ABSTRACT
Basal Cell Carcinoma (BCC) is the most common malignant type of skin cancer found in the world today with a 3-10%
increase in incidence each year. In Indonesia, BCC is one of the major types of skin cancer found. Therefore a method
needs to be developed that can detect BCC at the early stages to prevent late diagnosis of BCC which may lead to
metastasis causing disabilities to patients and increasing treatment costs.
Various studies have shown BerEP4 as an effective and efficient tool that can be used for early diagnosis and prevention
of recurrence post-surgery. This study aims to evaluate the use of BerEP4 in detecting early BCC cells and its potential
as a gold standard. The use of BerEP4 immunohistochemistry testing as a gold standard for the routine examination
for cases of BCC is expected to be able to increase and improve early diagnosis as well as prevent recurrence post-
surgery.
ABSTRAK
Karsinoma Sel Basal (KSB) merupakan jenis kanker kulit yang paling banyak ditemukan di dunia saat ini dan terjadi
peningkatan 3-10% jumlah penderita KSB setiap tahun. Di Indonesia, KSB merupakan salah satu jenis kanker kulit yang
utama. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu metode yang dapat mendeteksi KSB pada stadium awal karena diagnosis
yang terlambat dapat menyebabkan KSB bermetastasis sehingga menjadi sulit ditangani, meningkatkan risiko
penderita menjadi cacat, dan memerlukan biaya pengobatan yang mahal.
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa BerEP4 merupakan cara yang efektif dan efisien untuk melakukan
KORESPONDENSI: diagnosis dini dan pencegahan rekurensi pasca-operasi pengangkatan KSB. Penelitian ini bertujuan untuk menilai
dr. Sukmawati Tansil Tan, manfaat BerEP4 dalam mendeteksi sel KSB tahap dini. Diharapkan penggunaan uji imunohistokimia BerEP4 bisa
SpKK menjadi gold standard pemeriksaan rutin pada kasus-kasus KSB sehingga mampu meningkatkan dan mempermudah
Departemen Ilmu Kulit diagnosis dini KSB serta mencegah terjadinya rekurensi pasca-operasi pengangkatan KSB.
dan Kelamin Fakultas
Kedokteran Universitas Kata Kunci: Karsinoma Sel Basal (KSB), imunohistokimia, BerEP4, gold standard
Tarumanagara, Ged J
Kampus 1 Universitas
Tarumanagara,
Jl. Letjen S Parman PENDAHULUAN
No. 1, Jakarta,
Telephone: 021-98896610,
Fax: 021-6402913
K arsinoma Sel Basal (KSB) merupakan kanker kulit yang paling banyak ditemukan
pada manusia saat ini.1 The American Cancer Society melaporkan bahwa 8 dari
10 penderita kanker kulit merupakan penderita KSB dan ditemukan lebih dari 2 juta
Email: kasus baru setiap tahun.2 Terjadi peningkatan penderita KSB sebesar 3-10% di dunia
sukma_tsl@yahoo.com setiap tahun.3,4
KSB pertama kali ditemukan oleh Jacob pada Beberapa faktor risiko KSB antara lain keturunan,
1827 dan diberi nama ulcus rodens. KSB merupakan paparan radiasi ultraviolet, arsenik, radiasi,
kanker kulit non-melanocytic yang tumbuh dari sel- penggunaan sunbed, serta adanya trauma kronis
sel basal epidermis dan folikel-folikel yang terdapat seperti ulserasi, luka bakar, trichotillomania, nevus
pada kulit, terutama yang sering terkena sinar sebaceous, supresi imun, dan kelainan genodermatosa
matahari.5 seperti Xeroderma pigmentosum, sindrom Rombo,
KSB disebabkan oleh paparan radiasi ultraviolet dan lain-lain.9Dalam beberapa dekade terakhir, telah
yang sering, terutama ultraviolet spektrum B (UV-B) terjadi perbaikan pada prognosis penderita KSB.
