Anda di halaman 1dari 10

Majalah Kesehatan FKUB Vol 4, No 2, Juni 2017

EMPATI DOKTER DI LAYANAN PRIMER: PENGUKURAN MENGGUNAKAN


KUESIONERCONSULTATION AND RELATIONAL EMPATHY (CARE) VERSI INDONESIA

Arief Alamsyah*, Ardini Saptaningsih Raksanagara**, Insi Farisa Desy Arya**

Abstrak
Empati merupakan dasar dari hubungan terapetik antara dokter dan pasien. Pengukuran empati
berdasarkan persepsi pasien menggunakan kuesioner The Consultation and Relational Empathy (CARE)
telah digunakan secara luas dan telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa di dunia. Tujuan dari
penelitian ini adalah menguji psikometri dari kuesioner CARE versi bahasa Indonesia, mengukur rerata
empati dokter dan menguji perbedaan nilai rerata empati antara kategori usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, penghasilan, jumlah keluhan, penyakit kronis, jenis kelamin dokter dan lokasi fasilitas kesehatan
primer.Data dikumpulkan dari 336 pasien yang memeriksakan diri ke 21 dokter di 6 fasilitas kesehatan
primer. Lokasi penelitian berada di kota dan kabupaten Malang. Validitas konstruk kuesioner diperiksa
dengan korelasi Pearson sedangkan reliabilitas kuesioner diukur dengan metode Cronbachs alpha. Uji beda
rerata nilai empati per karakteristik pasien, dokter dan lokasi fasilitas kesehatan primer diukur menggunakan
independent t test dan ANOVA. Analisis data terhadap validitas kuesioner CARE berbahasa Indonesia
menunjukkan nilai corrected item-total score correlations dalam rentang 0,623-0,694 dengan nilai
Cronbachs alpha = 0,902. Rerata empati dokter bervariasi diantara rentang 27 hingga 50 dengan rerata total
40,69. Studi ini menyimpulkan bahwa kuesioner CARE versi bahasa Indonesia dapat digunakan untuk
mengukur empati dokter di layanan primer karena memiliki validitas dan reliabilitas yang baik. Nilai rerata
empati dokter secara keseluruhan berada pada rentang rata-rata (average). Tidak terdapat perbedaan nilai
empati pada hampir semua karakteristik pasien, kecuali pada parameter penghasilan dan lokasi fasilitas
kesehatan primer.
Kata Kunci: empati, Malang, kuesioner CARE, reliabilitas, pelayanan primer

DOCTORS EMPATHY IN PRIMARY CARE: MEASUREMENT USING THE INDONESIAN


VERSION OF CONSULTATION AND RELATIONAL EMPATHY (CARE) QUESTIONNAIRE
Empathy is considered as a basic component of the therapeutic relationships. The Consultation and
Relational Empathy (CARE) is patient-rated experience measurement which is widely used and has recently
been translated into several languages in the world. This study were aimed to examine psychometric
properties ofan Indonesian CARE questionnaire, and to study the total mean score and differences in
empathy scores between ages, gender of patient, educational level, income, number of complaints, chronic
condition, gender of doctor and the location of primary care provider.Data were collected from 336 primary
care patients who attending to 21 doctors in 6 primary health care providers located in Malang region. The
construct validity of the Indonesian CARE was assessed with Pearson correlation while the reliability was
assessed with Cronbachs alpha. To study the differences between several characteristics of patient, doctor
and primary care providers, this research were used independent t test and ANOVA. The results showed
corrected item-total score correlations ranged from 0.623 to 0.694. The IndonesianCARE was very reliable
with Cronbachs coefficient, that was0.902. Thedoctors average CARE scores varied widely, ranging from 27
to 50 with the mean of 40.69. This study concludes that Indonesian version of CARE questionnaire is able to
measure the doctors empathy in primary care due to its good validity and reliability. No differences of
average CARE scores between most of the characteristics except the parameters of income and primary
cares location.

