BAB II Gedung Pertunjukan Dan Pengembangan Seni Tari Di Luwu Timur
BAB II Gedung Pertunjukan Dan Pengembangan Seni Tari Di Luwu Timur
10
e. Erich Kahler : seni adalah suatu kegiatan manusia yang
menjelajahi, menciptakan realitas itu dengan symbol atau kiasan
tentang keutuhan dunia kecil yang mencerminkan dunia
besar.
2. Fungsi Seni
Seni adalah sebagian dari kebudayaan, sedangkan
kebudayaan meliputi seluruh manusia dalam masyarakat. Fungsi
seni (Kesenian) secara umum adalah :
a. Fungsi Individual
Manusia memiliki eksistensi individual yang berbeda dengan
individu lain dalam membentuk kepekaan rasa pengungkapan
dan penilaian suatu aspek.
b. Fungsi Sosial
Hasil karya seni berfungsi sosial apabila diciptakan untuk
kepentingan umum, dengan menampilkan beragam fenomena
sosial yang sanggup menggungah kesadaran masyarakat,
sehingga terjadi interaksi antara si pengamat dan pencipta karya
seni.
c. Fungsi Fisik
Secara fisik seni membutuhkan wadah penyaluran yang
merupakan kontak antara seniman dan pengamat karya seni
yang dihasilkan.
3. Klasifikasi Seni
Seni dapat dibedakan berdasarkan lima katagori, yaitu :
a. Berdasarkan bentuk
1) Seni Rupa : adalah seni yang keindahannya dinikmati oleh
indra penglihatan, mencangkup seni lukis, pahat, patung,
grafis dan rias.
11
2) Seni Suara : adalah seni yang disampaikan dengn media
suara (vokal dan instrument).
3) Seni Sastra : adalah seni yang terbentuk dari susunan kata
dan kalimat yang bermakna.
4) Seni Tari : adalah seni yang mengekspresikan emosinya
dengan gerak yang ritmis.
5) Seni Teater : adalah kombinasi dari beberapa seni, disebut
drama.
b. Berdasarkan fungsi
1) Seni Murni (Fine Art) : terdiri dari seni lukis, pahat, tari, seni
suara dan drama.
2) Seni Terapan (Apllied Art) : terdiri dari bangunan, seni kriya
dan seni reklame.
c. Berdasarkan tingkatan
1) Seni Istana : merupakan seni klasik
2) Seni Tradisional Rakayat
d. Berdasarkan secara penampilan obyeknya
1) Seni pertunjukan, mencakup seni tari. Drama, musik, suara,
perdalangan/karawitan.
2) Seni rupa mencakup seni lukis, seni patung, pahat, ukir,
kriya, seni bangunan dan grafis.
e. Berdasarkan bentuk dan mediumnya seni dapat diklasifikasikan
dalam lima kelompok :
Cabang Bentuk Indera
No. Matra
Seni Media Penikmat
2 dimensi
Penglihatan,
1. Rupa Benda atau 3
peraba
dimensi
2. Sastra Tulisan penglihatan 2 dimensi
12
Sastra,
benda,
Pendengaran, Waktu 3
3. Musik manusia,
penglihatan dimensi
gerak,
proses
Tubuh,
Penglihatan, Waktu 3
4. Tari manusia,
pendengaran dimensi
gerak, musik
Manusia,
benda/ alam,
Penglihatan, Waktu 3
5. Teater akting,
pendengaran dimensi
adegan,
suara/ musik
13
a. Ruang pemeran, galeri seni, sanggar seni, ruang pamer terbuka
dan sejenisnya. Untuk menampung terutama kegiatan seni yang
bersifat penghayatan visual seperti kelompok seni rupa.
b. Gedung pagelaran/ teater
Gedung pegelaran teater disediakan untuk menampung dan
mewadahi kegiatan seni yang bersifat penikmatan visual dan
audio seperti kelompok seni suara, tari dan drama.
14
c. Pengamat Seni
Merupakan individu atau kelompok masyarakat sebagai
penikmat hasil pertunjukan/kreasi seniman yang menuntut
kepuasan fisik dan lahir batin.
d. Apresiasi Masyarakat
Seni diciptakan untuk diserahkan kepada masyarakat karna
seni telah banyak member arti bagi kehidupan manusia. Disinilah
suatu usaha apresiasi seni dibutuhkan untuk membimbing
masyarakat mengikuti perkembangan seni agar tetap dapat
memperoleh sesuatu daripadanya. Persepsi berarti kemempuan
untuk mengamati sesuatu, persepsi akan timbul sebagai akibat
proses kontak indra di luar dirinya.
15
masih sangat sederhana. Selain itu telah mengenal adanya
instrumen dalam sebagai pengiring tarian.
Pada masa tersebut ditemukan pula instrumen musik karena
yang digunakan sebagai pengiring dalam penyajian tari. Hal ini
membuktikan bahwa pada zaman itu seni tari telah ada. Bentuk
sederhana dari gerak yang dikaitkan dengan kepercayaan waktu itu
dapat memberikan kekuatan di luar kemampuan. Sehingga gerakan
tari menjadi magis dan sakral sebagai ungkapan kegembiraan,
ksederhanaan dan upacara-ucapara lain gerakannya cenderung
menirukan alam seperti suara, tingkah laku dan tata kehidupan
sehari-hari.
a. Zaman Prasejarah
Zaman prasejarah adalah zaman sebelum lahirnya kerajaan
di Indonesia. Bentuk dan wujud tariannya cenderung menirukan
gerak alam lingkungannya yang bersifat imitatif. Sebagai contoh
menirukan binatang yang akan diburu, pemujaan dan
penyembuhan penyakit
b. Zaman Indonesia Hindu
Pada zaman Indonesia hindu, seni tari mulai digarap dan
banyak dipengaruhi oleh kebudayaan dar India. Beberapa jenis
tari pada zaman Indonesia hindu seperi tari-tarian adat dan
keagamaan berhasil disempurnakan menjadi tarian klasik yang
beratistik tinggi. Sebagai contoh wayang wong, wayang topeng.
c. Zaman Indonesia Islam
Pada zaman Indonesia islam, seni mengalami kekayaan
penggarapannya kebanyakan di keraton yaitu kasutanan dan
kesultanan. Kedua kerajaan tersebut mengembangkan
identitasnya yang akhirnya menjadi 2 jenis tari yaitu kasunanan
dan kasultanan.
16
d. Zaman Penjajahan
Pada zaman penjajahan, tari-tarian mengalami kesuraman
sebab berada dalam suasana peperangan dan penjajahan.
e. Zaman Setelah Merdeka Sampai Sekarang
Setelah merdeka, peran tari mulai difungskikan untuk
keagamaan ataupun sebagai hiburan dan muncul banyak kreasi-
kreasi baru ataupun inovasi terhadap seni tari klasik. (Sumber
:Buku Seni Rupa, Heru Purwanto dkk, Ganexa Exact)
17
g. Sussanne K Langer
Tari adalah gerak ekspresi manusia yang indah. Gerakan dapat
dinikmati melalui rasa ke dalam penghayatan ritme tertentu.
Apabila ke dua pendapat di atas digabungkan, maka tari sebagai
pernyataan gerak ritmis yang indah mengandung ritme.
h. Corry Hamstrong
Tari merupakan gerak yang diberi bentuk dalam ruang.
i. Soedarsono
Menyatakan bahwa, tari sebagai ekspresi jiwa manusia yang di
ungkapkan dengan gerak-gerak ritmis yang indah.
3. Unsur-unsur Tari
Tari merupakan salah satu bentuk karya seni yang
menggunakan media gerak agar dapat dinikmati nilai keindahannya.
Perpaduan unsur tersebut sebagai pendukung menjadi dasar
penilaian dari pantulan logika, estika dan praktik. Unsur-unsur
pendukung tari diantaranya gerak, iringan, tema, rias, busana dan
ruang pentas.
a. Gerak
Unsur utama tari adalah gerak. Gerak pada dasarnya
merupakan fungsionalisasi dari tubuh manusia (anggota gerak
bagian kepala, badan, tangan dan kaki), ruang secara umum
(ruang gerak yang terdiri dari level, jarak atau cakupan gerak),
waktu sebagai jeda (berhubungan dengan durasi gerak,
perubahan sikap, posisi, dan kedudukan), tenaga untuk
menghayati gerak (kualitas gerak berhubungan dengan kuat,
lemah, elastis dan kaku serta personifikasi gerakan).
Gerak sebagai unsur penting suatu tarian akan selalu
berhubungan dengan ruang, waktu dan tenaga. Reproduksi gerak
dimulai dari pengerutan dan peregangan otot, kontraksi otot dan
18
kapasitas perubahan volume ruang dan perpindahan tempat yang
dipresentasikan melalui waktu gerakan dilakukan.
Gerakan tubuh manusia falam wujud gerak sehari-hari,
gerak olahraga, gerak bermain, gerak bekerja, gerakan pencak
silat serta ferakan untuk berkesenian. Jenis gerakan seperti
tersebut, apabila harus diwujudkan kedalam bentuk gerak tari
pada puncaknya harus distilisasi atau didistorsi.
Tari merupakan relaksasi dan penegangan otot yang secara
penghayatan menghasilkan ekspresi gerak untuk berkesenian.
Gerakan tari berwujud jenis gerak yang telah distilisasi atau
didistorsi. Wujud gerakan yang secara impulsif bersifat lembut
dan mengalir, tegas terputus-putus, tagang-kendur dan gabungan
lemas-kencang, lambat-cepat, patah-patah-mengalir dan
sebagainya adalah bentuk distorsi dan stilisasi gerak yang
menjadi ciri pembeda gerakan sehari-hari dengan gerakan tari.
