07 Cara Mengkaji P&ID - Pompa - 2
07 Cara Mengkaji P&ID - Pompa - 2
DIAGRAM
Menurut hemat saya, selama bekerja di operasi produksi pabrik minyak dan gas bumi industri
hulu, terlihat bahwa kekurangsempurnaan seseorang dalam mengartikan gambar P&ID terletak
pada pengetahuan yang kurang terhadap unit operasi, keterkaitan antar unit operasi, plant safety,
serta perhatian detil pada catatan-catatan kaki di P&ID itu sendiri. Tidak dimengertinya atau tidak
dibacanya Process Flow Diagram atau PFD juga merupakan faktor penyumbang yang cukup
significant.
Tulisan ini diperuntukkan bagi mereka yang bekerja di front line operation, para operator, para
process engineer, operation engineer, dan mereka yang berminat terhadap surface facility
operation. Diusahakan dalam tulisan ini, seminimal mungkin menghilangkan hal-hal yang terlalu
teknik karena konsumen utamanya adalah para operator dan pekerja lapangan.
Di dalam tulisan ini, ada beberapa tebakan yang memancing para pembaca untuk berpikir.
Diusahakan tebakannya adalah hal-hal praktis yang akan ditemui di lapangan. Jawaban tebakan
ini ada di halaman akhir tulisan.
Beberapa bagian dari tulisan ini pernah dipublikasikan di milis migas Indonesia, ataupun milis
Teknik Kimia ITB, hanya saja sedikit diubah guna mendukung tema dari tulisan ini.
Salam,
Cahyo Hardo
DAFTAR ISI
Pompa Sentrifugal
Prinsip kerja pompa sentrifugal
Karakteristik kurva pompa sentrifugal
Operasi seri-paralel
Minimum re-circulation
Prinsip control di pompa sentrifugal
Lead and lag principle
Kompresor Sentrifugal
Karakteristik kurva
Surge
Stonewall
Prinsip control kompresor sentrifugal capacity vs surge control
Membaca P&ID
Pengenalan Legenda
Pengenalan valve
Tanda-tanda khusus
Tipe pengendalian (selector, cascade, on-off)
Memperhatikan catatan kaki
Cara Mengkaji P&ID dengan benar
Sesungguhnya, P&ID hanyalah rangkuman operating manual suatu pabrik, sehingga, bagaimana
pabrik itu dioperasikan, dapat terlihat dengan jelas. Terkadang, jika lebih jeli, maka konsep safety
dari suatu pabrik dapat pula dilacak. Semuanya sangat tergantung, sampai sejauh mana kita gali.
Adalah hal yang penting bagi para pembaca P&ID untuk mengerti unit operasi yang menjadi
subyek di dalam P&ID.
Bab 2, Lanjutan
Gambar 6
231 ft
28 ft s. g. = 0.85
minyak mentah A
P1
10. 4 10 km
psig
Pd
24 ft s. g. = 1.0
Air B
10. 4
P2 psig
Gambar 6 di atas adalah gambar 5 tetapi flow control valve di keluaran pompa dicopot, serta
fluida cairnya diganti dari naphta menjadi minyak mentah.
Jika pada gambar 5, untuk menghasilkan tekanan di suction pumpa sebesar 10,4 psig mempunyai
aras/level cairan di tangki setinggi 40 ft jika tangki berisi naphta dengan sg = 0,6, maka pada
gambar 6, untuk minyak mentah dengan sg 0,85 akan memberikan aras/level cairan setinggi 28 ft
untuk suatu tekanan suction pompa yang sama. Apakah pernyataan tersebut benar ? Berapakah
angka pasti dari aras/level cairan di dalam tangki yang berisi minyak mentah?
Apa yang bisa kita simpulkan dari gambar 6? Atau pertanyaan yang lebih khusus, berapakah
tekanan sembur pompa jika minyak mentah dipompakan, jika air dipompakan, berapakah masing-
masing laju alirnya? Kenapa ditanya masing-masing laju alirannya, apakah memang berbeda, dan
kenapa?
Kalau instalasi seperti gambar 6 sudah terpasang di lapangan, cara yang paling gampang untuk
menjawab pertananyaan di atas adalah dengan membaca langsung tekanan sembur pompa, atau
Pd lewat pressure gauge terpasang. Pompakan minyak mentah dan bacalah tekanan sembur
pompanya, pompakan air dan bacalah tekanan sembur pompanya. Bagaimanakah dengan laju alir
pompanya? Jawabannya cukup sederhana, yaitu, hitunglah penurunan level atau aras tangki
pengumpan pada suatu beda waktu tertentu, dan dengan mengetahui dimensi tangki, dapatlah kita
laju alirnya. Atau ditulis dalam bahasa matematika:
Penurunan level cairan di tangki pengumpan x luas permukaan tangki pengumpan / waktu
pemompaan.
