Sindrom Insensitivitas Androgen PDF
Sindrom Insensitivitas Androgen PDF
PENDAHULUAN nyak kasus infertilitas pada pria yang Walaupun testosteron dapat diproduksi
tidak dapat diterangkan sebabnya langsung ataupun tidak langsung dari
Sindrom insensitivitas androgen (andro- ternyata merupakan derajat ringan re- ovarium dan adrenal pada kehidupan se-
gen insensitivity syndrome, AIS) adalah sistensi androgen. AIS pada dasarnya lanjutnya, sumber utama testosteron pada
sekumpulan gangguan perkembangan merupakan kerancuan antara genotip kehidupan awal fetus adalah testis, yang
seksual akibat mutasi gen penyandi resep- dan fenotip gender. Secara konvensional, berperan besar dalam diferensiasi seksual.
tor androgen.1 Pada AIS, seseorang yang seseorang dikatakan ber-genotip perem- Sebelum kelahiran, testosteron merang-
secara genetik laki-laki (karena mempunyai puan bila memiliki kromosom 46XX dan sang karakteristik primer seks laki-laki. Saat
satu kromosom X dan satu kromosom Y) bergenotip laki-laki bila memiilki kromo- pubertas, testosteron berpengaruh terha-
mengalami resistensi terhadap hormon som 46XY. Berkaitan dengan kaidah ini, dap ciri kelamin sekunder laki-laki.2
laki-laki sehingga hasil akhirnya secara fisik individu pengidap AIS memiliki fenotip
berpenampilan wanita. perempuan dengan kromosom 46XY Efek Prenatal Testosteron pada Fetus
(genotip laki-laki). 2 46XY
Sebagian besar AIS berpenampilan under- Pada fetus normal dengan kariotipe 46XY,
virilization dengan beragam derajat dan/ FISIOLOGI keberadaan gen SRY merangsang tes-
atau keadaan infertilitas. Seseorang dengan Fungsi Normal Androgen dan Reseptor tis untuk membentuk genital ridges pada
complete androgen insensitivity syndrome Androgen abdomen fetus beberapa minggu setelah
(CAIS) berpenampilan laki-laki, kecuali Untuk dapat memahami sindrom insen- konsepsi. Pada 6 minggu masa gestasi,
kariotipe 46XY yang disertai testis ande- sitivitas androgen, sebaiknya dimulai de- anatomi fetus XY atau XX tidak dapat
sensus, yaitu keadaan yang disebut testicu- ngan menyegarkan kembali ingatan kita dibedakan, hanya berupa jaringan yang be-
lar feminization. Sejak tahun 1990, terung- mengenai efek normal testosteron pada lum berkembang yang akan menjadi phal-
kap pemahaman mekanisme molekuler AIS perkembangan pria maupun wanita.3 lus, dan terdapat saluran urogenital yang
sekaligus pengelolaannya. Androgen mamalia adalah testosteron terbuka dengan lipatan kulit bakal labia
beserta metabolitnya yang lebih poten, atau skrotum. Pada kehamilan 7 minggu,
Sangatlah penting memberikan perlindung- dihidrotestosteron (DHT). Reseptor testis mulai memproduksi testosteron. Se-
an hukum untuk golongan ini dan intersek- androgen adalah molekul protein besar cara langsung, seperti juga DHT, testos-
sual lainnya, juga meningkatkan kesadaran yang terdiri dari 910 asam amino. Setiap teron beraksi pada kulit dan jaringan area
publik dengan cara memacu pemahaman/ molekul terdiri dari bagian yang terikat an- genital. Ketika memasuki usia kehamilan 12
pengertian dan penerimaan dari keragaman drogen, yaitu bagian jari zing yang terikat minggu, terbentuklah penis dengan lubang
alamiah identitas gender ini. Informasi yang pada DNA dalam area sensitif kromatin uretra di ujungnya, sedangkan perineum
berharga, akurat, dan ilmiah untuk pasien dan area yang mengontrol transkripsi. Tes- menyatu dan menipis membentuk skrotum
sangat diperlukan, demikian pula para dok- tosteron pada sirkulasi berdifusi ke dalam yang siap untuk menerima testis. Bukti-
ter tidak lagi serta merta merekomendasi- sitoplasma sel sasaran, kemudian dime- bukti menunjukkan bahwa remodeling ini
