Anda di halaman 1dari 13

Sistem informasi rumah sakit (SIRS) ( bahasa Inggris: Hospital information systems, HIS)

adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data rumah sakit se-Indonesia.
Sistem Informasi ini mencakup semua Rumah Sakit umum maupun khusus, baik yang
dikelola secara publik maupun privat sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.SIRS ini merupakan penyempurnaan
dari SIRS Revisi V yang disusun berdasarkan masukan dari tiap Direktorat dan Sekretariat
dilingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan. Hal ini diperlukan agar dapat
menunjang pemanfaatan data yang optimal serta semakin meningkatnya kebutuhan data saat
ini dan yang akan datang.

Dasar Hukum[sunting | sunting sumber]

Rumah sakit di Indonesia wajib melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua
kegiatan penyelenggaraan Rumah Sakit sebagaimana ketentuan dalam pasal 52 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit .
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan Informasi Public (KIP)
maka tersediannya data dan informasi mutlak dibutuhkan terutama oleh badan layanan
umum seperti rumah sakit.
Dasar Pelaksanaan[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan SK Menkes No. 1410 Revisi V, Tentang Sistem Informasi Rumah Sakit
(Sistem Pelaporan Rumah Sakit) Revisi V, tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang
ada sehinnga perlu disesuaikan.Paling lambat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun setelah
peraturan ini diundangkan. Dengan berlakunya peraturan ini, maka keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1410/MENKES/SK/X/2003 Revisi V , dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku lagi.Agar setiap orang mengetahui Peraturan ini, Pemerintah mengundangkan
Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Berdasarkan PERMENKES No. 1171 Tahun 2011, Pasal 1 (satu) ayat 1 (satu) Tentang
Sistem Informasi Rumah Sakit, yaitu Setiap rumah sakit wajib melaksanakan Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS).
Berdasarkan kesepakatan dengan Dinas Kesehatan RL (tahunan) dikirimkan mulai
Januari 2012 untuk data tahun 2011 dan RL 5 (bulanan) dikirimkan mulai tahun berjalan.
Aplikasi[sunting | sunting sumber]

SIRS merupakan aplikasi sistem pelaporan rumah sakit kepada Kementerian Kesehatan yang
meliputi :

Data identitas rumah sakit.


Data ketenagaan yang bekerja di rumah sakit.
Data rekapitulasi kegiatan pelayanan kompilasi penyakit/morbiditas pasien rawat inap.
Data kompilasi penyakit/morbiditas pasien rawat jalan.
Penerapan[sunting | sunting sumber]

Untuk dapat menggunakan aplikasi SIRS ONLINE , setiap rumah sakit wajib melakukan
registrasi pada Kementerian Kesehatan.
Registrasi digunakan untuk pencatatan data dasar rumah sakit pada Kementerian
Kesehatan untuk mendapatkan Nomor Identitas Rumah Sakit yang berlaku secara
Nasional.
Registrasi dilakukan secara online pada situs resmi Direktorat Bina Upaya Kesehatan.
Tujuan[sunting | sunting sumber]

Penyelenggaraan SIRS bertujuan untuk :

Merumuskan Kebijakan dibidang perumahsakitan


Menyajikan informasi rumah sakit secara nasional
Melakukan pemantauan, pengendalian, dan evaluasi penyeleggaraan rumah sakit secara
nasional.
Sifat Pelaporan[sunting | sunting sumber]

Sifat pelaporan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan

Pelaporan yang bersifat terbaru, setiap saat (updated), ditetapkan berdasarkan kebutuhan
informasi untuk pengembangan program dan kebijakan dalam bidang perumahsakitan.
Pelaporan yang bersifat periodic dilakukan 2(dua) kali dalam 1(satu)tahun yang terdiri
dari laporan tahunan dan rekapitulasi laporan bulanan (otomatis).
Pengisian Laporan[sunting | sunting sumber]

Pengisian laporan SIRS mengacu pada pedoman system informasi rumah sakit yaitu :