Keywords: emphaty, Malang, CARE questionnaire, reliability, primary care

* Lab Ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan, FK UB


**Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, FK UNPAD

E-mail : alamsyah.fk@ub.ac.id

69
Alamsyah A, et al. Empati Dokter di Layanan Primer.

Pendahuluan dokter dan pasien.1 Kondisi distress atau


burn out pada mahasiswa kedokteran
Kedokteran adalah profesi yang tampaknya menjadi sebab utama dari
mengedepankan pelayanan dan hubungan fenomena penurunan empati ini.5 Riset
antar manusia. Prinsip ini menuntut adanya terhadap dokter yang sudah mendapatkan
kualitas komunikasi sebagai inti hubungan lisensi praktik juga menunjukkan hal yang
dokter pasien yang lebih humanistik.1,2,3 sama, yaitu ditemukan kecenderungan
Elemen inti dalam komunikasi efektif adalah penurunan kualitas empati dokter-pasien.
adanya empati dokter kepada pasien. Beberapa riset menunjukkan adanya
Empati dalam dunia kedokteran diartikan hambatan (barrier) bagi dokter untuk
sebagai kemampuan dokter untuk bersikap empatik kepada pasien
memahami situasi, perspektif dan perasaan diantaranya adalah ketersediaan waktu
pasien, mengkomunikasinya kepada pasien (time pressure), sikap dokter yang
secara akurat serta berperilaku dengan menunjukkan bahwa empati tidak penting,
penuh pengertian dalam suasana terapetik tidak memiliki keterampilan empati (lack of
yang mendukung.4 skill), dan adanya kondisi keletihan
Empati terbukti memiliki dampak positif emosional (burn-out) yang dirasakan dokter.
terhadap kondisi pasien. Studi menunjukkan Kondisi ini mendorong dokter mengabaikan
bahwa empati dokter kepada pasien hak kemanusiaan pasien untuk
meningkatkan akurasi diagnostik, mendapatkan pelayanan yang terbaik. 7

meningkatkan pemahaman pasien terhadap Beberapa kuesioner telah


kondisi penyakitnya, meningkatkan dikembangkan untuk dapat mengukur
kepatuhan pasien terhadap pengobatan, empati di pelayanan kesehatan, salah
meningkatkan kepuasan dan kualitas hidup satunya adalah Consultation and Relational
serta menurunkan stres pada pasien.5,6,7 Empathy (CARE) yang dikembangkan di
Penemuan terakhir juga menunjukkan Inggris. CARE lebih sesuai digunakan pada
bahwa empati dokter kepada pasien dapat praktik sehari-hari dan sejak awalnya
mempengaruhi kondisi imunitas pasien didesain untuk digunakan sebagai day by
terhadap common cold melalui perubahan day evaluation pada layanan primer
interleukin-8.5 khususnya General Practiotioner di Inggris
Manfaat empati dalam komunikasi Raya di bawah kendali National Health
dokter-pasien tidak didukung oleh realitas. Service (NHS).9
Berdasarkan beberapa studi mutakhir Kuesioner CARE dikembangkan oleh
menunjukkan adanya dehumanisasi dunia Mercer et al yang bersifat undimensional
kedokteran yang ditandai dengan terjadinya dan dilakukan pengujian berkali-kali secara
erosi empati, baik pada mahasiswa internasional dalam berbagai versi bahasa
kedokteran maupun dokter yang telah yaitu Inggris, Jerman dan China.10,11
berpraktik.8 Di dunia pendidikan kedokteran, Pengujian validitas konvergen yang
empati hanya dapat dipertahankan pada dilakukan dengan membandingkan hasil
dua tahun pertama di sekolah kedokteran, kuesioner CARE dan Reynolds Empathy
namun menurun secara bermakna setelah Measure (RES) menunjukkan adanya
tahun ketiga. Kondisi ini diduga disebabkan korelasi sangat kuat (r = 0,85).
oleh beberapa faktor seperti tidak adanya Perbandingan berikutnya antara CARE
role model, padatnya materi dan jam dengan the Barrett-Lennard empathy
perkuliahan serta berkembangnya teknologi subscale (BLESS) juga menunjukkan
diagnostik dan terapi berbasis komputer dan korelasi yang kuat (r = 0,63). Pengujian
alat-alat canggih sehingga berdampak pada reliabilitas internal menunjukkan hasil yang
minimnya interaksi kemanusiaan antara

