Anda di halaman 1dari 9

MODUL PERKULIAHAN

Pengantar
Arsitektur
IDENTITAS DAN
REPRESENTASI
Fakultas Program Studi Modul ke Kode MK Disusun Oleh

07
Fakultas Teknik Sipil Teknik Arsitektur W121700001 Rr. Diana Ayudya, ST, MT
Dan Perencanaan

Abstract Kompetensi
Identitas dan representasi dalam Mahasiswa mampu memahami
arsitektur menjadi hal dasar yang tentang identitas dan representasi
wajib untuk dipelajari dalam dalam arsitektur serta bagaimana
mengembangkan arsitektur penerapannya dalam desain.
IDENTITAS

Ketika suatu kelompok manusia telah memiliki pengalaman yang sama dan cara yang sama
dalam merepresentasi atau memproduksi makna terhadap sesuatu, maka mereka akan
memiliki pandangan dan visi yang sama alam melihat hal, benda, objek, kejadian, atau
manusia lain. Telah diketahui bahwa representasi merupakan proses dimana sesorang
menggunakan bahasa untuk memproduksi manka. Manusia tidak hanya memberi makna
pada objek, benda mati, atau kejadian (events) yang terjadi disekitarnya, namun juga memberi
makna pada manusia lain.

Dengan memberi makna kepada sesuatu berarti kita telah memberikan eksistensi kepada
orang tersebut. Oleh karena itu, proses representasi sangat erat kaitannya dengan identitas,
karena seseorang mendapatkan identitas ketika eksistensinya dimaknai oleh lain.

PENGERTIAN IDENTITAS

– Identities area relational dan contingent. They upon what they are defined against,
and this may change overtime or be understood differently in different places.
– Suatu ciri ciri atau tanda-tanda yang melekat pada diri seorang individu yang menjadi
ciri khasnya. Identitas sering dihubungkan dengan atribut yang disematkan kepada
individu yang sebenarnya memiliki sifat majemuk.
– Refleksi diri atau cerminan diri yang berasal dari keluarga, gender, budaya, etnis dan
proses sosialisasi. Identitas pada dasarnya merujuk pada refleksi dari diri dan persepsi
orang lain terhadap diri (Stella Ting Toomey)
– Pendefinisian diri seseorang sebagai individu yang berbeda dalam perilaku, keyakinan
dan sikap (Gardiner W. Harry dan Kosmitzki Corinne)

PRINSIP-PRINSIP IDENTITAS

1. Keberlanjutan dengan masa lalu seseorang.

Prinsip ini mengumpulkan signifikansi lingkungan perkotaan untuk rasa keberlanjutan


temporal secara subyektif. Prinsip ini mencerminkan hubungan hipotesis antara
biografi dia dengan kota, simbolisasi pengalaman personal. Aspek ini sejalan dengan
prinsip continuity dalam model Breakwell.

2. Kelekatan kepada suatu tempat (attachment).

Prinsip ini merupakan perasaan “at home” dalam kota yang bersangkutan, yaitu rasa
memliki atau rootedness sebagaimana digambarkan dalam berbagai literature.
Seseorang terikat kepada suatu tempat melalui suatu proses yang mencerminkan
perilaku mereka, pengalaman kognitif dan emosional dalam lingkungan sosial dan
fisik.

3. Perception of familiarity

Persepsi ini merupakan dampak dari pengalaman sehari-hari di perkotaan.

4. Komitmen.

2019 Pengantar Arsitektur Pusat Bahan Ajar dan eLearning


2 Rr. Diana Ayudya, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
Komitmen yang dimaksud adalah komitmen untuk “tetap tinggal di kota tersebut”
Aspek tersebut mengacu pada signifikasi kota sebagaimana yang dirasakan oleh
seseorang untuk masa depannya.

5. Faktor lingkungan luar atau External Evaluation menunjukan perbandingan evaluative


antara kota sendiri dengan kota orang lain, dengan karakter khusus yang dimiliki oleh
suatu tempat , dan keunikan kta seperti yang dirasakan oleh masyarakatnya.

