Teori Orbital Molekul
Teori Orbital Molekul
KELOMPOK V
B
A. Latar Belakang
Struktur atom dan metoda mekanika gelombang memungkinkan untuk
memecahkan persoalan pokok dalam ilmu kimia, yaitu apa yang menyebabkan
atom dapat saling berikatan menjadi molekul. Ada beberapa teori yang
memberikan postulat postulatnya tentang bagaimana bentuk dari suatu senyawa,
antara lain, teori Valence-Shell Elektron Pair Repulsion (VSEPR), teori Ikatan
Valensi, teori Orbital Molekul, teori Lewis, dan sebagainya. Mengenai ikatan
kovalen, dikenal dua jenis pendekatan yaitu teori Orbital Molekul (teori MO) dan
teori ikatan valensi (teori VB). Berdasarkan teori ikatan valensi, ikatan kovalen
dapat terbentuk jika terjadi tumpang tindih orbital valensi dari atom yang
berikatan. Teori Ikatan Valensi mampu secara kualitatif menjelaskan kestabilan
ikatan kovalen sebagai akibat tumpang-tindih orbital-orbital atom. Dengan konsep
hibridisasi pun dapat dijelaskan geometri molekul sebagaimana yang diramalkan
dalam teori VSEPR, tetapi sayangnya dalam beberapa kasus, teori ikatan valensi
tidak dapat menjelaskan sifat-sifat molekul yang teramati secara memuaskan.
Contohnya adalah molekul oksigen, yang struktur Lewisnya sebagai berikut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah ini adalah:
1. Bagaimana isi teori orbital molekul?
2. Bagaimana proses pembentukan orbital molekul pada senyawa homointi dan
heterointi?
3. Bagaimana hubungan orde ikatan dengan kestabilan molekul?
C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui isi teori orbital molekul.
2. Mengetahui proses pembentukan orbital molekul pada senyawa homointi dan
heterointi.
3. Mengetahui hubungan orde ikatan dengan kestabilan molekul.
(a)
(b)
Gambar 2.1 (a) interaksi konstruktif yang menghasilkan orbital molekul ikatan
sigma (b) interaksi destruktif yang menghasilkan orbital molekul antiikatan sigma.
Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa pada orbital molekul antiikatan
sigma terdapat simpul (node) yang menyatakan kerapatan elektron nol, sehingga
kedua inti positif saling tolak-menolak.
Gambar 2.2 Tingkat energi orbital molekul ikatan dan antiikatan molekul H2
(a)
(b)
Gambar 2.3 (a) pembentukan satu orital molekul ikatan sigma dan satu orbital
molekul antiikatan sigma ketika orbital p saling tumpang tindih ujung-ke-ujung.
(b) ketika orbital p saling tumpang tindih menyamping, terbentuk suatu orbital
molekul pi dan suatu orbital molekul antiikatan pi.
Gambar 2.7 Orbital molekul H2, tanda panah mengindikasikan spin elektronnya
Terbentuknya orbital molekuler pada molekul H2 dapat didekati dengan
metoda KLOA (Kombinasi Linear Orbital Atomik) sebagai berikut:
= N (x + y)
* = N (x + y)
= fungsi gelombang untuk orbital molekuler
= fungsi gelombang untuk orbital molekuler
x dan y = fungsi gelombang orbital 1s hidrogen untuk atom x dan y
N = konstanta normaliasi
N mempunyai nilai sedemikian sehingga:
Orde ikatan antar atom adalah separuh dari jumlah elektron yang ada di
orbital ikatan dikurangi dengan jumlah yang ada di orbital anti ikatan. Misalnya,
dalam N2 atau CO, orde ikatannya adalah (8 2)/2= 3 dan nilai ini konsisten
dengan struktur Lewisnya.
Dalam karbon monoksida, CO, karbon dan oksigen memiliki orbital 2s dan
2p yang menghasilkan baik ikatan sigma dan pi, dan ikatan rangkap tiga dibentuk
antar atomnya. Walaupun 8 orbital molekulnya dalam kasus ini secara kualitatif
sama dengan yang dimiliki molekul yang isoelektronik yakni N2 dan 10 elektron
menempati orbital sampai 3, tingkat energi setiap orbital berbeda dari tingkat
energi molekul nitrogen. Orbital ikatan 1 memiliki karakter 2s oksigen sebab
oksigen memiliki ke-elektronegativan lebih besar. Orbital antiikatan 2 dan 4
memiliki karakter 2p karbon (Gambar 2.11).
Dari rumus tersebut, dapat disimpulkan semakin banyak elektron pada orbital anti
ikatan, semakin tidak stabil molekul tersebut.
A. Kesimpulan
1. Orbital molekular adalah hasil tumpang-tindih dan penggabungan orbital
atomik pada molekul. Menurut pendekatan lurus (linear combination), jumlah
molekuler yang bergabung sama dengan orbital atomik yang bergabung. Bila
dua atom yang bergabung masing-masing menyediakan satu orbital atomik
maka dihasilkan dua orbital molekuler, salah satu merupakan kombinasi
jumlahan kedua orbital atomik yang saling menguatkan dan lainnya kombinasi
kurangan yang saling meniadakan. Kombinasi jumlahan menghasilkan orbital
molekuler ikat (bonding) yang mempunyai energi lebih rendah, dan kombinasi
kurangan menghasilkan orbital molekuler antiikat (antibonding).
2. Dalam pembentukan molekul, orbital atom bertumpang tindih menghasilkan
orbital molekul yakni fungsi gelombang elektron dalam molekul. Senyawa
diatomik homointi terdiri dari dua unsur yang memiliki inti atom yang identik.
Atom-atom yang sama akan memiliki tingkat energi yang sama pula. Atom-
atom pada senyawa heterointi memiliki keelektronegativitas yang berbeda,
maka tentu atom-atom memiliki tingkat energi yang berbeda pula.
3. Orde ikatan dapat digunakan untuk menentukan tingkat kestabilan molekul.
Semakin tinggi orde ikatan maka semakin tinggi kestabilan molekulnya.
B. Saran
Diharapkan kepada seluruh pembaca agar meeperbanyak kajian pustaka dan
mengkaji ulang teori orbital molekul karena apa yang dituliskan masih terlalu
banyak kekurangannya mengingat literatur yang digunakan masih terbatas.