70
Majalah Kesehatan FKUB Vol 4, No 2, Juni 2017

sangat tinggi (Cronbachs alpha adalah sampel adalah dokter yang bertugas di
0,92).12 FKTP terpilih saat pengambilan data
Studi tentang empati dokter di layanan berlangsung. Kriteria inklusi yang digunakan
primer terutama setelah diberlakukanya dalam pemilihan sampel dari pasien selain
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sejak usia adalah pasien harus diperiksa oleh
tahun 2014 belum ditemukan dalam dokter, bukan tenaga kesehatan lainnya.
publikasi ilmiah di Indonesia. Studi ini Penelitian ini telah mendapat ijin dari Badan
bertujuan melakukan pengujian validitas dan Kesatuan Bangsa dan Politik
reliabilitas kuesioner CARE yang telah (Bakesbangpol) dan Dinas Kesehatan
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, setempat. Informed consent dilakukan baik
melihat gambaran persepsi pasien terhadap untuk pimpinan FKTP dan pasien untuk
empati dokter di layanan primer dan dilibatkan dalam penelitian. Untuk menjaga
menganalisis perbedaan persepsi pasien kerahasiaan, maka nama FKTP, nama
pada beberapa karakteristik pasien seperti dokter dan nama pasien tidak dicantumkan
jenis kelamin, usia, penghasilan, tingkat (anonymous). Informasi verbal dan tertulis
pendidikan, jumlah masalah kesehatan saat diberikan kepada pasien untuk menjelaskan
berobat, adanya penyakit kronis serta lokasi cara pengisian kuesioner. Pendampingan
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama oleh enumerator terlatih dilakukan untuk
(FKTP) yaitu di Kotamadya dan Kabupaten membantu menjawab ketidakjelasan pasien
Malang. Karakteristik dokter dibatasi hanya saat melakukan pengisian kuesioner.
pada jenis kelamin. Kuesioner yang telah terisi kemudian
dimasukan ke dalam amplop tertutup.
Bahan dan Metode
Kuesioner CARE (Consultation and
Desain Penelitian: Relational Empathy):
Studi ini merupakan studi Penelitian ini menggunakan kuesioner
observasional analitik dengan pendekatan CARE (Consultation and Relational
potong lintang (cross sectional). Empathy). Kuesioner didahului dengan
identitas responden (pasien) dan jenis
Lokasi dan Waktu Penelitian: kelamin dokter. Identitas responden
Studi dilakukan pada bulan Januari mencakup jenis kelamin, usia, tingkat
2017 di enam FKTP di daerah Malang Raya pendidikan,pendapatan, jumlah masalah
yang terdiri dari dua FKTP berada di Kota kesehatan saat kunjungan, ada tidaknya
Malang dan empat FKTP di Kabupaten penyakit kronis serta daerah lokasi FKTP
Malang. Jumlah FKTP di Kabupaten Malang (kota dan kabupaten). Kuesioner CARE
lebih banyak dilibatkan dibanding Kota terdiri dari 10 butir pernyataan yang harus
Malang karena jumlah pasien di Kabupaten dinilai oleh pasien dengan skala likert
lebih banyak. rentang 1-5 mulai dari 1 = sangat tidak
setuju hingga 5 = sangat setuju. Kuesioner
Populasi dan Sampel: CARE bersifat undimensional namun tiap
Populasi penelitian ini adalah seluruh butir pernyataanya dapat memberikan
dokter yang bekerja di layanan primer di informasi yang bermanfaat untuk menilai
Kota dan Kabupaten Malang dan pasien empati di layanan primer. Butir 1
yang memeriksakan diri ke dokter tersebut. menggambarkan kenyamanan pasien
Penelitian ini melibatkan 21 dokter dan 336 terhadap sikap dokter, butir 2 tentang
pasien dewasa diatas 18 tahun yang diambil kesempatan pasien untuk menceritakan
secara purposif berdasarkan rumus keluhannya, butir 3 tentang kemampuan
Lemeshow. Dokter yang dipilih sebagai dokter mendengarkan keluhan pasien, butir

