Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut sebagai bagian integral dari kesehatan umum dan
merupakan indikator yang telah ditetapkan dalam menunjang derajat kesehatan
masyarakat untuk menyamai kesehatan masyarakat secara keseluruhan dalam
mewujudkan visi Indonesia sehat 2010 (profil kesehatan NTT 2010).
Kesehatan gigi dan mulut juga merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan
mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Mulut yang sehat memungkinkan
individu untuk berbicara, makan dan bersosialisasi tanpa mengalami rasa sakit, rasa
tidak nyaman maupun rasa malu. Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang
berfungsi untuk mengunyah, berbicara dan mempertahankan bentuk muka. Mengingat
kegunaannya yang demikian penting maka penting untuk menjaga kesehatan gigi
sedini mungkin agar dapat bertahan lama dalam rongga mulut (Agtini M. D, 2005).
Gigi berfungsi sangat penting, maka sejak dini anak-anak perlu dididik untuk
dapat memelihara kesehatan giginya. Anak umur 6-12 tahun mempunyai gigi
campuran antara gigi sulung dan gigi permanen, karena pada masa ini masih
berlangsung pergantian dari gigi susu ke gigi permanen. Untuk itu kesehatan gigi
anak perlu dijaga sejak awal agar anak mempunyai gigi permanen yang baik,
sehingga gigi permanen dapat berfungsi sebagaimana mestinya sejak anak-anak
sampai seterusnya (Agtini M. D, 2005).
Upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan dengan kegiatan
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut
adalah pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang terencana,dilaksanakan dalam kurun
waktu tertentu, ditujukan pada kelompok rentan, yang diselenggarakan secara
berkesinambungan untuk mencapai derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia,1992).
Sekolah Dasar Negeri Balfai merupakan Sekolah Dasar di Kelurahan Penfui
timur Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang dan merupakan SD yang
sering menjadi tempat praktek bagi mahasiswa Jurusan Keperawatan Gigi Kupang.
Kompetensi seorang ahli madya kesehatan gigi (perawat gigi) adalah mampu
merencanakan dan melaksanakan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut dalam

1
bentuk : peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif) dan
penyembuhan penyakit (kuratif).Salah satu sasaran pelayanan asuhan kesehatan gigi
dan mulut adalah kelompok masyarakat yang rentan terhadap penyakit gigi dan mulut.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dua puluh sembilan (29) anak SDN Balfai,
Penfui Kupang, yang dilakukan pemeriksaan pada tanggal 10 April 2013, diperoleh
data DMF-T rata-rata : 1,27, def-t rata- rata 2,27 , OHI-S rata-rata 1,77 , PTI : 0 %,
RTI : 0 % serta CPITN : 4 sextan sehat.
Sementara untuk indikator derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal
2010 memiliki status kesehatan gigi dan mulut adalah rata-rata indeks DMF-T 2,0,
OHI-S 1,2 dan CPITN 3 sextan sehat serta angka PTI 0 %. Bila dibandingkan
dengan indikator derajat kesehatan gigi dan mulut nasional, maka terdapat
kesenjangan antara data yang diperoleh dengan indikator derajat kesehatan gigi dan
mulut Nasional tersebut,sehingga dari dua puluh sembilan (29) pasien di atas perlu
dilakukan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di sekolah.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu, cakupan,efisiensi pelayanan asuhan gigi dan
mulut serta meningkatkan kemampuan pelihara diri serta status kesehatan
gigi dan mulut yang optimal
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui derajat kesehatan dan status kesehatan gigi dan
mulut pada anak SDN Balfai ( indikator DMF-T, OHI-S, CPITN).
b) Meningkatkan pengetahuan ,sikap dan kemampuan berperilaku hidup
sehat meliputi upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut
c) Mampu mengetahui kelainan penyakit gigi dan mulut dan mampu
mengatasinya

