Anda di halaman 1dari 136

Buku panduan pengawasan

dan kumpulan peraturan


pengendalian pencemaran lingkungan

Badan pengelolaan lingkungan hidup daerah


provinsi jawa barat

Oktober 2014
PENYUSUN:

Sub bidang pembinaan


Bidang pengendalian pencemaran lingkungan
Bplhd provinsi jawa barat

APRESIASI

UNTUK SUBSTANSI:

Ruly fatwani, aep saepuloh, fitria rakhmawati, titin sumiati, mitha


pratiwi, prima puspita sari, sofiyan hadi, indah dewi puspita, hery
herawan.

UNTUK ARAHAN:

Anang sudarna
Suharsono
Didi adji siddik
Resmiani

Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan pengendalian


pencemaran lingkungan
Cetakan 1, 2014

DITERBITKAN OLEH:

Badan pengelolaan lingkungan hidup daerah provinsi jawa barat


KATA PENGANTAR

Perbedaan jenis usaha dan/atau kegiatan dari suatu industri akan

berdampak kepada perbedaan dalam pengelolaan lingkungan yang

dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan. Untuk

itu perlu upaya peningkatan pemahaman kepada aparat pengawas

lingkungan hidup mengenai jenis usaha dan/atau kegiatan dari suatu

industri agar tepat dalam menerapkan berbagai peraturan dalam

melakukan pengendalian pencemaran lingkungan yang dilaksanakan

oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.

Pengawasan lingkungan hidup adalah kegiatan yang dilaksanakan

secara langsung ataupun tidak langsung oleh aparat pengawas

lingkungan hidup daerah untuk mengetahui ketaatan penanggung

jawab usaha dan atau kegiatan terhadap peraturan dalam melakukan

pengendalian pencemaran lingkungan. Dalam melakukan pengawasan,

pengawas dituntut untuk mempelajari industri yang akan diawasi dan

peraturan-peraturan pengelolaan lingkungan yang berkaitan dengan

hal tersebut. Oleh karena itu, bagi pengawas diperlukan teknik

pengawasan yang baik dan benar yang sesuai dengan kaidah

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

iii
Pedoman pengawasan pengendalian pencemaran industri ini

merupakan panduan untuk memudahkan pengawas lapangan dalam

mengawasi kinerja pengelolaan lingkungan pada industri untuk

memberikan gambaran yang lebih jelas tentang langkah-langkah yang

diperlukan di dalam melakukan pengawasan. Pedoman ini berisi

prinsip-prinsip pengendalian pencemaran dari sumber-sumber limbah

yang dihasilkan, strategi pengawasan proses produksi, potensi

pencemaran, persyaratan teknis, dan peraturan yang harus ditaati.

Bandung, Oktober 2014

Penyusun,

BPLHD Provinsi Jawa Barat

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................. iii

DAFTAR ISI .......................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ............................................................. vii

DAFTAR TABEL ................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................1

1.1 Latar belakang ........................................................................... 1

1.2 Maksud dan Tujuan .................................................................. 2

1.3 Sasaran ..................................................................................... 3

BAB II GAMBARAN UMUM ................................................ 4

2.1 Sumber-sumber Pencemaran Sektor Industri ......................... 4

2.2 Potensi Pencemaran Lingkungan ............................................. 6

2.2.1 Potensi Pencemaran Air ...................................................... 6


2.2.2 Potensi Pencemaran Udara ................................................. 7
2.2.3 Potensi Limbah Berbahaya dan Beracun (LB3) .................. 9
2.3 Pengelolaan Lingkungan ........................................................ 23

2.3.1 Pengendalian Pencemaran Air .......................................... 23


2.3.2 Pengendalian Pencemaran Udara ..................................... 25
2.3.3 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)
........................................................................................... 32
BAB III STRATEGI PENGAWASAN .................................. 46

3.1 Persiapan Pengawasan ........................................................... 46

3.2 Pelaksanaan Pengawasan ....................................................... 47

3.3 Format Berita Acara Pengawasan .......................................... 50

3.4 Contoh dan Penjelasan Cara Pengisian Berita Acara ..............61

v
3.5 Kegiatan Paska Kunjungan Lapangan ................................... 84

3.5.1 Pengolahan Data dan Informasi Hasil Pengawasan ......... 84


3.5.2 Penyusunan Laporan Pengawasan ................................... 84
3.5.3 Penyusunan Rekomendasi (Rencana Tindak) Pengawasan
........................................................................................... 85
3.5.4 Pemeliharaan Data dan Informasi .................................... 86
BAB IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG
LINGKUNGAN HIDUP ........................................... 87

4.1 Peraturan Perundang-Undangan Skala Nasional .................. 87

4.1.1 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.......... 87


4.1.2 Pengelolaan Sampah ......................................................... 87
4.1.3 Perlindungan dan Pengelolaan Air ................................... 88
4.1.4 Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) ............ 90
4.1.5 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (LB3)
............................................................................................ 91
4.1.6 Perlindungan dan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati 93
4.1.7 Perlindungan dan Pengelolaan Tutupan Lahan ............... 94
4.1.8 Pelestarian Fungsi Atmosfer ............................................. 95
4.1.9 Pelestarian Fungsi Udara .................................................. 96
4.1.10 Perlindungan dan Pengelolaan Laut ................................. 97
4.1.11 Instrumen Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup ................................................................................ 98
4.1.12 Data dan Informasi .......................................................... 113
4.1.13 Pengawasan dan Penegakan Hukum ............................... 113
4.1.14 Kapasitas Sumber Daya Manusia .................................... 115
4.1.15 Kapasitas Kelembagaan ................................................... 116
4.1.16 Perjanjian Internasional .................................................. 121
4.2 Peraturan Perundang-Undangan Skala Provinsi Jawa Barat
.............................................................................................. 123

DAFTAR PUSTAKA .............................................................. ix

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pencemaran Lingkungan................................................... 5

Gambar 2 Mekanisme Pengelolaan LB3 .......................................... 33

Gambar 3 Diagram Pengelolaan Limbah B3 .................................... 34

Gambar 4 Kegiatan Pengawasan ...................................................... 47

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Sumber Limbah Cair Berdasarkan Jenis Usaha .................... 6

Tabel 2 Potensi Pencemaran Udara Berdasarkan Industri ................ 8

Tabel 3 Identifikasi Jenis Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun


(LB3) Sektor Manufaktur ..................................................... 9

Tabel 4 Identifikasi Jenis LB3 Industri Agroindustri ...................... 17

Tabel 5 Identifikasi Jenis LB3 Fasilitas Umum Sektor Agroindustri


.............................................................................................18

Tabel 6 Identifikasi Jenis LB3 Sektor Pertambangan, Energi,


Minyak, Dan Gas ................................................................. 19

Tabel 7 Identifikasi Jenis LB3 Sektor Prasarana Jasa Dan Non


Institusi ................................................................................ 21

Tabel 8 Peraturan Limbah Cair ....................................................... 24

Tabel 9 Alat Pengendali Partikulat Pencemaran Udara.................. 26

Tabel 10 Alat Pengendali Gas Pencemaran Udara ............................ 27

Tabel 11 Baku Mutu Yang Digunakan Bagi Sumber Emisi............... 30

Tabel 12 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 ................... 34