71
Alamsyah A, et al. Empati Dokter di Layanan Primer.

4 tentang pendekatan holistik yang validitas dilakukan dengan dua cara yaitu
dilakukan dokter, butir 5 tentang pengujian validitas muka (face validity) dan
pemahaman dokter terhadap masalah validitas konstruk (construct validity).
pasien, butir 6 tentang sifat peduli dokter, Validitas muka dilakukan dengan meminta
butir 7 tentang sikap positif dokter, butir 8 masukan beberapa staf pengajar
tentang penjelasan yang diberikan dokter, Komunikasi Kedokteran di Fakultas
butir 9 tentang nasehat yang diberikan Kedokteran Universitas Brawijaya. Validitas
dokter dan butir 10 tentang rencana tindak konstruk dianalisis menggunakan korelasi
lanjut setelah kunjungan. product moment dari Pearson dengan
melihat nilai corrected item- total correlation.
Analisis Data: Reliabilitas dianalisis dengan melihat nilai
Analisis awal yang dilakukan untuk Cronbachs alpha. Nilai tingkat keandalan
menguji kuesioner CARE versi bahasa (Cronbachs alpha) dikategorikan sesuai
Indonesia adalah untuk mengetahui validitas Tabel 1.13
dan reliabilitas kuesioner. Pengujian

Tabel 1. Kriteria tingkat reliabilitas (keandalan)


Nilai Tingkat Reliabilitas
Cronbachs alpha (Keandalan)
0,0 0,20 Kurang Andal
>0,20 0,40 Agak Andal
>0,40 0,60 Cukup Andal
>0,60 0,80 Andal
>0,80 1,00 Sangat Andal

Analisis data selanjutnya dilakukan Untuk karakteristik jenis kelamin,


secara deskriptif (univariat) dan analitik pendidikan, penghasilan, jumlah masalah
(bivariat). Analisis deskriptif (univariat) kesehatan, penyakit kronis, lokasi FKTP
dilakukan untuk mengetahui karakteristik menggunakan uji independent t-tes tkarena
responden dan nilai empati berdasarkan hanya terdiri dari dua kategori. Analisis usia
persepsi pasien yang dijabarkan per butir dikategorikan sesuai tahap perkembangan
pertanyaan. Nilai empati per butir menjadi tiga kategori sehingga dianalisis
pertanyaan ditentukan dengan menghitung menggunakan one way ANOVA.
nilai rata-rata dan simpangan deviasi
dengan rentang 1-5, sedangkan nilai empati Hasil
keseluruhan dihitung dengan menjumlahkan
rata-rata butir pertanyaan sehingga memiliki Karakteristik Pasien:
rentang 10-50. Analisis berikutnya (bivariat) Sejumlah 336 pasien berpartisipasi
dilakukan untuk membandingkan perbedaan dalam penelitian ini. Pada Tabel 2 dapat
persepsi pasien terhadap empati dokter dilihat karakteristik demografi pasien dan
ditinjau dari karakterisktik pasien dan dokter. dokter.

72
Majalah Kesehatan FKUB Vol 4, No 2, Juni 2017

Tabel 2. Karakteristik demografi pasien dan dokter yang terlibat penelitian


Data N %
Pasien (jenis kelamin):
Laki-Laki 137 40,8
Perempuan 199 59,2
Usia :
Dewasa dini (18-35 tahun) 192 57,1
Dewasa pertengahan (36-55 tahun) 101 30,1
Dewasa akhir (>55 tahun) 43 12,8
Penghasilan :
Dibawah UMK 224 66,7
Diatas UMK 112 33,3
Pendidikan :
Dasar- menengah 196 58,3
Tinggi 140 41,7
Jumlah masalah kesehatan saat kunjungan :
1 248 73,8
>1 88 26,2
Penyakit Kronik :
Tidak ada 240 71,4
Ada 96 28,6
Dokter (jenis kelamin):
Laki-laki 6 28,57
Perempuan 15 71,43

