Pedoman Rawat Inap
Pedoman Rawat Inap
PENDAHULUAN
Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil kerja keras dari sektor
kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil kerja keras
Untuk optimalisasi hasil serta kontribusi positip tersebut, harus dapat diupayakan masuknya upaya
kesehatan sebagai asas pokok program pembangunan nasional.
Dengan perkataan lain untuk dapat terwujudnya INDONESIA SEHAT 2010, para penanggung jawab
pembangunan harus memasukkan pertimbangan-pertimbangan
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku
bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal
Salah satu upaya penyembuhan pasien adalah melalui pengobatan dan perawatan yang dilaksanakan
dalam ruang rawat inap di rumah sakit.
Ruang rawat inap yang aman dan nyaman merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi proses
penyembuhan pasien, oleh karena itu dalam merancang
PENDAHULUAN BAGIAN - I
PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI RAWAT INAP (UMUM) 2
Selama ini terutama di daerah-daerah, belum ada pedoman yang mengatur mengenai perancangan
ruang rawat inap di rumah sakit, sehingga perlu dibuat
Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Bangunan Instalasi Rawat Inap ini agar
tercapai satu kesatuan visi dalam perancangan ruang rawat inap di rumah sakit.
Perencanaan dan pengelolaan bangunan instalasi rawat inap rumah sakit pada dasarnya adalah suatu
upaya dalam menetapkan fasilitas fisik, tenaga dan
pelayanan kesehatan, sehingga bagunan instalasi rawat inap yang akan dibuat
1.3 Sasaran.
Pedoman Teknis ini diharapkan dapat digunakan sebagai pegangan dan acuan bagi Dinas Kesehatan
dan pihak Pengelola Rumah Sakit.
Disamping itu pedoman ini juga dipakai sebagai acuan bagi konsultan perencana dalam membuat
perencanaan suatu banguan instalasi rawat inap di rumah sakit
1.4 Kebijakan
Sebagai upaya pengembangan pelayanan kesehatan rujukan rumah sakit, maka program yang
dicanangkan oleh Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik, melalui
visi Indonesia sehat 2010 adalah sebagai gambaran masyarakat Indonesia di masa
bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan
PENDAHULUAN BAGIAN - I
PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI RAWAT INAP (UMUM) 3
Sejalan dengan misi yang ada maka pelayanan yang diharapkan pada masa depan adalah pelayanan
yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat, serta tersedianya
pelayanan penunjang pada fasilitas sarana, prasarana, dan alat yang memadai.
Ruang untuk pasien yang memerlukan asuhan dan pelayanan keperawatan dan pengobatan secara
berkesinambungan lebih dari 24 jam.
Untuk tiap-tiap rumah sakit akan mempunyai ruang perawatan dengan nama sendiri-sendiri sesuai
dengan tingkat pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh
Ruang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian asuhan dan pelayanan keperawatan (predan
post conference, pengaturan jadwal), dokumentasi sampai
Ruang untuk melakukan konsultasi oleh profesi kesehatan kepada pasien dan keluarganya.
Ruangan untuk melakukan tindakan pada pasien baik berupa tindakan invasive ringan maupun non-
invasive.
di ruang rawat inap. Ruang ini berada pada bagian depan ruang rawat inap dengan
PENDAHULUAN BAGIAN - I
PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI RAWAT INAP (UMUM) 4
tindakan bedah).
Ruang Dokter terdiri dari 2 ruangan, yaitu kamar kerja dan kamar istirahat/kamar jaga.
Pada kamar kerja harus dilengkapi dengan beberapa peralatan dan furnitur. Sedangkan pada kamar
istirahat hanya diperlukan sofa dan tempat tidur. Ruang
Ruang untuk istirahat perawat/petugas lainnya setelah melaksanakan kegiatan pelayanan pasien atau
tugas jaga.
Ruang perawat harus diatur sedemikian rupa untuk mempermudah semua pihak yang memerlukan
pelayanan pasien sehingga apabila ada keadaan darurat dapat
Ruang tempat kepala rawat inap melakukan manajemen asuhan dan pelayanan keperawatan,
diantaranya pembuatan program kerja dan pembinaan.