2
C. Data atau masalah
Berdasarkan data masalah yang ada maka dapat diidentifikasi masalah
kesehatan gigi dan mulut pada dua puluh sembilan (29) anak SDN Balfai yang sudah
diperiksa,didapat masalah sebagai berikut :
1. Tingkat kejadian karies dengan DMF-T rata-rata 1,27, dimana
D : 1,27, M : 0, F : 0, keadaan ini masih di bawah target nasional yaitu
DMF-T 2, def-t 2,27, keadaan ini juga masih di bawah target
nasional yaitu 1.
2. Tingkat kebersihan gigi dan mulut termasuk kategori sedang dengan
OHI-S : 1,77, DI : 1,13, CI : 0,64,
Keadaan ini tidak sesuai target nasional yaitu OHI-S 1,2.
3. Angka CPITN : 4 sextan sehat, keadaan ini sudah melebihi target
nasional yaitu CPITN 3 sextan sehat, tetapi diharapkan setelah
perawatan bisa menjadi 6 sextan sehat.
4. Angka PTI : 0 % belum sesuai dengan target nasional dimana PTI 50
%.
5. RTI : 100 % masih di bawah target nasional yaitu 50%.

3
D. Prioritas Masalah

Indikator Target Keadaan Target Kesenjangan Persentase Prioritas


Nasional Individu
DMF-T 2,0 D : 1,27 D :0 0,73 0,73/2,0 100% : III
M :0 M :0 36,5 %
F :0 F :1,27
: 1,27 :1,27
def-t 1 d : 1,9 d: 0 1,27 1,27/1100%: 127 I
e : 0,37 e : 0,37 %
f:0 f : 1,9
: 2,27 :2,27
OHI-S 1,2 DI : 1,13 0 0,57 0,57/1,2 100% : II
CI : 0,64 47,5 %
: 1,77
CPITN 3 sextan sehat 4 sextan 6 sextan 0 0/3 100 IV
sehat sehat %:33,3=0%

E. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dari dua puluh sembilan (29) anak SDN
Balfai yang diperiksa kesehatan gigi dan mulutnya di SDN Balfai pada tanggal 10
April 2013, maka dapat dirumuskan bahwa tingkat kebersihan gigi dan mulut
sedang (OHI-S : 1,77) , angka kejadian karies masih di bawah standar (DMF-T
1,27) dan jaringan periodontal mempunyai 4 sextan sehat (CPITN : 4 sextan
sehat), masih di bawah standar nasional, angka PTI 0 % dan RTI 100 %

F. Penyebab Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penyebab masalah yaitu


kurangnya kesadaran anak SDN Balfai akan pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut, ditunjukkan dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut (OHI-S) dengan
kriteria sedang. Untuk tingkat kejadian karies masih di bawah standar nasional,
kemungkinan karena gigi permanen belum tumbuh semua, namun tidak ada satu gigi
yang berkaries yang sudah ditumpat dan tidak pernah berkunjung ke dokter gigi
sehingga menyebabkan RTI menjadi tinggi yaitu 100 % dan PTI yang masih 0 %, dan
CPITN 4 sextan sehat, masih di bawah standar nasional yaitu 3 sextan sehat karena

4
di usia ini anak- anak masih belum terlalu mengalami keparahan jaringan
periodontalnya.

BAB II

5
PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

A. Pemecahan Masalah

Dari identifikasi masalah yang telah disebutkan maka dapat diambil alternatif
pemecahan maslah sebagai berikut :

1. Promotif
Perlu diadakan penyuluhan tentang cara pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
yang meliputi penjelasan mengenai cara menyikat gigi yang baik dan benar, karies
gigi dan karang gigi, dengan bantuan alat peraga flip chart, poster dan phantom
agar penyuluhan mudah dipahami oleh anak-anak SD.
2. Preventif
Tujuan dilakukan preventif yaitu untuk menurunkan angka DI dan CI menjadi 0
dimana DI awal 1,13 dan CI awal 0,64 maka perlu dilakukan :
a. Menyikat gigi
1) Perhitungan OHI-S terutama DI
2) Membimbing pasien menyikat gigi dengan teknik yang baik dan
benar
3) Perhitungan DI setelah sikat gigi agar dapat diketahui keberhasilan
tindakan penyuluhan serta dapat mencapai target nasional dimana
OHI-S 1,2
b. Pembersihan karang gigi
Perlu diadakan pembersihan karang gigi kepada 16 anak untuk
menurunkan angka CI dan mencegah timbulnya penyakit pada jaringan
periodontal dan akibat lain yang disebabkan oleh karang gigi.
c. Dilakukan Perlindungan khusus untuk gigi dengan fissure yang
dalam,fissure hitam dan gigi tetap yang baru tumbuh sebanyak 22 gigi
dengan fissure sealant
d. Dilakukan Topikal Aplikasi Fluor sebanyak 5 anak yang giginya sehat