Direktorat Jenderal Bina Upaya kesehatan bersama Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas
Kesehatan Kabupaten /Kota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan SIRS di rumah sakit.
Pembinaan oleh Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan , dilakukan melalui
bimbingan teknis pelaksanaan SIRS kepada rumah sakit dan Dinas Kesehatan Provinsi
dan Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota.
Pengawasan pelaksanaan SIRS dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan bersama-sama seluruh DinasKesehatan Provinsi dan Dinans Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Dalam rangka pembinaan dan pengawasan untuk meningkatkan efektifitas pelaporan
SIRS, Direktorat Jenderal dapat memberikan penghargaan kepada rumah sakit maupun
Dinas Kesehatan Provinsi dan /atau Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota.
Pengembangan[sunting | sunting sumber]

Dalam melakukan pengembangan SIRS, pengembang haruslah bertumpu dalam 2 hal penting
yaitu kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS dan sasaran pengembangan SIRS
tersebut. Adapun kriteria dan kebijakan yang umumnya dipergunakan dalam penyusunan
spesifikasi SIRS adalah sebagai berikut :

1. SIRS harus dapat berperan sebagai subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional dalam
memberikan informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu.
2. SIRS harus mampu mengaitkan dan mengintegrasikan seluruh arus informasi dalam
jajaran Rumah Sakit dalam suatu sistem yang terpadu.
3. SIRS dapat menunjang proses pengambilan keputusan dalam proses perencanaan
maupun pengambilan keputusan operasional pada berbagai tingkatan.
4. SIRS yang dikembangkan harus dapat meningkatkan daya guna dan hasil guna
terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi rumah sakit yang telah ada
maupun yang sedang dikembangkan.
5. SIRS yang dikembangkan harus mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap
perubahan dan perkembangan dimasa datang.
6. Usaha pengembangan sistem informasi yang menyeluruh dan terpadu dengan biaya
investasi yang tidak sedikit harus diimbangi pula dengan hasil dan manfaat yang
berarti (rate of return) dalam waktu yang relative singkat.
7. SIRS yang dikembangkan harus mampu mengatasi kerugian sedini mungkin.
8. Pentahapan pengembangan SIRS harus disesuaikan dengan keadaan masing-masing
subsistem serta sesuai dengan kriteria dan prioritas.
9. SIRS yang dikembangkan harus mudah dipergunakan oleh petugas, bahkan bagi
petugas yang awam sekalipun terhadap teknologi komputer (user friendly).
10. SIRS yang dikembangkan sedapat mungkin menekan seminimal mungkin perubahan,
karena keterbatasan kemampuan pengguna SIRS di Indonesia, untuk melakukan
adaptasi dengan sistem yang baru.
11. Pengembangan diarahkan pada subsistem yang mempunyai dampak yang kuat
terhadap pengembangan SIRS.
Sasaran Pengembangan[sunting | sunting sumber]

Atas dasar dari penetapan kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS tersebut di atas,
selanjutnya ditetapkan sasaran pengembangan sebagai penjabaran dari Sasaran Jangka
Pendek Pengembangan SIRS, sebagai berikut :

1. Memiliki aspek pengawasan terpadu, baik yang bersifat pemeriksaan atau


pengawasan (auditable) maupun dalam hal pertanggung-jawaban penggunaan dana
(accountable) oleh unit-unit yang ada di lingkungan rumah sakit.
2. Terbentuknya sistem pelaporan yang sederhana dan mudah dilaksanakan, akan tetapi
cukup lengkap dan terpadu.
3. Terbentuknya suatu sistem informasi yang dapat memberikan dukungan akan
informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu melalui dukungan data yang bersifat
dinamis.
4. Meningkatkan daya guna dan hasil guna seluruh unit organisasi dengan menekan
pemborosan.
5. Terjaminnya konsistensi data.
6. Orientasi ke masa depan.
7. Pendayagunaan terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi yang telah ada
maupun sedang dikembangkan, agar dapat terus dikembangkan dengan
mempertimbangkan integrasinya sesuai Rancangan Global SIRS.[2]
Tahapan pengembangan[sunting | sunting sumber]

SIRS merupakan suatu sistem informasi yang, cakupannya luas (terutama untuk rumah sakit
tipe A dan B) dan mempunyai kompleksitas yang cukup tinggi. Oleh karena itu penerapan
sistem yang dirancang harus dilakukan dengan memilih pentahapan yang sesuai dengan
kondisi masing-masing subsistem, atas dasar kriteria dan prioritas yang ditentukan.
Kesinambungan antara tahapan yang satu dengan tahapan berikutnya harus tetap terjaga.
Secara garis besar tahapan pengembangan SIRS adalah sebagai berikut :

1. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SIRS.