Kenaikan level cairan di tangki penerima x luas permukaan tangki penerima / waktu pemompaan
Masalahnya adalah, di lapangan, tidak semua dapat diperlakukan demikian. Sistem di gambar 6
diasumsikan beroperasi secara batch dan tidak kontinyu. Bagaimana kalau pipa air atau minyak
mentahnya terus menerima aliran dari sumber lain serta tangki penerima di bukit juga
mengeluarkan cairan yang diterimanya dari pompa?
Sebenarnya hal ini masih bisa didebat dengan pertanyaan seperti ini, apakah tidak ada cara agar
sementara waktu sistem pemompaan tersebut dibuat batch, maksudnya dihentikan semua aliran
masukan ke tangki minyak dan air, serta dihentikannya pengurasan cairan di tangki penerima di
bukit?
Masih ada masalah lain, bagaimana kalau sistem pemompaan yang menggunakan perpipaan yang
sama tetapi dengan lokasi stasiun pompa yang berbeda dengan (lebih dari satu pompa) dan
mempunyai tujuan tangki penerima yang sama (seperti operasi perpipaan minyak via trukline)?
Anyway, kita tidak akan memperpanjang masalah teknis ini. Anggap saja tidak dapat dilakukan,
lalu bagaimana. Akankah dengan berbekal tekanan sembur dan tekanan suction kita sudah dapat
menebak laju alir pompa? Jawabannya tentu saja Ya!
Hanya saja, seorang operator mungkin tidak dapat melakukannya, kecuali dia mengerti
bagaimana membuat suatu grafik system head di perpipaan pompa tersebut. System head, terdiri
dari static head dan friction head. Static head adalah tekanan atau head yang dianggap tidak
dipengaruhi oleh aliran. Umumnya direpresentasikan oleh beda ketinggian antara tangki
pengumpan dan penerima atau beda tekanan antara tekanan pengumpan atau penerima. Friction
head adalah head yang terjadi karena adanya aliran di dalam perpipaan.
Marilah kita melihat gambar P&ID sederhana berikut:
231 ft
10 km
28 ft s. g. = 0.85
minyak mentah
70 m
Jika gambar di atas diterjemahkan ke dalam bahasa grafik kinerja keseluruhan sistem
pemompaan, maka menjadi demikian:
1700
1600
1500 A
1400 Diameter pipa 8 in
1300
1200
Diameter pipa 10 in
1100
1000
HEAD, FT
900
800
B
700
Friction head
pipa 10 in
600
C
500
400
300
200
100 STATIC HEAD
0
0 200 400 600 800 1000 1200
LAJU ALIR, GPM
Kurva A menunjukkan kurva kinerja pompa. Kurva B dan C adalah kurva yang menunjukkan
hilang tekan atau pressure drop sepanjang perpipaan dari suction tank sampai ke tangki tujuan
jika diamaternya masing masing 8 dan 10 in. Terlihat tulisan static head yang merupakan beda
ketinggian antara level cairan di tangki penampung dengan suction tank, atau sebesar 231 28 ft
= 203 ft.
Perhatikan bahwa system head dipengaruhi oleh diameter pipa sistem pemompaan. Semakin
besar diameter pompa, maka kurva system head akan semakin landai. Lihatlah kurva C yang
mewakili diameter pipa 10 in yang lebih landai dari kurva B yang mewakili diameter pipa 8 in.
Ini sejalan dengan rumus pressure drop atau hilang tekan, di mana hilang tekan atau yang dalam
kurva tersebut dinyatakan dalam bentuk friction head adalah berbanding terbalik dengan
diameter. Untuk suatu laju alir tertentu, semakin besar diameter, maka hilang tekan juga akan
mengecil. Dinyatakan dalam hubungan matematika sederhana:
Friction head = fungsi (K, Q2 1/diameter5), dengan K adalah besaran yang didalamnya terdapat
besaran lain dari pipa seperti roughness, panjang pipa, serta transport properties dari fluida). Q
adalah laju alir cairan di dalam pipa. Persamaan tersebut tidak dimaksudkan untuk dibahas lebih
detil dalam tulisan ini.
Perpotongan antara kurva B dan C dengan kurva A menunjukkan laju alir pompa beserta head
yang dihasilkan pompa. Perpotongan kurva A dan B, yaitu untuk system head dengan perpipaan 8
in, akan menghasilkan laju alir pompa sebesar kira-kira 750 GPM, sedangkan untuk pipa 10 in,
yang diwakili oleh perpotongan kurva A dan C menghasilkan laju alir pompa kira-kira 950 GPM.
Besaran 203 ft , yang disebut sebagai static head, diasumsikan tidak terpengaruh dengan adanya
aliran pemompaan.
