Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) (Bahasa Inggris: Hospital Information Systems, HIS)
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) (Bahasa Inggris: Hospital Information Systems, HIS)
adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data rumah sakit se-Indonesia.
Sistem Informasi ini mencakup semua Rumah Sakit umum maupun khusus, baik yang
dikelola secara publik maupun privat sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.SIRS ini merupakan penyempurnaan
dari SIRS Revisi V yang disusun berdasarkan masukan dari tiap Direktorat dan Sekretariat
dilingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan. Hal ini diperlukan agar dapat
menunjang pemanfaatan data yang optimal serta semakin meningkatnya kebutuhan data saat
ini dan yang akan datang.
Rumah sakit di Indonesia wajib melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua
kegiatan penyelenggaraan Rumah Sakit sebagaimana ketentuan dalam pasal 52 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit .
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan Informasi Public (KIP)
maka tersediannya data dan informasi mutlak dibutuhkan terutama oleh badan layanan
umum seperti rumah sakit.
Dasar Pelaksanaan[sunting | sunting sumber]
Berdasarkan SK Menkes No. 1410 Revisi V, Tentang Sistem Informasi Rumah Sakit
(Sistem Pelaporan Rumah Sakit) Revisi V, tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang
ada sehinnga perlu disesuaikan.Paling lambat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun setelah
peraturan ini diundangkan. Dengan berlakunya peraturan ini, maka keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1410/MENKES/SK/X/2003 Revisi V , dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku lagi.Agar setiap orang mengetahui Peraturan ini, Pemerintah mengundangkan
Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Berdasarkan PERMENKES No. 1171 Tahun 2011, Pasal 1 (satu) ayat 1 (satu) Tentang
Sistem Informasi Rumah Sakit, yaitu Setiap rumah sakit wajib melaksanakan Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS).
Berdasarkan kesepakatan dengan Dinas Kesehatan RL (tahunan) dikirimkan mulai
Januari 2012 untuk data tahun 2011 dan RL 5 (bulanan) dikirimkan mulai tahun berjalan.
Aplikasi[sunting | sunting sumber]
SIRS merupakan aplikasi sistem pelaporan rumah sakit kepada Kementerian Kesehatan yang
meliputi :
Untuk dapat menggunakan aplikasi SIRS ONLINE , setiap rumah sakit wajib melakukan
registrasi pada Kementerian Kesehatan.
Registrasi digunakan untuk pencatatan data dasar rumah sakit pada Kementerian
Kesehatan untuk mendapatkan Nomor Identitas Rumah Sakit yang berlaku secara
Nasional.
Registrasi dilakukan secara online pada situs resmi Direktorat Bina Upaya Kesehatan.
Tujuan[sunting | sunting sumber]
Pelaporan yang bersifat terbaru, setiap saat (updated), ditetapkan berdasarkan kebutuhan
informasi untuk pengembangan program dan kebijakan dalam bidang perumahsakitan.
Pelaporan yang bersifat periodic dilakukan 2(dua) kali dalam 1(satu)tahun yang terdiri
dari laporan tahunan dan rekapitulasi laporan bulanan (otomatis).
Pengisian Laporan[sunting | sunting sumber]
Pengisian laporan SIRS mengacu pada pedoman system informasi rumah sakit yaitu :
Direktorat Jenderal Bina Upaya kesehatan bersama Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas
Kesehatan Kabupaten /Kota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan SIRS di rumah sakit.
Pembinaan oleh Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan , dilakukan melalui
bimbingan teknis pelaksanaan SIRS kepada rumah sakit dan Dinas Kesehatan Provinsi
dan Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota.
Pengawasan pelaksanaan SIRS dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan bersama-sama seluruh DinasKesehatan Provinsi dan Dinans Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Dalam rangka pembinaan dan pengawasan untuk meningkatkan efektifitas pelaporan
SIRS, Direktorat Jenderal dapat memberikan penghargaan kepada rumah sakit maupun
Dinas Kesehatan Provinsi dan /atau Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota.
Pengembangan[sunting | sunting sumber]
Dalam melakukan pengembangan SIRS, pengembang haruslah bertumpu dalam 2 hal penting
yaitu kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS dan sasaran pengembangan SIRS
tersebut. Adapun kriteria dan kebijakan yang umumnya dipergunakan dalam penyusunan
spesifikasi SIRS adalah sebagai berikut :
1. SIRS harus dapat berperan sebagai subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional dalam
memberikan informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu.