2. Penyusunan Rancangan Global SIRS.
3. Penyusunan Rancangan Detail/Rinci SIRS.
4. Pembuatan Prototipe, terutama untuk aplikasi yang sangat spesifik.
5. Implementasi, dalam arti pembuatan aplikasi, pemilihan dan pengadaanperangkat
keras maupun perangkat lunak pendukung.
6. Operasionalisasi dan Pemantapan

Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Di rumah Sakit


00.28

ali sarjunipadang

Defenisi Rumah Sakit

Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 159b/Men.Kes/Per/II/1988 tanggal 29


Februari 1988, disebutkan bahwa :

1. Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan


pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan
penelitian.
2. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan semua
jenis penyakit dari yang bersifat dasar sampai dengan sub spesialistik.

Tahun 1994, Departemen Kesehatan RI menyatakan bahwa rumah sakit merupakan


pusat pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar dan medik spesialistik,
pelayanan penunjang medis, pelayanan perawatan, baik rawat jalan, rawat inap maupun
pelayanan instalasi. Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan dapat diselenggarakan
oleh pemerintah, dan atau masyarakat.

2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Menurut SK Menkes nomor : 983/Menkes/SK/IX/1992 tanggal 12 November


1992 disebutkan bahwa tugas dan fungsi rumah sakit umum adalah sebagai berikut :
a. Tugas rumah sakit

Adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan
terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.

b. Fungsi rumah sakit umum adalah menyelenggarakan sebagai berikut :

1) Pelayanan medis

2) Pelayanan penunjang medis

3) Pelayanan dan asuhan keperawatan

4) Pelayanan rujukan

5) Pendidikan dan pelatihan

6) Penelitian dan pengembangan

7) Administrasi umum dan keuangan

B. Rekam Medis
1. Pengertian Rekam Medis

Menurut Depkes RI (1994) pengertian rekam medis sebagai suatu sistem


penyelenggaraan rekam medis adalah merupakan proses kegiatan yang dimulai pada saat
diterimanya pasien di rumah sakit, diteruskan kegiatan pencatatan data medis pasien selama
pasien itu mendapatkan pelayanan medik di rumah sakit, dan dilanjutkan dengan penanganan
berkas rekam medis yang meliputi penyelenggaraan penyimpanan serta pengeluaran berkas
dari tempat penyimpanan untuk melayani permintaan atau peminjaman dari pasien atau untuk
keperluan lainnya.

2. Tujuan Rekam Medis

Menurut Depkes RI (1994) tujuan rekam medis adalah menunjang tercapainya tertib
administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Hal ini
harus di dukung oleh sistem penyelanggaraan rekam medis yang baik dan benar. Tertib
administrasi merupakan salah satu factor yang menentukan di dalam upaya pelayanan
kesehatan di rumah sakit.

3. Kegunaan Berkas Rekam Medis

Menurut Depkes RI (1994) kegunaan berkas rekam medis dapat di lihat dari berbagai
aspek, diantaranya adalah :

a. Aspek Administrasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya menyangkut
tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan peramedis
dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.

b. Aspek Medis

Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai medik karena catatan tersebut dipergunakan
sebagai dasar merencanakan pengobatan atau perawatan yang diberikan kepada pasien.

c. Aspek Hukum

Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai hokum, karena isinya menyangkut masalah
adanya kepastian hokum atas dasar keadilan. Dalam rangka usaha menegakkan hukum serta
penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan keadilan.

d. Aspek Keuangan

Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai keuangan karena isinya dapat dijadikan
sebagai bahan untuk menetapkan biaya pembayaran pelayanan di rumah sakit. Tanpa adanya
bukti catatan tindakan atau pelayanan, maka pembayaran pelayanan di rumah sakit tidak
dapat di pertanggungjawabkan.

e. Aspek Penelitian

Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai penelitian, karena isinya mengandung data
atau informasi tentang perkembangan kronologis dari kegiatan pelayanan medik yang
diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan referensi
pengajaran di bidang profesi si pemakai.

f. Aspek Dokumentasi

Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya menjadi sumber
ingatan yang harus di dokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggung jawaban dan
laporan rumah sakit.