3. Kuratif

6
a. Dilakukan penambalan GIC pada 47 gigi dengan diagnosa karies
mencapai email untuk mengembalikan bentuk dan fungsi seperti
semula serta mencegah perluasan kerusakan gigi (karies gigi)
b. Dilakukan penambalan amalgam 8 gigi dengan diagnosa karies
mencapai dentin untuk mengembalikan bentuk dan fungsi seperti
semula serta mencegah perluasan kerusakan gigi (karies gigi)
c. Dilakukan pencabutan 15 gigi dengan diagnosa persistensi : 8 gigi dan
diagnosa karies mencapai akar (GR) : 7 gigi untuk memberi ruang dan
jalan bagi gigi pengganti agar tumbuh dengan baik dan mencegah
terjadinya fokal infeksi.
d. Dilaksanakan rujukan ke dokter gigi untuk dilakukan kaping pulpa
sebanyak 31 gigi agar pasien mengalami perawatan lanjutan dan
mengembalikan bentuk dan fungsi gigi seperti semula.
e. Melakukan observasi 24 gigi susu yang belum waktunya untuk
dicabut.

E. POA (Plan Of Action)


POA terlampir

F. Pelaksanaan

7
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada dua puluh sembilan (29) anak SDN Balfai
yang diperiksa di SDN Balfai pada tanggal 10 April 2013 maka telah dilakukan
tindakan sebagai berikut :
1. Upaya Promotif
Untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut , pada
tanggal 10 April 2013 telah dilakukan penyuluhan tentang pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut dengan topik :
a. Cara menyikat gigi dengan baik dan benar
b. Karies gigi
c. Karang gigi
2. Upaya Preventif
Pada tanggal 14 April 2013 dan 15 Mei 2013
a. Telah dilakukan sikat gigi bersama, sebanyak 29 anak SD mengikuti
demonstrasi sikat gigi massal.
b. Telah dilakukan pembersihan karang gigi sebanyak 16 anak agar DI
dan CI turun dan tidak terjadi peradangan pada jaringan periodontal
dan akibat lain yang disebabkan oleh karang gigi,sehingga angka
CPITN di awal : 4 sextan sehat menjadi CPITN : 6 sextan sehat.
c. Telah dilakukan perlindungan khusus untuk gigi dengan fissure yang
dalam, fissure hitam dan gigi tetap yang baru tumbuh sebanyak 22 gigi
dengan fissure sealant
d. Telah dilakukan pengolesan Topikal Aplikasi Fluor kepada anak dan
diharapkan gigi bebas karies sampai gigi permanent semua tumbuh
dengan baik

3 . Upaya Kuratif

Telah dilakukan penumpatan GIC/ ART 25 gigi, agar tidak terjadi penjalaran
karies lebih lanjut, pencabutan gigi dengan diagnosa persistensi 9 gigi agar
tidak terjadi fokal infeksi, rujukan ke dokter gigi 34 untuk dilakukan kaping
pulpa agar tidak terjadi penjalaran karies dan bentuk serta fungsi gigi kembali
berfungsi, dan 24 gigi diobservasi saja dengan diagnosa GP karena belum
waktunya untuk dicabut.