Sebagian besar pasien yang terlibat dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji
penelitian memiliki jenis kelamin perempuan reliabilitas menggunakan analisis
(59,2%). Usia dikategorikan menjadi tiga Cronbachs alpha menunjukkan nilai 0,902
yaitu dewasa dini (18-35 tahun), dewasa yang berarti memiliki reliabilitas yang sangat
madya (36-55 tahun), dan dewasa lanjut tinggi.
(>56 tahun). Sebagian besar pasien berada
pada rentang dewasa dini (18-35tahun) Pengukuran Nilai CARE:
yaitu sebesar 57,1%. Ditinjau dari tingkat Rerata nilai empati berdasarkan
pendidikan, jumlah pasien hampir persepsi 336 pasien terhadap dokter
berimbang walaupun masih didominasi dengan menggunakan kuesioner CARE
pendidikan rendah (dasar menengah) adalah 40,69. Jika nilai empati dibagi ke
sebesar 58,3%. Ditinjau dari jumlah dan dalam tiga kategori yaitu kurang dari rata-
kompleksitas penyakit yang diderita, rata/below average (<38), rata-rata/average
sebagian besar pasien datang ke FKTP (38-43) dan di atas rata-rata/above average
dengan 1 keluhan penyakit (73,85%) dan (>43), maka tampak bahwa nilai empati
tidak menderita penyakit kronis (71,4%). menunjukkan grafik seperti Gambar 1.
Demografi dokter hanya dibatasi untuk jenis Sebagian besar empati dokter berada
kelamin dengan sebagian besar pasien pada rentang average yaitu sebesar 45,2%.
diperiksa oleh dokter perempuan (71,43%). Masih terdapat dokter yang memiliki empati
di bawah rata-rata (below average) sebesar
Validitas dan Reliabilitas: 26,5%. Analisis lebih jauh pada Gambar 2
Hasil uji validitas menggunakan menunjukkan bahwa sebagian besar dokter
korelasi Pearson diperoleh nilai corrected yang memiliki empati/below average adalah
item-total correlation antara 0,6230,694. dokter di perkotaan yaitu sebesar 42,5%.
Hal ini menunjukkan bahwa seluruh butir
pertanyaan dinyatakan valid artinya dapat

73
Alamsyah A, et al. Empati Dokter di Layanan Primer.

100

80

Persentase
60
45,2
40 26,5 28,3
20

0
Below Average Average Above Average

Gambar 1. Nilai empati berdasarkan kategori

100 Kota Kabupaten

80
Persentase

57,3
60
42,5
40 34,6 34,4
22,9
20
8,3

0
Below Average Average Above Average

Gambar 2. Nilai empati dokter berdasarkan kategori kota dan kabupaten

Analisis terhadap rata-rata masing- dokter berpandangan positif dengan nilai


masing butir pertanyaan pada Tabel 2. 4,17.
menunjukkan bahwa rerata terendah adalah Analisis perbedaan empati antara
pada pertanyaan tentang kesempatan beberapa karakteristik pasien dan dokter
bercerita dengan nilai 3,99 dan dokter ditampilkan padaTabel 3. Tampak bahwa uji
memahami keluhan dengan nilai 4,02. beda yang signifikan antar kategori hanya
Rerata tertinggi adalah pertanyaan tentang terdapat pada karakteristik penghasilan dan
lokasi FKTP.