Tabel 13 Checklist Form Evaluasi TPS LB3 .................................... 35

Tabel 14 Checklist Pemanfaatan Fly ash dan Bottom ash Batubara 38

Tabel 15 Checklist Pemanfaatan Substitusi Bahan Bakar ................ 39

Tabel 16 Checklist Pengolahan Secara Thermal ................................ 41

Tabel 17 Checklist Penimbunan Limbah B3 ..................................... 43

Tabel 18 Persiapan Pelaksanaan Pengawasan .................................. 46

Tabel 19 Mekanisme Pengawasan ...................................................... 47

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kasus-kasus pencemaran dan perusakan lingkungan dari sektor industri


yang terjadi akhir-akhir ini mendesak pemerintah untuk secara serius
meningkatkan efektivitas pengawasan lingkungan untuk mengetahui
tingkat ketaatan industri terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang lingkungan hidup dalam menjamin kelestarian
fungsi lingkungan dari hasil kegiatan usaha atau kegiatan industri.
Peran pemerintah berkewajiban menetapkan kebijakan dan peraturan,
pembinaan, dan bersama-sama melakukan pengawasan. Sementara
pelaku usaha berkewajiban memenuhi ketentuan perundang-undangan
lingkungan sebagaimana tertuang pada Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
serta peraturan turunannya.

Kegiatan pengawasan penaatan merupakan amanat Pasal 71 ayat (1) UU


Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang menyatakan bahwa Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan
pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab dan/atau kegiatan
atas ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan
di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Untuk itu
penguatan sistem dan perangkat pengawasan lingkungan yang efisien
dan efektif menjadi suatu keharusan.

1
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 56 Tahun 2002
tentang Pedoman Umum Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup Bagi
Pejabat Pengawas menyebutkan bahwa tujuan pengawasan lingkungan
hidup adalah untuk memantau, mengevaluasi, dan menetapkan status
ketaatan penanggung jawab usaha dan atau kegiatan terhadap:

1) Kewajiban yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan di


bidang pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan
hidup;
2) Kewajiban untuk melakukan pengelolaan lingkungan hidup dan
pemantauan lingkungan sebagaimana tercantum dalam dokumen
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL) atau persyaratan lingkungan yang tercantum dalam izin
terkait.

Kegiatan pengawasan ini diperlukan agar penanggung jawab kegiatan


menaati semua ketentuan perundang-undangan lingkungan hidup,
persyaratan dalam berbagai izin (izin usaha, izin pembuangan limbah,
dll) serta persyaratan mengenai semua media lingkungan (air, udara,
tanah, kebisingan, getaran) yang seharusnya tercantum dalam perizinan
yang telah dimiliki. Buku pedoman ini dapat dijadikan dasar dalam
pelaksanaan pengawasan pemerintah kabupaten/kota untuk
meningkatkan ketaatan industri dalam pengelolaan lingkungan hidup.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud pembuatan buku pedoman ini adalah sebagai panduan dalam


melaksanakan pengawasan penaatan pengelolaan lingkungan oleh
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.

2
Tujuan pembuatan buku pedoman ini diantaranya adalah:

Menyajikan informasi mengenai potensi pencemaran lingkungan,


dan pengelolaan lingkungannya;
Menyajikan informasi tentang rangkaian kegiatan pengawasan
mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, dan pasca pengawasan;
Memberikan pemahaman kepada para pengawas dalam memantau
dan mengevaluasi ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan yang dituangkan ke dalam Berita Acara Pengawasan.
Selanjutnya Berita Acara tersebut dijadikan acuan dalam
menetapkan status ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan terhadap ketentuan izin/dokumen lingkungan, pengelolaan
dan pengendalian pencemaran air, pengelolaan dan pengendalian
pencemaran udara, pengelolaan dan pengendalian Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3), serta Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(LB3).

1.3 Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan buku pedoman ini yaitu
untuk mengetahui tingkat ketaatan suatu kegiatan dan/atau usaha
dalam pengelolaan lingkungan serta upaya tindak lanjut yang harus
dilakukan.

3
BAB II
GAMBARAN UMUM

2.1 Sumber-sumber Pencemaran Sektor Industri

Salah satu dampak aktivitas industridari sisi lingkungan hidup adalah


terjadinya pencemaran lingkungan akibat limbah industri. Pencemaran
air, udara, tanah dan pembuangan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (LB3) merupakan persoalan yang harus dihadapi oleh kita
semua, khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan industri
tersebut. Beberapa hal yang dapat menimbulkan permasalahan,
misalnya lokasi pabrik yang dekat dengan pemukiman penduduk,
pembebasan tanah yang bermasalah, tidak dilibatkannya masyarakat
dalam rencana kegiatan, buruknya kualitas AMDAL, tidak adanya
pengolahan limbah yang baik, dan lain sebagainya.

Air limbah yang tidak dikelola dengan baik, apabila dibuang ke


lingkungan sekitar dapat mengakibatkan masuknya bahan-bahan
pencemar termasuk logam berat dan bahan berbahaya lainnya ke tanah
dan saluran-saluran air warga sekitar sampai ke sumber air masyarakat.
Pencemaran juga terjadi akibat kebisingan suara yang dihasilkan oleh
aktivitas produksi yang melebihi batas. Salah satu cara menguranginya
adalah dengan melakukan perbaikan kualitas bangunan agar dapat
menurunkan intensitas bising dan menambah pepohonan di sekitar
pabrik. Selain itu pencemaran lingkungan yang juga terjadi berupa
polusi udara, dimana polusi tersebut berasal dari kegiatan mesin-mesin
produksi pabrik yang membuang emisinya melalui cerobong, terutama
perusahaan yang dalam produksi lebih banyak melakukan kegiatan
pembakaran.

4
Gambar 1 Pencemaran Lingkungan

(Sumber: Diklat Dasar-Dasar Pengawasan Lingkungan Hidup, Pusdiklat Kementerian


Lingkungan Hidup dan Pusdiklat Provinsi Jawa Barat, 2012)

Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan dari


aktivitas industri, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran
lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Baku mutu
lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan
pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan
terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya. Adapun
prinsip pengelolaan limbah industri dapat dilakukan melalui
pendekatan teknis dan non teknis, pendekatan teknis berhubungan
dengan peraturan-peraturan, kajian sistem produksi dalam industri
tersebut yang meliputi sistem, produk, servis maupun proses.
Sedangkan pendekatan non teknis dengan peningkatan kesadaran
lingkungan masyarakat dan industri dalam menyikapi masalah
pencemaran.

5
2.2 Potensi Pencemaran Lingkungan

2.2.1 Potensi Pencemaran Air

Berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat


No. 6 Tahun 1999, limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang
dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan
diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Sumber-sumber limbah
cair tersebut dapat berasal dari seluruh proses kegiatan yang meliputi
limbah cair domestik, limbah cair dari proses produksi bagi kegiatan
industri, perhotelan dan dari kegiatan klinis bagi kegiatan rumah sakit.