kan terapi konvensial melalui pembedahan. tabolisme menjadi estradiol, sebagian di terjadi selama kehidupan fetus, dan jika
Keputusan memilih intervensi bedah kini rubah menjadi DHT, dan sisanya tetap se- tidak lengkap pada usia 13 minggu karena
dipandang sebagai hak/kebebasan pasien, bagai testosteron. Testosteron dan DHT tidak ada sejumlah testosteron, tidak akan
bukan sesuatu yang diharuskan untuk me dapat mengikat reseptor androgen (an- terjadi penutupan vagina dan perpindahan
ngoreksi keadaan-keadaan yang ambigu, drogen receptor, AR); DHT lebih poten lubang uretra. Selanjutnya, testosteron dan
seperti AIS. dan berefek lebih lama. Kombinasi AR- DHT mempengaruhi perkembangan penis
DHT mengalami dimerisasi dengan cara dan derivat saluran Wolffii interna (pros-
berikatan dengan AR-DHT kedua, lalu tat, epididimis, vesikula seminalis, dan vas
INSIDENS DAN GENETIK keduanya mengalami fosforilasi dan selu- deferens).3
Insidens CAIS adalah 1:20.000. Insidens ruh senyawa kompleks tersebut masuk ke
derajat yang lebih rendah dari resistensi dalam inti sel untuk berikatan dengan ele- Efek Testosteron Postnatal pada Fetus
androgen tidak diketahui; menurut be- men androgen pada regio promoter gen 46 XY
berapa peneliti, bisa lebih banyak atau target yang sensitif terhadap androgen. Saat kelahiran, kadar testosteron rendah,
bahkan lebih sedikit dari insidens CAIS. Transkripsi diamplifikasi atau dihambat tetapi kemudian meningkat dalam bebe-
Bukti-bukti memperlihatkan bahwa ba- oleh koaktivator atau korepresor.2 rapa minggu. Setelah 2 bulan, tercapai
Daftar Pustaka
1. McPhaul MJ. Androgen receptor mutations and androgen insensitivity. Molecular and Cellular Endocrinology 2002; 198(1-2):617.
2. Lee HJ, Chang C. Recent advances in androgen receptor action. Cellular and Molecular Life Sciences 2003; 60(8):161322.
3. Nitsche EM, Hiort O. The molecular basis of androgen insensitivity. Hormone Research 2000; 54(5-6):32733.
4. Androgen insensitivity syndrome. Online mendelian inheritance in man. Johns Hopkins University. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/dispomim.
cgi?id=300068 (retrieved July 15, 2009)
5. Partial androgen insensitivity. Online mendelian inheritance in man. Johns Hopkins University. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/dispomim.
cgi?id=312300 (retrieved July 15, 2009)
6. Wisniewski AB, Migeon CJ, Meyer-Bahlburg HF, et al. Complete androgen insensitivity syndrome: long-term medical, surgical, and psychosexual outcome. The
Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism 2000; 85(8):26649.
7. Androgen insensitivity syndrome ethical and legal implications of genetic testing. Available from: http://www.gghjournal.com/volume23/3/ab03.cfm
8. Official Positions. Available from: http://www.intersexualite.org/English-Offical-Position.html
9. Wysolmerski JJ, Insogna KL. The parathyroid glands, hypercalcemia, and hypocalcemia. In: Kronenberg HM, Schlomo M, Polansky KS, Larsen PR (Eds). Williams
Textbook of Endocrinology. 11th ed. St. Louis, Mo: WB Saunders, 2008; chap. 266.
10. Bringhurst FR, Demay MB, Kronenberg HM. Disorders of Mineral Metabolism. In: Kronenberg HM, Schlomo M, Polansky KS, Larsen PR (Eds). Williams Textbook
of Endocrinology. 11th ed. St. Louis, Mo: WB Saunders, 2008; chap. 27.
11. Speroff L, Fritz MA. Normal and abnormal growth and pubertal development. In: Clinical gynecologic endocrinology and infertility. 8th ed. Washington: Lippincott
William and Wilkins, 2011; pp.391-434.
12. Speroff L, Fritz MA. Amenorrhea. In: Clinical gynecologic endocrinology and infertility. 8th ed. Washington: Lippincott William and Wilkins, 2011; pp.435-93.