Ruang untuk menyimpan bahan-bahan linen bersih yang akan digunakan di ruang rawat.
PENDAHULUAN BAGIAN - I
PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI RAWAT INAP (UMUM) 5
1.5.12 Spoolhoek.
Fasilitas untuk membuang kotoran bekas pelayanan pasien khusnya yang berupa cairan. Spoelhoek
dala, bentuk bak atau kloset dengan leher angsa (water seal).
Pada ruang spoehoek juga harus disediakan kran air bersih untuk mencuci tempat
cairan atau cuci tangan. Ruang tempat spoelhoek ini harus menghadap
keluar/berada di luar area rawat inap ke arahj koridor kotor. Spoelhoek dihubungkan
Fasilitas diatur sesuai kebutuhan, dan harus dijaga kebersihannya karena dengan kamar mandi/toilet
yang bersih citra rumah sakit khususnya ruang rawat inap akan
1.5.14 Pantri.
Tempat untuk menyiapkan makanan dan minuman bagi mereka yang ada di ruang rawat inap rumah
sakit.
Ruang tempat menyimpan dan mencuci alat-alat pembersih ruangan rawat inap.
adalah konstruksi bangunan yang diletakkan secara tetap dalam suatu lingkungan, di atas
tanah/perairan, ataupun di bawah tanah/perairan, tempat manusia
PENDAHULUAN BAGIAN - I
PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI RAWAT INAP (UMUM) 6
pelayanan kesehatan.
BAGIAN II
Alur kegiatan di bangunan rawat inap seperti ditunjukkan pada gambar 2.1.
Ruang Tunggu
Pengantar
Ruang
Dokter
Gudang
Bersih Ruang
Perawat
Instalasi
Gawat
Darurat
Instalasi
Bedah
Instalasi
Rawat
Jalan
Pendaftaran
Instalasi ICU
Pasien
Spoolhoek &
Gudang Kotor
Ruang
Linen
Kotor
Laundri
Pos Perawat
Ruang
Konsultasi
Ruang Ganti (Loker)
Ruang Linen
Bersih
Dokter Perawat
Pulang
Sehat
Meninggal
Dunia
Kamar
Mayat
PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI RAWAT INAP (UMUM) 8
(1). Pasien masuk ruang rawat inap dari IGD/COT/Rawat jalan melalui
admisi.
BAGIAN - III
PERSYARATAN TEKNIS
2.1 Lokasi.
(a)i. Bangunan rawat inap harus terletak pada lokasi yang tenang, aman dan
(b) Bangunan rawat inap sebaiknya terletak jauh dari tempat-tempat pembuangan
2. 2 Denah.
pemakai bangunan.
hubungan antar ruang dengan skala prioritas yang diharuskan dekat dan
sangat berhubungan/membutuhkan.
mudah.
linier/lurus (memanjang)
PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI RAWAT INAP (UMUM) 10
(8) Besaran ruang dan kapasitas ruang harus dapat memenuhi persyaratan
Tabel 2.2.a.8
VIP 18 m
/tempat tidur
Kelas I 12 m
/tempat tidur
Kelas II 10 m
/tempat tidur
Kelas III 8 m
/tempat tidur
3 Ruang Konsultasi. 12 m
4 Ruang Tindakan. 24 m
5 Ruang administrasi 9 m
6 Ruang Dokter. 20 m
7 Ruang perawat. 20 m
8 Ruang ganti/Locker 9 m
12 Spoelhoek 9 m
2
13 Kamar mandi/Toilet 25 m
14 Pantri. 9 m
15 Ruang Janitor/service 9 m
16 Gudang bersih 18 m
17 Gudang kotor 18 m
d) Ruang rawat inap 6 tempat tidur atau lebih setiap kamar (kelas 3).
seperti :
PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI RAWAT INAP (UMUM) 11
Lokasi Pos perawat sebaiknya tidak jauh dari ruang rawat inap yang
efisien.
2.3. Lantai.
(b). Bahan penutup lantai dapat terdiri dari bahan vinyl yang rata atau keramik
dengan nat yang rata sehingga abu dari kotoran-kotoran tidak bertumpuk,
(c) Pertemuan dinding dengan lantai harus melengkung (hospital plint), agar
memudahkan pembersihan dan tidak menjadi tempat sarang abu dan kotoran.