2. SIRS harus mampu mengaitkan dan mengintegrasikan seluruh arus informasi dalam
jajaran Rumah Sakit dalam suatu sistem yang terpadu.
3. SIRS dapat menunjang proses pengambilan keputusan dalam proses perencanaan
maupun pengambilan keputusan operasional pada berbagai tingkatan.
4. SIRS yang dikembangkan harus dapat meningkatkan daya guna dan hasil guna
terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi rumah sakit yang telah ada
maupun yang sedang dikembangkan.
5. SIRS yang dikembangkan harus mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap
perubahan dan perkembangan dimasa datang.
6. Usaha pengembangan sistem informasi yang menyeluruh dan terpadu dengan biaya
investasi yang tidak sedikit harus diimbangi pula dengan hasil dan manfaat yang
berarti (rate of return) dalam waktu yang relative singkat.
7. SIRS yang dikembangkan harus mampu mengatasi kerugian sedini mungkin.
8. Pentahapan pengembangan SIRS harus disesuaikan dengan keadaan masing-masing
subsistem serta sesuai dengan kriteria dan prioritas.
9. SIRS yang dikembangkan harus mudah dipergunakan oleh petugas, bahkan bagi
petugas yang awam sekalipun terhadap teknologi komputer (user friendly).
10. SIRS yang dikembangkan sedapat mungkin menekan seminimal mungkin perubahan,
karena keterbatasan kemampuan pengguna SIRS di Indonesia, untuk melakukan
adaptasi dengan sistem yang baru.
11. Pengembangan diarahkan pada subsistem yang mempunyai dampak yang kuat
terhadap pengembangan SIRS.
Sasaran Pengembangan[sunting | sunting sumber]
Atas dasar dari penetapan kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS tersebut di atas,
selanjutnya ditetapkan sasaran pengembangan sebagai penjabaran dari Sasaran Jangka
Pendek Pengembangan SIRS, sebagai berikut :
SIRS merupakan suatu sistem informasi yang, cakupannya luas (terutama untuk rumah sakit
tipe A dan B) dan mempunyai kompleksitas yang cukup tinggi. Oleh karena itu penerapan
sistem yang dirancang harus dilakukan dengan memilih pentahapan yang sesuai dengan
kondisi masing-masing subsistem, atas dasar kriteria dan prioritas yang ditentukan.
Kesinambungan antara tahapan yang satu dengan tahapan berikutnya harus tetap terjaga.
Secara garis besar tahapan pengembangan SIRS adalah sebagai berikut :
ali sarjunipadang
Adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan
terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.
1) Pelayanan medis
4) Pelayanan rujukan
B. Rekam Medis
1. Pengertian Rekam Medis
Menurut Depkes RI (1994) tujuan rekam medis adalah menunjang tercapainya tertib
administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Hal ini
harus di dukung oleh sistem penyelanggaraan rekam medis yang baik dan benar. Tertib
administrasi merupakan salah satu factor yang menentukan di dalam upaya pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
Menurut Depkes RI (1994) kegunaan berkas rekam medis dapat di lihat dari berbagai
aspek, diantaranya adalah :
a. Aspek Administrasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya menyangkut
tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan peramedis
dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
b. Aspek Medis
Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai medik karena catatan tersebut dipergunakan
sebagai dasar merencanakan pengobatan atau perawatan yang diberikan kepada pasien.
c. Aspek Hukum
Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai hokum, karena isinya menyangkut masalah
adanya kepastian hokum atas dasar keadilan. Dalam rangka usaha menegakkan hukum serta
penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan keadilan.
d. Aspek Keuangan
Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai keuangan karena isinya dapat dijadikan
sebagai bahan untuk menetapkan biaya pembayaran pelayanan di rumah sakit. Tanpa adanya
bukti catatan tindakan atau pelayanan, maka pembayaran pelayanan di rumah sakit tidak
dapat di pertanggungjawabkan.
e. Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai penelitian, karena isinya mengandung data
atau informasi tentang perkembangan kronologis dari kegiatan pelayanan medik yang
diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan referensi
pengajaran di bidang profesi si pemakai.
f. Aspek Dokumentasi
Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya menjadi sumber
ingatan yang harus di dokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggung jawaban dan
laporan rumah sakit.
Sistem informasi rumah sakit di Indonesia sudah dikembangkan sejak tahun 1972,
dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor 651/XI-AU/PK/72 yang
mengatur sistem pelaporan rumah sakit sebagai pengganti sistem yang sebelumnya ada. Pada
perkembangan berikutnya, sistem pelaporan rumah sakit disempurnakan kembali sebagai
revisi ketiga dengan surat keputusan menteri kesehatan RI No 691 A /Menkes/SK/XII/84.