Sumber dan kegiatan yang menghasilkan limbah cair berdasarkan jenis


usaha dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Sumber Limbah Cair Berdasarkan Jenis Usaha


No. Jenis Sumber Air Limbah Kegiatan yang
Usaha/Kegiatan Menghasilkan Air
Limbah
1. Rumah Sakit Sarana Perawatan Ruang rawat jalan, ruang
rawat inap, ruang operasi
dan IPI, ruang kamar
bersalin, ruang rawat bedah,
ruang Instalasi Gawat
Darurat (IGD), ruang
Intensive Care Unit (ICU).
Sarana Penunjang Ruang farmasi,
laboratorium, ruang
sterilisasi, ruang instalasi
gizi, ruang jenazah, instalasi
gizi/dapur, laundry
Sarana umum Ruang kantor, fasilitas sosial
2. Keramik Sarana produksi Proses persiapan bahan
baku, penanganan dan
penyimpanan, shaping glate
preparation, off gas
treatment, dan pengeringan.
3. Pupuk Sarana produksi Proses oksidasi parsial
untuk memproduksi karbon
dioksida, ceceran air bekas
cuci atau buangan dari
absorber, blowdown,
kompresor,dll.
Sarana penunjang Laboratorium
4. Pulp dan kertas Sarana produksi Proses chemical making ,
ruang proses pemutihan,

6
No. Jenis Sumber Air Limbah Kegiatan yang
Usaha/Kegiatan Menghasilkan Air
Limbah
pulp making, dan black
liquor thickening.
5. Peleburan besi dan Sarana penunjang Laboratorium dan ruang
baja proses pendinginan.
6. Hotel Fasilitas kamar Kamar mandi dan toilet
meliputi washtafel,
shower/bathtub,
pembersihan kamar mandi.
Fasilitas umum Dapur dan restoran,
meliputi pencucian bahan
masakan, peralatan masak
dan peralatan makan.
Laundry, kolam berenang,
alat pendingin (ac dan
refrigerator), dan alat
pemadam kebakaran
7. Tekstil Sarana produksi Proses pengkanjian, proses
penghilangan kanji,
pengelantangan,
pemasakan, merserisasi,
pewarnaan, pencetakan, dan
proses penyempurnaan.
Sarana utilitas Pencucian sarana dan
peralatan serta blowdown.
8. Minyak Sawit Sarana produksi Sterilisasi, pemurnian, dan
pemisahan inti sawit dengan
cangkang.
9. Semen Sarana umum Utilitas, pencucian
kendaraan dan alat berat,
domestik.

2.2.2 Potensi Pencemaran Udara

Emisi udara adalah komponen-komponen yang dihasilkan dari suatu


pembakaran yang dikeluarkan langsung dari sumbernya. Sumber emisi
udara utama usaha dan/atau kegiatan biasanya berasal dari
pengoperasian boiler (ketel uap) dan genset. Genset pada umumnya
bersifat sebagai cadangan (stand by) ketika aliran listrik padam.
Parameter pencemar udara yang dihasilkan dari ruang pembakaran
boiler dan genset bergantung pada bahan bakar yang digunakan.
Potensi pencemaran berdasarkan jenis industri dapat dilihat pada
Tabel 2.

7
Tabel 2 Potensi Pencemaran Udara Berdasarkan Industri
No. Jenis Industri Sumber pencemaran Potensi emisi
1. Rumah Sakit Genset CO, NOx, SOx, Partikulat,
Incinerator Partikulat, SO2, NO2, HF,
CO, HCl, CH4, As, Cd, Cr, Pb,
Hg, Ti, Opasitas
2. Keramik Kiln, utilitas (genset, NOx, SOx, TSP, HF,
boiler) Opasitas, CO
3. Pupuk Pabrik pupuk ammonium Total partikel, NH3, SO2,
sulfat ZA: NO2
Drier scrubber, saturator,
exhaust gas scrubber,
unit asam sulfat, dan gas
turbin
Pabrik pupuk urea: NO2, NH3, total partikel
Primary reformer,
prilling tower, dan gas
turbine/waste heat boiler.
Pabrik pupuk fosfat: Total partikel dan fluor
Penyimpanan bahan ball
mill, unit reaksi, unit
granulasi
Pabrik pupuk majemuk Total partikel, fluor, dan
NPK:scrubber amoniak
Utilitas: Power boiler SO2, NO2
4. Pulp dan kertas Boiler, incinerator, turbin SO2, Cl2, ClO2, CO, NO2.
generator SO2, partikulat
5. Peleburan besi Unit DR Plant (cerobong SO2, NO2, dan partikulat
dan baja pabrik besi spons dan
cerobong pabrik hyl),
proses peleburan, rolling
mill, rotary kiln, dan
boiler.
6. Hotel Genset, boiler SO2, CO, NOx, dan jelaga
7. Elektronik Persiapan plat, electroless Partikulat, uap asam, VOC,
plating, imaging, uap organik, ammonia, CFC
electroplating, tahap
akhir, dan tes
8. Tekstil Mesin penyempurnaan, TSP, NOx, SOx, Minyak dan
stentering, proofing, dry Mist, Solven, VOC, CO2,
cleaning, proses Amonia, Formaldehid, CO,
pencucian, boiler, dan uap asam.
pencelupan dan
pencetakan, pelepasan
dan penyempurnaan
crosslink.
9. Semen Kiln plant/stack kiln, Partikulat, debu, SO2, NO2
packling, coal mill, dan
finish mill.

8
2.2.3 Potensi Limbah Berbahaya dan Beracun (LB3)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 Tahun


1999, Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)merupakan bahan
yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau
merusakkan lingkungan hidup dan/atau membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.
Limbah B3 Menurut Karakteristiknya antara lain :
1. Mudah meledak (misal : bahan peledak);
2. Mudah terbakar ( misal: bahan bakar, solven);
3. Bersifat reaktif (misal: bahan-bahan oksidator);
4. Beracun (misal: HCN, Cr(VI)) ;
5. Menyebabkan infeksi (limbah bakteri/rumah sakit);
6. Bersifat korosif (misal: asam kuat).
7. Pengujian toksikologi untuk menentukan sifat akut dan atau kronik
{karsinogenik, mutagenik dan teratogenik (merkuri, turunan
benzena), bahan radioaktif (uranium, plutonium,dll)}.

Adapun sumber limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) spesifik


dari berbagai sektor dapat dilihat pada Tabel 3- Tabel 7.

Tabel 3 Identifikasi Jenis Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)


Sektor Manufaktur
No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah
1. Pupuk - Proses produksi Sumber spesifik
ammonia, - Katalis bekas
urea/asam sulfat - sludge proses produksi
- IPAL yang - limbah laboratorium
mengolah efluen - sludge dari IPAL
dari proses - Karbon aktif bekas
produksi di atas - Alumina ball

Sumber Tidak Spesifik:


- Limbah PCB
- Pelumas bekas
- Kemasan
terkontaminasi LB3
(majun, sarung tangan,
dll)

9
No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah
- Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen,
drum, dll)
2. Peleburan/pengolaha - Proses peleburan Sumber Spesifik
n besi dan baja besi/baja - Ash, dross, slag dari
- Proses casting furnace
besi/baja - Debu, residu, dan/atau
- Proses besi/baja: sludge dari fasilitas
rolling, drawing, pengendali pencemaran
sheeting udara
- Coke - Sludge dari IPAL
manufacturing - Pasir foundry dan debu
- IPAL yang cupola
mengolah efluen - Simulsi minyak dari
dari coke pendingin pelumas
oven/blast furnace - Sludge ammonia
- Sludge dari proses
rolling

Sumber Tidak Spesifik:


- Slag
- Millscale
- Debu EAF
- Pelumas bekas
- Kemasan
terkontaminasi LB3
(majun, sarung tangan,
dll)
- Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen,
drum, dll)
3. Tekstil - Proses finishing Sumber Spesifik:
tekstil - Sludge dari IPAL yang
- Proses dyeing mengandung logam
bahan bahan tekstil berat
- Proses printing - Pelarut bekas
bahan tekstil (cleaning)
- IPAL yang - Fire retardant
mengolah efluen (SB/senyawa brom
proses kegiatan di organic)
atas Sumber Tidak Spesifik:
- Fly ash dan bottom ash
- Pelumas bekas
- Kemasan bekas B3 dan
limbah B3 (kaleng cat,
drum)
- Kemasan
terkontaminasi LB3
(majun, sarung tangan)
4. Manufaktur dan - Seluruh proses Sumber Spesifik:
Perakitan kendaraan yang berhubungan - Sludge proses produksi
dan Mesin dengan fabrikasi - Pelarut bekas dan
dan finishing cairan pencuci (organik
logam, manufaktur dan anorganik)
mesin, dan suku - Residu proses produksi
cadang dan - Sludge dari IPAL
perakitan, Sumber Tidak Spesifik:

10
No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah
termasuk kegiatan - Potongan PCB tersolder
pengecatan - Scrub timah solder
- IPAL yang - Kemasan bekas B3 dan
mengolah efluen LB3 (kaleng cat, drum,
dari proses di atas dll)
- Tinner bekas
- Coolant radiator
- sludge painting
- pelumas bekas
- kemasan
terkontaminasi LB3
(majun, sarung tangan)
5. Elektroplating dan - semua proses yang Sumber spesifik:
galvanis berkaitan dengan - Sludge pengolahan dan
kegiatan pelapisan pencucian
logam termasuk - Larutan pengolah bekas
proses perlakuan - Larutan asam
phospating, (pickling)
etching, polishing - Dross, slag
chemical - Pelarut bekas
conversion coating, (terklorinasi)
anodizing - Larutan bekas proses
- pre treatment: degreasing
pickling - Sludge dari IPAL
degreasing, - Residu dan larutan
stripping, cleaning, batch
grinding, sand - Mill scale
blasting weld - Abu timah
cleaning - HCl
depainting Sumber Non Spesifik:
- IPAL yang - Pelumas bekas
mengolah efluen - Aki bekas
proses - E-waste (computer,
elektroplating dan printer, dll)
galvanis - Lampu TL bekas
6. Cat (varnish dan - MFDP cat Sumber Spesifik:
bahan pelapis lain) - IPAL yang - Sludge cat
mengolah efluen - Pelarut bekas
proses yang - Sludge dari IPAL
berkaitan dengan - Filter bekas
cat - Produk off-spec
- Residu proses destilasi
- Cat anti korosi (Pb, Cr)
- Debu/sludge dari unit
pengendalian
pencemaran udara
- Sludge proses painting
- Solvent based
- Water based
Sumber Non Spesifik:
- Pelumas bekas
- Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen,
drum)
- Kemasan
terkontaminasi LB3
(majun, sarung tangan)

11
No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah
- E-waste (computer,
printer, dll)
7. Batere Sel Kering - MFDP batere sel Sumber Spesifik:
kering - Sludge proses produksi
- IPAL yang - Residu proses produksi
mengolah efluen - Batere bekas, off spec,
proses produksi dan kadaluarsa
batere - Sludge dari IPAL
- Metal powder
- Dust, slag, ash
Sumber Non Spesifik:
- Batere kadaluarsa
- BM sedotan/sapuan
- Abu insinerator
- Minyak pembersih
solar
- Pelumas bekas
- Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen,
drum)
- Kemasan
terkontaminasi LB3
(majun, sarung tangan)
- E-waste (computer,
printer, dll)
8. Batere Sel Basah - MFDP batere sel Sumber Spesifik:
kering - Sludge proses produksi
- IPAL yang - Batere bekas
mengolah efluen kadaluarsa dan off spec
proses batere - Sludge dari IPAL
- Larutan asa/alkali
- Dross
- Lead powder
Sumber Non Spesifik:
- Pelumas bekas
- Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen,
drum)
- Kemasan
terkontaminasi LB3
(majun, sarung tangan)
- E-waste (computer,
printer, dll)
9. Komponen - Manufaktur dan Sumber Spesifik:
elektronik/peralatan perakitan - Sludge proses produksi
elektronik komponen, serta - Pelarut bekas
peralatan - Merkuri
elektronik contractors/switch
- IPAL yang - Lampu fluorosens (Hg)
mengolah efluen - Coated glass
proses - Larutan etching untuk
printed circuit
- Caustic stripping
(photoresist)
- Residu solder dan
fluxnya
- Limbah pengecatan

12
No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah
- PBC breaking
- Thinner dan flux
- Solder waste
- Phosphating waste
- Polyol
Sumber Non Spesifik:
- Pelumas bekas
- Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen,
drum)
- Kemasan
terkontaminasi limbah
(majun, sarung tangan)
- E-waste (computer,
printer, dll)
10. Farmasi - MFDP produk Sumber Spesifik:
farmasi - Sludge dari fasilitas
- IPAL yang produksi
mengolah efluen - Pelarut bekas
proses manufaktur - Produk off spec
dan produksi kadaluarsa dan sisa
farmasi - Sludge dari IPAL
- Peralatan dan kemasan
bekas
- Residu proses produksi
dan formulasi
- Absorben dan filter
(karbon aktif)
- Residu proses destilasi,
evaporasi dan reaksi
- Limbah laboratorium
- Residu dari proses
insinerasi
Sumber Non Spesifik:
- Katalis bekas
- Fly ash
- Limbah laboratorium
- Pelumas bekas
- Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen,
drum)
- Kemasan
terkontaminasi LB3
(majun, sarung tangan)
- E-waste (computer,
printer, dll)
11. Sabun- - Proses manufaktur Sumber Spesifik:
detergen/produk dan formulasi - Residu produksi dan
pembersih produk konsentrat
desinfaktan/kosmetik - Filter dan absorben
bekas
- Pelarut bekas
- Konsentrat off spec dan
kadaluarsa
- Limbah laboratorium
- Sludge dari IPAL
Sumber Non Spesifik:

13
No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah
- Batubara
- Pelumas bekas
- Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen,
drum)
- Kemasan
terkontaminasi LB3
(majun, sarung tangan)
- E-waste (computer,
printer, dll)
12. Gelas - Manufakturing dan Sumber Spesifik:
keramik/Enamel formulasi produk - Bubuk gelas-terlapis
gelas dan logam
keramik/enamel - Emulsi minyak
- Residu dari proses
etching
- Hg (glass switches)
- Debu/sludge dari
peralatan pencemaran
udara
- Residu opal glass-As
- Bronzing dan
decolorizing agent-As
Sumber Non Spesifik:
- Pelumas bekas
- Kemasan bekas B3 dan
LB3
- Kemasan kimia
kadaluarsa
- Kemasan
terkontaminasi B3
(majun, sarung tangan)
- Filter oli bekas
- Serbuk gergaji bekas
- Reject product
13. Chemical industry - Degreasing, Sumber Spesifik:
descalling, - Alkali, pelarut
phosphating, asam/larutan oksidator
derusting yang terkontaminasi
passivation, logam, minyak, gemuk
refinishing - Residu dari kegiatan
pembersihan
Sumber Tidak Spesifik:
- Pelumas bekas
- Kemasan bekas B3 dan
LB3 ( kaleng, jerigen,
drum)
- Kemasan
terkontaminasi LB3
(majun, sarung tangan)
- E- waste (computer,
printer, dll)
- Limbah laboratorium
(botol bekas)
- Lampu TL
- Aki bekas