Dalam konteks psikologi sosial, Breakwell (1986,1992, 1993) mengembangkan “model proses
identitas” Model dari Breakwell mengemukakan empat prinsip identitas, yaitu :

1. Self-esteem
2. Self-efficacy
3. Distinctiveness
4. Continuity

Dalam konteks tersebut dapat digambarkan lingkungan memainkan peran dalam dinamika
identitas; bahwa keempat prinsip tersebut berhubungan dengan tempat (place); dan bahwa
prinsip-prinsip yang berbeda nampaknya diperlakukan berbeda pula oleh setiap individu.

Self-esteem didefinisikan sebagai suatu evaluasi diri atau kelompok yang positif dengan mana
seseorang mengidentifikasikan diri. Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukan
bahwa evaluasi personal terhadap lingkungan lokal dan evaluasi positif terhadap lingkungan
tersebut oleh orang lain menghasilkan kebanggan, dan oleh karenanya memberikan
kontribusi terhadap self-esteem. Devine-Wright & Lyons (1997) dan Lalli (1992) menunjukkan
pentingnya hidup atau bertempat tinggal di tempat-tempat bersejarah dalam membentuk self-
esteem. Self-efficacy didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk berfungsi secara
tepat dalamlingkungan fisik dan situasi sosial tertentu yang dihubungkan dengan kebutuhan
manusia untukmengendalikan lingkungan (Belk, 1992)

IDENTITAS ARSITEKTUR

Dari pengertian Identitas secara umum, dapat kita simpulkan bahwa Identitas Arsitektur
adalah:

• Suatu tanda khusus atau kekhasan yang melekat pada desain sebuah bangunan
sehingga memiliki atribut tertentu yang menerus.
• Cerminan diri seorang perancang yang umumnya berasal dari jati diri, budaya,
maupun etnis setempat yang selanjutnya akan membentuk persepsi orang lain
terhadap bangunan rancangannya
• Pendefinisian sebuah bangunan sebagai rancangan yang memiliki ciri khas tertentu
yang berbeda dengan bangunan lain yang sejenis

Identitas arsitektur dibutuhkan sebuah bangunan agar:

- Mempunyai ciri khas


- Dikenal dan dipahami
- Berkarakter

2019 Pengantar Arsitektur Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Rr. Diana Ayudya, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
Untuk menyampaikan identitasnya, bangunan menggunakan Bahasa arsitektur
tertentu yang dapat mengungkapkan ekspresi dan karakter melalui:

- Elemen objek
- Elemen karakter
- Gaya
- Metode

Identitas menjadi sangat penting di dalam arsitektur, karena:

– Pengembangan desain universal yang menekankan kewajaran dalam


arsitektur. Hal ini bukan berarti arsitektur akan menjadi sama dimanapun, justru
akan meningkatkan tantangan bagi para arsitek untuk menerapkan kewajaran
dengan tetap memiliki identitas dalam desainnya.
– Menjadi sesuatu yang dikehendaki selama kehidupan manusia. Hal ini juga
diaplikasikan pada bangunan; saat bangunan dirancang untuk seorang
berkebangsaan Eropa, identitas dasar bangunannya pasti akan mengacu pada
arsitektur Eropa. Secara visual, bangunan akan mengesankan para
penikmatnya, tapi menjadi berbeda pada sudut pandang pengggunanya.
Sebagai contoh, Orang Indonesia tidak akan merasa nyaman menggunakan
gedung berdesain Eropa ini karena mengikuti standar-standar Eropa.
– Sebagai mahasiswa arsitektur dan calon arsitek masa depan, kita perlu untuk
mengetahui, mengerti, dan mengimplementasikan aspek-aspek dalam budaya
Indonesia, kepercayaan, sosial, dan lingkungan untuk menekankan identitas
kita. Karena tanpa identitas, arsitektur hanya akan menjadi sebuah bangunan
tanpa arti dan keseragaman yang tidak akan memanjakan mata penikmatnya
lagi.

REPRESENTASI
Menurut KBBI dan Kusuma (2014), representasi merupakan sebuah kata benda yang
menunjukkan perbuatan dari sesuatu hal (yang dalam hal ini berupa objek arsitektural) yang
mewakili keberadaan suatu hal lainnya (yang dalam hal ini adalah seseorang atau
sekelompok masyarakat di mana objek arsitektur tersebut berada). Dari pengertian tersebut,
dapat dipahami bahwa terdapat dua kegiatan penting dalam sebuah praktek representasi,
yaitu kegiatan mewakili dan kegiatan (merasa) terwakili.