Gerak merupakan unsur yang dominan. Untuk
menimbulkannya harus ada kekuatan yang mampu mengubah
suatu sikap dari anggota tubuh. Seni tari adalah perpaduan jenis
gerak anggota tubuh yang dapat dinikmati dalam satuan waktu
dan dalam ruang tertentu. Sehingga dapat dibedakan antara
gerak maknawi, murni dan refleks, untuk mengungkapkannya
tidak dapat terlepas dari aspek berikut :
1) Tenaga
Tenaga merupakan hal yang penting untuk mewujudkan
suatu gerak. Gerak disini bukan mengandalkan kekuatan otot,
namun berdasarkan pada emosional atau rasa dengan penuh
pertimbangan.
Dalam gerak tari yang diperagakan, indikasi yang
menunjukkan intensitas gerak menjadi salah satu faktor
19
gerakan tersebut dapat dilakukan dan dihayati. Tenaga
terwujud melalui kualitas gerak yang dilakukan.
Pencerminan penggunaan dan pemanfaatan tenaga
yang disalurkan kedalam gerakan yang dilakukan penari
merupakan bagian dari kualitas tari sesuai penghayatan
tenaga. Penghasil gerak dalam hubungannya dengan
penggunaan tenaga dalam mengisi gerak tari sehingga
menjadi dinamis, berkekuatan, berisi dan antiklimatik
merupakan cara membangun tenaga dalam menari.
Eksistensi (penegangan) dan relaksasi (pengendoran)
gerak secara keseluruhan berhubungan dengan kualitas,
intensitas dan penghayatan gerak tari. Teknik mengakumulasi
kualitas dan intansitas gerak tari seyogyanya dikordinasikan
melalui perintah kerja otak secara kordinatif. Apabila hal ini
dapat terkontrol, maka masalah lain berhubungan dengan
kebutuhan tenaga untuk gerakan tari menjadi semakin
terkontrol, terkendali, dan memenuhi harapan.
Penyaluran tenaga dan ekspresi memberi kehidupan
watak tari semakin nyata.
2) Ruang
Ruang dalam tari mencakup aspek gerak yang
diungkapkan oleh seorang penari yang membentuk
perpindahan gerak tubuh, posisi yang tepat, dan ruang gerak
penari itu sendiri.
Ruang tari bersentuhan langsung dengan penari. Ruang
gerak penari merupakan batas paling jauh yang dapat
dijangkau penari. Disisi lain, ruang menjadi salah satu bentuk
dari imajinasi penari dalam mengolah ruang gerak menjadi
bagian yang digunakan untuk berpindah tempat, posisi dan
kedudukan.
20
Ruang gerak penari tercipta melalui desain. Desain
adalah gambaran yang jelas dan masuk akal tentang
bentuk/wujud ruang secara utuh. Bentuk ruang gerak penari
digambarkan secara bermakna kedalam atas desain atas dan
desain lantai (La Mery: 1979: 12). Ruang gerak tari diberi
makna melalui garis lintasan penari dalam ruang yang dilewati
penari.
Kebutuhan ruang gerak penari berbeda-beda.
Jangkauan gerak yang dimiliki oleh setiap gerakan
sesungguhnya juga dapat membedakan jangkauan gerak
penari secara jelas. Bentuk dan ruang gerak yang dimiliki oleh
penari yang membutuhkan jangkauan gerak berhubungan
dengan kebutuhan dan kesanggupan penari dalam melakukan
gerakan. Dengan demikian penari dalam melakukan gerakan
sesuai pengarahan koreografer. Koreografer dalam mendesai
ruang gerak penari ditentukan oleh kesesuaian bagaimana
penari bergerak dan tercapainya desain yang sesuai dengan
kebutuhan gerakan tersebut dilakukan oleh penari. Dengan
demikian penari sangat membutuhkan sensitivitas rangsang
gerak sebagai bentuk ekspresi keindahan gerak yang
dilakukan.
Kebutuhan ekspresi gerak oleh penari berhubungan
dengan kemampuan penari menginterpretasikan kemauan
koreografer dalam melakukan gerakan yang diberikan.
Dengan itu terjadi singkronisasi kemauan koreografer dalam
mendesain gerak dengan kepekaan penari dalam menafsirkan
gerakan melalui peta ruang.
Penari tidak semata-mata memerlukan ruang gerak yang
lebar saja. kebutuhan ruang gerak yang sempit juga menjadi
bagian penerjemahan ruang gerak tari oleh penari. Ruang
21
gerak penari menjadi alat yang ampuh dalam menciptakan
desain tentang ruang oleh penari maupun koreografer.
Ruang gerak penari yang membutuhkan jangkauan
gerak luas untuk dilakukan membutuhkan teknik dan
karakterisasi yang dalam oleh penari. Kebutuhan teknik gerak
yang harus dilakukan penari adalah bagaimana penari
mengawali dan harus menuntaskan harapan gerak yang
harus dilakukan.
Penari dalam mengekspresikan jangkauan gerak
membutuhkan ekspresi gerak yang sepadan dengan
jangkauan gerak yang harus dilakukan. Ekuivalensi gerak dan
jangkauan gerak menjadi tuntutan koreografer dalam
menciptakan ruang gerak penari serta penghayatan yang
diperlukan penari dalam mencapai tujuan gerakan tersebut
dilakukan.
3) Waktu
Waktu dalam hal ini adalah rangkaian yang diperlukan
dalam mengungkapkan bentuk-bentuk gerak dalam ruang
tertentu. Sehingga tercapai ungkapan bentuk dan perpaduan
gerak dalam waktu atau tempo tertentu.
Tempo dapat mengungkapkan gerak kapan waktunya
harus cepat, lambat, panjang dan pendek sehingga membuat
tari indah di pandang penggunaan tempo gerak dari masing-
masing anggota tubuh akan dapat menimbulkan kesan
dinamis.
4) Ekspresi
Ekspresi dalam tari lebih merupakan daya ungkap
melalui tubuh kedalam aktivitas pengalaman seseorang yang
selanjutnya dikomunikasikan kepada penonton/pengamat
menjadi bentuk gerakan jiwa, kehendak, emosi atas
22
penghayatan peran yang dilakukan. Dengan demikian daya
penggerak diri penari ikut menentukan penghayatan jiwa
kedalam greget (dorongan perasaan, desakan jiwa, ekspresi
jiwa dalam bentuk tari yang terkendali).
4. Klasifikasi Tari
a. Tari Berdasarkan Penyajiannya
Secara umum tarian berdasarkan penyajiannya dapat
diklasifikasikan menjadi bagian dibawah ini adalah sebagai
berikut:
Tari Tradisional
Tari
Tari Klasik
Tari Kreasi Baru
1) Tari Primitif
Tari primitif dikoreografi berorientasi pada segi artistik.
Tarian ini berarti digarap lebih menekankan pada segi estetika
seni. Tarian jenis ini secara umum berrkembang di
masyarakat yang menganut kepercayaan animisme dan
dinamisme. Tari primitif biasanya merupakan wujud kehendak,
berupa pernyataan maksud dilaksanakan dan permohonan
tarian tersebut dilaksanakan. Dengan demikian tarian ini lebih
dengan pernyataan maksud masyarakat dalam melaksanakan
keinginan bersama.
23
Ciri-ciri tari primitif pada dasarnya dalam bentuk
koreografi sederhana, bertujuan untuk kehendak tertentu,
sehingga ungkapan ekspresi yang dilakukan berhubungan
dengan permintaan yang diinginkan. Ciri-ciri tersebut seperti:
a) Gerak dan iringan sangat sederhana, berupa hentakan
kaki, tepukan tangan atau simbol suara atau gerak-gerak
saja yang dilakukan.
b) Gerakan dilakukan untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya:
menirukan gerak binatang, karena akan berburu, proses
inisiasi (pemotongan gigi), pesta kelahiran, perkawinan,
keberuntungan panen, dan sebagainya.
c) Instrumen sangat sederhana, terdiri dari tifa, kandang atau
instrumen yang hanya dipukul-pukul secara tetap, bahkan
tanpa memperhatikan dinamika,
d) Tata rias masih sederhana, bahkan biasa berakulturasi
dengan alam sekitar,
e) Tari ini bersifat sakral, tarian ini untuk keperluan upacara
keagamaan/kepercayaan
f) Tarian primitif tumbuh dan berkembang pada masyarakat
sejak zaman prasejarah yang memiliki kepercayaan
animisme dan dinamisme, keunikan tari primitif walaupun
gerak, musik, dan ornamen maupun tata pemanggungan
sederhana namun masih tetap menarik. Budaya ini luntur
akibat hilang kebersamaan dengan pola pikir masyarakat
primitif
g) Tarian primtif dasar geraknya adalah maksud atau
kehendak hati dan pernyataan kolektif.
h) Tarian primitif berkembang pada masyarakat yang
menganut pola tradisi primitif atau purba dimana
24
berhubungan dengan pemujaan nenek moyang dan
penyembahan leluhur.
2) Tari Tradisional
Tari tradisional adalah tari yang secara koreografis telah
mengalami proses garap yang sudah baku. Tarian tradisional
telah mengalami proses kulturasi atau pewarisan budaya yang
cukup lama. Jenis tarian ini bertumpu pada pola-pola tradisi
atau kebiasaan yang sudah ada dari nenek moyang, garapan
tari bersifat pewarisan kultur budaya yang disampaikan secara
turun-temurun.
Pada sisi lain, tari tradisional secara jelas dikelompokkan
lagi ke dalam dua jenis tarian yang meliputi tari rakyat, dan tari
klasik.
a) Tari Rakyat
Tarian ini berorientasi pada koreografi yang
berkembang di masyarakat. Tarian Pergaulan dapat dilihat
di lingkungan masyarakat pendukung yang bersangkutan.