14
No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah
14. Semua jenis industri - Proses Sumber Spesifik:
yang replacement, - Asbestos
menghasilkan/mengg refilling, Sumber Tidak Spesifik:
unakan listrik reconditioning atau - Pelumas bekas
retrofitting dari - E-waste (computer,
transformer dan printer, dll)
capasitor - Lampu TL
- Aki bekas
15. Semua jenis industri - AC, atap, insulation Sumber Spesifik:
konstruksi - Asbestos
Sumber Tidak Spesifik:
- Pelumas bekas
- E-waste (computer,
printer, dll)
- Lampu TL
- Aki bekas
16. Bengkel pemeliharaan - Pemeliharaan Sumber Spesifik:
kendaraan mobil, motor, - Pelumas bekas
kereta api, pesawat, - Pelarut (cleaning
termasuk body degreasing)
repair - Limbah cat
- Asam
- Batere bekas
Sumber Tidak Spesifik:
- Pelumas bekas
- Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen,
drum)
- Kemasan
terkontaminasi LB3
(majun, sarung tangan)
- E-waste (computer,
printer, dll)
17. Plastik - Sumber Spesifik:
- Solvent bekas
Sumber Tidak Spesifik:
- Pelumas bekas
- Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen,
drum)
- Kemasan
terkontaminasi LB3
(majun, sarung tangan)
- E-waste (computer,
printer, dll)
18. Sepatu - Sumber Spesifik:
- Solvent bekas
Sumber Tidak Spesifik:
- Pelumas bekas
- Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen,
drum)
- Kemasan terkominasi
LB3 (majun, sarung
tangan)
- E-waste (computer,
printer, dll)

15
No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah
- Limbah
laboratorium/medis
19. Ban - Sumber Spesifik:
- Sludge/oil separator
Sumber Tidak Spesifik:
- Pelumas bekas
- Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen,
drum)
- Kemasan terkominasi
LB3 (majun, sarung
tangan)
- E-waste (computer,
printer, dll)
20. Rayon - Sumber Spesifik:
- Katalis bekas
- Fly ash
Sumber Tidak Spesifik:
- Pelumas bekas
- Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen,
drum)
- Kemasan terkominasi
LB3 (majun, sarung
tangan)
- E-waste (computer,
printer, dll)
- Limbah laboratorium
(botol bekas)
- Lampu TL
- Aki bekas
21. Kaca - Pembakaran silica Sumber Spesifik:
dalam gas furnace - Dust checker
- Boiler - Sludge dari IPAL
- VCM Plant - Fly ash dan bottom ash
- Residu proses produksi
- Katalis bekas
Sumber Tidak Spesifik:
- Pelumas bekas
- Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen,
drum)
- Kemasan
terkontaminasi LB3
(majun, sarung tangan,
kerak lem)
- E-waste (computer,
printer, dll)
- Limbah
laboratorium/medis

16
Tabel 4 Identifikasi Jenis LB3 Industri Agroindustri
Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah
No.
1. Boiler yang Boiler 1. Fly ash batubara
menggunakan bahan 2. Bottom ash batubara
bakar batubara
2. Agar-agar Workshop, kantor Lihat Tabel 5
3. Gula Workshop, kantor, Lihat Tabel 5
gudang bahan kimia,
laboratorium,
poliklinik
4. Jamu Workshop, kantor, Lihat Tabel 5
gudang bahan kimia,
laboratorium,
poliklinik
5. Karet Workshop, kantor, Lihat Tabel 5
gudang bahan kimia,
laboratorium,
poliklinik
6. Kina Proses produksi Ampas kina/residu
destilasi
Workshop, kantor, Lihat Tabel 5
gudang bahan kimia,
laboratorium,
poliklinik
7. Makanan dan minuman Proses produksi Sludge
(kecap, saos, air
mineral, minuman Workshop kantor, Lihat Tabel 5
ringan, makanan gudang bahan kimia,
ringan, kerupuk, laboratorium,
pengalengan makanan, poliklinik
cold storage)
8. Minyak goreng Proses produksi - Spent earth
- Sludge minyak/lemak
Workshop kantor, Lihat Tabel 5
gudang bahan kimia,
laboratorium,
poliklinik
9. Pakan ternak Workshop kantor, Lihat Tabel 5
gudang bahan kimia,
laboratorium
10. Penyamakan kulit Proses produksi Limbah
IPAL trimming/shaving/bufing
Sludge IPAL dari proses
tanning dan finishing
Kerak cat
Workshop,kantor Lihat Tabel 5
11. Peternakan Workshop Lihat Tabel 5
/Penggemukan hewan Kantor
12. Plywood (kayu lapis) Proses produksi Kerak lem, sisa lem
IPAL Sludge IPAL
Workshop, kantor, Lihat Tabel 5
gudang bahan kimia
13. Rokok Proses produksi Tinta bekas
Kemasan bekas tinta

17
Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah
No.
Workshop, kantor, Lihat Tabel 5
gudang bahan kimia,
laboratorium,
poliklinik
14. Sawit dan tapioka Workshop, kantor, Lihat Tabel 5
gudang bahan kimia,
laboratorium, klinik
15. Teh Workshop, kantor, Lihat Tabel 5
gudang bahan kimia
16. Tepung terigu dan Workshop, kantor, Lihat Tabel 5
tapioka gudang bahan kimia,
laboratorium
17. Kertas Proses produksi Sisa tinta printing
Kemasan bekas tinta
printing
Sludge tinta converting
Sludge tinta coragated
IPAL Sludge IPAL (proses
kimia/biologi)
Workshop, kantor, Lihat Tabel 5
gudang bahan kimia
18. Pulp Proses Produksi Dregs dan Grits
IPAL Suldge IPAL
Workshop, kantor, Lihat Tabel 5
gudang bahan kimia,
poliklinik
19. MSG Workshop, kantor, Lihat Tabel 5
gudang bahan kimia
20. Gula rafinasi IPAL Sludge IPAL
Workshop, kantor, Lihat Tabel 5
gudang bahan kimia

Tabel 5 Identifikasi Jenis LB3 Fasilitas Umum Sektor Agroindustri

No. Sumber limbah Jenis limbah


1. Workshop 1. Pelumas bekas
2. Filter bekas
3. Aki bekas
4. Majun terkontaminasi LB3
5. Serbuk gergaji terkontaminasi LB3
6. Solar bekas
2. Gudang bahan kimia 1. Kemasan bekas bahan kimia
2. Bahan kimia kadaluarsa
3. Laboratorium 1. Limbah laboratorium cair
2. Limbah laboratorium padat
4. Klinik/poliklinik 1. Limbah klinis

18
Tabel 6 Identifikasi Jenis LB3 Sektor Pertambangan, Energi, Minyak,
Dan Gas
No. Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah
1. Emas dan tembaga Proses produksi/ Spesifik
pengolahan ore, - Tailing
Workshop, - Limbah fire assay
perkantoran dan (ceramic, flux, cupell)
perumahan, - Bahan kimia kadaluarsa
laboratorium, utilitas - Limbah laboratorium
(PLTU dll)
Non Spesifik
- Oli bekas
- Grease bekas
- Filter bekas
- Aki bekas
- Baterai
- Hose bekas
- Majun/ material
terkontaminasi
- Kemasan terkontaminasi
limbah B3
- E-waste (catridge/toner
bekas, monitor, dll)
- Lampu TL bekas
- Fly ash and Bottom ash
- Limbah medis/infeksius
2. PLTU/PLTG/ Spesifik
PLTGU/PLTD - Sludge IPAL
- Limbah laboratorium