dengan panjang gelombang 290-320 nm yang Akan tetapi, rekurensi masih tetap ditemukan karena
menginduksi mutasi pada gen penekan tumor. ada sisa-sisa sel KSB yang tidak terangkat atau tidak
Radiasi UV-B menyebabkan kerusakan pada DNA terdeteksi dengan pemeriksaan histopatologis yang
dan berdampak pada sistem imun p53. Dalam jangka merupakan standard baku saat ini. KSB yang rekuren
panjang, perubahan genetik tersebut dapat ini akan memiliki prognosis yang lebih buruk dan
menyebabkan neoplasma. Dampak kerusakan akibat berisiko lebih besar untuk menyebar.1
UV-B bisa terjadi sejak masa muda (umur 20-30 KSB biasanya berevolusi pelan dan asimptomatik.
tahun) dan masa laten, yaitu sejak terjadi kerusakan Terjadi pendarahan pada saat terkena trauma ringan
akibat paparan sinar UV sampai menjadi KSB (sekitar merupakan gejala awal yang mungkin terlihat. KSB
20-50 tahun).3,6 sering kali ditemukan pada wajah dan di belakang
Hal di atas menjelaskan mengapa KSB lebih telinga. KSB dapat dideteksi dengan pemeriksaan
sering ditemukan pada penduduk yang hidup di yang teliti menggunakan lampu yang terang, kaca
daerah dekat khatulistiwa seperti Australia dan pembesar, palpasi yang hati-hati, dan dengan
Indonesia dibandingkan dengan yang jauh dari dermoscopy. Diagnosis hanya dapat dipastikan
khatulistiwa seperti Finlandia. Selain itu, seseorang setelah dilakukan pemeriksaan patologi anatomi
yang berkulit lebih putih dengan kadar melanin kulit dari sediaan kulit.3,10
menurun seperti pada lansia, lebih rentan terkena Saat ini, pemeriksaan histopatologis merupakan
KSB dibanding seseorang dengan warna kulit lebih gold standard untuk memeriksa jaringan yang diduga
gelap. KSB memiliki prevalensi 19 kali lebih besar terkena KSB guna mengonfirmasi diagnosis klinis
pada orang berkulit putih dibanding berkulit gelap.3 dan dermatoscopy KSB. Akan tetapi, pemeriksaan
Salah satu risiko paling utama KSB adalah akibat histopatologis tidak selalu dapat mendiagnosis secara
paparan radiasi ultraviolet dosis tinggi pada masa tepat dan membedakan beberapa jenis KSB yang
kanak-kanak dan remaja. KSB bersifat invasif lokal, mirip secara morfologis dengan karsinoma jenis lain
kemampuan metastasis rendah, dan mudah diterapi seperti ameloblastoma perifer atau karsinoma
dengan bedah eksisi asalkan dapat didiagnosis pada basoskuamosa.11-14
tahap dini.1 Penelitian oleh Mosterd et al., menunjukkan
Penelitian ini dilakukan untuk menilai kegunaan bahwa ketepatan diagnosis subtipe KSB primer yang
uji imunohistokimia (IHK) BerEP4 untuk mendeteksi diidentifikasikan dengan pemeriksaan histopatologis
karsinoma sel basal pada tahap dini dan potensinya adalah 80,7%. Untuk mendiagnosis KSB rekuren
sebagai gold standard untuk deteksi KSB. dengan pemeriksaan histopatologis akan lebih sulit
Pada tahun 2000-2009, data Poliklinik Departemen karena pertumbuhan KSB rekuren terputus-putus
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin (IKKK) Rumah akibat pembentukan luka parut.15
Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) melaporkan
KSB sebagai jenis kanker kulit yang paling sering
ditemukan dengan 261 kasus, dikuti oleh KSS MATERI DAN METODE
(Karsinoma Sel Skuamosa) 69 kasus, dan melanoma Penelitian ini merupakan penelitian observasional
22 kasus.7 Data yang diperoleh dari Sub Bagian deskriptif yang dilaksanakan di Healthscope Laboratory,
Onkologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/ Perth, Australia. Penelitian ini dilakukan menggunakan
RSUP Dr. M. Djamil, Padang, juga menunjukkan semua kasus yang telah didiagnosis KSB di
jenis kanker kulit terbanyak yang ditemukan adalah Healthscope Laboratory antara 2010 hingga 2011.