Tari pergaulan ini lahir dan berkembang di lingkungan
masyarakat luas. Konsep koreografi sederhana, berpola
pada tradisi yang sudah lama diakui sebagai bagian
kehidupan masyarakat sekitar, menjadi milik masyarakat
sebagai warisan budaya yang sudah ada.
b) Tari Klasik/Istana
Tari ini lahir dan berkembang di lingkungan istana atau
kalangan priyayi. Tari ini telah mengalami proses
kristalisasi melalui tata garap secara artistik yang tinggi.
Garapan tarian telah menempuh perjalanan sejarah yang
cukup lama. Konsep penataan telah terbentuk setelah
mengalami perubahan yang matang.
25
3) Tari Nontradisional/Kreasi Baru
Tarian nontradisional adalah tarian yang tidak berpijak
pada pola tradisi dan aturan yang sudah baku. Tarian ini
merupakan bentuk ekspresi diri yang memiliki aturan yang
lebih bebas,namun secara konseptual tetap mempunyai
aturan.
Tari nontradisional yang telah dikoreografi dengan latar
budaya tradisional Indoesia banyak ragam dan variasinya.
Penggunaan teknik tariannya tidak berpijak pada pola tradisi
dan aturan yang teratur dan rumit.
Tari Upacara
Tari Pergaulan
Tari Teatrikal
1) Tari Upacara
Tari upacara adalah tarian yang digunakan untuk
keperluan upacara. Pada daerah tertentu di Indonesia, tarian
jenis ini berhubungan erat dengan masyarakat yang masih
memfungsikan tarian untuk keperluan upacara. Ciri utama tari
upacara antara lain hidup dan berkembang dalam tradisi yang
26
kuat, memelihara/berlatar belakang agama Hindu, sarana
memuja dewa (keagamaan), serta kegiatan/prosesi tradisi
yang menjadi simbol masyarakat maka tarian jenis ini
berkembang subur dan diwariskan.
2) Tari Upacara Adat
Tari yang digunakan untuk penyambutan biasanya
berhubungan dengan keperluan adat. Tarian jenis ini biasanya
untuk penyambutan tamu agung atau tamu terhormat.
3) Tari Religi/Agama
Tarian religi atau agama biasanya pada saat
dipertunjukan banyak terkait dengan acara-acara prosesi
upacara tertentu. Bentuk-bentuk upacara yang digelar meliputi
arak pengentin, kelahiran, penyembutan tamu agung, injak
telur, kematian, potong rambut dan beberapa acara prosesi
lain yang selalu dipelihara oleh masyarakat dilingkungan
dimana tarian tersebut difungsikan. Dengan demikian pada
pertunjukannya selalu dikaitkan dan disatukan ke dalam ritual
atau prosesi upacara yang dilaksanakan.
Kesatuan tari dengan prosesi upacara sangat dekat
dengan mode pertunjukannya. Oleh sebab itu, tarian tertentu
dan prosesinya selalu digelarkan secara menyatu dalam satu
pertunjukan.
Tarian upacara adat atau agama ini pada saat tertentu
juga dapat dipresentasikan dalam acara-acara lain yang
berhubungan dengan berbagai peristiwa yang sesuai untuk
pertunjukan tarian tersebut. Oleh sebab itu, tarian ini eksis
dari jaman dulu hingga sekarang.
4) Tari Pergaulan
Tarian ini mengisyaratkan pergaulan antara muda dan
mudi.tarian ini biasanya dilakukan pada saat bulan purnama
27
sebagai tari pergaulan muda mudi/ kaum remaja yang
merupakan tari sosial yang memiliki latar belakang cerita.
Tarian ini merupakan wujud suka cita warga desa dalam
menyambut panen, bersih desa, atau acara lainnya yang
berhubungan dengan berlangsungnya pertemuan antara
kaum muda/laki-laki dan mudi/putri.
Ciri yang nampak pada tari-tarian jenis ini adalah:
a) Gerak tari ini dilakukan secara bebas, yang mengikuti
adalah muda dan mudi atau warga masyarakat secara
umum.
b) Tarian ini sering dilaksanakan pada saat bulan purnama
baik untuk kalangan anak-anak, remaja putra dan putri
atau dewasa maupun orang tua, dapat dilakukan di arena
yang luas atau tanah lapang. Pelaksanaan pertunjukan
tarian ditujukan untuk keperluan upacara serta kebiasaan
yang sering digelar, acara tersebut merupakan puncak dari
kegiatan pada waktu siang harinya.
c) Tarian ini pada dasanya digunakan sebagai sarana untuk
komunikasi atau pergaulan atara laki-laki/perempuan,
anak, remaja dan orang tua atau kegiatan yang
berhubungan dengan hajad orang banyak di suatu desa.
5) Tari Teatrikal
Ciri tarian jenis ini adalah bahwa tarian ini merupakan
bentuk pertunjukan yang dikemas secara lengkap antara
unsur seni rupa, musik teater dan tari. Pertunjukan digarap
komunikasi dengan penonton, sehingga kesan teatrikal
nampak.
Salah satu contoh adalah Kesenian Betawi. Pada jaman
dahulu hidup dan berkembang kesenian ini. Kesenian ini
memiliki mode penyajian secara teatrikal. Kosumsi
28
pertunjukan lebih diarahkan untuk ceritera rakyat. Unsur
ceritera dapat digunakan sebagai media untuk improvisasi
diatas panggung. Masalah lain yang dapat difungsikan adalah
unsur dialog atau komunikasi dengan penonton. Oleh sebab
itu pertunjukan ini sangat digemari di kalangan masyarakat
luas terutama mayarakat luas.
29
pada seni pertunjukan barat, misalnya : seni opera, tari, balet drama
barat.
3. Fungsi Perwadahan
Fungsi perwadahan Gedung Pertunjukkan dan Pengembangan
Seni Tari dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok fungsi, yaitu :
a. Fungsi ke luar
1) Mendidik masyarakat agar lebih mengenal dan mencintai seni
tradisional yang merupakan warisan bangsa dan proses
kreatifitas bangsa.
2) Meningkatkan prestise kota dari segi fasilitas hiburan yang
artinya turut serta mendukung sektor perekonomian dan
pariwisata.
3) Meningkatkan apresiasi dan kreatifitas berseni masyarakat,
dalam konteks makro turut membentuk peradaban manusia.
4) Menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang terkait
sepanjang proses kegiatan yang diwadahi berlangsung.
30
b. Fungsi kedalam
1) Merupakan wadah kontak dan komunikasi antara masyarakat
penikmat seni dan budaya dengan seniman.
2) Tempat pemenuhan kebutuhan masyarakat akan hiburan dan
segala informasi tentang seni tari di Luwu Timur.
3) Tempat penampungan dan pengembangan kreatifitas pelaku
seni, bisa dimulai dari seseorang yang tidak tahu sama sekali
tentang seni sampai menjadikannya seorang seniman.
Dari uraian tersebut diatas, maka dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa fungsi Gedung Pertunjukkan dan
Pengembangan Seni Tari diharapkan menjadi suatu wadah
yang efektif dan efisien dalam mewadahi kegiatan-kegiatan
seni tari. Gedung Pertunjukkan dan Pengembangan Seni Tari
sebagai tempat berkreasi, tempat mengumpulkan karya seni,
pembinaan seni, memberi dan menerima informasi seni tari,
pameran dan lain-lain di Luwu Timur.
4. Maksud dan Tujuan
Perencanaan Gedung Pertunjukan dan Pengembangan
Seni Tari memiliki maksud dan tujuan perwadahan, antara lain :
a. Menambah fasilitas pegelaran seni tari untuk memberi
kesempatan bagi masyarakat sekitar untuk memiliki sarana
rekreasi dan hiburan yang bermutu sekaligus menambah
wawasan seni dan budaya, khususnya kebudayaan yang ada di
Kabupaten Luwu Timur.
b. Memberi kesempatan dan sarana bagi para seniman untuk
menggelar karya-karya seninya dan sekaligus berkomunikasi
dengan masyarakat melalui karya mereka.
c. Menghadirkan wadah aktifitas berkesenian yang memenuhi
kriteria sebuah bangunan yang berorientasi seni.
31
d. Menciptakan wadah bagi calon-calon insan seni untuk belajar
berapresiasi dalam mencipta dan menggelar pertunjukan.
e. Dengan adanya fasilitas Gedung Pertunjukkan dan
Pengembangan Seni Tari ini diharapkan menjadi suatu wadah
kegiatan seni untuk meningkatkan penghayatan dan apresiasi
masyarakat terhadap seni dan menampung kreativitas seni dan
penikmat seni khususnya seni tari.
5. Motivasi Pengadaan
a. Pemerintah
1) Kesadaran akan kurangnya fasilitas pengembangan kesenian
di Luwu Timur.
2) Adanya tugas pemerintah pada bidang kebudayaan untuk
memperkuat kepribadian, kebangsaan dan kesatuan nasional
dengan mendukung peningkatan dan pembinaan serta
pemeliharaan kesenian yang ada.
3) Turut membantu kehidupan kesenian masyarakat sebagai
media pencerminan potensi budaya, disamping untuk
memelihara identitas keseniaan daerah.
b. Masyarakat
1) Keinginan untuk mendapatkan suatu hiburan dengan melihat
pertunjukan kesenian atau kebudayaan.
2) Sebagai sarana informasi seni dan budaya, khususya
kebudayaan dan kesenian yang ada di daerah Luwu Timur
sehingga menumbuhkan rasa cinta pada kebudayaan sendiri.
c. Seniman
1) Adanya kesempatan bagi seniman untuk mempertunjukan
hasil karya seni mereka kepada masyarakat.
32
2) Sebagai media komunikasi bagi para seniman, dan media
kontak antara seniman dengan masyarakat pencinta seni
melalui karya tersebut.