C. Sistem Informasi Rumah Sakit


1. Pengembangan Sistem Informasi Rumah Sakit

Sistem informasi rumah sakit di Indonesia sudah dikembangkan sejak tahun 1972,
dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor 651/XI-AU/PK/72 yang
mengatur sistem pelaporan rumah sakit sebagai pengganti sistem yang sebelumnya ada. Pada
perkembangan berikutnya, sistem pelaporan rumah sakit disempurnakan kembali sebagai
revisi ketiga dengan surat keputusan menteri kesehatan RI No 691 A /Menkes/SK/XII/84.
Pembakuan dari pada sistem pelaporan rumah sakit merupakan landasan di dalam upaya
memantapkan sistem informasi rumah sakit, karena salah satu modal utama untuk menunjang
kelancaran informasi adalah tersedianya data dasar dari unit pelapor.

2. Pengelolaan Sistem Informasi Rumah Sakit

a. Pencatatan

Pencatatan disini dimaksudkan pendokumentasian segala informasi medis seorang pasien


ke dalam rekam medis. Data pasien dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu data
sosial dan data medis.

Untuk mendapatkan data medis yang baik, ada beberapa hal yang dapat diperhatikan oleh
dokter dan ahli di bidang kesehatan lainnya, yaitu mencatat secara tepat waktu, up to date,
cermat dan lengkap, dapat dipercaya dan menurut kenyataan, berkaitan dengan masalah dan
pokok perihalnya, sehingga tidak bertele-tele, bersifat subjektif sehingga menimbulkan kesan
jelas.

Kegiatan pencatatan ini melibatkan semua unit pelayanan di rumah sakit yang
memberikan pelayanan ataupun tindakan kepada pasien.

Bentuk catatan dapat dibedakan berdasarkan sifatnya, yaitu:

1) Catatan yang bersifat kolektif

Catatan ini dalam bentuk buku yang sering disebut buku register. Buku register ini
merupakan sumber utama data kegiatan rumah sakit.

2) Catatan yang bersifat individual

Catatan ini mendokumentasikan segala tindakan medik yang diberikan kepada


seorang pasien. Bentuk catatan ini berupa lembaran-lembaran yang dinamakan rekam medis.

b. Pengolahan data medis

Sebelum dilakukan pengolahan, berkas-berkas rekam medis tersebut diteliti


kelengkapannya baik isi maupun jumlahnya. Rekapitulasi dari sensus harian diolah untuk
menyiapkan laporan yang menyangkut kegiatan rumah sakit, sedangkan formulir-formulir
rekam medis diolah untuk menyiapkan laporan yang menyangkut morbiditas dan mortalitas
(Depkes RI, 1994).

c. Penyusunan dan analisis data

Penyajian data menurut sifatnya dapat berupa :

1) Data deskriptif, masih menggambarkan keadaan apa adanya dan belum memberikan
gambaran makna daripada keadaan tersebut.
2) Data analitik, sudah dapat memberikan makna dari pola keadaan sesuatu sehingga dapat
memberikan suatu informasi yang dapat dipakai sebagai bahan tindak lanjut oleh pengambil
keputusan.