2.4. Langit-langit.
Langit-langit harus rapat dan kuat, tidak rontok dan tidak menghasilkan debu atau kotoran lain.
2.5 Pintu.
(a) Pintu masuk ke ruang rawat inap, terdiri dari pintu ganda, masing-masing
dengan lebar 90 cm dan 40 cm. Pada sisi pintu dengan lebat 90 cm, di
(c) Pintu masuk ke kamar mandi pasien, untuk setiap kelas, minimal harus ada 1
(d) Pintu kamar mandi pasien, harus terbuka ke luar kamar mandi.
(e) Pintu toilet umum untuk penyandang cacat harus terbuka ke luar.
PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI RAWAT INAP (UMUM) 12
(a) Kamar mandi pasien, terdiri dari kloset, shower (pancuran air) dan bak cuci
tangan (wastafel).
(b) Khusus untuk kamar mandi bagi penyandang cacat mengikuti pedoman atau
(d) Jumlah kamar mandi untuk penyandang cacat, 1 (satu) buah untuk setiap
kelas.
(e) Toilet umum, terdiri dari kloset dan bak cuci tangan (wastafel).
(f) Disediakan 1 (satu) Toilet umum untuk penyandang cacat di lantai dasar,
2.7 Jendela.
Lebih disukai menggunakan jendela kaca sorong, yang mudah pemeliharaannya, dan cukup rapat.
PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI RAWAT INAP (UMUM) 13
BAGIAN IV
PERSYARATAN TEKNIS
Pelayanan pada bangunan instalasi rawat inap, termasuk daerah pelayanan kritis, sesuai SNI 03
7011 2004, Keselamatan pada bangunan fasilitas kesehatan.
aksi sebagai akibat dari beban-beban yang mungkin bekerja selama umur
layanan struktur, baik beban muatan tetap maupun beban muatan sementara
(d) Struktur bangunan instalasi bedah harus direncanakan secara detail sehingga
PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI RAWAT INAP (UMUM) 14
(a) Bangunan instalasi rawat inap yang berdasarkan letak, sifat geografis, bentuk,
(b) Sistem proteksi petir yang dirancang dan dipasang harus dapat mengurangi
Sistem proteksi petir pada bangunan gedung, atau pedoman dan standar
(a) Bangunan instalasi rawat inap, harus dilindungi terhadap bahaya kebakaran
kebakaran, geometri ruang, bahan bangunan terpasang, dan/ atau jumlah dan
(c) Penerapan sistem proteksi aktif didasarkan pada fungsi, klasifikasi, luas,
(d) Bilamana terjadi kebakaran di ruang rawat inap, peralatan yang terbakar
harus segera disingkirkan dari sekitar sumber oksigen atau outlet pipa yang
(e) Api harus dipadamkan di ruang rawat inap, jika dimungkinkan, dan pasien
kebakaran harus dipasang diseluruh rumah sakit . Semua petugas harus tahu
tata letak kotak alarm kebakaran dan tahu menggunakan alat pemadam
kebakaran.
PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI RAWAT INAP (UMUM) 15
(f) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
(2) SNI 03 1736 2000, atau edisi terakhir, Tata cara perancangan
bangunan gedung,
(3) SNI 03 1745 2000, atau edisi terakhir,Tata cara perencanaan dan
(5) SNI 03 3989 2000, atau edisi terakhir, Tata cara perencanaan dan
Sumber daya listrik pada bangunan instalasi bedah, termasuk katagori sistem
sumber daya listrik siaga untuk menggantikannya, bila terjadi gangguan pada
(b) Jaringan.
(1) Kabel listrik dari peralatan yang dipasang di langit-langit tetapi yang bisa
(2) Kolom yang bisa diperpanjang dengan ditarik, menghindari bahayabahaya tersebut.
PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI RAWAT INAP (UMUM) 16
(3) Sambungan listrik pada kotak hubung singkat harus diperoleh dari sirkitsirkit yang terpisah. Ini
menghindari akibat dari terputusnya arus karena
(c) Terminal.
b) Karena gas-gas yang mudah terbakar dan uap-uap lebih berat dari
(2) Sakelar.