3) Diharapkan sarana dan prasarana yang lengkap, diharapkan
dapat meningkatkan kualitas dari suatu karya-karya seni.
33
a) Masyarakat umum/awam, pelajar, dan mahasiswa
b) Masyarakat pengamat seni
Kelompok masyarakat yang tidak memiliki
keahlian di bidang seni tetapi memliki pengetahuan
tentang seni yang cukup melalui pengamatan-pengamatan
yang telah dilakukannya. Biasanya merupakan
penyumbang idea tau kritikus yang amat diperlukan
pengamatan kesenian.
c) Masyarakat peminat dan pencinta seni
Kelompok masyarakat yang memiliki bakat dan
peminat untuk mengembangkan keahlian serta
keterampilan di bidang seni. Memiliki pengetahuan,
keahlian dan keterampilan yang cukup baik. Umumnya
memiliki penilaian yang tinggi terhadap karya seni. Secara
khusus kelompok ini cukup memegang peranan dalam
pengembangan kehidupan seni.
d). Kolektor seni
Masyarakat yang memiliki hobi atau kebiasaan
mengumpulkan hasil karya seni untuk dikoleksi tanpa ada
keinginan untuk diperdagangkan.
e). Wisatawan
Wisatawan baik domestik maupun asing yang
ingin menikmati seni. Perincian tersebut dibedakan
berdasarkan kenyataan yang ada serta perkembangan
kesenian kita sekarang ini. Pengunjung umumnya memiliki
penglihatan atau daya memahami/menanggapi terhadap
seni yang berbedabeda. Hai ini tergantung pada latar
belakang yang memiliki :
(1) Tarap intelegensi pendidikan.
(2) Lingkungan dan sifat hidup.
34
(3) Bakat serta pembawaan.
Kunjungan yang bersifat khusus :
(1) masyarakat yang telah mampu menikmati dan
menghayati suatu karya seni.
(2) Masyarakat yang secara aktif membina dan
memelihara, bukan sekedar penghayat seni semata.
(3) Masyarakat dengan kemampuan dan daya
serap/tanggap terhadap suatu karya seni.
Kunjungan tidak khusus :
(1) Masyarakat yang awam terhadap kesenian.
(2) Masyarakat yang memandang kesenian adalah
sekedar hiburan.
3) Pengelola
Bertugas melayani penyelenggaraan kegiatan-kegiatan
dalam Gedung Pertunjukan dan Pengembangan Seni Tari.
Sarana ini merupakan faktor sosial atau pelayanan
masyarakat, juga termasuk di dalamnya pemeliharaan.
35
3) Sifat kegiatan dapat memberikan palayanan kepada
kepentingan umum tanpa terkecuali.
b. Hubungan kelembagaan
1) Direktorat Kesenian dengan hubungan secara yuridis, bersifat
konsultatif.
2) Kantor Kesenian Daerah, bertugas dalam pembinaan dan
pengembangan kesenian, khususnya kesenian daerah.
3) Pemerintah Daerah, melakukan pengawasan yang meliputi
susunan organisasi dan kegiatan dalam wadah, serta
mengadakan usaha untuk pembiayaan rutin untuk
pemeliharaan .
4) Yayasan non pemerintah, merupakan lembaga formal
pemerintah seperti organisasi-organisasi kesenian yang ada
di dalam kota yang beraggotakan orang-orang untuk
pelaksana kegiatan kesenian.
DIREKTORAT
PEMERINTAH DAERAH PEMBINAAN
KESENIAN
DEWAN KESENIAN
KANTOR
PEMBINAAN
KESENIAN
WADAH KEGIATAN
KESENIAN
36
c. Organisasi dan pengelolaan
Mengingat tujuan utama kegiatan yang bersifat non-profit,
sekalipun dalam operasionalnya menuntut biaya ganti rugi, maka
pengelolaan wadah dilakukan dan diatur oleh pemerintah daerah
membentuk Dewan Kesenian Daerah sebagai pelaksana tugas
yang sanggup menghimpun seniman-seniman yang kreatif.
Pelaksana operasionalnya ditunjuk pelaksana harian yang
bertanggung jawab penuh pada semua acara.
1). Hubungan Kerja
Secara vertikal :
a) Sebagai badan yang berdiri sendiri, administratif
bertanggung jawab kepada Pemerintah Daerah.
b) Secara operatif bertanggung jawab kepada Dewan
Kesenian Daerah.
c) Secara konsultatif dengan kantor Pembinaan Kesenian
yang bertanggung jawab pada kantor Pembinaan Kesenian
dibawah Direktorat Kesenian Pusat.
Secara horizontal :
a) Hubungan langsung dengan organisasi-organisasi kesenian
masyarakat.
b) Hubungan dengan instalasi/lembaga yang berminat dalam
bidang kesenian dan kebudayaan baik pihak pemerintah
maupun swasta.
c) Secara individu dengan tokoh-tokoh seniman dan
kebudayaan.
Organisasi dan pengelolaan ini dibuat berdasarkan
perbandingan dengan pola organisasi yang ada di Pusat
Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki. Pimpinan
kegiatan kesenian TIM bertanggung jawab secara vertikal
terhadap lembaga kebudayaan. Hal ini sama dengan
37
Kepala Bidang Kesenian Daerah Kabupaten yang
bertanggung jawab terhadap Kepala Wilayah Kebudayaan
setempat.
38
Secara administrasi, Kabupaten Luwu Timur terdiri atas 11
(sebelas) kecamatan yaitu Burau, Wotu, Tomoni, Angkona,
Malili, Towuti, Nuha, Mangkutana, Kalaena, Tomoni Timur, dan
Wasuponda dengan jumlah keseluruhan 107 desa, 3 UPT dan
313 dusun. Luas wilayah berdasarkan kecamatan adalah Burau
(29.716,15 Ha), Wotu (15.23,41 Ha), Tomoni (24.034,85),
Mangkutana (104.813,08 Ha), Angkona (29.623,92 Ha), Malili
(72.180,47 Ha), Nuha (98.316,03 Ha), dan Towuti (187.177,33
Ha), Kalaena (8.394,72 Ha), Tomoni Timur (5.373, 91 Ha) dan
Wasuponda (100.821, 88 Ha).
39
1) Danau Towuti (luasnya 56.670 Ha),
2) Danau Matano (luasnya 16.350 Ha), dan
3) Danau Mahalona (luasnya 2.348 Ha)
40
Kabupaten Luwu Timur didominasi oleh wilayah
pegunungan (459.946,81 ha). Menandakan bahwa sebagian
besar wilayah ini berada pada ketinggian. Jika dilihat posisi
wilayah ini dari muka laut, maka Kabupaten Luwu Timur
dikelompokkan menjadi 5 kelompok yaitu 0 25 m, 25 100m,
100 500m, 500 1000m dan >1000m. Sebagian besar
wilayah Kecamatan Nuha berada pada daerah pegunungan,
sedangkan Angkona dan Wotu didominasi oleh daerah
pedataran. Sejalan dengan kelerengan, maka ketinggian juga
menunjukkan bahwa Kecamatan Nuha berada pada wilayah
ketinggian di atas 1000 m dpl. Demikian halnya dengan
Kecamatan Towuti yang didominasi oleh pegunungan dengan
ketinggian di atas 1000 mdpl.
c. Iklim
Temperatur rata-rata bulanan berkisar pada 24,0-26,1 oC.
Temperatur tertinggi tercatat pada bulan November, sedangkan
temperatur terendah pada bulan Juli. Temperatur rata-rata
bulanan cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Kelembaban (relatif) bulanan rata-rata berkisar pada 88,4-
93,8%. Kelembaban relatif tertinggi terjadi pada hampir semua
bulan (100%) terutama pada bulan Juli, dan terendah pada
bulan September (80,8%).
Penguapan yang terjadi cukup tinggi dengan nilai rata-rata
bulanan sekitar 2,7-4,3 mm, walaupun demikian diimbangi oleh
curah hujan harian yang tinggi pula. Penguapan tertinggi terjadi
pada bulan Oktober (4,3 mm/hari), sedang penguapan terendah
teramati pada Bulan Juni (2,7 mm/hari). Periode dengan tingkat
penguapan tinggi terjadi mulai bulan Agustus sampai April ( 3
mm/hari), sedangkan periode dengan penguapan rendah mulai
bulan Mei sampai dengan bulan Juli (3 mm/hari).
41
Curah hujan rata-rata bulanan dari tahun 1990 sampai
2001 berkisar di antara 111,3-409.7 mm dengan curah hujan
tertinggi pada bulan Mei dan terendah pada bulan September.
Jumlah rata-rata hari hujan setiap bulan antara 12-25 hari.
Periode dengan tingkat curah hujan tinggi terjadi mulai bulan
Maret sampai Mei ( 300 mm), sedangkan periode dengan
curah hujan rendah mulai bulan Agustus sampai dengan bulan
Oktober ( 200 mm). Periode dengan tingkat curah hujan
sedang terjadi dari bulan November sampai Februari (200 300
mm). Variasi curah hujan bulanan diperlihatkan padagambar
berikut.
500
C. Hujan H. Hujan 30
400
Curah Hujan (mm)
200
10
100
0 0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
Bulan
42
terakhir antara pukul 07.00 sampai 18.00 sebagian besar
berkisar 0 sampai 2 m/s (69,1 %), sedangkan antara pukul
19.00 sampai 06.00 besar berkisar 0 sampai 2 m/s (73.16 %).
d. Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Luwu Timur (kondisi
Desember 2009) berdasarkan estimasi hasil sensus penduduk
2000 mencapai jumlah 242.053 jiwa dengan jumlah rumah
tangga sebanyak 56.068 rumah tangga, Kecamatan yang paling
banyak jumlah penduduknya adalah Kecamatan Malili sebesar
31.775 jiwa.Kepadatan penduduk tahun 2009 di Luwu Timur
masih kecil, hanya 35 jiwa/ km. Kecamatan yang paling padat
adalah Kecamatan Tomoni Timur dengan kepadatan 272 jiwa/
km.