74
Majalah Kesehatan FKUB Vol 4, No 2, Juni 2017

Tabel 3. Nilai CARE berdasarkan karakteristik pasien dan dokter


Karakteristik dan kategori Nilai CARE p value
Jenis Kelamin :
Laki-Laki 40,34 0,306
Perempuan 40,94
Usia :
Dewasa dini (18-35 tahun) 40,52 0,099
Dewasa pertengahan (36-55 tahun) 40,34
Dewasa akhir (>55 tahun) 42,30
Penghasilan :
Dibawah UMK 40,21 0,018
Diatas UMK 41,66
Pendidikan :
Dasar- menengah 40,41 0,253
Tinggi 41,09
Jumlah masalah kesehatan saat
kunjungan :
1 40,72 0,888
>1 40,63
Penyakit Kronik :
Tidak ada 40,64 0,760
Ada 40,83
Jenis Kelamin dokter :
Laki-laki 40,01 0,148
Perempuan 40,95
Lokasi FKTP :
Kota (Urban) 39,32 0,000
Kabupaten (Rural) 42,26

75
Alamsyah A, et al. Empati Dokter di Layanan Primer.

Sebagian besar uji beda antar kategori pada empati. Hanya penghasilan dan lokasi FKTP
karakteristik pasien dan dokter seperti jenis yang menunjukkan perbedaan signifikan.
kelamin, usia, pendidikan, jumlah masalah Hasil ini sesuai dengan riset awal tentang
kesehatan, penyakit kronik dan jenis kelamin kuesioner CARE dari Mercer et al (2002)
dokter tidak menunjukkan hasil yang yang menemukan hasil yang hampir sama
signifikan. sehingga memperkuat hasil validitas dan
reliabilitas kuesioner CARE untuk dapat
Pembahasan digunakan dengan setting yang berbeda-
beda.9
Empati dokter kepada pasien adalah Nilai rata-rata empati dokter yang
hal yang penting dalam pelayanan diukur dari persepsi pasien pada studi ini
kesehatan di layanan primer. Pengukuran menunjukkan nilai 40,69. Berdasarkan
empati dapat menjadi masukan yang kategorisasi dari kuesioner CARE asli dalam
berharga untuk meningkatkan kualitas bahasa Inggris oleh Mercer et.al. (2002)
pelayanan yang dapat memperbaiki keluaran yang membagi nilai empati menjadi empati
klinis dan kepuasan pasien. Studi ini kurang dari rata-rata/below average (<38),
bertujuan untuk mengembangkan kuesioner rata-rata/average (38-43) dan di atas rata-
berbahasa Indonesia yang valid dan reliabel. rata/above average (>43)9, maka nilai empati
Kuesioner CARE yang berbahasa Inggris hasil dari studi ini dapat dikatakan berada
dipilih untuk diadaptasi ke bahasa Indonesia dalam kategori rata-rata/average. Jika
karena banyak digunakan dalam dibandingkan dengan riset di beberapa
pengukuran empati di layanan primer di negara dengan kuesioner CARE, hasil ini
seluruh dunia. menunjukkan bahwa empati dokter di
Hasil pengujian validitas dan reliabilitas Malang, Indonesia, lebih baik dari empati
kuesioner CARE berbahasa Indonesia dokter di Cina yang berada pada angka
menunjukkan hasil yang sangat baik. Nilai 36,8, namun sedikit lebih rendah dari Inggris
Cronbachs alpha kuesioner CARE bahasa (riset di Skotlandia) yang berada pada angka
Indonesia sebesar 0,902 berada pada 40,8.9,10 Namun demikian, sebagian besar
rentang reliabilitas atau keandalan sangat empati dokter berada pada rentang average
tinggi. Hasil ini sesuai dengan reliabilitas yaitu sebesar 45,2%, dan masih terdapat
kuesioner CARE yang asli dalam bahasa dokter yang memiliki empati di bawah rata-
Inggris, yang menunjukkan nilai Cronbachs rata (below average) sebesar 26,5%.
alpha = 0,92.9 Demikian juga dengan Analisis juga menunjukkan perbedaan
kuesioner CARE versi bahasa Cina dan nilai empati dokter di kota dan kabupaten.
Jerman yang menunjukkan nilai Cronbachs Hal ini dapat disebabkan oleh tingginya
alpha yang hampir sama yaitu 0,95 dan harapan masyarakat kota terhadap dokter
0,92.10,11 Hasil ini menunjukkan bahwa yang ideal karena akses masyarakat kota
kuesioner CARE terbukti sebagai kuesioner terhadap kesehatan biasanya lebih baik.
yang dapat digunakan untuk mengukur Mereka dapat memilih banyak dokter dan
persepsi pasien dengan karakteristik yang layanan kesehatan yang berdampak pada
berbeda. Hal ini diperkuat dengan hasil yang harapan yang tinggi pada dokter. Hal ini juga
menunjukkan bahwa hampir pada semua disebabkan adanya kesadaran akan hak-hak
karakterikstik pasien tidak menunjukkan pasien pada masyarakat perkotaan untuk
variasi perbedaan yang signifikan pada nilai mendapatkan pelayanan humanistik yang