3. Jenis Sistem Informasi Rumah Sakit

Sistem pelaporan rumah sakit merupakan bagian dari sistem informasi rumah sakit
berbagai data tentang kegiatan rumah sakit dikumpulkan untuk mewujudkan sistem ini. Data
tersebut dikumpulkan melalui berbagai formulir standart sesuai dengan frekuensi dan
periodenya, jenis data dan formulir yang perlu dilaporkan antara lain :

a. Data kegiatan rumah sakit (RL.1)

Formulir RL.1 merupakan formulir rekapitulasi yang mencakup berbagai kegiatan rumah
sakit seperti rawat inap, rawat jalan, pelayanan instalasi rawat darurat, kegiatan bedah dan
non bedah, pelayanan kesehatan gigi, kegiatan radiologi, pengujian kesehatan, rehabilitasi
medik, latihan kerja, pelayanan kesehatan jiwa, kegiatan transfusi darah, kegiatan pengujian
kesehatan, kegiatan farmasi rumah sakit, kegiatan pemeriksaan laboratorium klinik, kegiatan
rujukan, kegiatan keluarga berencana. Formulir ini dibuat setiap triwulan oleh masing-
masing rumah sakit berdasarkan pencatatan harian yang dikompilasikan setiap bulan. Data
yang dilaporkan mencakup semua keadaan mulai tanggal 1 bulan pertama sampai dengan
tanggal 30 atau 31 bulan ketiga pada triwulan yang bersangkutan.

b. Data kegiatan morbiditas rumah sakit, terdiri dari :

1) Kegiatan morbiditas individual pasien rawat inap yang meliputi :

a) Morbiditas untuk pasien umum (RL2.1) yang isinya mencakup: jati diri pasien, tanggal
masuk dan tanggal keluar, diagnosis, penyebab luar cedera dan keracunan, operasi atau
tindakan keadaan keluar rumah sakit dan sebagainya.

b) Morbiditas untuk pasien kebidanan (RL.2.2) yang isinya mencakup : jati diri pasien,
tanggal masuk dan tanggal keluar, cara melahirkan, diagnotis utama, masa getasi, operasi
atau tindakan. Keadaan keluar rumah sakit, tanggal melahirkan, paritas, dan jumlah kelahiran
hidup atau mati.

c) Morbiditas untuk bayi lahir di rumah sakit (RL.2.3) yang isinya mencakup : tanggal masuk
dan tanggal keluar pasien, tanggal lahir bayi, berat lahir, keadaan lahir, diagnosis utama, dan
keadaan keluar rumah sakit.

2) Rekapitulasi data keadaan morbiditas rawat inap di rumah sakit (RL2a, dan RL2a1 untuk
laporan survailans terpadu) memuat data kompilasi penyakit atau morbiditas pasien rawat
inap yang dikelompokkan menurut daftar tabulasi dasar klasifikasi internasional penyakit ke
sepuluh. Untuk masing-masing kelompok penyakit berisi informasi mengenai jumlah pasien
keluar menurut golongan umur dan menurut seks, serta jumlah pasien keluar mati.
3) Data status informasi (RL2c) sehingga lampiran RL2a1 yang memuat informasi tentang
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

4) Rekapitulasi data keadaan morbiditas pasien rawat jalan di rumah sakit (RL2b, dan RL
2b1), memuat data kompilasi penyakit atau morbiditas pasien rawat jalan yang
dikelompokkan menurut daftar tabulasi dasar klasifikasi internasional penyakit kesepuluh.
Untuk masing-masing kelompok penyakit berisi informasi mengenai jumlah kasus baru
menurut golongan umur dan menurut seks serta jumlah kunjungan.

c. Data inventarisasi (data dasar) rumah sakit (RL 3), memuat data identitas rumah sakit,
surat ijin penyelenggaraan, direktur rumah sakit, fasilitas kesehatan gigi, fasilitas tempat
tidur, fasilitas unit rawat jalan.

d. Data ketenagaan rumah sakit (RL 4), memuat informasi rekapitulasi data jumlah tenaga
yang bekerja di rumah sakit menurut kualifikasi pendidikan dan status kepegawaian, dan RL
4a yang merupakan data individual ketenagaan rumah sakit memuat data pribadi, data
pekerjaan, pendidikan lanjut, pengalaman kerja, latihan jabatan dan status kepegawaian.

e. Data peralatan rumah sakit (RL5) memuat informasi rekapitulasi data jumlah peralatan
medik yang ada di rumah sakit menurut sumber pengadaan dan keadaannya, dan RL5a yang
merupakan data individual peralatan medik di rumah sakit, memuat nama atau jenis alat, tipe
atau model, kapasitas dan sebagainya (Ditjen Yan.Med, 1992).