G. Evaluasi Kegiatan

8
1. Promotif
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan kesadaran pasien
dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut maka diberikan beberapa
pertanyaan sebelum dan sesudah penyuluhan. Setelah operator
memberikan penyuluhan diharapkan anak SD dapat menjawab pertanyaan
yang diberikan dan mereka dapat mendemonstrasikan kembali cara
menyikat gigi dengan teknik yang baik dan benar.
2. Preventif
a. Setelah dilakukan sikat gigi, awalnya belum optimal tapi setelah
dibimbing dapat memberikan hasil yang agak baik dengan menurunnya
DI dari 1,13 menjadi 0.
b. Setelah dilakukan scaling CI dari 0,64 turun menjadi 0 dan dievaluasi
pasien merasa nyaman dan rongga mulutnya terasa segar,dan setelah
dilakukan.
c. Setelah dilakukan penumpatan fissure sealant pada 22 gigi tetap yang
baru tumbuh diharapkan struktur gigi lebih matang dan lebih tahan
terhadap karies.
3. Kuratif
a. Setelah dilakukan pencabutan dengan diagnosa persistensi 9 gigi
dengan harapan gigi permanen dapat tumbuh dengan baik dan pasien
merasa tidak terganggu lagi dengan rasa sakit
b. Setelah dilakukan penambalan dengan GIC/ ART 25 gigi diharapkan
giginya bisa berfungsi kembali seperti semula
c. Setelah dilakukan rujukan ke dokter gigi untuk dilakukan perawatan
kaping pulpa, diharapkan gigi dapat berfungsi kembali dengan baik
dan tidak menjadi fokal infeksi.
d. Setelah dilakukan observasi diharapkan gigi tetap akan tumbuh dengan
baik

9
H. Rencana Tindak Lanjut
Rencana tindak lanjut untuk dilakukan tindakan pada pelayanan asuhan adalah
sebagai berikut :
1. Melakukan rujukan pada kasus- kasus yang bukan merupakan kompetensi
perawat gigi
2. Melakukan observasi pada gigi yang belum bisa dicabut karena belum
waktunya gigi tersebut untuk dicabut
3. Melakukan evaluasi dan pemantauan pada setiap 3 bulan untuk mengetahui
keadaan DMF-T, def-t, OHI-S, CPITN.

10
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan kegiatan perawatan maka dapat disimpulkan :
1. Setelah dilakukan survei di SDN Balfai 1, didapatkan indeks kesehatan gigi
dan mulut dengan DMF-T 1,27, def-t 2,27, OHI-S 1,77.
2. Telah dilakukan tindakan promotif (penyuluhan) tentang kesehatan gigi dan
mulut dengan topik karies gigi, karang gigi, dan cara menyikat gigi dengan
baik dan benar.
3. Telah dilakukan tindakan preventif berupa sikat gigi, scaling dan penumpatan
fissure sealent sehingga nilai OHI-S 1,77 turun menjadi nol dan CPITN awal:
3 sextan sehat menjadi 6 sextan sehat dan gigi tetap yang difissure lebih tahan
terhadap karies, topikal aplikasi fluor pada gigi yang sehat.
4. Telah dilakukan tindakan kuratif berupa penumpatan GIC/ART, pencabutan
gigi susu, rujukan ke dokter gigi untuk dilakukan perawatan kaping pulpa.
Dengan demikian angka PTI mengalami perubahan dari 0 menjadi 67,56 %,
angka ini sudah sesuai target nasional dimana PTI 50% dan RTI mengalami
perubahan dari 100 % menjadi 32,43 di mana target nasional 50%.
5. Tidak semua tindakan kuratif dapat dilakukan karena keterbatasan kompetensi
perawat gigi.
B. Saran
Dari kesimpulan yang ada maka dapat disarankan kepada pasien bahwa :
1. Bagi petugas kesehatan (perawat gigi), memberikan informasi atau
penyuluhan tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut
2. Bagi anak SDN Balfai , perlu meningkatkan kebersihan gigi dan mulut
dengan menyikat gigi dengan baik dan benar serta wajib mengontrol
kesehatan gigi dan mulut tiap 3 bulan sekali, mampu secara mandiri untuk
menjaga kesehatan gigi dan mulutnya dan mempertahankan bagi yang
mempunyai gigi sehat untuk tetap sehat dan terhindar dari penyakit gigi dan
mulut.
3. Bagi Kepala Sekolah dan Guru SDN Balfai , disarankan untuk selalu
memotivasi anak didiknya dan bekerja sama dengan petugas kesehatan gigi
dalam upaya meningkatkan kesehatan gigi dan mulut di SDN Balfai.

11
4. Bagi orang tua siswa, agar bisa mendampingi anak dalam upaya memelihara
atau menjaga kesehatan gigi dan mulut anak-anak di rumah, mendampingi
mereka di rumah dalam upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
5. Bagi institusi JKG, kegiatan pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut
masyarakat tetap dilanjutkan, dengan menjadikan salah satu SD atau
posyandu menjadi sekolah atau posyandu binaan bagi mahasiswa selanjutnya.

12
13

Anda mungkin juga menyukai