Rizqi Amaliasani
12513044
amaliaprast@gmail.com
Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan,
Universitas Islam Indonesia
Jalan Kaliurang Km 14.4, Sleman, Yogyakarta, 55584
Abstrak
Industri batik dan tekstil merupakan salah satu penghasil limbah cair yang berasal
dariproses pewarnaan. Selain kandungan zat warnanya tinggi, limbah industri batik dan
tekstil juga mengandung bahan-bahan sintetik yang sukar larut atau sukar diuraikan, pada
umumnya polutan yang terkandung dalam limbah industri batik dapat berupa logam berat,
padatan tersuspensi, atau zat organic. Setelah proses pewarnaan selesai, akan dihasilkan
limbah cair yang berwarna keruh dan pekat, apabila limbah batik ini dialirkan langsung ke
lingkungan tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu, maka akan menurunkan kualitas
lingkungan dan merusak kehidupan yang ada di lingkungan tersebut. Karena potensinya
yang cukup besar, maka perlu adanya usaha pengelolaan limbah dengan menggunakan
metode elektrolisis dengan anoda dan katoda platinum. Sehingga limbah yang di buang ke
saluran air adalah limbah yang aman bagi lingkungan dan adanya perbaikan sistem
drainase yang mampu menunjang perkembangan industri batik. Sehingga industri batik
tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga bersahabat dengan lingkungan.
1. Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak negara di dunia yang
kaya akan kebudayaan. Batik merupakan salah satu dari kebudayaan Indonesia yang berupa
kain bermotif. Hingga sekarang pesona batik disukai baik di dalam negeri maupun di luar
negeri. Keindahan dan kecantikan batik Indonesia terletak pada begitu banyaknya perubahan
dan motif yang muncul dalam perbedaan kebudayaan. Batik sebagai kekayaan Indonesia
memiliki nilai seni yang tinggi. Jenis, corak, motif batik tradisional maupun modern
tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya
masing-masing daerah yang amat beragam. Potensi Industri batik secara ekonomi cukup
memberikan pendapatan yang besar kepada negara, baik dari segi penyerapan tenaga kerja
maupun pemasukan devisa dan pajak. Permintaan pasar untuk konsumsi lokal dan luar
negeri terbuka luas sehingga memberikan peluang yang besar untuk perkembangan industri
ini.
Batik Indonesia sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan
budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk
Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of
Humanity) sejak 2
Oktober, 2009. Industri batik nasional semakin berkembang akibat semakin banyaknya p
ermintaan terhadap batik. Sejak dicanangkan hari batik nasional pada tanggal 2
Oktober 2009 omzet
pengusaha batik naik hingga 50% (Suhendra, 2009). Pada beberapa daerah mulai
muncul kampung batik sebagai sentra batik khas daerah masing masing. Hal ini
dibuktikan dengan meningkatnya jumlah penjualan Batik di
Yogyakarta sebanyak 30% di bulan Desember 2009 dibandingkan sebelumnya dan
peminat Batik mulai meluas dari orang tua hingga kaum remaja.
Euforia Batik pun menjadi tampak sangat jelas di masyarakat. Semua
sekolah mewajibkan siswa-siswinya memakai seragam Batik di hari tertentu. Karyawan
bank, pegawai negeri, penyiar televisi, hingga instansi-instansi swasta pun memakai Batik.
Peminat batik pun tidak lagi orang-orang tua, namun juga remaja kini mulai memakai
batik. Ditambah lagi baju Batik tidak hanya dipakai disaat acara resmi, bahkan waktu santai
pun menggunakan batik.
Pada mulanya pembuatan batik diproduksi secara tradisional, namun sekarang
beberapa industri batik sudah menggunakan teknologi modern dalam produksi maupun
rancangannya. Akan tetapi pembuatan batik secara tradisional masih menjadi usaha sebagian
besar masyarakat di daerah penghasil batik seperti Jateng, DI Yogyakarta, Jatim, Jabar, dan
daerah-daerah lain di luar Jawa.
