Abstrak
Empati merupakan dasar dari hubungan terapetik antara dokter dan pasien. Pengukuran empati
berdasarkan persepsi pasien menggunakan kuesioner The Consultation and Relational Empathy (CARE)
telah digunakan secara luas dan telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa di dunia. Tujuan dari
penelitian ini adalah menguji psikometri dari kuesioner CARE versi bahasa Indonesia, mengukur rerata
empati dokter dan menguji perbedaan nilai rerata empati antara kategori usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, penghasilan, jumlah keluhan, penyakit kronis, jenis kelamin dokter dan lokasi fasilitas kesehatan
primer.Data dikumpulkan dari 336 pasien yang memeriksakan diri ke 21 dokter di 6 fasilitas kesehatan
primer. Lokasi penelitian berada di kota dan kabupaten Malang. Validitas konstruk kuesioner diperiksa
dengan korelasi Pearson sedangkan reliabilitas kuesioner diukur dengan metode Cronbachs alpha. Uji beda
rerata nilai empati per karakteristik pasien, dokter dan lokasi fasilitas kesehatan primer diukur menggunakan
independent t test dan ANOVA. Analisis data terhadap validitas kuesioner CARE berbahasa Indonesia
menunjukkan nilai corrected item-total score correlations dalam rentang 0,623-0,694 dengan nilai
Cronbachs alpha = 0,902. Rerata empati dokter bervariasi diantara rentang 27 hingga 50 dengan rerata total
40,69. Studi ini menyimpulkan bahwa kuesioner CARE versi bahasa Indonesia dapat digunakan untuk
mengukur empati dokter di layanan primer karena memiliki validitas dan reliabilitas yang baik. Nilai rerata
empati dokter secara keseluruhan berada pada rentang rata-rata (average). Tidak terdapat perbedaan nilai
empati pada hampir semua karakteristik pasien, kecuali pada parameter penghasilan dan lokasi fasilitas
kesehatan primer.
Kata Kunci: empati, Malang, kuesioner CARE, reliabilitas, pelayanan primer
E-mail : alamsyah.fk@ub.ac.id
69
Alamsyah A, et al. Empati Dokter di Layanan Primer.
70
Majalah Kesehatan FKUB Vol 4, No 2, Juni 2017
sangat tinggi (Cronbachs alpha adalah sampel adalah dokter yang bertugas di
0,92).12 FKTP terpilih saat pengambilan data
Studi tentang empati dokter di layanan berlangsung. Kriteria inklusi yang digunakan
primer terutama setelah diberlakukanya dalam pemilihan sampel dari pasien selain
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sejak usia adalah pasien harus diperiksa oleh
tahun 2014 belum ditemukan dalam dokter, bukan tenaga kesehatan lainnya.
publikasi ilmiah di Indonesia. Studi ini Penelitian ini telah mendapat ijin dari Badan
bertujuan melakukan pengujian validitas dan Kesatuan Bangsa dan Politik
reliabilitas kuesioner CARE yang telah (Bakesbangpol) dan Dinas Kesehatan
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, setempat. Informed consent dilakukan baik
melihat gambaran persepsi pasien terhadap untuk pimpinan FKTP dan pasien untuk
empati dokter di layanan primer dan dilibatkan dalam penelitian. Untuk menjaga
menganalisis perbedaan persepsi pasien kerahasiaan, maka nama FKTP, nama
pada beberapa karakteristik pasien seperti dokter dan nama pasien tidak dicantumkan
jenis kelamin, usia, penghasilan, tingkat (anonymous). Informasi verbal dan tertulis
pendidikan, jumlah masalah kesehatan saat diberikan kepada pasien untuk menjelaskan
berobat, adanya penyakit kronis serta lokasi cara pengisian kuesioner. Pendampingan
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama oleh enumerator terlatih dilakukan untuk
(FKTP) yaitu di Kotamadya dan Kabupaten membantu menjawab ketidakjelasan pasien
Malang. Karakteristik dokter dibatasi hanya saat melakukan pengisian kuesioner.
pada jenis kelamin. Kuesioner yang telah terisi kemudian
dimasukan ke dalam amplop tertutup.
