Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN HASIL DISKUSI

FOCUS GROUP DISCUSSION

SKENARIO 2: Aneh Tapi Nyata.. Sapi Tetap Hidup Dengan Lubang di


Perutnya....

Oleh

Amanda Yonica P.F.


16/398162/KH/08933
Kelompok : 6/A

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016/2017
I. Judul / Topik Diskusi

Pedet Sapi Potong dan Sapi Perah Silangan

II. Tujuan Pembelajaran:


1.Mahasiswa mampu memahami anatomi eksternal daerah abdomen sapi, mampu
melakukan identifikasi organ visceral di dalam cavum abdomen ,ammpu
struktur histology systema digesti, dan proses metabolism system pencernaan.
2.Mahasiswa mampu membedakan bakteri non pathogen dan pathogen dalam
saluran pencernaan.
3.Mahasiswa mampu memahami dan mengenal keragaman cacing dalam saluran
pencernaan, menguasai permasalahan dalam menyebabkan penyakit dan dapat
digunakan sebagai dasar dalam diagnose dan diferensial diagnose suatu
penyakit.
4.Mahasiswa dapat saling berkolaborasi, berbagi konsep, keterampilan dan
perilaku dalam diskusi.
III. Skema Pembelajaran:

FGD
Semester I

Ilmu
Anatomi
Bakteriolo Ilmu dan Histoogi
Penyakit
Terapan gi dan Pemuliaan Sistem Organ
Parasit
Mikologi Hewan Hewan
Veteriner

Memahami anatomi eksternal dan viceral daerah abdomen sapi, struktur


histologis, dan proses metabolisme pencernaan, bakteri nonpatogen dan
patogen, diagnosis penyakit cacing dalam pencernaan sapi dalam konteks
terpadu dan holistik.

Skenario II
IV. Bahasan Diskusi
1. Anatomi External, Visceral serta Struktur Histologi Cavum
Abdomen
B. Anatomi External dan Visceral Sistem Abdomen
1. Anatomi Eksternal Sistema Digesti
Sisi kiri abdomen ruminan dewasa didominasi oleh rumen. 3 lapisan yang
mudah dibedakan pada rumen adalah: gas (paling atas), serat kasar/padatan
(bagian tengah), dan cairan (bagian bawah rumen). Untuk melihat
konsistensinya, tekan rumen dengan kepalan. Letakkan kepalan di daerah
paralumbar untuk mengetahui kontraksi rumen.
2. Posisi organ berdasarkan Topografi dexter dan sinister
3. Traktus Digestivus
a. Cavum Oris
b. Esophagus
c. Pharynx
d. Rumen (Perut Besar)
e. Retikulum (Perut Jala)
f. Omasum (Perut Kitab)
g. Abomasum (Perut Kelenjar)
h. Intestinum Tenue
i. Intestinum Krasum
j. Anus
C. Struktur Histologi Sistem Digesti
a. Lingua / Lidah
Ditutupi oleh membrana mukosa kutanea dengan otot skelet. Lamina
epitelialis mukosae terdiri dari epitelium skuamus kompleks mengalami
kornifikasi. Di lidah terdapat banyak papila dermis dan pancang epidermis.
Papilla lingualis adalah membrana mukosa menjulur ke rongga pipi terbatas di
dorsal lidah dan mengalami kornifikasi. Papila filiformis, jumlahnya banyak
berkembang baik pada kucing dan ruminan, berfungsi untuk mekanis.Papla
lentiformis atau papila konikalis, berfungsi untuk mekanik dan berbentuk
bikonves. Papila fungiformis, berbentuk jamur, berfungsi sebagai pengecap dan
kornifikasi nya tidak setebal papilayang lain. Papila sirkumvalatae, papila
terbesar, jumlah sedikit, tidak menonjol diatas lamina epitelialis mukosae.
Papila foliatae, erbentuk daun, ada gea gustatoria, epitelium non kornifikasi.
Gema gustatoria adalah bangunan intraepitelial, ditemukan pada dinding papila
foliatae, papila fungiformis, dan papila sirkumvalatae.
b. Esofagus
Terdapat lapisan tuika mukosa, terdiri dari:
- Lamina epitelialis ukosa, yang berbentuk epitelium skuamus kompleks.
- Lamina Propria Mukosae tipikal, mengandung nodulus limfatikus dan
jaringan limfatikus.
- Lamina Muskularis Mukosae, tipikal dan keberadaannya bervariasi.
- Lapisan kedua terdapat Tunika submukosa yang tipikal dan banyak terdapat
kelenjar mukosa berbenntuk tubuloalveolar bercabang. Kemudian ada
tunika muskularis yang tersusun otot skelet dan atau otot polos. Lapisan
terakhir adalah Tunia Serosa dan Adventisia yang memiliki bentukan
menciri
c. Rumen
Ciri utama berupa papia panjang berbentuk konus menyembul ke arah
lumen dari membrana mukosa kutaea. Lamina epitelialis mukosae terdiri dari
epitelium skuamus kompleks dengan kornifikasi. Lamina propria mukosae
melekat pada tela submukosa. Tunika muskularis dan serosa menciri.

d. Retikulum
Morfologinya sama dengan rumen, membrana mukosa mempunyai lipatan-
lipatan yang saling anastomose. Satu masa lamina muskularis mukosae terdapat
pada ujung papila dan merentang disepanjang papila dan hanya terbatas di
retikulum.. Lamina propria submukosa, tunika muskularis, dan tunika seosa
menciri.

e. Omasum
Dilapisi epitelium skuamus kompleks dengan kornifikasi. Memiliki papila
primer bentukan seperti buku. Lamina muskularis mukosae dalam papila ada 3
lapis dan kontinyu. Lamina propria, tunika submukosa, tunika muskularis, dan
tunika serosa menciri.
f. Abomasum
Bagian perut glanduler pada perut ruminan, ciri-cirinya sama dengan
lampbung pars glandula lainnya.

g. Intestinum Tenue
Pada lapisan tunika mukosa terdiri dari lamina epitelialis mukosa yang
memiliki sel permukaaan, sel piala, sel endokrin gastrointestinal, sel M. Lamina
propria mukosa tersusun jaringan kolagen longgar dengan banyak serabut
retikuler, granulosit, agranulosit, kripte lieberkuhn, nodulus limfatikus. Lamina
muskularis mukosa nya menciri. Tunika submukosa terdapat kelenjar brunner
pada duodenum, berbentuk tubulo asiner bercabang dan bermuara di kripta.
Nodulus limfatikus makin ke kaudal makin padat meluas dari lamina propria
mukosae ke submukosa membentuk lempeng peyer. Tunika Muskularis terdiri
dari lamina muskularis sirkuler interna dan lamina muskularis logitudinal
eksterna, diantaranya terdapat pleksus mienterikus. Tunika serosanya menciri.
h. Duodenum
Tunika mukosa duodenum mempunyai banyak cili dan plika sirkularis.
Kripte lieberkuhn mencolok, kelenjar brunner di tunika submukosa bervariasi
tergantung spesies. Nodulus limfatikus mungkin ada tapi jarang. Vili teratur,
tumpul dan lebar
i. Jejenum
Ada beberapa spesies, kelenjar brunner ada, tetapi terdapat pada agian
permulaan jejunum. Vili lebih kurus, kecil dan jumlahnya sedikit dibanding
duodenum. Nodulus limfatikus di lamina propria mukosae dan submukosa,
plika paling mencolok.
j. Ileum
Sel piala mencolok, lempeng peyer di mukosa dan submukosa. Biasanya
lebih padat, sering menyebabkan vili memendek. Vili berbentuk tongkat, lebih
pendek dibandingkan jejenum, dan lebih panjang dari vili duodenum.
k. Intestinum Krasum
Tidak bervili, kripte lieberkuhn panjang dan lurus dan bermuara di
permukaan pada lumen, sel piala banyak, tidak ada sel paneth.
l. Kolon
Membrana mukosa kolon licin dan mempunyai tanda-tanda spesifik seperti
usus besar. Epiteliumnya berbentuk kolumner simpleks yang kaya sel piala.
Lamina propria mukosa terdpat kelenjar intestinal, nodulus limfatikus, dan
jaringan limfatik. Tunika submukosa terdiri dari jaringan ikat longgar. Pada
tunika muskularis terdiri dari lamina muskularis sirkuler interna dan lamina
muskularis longitudinal eksterna. Tunika serosa dan adventisia menciri.
m. Anus
Epiteliumnya berbentuk skuamus kompleks. Lamina propria mukosae ada
pada batas-batas rektum, kelenjar rektal pendek dan menghilang. Lamina
muskularis mukosa tidak ada. Tunika submukosa terdiri dari jaringan ikat padat
ireguler. Tunika muskularis memiliki lamina muskularis sirkuler interna tebal
dan laimina muskularis longitudinal eksterna menghilang. Tunika adventisia
menciri.
D. Bakteri Patogen dan non-Patogen
1. Morfologi dan Struktur Bakteri
Nama bakteri berasal dari kata "bakterion" (bahasa Yunani) yang berarti
tongkat atau batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok
mikroorganisme yang bersel satu, berkembang biak dengan pembelahan diri
dan hanya dapat dilihat dengan alat bantu berupa mikroskop.
a. Morfologi Bakteri
1. Bentuk Bakteri
Sel-sel bakteri memiliki beberapa bentuk. Menurut morfologinya bakteri dapat
dibedakan menjadi 3 bentuk utama, yaitu:
- Bakteri berbentuk bulat (Coccus):
Bakteri berbentuk bulat atau bola dinamakan kokus (Coccus), dibedakan
menjadi:
Monokokus (Monococcus): bakteri berbentuk bola tunggal, co:
Neisseria gonorrhoeae
Diplokokus (Diplococcus): bakteri berbentuk bola yang bergandengan
dua-dua, co: Diplococcus pneumonia
Streptokokus (Streptococcus): bakteri bentuk bbola yang berkelompok
memanjang membentuk rantai.
Sarkina (Sarcina): bakteri berbentuk bola yang berkelompok empat-
empat sehingga bentuknya mirip kubus.
Stafilokokus (Stafilococcus): bakteri berbentuk bola yang berkoloni
membentuk sekelompok sel tidak teratur, sehingga bentuknya mirip
dompolan buah anggur.
- Bakteri berbentuk Batang (Bacillus)
Bentuk basilus dapat dibedakan atas:
Basil tunggal (Monobasil): bakteri yang hanya berbentuk satu batang
tunggal, misalnya Salmonella typhi penyebab penyakit tifus.
Diplobasil: bakteri berbentuk batang yang bergandengan dua-dua.
Streptobasil: bakteri berbentuk batang yang bergandengan dua-dua.
Streptobasil: bakteri berbentuk batang yang bergandengan memanjang
membentuk rantai benang panjang, misalnya Bacillus anthracis
penyebab penyakit antraks.
- Bakteri berbentuk spiral (Spirillum)
Bakteri berbentuk melilit atau spiral ada tiga macam bentuk spiral, yaitu
sebagai berikut:
Spiral: golongan bakteri yang bentuknya seperti spiral yang sel
tubuhnya kaku, co: Spirillum.
Vibrio atau bentuk koma yang dianggap sebagai bentuk spiral tak
sempurna, co: Vibrio cholera
Spirochaeta: golongan bakteri berbentuk spiral yang bersifat lentur. pada
saat bergerak tubuhnya dapat memanjang dan mengerut.
2. Bakteri Patogen
Bakteri Patogen adalah materi atau organisme yang dapat menyebabkan
penyakit pada inang misalnya bakteri. Bakteri dapat merusak sistem pertahanan
inang dimulai dari permukaan kulit, saluran pencernaan, saluran respirasi, saluran
urogenitalia. Sedangkan Patogenesis sendiri adalah mekanisme infeksi dan
mekanisme perkembangan penyakit. Infeksi merupakan invasi inang oleh
mikroba yang memperbanyak dan berasosiasi dengan jaringan inang. Infeksi
berbeda dengan penyakit.
Salah satu contoh bakteri patogen adalah Staphylococcus sp. Staphylococci
adalah kokus Gram-positif, yang cenderung terjadi dalam kelompok tidak teratur
menyerupai tandan buah anggur. Nama berasal dari kata Yunani staphyle dan
kokkos untuk 'sekelompok anggur' dan 'berry' masing-masing. Sedikitnya 30
Spesies Staphylococcus terjadi sebagai commensals pada kulit dan membran
mukosa, beberapa mungkin bertindak sebagai oportunistik patogen yang
menyebabkan infeksi piogenik. Kebanyakan staphylococci adalah anaerob
fakultatif dan katalase-positif. Mereka adalah non-motil, oksidase-negatif dan
tidak membentuk spora. Dua spesies, S. aureus subsp. anaerobius dan S.
saccharolyticus yang anaerobik dan katalase-negatif.

3. Bakteri Non-Patogen
Bakteri Non Patogen merupakan bakteri yang terdapat di dalam tubuh inang
tetapi tidak menimbulkan gangguan yang berarti. Contoh bakteri non patogen
adalah bakteri yang dimanfaatkan sebagai bahan probiotik seperti
Bifidobacterium bifidum, adalah organisme probiotik sangat penting yang
ditemukan dalam jumlah besar di usus dan mukosa vagina. Bifidobacterium
bifidum mencegah perkembangbiakan E. coli, salmonella dan clostridium.
Bakteri ini juga memproduksi asam laktat dan asam asetat yang menurunkan pH
usus dan mencegah pertumbuhan bakteri jahat. Penelitian lain
pada Bifidobacterium menunjukkan bahwa organisme ini juga merangsang
penyerapan mineral seperti besi, kalsium, magnesium, dan seng.
Sebagai bakteri, probiotik dikategorikan oleh para ilmuwan dalam genus,
spesies dan strain. Sebagai contoh, bakteri probiotik Lactobacillus Casei Shirota
berasal dari genus Lactobacillus, termasuk spesies Casei dan memiliki strain
Shirota. Kebanyakan produk probiotik mengandung bakteri dari
genus Lactobacillus atau Bifidobacterium, meskipun ada juga dari genus lain,
seperti Escherichia, Enterococcus, Bacillusdan Saccharomyces.
E. Cacing pada Saluran Pencernaan Sapi
1.Abomasum
Haemonchus placei, H.contortus, Ostertagia ostetargi dan
Trichostrongylus axei sapi terinfeksi cacing nematoda karena makan rumput
yang berlarva . Patogenesis yang terjadi umumnya campuran . Haemonchus
adalah cacing penghisap darah dan pengaruh nya pada anemia jika
populasinya terlalu banyak , bisa juga menyebabkan edema ,kekurusan,dan
gangguan pencernaan. tanda tanda pertama meliputi berkuranganya berat
badan, kelemahan, kepucatan, dan kepucatan selaput lendir serta
pembengkakan di rahang. Ostetargia juga menghisap darah namun ukuranya
lebih kecil dari haemonchus sehingga jarang menjadikan anemia.
Trichostrongylus bisa menyebabkan diare berujung kematian. Larva
bermigrasi kedalam mukosa menyebabkan kerusakan daerah tersebut.
2.Usus halus
Paraist pada usus halus berupa cacing Paramphistomum muda ,
Moniezai Benedini, Strongyoides papilosus, Bunostomum
phlebotum,Trichostrongylus clubriformis, Cooperia punctata, Nematodirus
sphatiger, Neoascaris vituorum. sapi terinfeksi dari metaserkaria pada
tumbuh-tumbuhan , dari induks semang siput air pada cacing
Paramphistomum juga dari tungau untuk Moniziea. Larva stadium ketiga
Strongylodies papilosus menginfeksi dengan menembus kulit. . Patogenenesis
dari cacing Strongyloides papillosus menyebabkan dermatitis pada kulit dan
menyebakan infeksi sekunder. Bunostomum menghisap darah berpotensi
menjadikan anemia . Neoascaris vitulorum dapat menyebabkan pnemonua
verminosa pada anak sapi ketika melintasi paru paru
3.Usus Besar
Oesophagostomum raditum masuk kedalam dinding usus halus
maupun usus besar menyebabkan benjol-benjol . Larva cacing ini
menyebabkan edena dinding usus disertai anoreksia, kadang anemia , diare.
4.Hati
Fasciola hepatica , F.gigantika . sapi terinfeksi karena makan
metaserkaria pada rumput-rumput basah. Merupakan patogen yang ganas.
Cacing muda masuk kedalam hati , berjalan jalan sambil memakan parenkim
hati hingga sampai di saluran empedu

Penyakit parasit cacing merupakan penyakit yang secara ekonomis merugikan, karena
sapi yang terserang penyakit ini akan mengalami hambatan pertambahan berat tubuh.

Kerugian-kerugian ekonomis akibat parasit cacing, antara lain:

1. Cacing menyerap sebagian zat makanan yang seharusnya untuk kebutuhan tubuh dan
pertumbuhan.

2. Cacing merusak jaringan-jaringan organ vital ternak sapi.

3. Cacing menyebabkan sapi kurang nafsu mengkonsumsi makanan. (Murtidjo,2012)

Kasus yang sering dijumpai di lapangan berkaitan dengan penyakit parasit cacing adalah
sebagai berikut

5.Cacing Trematoda
- Fasciola hepatica
Penyebab

Penyebab penyakit ini adalah cacing berbentuk pipih yang disebut Fasciola
hepatica. Cacing tersebut tinggal di dalam saluran empedu dan menyerang
jaringan hati.

Penularan

Penularan penyakit ini melalui makanan berupa rumput yang


terkontaminasi larva yang telah keluar dari induk semangnya.

Gejala

1. Penderita mengalami penurunan berat badan, karena tubuh kurus.

2. Pertumbuhan terlambat

3. Sapi yang bersangkutan lesu,pucat karena terjadi anemia

4. Produksi susu menurun

5. Kadang-kadang sapi mencret


Pencegahan/Pengobatan
- Pembasmian siput,bekicot yang menjadi induk semangnya. Hal ini
dapat dilakukan denga cara melakukanpengeringan lapangan
penggembalaan
- menyebar copper sulphate atau trusi di lapangan penggembalaan.
- melakukan program pemberian obat cacing secara teratur
- pengobatan dengan mennggunakan obat pembasmi fasciola seperti
Biveon, Hexachlorphene
(aak,2012)
6.Cacing Nematoda
Nematoda menyerang sapi adalah Haemonchus contortus dan Mecictocium
digitatus yang menyerang abomasum, serta Cooperia sp., Bunostomum sp., dan
Nematodirus sp. yang menyerang usus besar. Infeksi caicng-cacing ini
menyebabkan radang lambung dan usus, serta anemia, karena biasanya diikuti
pendarahan. Gangguan yang ditimbulkan biasanya tidak berakhir kematian,
teteapi dapat menurunkan laju pertambahan berat badan. Bahkan, sapi yang
digemukkan justru menurunkan berat badannya.
Penyakit ini bisa disembuhkan dengan pemberian Thiabenzol 4.5 gram/50
kg BB, Phenothiazine dosis maksimum 60 gram/ekor, dan tetramisol 8
mg/ekor. Pemberian obat-obatan ini harus dilakukan secara teratur selaman 4-7
hari, sampai gejala fisik akibat penyakit ini tidak lagi terlihat.
(Soeprapto,2006)
7.Cacing Cestoda
- Taenia saginata
Nama lain adalah beef tapeworm, cacing pita sapi sehingga disebut juga
penyakit cacing pita sapi. Kosmopolit, lebih banyak ditemukan daripaa Taenia
solium. Cacing ini juga ditemukan di Indonesia.
Manusia sebagai hospes denitif tunggal. Cacing dewasa hidup di bagian
atas jejunum. Cacing ini dapat bertahan hidup sampai 25 tahun. Pada tubuh
manusia biasanya ditemukan hanya satu ekor dewasa. Sebagai hospes perantara
sapi serta binatang herbivora lainn sehingga disebut cacing pita sapi. Dalam
tubuh sapi, ditemukan larva yang disebut cycticercus bovis terdapat pada otot
masseter, paha belakang, dan otot lainnya.
Gejala
Taeniass saginata umumnya tanpa gejala berarti, kadang-kadang mengeluh
gangguan usus atau gejala obstruksi intestinal akut. Proglotid dapat menyumbat
appendix menimbulkan appendisitis, diare, berat badan menurun. Sering kali
penderita datang berobat karena proglotid bergerak sendiri menuju anus. Hal
ini biasa terjadi di siang hari.

Diagnosis
Dengan menemukan telur ini di dalam tinja hanya dapat membuat diagnosis
genus karena morfologi telur T.saginata sama dengan telur T.solium.
Sedangkan menemukan proglotid hidup yang keluar dari anus secara aktif
dapat dipakai untuk mengakkan diagnosis setelah terlebih dulu diidentifikasi di
bawah mikroskop.

Pengobatan
obat yang cukup baik bagi penyakit ini yaitu niclosamide atau quinakrin
HCl dengan dosis yang sama dengan D.latum. Obat ini disertai dengan
pemberian praziquantel dengan dosis 10 mg/kg BB. Obat laiinya adalah
bithionol diberikan peroral 40-60 mg/kg BB. Mebendazol, dengan dosis 300
mg pemberian dua kali perhari selama 3 hari.

Pencegahan
Menghindari tertularnya manusia oleh cacing ini, dengan cara memakan
daging sapi yang terlebih dulu telah dimasak di atas suhu 56 C. Adapun
resistenasi larva, terhadap pendinginan sampai (-10) C,dapat bertahan selama
5 hari, sedangkan dengan mengasin dalam larutan garam 25%, dapat bertahan
selama 5 hari. Pemeriksaan daging sapi yang ketat sebelum dijual, tidak boleh
mengandung cycticercus bovis.
(Natadisastra,2009)\
- Haemonchus contortus (cacing kawat)

Gejala utamanya yaitu anemia. Pada gejala kronis anemia diikuti


dengan edema di bawah rahang(bottle jaw) dan sepanjang ventral
abdomen. Diare, kulit pucat dan tidak nafsu makan
Pencegahan :
Memberi pasokan makan denga nutrisi dan
mineral yang memadai serta menjaga
kebersihan kandang
Pengobatan :
Tembaga sulfat, phenothiazine,
thiabendazole, haloxon dan tetramisole
- Moniezia Benedini
Umumnya tidak menampakkan gejala. Infeksi berat baru akan
menimbulkan diare, anemia, kekurusan, pertumbuhan lambat dan bulu
rontok
Pencegahan :
Menjaga kebersihan kandang
Pengobatan :
Tembaga Sulfat, lead arsenate dan dichlorophen
V. Kesimpulan
1. Cavum abdomen, diantaranya berisi traktus digestivus (ventrikulus,
intestinum tenue, dan intestinum crassum).
2. Pada Topografi Anatomi secara eksternal, pada bagian sebelah kiri tubuh sasi
terlihat didominasi oleh organ rumen, sedangkan pada bagian kanan terlihat
didominasi oleh saluran-saluran intestinal.
3. Struktur histologi pada saluran pencernaan sapi rata-rata terdiri dari 4 lapisan
utama, yaitu Tunika Mukosa, Tunika Submukosa, Tunika muskularis, dan
tunika serosa atau adventisia.
4. Proses pecernaan yang terjadi dalam pencernaan sapi dalam mengolah
makanan dimulai dari prehensi dan mastikasi, insalivasi, deglutisi,
Regurgitasi (Remastikasi, reinsalivasi, redeglutisi), Ruminasi, dan Defekasi
5. Bakteri pathogen ada Bacillus anthraxis, Salmonella, Mycobacterium bovis.
Sedangkan yang non pathogen E.coli, Ruminococcus, Streptococcus bovis
6. Parasit pada saluran cerna ruminansia adalah cacing cestoda, trematoda, dan
nematoda
7. Penyakit penyakit saluran pencernaan yg dapat timbul akibat cacing
nematoda pada:
- Esofagus Gongylonema pulchru,
- Abomasum Haemonchus, Mecistocirrus, dan Trichostrongylus,
- Usus Halus Trichostrongylus, Neoascaris vitulorum, Cooperia,
Nematodirus, Bunostomum, Strongyloides, dan
Oesophagustomum,
- Sekum dan Kolon Oesophagustomum radiatu. Dari golongan
cestoda: Moniezia expansa, Moniezia benedini, Avitelina
centripunctata, Stilesia globipunctata, Thysaniezia ovill.
Penyebab Hepatic Fascioliasis (Fluke disease) adalah Fasiola
hepatica dan Fasciola gigantica.
8.
B. Omphalitis adalah peradangan struktur pusat yang mungkin termasuk arteri
umbilikalis, vena umbilikalis, urachus, atau jaringan yang mengelilingi umbilikus.
C. Tanda-tanda utama dari interdigital phlegmon adalah celah dan penyebab nekrosis
terlihat dari kulit interdigital dan menyebar, pembengkakan digital simetris

VI. Luaran Pembelajaran


A. Mengetahui Ilmu dasar mengenai Breeding, prinsip, serta manfaat dan kerugian
dalam Crossbreeding
B. Mengetahui Anatomi Eksternal dan juga area-area untuk Perkusi dan Auskultasi

VII. Referensi

Aspinall, V, Capello, M. 2010. Introduction to Veterinary Anatomy and Physiology.

Amsterdam : Elsevier

Bondoc, OL. 2010. Animal Breeding. Manila : UP Press

Constable, D.P, Hinchcliff.K. 2016. Veterinary Medicine. Amsterdam : Elsevier

Flanders, F, James G. 2015. Modern Livestock & Poultry Production. Boston : Cengange

Learning

Fleisher, G, Ludwig S. 2010. Textbook of Pediatric Emergency Medicine.

Phiadelphia: Lippincot William and Wilkins

Monsour, M. et al. 2017. Guide to Ruminant Anatomy. Phiadelphia: John Wiley and

Sons

Scott et al. 2011. Cattle Medicine. Florida: CRC Press

Turner, J. 2010. Animal Breeding, Welfare and Society. London: Earthscan

Anda mungkin juga menyukai