Proses dimana sebuah obyek ditangkap oleh indra seseorang, lalu masuk ke akal untuk
diproses yang hasilnya adalah sebuah konsep/ide yang dengan bahasa akan
disampaikan/diungkapkan kembali.

Proses pemaknaan kembali sebuah obyek/fenomena/realitas yang maknanya akan


tergantung bagaimana seseorang itu mengungkapkannya melalui bahasa.

Suatu wujud kata, gambar, sekuen, cerita dan sebagainya yang mewakili ide, emosi, atau
fakta. Representasi bergantung pada tanda dan juga citra yang ada dan dipahami secara
kultural, dalam pelajaran bahasa, pesan dan penandaan yang bermacam-macam ataupun
juga secara sistem tekstual yang sifatnya timbal balik.

2019 Pengantar Arsitektur Pusat Bahan Ajar dan eLearning


4 Rr. Diana Ayudya, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
Representasi juga mengenai suatu produk simbolik, suatu pembuatan tanda-tanda dalam
kode yang terdapat untuk menciptakan makna-makna. Oleh karena itu, representasi juga
sesuai dengan penghadiran kembali, bukan gagasan yang asli tapi sebuah repsentasi atau
suatu versi yang dibangun darinya.

Jadi representasi bukanlah suatu kegiatan ataupun juga proses statis melainkan juga
merupakan proses dinamis yang terus berkembang seiring dengan adanya kemampuan
intelektual dan juga kebutuhan para pengguna tanda yakni manusia sendiri yang terus
mengalami aktivitas gerak dan juga dinamis atau berubah.

REPRESENTASI DALAM ARSITEKTUR

Dunia arsitektur memahami bahasa dengan sangat bebas, sebebas konsep komunikasi
diterjemahkan. Dikatakan bebas karena yang diposisikan sebagai bahasa dalam komunikasi
arsitektural tersebut adalah simbol dan makna tertentu yang dihadirkan melalui karya
arsitektur, atau lebih luas lingkungan hidup, sebagai medianya. Dengan demikian, komunikasi
dalam arsitektur dapat dipahami sebagai sebuah proses komunikasi yang berlangsung antara
penghuni (manusia) dengan ruang lingkungannya (Saliya, 2003). Proses komunikasi tersebut
muncul ketika seseorang atau sekelompok orang memberikan respon terhadap kehadiran
sebuah objek (arsitektur). Sedangkan respon tersebut hanya hadir jika seseorang atau
sekelompok orang tersebut merasa terepresentasikan atau tidak terepresentasikan melalui
objek tersebut (Rahman, 2004). Hal inilah yang kemudian dikenal sebagai representasi dalam
arsitektur.

Dari pengertian Representasi secara umum, dapat kita simpulkan bahwa Representasi
Arsitektur adalah:

• Proses pemaknaan sebuah bangunan yang maknanya akan tergantung bagaimana


perancang mengkomunikasikannya melalui identitas arsitektur yang diungkapkan
dengan bahasa arsitektur, yaitu objek, karakter, metode dan gaya
• Suatu wujud pengungkapan identitas arsitektur yang bergantung pada tanda dan juga
citra yang ada dan dipahami secara kultural dan tekstual yang sifatnya timbal balik.
• Penghadiran kembali sebuah konsep bangunan yang sudah didapatkan sebelumnya
sehingga menjadi proses dinamis yang terus berkembang seiring dengan kebutuhan
para pengguna bangunan yang juga terus mengalami proses dinamis.

Representasi menjadi sebuah cara untuk menjalin komunikasi melalui kegiatan arsitektur.
Untuk menjalin komunikasi yang baik, harus ada pemahaman yang sama antara pengirim dan
penerima pesan – dalam hal ini arsitek dan masyarakat.

Dengan representasi, akan terlihat secara utuh bagaimana proses komunikasi berlangsung
dalam arsitektur lewat praktek representasi yang seringkali dilakukan dalam kegiatan
perancangan.

Jika pesan yang dihadirkan perancang dalam bangunannya dinilai dapat merepresentasikan
masyarakat yang bersangkutan, maka komunikasi arsitektur telah berjalan dengan baik. Hal
ini berarti proses komunikasi arsitektur sangat ditentukan oleh kecocokan antara pesan yang
dibuat oleh arsitek melalui bangunannya dan pesan yang diterima masyarakat dari bangunan
tersebut.