Non Spesifik
- Oli bekas
- Grease bekas
- Filter bekas
- Aki bekas
- Baterai
- Hose bekas
- Majun/ material
terkontaminasi
- Kemasan terkontaminasi
limbah B3 (drum bekas,
kaleng cat, kemasan
bahan kimia)
- E-waste (catridge/toner
bekas, monitor, dll)
- Lampu TL bekas
- Fly ash and Bottom ash
- Limbah medis/infeksius
3. EP Migas Eksplorasi dan Spesifik
produksi pemeliharaan - Slop minyak/ minyak
fasilitas produksi, kotor
fasilitas pemeliharaan - Oily water
IPAL - Sludge minyak
Tangki penyimpanan - Lumpur bor
Workshop - Karbon aktif
Perkantoran dan - Absorben bekas

19
No. Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah
perumahan - Sludge IPAL
Laboratorium - Tanah terkontaminasi
minyak

Non Spesifik
- Oli bekas
- Filter bekas
- Aki bekas
- Baterai
- Bahan kimia bekas dan
kadaluarsa & limbah
laboratorium (glycol,
MDEA, Ethyl mercaptan,
silica gel, resin, dll)
- Material terkontaminasi
B3 dan LB3 (majun,
sarung tangan, serbuk
gergaji, spill kit, pigging
kit, ceramic balls, dll)
- Kemasan terkontaminasi
limbah B3 (drum bekas,
kaleng cat, kemasan
bahan kimia)
- E-waste (catridge/toner
bekas, monitor, dll)
- Lampu TL bekas
- Limbah medis/infeksius
4. Pengolahan migas Eksplorasi dan Spesifik
produksi pemeliharaan - Katalis bekas
fasilitas produksi, - Oily water
fasilitas pemeliharaan - Sludge minyak
IPAL - Karbon aktif bekas
Tangki penyimpanan - Filter bekas
Workshop - Sludge IPAL
Perkantoran dan - Tanah terkontaminasi
perumahan minyak
Laboratorium - Limbah laboratorium
Unit dissolve air
flotation Non Spesifik
- Oli bekas
- Filter bekas
- Aki bekas
- Baterai
- Bahan kimia bekas dan
kadaluarsa & limbah
laboratorium (glycol,
MDEA, Ethyl mercaptn,
resin, dll)
- Material terkontaminasi
B3 dan LB3 (majun,
sarung tangan, serbuk
gergaji, spill kit, pigging
kit, ceramic balls, dll)
- Kemasan terkontaminasi
limbah B3 (drum bekas,
kaleng cat, kemasan

20
No. Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah
bahan kimia)
- E-waste (catridge/toner
bekas, monitor, dll)
- Lampu TL bekas
- Limbah medis/infeksius
5. Distribusi Workshop Spesifik
Perkantoran Sludge minyak dan tanah
Tangki terkontaminasi minyak

Non Spesifik
- Oli bekas
- Oil off spec
- Minyak kotor/ slop oil
- Filter bekas
- Aki bekas
- Baterai
- Majun / material
terkontaminasi
- Kemasan terkontaminasi
LB3 (drum bekas, kaleng
cat, kemasan bahan
kimia)
- E- waste (catridge, toner
bekas, monitor, dll)
- Lampu TL bekas
- Limbah medis

Tabel 7 Identifikasi Jenis LB3 Sektor Prasarana Jasa Dan Non Institusi
No Jenis industri Sumber limbah Jenis Limbah
1. Hotel Operasional/perkantoran - Catridge, toner
printer
- Solvent bekas
- Lampu TL bekas
- Baterai bekas
- E-waste
Utilitas/ kegiatan pendukung - Oli bekas
- Sisa kemasan
chemical, bahan
kimia laundry
- Majun bekas
- Filter oli bekas, filter
solar bekas
- Kemasan bahan
kimia, drum solvent,
kaleng cat
- Aki bekas, baterai
bekas
- Asbes
- Sludge IPAL
2. Rumah sakit Operasional/perkantoran - Limbah medis
- Lampu TL bekas
- Catridge
- Jarum suntik
- Obat kadaluarsa,

21
No Jenis industri Sumber limbah Jenis Limbah
reagen
- Kaleng bertekanan
- Limbah laboratorium
Utilitas - Aki bekas
- Oli bekas]
- Filter oli dan solar
bekas
- Sisa kemasan bahan
kimia
- Abu insinerator
- Sludge IPAL
3. Pengolahan Penghasil LB3 dan pengumpul - Sludge
Limbah B3 LB3 - Sarung tangan bekas,
masker, kain majun
- Kaleng kemasan
kimia terkontaminasi
- Lampu TL bekas
- Abu ex dust collector
(abu furnace)
- Sludge scrubber
- Aki bekas
- Air chemical bekas
- Air separator
- Sludge IPAL, WWT
Cake, sludge cake
- Oli bekas
- Abu insinerator
- Filter oli bekas, filter
solar dan udara
- Sludge oil
- Slop oil
- Katalis bekas
- Absorber
- Residu
- Contaminated goods,
Expired product
- Powder spray
- Catridge printer
bekas
- Lab waste ( organik
solvent dan bekas uji
coba)
- Solid cake/ padatan
- Elektronik bekas
- Poor slag
- Bag filter
- Separator
- Dross
- Steel shot & steel grit
- Coolant & waste
water
- Moulding resin
- Used grease
- Valsvar corrocoat
powder
- Blank rod

22
No Jenis industri Sumber limbah Jenis Limbah
- Unused carbon
- Cutting PCB
- Used Electrolyte
- Blaster dust shot grit
- Mill scale
- Contaminated soil
- Thinner
- TCE
- Hydrocarbon
- Hydraulic oil
- Used contaminated
rags
- Sludge water base
brush
- Used solvent brush
cleaner
- Sludge compound
- Ash compound
- Dry glue
- Laboratory waste
4. Kawasan Operasional/ perkantoran - Sludge IPAL
industri - Lampu TL bekas
- Kemasan bekas
limbah lab
- Lab waste
- Catridge printer

Utilitas/kegiatan pendukung - Kain majun


- Sand blasting
- Oil coolant
- Oil tank cleaning
- Limbah pickling
- Pelumas bekas

2.3 Pengelolaan Lingkungan

2.3.1 Pengendalian Pencemaran Air

Seluruh usaha dan atau kegiatan memiliki kewajiban dalam pengelolaan


air limbah menggunakan teknologi proses pengolahan air limbah
(IPAL) agar outlet IPALnya selalu memenuhi standar baku mutu yang
dipersyaratkan. Secara umum kewajiban usaha dan atau kegiatan dalam
pengendalian pencemaran air adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan


sehingga baku mutu limbah cair yang dibuang ke lingkungan tidak
melampaui Baku Mutu Limbah Cair yang telah ditetapkan;