Perkembangan jumlah penduduk merupakan akumulasi
dari faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk
di Kabupaten Luwu Timur. Data kecenderungan perkembangan
penduduk Kabupaten Luwu Timur 5 tahun terakhir dengan
tingkat pertumbuhan rata-rata 4,22% pertahun, maka dengan
metode pendekatan matematis dapat dilakukan proyeksi atau
perkiraan jumlah penduduk hingga tahun 2029. Hasil analisa
yang dilakukan menunjukkan perkiraan jumlah penduduk
Kabupaten Luwu Timur hingga tahun 2029 mencapai 391.674
jiwa, dengan rata-rata pertumbuhan 2,80%, secara rinci
diuraikan pada tabel dan diagram berikut.
43
3 Tomoni 22.309 25.355 29.163 32.970 36.778
44
Perubahan karakter dan kultur budaya sebagai ciri khas
suatu komunitas tidak perlu terjadi, jika masyarakat memegang
teguh dan menjunjung tinggi nilai budaya yang secara turun-
temurun dianutnya. Salah satu kekuatan masyarakat di
Kabupaten Luwu Timur adalah pembauran nilai religius
keagamaan dalam suatu kebudayaan yang masih melekat
hingga kini. Faktor lain yang mempengaruhi adalah komunitas
masyarakat di Kabupaten Luwu Timur sebagian besar
masyarakat asli masih dalam satu ikatan rumpun keluarga,
sehingga konflik sosial tidak menjadi pemisah, tetapi dapat
terselesaikan secara kebersamaan dan kekeluargaan.
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh gambaran tentang
terjadinya pembauran suku dan kultur di Kabupaten Luwu
Timur, yang secara umum dipengaruhi oleh etnis suku Toraja,
Bugis, Pamona, dan Mori.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi sosial
budaya masyarakat di Kabupaten Luwu Timur adalah
terbentuknya beberapa kawasan transmigrasi, yang
penduduknya sebagian besar berasal dari beberapa kabupaten
di Provinsi Sulawesi Selatan dan penduduk dari luar Sulawesi
Selatan. Masing-masing etnis penduduk yang mendiami wilayah
Kabupaten Luwu Timur membawa kultur budaya dari daerah
asal, sehingga terjadi percampur-bauran budaya. Budaya
masyarakat yang mudah dijumpai di Kabupaten Luwu Timur
antara lain dari etnis Suku Bugis, Makassar, Toraja, Mori,
Pamona, Bali, Jawa, dan Sumbawa/Lombok.
Salah satu ciri khas budaya masyarakat di Kabupaten
Luwu Timur yang masih melekat sampai sekarang adalah
pembauran antara ritual keagamaan dan ritual budaya
Maccera Tasi yang hampir tersebar pada wilayah pesisir
45
Kabupaten Luwu Timur, terutama pada Kecamatan Malili,
Angkona Wotu dan Burau. Upacara keagamaan ini masih
berlangsung hingga sekarang untuk melakukan ritual
kesyukuran atas limpahan hasil laut yang telah dinikmati oleh
masyarakat Kabupaten Luwu Timur dan sekitarnya. Budaya
lainnya yang merupakan pembauran kultur budaya di
Kabupaten Luwu Timur adalah jenis tarian untuk perayaan yang
sering disebut Maddero.
Sedangkan tradisi luar yang menjadi kebiasaan
masyarakat di Kabupaten Luwu Timur adalah Ngaben
terutama bagi masyarakat yang berasal dari etnis Bali, sebagai
upacara penguburan orang meninggal. Selain itu juga terdapat
beberapa tradisi dan upacara keagamaan lainnya, yang masih
terus berlangsung di wilayah Kabupaten Luwu Timur.
46
bahasa Yunani chorela yang berarti tari masal, dan graphe yang berarti
catatan. Jadi secara harfiah artinya catatan tentang tari. Menurut
Soedarsono, isti;ah koreografi di Indonesia merupakan istilah baru yang
mulai dikenal sekitar tahun 1950 ketka pemerintah RI mulai giat
mengirimkan misi kesenian ke luar negeri. Sekarang istilah koreografi
untuk menyebutkan sebuah garapan tari sudah bisa digunakan, dan
istilah koreografer untuk menamakan seorang penggarap/pengubah tari.
Asal katanya dari bahasa Yunani, chorela (tarian koor) dan graphica
(penulisan). Secarah harfiah, koreografi berarti penulisan dari tarian
koor, tetapi sebenarnya koreografi berarti cara merencanakan laku, baik
ditulis maupun tidak.
Jadi pengertian koreografi adalah bahwa koreografi merupakan
hasil dari proses garapan yang menjadi sebuah tarian, dalam arti lain
dapat pula dikatakan bahwa pengertian koreografi atau sebuah
koreografi adalah terbentuknya susunan-susunan gerak hasil kerja
kreatif seseorang atau sekelompok masyarakat yang diekspresikan
melalui media penari. Jadi sebuah koreografi adalah sebuah tarian yang
terpolakan atau menentukan dalam keberadaannya. Oleh karena itu,
sebuah koreografi untuk menunjukkan keberadaan sebuah tarian yang
perbendaharaan geraknya terbentuk secara terencana, tak salah lagi
apabila koreografi memiliki organik bentuk yang khas. Karena sebuah
koreografi adalah terdiri dari aneka ragam gerak tari yang tersusun dan
terbentuk secara utuh sebagai hasil pancaran jiwa estetis dan atau hasil
imajinasi kreatifnya sang pencipta tari, maka selain sebuah koreografi itu
memiliki identitas yang khas, dengan kata lain, bentuk koreografi adalah
keutuhan wujud suatu susunan- susunan gerak yang didesain atau
dibentuk berdasarkan konsep-konsep estetik yang khas. Gerak tari
merupakan bahasa pesan dari penciptanya, oleh sebab itu gerak dalam
tari mengandung sesuatu misi. Sebuah tarian dikatakan baik apabila
47
tarian tersebut dapat menyampaikan pesan kepada para penikmatnya
juga dapat dimengerti oleh para penikmatnya itu sendiri.
Berdasarkan atas bentuk koreografinya, tari dapat dibagi
menjadi beberapa bentuk, yaitu tari tunggal, tari berpasangan dan tari
kelompok.
a. Tari tunggal adalah suatu bentuk tarian yang ditampilkan oleh
seorang penari. Biasanya menyangkut penokohan dan
pengungkapan karakter atau perwatakan.
b. Tari berpasangan adalah suatu bentuk tarian yang dilakukan oleh
dua orang penari yang menjadi pasangannya, antara peran yang
satu dan yang lainnya saling melengkapi.
c. Tari kelompok adalah tari yang merupakan pertunjukan yang
dibawakan secara bersama-sama atau rampak yang jumlahnya lebih
dari satu orang. Besar kecilnya jumlah kelompok tergantung
kebutuhan membawakan tarian.
1) Elemen-elemen dasar koreografi
secara berturut, peta konstruksi pengetahuan koreografi secara
jelas dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Desain Gerak
manusia beraktifitas sehari-hari memerlukan gerakan
tubuhnya, dalam memanfaatkan gerakan tanpa disadari gerak
mendukung aktifitasnya secara maksimal. Dalam kaitan dengan
tari, gerak merupakan unsur yang penting, memiliki seorang
penari sebagai sumber untuk aktivitas menari.
Gerakan menari merupakan gerak yang digunakan untuk
mengungkapkan perasaan, dengan harapan untuk
mendapatkan tanggapan orang lain. Gerakan tari berbeda
dengan gerakan bekerja atau gerakan olahraga, karena gerak
tari sebagai ungkapan ekspresi sedagkan gerakan olah raga
untuk prestasi.
48
Masalah gerak pada dasarnya merupakan unsur utama
dalam tari. Bentuk, format dan sikap maupun posisi gerak
menentukan bagaimana suatu gerakan harus diperagakan.
Format gerak berhubungan perubahan sikap, posisi dan
kedudukandari suatu benda.
Desain gerak secara nyata merupakan unsur 3 dimensi
yang memiliki panjang, lebar dan volume. Kedudukan gerak
didesain menjadi bentuk benda selama menempati posisi,
kedudukan dan momen berpindah dari satu posisi ke posisi
yang lain.
Gerak dalam tari secara kedalaman merupakan media
ungkap dari pernyataan dan ekspresi. Dalam tarian, gerak
merupakan unsur baku. Gerak terdiri dari tenaga,ruang dan
waktu dan berhubungan erat dengan wirasa, wirama dan
wiraga.
Tenaga dalam gerak tari berhubungan dengan energi yang
dikeluarkan untuk bergeraksesuai kebutuhan intensitas, kualitas
dan tekanan.intensitas banyak sedikitnya berhubungan dengan
tenaga untuk pergerakan, tekanan atau aksen berhubungan
dengan penggunaan energi secara merata atau tidak melalui
penyaluran kekuatan bergerak dari seorang penari.
Kualitas gerak juga menjadi prioritas gerakan dipelajari.
Tenaga yang disalurkan menghasilkan bentuk, gerakan
mengayun, mengalir, bergetar, menahan dan sebagainya
bergantung pada bagaimana teknik seorang penari melakukan
kualitas gerakan secara sempurna.
Gerakan tari dapat dibentuk melalui desain yang dibuat.
Bentuk dan kapasitas serta kebutuhan tenaga yang disalurkan
menjadi makna gerakan tariyang pada nantinya di ungkapkan.