4. Kegunaan Sistem Informasi Rumah Sakit

Kegunaan sistem informasi RS dapat dibedakan menjadi

a. Sistem informasi untuk pembangunan rumah sakit

Informasi yang dikirim dari sumber informasi (rumah sakit) ke pusat (Depkes) dapat
dipakai sebagai acuan atau pedoman.

b. Sistem informasi untuk manajemen rumah sakit

Informasi yang dihasilkan oleh rumah sakit dapat dipakai untuk keperluan manajemen
dalam rangka mencapai tujuan pembangunan dan pengembangan rumah sakit yaitu
peningkatan mutu, cakupan, dan efisiensi pelayanan.

5. Masalah Pengelolaan Sistem Informasi Rumah Sakit

Dalam pelaksanaan pengelolaan sistem informasi rumah sakit, dijumpai banyak


permasalahan baik yang dikarenakan faktor dari unit pelaporan maupun dari unit pengelola
seperti :

a. Dari unit pelapor terutama menyangkut kecepatan, ketepatan dan akurasi data yang
dilaporkan
Ketepatan dan akurasi data yang dilaporkan masih memprihatinkan dan ini dipengaruhi
oleh tingkat kesadaran dan beban kerja. Rendahnya tingkat kesadaran untuk menghasilkan
laporan yang baik disebabkan adanya sikap belum merasa memiliki dan memerlukan data
untuk unitnya sendiri, bertambahnya macam-macam dan bentuk laporan yang diminta
sebagai konsekuensi pengembangan program, menyebabkan bertambahnya macam dan
bentuk laporan yang diminta sebagai konsekuensi pengembangan program, menyebabkan
bertambahnya beban kerja petugas pelaporan rumah sakit.

b. Dari unit pengelola ditingkat pusat, berkisar pada terbatasnya dana untuk pembinaan dan
pelatihan serta bertambahnya kebutuhan akan data (Nugroho, 1996).

D. Sistem Pelaporan Rumah Sakit


Pelaporan rumah sakit merupakan suatu alat organisasi yang bertujuan untuk dapat
menghasilkan laporan secara cepat, tepat dan akurat.

Sistem pelaporan di RS Surabaya pada umumnya menggunakan sistem desentralisasi


yang artinya sistem pelaporan tidak terkoordinasi melalui satu pintu tetapi masing-masing
unit/urusan menggunakan buku ekspedisi sendiri.

1. Jenis laporan yang dibuat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu

a. Laporan intern rumah sakit

b. Laporan ekstern rumah sakit

Ad. a. Laporan intern rumah sakit

Yaitu laporan yang dibuat sebagai masukan untuk menyusun konsep


Rancangan Dasar Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

Indikasi laporan adalah :

1) Sensus harian, meliputi

a) Pasien masuk rumah sakit

b) Pasien keluar rumah sakit

c) Pasien meninggal di rumah sakit

d) Lamanya pasien dirawat

e) Hari perawatan

2) Prosentase pemakaian TT
3) Kegiatan persalinan

4) Kegiatan pembedahan dan tindakan medis lainnya

5) Kegiatan rawat jalan penunjang

Ad. b. Pelaporan ekstern rumah sakit

Yaitu pelaporan yang wajib dibuat oleh rumah sakit sesuai dengan peraturan
yang berlaku, ditunjukkan kepada Departemen Kesehatan RI, Kanwil Depkes RI (sekarang ,
Dinkes Propinsi, Dinkes Kabupaten/kota

Pelaporan yang dibuat sesuai kebutuhan Depkes RI, meliputi :

1) Data Kegiatan Rumah Sakit (RL 1)

2) Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Inap (RL 2a)

3) Data Keadaan Morbiditas penyakit Khusus Pasien Rawat Inap (RL 2a1)

4) Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Jalan (RL 2b)

5) Data Keadaan Morbiditas Penyakit Khusus Pasien Rawat Jalan (RL 2b1)

6) Data individual Morbiditas Pasien Rawat Inap

a) Pasien Umum (RL 2.1)

b) Pasien Obstetrik (RL 2.2)

c) Pasien baru lahir/lahir mati (RL 2.3)