2019 Pengantar Arsitektur Pusat Bahan Ajar dan eLearning


5 Rr. Diana Ayudya, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
REPRESENTASI SEBAGAI BENTUK KOMUNIKASI DALAM ARSITEKTUR

Adanya kemampuan indera manusia yang luar biasa yang memungkinkannya untuk bekerja
secara bolak-balik, menyeberang dari satu indera ke indera lainnya untuk memberikan
informasi yang utuh, memberikan kesempatan bagi manusia untuk dapat berkomunikasi
secara nonverbal.

Salah satu bidang yang diuntungkan dari kemampuan ini adalah arsitektur. Manusia dapat
berkomunikasi dengan lingkungan binaan di sekitar mereka. Berkomunikasi, menurut Saliya
(2003) merupakan sebuah proses yang berlangsung secara bolak-balik (iterasi), antara
pembentukan lambang-lambang
– Manusia sebagai secara
dapat berkomunikasi sumbernon(source)
verbal dan penafsirannya pada pihak
dengan
penerima lingkungan
(receiver). binaan
Lebih dilanjut,
sekitarproses
merekaini digambarkan
dengan Arsitektur,sebagai
yaitu proses antara
“pembentukan-sandi” (coding) dan “pembukaan-sandi”
melalui representasi arsitektur (decoding) dengan berbagai muatan
pesan dan berita, melalui suatu “saluran” (channel) yang berlangsung dalam suatu konteks
tertentu.–Dengan
Berkomunikasi,
demikian,menurut
maka benar Saliya (2003)
bahwa merupakan(dalam
berkomunikasi sebuaharsitektur)
proses berlangsung
antara arsitek
yangatau perancang
berlangsung (sebagai
secara pembentuk
bolak-balik sandi)
(iterasi), dan pengguna atau masyarakat
antara
sebagai pembuka atau penerima
pembentukan sandi. Sedangkan
lambang-lambang bangunan
sebagai sumber atau lingkungan
(source) dan berperan
sentasi sebagai salurannya.
penafsirannya pada pihak penerima (receiver)
ai
k
UNIKASI CODING
Pembentukan
Sandi
CHANNEL
Dengan muatan pesan dan
DECODING
Pembukaan
Sandi
berita

ktur
ARSITEK /
BANGUNAN / MASYARAKAT /
PERANCANG
LINGKUNGAN PENGGUNA

PROSES REPRESENTASI ARSITEKTUR


Modul 07 Pengantar Arsitektur - IDENTITAS & REPRESENTASI 12
Dengan merujuk kepada pengertian representasi yang telah dijelaskan, maka diketahui
bahwa terjadi dalam dua tahap. Pertama adalah proses mewakili, yaitu proses arsitek yang
mengambil simbol-simbol tertentu dari konteks sebagai sumber pesan yang ingin
disampaikan lewat desainnya yang diharapkan mampu merepresentasikan masyarakat
setempat. Sedangkan yang kedua adalah proses terwakili, yang merupakan proses
penerimaan masyarakat terhadap karya representasi dari arsitek tersebut. Sejauh mana
masyarakat merasa terepresentasikan dari hasil representasi yang telah dilakukan oleh si
arsitek.

Proses MEWAKILI Proses TERWAKILI


(Me-representasi-kan) (Ter-representasi-kan)

PROSES • proses arsitek yang


mengambil simbol-
• proses penerimaan
masyarakat terhadap
simbol tertentu dari karya representasi dari
Representasi konteks sebagai sumber
pesan yang ingin
arsitek tersebut sejauh
mana masyarakat
Arsitektur disampaikan lewat
desainnya yang
merasa
terepresentasikan dari
diharapkan mampu hasil representasi yang
merepresentasikan telah dilakukan oleh
masyarakat setempat arsitek

2019 Pengantar Arsitektur Pusat Bahan Ajar dan eLearning


6 Rr. Diana Ayudya, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
Modul 07 Pengantar Arsitektur - IDENTITAS & REPRESENTASI 13
Proses “Me-representasi-kan”

Proses ini juga dikenal sebagai proses “pembentukan sandi” atau coding (Saliya, 2003).
Rahman (2004) menyatakan bahwa arsitektur merupakan simbolisasi dari keadaan
sosiokultural yang dianggap berharga pada masa tertentu dan dimunculkan kembali pada
masa sekarang (Rahman, 2004 dan Antoniades, 1992). Keadaan sosio kultural ini kemudian
diterima dan dipahami oleh arsitek.