Standar gerak tari dibutuhkan untuk ungkapan ekspresi,
49
kekuatan dan jangkauan gerak, serta kedalam makna gerak
yang dapat dirasakan secara terstruktur oleh peraga tari dalam
menarikan suatu tarian. Oleh sebab itu, bentuk, konstruksi dan
kedalaman isi suatu tarian sangat menentukan bagaimana tari
dapat menimbulkan kesan emosi bagi pengamat atau yang
menontonnya.
b) Desain musik
Musik pada dasarnya adalah bunyi-bunyian yang
ditimbulkan oleh sumber bunyi. Jenis musik yang teratur disebut
ritme, sedangkan yang tidak teratur disebut dengan bunyi saja.
bunyi yang teratur sesungguhnya merupakan disain musik.
Masalah tempo atau ritme, dinamik dan sinkop yang terdapat
dalam bunyi suatu musik dapat membentuk irama dan dinamik
yang mampu menggugah rasa kita untuk mengekspresikan
gerak.
Bentuk wujud dan variasai bunyi yang ditimbulkan melalui
alat musik dapat digunakan untuk memberi ruh musik yang
digunakan untuk mengirigi koreografi. Motif, bentuk, jenis dan
dinamikanya dapat bermacam-macam bentuk. Teknik dan cara
memainkan alat musiknya juga berbeda satu jenis alat dengan
alat lainnya. Desain musik agar dapat menghidupkan koreografi
perlu digunakan kemampuan musikal yang berhubungan
dengan bekal kemampuan dan kecakapan dalam mengukur
kekuatan serta bagaimana teknik menghasilkan dinamika
secara variatif.
Madalah desain musik yang paling pokok adalah memiliki
konsep bagaimana cara mewujudkan bentuk awal,
perkrmbangan, klimaks, penahanan akhir dan penurunan
secara koreografis. Penggunaan alat musik yang dibutuhkan
dapat memberikan keserasian musik iringan dan bentuk
50
koreografi yang dikembangkan secara maksimal. Cara dan
teknik ini sangat dibutuhkan dalam penataan koreografi yang
lebih mendasar.
Kemampuan dan kekuatan menjalin rasa musikal menjadi
bentuk musik yang memiliki kapasitas dan intensitas rasa
musikal ditentukan pada hasil elaborasi dalam mendesain
musik secara cermat. Kecermatan yang dimaksud inilah
merupakan sentral kepekaan musik dari seorang yang mampu
menggarap musik secara hidup dan penuh sentuhan.
c) Desain Lantai
Garis-garis yang dilalui oleh penari disebut desain lantai.
Gambar desain lantai ini dalam pengertian lain adalah garis
yang dibentuk oleh formasi penari kelompok. Secara umum
desain ini terbagi kedalam dua bagian yakni desain garis lurus
dan desain garis lengkung.
Aspek desain lantai dapat tergambar secara ilustratif
melalui lintasan gerak penari. Penari membuat konsep ruang
pentas yang secara geografis berhubungan dengan garis,
ruang gerak, dan posisi penari pada saat diam.
Garis menyudut atau diagonal, lengkung, zigzag, lurus,
bahkan berbentuk lingkaran dapat terlihat melalui gerakan
melintas penari saat bergerak. Gerakan dengan berpindah
tempat dapat dilakukan secara hubungannya dengan gerak
tangan, kaki, tubuh, kepala.
Pola garis lurus, dapat dibuat kedepan, kebelakang dan
kesamping atau serong. Formasi garis lurus juga dapat dalam
bentuk segitiga, segi empat, huruf T, huruf V dan bentuk lain
seperti desain zigzag atau kebalikannya. Disisi lain, garis
lengkung dapat berwujud ular, spiral, lingkaran, angka delapan
dan sebagainya.
51
Gerakan jalan, lari cepat, geser ke kanan-kiri, secara
dinamis dapat dilakukan dengan variasi gerak dan pola gerakan
berulang atau berganti-ganti (kanan-kiri). Beberapa variasai
gerakan yang nyata dan pola gambar yang dilukiskan pada
lantai dibayangkan secara imajinatif dalam angan-angan.
d) Desai Atas
Desain atas dilukiskan melalui gerakan mengayun-ayun
atau melambaikan tangan di atas garis bahu. Ruang desain
atas dapat diciptakan lagi melalui gerakan yang sesaat
melayang di udara dengan dasar kaki sebagai tumpuhan
berada diatas permukaan lantai atau landasan tumpu.
Gerakan yang memiliki kesan desain atas dilakukan penari
dengan cara meloncat, melompat, melayang sesaat di udara.
Batas-batas gerak yang memberi kesan desain atas secara
geomeris berhubungan dengan tiga dimensi, tidak bertumpu
pada lantai dasar atau tempat bertumpu, serta dimungkinkan
bertumpu dilandasan tetapi kesan gerakan yang dilakukan lebih
ada dalam posisi di atas lantai. Dengan demikian, aspek
gerakannya memiliki tiga dimensi.
Desain tiga dimensi berhubungan dengan volume gerak,
jangkauan besar/kecil dan atau sempit-luasnya gerakan.
Jangkauan terluas atau terpanjang yang mampu dilakukan oleh
masing-masing penari.
Karakter gerak yang biasa dilakukan untuk penghayatan
menunjukan desain atas adalah pernyataan ungkapan rasa
syukur kepada Yang Maha Kuasa dengan menengadahkan
kepala, merentangkan kedua tangan ke atas, serta melakukan
selebrasi yang berhubungan dengan konteks bicara dari hati
dengan Tuhan melalui penghayatan pandangan mata ke atas,
kepala ditengadahkan, serta gerakan lain yang berhubungan
52
dengan pernyataan simbol gerakan yang berhubungan dengan
desain atas. Pelaksaan gerakan dilukiskan untuk mendapatkan
kesan gerakan dilakukan diatas garis bahu. Pemahaman gerak
seperti telah disebut adalah dengan mewujudkan teknik
gerakan menengadahkan kepala dan gerakan kedua tangan ke
atas.
e) Rias dan Busana
Rias busana pada prinsipnya merupakan pendukung
dalam tari. Unsur ini pada garapan tertentu sangat vital
dibutuhkan terutama untuk memperdalam atau menunjukan
adanya karakter atau penokohan, yang ada dalam garapan
koreografi. Sehingga, melalui rias dan busana dapat
mewujudkan visi karakter atau tokoh yang diharapkan.
Pada konteks tertentu, rias dan busana juga dibutuhkan
untuk tujuan penonjolan terhadap penampilan suatu bentuk seni
pertunjukan dalam rangka digunakan sebagai bagian upacara
keagamaan, upacara adat, dan bentuk tarian untuk upacara
tertentu.
Pada sisi lain, rias an busana menjadi kebutuhan yang
sekunder, mana kala dalam garapan lebih dibutuhkan pada
konsep pertunjukan secara naturalistik. Rias dan busana
digunakan sebatas kebutuhan garis wajah saja dan pembalut
tubuh penari. Saat tertentu busana terlhat sederhana untuk
jenis tari nontradisi.
f) Properti
Properti adalah semua peralatan yang digunakan untuk
pementasan tari. Properti tari tentu saja disesuaikan dengan
kebutuhan koreografi. Properti tari merupakan properti yang
dibutuhkan dalam koreografi tari. Pada kenyataannya terdiri dari
dance property/ properti tari dan stage property / perlengkapan
53
panggung. Dance properti terdiri dari peralatan tari yang
dipegang penari secara langsung. Stage property adalah
semua peralatan yang berada di atas panggung dan menjadi
sarana yang langsung maupun tidak langsung melengkapi
konsep suatu koreografi dimana dalam penerapannya
diletakkan di area pentas atau di panggung untuk mendukung
koreografi.
Stage panggung yang terkait dengan peralatan baik
langsung dimanfaatkan pada saat pementasan terdiri dari trap
(level pondation) yang berfungsi membuat kesan penari lebih di
atas, di bawah standar panggung menjadi dukungan dalam
pementasan koreografi.
Bentuk dan format trap bermacam-macam. Ada yang
berbentuk segi empat panjang, bujur sangkar, segi enam, segi
delapan, tinggi 20 cm, 40 cm, dan 60 cm serta masih banyak
bentuk yang lainnya. Jenis stage property di desain untuk
memberikan dampak positif pementasan koreografi menjadi
lebih indah, berkualitas dan memiliki kesan yang menarik bagi
penonton, disamping tujuan penggunaan lebih ke arah
penggunaan teknis dalam koreografi.
Properti tari pada dasarnya dapat digunakan untuk
memberikan keindahan koreografi. Disisi lain apabila
penguasaan penari terhadap property kurang sempurna, ini
menjadi kebalikan bahkan kesan ini menjadi kunci keindahan
koreografi menjadi tidak tercapai.
Penguasaan properti tari oleh penari mutlak merupakan
persyaratan yang harus dimiliki. Kunci ini menjadi indikasi
kebutuhan properti dalam suatu koreografi, dibutuhkan apabila
tuntutan koreografi menjadi utama dalam penggunaan property
54
maka penari harus dibekali keterampilan yang lebih dalam
memperagakan keterampilan properti.
Pilihan atau penggunaaan properti tari jangan sampai
mengganggu makna gerak yang akan disampaikan koreografer
dalam menyampaikan misi tarinya. Penempatan properti tari
dan stage property secara bersama menjadi bagian utuh dalam
merefleksikan kesatuan koreografi agar menjadi semakin
menarik, padat dan memenuhi kualitas penggunaannya.
g) Tata Pentas
Teknik pentas adalah mengadaptasikan penempatan
properti panggung secara profesional. Pada koreografi yang
menjabarkan ide, penempatan tata teknik pentas dirancang
untuk kebutuhan pentas secara matang, profesional,
spektakuler, memenuhi harapan koreografer dan penonton.
