UNSUR VENUSTAS
DALAM DESAIN
• PENGERTIAN ASPEK VENUSTAS
• TEMA VENUSTAS DALAM DESAIN
• VENUSTAS DAN KECENDERUNGAN ICONIK
• FAKTOR PENDUKUNG ASPEK VENUSTAS
Sebuah benda desain harus memenuhi aspek venustas atau dengan kata lain harus
memperhatikan aspek keindahan. Venustas merujuk pada kata venus yang pada mitologi
Yunani Kuno merupakan Dewi Cinta yang merepresentasikan keindahan. Sehingga kata
venustas dalam bidang desain dapat diartikan sebagai unsur keindahan. Venus dalam
Bahasa latin merupakan kata benda umum yang juga memiliki makna pesona atau charm
(McEwen, 2013:203). Sebenarnya banyak kata yang memiliki makna indah dalam Bahasa
latin, misalnya ada kata pulchritudo yang juga berarti indah (cantik), namun Vitruvius tidak
menggunakan kata tersebut. Menurut J.J. Pollit hal itu disebabkan karena kata pulchritude
lebih dekat dengan kata kallos (keindahan yang tak tampak). Kehadiran unsur venustas dalam
desain seringkali memposisikan desain menjadi sama dengan seni, namun seperti sudah di
jelaskan pada pembahasan tentang fungsi bahwa desain berbeda dengan seni. Keindahan
yang dimaksud oleh Vitruvius bukan sekedar keindahan yang dibuat sedemikian rupa, tetapi
keindahan yang tetap merujuk kepada fungsi, misalnya sebuah desain sebagai sebuah
simbolisme atau sebuah statement. Unsur venustas langsung berhubungan dengan unsur
dan prinsip rupa dalam desain.
Dalam keilmuan, istilah keindahan identik dengan estetika. Estetika menurut KBBI adalah
cabang filsafat yang menelaah dan membahas tentang seni dan keindahan serta tanggapan
manusia. Menurut Alexander Baumgarten, estetika dapat dikategorikan menjadi tiga
berdasarkan adanya tiga kesempurnaan di dunia ini,yaitu: (1) Kebenaran /das Wahre, yang
berarti kesempurnaan yang bisa ditangkap dengan perantaraan rasio; (2) Kebaikan (das
Gute), kesempurnaan yang ditangkap melalui moral atau hati nurani; dan (3) Keindahan (das
Schone), yaitu kesempurnaan yang ditangkap dengan indera. Dari kategori tersebut yang
masuk dalam pembahasan kali ini adalah keindahan yang dapat ditangkap dengan indera.
Jika selama ini keindahan sepertinya hanya diidentikkan dengan pengelihatan (mata) maka
dengan pemahaman Baumgarten membuat pembahasan keindahan menjadi harus
membahas keindahan yang di tangkap indera lainnya.
Appolonian VS Dyonisian
Gambar 1
Kecenderungan yang ada pada manusia
yang dipetakan oleh Nietzsche
Apollonian dan Dionysian adalah istilah yang digunakan oleh Nietzsche dalam The Birth of
Tragedy untuk menunjuk dua prinsip utama dalam kebudayaan Yunani. The Apolonian,
menurut Schopenhauer menganut prinsip individuationis ("prinsip individuasi"), adalah dasar
dari semua peikiran analitik. Filosofi Dionysian adalah yang mencakup mistisisme, emosi,
kekacauan, menurut Nietzsche Dionysian adalah bahwa hal itu menyenangkan seperti
Unsur venustas dalam desain juga hadir untuk dapat menjawab kebutuhan manusia akan
perasaan dan sensasi serta mampu memenuhi nilai guna / fungsi dari benda desain yang
dimaksud. Ada beberapa tema desain yang dapat dimasukkan dalam pembahasan venustas
yaitu yang desain simbolis (symbolic design), desain sebagai pembangkit ingatan (design as
mnemonic device) dan desain untuk membangkitkan perasaan-perasaan (romanticism in
design). Tema desain tersebut
Gambar 2
Tema-tema yang dapat masuk ke dalam
pembahasan venustas dalam desain
Symbolic Design
Istilah "simbolisme" berasal dari kata "simbol" yang berasal dari Bahasa Latin symbolum, yang
berarti simbol iman dan symbolus yang berarti tanda pengakuan. Ada juga yang mengatakan
berasal dari Bahasa Yunani Kuni, symbolon (συμβόλον) yaitu merupakan sebuah benda
pecahan tembikar yang tertulis dan kemudian dipecah menjadi dua bagian yang diberikan
kepada para duta besar dari dua negara kota bersekutu sebagai catatan aliansi. Jadi
symbolon dijadikan tanda persekutuan kota yang bekerja sama.