Bahan dan Metode
Kuesioner CARE (Consultation and
Desain Penelitian: Relational Empathy):
Studi ini merupakan studi Penelitian ini menggunakan kuesioner
observasional analitik dengan pendekatan CARE (Consultation and Relational
potong lintang (cross sectional). Empathy). Kuesioner didahului dengan
identitas responden (pasien) dan jenis
Lokasi dan Waktu Penelitian: kelamin dokter. Identitas responden
Studi dilakukan pada bulan Januari mencakup jenis kelamin, usia, tingkat
2017 di enam FKTP di daerah Malang Raya pendidikan,pendapatan, jumlah masalah
yang terdiri dari dua FKTP berada di Kota kesehatan saat kunjungan, ada tidaknya
Malang dan empat FKTP di Kabupaten penyakit kronis serta daerah lokasi FKTP
Malang. Jumlah FKTP di Kabupaten Malang (kota dan kabupaten). Kuesioner CARE
lebih banyak dilibatkan dibanding Kota terdiri dari 10 butir pernyataan yang harus
Malang karena jumlah pasien di Kabupaten dinilai oleh pasien dengan skala likert
lebih banyak. rentang 1-5 mulai dari 1 = sangat tidak
setuju hingga 5 = sangat setuju. Kuesioner
Populasi dan Sampel: CARE bersifat undimensional namun tiap
Populasi penelitian ini adalah seluruh butir pernyataanya dapat memberikan
dokter yang bekerja di layanan primer di informasi yang bermanfaat untuk menilai
Kota dan Kabupaten Malang dan pasien empati di layanan primer. Butir 1
yang memeriksakan diri ke dokter tersebut. menggambarkan kenyamanan pasien
Penelitian ini melibatkan 21 dokter dan 336 terhadap sikap dokter, butir 2 tentang
pasien dewasa diatas 18 tahun yang diambil kesempatan pasien untuk menceritakan
secara purposif berdasarkan rumus keluhannya, butir 3 tentang kemampuan
Lemeshow. Dokter yang dipilih sebagai dokter mendengarkan keluhan pasien, butir
71
Alamsyah A, et al. Empati Dokter di Layanan Primer.
4 tentang pendekatan holistik yang validitas dilakukan dengan dua cara yaitu
dilakukan dokter, butir 5 tentang pengujian validitas muka (face validity) dan
pemahaman dokter terhadap masalah validitas konstruk (construct validity).
pasien, butir 6 tentang sifat peduli dokter, Validitas muka dilakukan dengan meminta
butir 7 tentang sikap positif dokter, butir 8 masukan beberapa staf pengajar
tentang penjelasan yang diberikan dokter, Komunikasi Kedokteran di Fakultas
butir 9 tentang nasehat yang diberikan Kedokteran Universitas Brawijaya. Validitas
dokter dan butir 10 tentang rencana tindak konstruk dianalisis menggunakan korelasi
lanjut setelah kunjungan. product moment dari Pearson dengan
melihat nilai corrected item- total correlation.
Analisis Data: Reliabilitas dianalisis dengan melihat nilai
Analisis awal yang dilakukan untuk Cronbachs alpha. Nilai tingkat keandalan
menguji kuesioner CARE versi bahasa (Cronbachs alpha) dikategorikan sesuai
Indonesia adalah untuk mengetahui validitas Tabel 1.13
dan reliabilitas kuesioner. Pengujian
72
Majalah Kesehatan FKUB Vol 4, No 2, Juni 2017
Sebagian besar pasien yang terlibat dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji
penelitian memiliki jenis kelamin perempuan reliabilitas menggunakan analisis
(59,2%). Usia dikategorikan menjadi tiga Cronbachs alpha menunjukkan nilai 0,902
yaitu dewasa dini (18-35 tahun), dewasa yang berarti memiliki reliabilitas yang sangat
madya (36-55 tahun), dan dewasa lanjut tinggi.
(>56 tahun). Sebagian besar pasien berada
pada rentang dewasa dini (18-35tahun) Pengukuran Nilai CARE:
yaitu sebesar 57,1%. Ditinjau dari tingkat Rerata nilai empati berdasarkan
pendidikan, jumlah pasien hampir persepsi 336 pasien terhadap dokter
berimbang walaupun masih didominasi dengan menggunakan kuesioner CARE
pendidikan rendah (dasar menengah) adalah 40,69. Jika nilai empati dibagi ke
sebesar 58,3%. Ditinjau dari jumlah dan dalam tiga kategori yaitu kurang dari rata-
kompleksitas penyakit yang diderita, rata/below average (<38), rata-rata/average
sebagian besar pasien datang ke FKTP (38-43) dan di atas rata-rata/above average
dengan 1 keluhan penyakit (73,85%) dan (>43), maka tampak bahwa nilai empati
tidak menderita penyakit kronis (71,4%). menunjukkan grafik seperti Gambar 1.