Untuk menempatkan wahana replika, properti panggung
menjadi alternatifnya. Oleh sebab itu, replika yang akan
ditempatkan di atas pentas, menjadi sarana yang disarankan
untuk mencapai kualitas pementasan secara maksimal. Bingkai-
bingkai bermacam desain properti panggung secara kualitas
diharapkan dapat mendukung pementasan. Peralatan dalam
bentuk lain, replika panggung yang dibutuhkan dan banyak lagi
tentang properti panggung yang oleh koreografer dipikirkan
untuk menopang keberhasilan koreografi menjadi pilihan tata
teknik pentas yang diharapkan.
Dalam suatu pertunjukan memerlukan sarana dan fasilitas
tempat untuk penyelenggaraannya. Dibeberapa tempat di
Indonesia telah mengenal bentuk-bentuk tempat pertunjukan
atau tempat pentas dengan banyak bentuk. Tempat dimaksud
meliputi lapangan sebagai arena terbuka, pendopo,
55
pemanggungan (staging), halaman pura, serta bangsal sebagai
tempat pergelarannya.
Pemanggungan tersebut diatas merupakan istilah yang
berasal dari Barat. Selanjutnya, istilah tersebut diadopsi dan
dijabarkan kembali menjadi bahasa yang telah umum
dipercakapan sehari-hari kita, sehingga banyak orang yang
telah mengenal dan memahami sebagai pengetahuan yang
biasa. Di bawah ini ada beberapa bentuk pemanggungan yang
telah dikenal kita. Secara detail dapat dijelaskan sebagai
berikut.
Pemanggungan bentuk pendopo adalah tempat
pementasan yang pada awalnya digunakan untuk pementasan
tari klasik di daerah Yogyakarta dan Surakarta. Konsep
pendopo pada awalnya lahir untuk kalangan orang terpandang,
karena pendopo dimiliki oleh orang setingkat Wedono atau
Penewu ke atas. Tempat ini memiliki ruangan yang ditopang
banyak penyangga berupa kayu, tiang dan besi beton.
Kapasitas bentuk dan kualitas pendopo berhubungan dengan
strata atau kedudukan orang yang memiliki atau mengelola
pendopo.
56
Model pemanggungan bentuk lain adalah Proscenium
Stage. Bentuk pemanggungan ini sudah cukup tersebar di
seluruh wilayah Indonesia. Kapasitas dan personifikasinya
sudah banyak yang memenuhi standar (representasional).
Stage Proscenium secara umum tergantung kepada bagaimana
ruang pementasan tersebut akan di bentuk. Dalam kenyataan
telah banyak yang disesuaikan sesuai standar internasional.
Contoh di Jakarta adalah Gedung Kesenian Jakarta (GKJ),
Teater Tanah Air Indonesia (TMII) dengan fasilitas space
staging (panggung di udara atau para penari dalam berperan
menggunakan link kawat yang diatur sedemikian sehingga
penari atau peraga seperti terbang).
Penonton dalam menikmati pertunjukan dari depan saja
(frontal). Arah dan sudut pandang ditujukan terfokus pada arena
pentas. Konsep kanan dan kiri terdapat layar atau sekat
pembatas yang disebut side wing. Di depan panggung terdapat
area sedikit yang disebut apron. Biasanya sisi kanan dan kiri
atau sekitar apron terdapat ruang yang digunakan untuk
menata instrumen musik.
57
Konsep pemanggungan secara umum dapat dijelaskan
berdasarkan bentuk dan kapasitas penonton yang dapat
memanfaatkan situasi dan kondisinya secara interprestasi untuk
memenuhi kebutuhan pada saat menonton pertunjukan adalah
sebagai berikut.
58
Gambar 6. Panggung dan lapangan terbuka
Sumber. Grafiz Havis Muharyadi SPd.
59
pengadaan tata lampu dantata suara menjadi pilihan terbaik
kualitas pertunjukan.
Kebutuhan pemanggungan yang berkualitas di berbagai
daerah dan berbagai tempat pertunjukan di Indonesia belum
merata. Hal ini menjadi masalah yang beragam. Penataan tata
lampu dan tata sound yang seharusnya membantu pementasan
jangan hanya salah penempatan atau pemilihan standar
kualitas pemanfaatan menjadi boomerang pementasan menjadi
tidak berkualitas. Kelengkapan produksi tata lampu menjadi
pilihan dalam pementasan menempati peran tersendiri dalam
pertunjukan Tanpa cahaya yang alami, baik buatan manusia
maupun ciptaan Tuhan tontonan menjadi gelap Peranan tata
lampu sebagai penerangan, di sisi lain juga harus mampu
menciptakan inner garapan menjadi seolah penonton berada
dalam ilusi koreografi yang dapat memberikan imeji keindahan
sesuai dengan pesan yang diharapkan koreografer.
Fungsi tata lampu antara lain sebagai penerang,
penciptaan suasana, penguatan adegan, kualitas pencahayaan,
serta efek khusus pementasan Tata lampu sebagai penerangan
jelas tidak diragukan lagi Asal ada penerangan pasti lampu
semakin terang. Bentuk dan wujud tata lampu bermacam-
macam perlengkapan lampu diantaranya ada lampu khusus
yang disebut Spot Light jumlah disesuaikan dengan kapasitas
gedung. Strip Light (lampu garis) biasanya digunakan untuk
menerangi dua hingga jalur area pentas saja yang masing-
masing berjarak sekitar 2-4 meter dari deret lampu strip yang
ada.
Lampu backdrop juga diperlukan agar pada posisi pang
belakang dan lampu yang dipakai murni menjadi bagian yang
digunakan untuk menerangi latar belakang panggung secara
60
umum. Formulasi warna lampu biasanya digunakan colour
brightyang terdiri dari warna-warna biru, merah, kuning, dan
general.
Perlu diingat, koreografer yang jeli memenfaatkan momen
penataan tata lampu akan menyesuaikan penggunaan tata
lampu dan tata warna lampu lebih mendalam. Penentuan warna
lampu dan pemilihan kostum tari dipertimbangkan melalui dasar
kesesuaian yang ideal. Penciptaan suasana garapan dapat
diciptakan melalui penggunaan media penataan tata lampu
secara professional. Sebagai ilustrasi dapat diberikan di sini,
sebuah koreografi yang pada saat itu membutuhkan suasana
perasaan hati sedang sedih, musik iringan sendu, lirih, dan
menyayat, apabila diberi penerangan tata lampu yang
benderang maka koreografi menjadi tidak sesuai.
Teknik penataan lampu yang dikembangkan adalah
melalui penyinaran dengan kualitas warna biru, lampu yang
temaram, dan warna-warna teduh akan mampu menciptakan
suasana yang cocok dalam memenuhi kontribusi suasana
koreografi yang diharapkan. Begitu pula sebaiiknya, dalam
situasi perang, tata lampu disesuaikan dengan pencahayaan
bahwa warna lampu merah, semakin pekat merah dapat
mendukung suasana apalagi didukung kualitas gerak,
penghayatan, dan kedalaman isi gerak serta penciptaan colour
yang sempurna semakin diharapkan memenuhi kualitas
pertunjukan. Penguatan adegan dilakukan dengan penataan
lampu yang dapat diciptakan melalui daerah-daerah terang dan
gelap secara dramatis. Di sisi lain penguatan ekspresi tari
dapat digunakan untuk membantu penghayatan agar tercapai
tujuan adegan.
61
Penggunaan overhead spotlight atau follow spot light untuk
lampu tunggal pada peran khusus atau ditokohkan berada
dalam jarak tembaknya. Efek bayangan agar tidak terlihat pada
penari yang ditokohkan ke penari lain menjadi pilihan
tercapainya adegan yang diharapkan. Pemisahan tokoh dengan
kelompok penari lain menjadi prioritas untuk memberikan batas
pencahayaan yang jelas sesuai tempat, pemeranan, dan
tentunya kualitas pencahayaan yang diharapkan secara
menyeluruh pada saat adegan tersebut menjadi momen yang
dipilih.
Kualitas pencahayaan sangat penting. Hal ini tidak
semata-mata adegan menjadi gelap, tetapi kualitas pandang
penonton menjadi lebih terbantu melalui pencahayaan yang
memenuhi standar kualitas yang diharapkan. Masalah intensitas
penyinaran tata lampu, warna pilihan untuk lampu khusus
maupun lampu general, distribusi tata lampu di sekitar
panggung dan di area panggung, serta efek khusus yang
diharapkan menjadi pilihan tercapainya koreografi mantap
dipertunjukkan. Efek pencahayaan dapat merugikan, adegan
kuang sempurna, kurang memenuhi harapan, dan kurang
mencapai tujuan koreografis. Oleh karena itu, masalah
intensitas penyinaran harussesuai catatan tari, warna pilihan
harus sesuai adegan yang dibutuhkan pada saat adegan,
distribusi penyinaran dan pemilihan warna yang dibutuhkan
harus menjadi pengendali tercapainya adegan yang dibutuhkan,
serta efek sinar menjadi salah satu kunci pemilihan tata lampu
semakin sempurna dan memenuhi standar kualitas koreografi
yang baik dan memenuhi syarat pementasan.
Pencahayaan dapat mewujudkan adegan dan penyinaran,
koreografi semakin hidup, dramatis, dan memenuhi kualitas
62
koreografi yang diharapkan. Standar ini semakin diharapkan
apabila penari dapat lebih jelas melihat hubungannya dengan
kualitas gerak yang diperagakan, ekspresi yang dilakukan, dan
efek koreografi yang diharapkan. Efek khusus pementasan
dapat menjadi kurang baik apabila penyinaran kurang
memadai, penempatan lampu khusus yang kurang tepat
ditembakkan kepada tokoh khusus, serta pemanfaatan efek
lampu yang kurang tepat dibutuhkan untuk suatu adegan. Hal
ini menjadi jelas pada saat koreografi tampil sejak awal hingga
akhir dilangsungkan. Efek khusus yang dipilihbiasanya
menyangkut kepada bagaimana tata lampu memenuhi kualitas
pemeranan, penciptaan suasana, dan pemilihan yang lebih
penting untuk terciptanya ending atau klimaks garapan tersebut.