KSB, disusul KSS dan melanoma maligna.8 Populasi penelitian adalah jaringan KSB stadium
KSB juga ditemukan dua kali lebih banyak pada dini yang telah diparafinisasi di Healthscope
pria daripada wanita. Seseorang akan lebih rentan Laboratory. Kriteria inklusi adalah KSB stadium dini
terkena KSB seiring dengan bertambahnya usia.3,6 dan memenuhi syarat untuk dilakukan pemeriksaan
imunohistokimia (IHK). Kriteria eksklusi adalah bagian tubuh. Umur pasien termuda yang dijadikan
terdapat kanker lain selain KSB. Ditemukan 23 sampel penelitian adalah 44 tahun dan tertua 88
sampel preparat jaringan kulit patologi anatomi tahun. Rerata usia subjek 69 tahun, sesuai dengan
yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel blok parafin kepustakaan di mana masa laten KSB sekitar 20-50
dikelompokkan berdasarkan subtipe KSB. Dari blok tahun sehingga lebih sering ditemukan pada lansia.3,6
parafin kemudian dilakukan pemeriksaan antibodi
(Ab) BerEP4 dengan teknik imunohistokimia. Tabel 1: Karakteristik sampel yang digunakan
yang ditemukan bervariasi, dari kumpulan puluhan Dalam penelitian ini, BerEP4 terbukti dapat
sel KSB hingga lesi yang sangat awal dan baru, mendeteksi dan memberikan hasil positif pada KSB
terdiri atas 4 hingga 15 sel KSB. tahap dini yang baru, terdiri atas beberapa sel.
BerEP4 dengan jelas menunjukkan KSB berasal Dibandingkan dengan pewarnaan Hematoxylin dan
dari lapisan basal epidermis (interfolikel) dan Eosin (HE), penggunaan pewarnaan IHK BerEP4
infundibulum dari folikel rambut dengan beberapa juga mempermudah identifikasi spesimen KSB
kelompok juga ditemukan pada lapisan basal dengan banyak lesi. Selain itu, BerEP4 juga dapat
intermitten dan berinfiltrasi hingga ke bagian dermis. menandai sel-sel muda yang telah bermutasi yang
Ketiga preparat KSB noduler menunjukkan pertumbuhan akan berpotensi menyebabkan KSB pada masa yang
yang mengarah ke dermis walaupun masih memiliki akan datang.
bagian yang menempel pada lapisan basal epidermis.
Gambar 1: Perbandingan hasil pewarnaan dengan Hematoxylin & Eosin (HE) (a& c) dan imunohistokimia BerEP4 (b& d) pada KSB
dengan multipel mikrolesi yang tersebar sepanjang lapisan epidermis yang sulit didiagnosis dengan pewarnaan rutin HE.
Gambar 2: Perbandingan hasil pewarnaan dengan Hematoxylin dan Eosin (HE) dan imunohistokimia BerEP4 (b)
pada lesi KSB yang hanya baru 1 sel dan sulit didiagnosis dengan pewarnaan rutin HE.
Penelitian oleh Mashhood et al., (2011) untuk Jedrych & Busam (2014) juga berhasil didiagnosis
mencari sensitivitas dan spesifisitas BerEP4 dalam dengan uji imunohistokimia BerEP4.25,26
penggunaannya pada pasien yang berasal dari Asia Salah satu penelitian oleh Patil et al., (2013)
melaporkan bahwa BerEP4 memiliki sensitivitas dan menggunakan penanda BerEP4 untuk mengidentifikasi
spesifisitas 100%. Hasil tersebut tidak berbeda jauh KSB di bagian anal, karsinoma yang jarang sekali
dengan sensitivitas dan spesifisitas yang dihitung ditemukan dan sulit dibedakan dengan karsinoma
berdasarkan rangkuman hasil penelitian penggunaan skuamosa basaloid dengan teknik biopsi. Pada
BerEP4 di bawah ini, yang menunjukkan sensitivitas penelitian ini, spesimen terdiri dari 9 KSB dan 15
BerEP4 sebagai 100% dan spesifisitas BerEP4 sebagai karsinoma skuamosa basaloid. Hasil penelitian
99,15%. 19 tersebut menunjukkan bahwa pewarnaan BerEP4
Hasil penelitian di atas sependapat dengan ditemukan tersebar (diffuse) pada semua KSB.