(d) Pembumian.
tahanan yang lebih tinggi dari pada bagian lain peralatan yang disebut dengan
Sistem ini memastikan bahwa hubung singkat ke bumi tidak melalui pasien.
(e) Peringatan.
bahaya kebakaran.
PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI RAWAT INAP (UMUM) 17
(1) Memakai peralatan listrik yang dibuat khusus untuk instalasi rawat inap.
(2) Peralatan jinjing (portabel), harus segera diuji dan dilengkapi dengan
(f) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
(1) SNI 03 7011 2004, atau edisi terakhir, Keselamatan pada bangunan
fasilitas keehatan.
(2) SNI 04 7018 2004, atau edisi terakhir, Sistem pasokan daya listrik
darurat dan siaga.
(3) SNI 04 7019 2004, atau edisi terakhir, Sistem pasokan daya listrik
(a) Vakum, udara tekan medik, oksigen, dan nitrous oksida disalurkan dengan
(b) Bilamana terjadi gangguan pada suatu jalur, untuk keamanan ruang-ruang
lain, sebuah lampu indikator pada panel akan menyala dan alarm bel
berbunyi, pasokan oksigen dan nitrous oksida dapat ditutup alirannya dari
PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI RAWAT INAP (UMUM) 18
(a) Untuk memenuhi persyaratan sistem ventilasi, bangunan instalasi rawat inap
dengan fungsinya.
(b) Bangunan instalasi rawat inap harus mempunyai bukaan permanen, kisi-kisi
pada pintu dan jendela dan/atau bukaan permanen yang dapat dibuka untuk
(c) Ventilasi mekanik/buatan harus disediakan jika ventilasi alami tidak dapat
memenuhi syarat.
(e) Ventilasi di daerah pelayanan kritis pasien harus pasti merupakan ventilasi
(g) Sistem ventilasi dalam instalasi rawat inap harus terpisah dari sistem ventilasi
(h) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI RAWAT INAP (UMUM) 19
(a) Bangunan instalasi rawat inap harus mempunyai pencahayaan alami dan/atau
fungsinya.
(b) Bangunan instalasi rawat inap harus mempunyai bukaan untuk pencahayaan
alami.
dipasang pada bangunan instalasi rawat inap dengan fungsi tertentu, serta
otomatis, serta ditempatkan pada tempat yang mudah dibaca dan dicapai,
(j) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
mengikuti :
PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI RAWAT INAP (UMUM) 20
Untuk memenuhi persyaratan sistem sanitasi, setiap bangunan instalasi rawat inap harus dilengkapi
dengan sistem air bersih, sistem pembuangan air kotor dan/atau
(2) Sumber air bersih dapat diperoleh dari sumber air berlangganan
(3) Perencanaan sistem distribusi air bersih dalam bangunan instalasi rawat
inap harus memenuhi debit air dan tekanan minimal yang disyaratkan.
dan pemeliharaan, sistem air bersih pada bangunan instalasi rawat inap
(1) Sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah harus direncanakan
(2) Pertimbangan jenis air kotor kotor dan/atau air limbah diwujudkan dalam
bentuk pemilihan sistem pengaliran/pembuangan dan penggunaan
PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI RAWAT INAP (UMUM) 21
(3) Pertimbangan tingkat bahaya air kotor dan/atau air limbah diwujudkan
atau edisi terakhir, Sistem Plambing 2000, atau pedoman dan standar
jenisnya.
yang berlaku.
(1) Sistem penyaluran air hujan harus direncanakan dan dipasang dengan
PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI RAWAT INAP (UMUM) 22
(3) Kecuali untuk daerah tertentu, air hujan harus diserapkan ke dalam
yang berlaku.
(4) Bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab lain yang
dapat diterima, maka penyaluran air hujan harus dilakukan dengan cara
(5) Sistem penyaluran air hujan harus dipelihara untuk mencegah terjadinya
mempertimbangkan :
(1) fungsi ruang, jumlah pengguna, letak, volume ruang, jenis peralatan,
(c) Sistem ini mengontrol kelembaban yang dapat menyebabkan terjadinya ledakan.