7) Data Inventaris Rumah Sakit (RL3)

8) Data Keadaan ketenagaan RS (RL 4)

9) Data individual Ketenagaan RS (RL 4a)

10) Data Peralatan Rumah Sakit (RL 5)

2. Periode Pelaporan

a. (RL 1) dibuat setiap tribulan berdasarkan catatan harian yang dikompilasi setiap bulan

b. (RL 2 a) dilaporkan setahun sekali

c. (RL 2 b) dilaporkan setahun sekali

d. (RL 2 a1) dilaporkan setiap bulan

e. (RL 2 a2) dilaporkan setiap bulan


f. (RL 2.1), (RL 2.2), (RL 2.3), dibuat sistem sampling dari tangan 1 s/d 10 setiap bulan :
Pebruari, Mei, Agustus dan Nopember khusus ke DepKes RI

g. (RL 3) dilaporkan setahun sekali

h. (RL4), (RL 4a), (RL 5) dilaporkan setahun sekali

3. Saluran Pengirim Laporan

Laporan kegiatan rumah sakit (RL 1) dibuat rangkap 6 yang asli dikirim ke Dir jen.
Yan Med Bagian Informasi Yanmed rumah sakit Depkes RI dan tembusan ditunjukan ke :

a. Ka Kanwil Dep Kes RI(sudah likuidasi)

b. Ka Din Kes Propinsi

c. Ka Din Kes Kabupaten

d. Direktur Rumah Sakit

e. Pertinggal (Arsip)

Sedangkan laporan lainnya (RL 2 s/d RL 5) cukup dibuat rangkap 2 yang


asli dikirim ke Dir Jen Yan Med Dep Kes RI dan tembusannya untuk Arsip rumah sakit

4. (RL 1) dibuat setiap tribulan berdasarkan catatan harian yang dikompilasi setiap bulan

5. (RL 2 a) dilaporkan setahun sekali

6. (RL 2 b) dilaporkan setahun sekali

7. (RL 2 a1) dilaporkan setiap bulan

8. (RL 2 a2) dilaporkan setiap bulan

9. (RL 2.1), (RL 2.2), (RL 2.3), dibuat sistem sampling dari tangan 1 s/d 10 setiap bulan :
Pebruari, Mei, Agustus dan Nopember khusus ke DepKes RI

10. (RL 3) dilaporkan setahun sekali

11. (RL4), (RL 4a), (RL 5) dilaporkan setahun sekali

12. yang dijadwalkan oleh departemen Kesehatan

Untuk pelaporan bulanan / tribulan dikirim ke instansi Departemen Kesehatan paling


lambat tanggal 15 pada bulan berikutnya.
Untuk laporan tahunan dikirim setiap tanggal 15 Januari pada tahun berikutnya.
Untuk memenuhi hal tersebut di atas, maka pengumpulan data laporan dari masing-
masing unti terkait ditetapkan paling lambat setiap tanggal 5 pada bulan berikutnya.
Khusus untuk pengumpulan data individual morbiditas pasien rawat inap sampling
tanggal 1 s/d 10 sesuai bulan pelaporan, formulir dilampirkan dalam berkas RM
setelah disi oleh dokter yang merawat sekurang-kurangnya :

1) Diagnosa

2) Sebabkematian bila pasien meninggal

3) Nama dan tanda tangan dokter

Kelengkapan data lainnya diisi oleh petugas rekam medis (RS Darmo, 1999).

E. Evaluasi
Menurut Depkes RI (1991) Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan yang
telah ditentukan dalam menilai efektifitas suatu rencana. Tujuan evaluasi dapat juga berguna
sebagai :

1. Alat untuk memperbaiki kebijaksanaan pelaksanaan program dan perencanaan


program yang akan datang.
2. Alat untuk memperbaiki alokasi sumber daya.
3. Alat untuk memperbaiki pelaksanaan suatu kegiatan yang sedang berjalan.
4. Alat untuk mengadakan perencanaan kembali yang lebih baik dari pada suatu
program.

Anda mungkin juga menyukai