Pembakuan dari pada sistem pelaporan rumah sakit merupakan landasan di dalam upaya
memantapkan sistem informasi rumah sakit, karena salah satu modal utama untuk menunjang
kelancaran informasi adalah tersedianya data dasar dari unit pelapor.
a. Pencatatan
Untuk mendapatkan data medis yang baik, ada beberapa hal yang dapat diperhatikan oleh
dokter dan ahli di bidang kesehatan lainnya, yaitu mencatat secara tepat waktu, up to date,
cermat dan lengkap, dapat dipercaya dan menurut kenyataan, berkaitan dengan masalah dan
pokok perihalnya, sehingga tidak bertele-tele, bersifat subjektif sehingga menimbulkan kesan
jelas.
Kegiatan pencatatan ini melibatkan semua unit pelayanan di rumah sakit yang
memberikan pelayanan ataupun tindakan kepada pasien.
Catatan ini dalam bentuk buku yang sering disebut buku register. Buku register ini
merupakan sumber utama data kegiatan rumah sakit.
1) Data deskriptif, masih menggambarkan keadaan apa adanya dan belum memberikan
gambaran makna daripada keadaan tersebut.
2) Data analitik, sudah dapat memberikan makna dari pola keadaan sesuatu sehingga dapat
memberikan suatu informasi yang dapat dipakai sebagai bahan tindak lanjut oleh pengambil
keputusan.
Sistem pelaporan rumah sakit merupakan bagian dari sistem informasi rumah sakit
berbagai data tentang kegiatan rumah sakit dikumpulkan untuk mewujudkan sistem ini. Data
tersebut dikumpulkan melalui berbagai formulir standart sesuai dengan frekuensi dan
periodenya, jenis data dan formulir yang perlu dilaporkan antara lain :
Formulir RL.1 merupakan formulir rekapitulasi yang mencakup berbagai kegiatan rumah
sakit seperti rawat inap, rawat jalan, pelayanan instalasi rawat darurat, kegiatan bedah dan
non bedah, pelayanan kesehatan gigi, kegiatan radiologi, pengujian kesehatan, rehabilitasi
medik, latihan kerja, pelayanan kesehatan jiwa, kegiatan transfusi darah, kegiatan pengujian
kesehatan, kegiatan farmasi rumah sakit, kegiatan pemeriksaan laboratorium klinik, kegiatan
rujukan, kegiatan keluarga berencana. Formulir ini dibuat setiap triwulan oleh masing-
masing rumah sakit berdasarkan pencatatan harian yang dikompilasikan setiap bulan. Data
yang dilaporkan mencakup semua keadaan mulai tanggal 1 bulan pertama sampai dengan
tanggal 30 atau 31 bulan ketiga pada triwulan yang bersangkutan.
a) Morbiditas untuk pasien umum (RL2.1) yang isinya mencakup: jati diri pasien, tanggal
masuk dan tanggal keluar, diagnosis, penyebab luar cedera dan keracunan, operasi atau
tindakan keadaan keluar rumah sakit dan sebagainya.
b) Morbiditas untuk pasien kebidanan (RL.2.2) yang isinya mencakup : jati diri pasien,
tanggal masuk dan tanggal keluar, cara melahirkan, diagnotis utama, masa getasi, operasi
atau tindakan. Keadaan keluar rumah sakit, tanggal melahirkan, paritas, dan jumlah kelahiran
hidup atau mati.
c) Morbiditas untuk bayi lahir di rumah sakit (RL.2.3) yang isinya mencakup : tanggal masuk
dan tanggal keluar pasien, tanggal lahir bayi, berat lahir, keadaan lahir, diagnosis utama, dan
keadaan keluar rumah sakit.
2) Rekapitulasi data keadaan morbiditas rawat inap di rumah sakit (RL2a, dan RL2a1 untuk
laporan survailans terpadu) memuat data kompilasi penyakit atau morbiditas pasien rawat
inap yang dikelompokkan menurut daftar tabulasi dasar klasifikasi internasional penyakit ke
sepuluh. Untuk masing-masing kelompok penyakit berisi informasi mengenai jumlah pasien
keluar menurut golongan umur dan menurut seks, serta jumlah pasien keluar mati.