beberapa penelitian terdahulu yang menggunakan Penelitian ini juga didukung oleh Kreuter et al.,
BerEP4 untuk mendeteksi kasus KSB yang dilakukan (2012) di mana hasil pewarnaan imunohistokimia
oleh Dasgeb et al., (2013) pada 24 KSB dan Sellheyer dengan BerEP4 pada sediaan tumor perianal
et al., (2013) pada 17 KSB morfeaform yang memberikan menunjukkan hasil yang positif kuat.27,28
hasil 100% positif. Sejalan juga dengan yang Laporan kasus KSB intraoral yang didapat juga
dilaporkan oleh Krahl & Sellheyer (2007) yang menunjukkan bahwa penggunaan BerEP4 dapat
melakukan pengujian dengan BerEP4 pada 28 KSB membantu membedakan KSB intraoral dengan
Sklerosing dan Infiltratif dengan hasil 28 KSB positif, ameloblastoma perifer yang memiliki gambaran
di mana 27 positif kuat hingga sedang dan satunya histologis yang mirip.12,13,39
lagi positif lemah. Penelitian lain yang dilakukan Kegunaan utama BerEP4 adalah kemampuannya
oleh Karahan et al., (2006) terhadap 20 spesimen dalam membedakan KSB dengan Karsinoma Sel
KSB juga menunjukkan hasil 100% positif.14,17,20,21 Skuamosa (KSS). Data dari berbagai penelitian yang
Berkat spesifisitas dan sensitivitas pewarnaan dikumpulkan oleh Sellheyer et al., (2013) menunjukkan
dengan uji IHK BerEP4, beberapa kasus KSB yang bahwa dari 75 kasus KSS yang diwarnai BerEP4,
sangat jarang ditemukan dapat dipastikan dan seluruhnya memberikan hasil yang negatif. Hasil
didiagnosis sebagai KSB hasilnya menunjukkan penelitian yang sama juga diperoleh oleh Karahan
positif kuat. mpat kasus KSB yang berlokasi di et al., (2006) dan Dasgeb et al. (2013).14,17,21 Selain
aksila dan jarang ditemukan karena jarang terpapar itu, penelitian Karahan et al., juga menunjukkan
matahari, dapat didiagnosis dengan uji imuno kegunaan yang penting BerEP4 dalam menegakkan
histokimia BerEP4.22 diagnosis karsinoma basoskuamosa (KBS) yang sulit
Dua kasus KSB jenis metatipikal yang memiliki diidentifikasi dan didiagnosis secara definitif saat
tingkat rekurensi yang tinggi pasca-operasi dan ini. Hal ini dapat disebabkan oleh karsinoma
berisiko metastasis tinggi23,24 serta dua kasus KSB basoskuamosa yang merupakan tumor mirip KSB
granuler yang ditemukan Claassen et al., (2014) dan dengan daerah diferensiasi skuamosa memiliki profil
15. M osterd K, Thissen M, van Marion A, Nelemans P, Lohman 25. C laassen SL, Royer MC, Rush WL. Granular cell basal cell
B, Steijlen B, et al. Correlation between histologic findings carcinoma: report of a case and review of the literature. Am
on punch biopsy specimens and subsequent excision specimens J Dermatopathol. 2014;36(7):121-4.
in recurrent basal cell carcinoma. J Am Acad Dermatol. 2011; 26. Jedrych J, Busam KJ. Multiple lesions of granular cell basal cell
64(2):323-7. carcinoma: a case report. J Cutan Pathol. 2014; 41(1):45-50.