Industri batik merupakan industri yang sangat potensial untuk dikembangkan. Dalam
proses produksinya, batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik
pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain.
Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua
adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-
motif tertentu yang memiliki kekhasan. Industri batik banyak meggunakan bahan-bahan
kimia dan air.
Bahan kimia ini biasanya digunakan pada proses pewarnaan atau pencelupan. Pada um
umnya
polutan yang terkandung dalam limbah industri batik dapat berupa logam berat, padata
n
tersuspensi, atau zat organik. Proses pembatikan secara garis besar terdiri dari pemola
an, pembatikan tulis, pewarnaan/pencelupan, pelodoran/penghilangan lilin, dan
penyempurnaan (Purwaningsih, 2008)
Pada proses pewarna batik, baik pewarna dasar ataupun pewarna lanjut diindikasikan
menggunakan campuran kimia yang sangat beracun dan berbahaya. Umumnya limbah batik
akan langsung dibuang ke sungai melalui drainage air hujan. Industri batik merupakan
industri yang potensial mengandung logam berat yang merupkan limbah berbahaya, sehingga
dapat menyebabkan rusaknya lingkungan. Agar memenuhi batas aman pembuangan limbah
batik ke lingkungan yang ditetapkan maka harus dilakukan pengolahan
terhadap limbah ini sebelum dibuang ke sungai. Salah satu alternatif pengolahan yang
dilakukan adalah dengan menggunakan metode elektrolisis dengan anoda dan katoda
platinum (Pt). Pt merupakan logam inert yang sangat baik sebagai elektrokatalis dan tahan
terhadap kondisi larutan. Metode ini merupakan metode yang efektif, selektif, ekonomis,
bebas polutan dan sangat sesuai untuk menghancurkan senyawa-senyawa organik. Sehingga
limbah yang di buang ke saluran air adalah limbah yang aman bagi lingkungan dan adanya
perbaikan sistem drainase yang mampu menunjang perkembangan industri batik. Sehingga
industri batik tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga bersahabat dengan
lingkungan.
2. Studi Pustaka
Industri batik dan tekstil merupakan salah satu penghasil limbah cair yang berasal dari
proses pewarnaan. Selain kandungan zat warnanya tinggi, limbah industri batik dan tekstil
juga mengandung bahan-bahan sintetik yang sukar larut atau sukar diuraikan. Setelah proses
pewarnaan selesai, akan dihasilkan limbah cair yang berwarna keruh dan pekat. Biasanya
warna air limbah tergantung pada zat warna yang digunakan. Limbah air yang berwarna-
warni ini yang menyebabkan masalah terhadap lingkungan. Limbah zat warna yang
dihasilkan dari industri tekstil umumnya merupakan senyawa organik non-biodegradable,
yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan terutama lingkungan perairan. Senyawa zat
warna di lingkungan perairan sebenarnya dapat mengalami dekomposisi secara alami oleh
adanya cahaya matahari, namun reaksi ini berlangsung relatif lambat, karena intensitas
cahaya UV yang sampai ke permukaan bumi relatif rendah sehingga akumulasi zat warna ke
dasar perairan atau tanah lebih cepat daripada fotodegradasinya (Dae-Hee et al. 1999 dan Al-
kdasi 2004)
Gambar 2.1. Alur Proses Pembuatan Batik Beserta Limbahnya
(Sumber : Anonim, 1997 dalam Purwaningsih, 2008).
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah, yang kehadirannya
pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai
ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik
dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu
dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh
limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah. Karakteristik limbah adalah berukuran
mikro, dinamis, penyebarannya berdampak luas dan antar generasi akan berdampak dalam
jangka panjang. Faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah,
kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah (Anonim,2009)
Kita semua tentunya tahu dan mengerti, bahwa manusia sebenarnya dapat hidup secara
harmonis dengan alam, seandainya manusia memperlakukan alam dengan baik, dan tidak
memanfaatkan sumber daya alam yang dikandung tidak berlebihan. Usaha-usaha untuk
melestarikan keanekaragaman hayati dan mempertahankan kwalitas lingkungan hidup yang
seimbang dalam segala bentuk belumlah mencapai hasil yang memuaskan. Kualitas lingkungan dan
kehidupan manusia terus menurun akibat ulahnya sendiri.