76
Majalah Kesehatan FKUB Vol 4, No 2, Juni 2017

mempengaruhi harapan yang tinggi pada cukup untuk bercerita. Jika komunikasi
empati dokter. Sementara itu, pada dengan pendekatan sharing dan pertanyaan
masyarakat kabupaten sebagaimana terbuka ini dilatihkan dengan baik, maka
disebutkan dalam penelitian Claramita et al waktu komunikasi dokter pasien
(2013) terhadap pasien di Asia Tenggara akanlebihbisa dipersingkat. 15

termasuk Indonesia, masih sangat Hal yang menarik juga ditemukan pada
memperhatikan faktor kecakapan budaya studi ini bahwa dokter perempuan dianggap
dan non verbal politeness.14 Masyarakat oleh pasien memiliki empati yang lebih tinggi
kabupaten (rural) relatif lebih menerima dibanding dokter laki-laki walaupun tidak
(nrimo dalam bahasa Jawa) dan tidak menunjukan hasil yang signifikan. Hasil ini
banyak menuntut. Hasil ini bertolak belakang sesuai dengan meta analytic review dari
dengan tingkat penghasilan yaitu pada Roter et al (2002) yang menyebutkan bahwa
pasien dengan tingkat penghasilan di atas dokter wanita lebih baik dalam menjalin
Upah Minimum Kota (UMK) justru hubungan dengan pasien, lebih positif dalam
mempersepsikan empati dokter lebih tinggi berkomunikasi, lebih memahami faktor
dibanding pasien dengan penghasilan psikososial pasien dan dapat memahami
dibawah UMK. Hasil ini kemungkinan faktor emosi pasien (emotionally focused
disebabkan bahwa upah minimum kota tidak talk), namun tidak terlalu berbeda secara
terlalu sensitif untuk membedakan bermakna dengan dokter laki-laki dalam
masyarakat mampu dan tidak mampu. Untuk berkomunikasi yang bersifat biomedikal.16
itu, perlu ada ukuran yang lebih lengkap Hasil ini diduga berkaitan dengan lebih
untuk mengkategorikan status ekonomi aktifnya otak kanan (right hemisphere) pada
pasien. Permasalahan ini perlu studi lebih wanita. Pendekatan hemisfer ini
dalam dengan kategorisasi status tingkat menerangkan basis neurologis perbedaan
ekonomi yang lebih valid. empati pada wanita dan laki-laki.17
Analisis terhadap masing-masing butir
kuesioner menunjukkan rerata yang hampir Kesimpulan
sama. Rerata yang paling rendah terdapat
pada butir 2 yaitu tentang persepsi pasien Studi ini menyimpulkan bahwa
terhadap waktu bercerita yang diberikan kuesioner CARE versi bahasa Indonesia
dokter. Hal ini kemungkinan disebabkan dapat digunakan untuk mengukur empati di
karena meningkatnya jumlah pasien di era layanan primer karena memiliki validitas dan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) reliabilitas yang baik. Nilai rerata empati
sehingga waktu pertemuan antara dokter dokter secara keseluruhan berada pada
dan pasien menjadi terbatas. Hal ini juga rentang rata-rata (average). Tidak terdapat
disebabkan oleh kebiasaan dokter untuk perbedaan yang signifikan nilai empati pada
langsung melakukan komunikasi yang hampir semua karakteristik pasien, kecuali
bersifat directing menggunakan pertanyaan penghasilan dan lokasi FKTP.
tertutup dibanding dengan menggunakan
Saran
pendekatan sharing dan pertanyaan
terbuka. Pertanyaan terbuka (open-ended
Perlu dilakukan studi lebih dalam terkait
question) dapat mendorong pasien untuk
pengaruh penghasilan dan lokasi fasilitas
bercerita tentang keluhannya sehingga
kesehatan terhadap empati.
pasien merasa diberi kesempatan yang