Jika setelah waktu berjalan dengan tidak adanya masukan ke tangki pengumpan dan tidak adanya
keluaran dari tangki penerima, maka besaran perbedaan ketinggian cairan antara dua tangki akan
naik, sehingga static head juga akan naik. Bagaimanakan efeknya terhadap laju alir keseluruhan?
Misalnya, pada waktu pemompaan ke sekian jam, maka level di tangki penerima akan naik
menjadi x ft dan level di tangki penumpang turun menjadi y ft sedemikian rupa sehingga total
perbedaan ketinggian cairan di tangki menjadi 300 ft, maka bagaimanakah laju alir pompanya?
Perhatikan gambar kurva berikut di bawah ini dengan memilih diameter pipa sebesar 10 in.
KURVA KINERJA POMPA
1700
1600
1500
1400
Diameter pipa 10 in
1300
1200
1100
1000
HEAD, FT
900
800
700
600
500
400
300
200
100 STATIC HEAD
0
0 200 400 600 800 1000 1200
LAJU ALIR, GPM
Ternyata setelah sekian lama dipompakan, tanpa ada aliran masuk ke tangki pengumpan atau
aliran yang keluar dari tangki penerima, maka static head akan bertambah, sehingga laju
pemompaan berubah dari 950 GPM menjadi hanya sekitar 900 GPM saja.
Berapa psi penurunan tekanan sembur di pompa jika static head naik dari 203 menjadi 300 ft?
Ingat, tekanan sembur bersatuan psig sehingga kita harus merubah satuan dari ft ke psi terlebih
dahulu.
Jika kurva system head digantikan oleh pipa berdiamater 8 in, apakah penurunan laju aliran
karena perbedaan static head akan selalu berkurang secara linear mengacu pada kurva yang
menggunakan pipa 10 in?
1. Laju alir pompa akan lebih besar pada sistem pemompaan yang mempunyai pipa
keluaran berdiameter 8 in dibandingkan dengan sistem pemompaan yang mempunyai
pipa keluaran 2 buah sistem perpipaan identik yang berdiameter masing-masing 6 in.
Panjang dari perpipaan tersebut adalah identik. Misalnya, jika panjang pipa sistem
pemompaan yang pipanya berdiameter 8 in adalah 10 km, maka sistem pemompaan
kedua yang mempunyai dua sistem perpipaan yang identik, panjangnya juga masing-
masing 10 km. (Petunjuk, ingatlah kembali rumus dasar friction head sebagai fungsi dari
diameter pipa serta cara membaca kurva pompa vs system head)
2. Kurva kinerja pompa head vs laju alir tidak terpengaruh dengan perubahan densitas
cairan yang dipompakan
3. Kurva kinerja pompa differential pressure (dp) vs laju alir terpengaruh oleh perubahan
densitas cairan yang dipompakan
System head
Sejauh ini, kita hanya membicarakan tentang bagaimana cara membaca laju alir dan head.
Bagaimanakah sebenarnya cara membuat kurva system head itu? Pertanyaan ini tidak
dimaksudkan untuk operator lapangan, tetapi wajib bagi engineer yang berkecimpung di dunia
pemompaan untuk tahu lebih dalam.
System head pada dasarnya adalah hasil hitungan, di mana untuk berbagai laju alir cairan yang
melintasi pipa, maka akan didapat hilang tekan atau pressure drop atau friction head yang
bersesuaian. Dengan mem-plot-kan persamaan: friction head = fungsi (K, Q2 1/diameter5), maka
untuk setiap nilai Q, akan didapatkan nilai friction head.
Pertanyaannya adalah untuk pipa yang mana saja? Cukup pipa keluaran pompa atau meliputi
bagian suction juga? Jawabannya adalah meliputi semuanya. Akan tetapi, biasanya, friction head
di bagian suction pipe diabaikan karena besarannya tidak significant dibandingkan dengan
perpipaan di keluaran pompa. Laju alir yang divariasikan untuk mendapatkan friction head,
biasanya bersesuaian dengan laju alir pemompaan yang digambarkan oleh kurva kinerja pompa.
Kecuali, jika hendak mengoperasikan dua pompa sentrifugal secara parallel, rentang besaran
hitungan friction head harus diperlebar guna melihat kinerja kurva gabungan.
Apakah kinerja kurva gabungan pompa itu? Yaitu kurva kinerja pompa yang dibuat karena
terjadinya operasi yang bersamaan dari 2 pompa atau lebih. Operasi pemompaan lebih dari satu
pompa umumnya dilakukan karena hal-hal berikut, yaitu adanya kebutuhan untuk menaikkan laju
alir pemompaan serta adanya kebutuhan untuk menaikkan tekanan sembur pompa sehingga
cairan dapat dialirkan pada laju alir yang dikehendaki.