Proses penerimaan dan pemahaman kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh latar belakang
dan keadaan psikologis yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa simbol-
simbol yang digunakan oleh seorang perancang sangat bergantung pada latar belakang,
kemampuan dan pengetahuan yang dimilikinya. Pemilihan simbol tertentu, yang kemudian
diterjemahkan dalam bentuk (desain) bangunan tersebut, berlangsung dalam ruang kreatifitas
arsitek (Antoniade, 1992).

Oleh karena itu, dalam konteks representasi, arsitek berperan sebagai interpreter yang
menerjemahkan makna dan bentuk-bentuk tertentu dari konteks sosial budaya masyarakat
ke dalam bentuk fisik (Durmus, 2012). Makna dan simbol-simbol tertentu yang dipakai oleh
arsitek dalam mendesain tersebut adalah makna dan simbol yang dibaca oleh si arsitek
sebagai sesuatu yang mewakili masyarakat yang bersangkutan. Dengan kata lain, unsur-
unsur tersebut dianggap mampu merepresentasikan masyarakat setempat.

Hal ini kemudian melahirkan pertanyaan lanjutan, “Apakah unsur-unsur tersebut dinilai sama
oleh masyarakatnya?” “Apakah mereka merasa terwakili oleh unsur-unsur yang digunakan si
perancang tersebut?”. Untuk itulah, dalam sebuah komunikasi arsitektural, di samping melihat
bagaimana proses perumusan “pesan”, juga dibutuhkan bagaimana proses penerimaan
“pesan” tersebut.

Proses “Ter-representasi-kan”

Penerimaan pesan ditandai dengan munculnya ekspresi atau respon tertentu terhadap pesan
tersebut (Rahman, 2004). Dalam konteks ini, respon terhadap bangunan adalah bentuk
penerimaan (atau penolakan) terhadap upaya representasi yang telah dilakukan oleh
perancang.

Membaca respon berarti membaca persepsi si penerima pesan. Bagaimana pesan yang
dihadirkan melalui bangunan dibuka dan dibaca (decoding) oleh masyarakat (Saliya, 2003).
Wahyudi (2010) menyebutkan bahwa pembacaan representasi dari sebuah bangunan dapat
dilakukan dengan mengkaji pendapat dan persepsi masyarakat yang diwakili oleh bangunan
tersebut (Ibid; Franzia, et. al, 2015). Lebih lanjut, perlu melihat memori dan pengalaman apa
yang diterima masyarakat ketika melihat, menggunakan dan memaknai bangunan tersebut
sebagai bagian dari mereka.

Pengalaman dan memori tersebut dapat hadir dari unsur fisik maupun non fisik yang
dirasakan dari bangunan (Antoniades, 1992). Jika bangunan tersebut mampu memunculkan
memori dan pengalaman masyarakat tentang identitas ataupun karakter mereka, maka hal
tersebut diterjemahkan sebagai bentuk penerimaan. Sebaliknya, jika bangunan tersebut tidak
dianggap mewakili pengalaman ataupun memori mereka, maka respon tersebut menjadi
sebuah bentuk penolakan terhadap upaya representasi yang dilakukan oleh arsitek. Memori
dan pengalaman ini, merupakan sebuah elemen yang sangat melekat dalam diri seseorang.
Oleh karena itu, memori dan pengalaman yang muncul bergantung pada perilaku
psikomotorik dan pengalaman psikologis seseorang. Dengan demikian, hal ini sangat
ditentukan oleh kualitas individu baik yang terkait dengan tingkat keilmuan, kekuasaan,

2019 Pengantar Arsitektur Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7 Rr. Diana Ayudya, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
ideologi maupun perannya di tengah-tengah masyarakat (Rahman, 2004). Dengan demikian,
penilaian receiver terhadap pesan yang disajikan dalam bangunan akan sangat beragam.

Oleh karena itu, untuk memperoleh gambaran yang utuh terkait representasi melalui
bangunan tersebut, dibutuhkan studi persepsi dari berbagai lapisan masyarakat yang
menerima efek dari keberadaan bangunan tersebut. Hal ini akan memperlihatkan bagaimana
hubungan antara proses merepresentasi dan proses terepresentasi terjadi dalam sebuah
siklus komunikasi arsitektur.