Salah satu penyebab ulah manusia yang tidak peduli itu, adalah ketidaktahuannya mengenai
peran keanekaragaman hayati dan perlunya pelestarian lingkungan hidup untuk menopang
kehidupan manusia.
Sebagai khalifah, manusia memiliki tugas untuk memanfaatkan, mengelola dan memelihara alam
semesta. Allah telah menciptakan alam semesta untuk lingkungan. Selain kepentingan dan
kesejahteraan semua makhluk-Nya, khususnya manusia.
Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua peranan
penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat. Pertama,
memakmurkan bumi (al imarah). Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang
datang dari pihak manapun (ar riayah).
1. Memakmurkan Bumi
Manusia mempunyai kewajiban kolektif yang dibebankan Allah SWT. Manusia harus
mengeksplorasi kekayaan bumi bagi kemanfaatan seluas-luasnya umat manusia. Maka
sepatutnyalah hasil eksplorasi itu dapat dinikmati secara adil dan merata, dengan tetap
menjaga kekayaan agar tidak punah. Sehingga generasi selanjutnya dapat melanjutkan
eksplorasi itu.
2. Memelihara Bumi
Melihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak
manusianya sebagai SDM (sumber daya manusia). Memelihara dari kebiasaan jahiliyah, yaitu
merusak dan menghancurkan alam demi kepentingan sesaat. Karena sumber daya manusia
yang rusak akan sangata potensial merusak alam. Oleh karena itu, hal semacam itu perlu
dihindari.
Allah menciptakan alam semesta ini tidak sia-sia. Penciptaan manusia mempunyai
tujuan yang jelas, yakni dijadikan sebagai khalifah atau penguasa (pengatur) bumi.
Maksudnya, manusia diciptakan oleh Allah agar memakmurkan kehidupan di bumi sesuai
dengan petunjukNya. Petunjuk yang dimaksud adalah agama (Islam).
Allah memerintahkan umat nabi Muhammad SAW untuk memelihara bumi dari
kerusakan karena sesungguhnya manusia lebih banyak yang membangkang dibanding yang
benar-benar berbuat shaleh sehingga manusia akan cenderung untuk berbuat kerusakan, hal
ini sudah terjadi pada masa nabi nabi sebelum nabi Muhammad SAW dimana umat para
nabi tersebut lebih senang berbuat kerusakan dari pada berbuat kebaikan, misalnya saja kaum
bani Israil, seperti yang Allah sebutkan dalam firmannya dalam surat Al Isra ayat 4 yang
Artinya : dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: Sesungguhnya kamu
akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan
diri dengan kesombongan yang besar. (QS Al Isra : 4)
Sebagai seorang muslim dan hamba Allah yang taat tentu kita akan menjalankan fungsi
sebagai khalifah dimuka bumi dengan tidak melakukan pengrusakan terhadap Alam yang
diciptakan oleh Allah SWT karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan. Seperti firmannya dalam surat Al Qashash ayat 77 yang Artinya : dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan. (QS AL Qashash : 7)
3. Metodelogi Penulisan
Penulis dalam mengumpulkan data dalam daftar pustaka menggunakan metode pengumpulan
data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsumg diperoleh penulis dari
subjeknya. Data sekunder biasanya berwujud data laporan yang tersedia. Dalam hal ini, data
sekunder dioeroleh melalui buku, jurnal dan artikel.
Metode Analisis Data
Metode yang penulis gunakan dalam analisis data adalah metode deskriptif yaitu menyajikan
data secara sistematis agar mudah untuk dimengerti.
