standarisasi aisi-sae, standarisasi jis juga mempunyai beberapa ketentuan,
diantaranya :
Diawali dengan ss atau g dan diikuti dengan bilangan yang menunjukkan
kekuatan tarik minimum dalam kg/mm2
Diawali dengan s dan diikuti dengan bilangan yang menunjukkan
komposisi kimianya.
Untuk golongan stainless steel biasanya menggunakan grade dari astm
dengan menggunakan kode huruf sus diikuti dengan kode angka sesuai
dengan aisi atau sae.
22
*) contoh standarisasi baja karbon dengan jis :
1. Jis g 5101 (baja karbon cor).
2. Jis g 3201 (baja karbon tempa).
3. Jis g 3102 (baja karbon untuk konstruksi mesin).
4. Jis g 3101 (baja karbon untuk konstruksi biasa).
Din
Dalam standar din , baja konstruksi dinyatakan dengan huruf st yang di ikuti
oleh bilangan yang menunjukan kekuatan tarik minimum dari baja itu. Misalnya st
37, st 60 dll.
Din menetapkan nama baja karbon dengan huruf st c yang di ikuti angka per
seratus persen karbonya. Misalnya baja dengan kadar karbon 0,35% dinyatakan
sebagai st c35
3. Chrom :
Dapat larut dalam austenit sampai 13% dan dalam ferit tak terbatas. Pada
baja karbon rendah, chrom cenderung larut sehingga meningkatkan
kekuatan dan ketangguhan .
1. Keuletan tinggi
23
Bahan yang ulet mampu menyerap energi dari beban sehingga akan
meluluh sebelum terjadi fracture, sehingga akan mudah di ketahui bahan
tersebut harus di ganti atau tidak.
2. Mampu las
Karena konstruksi memerlukan penyambungan, maka baja konstruksi
harus memiliki sifat mampu las yang baik.
3. Tahan korosi ( dalam kondisi tertentu )
Adanya korosi akan mengurangi sifat mekanik bahan dalam
penggunaanya. Karena korosi akan memperkecil fatigue strength pada
baja.
4. Kekuatan dan ketangguhan tinggi.
24