23
b. Membuat saluran pembuangan limbah cair tertutup dan kedap air
sehingga tidak terjadi perembesan ke tanah serta terpisah dengan
saluran limpahan air hujan;
c. Memasang alat ukur debit laju alir limbah cair dan melakukan
pencatatan debit harian limbah cair tersebut;
d. Memeriksakan kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair kepada
laboratorium terakreditasi sekurang-kurangnya satu kali dalam
sebulan;
e. Menyampaikan laporan tentang catatan debit harian dan kadar
parameter Baku Mutu Limbah Cair sekurang-kurangnya tiga bulan
sekali kepada OPD Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota, yang
tembusannya disampaikan kepada Gubernur dan Menteri, serta
instansi lainnya yang dianggap perlu sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Ketentuan mengenai kualitas efluen air limbah yang boleh dibuang ke


lingkungan untuk usaha dan kegiatan adalah sebagai berikut dapat
dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Peraturan Limbah Cair


No Jenis Usaha/ Peraturan terkait Kewajiban Parameter
Kegiatan
1. Rumah Sakit KepMenLH Nomor: Fisika: Suhu
Kep-58/MENLH/12/1995 Kimia: pH, BOD5, COD,
TSS, NH3 bebas, PO4,
Biologi: MPN-Kuman
Golongan Koli/100mL
Radioaktivitas: 32P, 35S,
45Ca, 51Cr, 67Ga, 85Sr,
99Mo, 113Sn, 125I, 131I, 192Ir,
201Ti

2. Keramik PerMenLH Nomor: 16 TSS, Timbal (Pb), Kobalt


Tahun 2008 (Co), Kadmium (Cd),
Krom total (Cr), pH
3. Pupuk KepMenLH Nomor: COD, TSS, Minyak dan
Kep51/MENLH/10/1995 Lemak, NH2-N, TKN, pH
4. Pulp dan kertas - KepMenLH BOD, COD, TSS, pH
Nomor:Kep-
51/MENLH/10/1995
- KepGub No.6/1999
Lampiran II.5

24
No Jenis Usaha/ Peraturan terkait Kewajiban Parameter
Kegiatan
5. Hotel KepMenLH Nomor: Kep- BOD, COD, TSS, pH
52/MENLH/10/1995
6. Tekstil - KepMenLH BOD, COD, TSS, Fenol
total, Krom total, Amonia
- Nomor:Kep-
total (NH3-N), Sulfida
51/MENLH/10/1995
sebagai S, Minyak dan
- KepGub
Lemak, pH
No.6/1999Lampiran
II.9
7. Minyak Sawit KepMenLH Nomor: Kep- BOD, COD, TSS, Minyak
51/MENLH/10/1995 dan lemak, Amonia (NH3-
N), pH
8 Industri tidak KepGub No.6/1999 Fisika: Temperatur, TSS,
spesifik Lampiran III TDS
Kimia: pH, Fe, Mn, Ba,
Cu, Zn, Cr+6, Cr, Cd, Hg,
Pb, Sn, As, Se, Ni, Co, CN,
H2S, F, Cl2, NH3-N, NO3-
N, NO2-N, BOD5, COD,
Senyawa Aktif Biru
Metilen, Fenol, Minyak
Nabati, Minyak Mineral,
Radiaktivitas

2.3.2 Pengendalian Pencemaran Udara

Peraturan mengenai pengendalian pencemaran udara skala nasional


adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Sedangkan peraturan tingkat
Provinsi Jawa Barat adalah Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor 11 Tahun 2006. Untuk mengurangi pencemaran udara hingga
mencapai tingkat yang tidak membahayakan atau mencemari
lingkungan udara ambien dan memenuhi baku mutu emisi udara adalah
dengan menggunakan alat atau teknologi pengendalian pencemaran
udara. Alat pengendali pencemaran udara dapat dilihat pada Tabel 9
dan 10.

25
Tabel 9 Alat Pengendali Partikulat Pencemaran Udara

No Nama Alat Cara kerja Gambar


1. Wet Scrubber Arus gas kotor dibawa menuju
kontak dengan liquid pencuci
dengan cara menyemprotkan,
mengalirkan atau dengan
metode kontak lainnya.
Kemampuan alat ini terbatas
menyisihkan partikel < 0.3
mikron.

2. Gravity Settling Prinsip penyisihan partikulat


Chamber dalam Gravity Settler adalah
gas yang mengandung
partikulat dialirkan melalui
suatu ruang (chamber)
dengan kecepatan rendah
sehingga memberikan waktu
yang cukup bagi partikulat
untuk mengendap secara
gravitasi ke bagian
pengumpul debu (dust
collecting hoppers).
3. Siklon Peralatan mekanis yang
digunakan untuk menyisihkan
partikel dengan ukuran > 5
mikron dengan efisiensi
penyisihan 50-90%.
Prinsip kerja siklon yaitu
dengan memanfaatkan gaya
sentrifugal dan inersia dari
udara/gas buangan. Udara
yang mengandung partikulat
menyebabkan partikel
terlempar ke luar, membentur
dinding, dan bergerak turun
ke dasar siklon.
Dalam aplikasi di dunia
industri, siklon sering
digunakan sebagai pre-
cleaner untuk alat kontrol
polusi udara yang lebih rumit
seperti electrostatic
precipitator atau baghouses.
4. Electrostatic Alat pengendali pencemar
Precipitator (EP) partikulat yang didasari pada
konsep presipitasi akibat gaya
elektrostatik. EP sangat
efektif sebagai pengendali
partikulat yang berukuran
kurang dari 10 mikron.
Pemberian muatan listrik oleh
precipitator discharge
electrode disebut sebagai
corona discharge. Partikel
diberikan muatan negatif

26
No Nama Alat Cara kerja Gambar
(negative charging) sehingga
menimbulkan gaya
elektrostatis. Gaya ini akan
berinteraksi sehingga
partikulat akan mengalami
presipitasi pada sistem
pengumpul (berbentuk plat
atau tabung) yang bermuatan
positif. Setelah menempel
pada bidang pengumpul maka
akan terjadi discharging
muatan hingga kolektor
ternetralisir oleh jumlah
partikulat bermuatan yang
menempel.
5. Fabrik filter/ Unit pengendali pencemaran
Baghouse udara yang disisihkan melalui
mekanisme impaksi,
intersepsi dan difusi. Fabric
filter menggunakan bahan
filter tertentu seperi nilon
atau wol untuk menyisihkan
partikel dari aliran gas

Tabel 10 Alat Pengendali Gas Pencemaran Udara

No Alat Cara Kerja Gambar


1. Adsorber Unit pengendali gas yang
menggunakan prinsip
adsorpsi. Adsorpsi adalah
suatu proses tertahannya
pencemar gas yang terdapat
dalam aliran gas buang pada
suatu permukaan padat.
Adsorben adalah permukaan
padat yang mampu menarik
molekul gas pencemar
(seperti karbon aktif, silica
gel, activated alumina),
adsorbat adalah molekul gas
pencemar yang tertahan
pada permukaan padat
(seperti senyawa organik
volatil, thinner cat, pelarut /
solvents).

27
No Alat Cara Kerja Gambar
2. Absorber/ Unit pengendali gas yang
scrubber menggunakan prinsip
absorpsi. Absorpsi adalah
mekanisme dimana satu
atau lebih zat pencemar
dalam aliran gas dieliminasi
atau dihilangkan dengan
cara melarutkannya dalam
cairan.