16. Alhumaidi A. Practical immunohistochemistry of epithelial 27. Patil DT, Goldblum JR, Billings SD. Clinicopathological analysis
skin tumor. Indian J Dermatol Venereol Leprol. 2012;78(6): of basal cell carcinoma of the anal region and its distinction
698-708. from basaloid squamous cell carcinoma. Modern Pathology.
17. Dasgeb B, Mohammadi TM, Mehregan DR. Use of Ber-EP4 and 2013; 26: p. 1382-89.
Epithelial Specific Antigen to Differentiate Clinical Simulators 28. Kreuter A, Bechara FG, Stucker M, Brockmeyer NH, Altmeyer
of Basal Cell Carcinoma. Biomark Cancer. 2013;5:7-11. P, Wieland U. Perianal basal cell carcinoma unusual localization
18. Maetzel D, Denzel S, Mack B, Canis M, Went P, Benk M, et of a frequent tumor. J Dtsch Dermatol Ges. 2012; 10(1): p.
al. Nuclear signalling by tumour-associated antigen EpCAM. 59-61.
Nat Cell Biol. 2009; 11(2):162-71. 29. Sook KY, Keun LS. Different Protein Expressions between
19. Mashhood AA, Sarfraz T, Atique M, Asif M. Sensitivity and Peripheral Ameloblastoma and Oral Basal Cell Carcinoma
Specificity of Ber-EP4 Immunostaining in Basal Cell Carcinoma Occurred at the Same Mandibular Molar Area. Korean J
Cases in Asian Skin. Pakistan Armed Forces Medical Journal. Pathol. 2014;48(2):151-58.
2011;(3). 30. Fan YS, Carr RA, Sanders DS, Smith AP, Lazar AJ, Calonje
20. Krahl D, Sellheyer K. Monoclonal antibody Ber-EP4 reliably E. Characteristic Ber-EP4 and EMA expression in sebaceoma
discriminates between microcystic adnexal carcinoma and is immunohistochemically distinct from basal cell carcinoma.
basal cell carcinoma. J Cutan Pathol. 2007;34(10):782-7. Histopathology. 2007;51(1):80-6.
21. Sellheyer K, Nelson P, Kutzner H, Patel RM. The 31. Bozinovic MT, Krasic D, Katic V, Rancic D, Krstic M, Djordjevic
immunohistochemical differential diagnosis of microcystic JJ, et al. Comparative analysis of clinicopathological and
adnexal carcinoma, desmoplastic trichoepithelioma and immunohistochemical characteristics of Merkel cell carcinoma.
morpheaform basal cell carcinoma using BerEP4 and stem J BUON. 2014;19(2):530-4.
cell markers. J Cutan Pathol. 2013; 40:363-70. 32. Ansai S, Takayama R, Kimura T, Kawana S. Ber-EP4 is a useful
22. Costescu M, Coman OA, Tampa M, Irina T, Coman L, Georgescu marker for follicular germinative cell differentiation of cutaneous
SR. Axillary basal cell carcinoma a rare form of a frequent epithelial neoplasms. J Dermatol. 2012;39(8):688-92.
kind of carcinoma. Rom J Morphol Embryol. 2013; 54(3 33. Raflizar, Nainggolan O. Faktor Determinan Tumor/Kanker
Suppl): 851-56. Kulit di Pulau Jawa (Analisia Data Riskesdas 2007). Buletin
23. Tchernev G, Ananiev J, Cardoso JC, Wollina U. Metatypical Penelitian Sistem Kesehatan. 2010;13(4):386-93.
Basal Cell Carcinomas: a Successful Surgical Approach to 34. Filho L, de Oliveira de Avelar Alchorne A, Pereira GC, Lopes
Two Cases with Different Tumor Locations. MAEDICA. L, de Carvalho T. Histological and immunohistochemical
2014;9(1):79-82. evaluation of basal cell carcinoma following curettage and
24. Tarallo M, Cigna E, Frati R, Delfino S, Innocenzi D, Fama U, electrodessication. Int J Dermatol. 2008;47(6):610-4.
et al. Metatypical basal cell carcinoma: a clinical review. J
Exp Clin Cancer Res. 2008;27(1):65.