Kebutuhan pertama dapat dipenuhi dengan mengoperasikan pompa secara parallel, sedangkan
kebutuhan yang kedua dapat dipenuhi dengan mengoperasikan pompa secara seri.
Perhatikan pernyataan di atas bahwa untuk head yang sama, maka akan memberikan angka
laju alir sebesar dua kali lipat jika dibandingkan dengan hanya satu pompa yang beroperasi,
hanya berlaku pada daerah operasi di kurva kinerja pompa. Padahal, yang menentukan laju alir
pemompaan adalah titik perpotongan antara kurva kinerja pompa dengan system head.
Sekarang kita akan coba membuat kurva gabungan pompa yang dioperasikan secara parelel.
Diketahui sg minyak bumi adalah 0.85
Tekanan hisap atau suction pressure adalah 5 psig
Ft x s.g / 2.31 = dP
Ft x s.g / 2.31 = P disch P suct, atau Ft x 0.85 / 2.31 = P disch P suct. dP dalam psi.
Untuk laju alirnya diubah dari GPM menjadi BPD dengan menggunakan rumus konversi unit:
BPD = GPM/42 x 60 x 24
Untuk memparalel-kan dua pompa identik dengan data kinerja pompa di atas, maka didapatkan
table seperti berikut:
Jika data tersebut digambarkan dalam suatu kurva, maka jadilah seperti berikut:
KURVA KINERJA POMPA TUNGGAL &
KURVA KINERJA 2 POMPA IDENTIK YANG DIOPERASIKAN
SECARA PARALEL
600
300
200
100
Q3 Q4 = 2 X Q3
Q1 Q2 = 2 X Q1
0
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000
LAJU ALIR, BPD
Jika memperhatikan garis merah dan biru, maka pernyataan: Jika dua buah pompa identik
dioperasikan secara parallel, maka pada semua rentang daerah operasi di kurva pompa, untuk
head yang sama, maka akan memberikan angka laju alir sebesar dua kali lipat jika
dibandingkan dengan hanya satu pompa yang beroperasi, jelaslah sudah.
Jika hendak membuktikan pernyataan bahwa jika dua buah pompa sentrifugal identik yang
dioperaskan secara parallel tidak akan menghasilkan laju alir sebesar dua kalinya, maka
perhatikan kurva di bawah yang menggabungkan kurva di atas dengan system head perpipaan.
KURVA KINERJA POMPA TUNGGAL &
KURVA KINERJA 2 POMPA IDENTIK YANG DIOPERASIKAN
SECARA PARALEL VS SYTEM HEAD
600
500
KURVA GABUNGAN
PARALEL
400
dP, PSI
300
KURVA POMPA
TUNGGAL
200
SYSTEM HEAD
100
0
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000
LAJU ALIR, BPD
Satu pompa sentrifugal akan menghasilkan laju alir sekitar 32.000 bpd sedangkan gabungan
parallel 2 pompa sentrifugal akan menghasilkan laju alir bukan 64.000 bpd tetapi hanya sekitar
40.000 bpd. Ini sekali lagi untuk menjelaskan bahwa laju alir dan tekanan sembur pompa
ditentukan oleh system head dan bukan oleh kurva kinerja pompanya.
Maka, dengan demikian seharusnya pertanyaan nomor 4 dari halaman sebelumnya, yaitu -
mencoba menaikkan kapasitas pompa dua kali lipat dengan menjalankan pompa stand-by
tetapi kenaikkan dua kali kapasitas tidak pernah terjadi- sudah terjawab.
Sekarang, marilah kita sedikit lebih membumi dengan mencoba menganalisa persoalan praktis di
lapangan. Jika instalasi di lapangan sudah terpasang dengan sistem pemompaannya
memperbolehkan operasi untuk menggunakan pompa sentrifugal secara parallel, bagaimana
operator atau operation engineer tahu laju alir yang dihasilkan oleh 2 pompa tersebut padahal
tidak ada flowmeter yang terpasang?
Catatan:
1. operasi pemompaannya adalah continue dan tidak dapat dibuat batch.
2. Kinerja pompa dapat dikatakan handal dan mirip dengan kinerja kurva originalnya.
Apakah operator atau engineer di lapangan harus menghitung system head dulu? Apakah juga
harus membuat kurva gabungan dua pompa dahulu.?
Hanya berbekal kurva original kinerja pompa tunggal serta data tekanan hisap dan tekanan
sembur, sudah cukup bagi kita untuk dapat menjawabnya. Silakan mencoba.
Bersambung..
Referensi untuk Bab ini adalah:
A Working Guide to Process Equipment, Norman & Elizabeth Lieberman, McGraw Hill 1997.
Handbook of Chemical Engineering Calculations, 2nd Edition, by Nicholas P. Chopey, McGraw
Hill 1994.
Surface Production Operation, Ken Arnold and Maurice Stewart PhD.