Demografi dokter hanya dibatasi untuk jenis Sebagian besar empati dokter berada
kelamin dengan sebagian besar pasien pada rentang average yaitu sebesar 45,2%.
diperiksa oleh dokter perempuan (71,43%). Masih terdapat dokter yang memiliki empati
di bawah rata-rata (below average) sebesar
Validitas dan Reliabilitas: 26,5%. Analisis lebih jauh pada Gambar 2
Hasil uji validitas menggunakan menunjukkan bahwa sebagian besar dokter
korelasi Pearson diperoleh nilai corrected yang memiliki empati/below average adalah
item-total correlation antara 0,6230,694. dokter di perkotaan yaitu sebesar 42,5%.
Hal ini menunjukkan bahwa seluruh butir
pertanyaan dinyatakan valid artinya dapat
73
Alamsyah A, et al. Empati Dokter di Layanan Primer.
100
80
Persentase
60
45,2
40 26,5 28,3
20
0
Below Average Average Above Average
80
Persentase
57,3
60
42,5
40 34,6 34,4
22,9
20
8,3
0
Below Average Average Above Average
74
Majalah Kesehatan FKUB Vol 4, No 2, Juni 2017
75
Alamsyah A, et al. Empati Dokter di Layanan Primer.
Sebagian besar uji beda antar kategori pada empati. Hanya penghasilan dan lokasi FKTP
karakteristik pasien dan dokter seperti jenis yang menunjukkan perbedaan signifikan.
kelamin, usia, pendidikan, jumlah masalah Hasil ini sesuai dengan riset awal tentang
kesehatan, penyakit kronik dan jenis kelamin kuesioner CARE dari Mercer et al (2002)
dokter tidak menunjukkan hasil yang yang menemukan hasil yang hampir sama
signifikan. sehingga memperkuat hasil validitas dan
reliabilitas kuesioner CARE untuk dapat
Pembahasan digunakan dengan setting yang berbeda-
beda.9
Empati dokter kepada pasien adalah Nilai rata-rata empati dokter yang
hal yang penting dalam pelayanan diukur dari persepsi pasien pada studi ini
kesehatan di layanan primer. Pengukuran menunjukkan nilai 40,69. Berdasarkan
empati dapat menjadi masukan yang kategorisasi dari kuesioner CARE asli dalam
berharga untuk meningkatkan kualitas bahasa Inggris oleh Mercer et.al. (2002)
pelayanan yang dapat memperbaiki keluaran yang membagi nilai empati menjadi empati
klinis dan kepuasan pasien. Studi ini kurang dari rata-rata/below average (<38),
bertujuan untuk mengembangkan kuesioner rata-rata/average (38-43) dan di atas rata-
berbahasa Indonesia yang valid dan reliabel. rata/above average (>43)9, maka nilai empati
Kuesioner CARE yang berbahasa Inggris hasil dari studi ini dapat dikatakan berada
dipilih untuk diadaptasi ke bahasa Indonesia dalam kategori rata-rata/average. Jika
karena banyak digunakan dalam dibandingkan dengan riset di beberapa
pengukuran empati di layanan primer di negara dengan kuesioner CARE, hasil ini
seluruh dunia. menunjukkan bahwa empati dokter di
Hasil pengujian validitas dan reliabilitas Malang, Indonesia, lebih baik dari empati
kuesioner CARE berbahasa Indonesia dokter di Cina yang berada pada angka
menunjukkan hasil yang sangat baik. Nilai 36,8, namun sedikit lebih rendah dari Inggris
Cronbachs alpha kuesioner CARE bahasa (riset di Skotlandia) yang berada pada angka
Indonesia sebesar 0,902 berada pada 40,8.9,10 Namun demikian, sebagian besar
rentang reliabilitas atau keandalan sangat empati dokter berada pada rentang average
tinggi. Hasil ini sesuai dengan reliabilitas yaitu sebesar 45,2%, dan masih terdapat
kuesioner CARE yang asli dalam bahasa dokter yang memiliki empati di bawah rata-
Inggris, yang menunjukkan nilai Cronbachs rata (below average) sebesar 26,5%.
alpha = 0,92.9 Demikian juga dengan Analisis juga menunjukkan perbedaan
kuesioner CARE versi bahasa Cina dan nilai empati dokter di kota dan kabupaten.