Dalam desain, simbolisme sebagian besar merupakan reaksi terhadap naturalisme dan
realisme, gaya anti-idealis yang upaya untuk mewakili realitas dalam serpihan kecil, dan untuk
mengangkat nilai sebuah desain diatas standarnya. Desain simbolis umumnya dibicarakan
dalam ranah desain komunikasi visual, misalnya pada desain pictogram, sign sytem atau
desain logo.
Gambar 4
Desain pictogram yang bersifat simbolis untuk toilet
(sumber:pinterest.com)
Jadi symbolism dalam desain ini dapat dipahami bahwa desain hadir sebagai sebuah
representasi dari maksud abstrak dibelakangnya. Dalam penggunaannya ada yang berbeda
antara penerapan desain simbolisme pada ranah Desain Komunikasi Visual dan ranah Desain
Produk. Pada ranah Desain Komunikasi Visual biasanya desain simbolis dipergunakan untuk
menyatakan sebuah konsep yang telah disepakati bersama (konvensi) seperti pada contoh
desain pictogram untuk toilet. Pictogram untuk toilet pria divisualkan lewat bentuk huruf M
yang merupakan kependekkan dari male (pria) dan bila dilihat sekilas seperti gambar
seseorang dengan menggunakan stelan jas berwarna hitam. Sedangkan pada pictogram
untuk toilet wanita divisualkan menggunakan huruf W yang merupakan kependekkan dari
woman (wanita) dan bila dilihat sekilas seperti gambar seseorang dengan menggunakan rok
Gambar 5
Desain sepatu yang mempresentasikan satu identitas tertentu
(sumber:bukalapak.com)
Ada kesepakatan tak tertulis (konvensi) yang ada disatu lingkungan terentu yang menyetujui
bahwa hal tersebut saling berhubungan. Contoh lainnya adalah menggunakan desain
simbolisme untuk menyatakan sesuatu yang baru yang umumnya merujuk kepada
pernyataan suatu identitas tertentu, seperti pada desain jeans.
Gambar 6
Desain Celana Jeans yang mempresentasikan satu identitas tertentu
(sumber:blog.puali.com)
Sehingga romantisme dalam desain dapat dipahami sebagai sebuah cara untuk
membangkitkan kenagan kenangan masa lalu yang dikenal dengan istilah design as
mnemonic device. Desain hadir sebagai sebuah cara untuk membangkitkan ingatan-ingatan
di masa lalu dalam hal ini yang bersifat massal. Sebagai contoh misalnya desain camera Fuji
Film type XT-2 ini.
Gambar 7
Desain sepatu yang mempresentasikan satu identitas tertentu
(sumber:kenrockwell.com)
Gambar 8
Desain teko yang membawa sesuatu dari masa lalu ke dalam desainnya
(sumber:google.com)
Secara bentuk teko tersebut mirip dengan desain teko milik nenek kita, namun sebenarnya
desain teko ini adalah produk yang dioperasikan dengan menggunakan listrik, bukan dengan
cara di bakar di atas nyala api.