77
Alamsyah A, et al. Empati Dokter di Layanan Primer.

9. Mercer SW, McConnachie A, Maxwell


Daftar Pustaka M. Relevance and Practical Use of the
Consultation and Relational Empathy
1. Hojat M, Vergare MJ, Maxwell Ket al. (CARE) Measure in General Practice.
The Devil is in the Third Year: A Family Practice. 2005; 328-334.
Longitudinal Study of Erosion of 10. Mercer SW, Fung CSC, Chan FWK et
Empathy in Medical School. Academic al. The Chinese-Version of the CARE
Medicine. 2009; 8:1182-1191. Measure Reliably Differentiates between
2. Haslam N. Humanising Medical Doctors in Primary Care: A Cross-
Practice: the Role of Empathy. Medical Sectional Study in Hong Kong. Family
Journal of Australia.2007; 187(7):381- Practise.2011; 12(3):1-9.
383. 11. Wirtz,M, BoeckerM, Forkmann T,
3. Buckman R. Tulsky JA, Rodin G. Neumann M. Evaluation of the
Empathic Responses in Clinical Consultation and Relational Empathy
Practice: Intuition or Tuition?.Canadian (CARE) Measure by Means of Rasch-
Medical Association Journal. Analysis at the Example of Cancer
2011;183(5): 569-571. Patients. Patient Education and
4. Mercer SW. Reynolds WJ. Empathy and Counseling. 2011; 82:298306.
Quality of Care. British Journal of 12. Mercer SW, Maxwell M, Heaney Det al.
General Practise.2002; 52:S9-S13. The Consultation and Relational
5. Neumann M, Edelhauser F, Tauschel D. Empathy (CARE) Measure:
Empathy Decline and Its Reasons:A Development and Preliminary Validation
Systematic Review of Studies With and Reliability of an Empathy-Based
Medical Students and Residents. Consultation Process Measure. Family
Academic Medicine. 2011; 86:996 Practice 2002; 21(6):699-705.
1009. 13. Hair JF, Black WC, Babin BJ, Anderson
6. Derksen F, Bensing J, Lagro-Janssen RE. Multivariate Data Analysis.
A. Effectiveness of Empathy in General 7thEdition. USA: Pearson Education
Practice: a Systematic Review. British Limited. 2013.
Journal of General Practise. 2013; e76- 14. Claramita M, Susilo AP, Kharismayekti
e83. M, Van Dalen J, Vleuten CVD.Education
7. Joyce A, Mercer SW. An Evaluation of for Health. 2013; 26(3):147-155.
the Impact of a Large Group Psycho- 15. Lloyd M, Borr RB.Communication Skills
Education Programme (Stress Control) for Medicine. 2ndEdition. Elsevier. 2004.
on Patient Outcome: Does Empathy 16. Roter D, Hall JA, Aoki Y. Physician
Make a Difference?. The Cognitive Gender Effect in Medical
Behaviour Therapist. 2009; 1-17. Communication: a Meta Analytic
8. Hojat M, Gonnella JS, Nasca T. Review. JAMA. 2002; 288(6):756-764.
Physician Empathy: Definition, 17. Rueckert L and Naibarr N. Gender
Components, Measurement, and Dierences in Empathy: the Role of the
Relationship to Gender and Specialty. Right Hemisphere. Brain and Cognition.
American Journal ofPsychiatry. 2002; 2008; 67:162167.
59:15631569.

78

Anda mungkin juga menyukai