3) Data status informasi (RL2c) sehingga lampiran RL2a1 yang memuat informasi tentang
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
4) Rekapitulasi data keadaan morbiditas pasien rawat jalan di rumah sakit (RL2b, dan RL
2b1), memuat data kompilasi penyakit atau morbiditas pasien rawat jalan yang
dikelompokkan menurut daftar tabulasi dasar klasifikasi internasional penyakit kesepuluh.
Untuk masing-masing kelompok penyakit berisi informasi mengenai jumlah kasus baru
menurut golongan umur dan menurut seks serta jumlah kunjungan.
c. Data inventarisasi (data dasar) rumah sakit (RL 3), memuat data identitas rumah sakit,
surat ijin penyelenggaraan, direktur rumah sakit, fasilitas kesehatan gigi, fasilitas tempat
tidur, fasilitas unit rawat jalan.
d. Data ketenagaan rumah sakit (RL 4), memuat informasi rekapitulasi data jumlah tenaga
yang bekerja di rumah sakit menurut kualifikasi pendidikan dan status kepegawaian, dan RL
4a yang merupakan data individual ketenagaan rumah sakit memuat data pribadi, data
pekerjaan, pendidikan lanjut, pengalaman kerja, latihan jabatan dan status kepegawaian.
e. Data peralatan rumah sakit (RL5) memuat informasi rekapitulasi data jumlah peralatan
medik yang ada di rumah sakit menurut sumber pengadaan dan keadaannya, dan RL5a yang
merupakan data individual peralatan medik di rumah sakit, memuat nama atau jenis alat, tipe
atau model, kapasitas dan sebagainya (Ditjen Yan.Med, 1992).
Informasi yang dikirim dari sumber informasi (rumah sakit) ke pusat (Depkes) dapat
dipakai sebagai acuan atau pedoman.
Informasi yang dihasilkan oleh rumah sakit dapat dipakai untuk keperluan manajemen
dalam rangka mencapai tujuan pembangunan dan pengembangan rumah sakit yaitu
peningkatan mutu, cakupan, dan efisiensi pelayanan.
a. Dari unit pelapor terutama menyangkut kecepatan, ketepatan dan akurasi data yang
dilaporkan
Ketepatan dan akurasi data yang dilaporkan masih memprihatinkan dan ini dipengaruhi
oleh tingkat kesadaran dan beban kerja. Rendahnya tingkat kesadaran untuk menghasilkan
laporan yang baik disebabkan adanya sikap belum merasa memiliki dan memerlukan data
untuk unitnya sendiri, bertambahnya macam-macam dan bentuk laporan yang diminta
sebagai konsekuensi pengembangan program, menyebabkan bertambahnya macam dan
bentuk laporan yang diminta sebagai konsekuensi pengembangan program, menyebabkan
bertambahnya beban kerja petugas pelaporan rumah sakit.
b. Dari unit pengelola ditingkat pusat, berkisar pada terbatasnya dana untuk pembinaan dan
pelatihan serta bertambahnya kebutuhan akan data (Nugroho, 1996).
e) Hari perawatan
2) Prosentase pemakaian TT
3) Kegiatan persalinan
Yaitu pelaporan yang wajib dibuat oleh rumah sakit sesuai dengan peraturan
yang berlaku, ditunjukkan kepada Departemen Kesehatan RI, Kanwil Depkes RI (sekarang ,
Dinkes Propinsi, Dinkes Kabupaten/kota
3) Data Keadaan Morbiditas penyakit Khusus Pasien Rawat Inap (RL 2a1)
5) Data Keadaan Morbiditas Penyakit Khusus Pasien Rawat Jalan (RL 2b1)
2. Periode Pelaporan
a. (RL 1) dibuat setiap tribulan berdasarkan catatan harian yang dikompilasi setiap bulan
Laporan kegiatan rumah sakit (RL 1) dibuat rangkap 6 yang asli dikirim ke Dir jen.
Yan Med Bagian Informasi Yanmed rumah sakit Depkes RI dan tembusan ditunjukan ke :
e. Pertinggal (Arsip)
4. (RL 1) dibuat setiap tribulan berdasarkan catatan harian yang dikompilasi setiap bulan
9. (RL 2.1), (RL 2.2), (RL 2.3), dibuat sistem sampling dari tangan 1 s/d 10 setiap bulan :
Pebruari, Mei, Agustus dan Nopember khusus ke DepKes RI
1) Diagnosa
Kelengkapan data lainnya diisi oleh petugas rekam medis (RS Darmo, 1999).
E. Evaluasi
Menurut Depkes RI (1991) Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan yang
telah ditentukan dalam menilai efektifitas suatu rencana. Tujuan evaluasi dapat juga berguna
sebagai :