Hubungan Pemberi dan Penerima Pesan

Keberlangsungan sebuah komunikasi sangat ditentukan oleh adanya kesamaan pengertian


terhadap bahasa yang digunakan (Saliya, 2003). Oleh karena itu, kesamaan bahasa yang
dipakai oleh arsitek dan masyarakat sangat menentukan keberhasilan proses komunikasi.
Kesamaan antara kode yang disusun dalam proses coding dan kode yang diterima dalam
proses decoding menjadi catatan penting dalam melihat keberhasilan proses representasi
yang dilakukan dalam dunia arsitektur. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jika pesan
yang ditangkap masyarakat sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan oleh perancang,
maka komunikasi telah berlangsung dengan baik. Proses representasi pada bangunan
tersebut dapat dikatakan berhasil. Dengan demikian telah terbentuk kesepakatan dan
apresiasi yang sama antara apa yang dilihat oleh arsitek dan apa yang diharapkan oleh
masyarakat.

Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam arsitektur


berlangsung dalam label representasi. Representasi ini mengandung dua poin besar, yaitu
kegiatan “mewakili” dan kegiatan “terwakili”. Proses ini dihubungkan oleh sebuah media, yaitu
bangunan. Dalam praktek arsitektur, arsitek merupakan si pembuat pesan yang berusaha
mewakili seseorang atau sekelompok orang. Sedangkan masyarakat merupakan objek yang
diwakili dari karya arsitektur tersebut. Dengan demikian, keberhasilan proses representasi
(komunikasi) dalam arsitektur ditentukan oleh kesesuaian pesan yang dikirim oleh arsitek dan
pesan yang diterima oleh masyarakat dari bangunan tersebut. Untuk mengetahui hal ini, maka
dibutuhkan studi tentang proses kreatif arsitek dalam merumuskan kode (pesan) dalam
bangunan yang dirancangnya dan juga studi tentang persepsi masyarakat terhadap
bangunan. Kesesuaian di antara keduanya akan menjadi sebuah bentuk alur komunikasi yang
baik di dalam dunia arsitektur.

Representasi merupakan proses dimana sebuah objek ditangkap oleh indera seseorang, lalu
masuk ke akal untuk diproses yang hasilnya adalah sebuah konsep atau ide yang akan
disampaikan atau diungkapkan kembali melalui bahasa. Secara singkat, representasi
merupakan proses pemaknaan kembali sebuah objek/fenomena/realitas yang maknanya
akan tergantung bagaimana seseorang itu mengungkapkannya melalui bahasa. Representasi
juga sangat bergantung dengan bagaimana pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang
melakukan representasi tersebut.

2019 Pengantar Arsitektur Pusat Bahan Ajar dan eLearning


8 Rr. Diana Ayudya, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
• Roth, Leland (2007). Understanding Architecture: Its Elements, History,
and Meaning.
• Kruft, H.W. (1994). A History of Architectural Theory: From Vitruvius to
The Present. New York: Princeton Architectural Press
• Snyder, James C., and Anthony J. Catanese (1979). Introduction to
Architecture. Mc Graw –Hill, Inc.
• Ching, Francis DK, 1987, Architecture: From, Space and Order, Van
Nostrand Reinhold.
• Funk dan Wagnalls, 1990, New Encyclopedia, vol – 22.
• Klassen, Winand, 1992, Architecture and Philosophy, Philipines: Calvano
Printers Cebu City.
• Mangunwijaya, YB, 1987, Wastu Citra, Gramedia, Jakarta.
• Meiss, Pierre von, 1985, Elements of Architecture, Van Nostrand Reinhold.
• Reinhold Company Ching, F. D. (1996). A Visual Dictionary of Architecture.
NewYork: Van Nostrand Reinhold
• Sumalyo, Yulianto, 1997, Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX.
Gajahmada University Press, Yagyakarta.
• http://www.bl.uk/learning/cult/bodies/vitruvius/proportion.html
• https://www.nytimes.com/books/first/o/ogorman-abc.html

2019 Pengantar Arsitektur Pusat Bahan Ajar dan eLearning


9 Rr. Diana Ayudya, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai