Anda di halaman 1dari 49

Nama Kelompok : Ganis Eduardo

Miftakhul Hudha

Muhammad Adnin

Sidiq Rahmat S

5. MEMPERBAIKI RADIO PENERIMA

5.1. Menjelaskan Jenis-jenis Radio Penerima

Pesawat radio penerima (receivers) harus dapat melakukan beberapa fungsi, yaitu
:

Harus dapat memisahkan sinyal radio yang dikehendaki dari sinyal radio yang
lain yang tidak dikehendaki yang mungkin tertangkap oleh antena penerima.

Harus dapat menguatkan sinyal yang dikehendaki sampai pada tingkat akhir.

Harus dapat mengembalikan sinyal informasi dari radio carrier sesuai dengan
aslinya yang harus diterima oleh pengguna jasa pesawat radio penerima.

Adapun jenis-jenis radio penerima untuk siaran hiburan (broadcast) adalah radio
penerima AM dan FM. Jalur frekuensi yang ditempati untuk radio AM dan FM
broadcast adalah sebagai berikut :

No Gelombang Jangkauan Frekuensi

1 MW 530 KHz 1620 KHz

2 SW1 2,3 MHz 7,5 MHz

3 SW2 7,5 MHz 22 MHz

4 FM 88 MHz 108 MHz

Penempatan jalur frekuensi tersebut berdasar spektrum frekuensi yang telah


ditetapkan oleh FCC (Federation Communication Comission). Adapun tabel
spektrum frekuensi dapat dilihat sbb:
TABEL SPEKTRUM FREKUENSI

NO FREKUENSI SEBUTAN SINGKATAN

1 30 300 Hz Extremely low frequency ELF

2 300 3000 Hz Voice frequency VF

3 3 30 KHz Very low frequency VLF

4 30 300 KHz Low frequency LF

5 0,3 3 MHz Medium frequency MF

6 3 30 MHz High frequency HF

7 30 300 MHz Very high frequency VHF

8 0,3 3 GHz Ultra high frequency UHF

9 3 30 GHz Super high frequency SHF

10 30 300 GHz Extra hihg frequency EHF

Gelombang radio terdiri dari :

Informasi suara (percakapan dan musik harus diangkut dari stasiun pemencar ke
para pendengar), berupa signal frekuensi audio

Gelombang pembawa, berupa frekuensi tinggi disebut juga frekuensi carrier yang
mengangkut atau membawa informasi suara.

Setiap staiun pemancar mempunyai frekuensi pembawa sendiri. Frekuensi-


frekuensi dari gelombang pembawa yang berlainan telah ditetapkan dalam
kelompok-kelompok (daerah-daerah gelombang) sbb:

Pada prinsipnya gelombang radio adalah gelombang elektromagnet yang


tergolong ke dalam sinar yang dapat dilihat atau visible light. Tetapi gelombang
radio biasanya ditentukan sebagai gelombang yang mempunyai jangkauan
frekuensi 10 KHz hingga 3.000.000 MHz.
No Kelompok Panjang Gelombang Frekuensi Gelombang
Frekuensi Pembawa Pembawa

1 Gelombang panjang 2000 m 1000 m 150 k Hz 300 k Hz

2 Gelombang menengah 600 m 150 m 500 2000 k Hz

3 Gelombang pendek 60 m 10 m 5 30 MHz

4 Gelombang Pendek ultra 10 m 1 m 30 300 MHz

ALOKASI FREKUENSI FCC DARI 30 KHZ SAMPAI DENGAN 3.000 MHz

NO BIDANG ALOKASI KETERANGAN


FREKUENSI

1 30 535 kHz Mencakup komunikasi 500 kHz adalah frekuensi


maritnavigasi bahayan internasional (distress)

2 535 1.605 kHz Bidang penyiaran radio Penyiaran AM


standar

3 1.605 kHz 30 Mencakup radio amatir Bidang frekuensi amatir 3,5 4


MHz dan penyiaran Mhz dan 28 29,7 MHz, 7
gelombang pendek MHz, 14 MHz, 21 MHz
internasioanl

4 30 MHz 50 Pemerintah dan non Include pelayanan polisi,


MHz pemerintah, tetap dan kebakaran, kehutanan, jalan
bergerak raya dan jalan kereta api

5 50 MHz 54 Radio amatir Bidang frekuensi 6 m


MHz

6 54 72 MHz Penyiaran TV saluran Juga pelayanan-pelayanan tetap


2 4 dan bergerak

7 72 76 MHz Pelayanan Pemerintah Aeronautical Marker Beacon


dan non pemerintah pada 75 MHz
8 76 88 MHz Penyiaran TV saluran Juga pelayanan-pelayanan tetap
5 6 dan bergerak

9 88 108 MHz Penyiaran FM Untuk siaran faximile, 88-92


MHz penyiaran FM untuk
pendidikan

10 108 122 MHz Navigasi aeronatik Pencari tempat (localizer),


daerah radio, pengontrol lalu
lintas udara (ATC = air traffic
contrrol)

11 122 MHz 174 Pemerintah dan non Bidang frekuensi amatir 144
MHz pemerintah, tetap dan 148 MHz
bergerak

12 174 216 MHz Penyiaran TV saluran Juga pelayanan-pelayanan tetap


7 13 dan bergerak

13 216 470 MHz Pemerintah dan non Radio altimeter, glide patch,
pemerintah, tetap dan dan perlengkapan meteorologi,
bergerak, navigasi Aviasi sipil 225 400 MHz
aeronautik

14 470 890 MHz Penyiaran TV Penyiaran TV UHF saluran 14


sampai 83, stasiun translator
dalam saluran 70 sampai 83.

15 890 3000 MHz Navigasi radio Frekuensi RADAR 1300 1600


aeronatik, amatir, relay MHz, T pendidikan 2500
pemancar, Pemerintah 2690 MHz, tanur gelombang
dan non pemerintah, mikro pada 2450 MHz
fixed dan bergerak, nav
aeronautik

Gelombang mikro mempunyai panjang gelombang dari 1 m turun ke 1 mm.


Spectrum sinar-sinar cahaya dimulai dari frekuensi 300 GHz dan ke atasnya,
dengan radiasi inframerah yang mempunyai panjang gelombang dari 1mm sam
pai 10 um.
5.2. Menjelaskan prinsip kerja radio penerima AM.

Bentuk gelombang AM:

Gbr.5.1. Bentuk gelombang AM dengan kondisi signal informasi yang bervariasi

Gambar (a) menunjukkan gelombang AM dengan amplitudo antara gelombang


carrier dengan amplitudo sinyal informasi sebanding. Sedangkan pada gambar (b)
nampak bahwa amplitudo sinyal informasi lebih besar dari amplitudo gelombang
carrier. Untuk gambar (c) amplitudo sinyal informasi lebih kecil dari amplitudo
gelombang carrier.

Gbr.5.2. Menentukan persentasi modulasi

Persen modulasi atau derajat modulasi pada gelombang AM adalah bilangan yang
menyatakan perbandingan antara amplitudo sinyal informasi dengan amplitudo
sinyal pembawa. Persentase modulasi disebut juga ideks modulasi atau faktor
modulasi dan dilambangkan dengan notasi m.

Idealnya besarnya persentase modulasi (m) adalah sekitar 0,9 1,0. Jika besarnya
m di atas 1,0 maka terjadi overmodulasi sehingga pada penerima terjadi side-band
splatter, yang mana hal ini akan menyebabkan dalam pemancaran akan
menempati alokasi range yang lebar sehingga berinterferensi dengan pemancar
didekatnya. Biasanya terjadi tegangan carrier termodulasi lebih dari dua kali
dengan tegangan carrier sebelum dimodulasi.

Determine the %m for the following conditions if the unmodulated carrier is 80 V


pp.
No Maximum p-p carrier (V) Minimum p-p carrier (V)

1 100 60

2 125 35

3 160 0

4 180 0

Untuk radio penerima AM terdiri dari :

5.2.1. Radio penerima langsung (straight).

Yang dimaksud dengan radio penerima langsung adalah suatu penerima radio
yang sistem penerimaan gelombang elektromagnetnya langsung dideteksi tanpa
terlebih dahulu mengalami perubahan frekuensi (frequency converter). Disebut
juga radio frekuensi tertala (TRF=Tuned Radio Frequency).

Blok diagram penerima radio AM Straight :

antena

Sirkit Penala

Detektor

Penguat Audio

Gbr. 5.3. Blok Diagram Penerima Radio AM Straight


Fungsi setiap blok :

Antena untuk menangkap gelombang elektromagnet yang telah dipancarkan


oleh pemancar radio.

Sirkit Penala untuk memilih siaran pemancar yang dikehendaki.

Detektor untuk memisahkan sinyal suara dari gelombang pembawa.

Penguat Audio untuk memperkuat sinyal suara yang dihasilkan oleh detektor.

Pengeras suara untuk mengubah sinyal suara yang berupa getaran listrik
menjadi getaran suara.

Cara kerja penerima radio AM Straight:

Pada sekitar antena banyak sekali gelombang elektromagnet yang dipancarkan


dari pemancar radio. Akan tetapi hanya sinyal dengan getaran yang kuat sajalah
yang akan diterima. Dalam prakteknya antena dapat terdiri dari :

Antena radio merupakan antena batang yang dapat diperpanjang dan dipendekkan
dengan menarik atau menekannya. Antena tersebut sering juga disebut dengan
telescopic, atau antena batang, antena cambuk (whip antena). Antena ini dipakai
pada penerima radio kecil (portable). Jenis ini dapat menangkap sinyal dari segala
arah sama kuat, sebab gelombnag elektromagnet yang datang dari arah tegak lurus
dari sumbu antena.

Kumparan berinti ferit disebut antena ferit. Antena ini akan menangkap sinyal
dengan paling kuat, jika arah datangnya sinyal tegak lurus pada arah sumbu
kumparan.

Antena akan dapat menerima sinyal getaran yang sama dengan frekuensi tuning.
Kemudian sinyal getaran itu dideteksi oleh bagian detektor, yaitu dipisahkannya
sinyal-sinyal frekuensi tinggi dari sinyal suara. Selanjutnya sinyal suara tersebut
diperkuat oleh rangkaian penguat audio frekuensi. Loud speaker akan mengubah
menjadi getaran suara yang berasal dari getaran listrik.
Penerima jenis straight ini pada umumnya hanya dapat menerima siaran lokal saja
dari stasiun pemancar radio yang paling kuat daya pancarnya, sehingga daya
selektifnya rendah. Disamping itu mempunyai lebar gelombang yang cukup besar
sehingga banyak gangguannya interferensi dengan pemancar radio terdekat.

Gambar rangkaian radio penerima straight:

Gbr. 5.4. Rangkaian radio penerima straight dengan 2 transistor

Fungsi C1 sebagai kopling (penghubung) untuk meloloskan gelombang radio dari


antena ke bagian tuning. L1, L2, C2 sebagai penala (tuning). Dioda sebagai
Detektor, C3 dan R1 sebagai filter low pass (LPF) pada detektor. Transistor TR1,
TR2, Transformator OT sebagai penguat audio. C4 dan C5 sebagai C kopling, R3
dan R4 sebagai sistem bias collector feedback bias, R3 sebagai beban Collector
Tr1 dan Transformator OT sebagai beban Collector Tr2.

Gbr. 5.5. Rangkaian radio penerima straight dengan 1 transistor

Gbr. 5.6. Rangkaian radio penerima straight dengan IC ZN414

Meskipun daya pilah menjadi masalah dalam penerima radio straight, penggunaan
TRF (Tuned Radio Frequency) dirancang untuk mendapatkan aplikasi bentuk
rancangan penerima dalam frekuensi tunggal atau aplikasi dalam jalur band
sempit. Dengan cara ini menawarkan konsep kualitas yang baik dan sangat
sederhana dan dengan beaya murah.

ZN414 merupakan LIC yang mempunyai 3 kaki yang dikemas dalam bentuk
transistor. Spesifikasi ZN414 mempunyai impedansi input yang tinggi dan
memiliki 3 Capasitor kopling penguat RF dan detektor transistor untuk
mendapatkan signal informasi.

Output ZN414 dapat dihubungkan ke earphone atau dihubungkan ke penguat


audio sehingga dapat menggerakkan loudspeaker. RAGC dapat memberikan
Kekurangan dan kelebihan penerima radio langsung:

Kelebihannya :

Dapat dibuat rangkaian yang mini/kecil

Pemakaian sumber daya relatif kecil

Tidak memerlukan penetapan frekeunsi (pengetriman)

Harganya relatif murah

Mudah dibuat

Kekurangannya :

Bila letaknya jauh dari pemancar, penerimaan siaran berkurang (tidak peka).

Dua buah atau lebih pemancar yang berdekatan, dapat diterima bersamaan(tidak
selektif).

5.2.2. Radio Penerima Superheterodine.

Suatu radio penerima superheterodine adalah suatu penerima radio yang


menerapkan azas perubahan frekuensi untuk memperoleh signal informasi yang
diinginkan. Proses superheterodine terjadi apabila dua sinyal dari frekuensi yang
berbeda dicampurkan. Pencampuran tersebut melibatkan proses penambahan
sinyal dan hasilnya akan dideteksi serta dikuatkan, sehingga diperoleh sinyal
sesuai dengan aslinya.

Superheterodyne dari kata super, berarti bermutu tinggi, hetero berarti


bermacam-macam, dyne berarti tenaga.

Blok Diagram radio penerima superheterodine.

antena
Penguat RF

Mixer

Penguat IF

Detektor

Penguat Audio

LS

Osilator Lokal

AVC
Gbr. 5.7. Blok Diagram Penerima Radio AM Superheterodine.

Fungsi setiap blok adalah sbb:

Penguat RF untuk memperkuat frekuensi radio yang berasal dari antena.

Osilator lokal untuk membangkitkan getaran sinus berkesinambungan. Getaran


tersebut memiliki frekeunsi 455 KHz lebih tinggi dari frekuensi radio yang
ditangkap dari antena.

Mixer untuk mencampur frekuensi radio dari penguat RF dengan getaran dari
osilator lokal. Hasil keluaran dari mixer merupakan frekeunsi 455 KHz.

Penguat IF untuk memperkuat frekuensi antara 455 KHz yang berasal dari mixer.

Detektor untuk memisahkan sinyal suara dari gelombang pembawa (dalam hal ini
frekuensi IF 455 kHZ).

Penguat audio untuk memperkuat sinyal suara yang berasal dari detektor.

Pengeras Suara merupakan transducer yang mengubah getaran listrik menjadi


getaran suara.

Pengaturan Volume Otomatic (AVC) untuk mengatur penguatan penguat IF


secara otomatis sehingga hasil keluaran dari detektor relatif konstan.

Ciri-ciri radio jenis superheterodine ini adalah:

v Mempunyai osilator sebagai pembangkit frekuensi tinggi

v Dapat menerima siaran dari pemancar yang jauh dan lemah sekalipun (sensitif).

v Mempunyai faktor selektivitas yang tinggi.

v Mempunyai faktor penguatan yang besar.

Prinsip kerja :

Untuk membahas prisnsip kerja ini dibagi dalam begian-bagian sbb:


5.2.2.1 Penguat RF, Pencampur, Osilator Lokal

Keuntungan adanya penguat RF adalah :

v Menaikkan perbandingan sinyal terhadap derau (S/N ratio)

v Menyekat osilator lokal dengan antena, sehingga frekuensi dari osilator lokal
tidak memancar.

v Sebagai awal memlih sinyal yang akan diterima.

Penguat RF pada penerima AM broadcast tidak menaikkan perbandingan sinyal


terhadap derau (S/N ratio). Hal ini karena noise yang dihasilkan oleh penguat RF
lebih besar dari pada noise elektrostatik atmosfir. Untuk menghitung S/N ratio
(bandingan sinyal terhadap derau) dapat digunakan persamaan :

S/N = 20 log S/N dB.

Contoh: Sinyal yang diterima 200 uV, derau yang diterima 20 uV. Maka
bandingan S/N adalah :

S/N = 20 log 200/20

S/N = 20 log 10

S/N = 20 dB

Penguat RF ini merupakan penguat RF tertala dengan menggunakan dua


rangkaian variabel tertala yang saling melacak dan sebuah rangkain oailator lokal.

Pencampur atau mixer memperoleh input dari penguat RF dan dari osilator lokal.
Sistem pencampuran kedua frekuensi tersebut dapat dilakukan dengan cara :

Injeksi osilator lokal pada kaki basis. Perhatikan gambar dasar berikut :

Gbr. 5.8. Rangkaian mixer dengan input melalui kaki Basis


Injeksi osilator lokal pada kaki emiter. Perhatikan gambar dasar berikut :

Gbr. 5.9. Rangkaian mixer dengan input melalui kaki Emiter

Hasil keluaran dari mixer tersebut mengandung 4 komponen frekuensi yaitu:

1). Frekuensi osilator lokal (fo)

2). Frekuensi yang ditangkap antena (fi)

3). Fo Fi

4). Fo + Fi

Dari ke empat komponen frekuensi tersebut yang dilewatkan oleh penguat IF


adalah (Fo-Fi). Proses ini merupakan proses konversi frekuensi pada penerima
radio AM broadcast. Ilustrasi tersebut dapat digambarkan sbb:

Frekuensi dr penala

1st IF amp

Mixer

1 MHz

455 KHz tuned circuit

tuned 1455 KHz


Lokal osilator

circuits

Gbr. 5.10. Blok diagram proses pencampuran signal pada bagian mixer

Gbr. 5.11. Rangkaian mixer penerima MW secara piktorial:

Gambar 5.12. Rangkaian mixer

Osilator lokal juga ditala secara variabel agar dapat melacak frekuensi sinyal yang
masuk (ditangkap oleh antena). Pada pesawat penerima radio untuk hal tersebut
dilakukan dengan menggunakan sebuah variabel kapasitor (varco) multigang
untuk memberikan pelacakan sinyal secara tepat. Pada pesawat akhir-akhir ini ada
juga yang menerapkan penala dengan diode varactor.

Osilator lokal pada penerima radio menghasilkan gelombang sinus secara


periodek dengan amplitudo yang konstan. Periodik artinya waktu untuk
melakukan setiap ayunan bolak balik adalah sama. Frekuensi adalah sejumlah
getaran yang dihasilkan dalam satu detik dinyatakan dalam Hertz atau C/S. Blok
diagram osilatpr sbb:

Penguat
Umpan Balik

Resonator

Gbr. 5.13. Blok Diagram Osilator

Penguat harus memiliki penguatan tegangan yang cukup besar, untuk mengatasi
kerugian pada rangkaian sehingga dapat mulai berosilasi.

Umpan balik merupakan cara mengembalikan sebagian output ke input. Pada


osilator umumnya menerapkan umpan balik positip (regeneratif) dimana sinyal
umpan balik sefasa dengan sinyal input., sehingga sinyal input menjadi semakin
besar. Untk umpan balik negatif (degeneratif) sinyal umpan balik berbeda fasa
180 dengan sinyal input., sehingga sinyal input menjadi semakin kecil. Umpan
balik ini biasanya digunakan pada penguat.

Daya yang ada pada rangkaian tank diumpankan ke penguat melalui feedback
untuk dikuatkan oleh penguat.

Rangkaian resonator merupakan penentu frekuensi (tank circuit) dapat berupa LC


atau Kristal atau RC. Rangkaian tank yang menerapkan LC mempunyai fungsi:

Menentukan frekuensi osilator

Dapat merupakan umpan balik dan bagian kopel ke beban

Walaupun arus sumbernya cacat, output dari tang circuit LC berupa gelombang
sinus tidak cacat.
Pada frekuensi resonansi bersifat resistif sehingga antar tegangan dan arus sefasa

Memiliki faktor kwalitas kumparan (Q) yang besar berarti cukup selektif

Gbr. 5.14. Bentuk kapasitor variabel logam dengan 3 rotor.

Macam-macam Osilator :

Dasar Osilator Hartley

Gbr. 5.15. Dasar Rangkaian Osilator Hartley

Dasar Osilator Colpitts

C total = C1 . C2 / (C1 + C2)

Gbr. 5.16. Dasar Rangkaian Osilator Colpitts

Penerima radio superheterodine yang memiliki sebuah transistor berfungsi ganda,


yaitu disamping sebagai pencampur juga sebagai osilator lokal, dikenal dengan
istilah self oscillation frequency converter.

Gbr. 5.17. Rangkaian Konverter

5.2.2.2 Penguat IF, Detektor, AVC


Penguat IF (frekuensi antara) berfungsi memperkuat sinyal IF 455 KHz yang
berasal dari pencampur. Pada umumnya mempergunakan 2 tahap transistor.
Tahap pertama penguatannya diatur secara otomatis. Penguat IF menentukan :

Selektivitas penerima

Besar penguatan penerima

Pengaturan volume suara otomatik (AVC).

Untuk memperoleh selektivitas yang baik dapat dilakukan dengan memasang


resonator 455 KHz sebanyak 3 buah. Masing-masing IFT memiliki frekuensi
resonansi 455 KHz. Meskipun ketiga IFT frekuensi resonansinya sama, untuk
mendapatkan penerimaan yang baik IFT tersebut tidak boleh ditukar, karena itu
trafo IF diberi kode warna. Kuning untuk IFT 1, Putih untuk IFT 2, Hitam IFT 3.

Gbr. 5.18. Rangkaian Penguat IF

Karakteristik penguat IF mempunyai lebar jalur 9 KHz atau 10 KHz.

Penguatan dB

100%

70%
455 kHz

450 460

450 460 merupakan bandwidth

Gbr. 5.19. Grafik Penguat IF

Prinsip kerja Detektor :

Proses pendeteksian dilakukan oleh dioda, dimana Diode berfungsi menyearahkan


gelombang termodulasi dari penguat IF akhir. Fungsi Kapasitor C5 meratakan
tegangan yang sudah disearahkan oleh Diode D1. Sedangkan R6 dan C6 sebagai
tapis lulus bawah yaitu melewatkan frekuensi audio dan membuang frekuensi
pembawa 455 kHz.

Gbr.5.20. Rangkaian Detektor AM

Prinsip Kerja AVC :

Jika sinyal yang diterima sangat kuat, maka tegangan AVC negatifnya besar.
Berarti arus basis transistor T1 berkurang banyak, maka penguatanpun berkurang
banyak. Sedangkan jika sinyal yang diterima lemah, maka tegangan AVC
negatifnya kecil. Berarti arus basis transistor T1 berkurang sedikit, maka
penguatanpun berkurang sedikit. Jika AVC tidak bekerja, terdengar gejala suara
keras lemah/ mengalun (fading effect).

AVC yang baik dapat menghasilkan sinyal output yang hampir konstan meskipun
sinyal input bervariasi. Adapun arah dioda detektor disesuaikan dengan jenis
transistor penguat IF pertama.

Jika transistor penguat IF pertama menggunakan jenis NPN, maka tegangan AVC
berpolaritas negatif. Tegangan negatif diperoleh dengan memasang dioda detektor
arah terbalik.

Jika transistor penguat IF pertama menggunakan jenis PNP, maka tegangan AVC
berpolaritas positif. Tegangan positif diperoleh dengan memasang dioda detektor
arah maju.
Gbr. 5.21. Dasar rangkaian AVC

Gbr. 5.22. Rangkain piktorial penguat IF

5.2.2.3 Penguat Audio

Daya keluaran (output) penguat audio yang dipergunakan pada penerima radio
superheterodine berkisar dari 0,05 watt hingga 10 watt. Untuk memperoleh daya
yang besar diperlukan 2 atau 3 tahap/tingkat audio. Tahap pertama dan tahap
kedua sebgai penguat daya. Ada 4 macam konfigurasi penguat daya audio
pushpull, yaitu :

Dasar Rangkaian Penguat audio pushpull simetrik balans IT dan OT.

Gbr. 5.23. Dasar Rangkaian Penguat audio pushpull simetrik balans IT dan OT.

Dasar Rangkaian Penguat audio pushpull simetrik komplementer OTL (output


transformerless)

Gbr. 5.24. Dasar Rangkaian Penguat audio pushpull simetrik komplementer OTL

Dasar Rangkaian Penguat audio pushpull simetrik komplementer OCL (output


capasitorless).

Gbr. 5.25 Dasar Rangkaian Penguat audio pushpull simetrik komplementer OCL

Penguat audio pushpull simetrik komplementer BTL.


Gbr. 5.26 Dasar Rangkaian Penguat audio pushpull simetrik komplementer BTL

Gbr. 5.27. Penerima Radio dengan IC LM 1820.

Daftar komponen :

R1 = 470 VC1 = Varco 0 30 pF

R2 = 180 K VC2 = Varco 0 500 pF

R3 = 50 K TR1 = IFT Kuning

R4 =1K TR2 = IFT Putih

R5 = 100 K TR3 = IFT Hitam

C1 = 10 nF D1 = 1N914

C2 = 10 uF/10V IC1 = LM 1820

C3 = 100 nF L1 = Gulungan antena

C4 = 10 pF

C5 = 22 nF

C6 = 100 uF/10V

C7 = 10 nF

C8 = 10 nF

Gbr. 5.28. Rangkaian radio penerima AM


Gbr. 5.29. Rangkaian radio penerima AM dengan bentuk gelombangnya

Loud Speaker :

Loudspeaker atau disebut pengeras suara adalah komponen elektronika yang


mampu mengubah sinyal listrik menjadi sinya suara. Loudspeaker (pengeras
suara) disebut juga transducer elektro-akustik. Proses mengubah sinyal ini
dilakukan dengan cara menggetarkan komponennya yang berbentuk selaput.

Dalam setiap sistem penghasil suara, penentuan kualitas suara terbaik tergantung
dari loudspeaker. Pada dasarnya, komponen ini merupakan alat penerjemah akhir,
kebaliksn dari michrophone. Loudspeaker membawa sinyal listrik dan
mengubahnya kembali menjadi getaran untuk membuat gelombang suara.

Simbol Loudspeaker:
Gbr.5.30. Simbol Loud Speaker

Prinsip Kerja Loudspeaker :

Perhatikan gambar berikut:

Gbr. 5.31 Prinsip Kerja Loud Speaker

Voice coil digulung pada suatu silinder kertas, atau sejenisnya yang melekat pada
membran atau diafragma, dan terletak dalam medan magnet.

Jika arus mengalir di dalam voice coil, gaya Lorentz akan menggerakkan voice
coil ke depan atau ke belakang sesuai dengan akibat dari arah arus relatif terhadap
medan magnet. Dengan demikian membran juga bergerak, dan terjadilah konversi
sinyal listrik ke sinyal akustik (suara). Sinyal akustik ini merupakan rambatan
tekanan udara karena gerakan membran tadi. Udara, tentu saja tidak membiarkan
membran bergerak bebas, tetapi menahannya. Voice coil merupakan hambatan
udara ini.

Kumparan dapat bergerak bebas dalam medan magnet homogen. Bila pada
kumparan mengalir arus bolak-balik, setengah periode pertama akan ditarik dan
setengah periode berikutnya ditolak oleh medan magnet permanen. Bila frekeunsi
sinyal listrik 100 Hz, maka corong ditarik dan ditolak 100 kali perdetik.
Terjadilah suara dengan nada 100 Hz.

Hasil reproduksi suara tergantung pada :

Bahan dan diameter kertas konus. Untuk frekuensi rendah dipergunakan corong
dengan diameter besar. Untuk frekuensi tinggi dipergunakan corong bahan
aluminium.

Bahan tahanan mekanik oleh membran/per pada corong

Kuat medan magnet. Bahan magnet dibuat dari besi silikon, alniko dan keramik.
Pada bahan alniko dan keramik, walaupun ukurannya kecil namun medan
magnetnya kuat.
Sedangkan keras lemahnya suara ditentukan oleh :

Daya yang diumpankan dari penguat

Efisensi loudspeaker untuk menguabah suara

Jodohnya antara penguat dan pengeras suara.

Impedansi loudspeaker dipengaruhi oleh kejadian di atas. Seberapa besar


pengaruhnya sangat tergantung kepada macam kotak tempat memasangnya.

Soal-soal Latihan :

PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR DIANTARA ALTERNATIF


JAWABAN YANG TERSEDIA!.

1. Dibawah ini ciri-ciri penerima radio AM straight, kecuali .

A. Cara penerimaan signal informasi dilakukan secara langsung.

B. Hanya menangkap gelombang pemancar radio yang kuat saja

C. Umumnya hanya menangkap siaran radio lokal saja

D. Mempunyai Bandwidth yang cukup lebar

E. Selektifitas bagus

2. Bagian berikut ini terdapat pada penerima radio AM straight, kecuali .

A. Antena B. Tuning

C. Mixer D. Detektor

E. Penguat Audio

3. Urut-urutan pemasangan transformator IF pada penerima radio AM


superheterodine dari depan adalah .

A. Putih, Hitam, Kuning B. Kuning, Hitam, Putih

C. Kuning, Putih, Hitam D. Hitam, Putih, Kuning

E. Hitam, Kuning, Putih


4. Pada rangkaian penerima radio AM superheterodine menangkap gelombang
radio pemancar dengan frekuensi 1045 KHz. Maka besarnya frekuensi osilator
yang dibangkitkan pada penerima radio tersebut adalah .

A. 590 KHz B 1045 KHz

C. 1500 KHz D. 1955 KHz

E. 455 KHz

5. Bagian penerima radio AM superheterodine yang berfungsi ganda sebagai


mixer dan osilator lokal disebut dengan .

A. Mixer B. Osilator Lokal

C. Tuning D. Converter

E. IFA

6. Bagian penerima radio AM superheterodine yang sangat menentukan pada


selektifitas penerima radio tersebut adalah .

A. Tuning B. IFA

C. Mixer D. AVC

E. Penguat Audio

7. Untuk memisahkan antara signal pembawa dengan signal informasi pada


penerima radio AM diterapkan rangkaian .

A. Detektor B. Diskriminator

C. Defleksion Yoke D. AVC

E. IFA

8. Suatu penguat IF pada penerima radio AM setelah diadakan pengukuran


diperoleh signal output 2 Vpp. Jika signal input pada penguat IF tersebut 100
mVpp, jika log 2 = 0,3010 maka besarnya penguatan penguat IF dalam satuan
dB adalah .

A. 20 dB B. 26 dB

C. 30 dB D. 52 dB

E. 60 dB
9. Pernyataan berikut ini benar tentang penguat IF, kecuali .

A. Lebar jalurnya sekitar 10 KHz.

B. Penguat IF sangat menentukan selektifitas pada penerima radio

C. Grafik frekuensi response pada penguat IF merupakan grafik band pass filter

D. Penguatan tertinggi pada frekuensi 465 KHz

E. Penguatan tertinggi pada penerima radio terletak pada penguat IF

10. Pada penerima radio AM yang merupakan transducer adalah .

A. Antena B. Transistor

C. Detektor D. transformator

E. Loudspeaker

5.3. Menjelaskan prinsip kerja radio penerima FM.

5.3.1. Blok Diagram.

Radio penerima FM dilihat dari suara yang dihasilkan dibagi menjadi dua yaitu
radio penerima FM mono dan radio penerima FM stereo. Pada dasarnya kedua
radio penerima FM tersebut menggunakan prinsip superheterodyne. Perhatikan
gambar blok diagram radio penerima FM mono berikut ini :

AGC

antena
RFA

Mixer

IFA

Limiter

Diskri-minator

Penguat Audio

De Emphasis

AFC

Osilator Lokal
LS

Gbr. 5.32. Blok Diagram Penerima Radio FM mono Superheterodine

Fungsi setiap blok adalah sbb:

Antena berfungsi untuk menangkap gelombang radio yang dipancarkan dari


stasiun-stasiun pemancar. Antena yang digunakan dalam pesawat penerima radio
biasanya antena teleskopic. Panjang pendeknya antena jenis teleskopic ini dapat
diatur.

Penguat RF untuk memperkuat frekuensi radio yang berasal dari pemancar FM


yang ditangkap oleh antena untuk diumpankan ke mixer. Bagian depan penguat
RF ini adalah tuner yang berfungsi untuk memilih isyarat atau signal yang
dikehendaki, yang kemudian akan dikuatkan oleh bagian penguat RF.

Osilator lokal untuk membangkitkan getaran sinus berkesinambungan. Getaran


tersebut memiliki frekuensi 10,7 MHz lebih tinggi dari frekuensi radio yang
ditangkap dari antena untuk diumpankan ke mixer.

Mixer untuk mencampur frekuensi radio dari penguat RF dengan frekuensi dari
osilator lokal. Hasil keluaran dari mixer merupakan frekuensi IF yaitu 10,7 MHz.

Limiter atau penutuh, untuk membatasi atau memangkas amplitudo gelombang


termodulasi agar amplitudonya rata (merupakan sinyal FM Murni)
Penguat IF untuk memperkuat frekuensi antara 10,7 MHz yang berasal dari mixer.

Detektor untuk memisahkan sinyal suara dari gelombang pembawa (dalam hal ini
frekuensi IF 10,7 MHZ). Bagian ini mendeteksi perubahan frekuensi menjadi
perubahan tegangan sinyal audio.

De Emphasis atau pengaksen berfungsi untuk menekan penguatan frekuensi audio


tinggi yang berlebihan yang berasal dari pemancar.

Penguat audio untuk memperkuat sinyal suara yang berasal dari de emphasis.

Pengeras Suara merupakan transducer yang mengubah getaran listrik menjadi


getaran suara.

Pengaturan Penguatan Otomatic (AGC) untuk mengatur penguatan penguat IF


secara otomatis sehingga hasil keluaran dari diskriminator relatif konstan.

AFC (Automatic Frequency Control), untuk mengatur frekuensi osilator lokal


secara otomatis agar mantap.

5.3.2. Prinsip kerja :

5.3.2.1. Antena, Penguat RF, Mixer, Osilator Lokal.

Pesawat radio FM broadcast frekuensi kerjanya antara 88 Mhz sampai 108 MHz,
dan ini termasuk VHF dalam spektrum frekuensi radio. Jenis gelombang ini
rambatannya tidak dipantulkan oleh lapisan ionosfir, tetapi gelombang tersebut
menembus lapisan ionosfir. Sedangkan gelombang groung wavenya terpancar
merambat di atas permukaan tanah. Perhatikan gambar berikut ;

Gbr. 5.33. Rambatan gelombang FM

Untuk penangkapan antena pada radio penerima FM menggunakan jenis antena


telescopic. Sedang Antena FM untuk menerima gelombang FM yang berlokasi
jauh sehingga penerimaannya lemah, perlu menggunakan antena penerima yang
dilengkapi dengan boster. Adapun antena yang dapat digunakan antara lain adalah
:
Gbr. 5.34. Antena J Match,

Gbr.5.35. Antena Ground Plane FM

Gbr.5.36. Antena Yagi.

= panjang gelombang (3 meter).

Gbr.5.37. Antena dipole Horisontal dan dipole Vertikal

Gbr.5.38. Cara Memasang Booster.

Bagian luar dilipat secara terbalik, menutupi kulit kabel bagian luar.

Gbr.5.39. Cara memasang dan mengupas kabel


Impedansi input antena tersebut :

75 , saluran transmisi yang digunakan jenis koaksial yang memilik impedansi


karakteristik 75.

300, saluran transmisi yang digunakan jenis twin lead yang memilik impedansi
karakteristik 300.

Pesawat radio yang menerapkan RFA (penguat RF) mempunyai keuntungan


diantaranya dapat mencegah terjadinya osilator liar yang dipancarkan oleh
osilatornya. Osilator liar ini dalam prakteknya banyak dijumpai. Antene akan
memancarkan frekuensi dari osilator sehingga akan mengganggu radio lainnya
dalam jarak beberapa meter. Inilah yang disebut dengan osilator liar.

Berikut ini dasar rangkaian penguat RF, Mixer dan Osilator.

Gbr.5.40. Dasar rangkaian penguat RF, Mixer dan Osilator

Pada gambar tersebut Q1 merupakan penguat RF yang juga rangkaian common


Basis untuk mendapatkan kecocokan impedansi yang berasal dari antena. L2 dan
C1 merupakan rangkaian yang beresonansi pada frekuensi 88 MHz 108 MHz.
Sedangkan Q2 merupakan pencampur dan osilator lokal. Frekuensi resonansi L4
dan C2 memliki resonansi 10,7 Mhz di atas dari frekuensi RF.

5.3.2.2. IFA dan Limiter

Dasar rangkaian IFA dan Limiter sbb :

Gbr.5.41. Rangkaian penguat IF dan Penutuh


Penguat IF memperkuat frekuensi antara 10,7 MHz yang berasal dari bagian
Mixer. Penguat IF terdiri dari Q103 hingga Q105, sedangkan limiter dibangun
oleh Q106. Pemasangan Dioda yang paralel dengan transformator IF bertujuan
untuk memperlebar jalur frekuensi, karena faktor kualitas kumparan menurun.
T103 dan 105 beresonansi pada frekuensi 10,7 Mhz sedangkan T104 dan T106
beresonansi pada frekuensi 455 KHz.

Saat sedang menangkap siaran FM reaktansi kapasitif pada IFT AM sangat kecil
(frekuensi tinggi). Dengan demikian IFT AM merupakan hubung singkat dan
sinyal AM mati. Saat sedang menangkap siaran AM reaktansi induktif pada IFT
FM sangat kecil (frekuensi rendah). Berarti IFT FM merupakan hubung singkat
dan sinyal FM mati.

Limiter atau penutuh pada hakekatnya juga suatu penguat IF, tetapi transistor
distel agar cepat jenuh. Untuk keperluan ini kolrktor diseri sebuah resistor guna
mengurangi tegangan baterei Vcc. Dengan demikian jika sinyal masuk melewati
suatu harga, sinyal output sudah tidak dapat naik lagi. Untuk sinyal yang kecil
tetap dikuatkan. Pada akhirnya signal output amplitudonya sama tinggi (konstan).
Perhatikan ilustrasi gambar berikut :

Gbr. 5.42. Input output rangkaian limiter

5.3.2.3. Detektor FM dan De-emphasis

Perhatikan dasar rangkaian Detektor FM berikut :

Gbr. 5.43. Dasar Rangkaian Diskriminator

Gbr. 5.44. Kurva karakteristik Detektor FM

Dalam proses pemodulasian, perubahan-perubahan tegangan (pada sinyal


informasi), berakibat perubahan frekuensi pada sinyal pembawa. Dalam
pendemodulasian harus berlaku proses sebaliknya, yaitu perubahan-perubahan
frekuensi pada frekuensi pembawa berakibtakan perubahan-perubahan tegangan.

Rangkaian diskriminator (detektor selisih), L1 dan C1 diatur untuk beresonansi


pada frekuensi 10,55 MHz. L2 dan C2 diatur untuk beresonansi pada frekuensi
10,85 MHz. Hasil output merupakan selisih tegangan pada resistor R1 dan resistor
R2, Vo = VR2 VR1.

Jika frekuensi dari penutuh lebih besar dari 10,7 MHz, maka L2 dan C2 lebih
beresonansi dibandingkan dengan L1 dan C1. Arus pada Doida D2 lebih besar
dari arus pada Dioda D1. Tegangan pada R2 lebih besar dari tegangan pada R1.
Sehingga hasil outputnya berupa tegangan positif.

Jika frekuensi dari penutuh kurang dari 10,7 MHz, maka L1 dan C1 lebih
beresonansi dibandingkan dengan L2 dan C2. Arus pada Dioda D1 lebih besar
dari pada arus pada Dioda D2. Tegangan pada R1 lebih besar dari tegangan pada
R2. Sehingga hasil outputnya berupa tegangan negatif.

Jika frekuensi dari penutuh tepat dari 10,7 MHz, maka resonansi L1 dan C1
seimbang dengan resonansi L2 dan C2. Arus pada Dioda D1 sama dengan arus
pada Dioda D2. Tegangan pada R1 sama dengan tegangan pada R2. Sehingga
hasil outputnya berupa tegangan nol.

Berikut ini perhatikan ratio detektor simetrik :

Gbr. 5.45. Dasar Rangkaian Detektor Bandingan Simetrik

Tegangan pada C5 konstan, karena nilai R3 = R4, maka hasil output tegangan
pada titik B setengah tegangan pada C5. Tegangan ini sebagai tegangan referensi.

Jika frekuensi dari penutuh lebih dari 10,7 MHz tegangan pada R2 lebih besar
dari tegangan pada R1. Misalkan tegangan pada C5 sebesar 10V, jika tegangan
pada R2 sebesar 8V, maka tegangan pada R1 sebesar 2V. Tegangan pada R3 = R4
= %v (setengan tegangan C5). Tegangan pada R2 dibandingkan tegangan pada R4
adalah 8V 5V = 3V positif.

Jika frekuensi dari penutuh kurang dari 10,7 MHz, tegangan pada R1 lebih besar
dari tegangan pada R2. Misalnya pada tegangan R1 = 7V, tegangan pada R2 = 10
V 7 V = 3V. Tegangan pada R2 dibandingkan tegangan pada R4 adalah 3V
5V = 2V (negatif).
Jika frekuensi dari penutuh 10,7 MHz VR1 = VR2 = 5V. VR2 dibandingkan
dengan VR4 adalah 5V 5V = 0.

Gbr. 5.46. Dasar Rangkaian Detektor Bandingan Tidak-Simetrik

De-Emphasis.

R4 dan C5 sebagai rangkaian, kontanta waktu R4 dan C5 adalah 50 us. De-


Emphasis merupakan filter LPF yang terdiri dari komponen RC. Filter ini terletak
antara diskriminator dengan penguat audio. Filter ini meloloskan nada-nada
rendah dengan penuh, tetapi nada-nada tinggi diloloskannya dengan amplitudo
yang dikecilkan. Rumus untuk mencari frekuensi batas cut off adalah :

Fb = 1/, dimana = RC

Prinsip kerja filter ini dengan time konstan 75 uS. dapat digambarkan berikut ini:

Gbr. 5.47. Grafik kurva pre emphasis dan de emphasis untuk time kontan 75uS.

Sistem AFC (Kemudi Frekuensi Otomatik)

Detektor FM sebagai pembanding untuk mendeteksi frekuensi dari osilator terlalu


tinggi atau terlalu rendah. Jika frekuensi osilator lokal terlalu rendah, maka
keluaran dari pencampur memiliki frekuensi yang lebih rendah juga, akibatnya
detektor mengeluarkan tegangan koreksi yang lebih besar. Tegangan yang lebih
besar tersebut merupakan tegangan tyerbalik pada dioda varaktor D1. Karena
tegangan terbaliknya semakin besar, maka kapasitas D1 menjadi kecil.
Mengecilnya kapasitas D1 menyebabkan kenaikan frekuensi osilator lokal.
Sebaliknya jika frekuensi osialtor lokal naik, keluaran dari frekuensi pemcampur
frekuensinya naik juga, detektor menghasilkan tegangan koreksi kecil. Kapasitas
D1 semakin besar, frekuensi osialtor lokal diturunkan. Jadi perubahan frekeunsi
osialtor akan ditiadakan secara otomatik.

Gbr. 5.48. Prinsip AFC Penerima FM

Penerima FM stereo

Blok Diagram :

Radio penerima FM Stereo identik dengan penerima FM mono hingga bagian


Diskriminator output. Dari titik ini Diskriminator output mengandung :

Signal (L+R), dengan batas frekuensi 30 Hz s.d. 15 KHz

Signal subcarrier (signal pilot / signal pemandu), dengan frekuensi 19 KHz

Signal (L-R), dengan frekuensi 23 KHz s.d. 53 KHz.

Untuk penerima FM mono jika ditalakan pada pemencar radio FM stereo hanya
memproses signal (L+R).

Blok diagram penerima radio FM stereo menjadi lebih kompleks setelah bagian
diskriminator. Pada bagian ini tiga komponen signal stereo dipisahkan oleh filter.
Signal (L+R) diperoleh melalui LPF dan signal ini ditunda sehingga sampai di
bagian jaringan matriks bersamaan dengan signal (L-R). Sedangkan signal (L-R)
diloloskan oleh BPF, dimana signal ini merupakan suatu signal double side band.
Selanjutnya signal pilot 19 KHz juga diloloskan oleh BPF yang lain, yang
kemudian dilipatkan dua kali frekeunsinya tersebut menjadi 38 KHz. Frekuensi
ini merupakan besarnya frekuensi suppressed carrier untuk signal (L-R) 23 s.d. 53
KHz. Pencampuran signal (L-R) dengan frekuensi 38 KHz pada penguat non
linier pada AM detektor memperoleh signal (L-R) dengan menggunakan LPF.

Ilustrasi gambar blok penerima FM mono dan stereo:

Gbr. 5.49. Ilustrasi penerima FM mono dan stereo

Spektrum Dasar Signal Stereo :

Gbr. 5.50. Spektrum Dasar Signal Stereo FM

Amplitudo untuk signal L + R adalah 90% dari amplitudo maksimum, Signal


pemandu 10% dari amplitudo maksimum dan signal L R sebesar 45% dari
amplitudo maksimum.

Penerimaradio FM stereo memiliki sifat kompatibilitas yaitu cocok untuk sistem


stereo dan mono. Perbedaanyya dengan penerima radio FM mono terletak pada
dekoder stereo dan penguat audio. Dekoder stereo hanya diperlukan untuk proses
stereo. Sinyal FM mono yang melewati dekoder stereo tidak diproses.

Gbr. 5.51. Dekoder Stereo CA 3090


Gbr. 5.52. Proses Signal Stereo

PERBANDINGAN ANTARA AM DAN FM

NO BAGIAN AM FM

1 Cara Modulasi Amplitudo dr gelombang Frekuensi dr gelombang


pembawa dimodulasikan pembawa dimodulasikan
dengan gelombang sinyal, dengan gelombang sinyal,
frekuensi gelombang amplitudo gelombang
pembawa tetap pembawa tetap

2 Gelombang Gelombang samping atas Dihasilkan gelombang


samping dan bawah dihasilkan di atas samping yang sangat besar
dan di bawah frekuensi (lebar dengan selang waktu
tengah (fo) yang teratur sesuai dengan
frekuensi gelombang sinyal
dihasilkan di atas dan di
bawah fo

3 Lebar band Sempit Lebar


gelombang radio

4 Lebar band Band gelombnag menengah Band gelombang 88 108


gelombang 525 1610 KHz MHz
pembawa

5 Daerah dinamis Sempit, cacat dengan cepat 20 X lipat lebih besar dr


bertambah bila faktor AM. Modulasi lebih dr
modulasi melebihi 100% 100% masih
memungkinkan, tanpa
cacat

6 Tanggapan Daftar dalam batas 50 Daftar dalam batas 30 15


frekuensi 7.500 Hz KHz

7 Noise Besar / banyak Kecil / sedikit


8 Lebar band Sempit, maksimum 15 KHz Lebar, maksimum 200 kHz
penerima

9 Frekuensi 455 KHz, 465 Khz 10,7 MHz


menengah

Daerah Dinamis

Perbandingan antara suara besar dan kecil dikenal sebagai daerah dinamis
(range dynamic). Dalam pemancar AM, bila faktor modulasi dari suara besar
melebihi 100%, cacat dengan cepat bertambah naik. Untuk menghindarkan di
dalam AM faktor modulasi tidak boleh melebihi 100% (di bawah 100%).

Dalam pemancar FM, modulasi lebih 100% (dengan deviasi frekuensi 75 KHz)
suara besar dapat dilakukan tanpa menyebabkan cacat, oleh sebab itu tidak perlu
manjaga faktor modulasi di bawah 100%.

Jangkauan Frekuensi

Dalam pemancar AM, jangkauan frekuensi sinyal suara terbatas anatara 50 Hz


sampai 7,5 KHz. Dalam pemancar FM jauah lebih lebar dari 50 Hz sampai 15
KHz, karena lebar jalurnya lebih dari itu.

5.4. Mengoperasikan Radio (Portable compo GC 200 KC)

Mengatur knop pilihan Function pada posisi FM ST, FM MN, atau MW.

Mengatur Penala (Tuning) untuk memilih stasiun pemancar yang diinginkan.


Frekuensi pemancar ditunjukkan oleh penunjuk gelombang pada skala frekuensi.

Mengatur volume dan graphic Equalizer sesuai selera yang diinginkan.

Menekan tombol Surround untuk mendapatkan efek Surround dari pesawat ini,
dan sekali lagi tombol Surround untuk kembali ke normal.
Catatan :

Indikator FM Stereo akan menyala selama penerimaan FM Stereo.

Bila penerimaan FM Stereo lemah atau jelek, saklar FUNCTION silahkan digeser
pada posisi FM Mono sehingga suara menjadi lebih baik.

Menggunakan Antena Telescopic untuk menambah kepekaan penerimaan pesawat


terutama untuk FM atau bila tempat tinggal jauh dari stasiun pemancar. Mengatur
panjang dan arah antena sehingga di dapat penerimaan yang terbaik.

Untuk penerimaan MW, arah dan posisi pesawat diatur sehingga didapat
penerimaan yang terbaik.

5.5. Menginstal Radio.

1. Sumber Daya Jala-jala Listrik (AC).

a. Pasang AC Cord yang sudah disediakan ke terminal AC-IN pesawat.

b. Sesuaikan saklar pemilih tegangan 110/220 Volt sesuai dengan tegangan


listrik yang tersedia.

c. Hubungkan kabel AC dengan stop kontak, dan pesawat siap dioperasikan.

2. Baterai

a. Keluarkan kabel AC dari tempat baterai dan simpan di tempat yang aman.

b. Pasanglah 6 buah baterai ukuran UM-1. Yakinilah susnan dengan benar.


Perhatikan polaritasnya (+) dan (-), dan jangan terbalik.

c. Tutup kembali tempat baterai dan pesawat siap untuk dioperasikan.

5.6. Merawat Radio

Sebelum mengoperasikan pesawat radio, perlu diperhatikan beberapa hal sebagai


langkah-langkah keamanan dan perawatan :
1. Pilih tempat atau lokasi yang bebas dari debu dan goncangan. Jauh dari tempat
lembab, berair atau terlalu panas.

2. Letakkan pesawat pada posisi mendatar/horizontal

3. Pada waktu melakukan instalasi, pesawat harus dalam keadaan OFF (mati).

4. Sebelum mengoperasikan pesawat, bacalah petunjuk penggunaan


pesawat (jika ada). Selanjutnya perhatikan dahulu sumber daya yang akan
digunakan (listrik atau baterai). Dan jika sumber daya listrik perhatikan tegangan
yang dibutuhkan 110 V atau 220 V

5. Membersihkan pesawat cukup dengan kain kering atau diberi sedikit air dan
secara berkala. Air jangan sampai masuk ke dalam pesawat radio.

6. Jangan membersihkan pesawat dengan bahan kimia seperti spritus, alcohol,


bensin dll, hal ini dapat merusak cat atau cabinet.

7. Perlu diketahui bahwa pada saat pesawat dioperasikan dengan sumber daya
listrik, hubungan sumber daya batu baterai terputus secara otomatis.

8. Bila pesawat dioperasikan dengan sumber daya listrik dalam waktu lama,
sebaiknya batu baterai dikeluarkan dari tempatnya, untuk mencegah kerusakan
karena baterai bocor.

9. Lepaskan sambungan listrik pesawat dari jala-jala listrik, jika pesawat tidak
digunakan dalam waktu yang lama atau tidak ada orang.

10. Bertanyalah pada orang yang lebih tahu apabila tidak bisa mebggunakan
pesawat radio.

5.7. Memperbaiki Radio Penerima

Pendahuluan :

Rangkaian elektronik adalah suatu kumpulan komponen yang dihubungkan


bersama-sama guna menampilkan suatu fungsi elektronik. Masing-masing
komponen memegang peranan dalam operasi rangkaian. Bila terdapat suatu
komponen yang rusak maka operasi rangkaian akan menurun secara drastis.
Komponen yang rusak memperlihatkan beberapa gejala tertentu, gejala inilah
yang dimanfaatkan untuk menentukan jenis komponen dan jenis kerusakannya.

Untuk rangkaian yang kebih rumit, teristimewa rangkaian yang menggunakan


kopling langsung, pengaruh kerusakan sebuah komponen dapat merambat.

Kecekatan pelacakan kesalahan mencakup pengetahuan teoritis maupun


pengalaman praktis. Sebelum melakukan pelacakan komponen yang rusak, teknisi
memerlukan pemahaman akan fungsi rangkaian dan cara kerjanya.

Komponen dan Kerusakan Umum :

Suatu komponen dikatakan rusak apabila sembarang tetapannya di luar batas yang
telah ditentukan (spesifisikasinya). Pada dasarnya komponen bersifat menua
karena tekanan yang diterima terus-menerus. Tekanan ini ada dua macam yaitu
tekanan kerja dan tekanan lingkungan. Tekanan kerja berkaitan dengan kondisi
perancangan sehingga usia pakainya dapat diperpanjang bila kita
mengoperasikannya dengan baik pada daerah di bawah batas maksimum arus,
tegangan, dan daya yang diijinkan. Ini disebut di bawah batas. Tekanan
lingkungan disebabkan oleh kondisi sekitarnya. Temperatur tinggi, tekanan tinggi
atau rendah, kelembaban tinggi, korosi oleh zat-zat kimia, debu-debu, merupakan
kondisi yang tidak diinginkan. Semua tekanan ini membawa pengaruh bagi
komponen dan menyebabkan terjadinya penyimpangan dari spesifikasinya dan
pada akhirnya merusakkan komponen.

Adapun Jenis-jenis kerusakan :

Kerusakan komponen parsial (terpisah), karena kerusakan komponen tidak


membawa kerugian dalam penampilan keseluruhan, tetapi cenderung membawa
sedikit perubahan. Kerusakan parsial teristimewa penting bila komponen yang
digunakan berada dalam posisi rangkaian kritis.

Kerusakan katastropik (kerusakan fatal), yaitu kerusakan yang terjadi secara


mendadak dan menyeluruh. Kerusakan semacam ini membawa akibat turunnya
penampilan secara keseluruhan dan biasanya disertai dengan perubahan yang
menyolok pada level panjaran bias DC.
No Komponen Jenis Kerusakan Pada Umumnya

1 Resistor Nilai membesar atau terbuka/putus

2 Resistor Variabel Terbuka atau kontak yang dihasilkan oleh mekanik


arus terputus-putus

3 Induktor Terbuka atau terhubung singkat

4 Capasitor Open, Kering, Bocor, Hubung singkat

5 Dioda, Transistor Terbuka atau terhubung singkat pada sembarang


persambungannya

Pencarian Kesalahan Pada Instrumen dan Sistem Elektronik. :

Hal-hal yang dianjurkan dalam pencarian kesalahan kepada teknisi:

Teknisi harus mempunyai MAINTENANCE MANUAL, yaitu buku petunjuk


pemeliharaan dengan diagram rangkaiannya. Buku ini harus dapat memberikan
gambaran akan kriteria penampilan atau kehandalan rangkaian.

Teknisi harus memiliki semua PIRANTI UJI yang diperlukan.

Teknisi harus sanggup MENYATAKAN KESALAHAN SECARA CERMAT.


Hal ini amat penting karena tidak ada gunanya mencoba-coba mencari kesalahan
yang tak begitu jelas.

Kerusakan Khas pada Unit Catu Daya :

NO KERUSAKAN GEJALA

1 Bagian primer atau bagian Keluaran DC nol. AC sekunder nol. Lilitan


sekunder transformator primer atau sekunder memiliki resistansi tinggi.
jala-jala terbuka

2 Lilitan bagian primer atau Ada dua kemungkinan: (a) Sekering jala-jala
bagian sekunder putus atau (2) output DC rendah dan
transformator jala-jala transformator mendapat panas yang berlebihan
terhubungsingkat karena arus yang ditarik sangat besar

3 Lilitan transformator Sekering putus. Resistansi di antara lilitan dan


terhubungsingkat ke frame bumi kecil,.
atau screen

4 Sebuah Dioda dalam Sekering jala-jala putus, karena praktis lilitan


jembatan terhubung sekunder terhubung singkat setap setengah siklus
singkat lainnya. Diperlukan pemeriksaan resistansi pada
masing-masing lengan jembatan yaitu dengan
mengukur resistansi masing-masing Dioda
dalam arah forward dan reverse

5 Kapasitor filter terbuka Keluaran DC rendah dengan kerut (ripple) ac


amat besar menyertainya

6 Kapasitor filter terhubung Sekering putus. Resistansi DC dalam line yang


singkat belum distabilkan dalamk kedua arah nilainya
rendah.

7 Kesalahan penguat dalam Keluaran DC tinggi dan belum teregulasi. Tidak


regulator terbuka ada sinyal kontrol untuk elemen seri.

8 Basis Emitor transistor Keluaran DC nol. DC yang belum terstabilkan


seri terbuka sedikit lebih tinggi dari pada keadaan normalnya,
karena tak ada arus yang ditarik.

9 Zener acuan terhubung Keluaran DC rendah. Ada kemungkinan


singkat transistor seri mendapat panas berlebihan.
Kerusakan Khas pada Penguat Daya :

NO KERUSAKAN GEJALA

1 Resistor pemberi panjaran Untuk penguat kelas B, jenis yang umum


terbuka atau terlalu tinggi digunakan akan muncul distorsi cross-over
dalam jumlah besar

2 Kapasitor output terhubung Sekering output putus atau transistor


singkat mendapat panas yang berlebihan. Gunakan
pemeriksaan resistansi untuk melacak
komponen yang rusak.

3 Potensiometer pemberi (a) Distorsi cross-over meningkat


panjaran pemasangannya
kurang tepat (b) Transistor output mendapat panas yang
berlebihan

Langkah-langkah Dalam Menyervis Penerima Radio :

Pemeriksaaan Phisik (sebelum pesawat dihidupkan) :

Apakah selector untuk pemilih tegangan sudah benar? (110 220) V

Apakah polaritas baterai betul? Tidak saling tukar terminal positif/negatifnya.

Apakah kontak-kontak baterai baik? Kontak2 harus bersih, tidak berkarat, tidak
hijau oleh reaksi kimia. Bersihkan dengan air panas kemudian keringkan betul.

Apakah ada sekering yang putus atau resistor ada yang hangus?

Pada saat, dan sebentar sesudah pesawat dihidupkan:

Apakah ada bau asap? (Transformator, resistor terbakar)

Sampai berapakah tegangan baterai jatuh? Diukur dengan Voltmeter

Berapakah tegangan yang ada pada kondensator filter pencatu daya? Diukur
dengan Voltmeter

Selama pesawat hidup


Pengeras suara berdengung? Dengung 100 Hz ditimbulkan oleh C filter yang
kering kapasitasnya. Dengung 50 Hz ditimbulkan oleh satu buah dioda perata
yang rusak.

Pengeras suara berdesah? Jika ada desah berarti penerima menangkap.

Putarlah pengatur volume maksimum, kemudian sentuhlah dengan jari kaki Basis
bagian penguat audio!. Jika berdengung berarti bagian audio baik.

Putar-putarlah saklar band selector (band switch)! Ada bunyi krak-krak dari
pengeras suara? Jika ada berari mixer dan IFA baik.

Sentuh-sentuhlah terminal antena dengan kawat atau obeng. Jika ada suara krak-
krak dr pengeras suara? Jika ada: berarti sirkuit antena baik.

Untuk menguji transistor diukur tegangan kolektor dan tegangan emitor.

Tidak ada suara

Sentuhlah bagian input penguat audio?. Jika muncul dengung, berarti bagian itu
baik. Berarti kesalahan pada tingkat di depannya.

Ujilah transistor dengan cara memutar-mutar varco dari posisi minimum hingga
maksimum. Mungkin osilator hanya mau berosilasi pada salah satu jalur saja atau
mungkin mau berosilasi pada setengah jalur saja.

Apakah penguat IF berosilasi? Ini dapat dilihat dengan mengukur tegangan yang
dihasilkan detektor. Jika penguat IF berosilasi akan ada tegangan rata di output
detektor, meskipun penerima sedang tidak menangkap apapun. Untuk
menemukan transistor yang berosilasi hubung singkat basis dengan terminal
bawahnya R emiter, transistor yang berosilasi akan terhenti osilasinya.

Bunyi Lemah

Apakah tegangan pencatu daya terlampau rendah?

Cek bagian audio. Berilah signal 1 KHz atau suara dengan pickup, jika ada bunyi
berarti normal.

Ukur tegangan pada penguat frekuensi antara dan di konverter


Bunyi lemah dapat juga ditimbulkan oleh salah satu kopling transformator IF
yang tidak tepat talaannya pada 455 KHz.

Bunyi Gemertakan

Potensiometer pengatur volume kotor atau aus. Ganti dengan yang baru.

Periksa kondensator tala, jika kotor. Dapat dibersihkan dengan contact cleaner.

Baterai

Baterai supaya diukur sementara pesawat kondisi hidup. Gejala yang muncul
adalah kepekaan penerima berkurang, bunyi cacat, netralisasi dalam penguat
frekuensi antara menjadi kurang efektif, bunyi dut dut dut (motor boating).

TUNER FM :

Bagian TUNER pada pesawat radio FM merupakan bagian lingkaran penala yang
berfungsi untuk memilih isyarat yang dikehendaki (siaran radio yang
dikehendaki). Gelombang radio yang diterima mendapatkan penguat terlebih dulu
pada bagian radio penguat frekuensi radio atau RF.

Pada pesawat radio FM gelombang radio yang diterima ditetapkan dengan


frekuensi 88 MHz sampai 108 MHz. Gelombang ini tergolong pada spektrum
frekuensi VHF (30 300) MHz. Dalam penerimaan pesawat penerima radio FM
yang hanya diterima GROUND WAVEnya saja (gelombang tanah), yaitu
gelombang yang merambat di atas permukaan tanah/bumi. Sedangkan untuk SKY
WAVEnya (gelombang langit) tidak dipantulkan oleh lapisan udara ke bumi.
Gelombang SKY WAVE ini menembus lapisan ionosfir. Dengan demikian
pesawat radio FM perlu menggunakan penguat RF.

Untuk membuat radio peneima FM dengan menggunakan tuner dengan tipe


ME370-&24, MA226TS, ATAU ME 266. Perhatikan gambar berikut:

Gbr. 5.53. Diagram Tuner ME 370-T24


IF output

1 2 3 4 5 6

+ Vcc

Gbr. 5.54. Diagram Tuner MA 226TS

IF output

1 2 3 4 5 6

AGC

+ Vcc
Gbr. 5.55. Diagram Tuner ME 266 B

IF output

1 2 3 4 5 6

AGC

+ Vcc

Keterangan :

Tuner ini terdiri dari lingkaran penala yang dilengkapi dengan mikser dan
osilator. Adapun transistor yang digunakan adalah transistor tipe C3195 atau yang
sejenis. Untuk terminal kaki nomor 4 dan 6 dihubungkan menjadi satu. Adapun
kaki nomor 5 netral. Terminal kaki nomor 3 dihubungkan pada bagian penguat IF.
Untuk terminal kaki nomor 2 dihubungkan ke sumber negatif / gound. Terminal
kaki nomor 1 dihubungkan ke antena. Vcc merupakan sumber positif dari sumber
tenaga /cata daya yang digunakan.

Fungsi masing-2 bagian :

Antena penerima digunakan untuk menerima gelombang yang dipancarkan dari


stasiun pesawat pemancar. Untuk menerima gelombang radio dari seluruh arah
agar sama kuat dapat menggunakan sistem antena slim jim atau ground plane.
Sedangkan untuk menerima gelombang radio dari satu arah yang lokasinya jauh
sebaiknya menggunakan antena yagi.

FM Tuner pada bagian ini terdiri dari penguat RF/RFA, lingkaran penala, mikser,
dan osilator.
CF adalah kristal filter yang digunakan untuk mrmbuang isyarat bayangan. Kristal
filter 10,7 MHz mempunyai fungsi utama untuk menyalurkan suatu isyarat yang
berfrekuensi 10,7 MHz, sedangkan suatu isyarat yang dihasilkan dari bagian
mikser bukan 10,7 MHz akan diblok (tidak dialirkan) ke penguat IF. Untuk radio
AM ada iugua yang menerapkan kristal filter dengan frekuensi kerja 455 KHz.

IC LA 1260 (IC1) digunakan untuk penguat IF yang dihasilkan mikser.

Bagian ini terdiri dr transistor tipe SC 945 digunakan untuk memperkuat isyarat
yang dihasilkan dari IC LA1260.

Bagian ini terdiri dari tiga komponen yaitu C2, R3 dan L. Tiga komponen ini
bekerja sama merupakan rangkaian single tuned. Komponen L (induktor) nilai
induktansinya dapat berubah-ubah dengan cara mengatur posisi inti ferit di dalam
induktor.

Bagian ini terdiri dr komponen LED, yang digunakan untuk mengetahui atau
sebagai tanda IC1 sudah bekerja baik pada frekuensi 10,7 MHz. Apabila telah
bekerja dengan frekeunsi yang ditentukan 10,7 MHz dan penerimanya sudah
cukup baik, lampu LED akan menyala.

Bagian ini terdiri dari IC tipe LA 3361. IC ini mempunyai kerja ganda yaitu
sebagai Detektor FM dan pemroses signal menjadi stereo (sebagai dekoder).

Bagian ini merupakan LED yang digunakan untuk mengetahui IC LA 3361 sudah
bekerja atau mengeluarkan signal stereo. Jika menghasilkan signal stereo maka
LED akan menyala.

Bagian ini merupakan regulator tegangan.

Bagian ini terdiri dari komponen IC tipe HA 13001 yang merupakan penguat
audio stereo.

Gbr. 5.56. Bentuk phisik Tuner mono

Gbr. 5.57. Gambar radio penerima FM stereo dengan IC


Gbr.5.58. Radio Penerima FM stereo Straight IC Sistem

Daftar Komponen :

R1, R6 = 6K8 C1, C5, C21 = 20 nF C11 = 560 pF

R2, R7, R8 = 1K C2, C3, C12 = 47 nF C14, C15 = 1


uF/1 uF

R3 = 22 K C4, C7, C13 = 0,47 uF/50V C20 = 100 uF/16V

R4, R9, R11 = 4K7 C6 = 1,5 uF/16V CF = 10,7 MHz

R5 = 470 C8, C9, C17, C18 = 10 uF/16 V

VR1 = trimpot 10 K C10, C16, C19 = 100 nF Q1 = C828

L1 MF Biru D3 1N4002

Dari Tuner signal yang ditangkap oleh antene diumpankan ke IC LA1260. IC ini
berfiungsi sebagai rangkaian penala tingkat RF. Juga berfungsi sebagai rangkaian
osilator yang frekuensinya dicampur di bagian mixer.

IC LA3361 akan berfungsi sebagai penguat frekuensi menengah dari beberapa


tingkat. Output IC ini adalah dalm bentuk stereo sehingga bisa langsung
disambungkan ke bagian penguat audio untuk emmperkuat sinyal-sinyal yang
telah dihasilkan.

Anda mungkin juga menyukai