Jerman yang menunjukkan nilai Cronbachs Hal ini dapat disebabkan oleh tingginya
alpha yang hampir sama yaitu 0,95 dan harapan masyarakat kota terhadap dokter
0,92.10,11 Hasil ini menunjukkan bahwa yang ideal karena akses masyarakat kota
kuesioner CARE terbukti sebagai kuesioner terhadap kesehatan biasanya lebih baik.
yang dapat digunakan untuk mengukur Mereka dapat memilih banyak dokter dan
persepsi pasien dengan karakteristik yang layanan kesehatan yang berdampak pada
berbeda. Hal ini diperkuat dengan hasil yang harapan yang tinggi pada dokter. Hal ini juga
menunjukkan bahwa hampir pada semua disebabkan adanya kesadaran akan hak-hak
karakterikstik pasien tidak menunjukkan pasien pada masyarakat perkotaan untuk
variasi perbedaan yang signifikan pada nilai mendapatkan pelayanan humanistik yang
76
Majalah Kesehatan FKUB Vol 4, No 2, Juni 2017
mempengaruhi harapan yang tinggi pada cukup untuk bercerita. Jika komunikasi
empati dokter. Sementara itu, pada dengan pendekatan sharing dan pertanyaan
masyarakat kabupaten sebagaimana terbuka ini dilatihkan dengan baik, maka
disebutkan dalam penelitian Claramita et al waktu komunikasi dokter pasien
(2013) terhadap pasien di Asia Tenggara akanlebihbisa dipersingkat. 15
termasuk Indonesia, masih sangat Hal yang menarik juga ditemukan pada
memperhatikan faktor kecakapan budaya studi ini bahwa dokter perempuan dianggap
dan non verbal politeness.14 Masyarakat oleh pasien memiliki empati yang lebih tinggi
kabupaten (rural) relatif lebih menerima dibanding dokter laki-laki walaupun tidak
(nrimo dalam bahasa Jawa) dan tidak menunjukan hasil yang signifikan. Hasil ini
banyak menuntut. Hasil ini bertolak belakang sesuai dengan meta analytic review dari
dengan tingkat penghasilan yaitu pada Roter et al (2002) yang menyebutkan bahwa
pasien dengan tingkat penghasilan di atas dokter wanita lebih baik dalam menjalin
Upah Minimum Kota (UMK) justru hubungan dengan pasien, lebih positif dalam
mempersepsikan empati dokter lebih tinggi berkomunikasi, lebih memahami faktor
dibanding pasien dengan penghasilan psikososial pasien dan dapat memahami
dibawah UMK. Hasil ini kemungkinan faktor emosi pasien (emotionally focused
disebabkan bahwa upah minimum kota tidak talk), namun tidak terlalu berbeda secara
terlalu sensitif untuk membedakan bermakna dengan dokter laki-laki dalam
masyarakat mampu dan tidak mampu. Untuk berkomunikasi yang bersifat biomedikal.16
itu, perlu ada ukuran yang lebih lengkap Hasil ini diduga berkaitan dengan lebih
untuk mengkategorikan status ekonomi aktifnya otak kanan (right hemisphere) pada
pasien. Permasalahan ini perlu studi lebih wanita. Pendekatan hemisfer ini
dalam dengan kategorisasi status tingkat menerangkan basis neurologis perbedaan
ekonomi yang lebih valid. empati pada wanita dan laki-laki.17
Analisis terhadap masing-masing butir
kuesioner menunjukkan rerata yang hampir Kesimpulan
sama. Rerata yang paling rendah terdapat
pada butir 2 yaitu tentang persepsi pasien Studi ini menyimpulkan bahwa
terhadap waktu bercerita yang diberikan kuesioner CARE versi bahasa Indonesia
dokter. Hal ini kemungkinan disebabkan dapat digunakan untuk mengukur empati di
karena meningkatnya jumlah pasien di era layanan primer karena memiliki validitas dan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) reliabilitas yang baik. Nilai rerata empati
sehingga waktu pertemuan antara dokter dokter secara keseluruhan berada pada
dan pasien menjadi terbatas. Hal ini juga rentang rata-rata (average). Tidak terdapat
disebabkan oleh kebiasaan dokter untuk perbedaan yang signifikan nilai empati pada
langsung melakukan komunikasi yang hampir semua karakteristik pasien, kecuali
bersifat directing menggunakan pertanyaan penghasilan dan lokasi FKTP.
tertutup dibanding dengan menggunakan
Saran
pendekatan sharing dan pertanyaan
terbuka. Pertanyaan terbuka (open-ended
Perlu dilakukan studi lebih dalam terkait
question) dapat mendorong pasien untuk
pengaruh penghasilan dan lokasi fasilitas
bercerita tentang keluhannya sehingga
kesehatan terhadap empati.
pasien merasa diberi kesempatan yang
77
Alamsyah A, et al. Empati Dokter di Layanan Primer.
78