Kelembaban relatip yang tinggi harus dipertahankan; dan 60% yang dianjurkan. Untuk
(d) Uap air memberikan suatu medium yangrelatip konduktif, yang menyebabkan muatan
listrik statik bisa mengalir ke tanah secapat pembangkitannya. Loncatan bunga api
F sampai 80
F (20
0
C sampai 26
C).
PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI RAWAT INAP (UMUM) 23
(f) Sekalipun sudah dilengkapi dengan kontrol kelembaban dan temperatur, unit
pengkondisian udara bisa menjadi sumber micro-organisme yang datang melalui filterfilternya. Filter-
filter ini harus diganti pada jangka waktu yang tertentu.
(h) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
mengikuti SNI 03 6572 2001, atau edisi terakhir, Tata cara perancangan
4.3.2 Kebisingan
bising lainnya baik yang berada pada bangunan instalasi rawat inap maupu di
(b) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan tingkat kenyamanan
4.3.3 Getaran.
getar lainnya baik yang berada pada bangunan instalasi rawat inap maupun di
(b) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan tingkat kenyamanan
terhadap getaran pada bangunan instalasi rawat inap mengikuti pedoman dan
(b) Jumlah, ukuran, dan jenis pintu, dalam suatu ruangan dipertimbangkan
(c) Arah bukaan daun pintu dalam suatu ruangan dipertimbangkan berdasarkan
(e) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan pintu dan koridor
(a) Setiap bangunan rumah sakit bertingkat harus menyediakan sarana hubungan
rumah sakit tersebut berupa tersedianya tangga, ram, lif, tangga berjalan/
(b) Jumlah, ukuran dan konstruksi sarana hubungan vertikal harus berdasarkan
fungsi bangunan rumah sakit, luas bangunan, dan jumlah pengguna ruang,
(c) Setiap bangunan rumah sakit yang menggunakan lif, harus menyediakan lif
kebakaran.
(d) Lif kebakaran dapat berupa lif khusus kebakaran atau lif penumpang biasa
atau lif barang yang dapat diatur pengoperasiannya sehingga dalam keadaan
(e) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI RAWAT INAP (UMUM) 25
(a) Setiap bangunan rumah sakit, harus menyediakan sarana evakuasi yang
meliputi sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu eksit, dan jalur
evakuasi yang dapat dijamin kemudahan pengguna bangunan rumah sakit
untuk melakukan evakuasi dari dalam bangunan rumah sakit secara aman
(b) Penyediaan sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu eksit, dan jalur
(c) Sarana pintu eksit dan jalur evakuasi harus dilengkapi dengan tanda arah
(d) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan sarana evakuasi
4.4.3 Aksesibilitas.
(a) Setiap bangunan rumah sakit harus menyediakan fasilitas dan aksesibilitas
usia masuk ke dan ke luar dari bangunan rumah sakit serta beraktivitas dalam
umum, jalur pemandu, rambu dan marka, pintu, ram, tangga, dan lif bagi
(c) Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas disesuaikan dengan fungsi, luas dan
(d) Ketentuan tentang ukuran, konstruksi, jumlah fasilitas dan aksesibilitas bagi
yang berlak
PENUTUP BAGIAN - V
PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI RAWAT INAP (UMUM) 26
BAB V
PENUTUP
5.1 Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Bangunan Instalasi rawat inap ini
diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan oleh pengelola bangunan rumah sakit,
guna menjamin keamanan dan keselamatan bangunan rumah sakit dan lingkungan
terhadap bahaya penyakit.
5.2 Persyaratan-persyaratan yang lebih spesifik dan atau bersifat alternatif serta
inap pada bangunan rumah sakit oleh masing-masing daerah disesuaikan dengan
LAMPIRAN
PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI RAWAT INAP (UMUM) 27
LAMPIRAN
LAMPIRAN
PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI RAWAT INAP (UMUM) 28
LAMPIRAN
PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI RAWAT INAP (UMUM) 29
LAMPIRAN
PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI RAWAT INAP (UMUM) 30
KEPUSTAKAAN
PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI RAWAT INAP (UMUM) 31
KEPUSTAKAAN