4. Pembahasan Laporan
Dalam makalah ini peneliti menemukan metode baru untuk mengolah limbah batik
dengan menggunakan metode elektrolisis dengan anoda dan katoda platinum (Pt). Pt
merupakan logam inert yang sangat baik sebagai elektrokatalis dan tahan terhadap kondisi
larutan. Metode ini merupakan metode yang efektif, selektif, ekonomis, bebas polutan dan
sangat sesuai untuk menghancurkan senyawa-senyawa organik. Hasil akhirnya adalah air dan
gas karbon dioksida. Penemuan baru dalam mengolah limbah batik dengan menggunakan
metode elektrolisis dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.
1. Limbah batik dimasukkan dalam bak elektrolisis, kemudian ditambah 0,25 kg untuk setiap
100 L limbah batik, kemudian dimasukkan elektroda, katoda dan anoda masing-masing
berbahan platinum dan dilengkapi dengan pengaduk.
2. Kedua elektroda dihubungkan dengan sumber arus DC melalui voltmeter dengan potensial
maksimum 5 Volt.
3. Elektrolisis limbah batik dijalankan dengan memasukkan potensial sebesar 5 V dan
elektrolisis dihentikan jika larutan sudah menjadi jernih.
4. Hasil elektrolisis limbah batik merupakan limbah yang berwarna jernih, kemudian dianalisis
dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis, COD dan logam berat dengan AAS.
Hasil analisis komponen komponen limbah disesuaikan dengan baku mutu limbah cair
berdasarkan PP No 20 tahun 1990 ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut:
Berdasarkan hasil analisis limbah batik setelah diolah dengan teknik elektrolisis
menghasilkan larutan jernih dan setelah dianalisis sangat aman untuk digunakan sebagai air
minum, air keperluan rumah tangga, industri dan pertanian. Air yang telah diolah dapat
langsung dibuang ke lingkungan.
5. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Setelah melalui proses analisis dan sistesis masalah, maka kesimpulan yang didapatkan
adalah sebagai berikut :
1. Terciptanya pemahaman bahwa di samping produk yang dihasilkan, terdapat limbah yang
menimbulkan dampak negatif di mana hal tersebut tidak bisa dianggap remeh.
2. Limbah pewarna yang dihasilkan oleh kegiatan produksi pada industri pembuatan kain batik
biasanya terjadi pada proses pencelupan dan pewarnaan. Umumnya limbah cair bersifat basa
dan kadar organik yang tinggi yang disebabkan oleh sisa-sisa
pembatikan.Salah satu alternatif pengolahan yang dilakukan adalah dengan menggunakan
metode elektrolisis dengan anoda dan katoda platinum (Pt). Pt merupakan logam inert yang
sangat baik sebagai elektrokatalis dan tahan terhadap kondisi larutan. Metode ini merupakan
metode yang efektif, selektif, ekonomis, bebas polutan dan sangat sesuai untuk
menghancurkan senyawa-senyawa organik.Sehingga limbah yang di buang ke saluran air
adalah limbah yang aman bagi lingkungan dan adanya perbaikan sistem drainase yang
mampu menunjang perkembangan industri batik. Sehingga industri batik tidak hanya
menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga bersahabat dengan lingkungan.
5.2 Saran
Pada dasarnya segala sesuatu yang terlalu banyak dan berlebihan akan membuka peluang
besar timbulnya permasalahan, maka diperlukan suatu langkah sedini mungkin terhadap
limbah batik sebagai antisipasi timbulnya masalah yang lebih besar. Dengan memandang
bahwa limbah adalah suatu hasil yang bukan merupakan tujuan utama dari sebuah proses,
maka akan terkandung pengertian bahwa bukan tidak terdapat sisi manfaat pada barang
tersebut.
Teknik pengolahan limbah batik dengan elektrolisis merupakan teknik yang lebih mudah,
murah dan efisien dan mudah untuk dioperasikan, tidak memerlukan keahlian tinggi dan
sederhana. Teknik ini tidak menghasilkan limbah baru sehingga aman untuk lingkungan.
Teknik ini juga tidak memerlukan dana yang tinggi karena hanya memerlukan arus listrik
yang rendah dan garam dapur yang murah.
Daftar Pustaka
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/02/20/137468/Limbah-Sablon-dan-
Batik-Mengkhawatirkan