Penataan suara diperlukan dalam tata teknik pentas. Hal
ini bertujuan agar dapat mendukung pementasan untuk
memenuhi konsep garapan. Penuangan koreografi yang
dipentaskan secara professional butuh tata suara yang
memadai. Hal ini menjadi pendukung dalam pementasan.
Kualitas tata suara harus memenuhi harapan koreografer. Oleh
sebab itu, penempatan setting tata suara yang berkualitas
menjadi salah satu indikasi standar pementasan.
E. STUDI BANDING
1. Taman Budaya Sumatera Utara
Nama : Taman Budaya Sumatera Utara
Lokasi: Jl. Perintis Kemerdekaaan no 33 Medan, Sumatera Utara
Total Luas Tapak: 8.216 m2
63
Gambar 16. Gerbang TBSU
Sumber : www.google.com
Di Tempat ini terdapat beberapa sanggar yang dibina dan
diberikan fasilitas latihan dan juga pertunjukan. Sanggar yang dibina
tersebut terdiri dari seni tari, seni musik dan juga seni teater.
Taman Budaya Sumatera Utara yang berada di jalan Perintis
Kemerdekaan memiliki 7 bangunan eksisting yaitu :
a. 1 unit Gedung Utama yang terdiri dari Gedung Pertunjukan
(Teater Tertutup) dan Tata Usaha
Bangunan ini digunakan sebagai tempat aktivitas pimpinan,
para pegawai Tata Usaha Taman Budaya Sumatera Utara, juga
sekaligus sebagai tempat event-event pertunjukan kesenian dan
kebudayaan.
Gedung Utama atau Teater Tertutup merupakan Gedung
pertunjukan Utama dengan kapasitas 600 orang. Terletak pada
jalur tengah areal dan memanjang ke belahan barat. Gedung ini
dilengkapi dengan sebuah pentas, perangkat tata lampu dan
soundsystem, umumnya menjadi pilihan utama tempat
mempergelarkan berbagai cabang seni, seperti teater, tari, musik
dan sastra. 11
64
Gambar 17. Gedung Utama
Sumber: www.google.com
65
dikarenakan kurangnya fasilitas gedung sanggar tari yang dimiliki
oleh Taman Budaya Sumatera Utara, sedangkan jumlah kegiatan
sanggar tari justru lebih banyak.
f. 1 unit Open Stage/Teater Terbuka
Dipergunakan untuk tempat pertunjukan yang sifatnya
final atau minimal merupakan latihan terakhir sebelum
pertunjukan, tetapi justru lebih sering dipergunakan sebagai
tempat latihan tari, yang diakibatkan kekurangan tempat latihan
tari.
g. 1 unit Perpustakaan
Perpustakaan Taman Budaya Sumatera Utara ini
memiliki koleksi ratusan buku dan buka setiap hari sesuai jam
kerja. Perpustakaan ini selain berperan menambah wawasan
bagi para pegawai Taman Budaya Sumatera Utara sendiri,
perpustakaan ini juga terbuka bagi seniman, pelajar dan
mahasiswa.
66
Total Luas Tapak: 9 Ha
67
Gambar 21. Taman Ismail Marzuki
Sumber: http://id.wikipedia.org
a. Graha Bhakti Budaya
Graha Bhakti Budaya (GBB) adalah Gedung Pertunjukan
yang besar, mempunyai kapasitas 800 kursi, 600 kursi berada di
bawah dan 200 kursi di balkon. Panggung GBB berukuran 15m x
10m x 6m. Gedung ini dapat dipergunakan untuk gedung
pertunjukan konser musik, teater baik tradisional maupun
modern, tari, film, dan dilengkapi dengan tata cahaya, sound
sistem akustik, serta pendingin ruangan.
b. Galeri Cipta II dan Galeri Cipta III
Galeri Cipta II (GC II) adalah ruang pameran yang lebih
besar dari Galeri Cipta III (GC III). Kedua ruang tersebut dapat
dipergunakan untuk pameran seni lukis, seni patung, diskusi dan
seminar, dan pemutaran film pendek. Gedung ini dapat memuat
sekitar 80 lukisan dan 20 patung serta dilengkapi dengan
pendingin ruangan, tata cahaya khusus, tata suara serta panel
yang dapat dipindah-pindahkan.
c. Teater Kecil/Teater Studio
Merupakan gedung pertunjukan yang dipersiapkan untuk
200 orang. Gedung ini mempunyai banyak fungsi seperti seni
pertunjukan teater, musik, pembacaan puisi, seminar,dll. Teater
Kecil mempunyai ukuran panggung 10m x 5m x 6m. Gedung ini
juga dilengkapi sistem akustik, tata cahaya dan pendingin
ruangan.
d. Teater Halaman (Studio Pertunjukan Seni)
Dipersiapkan untuk pertunjukan seni eksperimen bagi
seniman muda teater dan puisi, mempunyai kapasitas penonton
yang fleksibel.
e. Plaza dan Halaman
68
TIM mempunyai areal parkir yang cukup luas yang
merupakan lahan serba guna dan dapat dipergunakan untuk
berbagai pertunjukkan kesenian open air.
69
Lima puluh tahun budaya tari kontemporer di Zagreb telah
menghasilkan sekitar 40 kelompok tarian, dengan proyek ini mereka
semua akan memiliki rumah baru di pusat kota. Bioskop terletak di
blok pemukiman kumuh hanya 100 meter dari alun-alun utama
Zagreb. Seluruh program proyek ditentukan oleh daerah
pembangunan bruto yang ditetapkan dalam rencana induk dan
tempat-tempat proyek di bioskop tua.
70
Satu-satunya elemen arsitektur yang baru adalah lobi pintu
masuk, sebuah ruang dalam pelayanan komunikasi dan pertemuan
dengan sebuah kafe, perpustakaan dan toko video. .Volume dan
juga patah menyarankan bentuk gerak tari dan mereka adalah tanda
baru dan elemen sambungan antara halaman dan atap teras. Teras
atap adalah elemen terakhir dari pusat dan bagian penting dari
proyek pelestarian dan pemulihan Zagreb.
4. The Esplanade
Bangunan ini dirancang oleh dua perusahaan arsitektur
yang bekerja sama: yaitu DP Architects (DPA) dari Singapura dan di
London Michael Wilford & Partners (mwp). Rancangan aslinya,
disajikan kepada publik pada tahun 1994, terdiri dari kaca polos atas
teater, dan pada awalnya menimbulkan kritik dari masyarakat.
Pengkritik juga menuduh bahwa desain tidak sensitif terhadap lokasi
dan iklim Singapura seperti itu akan menciptakan sebuah rumah
kaca di iklim tropis Singapura, namun menurut Direktur DPA Vikas
Gore beberapa bentuk pelindung telah direncanakan, dan cladding
aluminium penghalang sinar matahari telah ditambahkan ke desain
akhir. Desain arsitektur yang unik telah dikatakan memiliki
penampilan mirip dengan durian (buah tropis) atau mata lalat.
71
Fasilitas :
The Esplanade berisi ruangan pertunjukan kelas dunia,
ditambah dengan berbagai layanan dukungan profesional dan
fasilitas. Selain tempat-tempat pertunjukan, Esplanade juga berisi
tempat-tempat pertemuan, serta gaya hidup lainnya dan seni
layanan terkait. Menyoroti Esplanade - gedung konser dan Teater,
terhubung ke tempat berkumpul utama melalui ruang depan,
sementara Esplanade Mall dapat diakses melalui pintu masuk
terletak di antara 2 hall.
a. Concert hall
72
terbuka yang mencakup tiga tingkat dan memiliki volume 9.500
meter kubik, atau sekitar volume empat kolam renang ukuran
olympic. Ini menyediakan komputer 84 pintu dan flaps. Setiap
pintu beratnya antara 3-11 ton, dengan pintu yang terluas dengan
tinggi 10,5 meter dan pintu yang terkecil 2,2 meter. Ruangan ini
tersembunyi di balik mahoni yang membingkai dinding depan
Concert Hall. Concert Hall ini mampu menampung 1.600 orang
dengan kursi yang nyaman seluas lebih dari empat tingkat dalam
suasana akrab
b. Teater
73
ruangan orchestra dapat menampung lebih dari 100 orang
musisi. Walaupun teater dipertimbangkan luas dengan 2000
tampat duduk, jarak pandangan antara kursi terjauh dengan
panggung hanya 40m, hal itu dapat memberikan pemandangan
yang jelas akan apa yang terjadi di panggung.
c. Studio Teater
74
Gambar 30. The Lowry Visual and Performing Art
Sumber: http://www.designboom.com
75
Stadion tua Trafford. The Lowry Visual and Performing Arts Center
memiliki panggung terbesar di kawasan Inggris setelah London.
Pada entrance bangunan terdapat kanopi yang terdiri dari kombinasi
stainless steel, metal dan kaca geometris yang berpendar pada
malam hari.
76
2. Gedung Pertunjukkan dan Pengembangan Seni tari di Luwu Timur
harus memiliki ruang yang cukup besar untuk menampung semua
jenis kegiatan seni tari, baik itu pengunjung maupun pelaku seni.
3. Gedung Pertunjukkan dan Pengembangan Seni Tari di Luwu Timur
harus memiliki penampilan bangunan yang unik dan menarik.
4. Perlunya fasilitas penunjang yang bersifat komersil untuk melengkapi
kegiatan yang ada didalam Gedung Pertunjukkan dan
Pengembangan Seni Tari di Luwu Timur.
77