3. Kondenser Unit pengendali gas yang


menggunakan prinsip
kondensasi, yaitu proses
penyisihan gas pencemar
dengan cara merubah fasa
dari fasa gas ke fasa cair.
Kondenser bentuknya
sederhana, relatif murah
dan biasanya menggunakan
air atau udara untuk
mendinginkan dan
mengkondensasikan uap.
Umumnya digunakan
sebelum adsorber, absorber,
atau insinerator untuk
mengurangi total massa gas
buang yang akan diolah.
4. Unit Unit pengendali yang
pembakaran/ bekerja dengan prinsip
combustion okidasi, digunakan untuk
mengendalikan senyawa
organik volatil (VOC) dan
atau senyawa-senyawa
beracun. Pada temperatur
yang cukup tinggi dan waktu
tinggal yang cukup, senyawa
organik dapat dioksidasi
membentuk CO2 dan uap
air. Oksidasi senyawa
organik yang mengandung
klorin dan florin atau sulfur
dapat berupa HCl, HF, Cl2
atau SO2.

Secara umum kewajiban usaha dan/atau kegiatan dalam pengendalian


pencemaran udara dalam peraturan terkait emisi sumber tidak bergerak
adalah sebagai berikut:

28
a. Membuang emisi gas melalui cerobong yang dilengkapi dengan
sarana pendukung dan alat pengaman sesuai peraturan yang
berlaku;
b. Memasang alat ukur pemantauan yang meliputi kadar dan laju alir
volume untuk setiap cerobong emisi yang tersedia serta alat ukur
arah dan kecepatan angin;
c. Melakukan pencatatan harian hasil emisi yang dikeluarkan dari
setiap cerobong emisi (CEMs).
d. Melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong
paling sedikit 2 (dua) kali selama periode operasi setiap tahunnya
bagi sumber emisi tidak bergerak yang beroperasi selama 6 (enam)
bulan atau lebih;
e. Melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong
paling sedikit 1 (satu) kali selama periode operasi setiap tahunnya
bagi sumber emisi tidak bergerak yang beroperasi kurang dari 6
(enam) bulan;
f. Menggunakan laboratorium yang terakreditasi dalam pengujian
emisi sebagaimana dimaksud dalam huruf d dan huruf e;
g. Melakukan pengujian emisi setelah kondisi proses pembakaran
stabil;
h. Menyampaikan laporan hasil analisis pengujian emisi sebagaimana
dimaksud dalam huruf c kepada Bupati/Walikota, dengan tembusan
Gubernur dan Menteri paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga)
bulan, untuk huruf d atau e paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6
(enam) bulan;
i. Melaporkan kejadian tidak normal dan/atau keadaan darurat yang
mengakibatkan baku mutu emisi dilampau serta rincian upaya
penanggulangannya kepada Bupati/Walikota, dengan tembusan
Gubernur dan Menteri.

29
Tabel 11 Baku Mutu Yang Digunakan Bagi Sumber Emisi

No. Sumber Peraturan Parameter


Emisi Terkait
1. Boiler/ketel uap PerMenLH Nomor Bahan bakar Minyak: Partikulat,
07 Tahun 2007 SO2, NO2, Opasitas
Bahan bakar gas: SO2, NO2
Bahan bakar batu bara: partikulat,
SO2, NO2, Opasitas
2. Genset PermenLH Nomor Kapasitas 570 KWth
13 Tahun 2009 Bahan bakar minyak dan gas
NO2, CO
Kapasitas 570 KWth
Bahan bakar minyak dan gas:
total partikulat, SO2, NO2, CO
3. Pembangkit PermenLH Nomor SO2, NO2, Total partikulat, Opasitas
tenaga termal 21 Tahun 2008
(PLTU)
4. Kegiatan KepMenLH Nomor Penanganan bahan baku, tanur
industri besi dan 13 Tahun 1995 oksigen basa, tanur busur listrik,
baja Lampiran IB dapur pemanas, dapur proses
pelunakan baja: Total partikel
Proses celup lapis metal: Total
partikel, HCl
5. Kegiatan KepMenLH Nomor Tungku recovery, tanur putar
industri pulp 13 Tahun 1995 pembakaran, tangki pelarutan
dan kertas Lampiran IIB lelehan, digester: Total partikel,
Total sulfur tereduksi
Unit pemutihan: Cl2, ClO2
6 Kegiatan KepMenLH Nomor Total partikel, SO2, NO2, Partikulat
industri semen 13 Tahun 1995
Lampiran IVB
7. Kegiatan KepMenLH Nomor NH3, Cl2, HCl, HF, NO2, Opasitas,
industri lain-lain 13 Tahun 1995 Partikel, SO2, H2S, Hg, As, Sb, Cd,
Lampiran VB Zn, Pb
8. Kegiatan PermenLH Nomor Total partikel, Fluor, Opasitas, SO2,
industri pupuk 133 Tahun 2004 NO2
9. Kegiatan PermenLH Nomor Kiln: SO2, NOx, Total partikulat, HF
industri keramik 17 Tahun 2008 Semua sumber selain kiln: Total
partikulat
Semua sumber: Opasitas
10. Incinerator KEP - 03 / Partikel, SO2, NO2, HF, CO, HCl,
BAPEDAL / 09 / CH4, As, Cd, Cr, Pb, Hg, TI, dan
1995 Opasitas

Ketentuan teknis cerobong emisi diatur dalam Keputusan Kepala


Bapedal Nomor 205 Tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian
Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak, yaitu:

30
1. Persyaratan cerobong

Lokasi lubang sampling pada cerobong ditentukan sebesar 8 (delapan)


kali diameter cerobong dari aliran bawah (hulu) dan 2 (dua) kali
diameter dari aliran atas (hilir) dan bebas dari gangguan aliran seperti
bengkokan, ekspansi, atau pengecilan aliran di dalam cerobong. Jika
diameter berbentuk segi empat, maka diameter yang berlaku adalah
diameter ekivalen (De) dengan rumus sebagai berikut:

Dimana:

De: diameter ekivalen


L : panjang penampang cerobong
W : lebar penampang cerobong

Jika cerobong memiliki ukuran bagian bawah dan atas berbeda, maka
diameter ekivalen ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

Dimana:
De: diameter ekivalen
D : diameter dalam cerobong bawah
d : diameter dalam cerobong atas

2. Persyaratan lubang pengambilan sampel

Untuk mengambil sampel emisi cerobong diperlukan pembuatan lubang


pengambilan sampel dengan persyaratan:

a. Diameter lubang pengambilan sampel sekurang-kurangnya 10 cm;


b. Lubang pengambilan sampel harus memakai tutup dengan sistel plat
flange yang dilengkapi dengan baut;
c. Arah lubang pengambilan sampel tegak lurus dinding cerobong.

31
3. Persyaratan pendukung

Persyaratan pendukung lubang pengambilan sampel diantaranya:

a. Tangga besi dan selubung pengaman berupa plat besi


b. Lantai kerja (landasan pengambilan sampel) dengan ketentuan
sebagai berikut:
Dapat mendukung beban minimal 500 kg;
Keleluasaan kerja bagi minimal 3 0rang;
Lebar lantai kerja terhadap lubang pengambilan sampel adalah
1,2 m dan melingkari cerobong;
Pagar pengaman setinggi 1 m;
Dilengkapi dengan katrol pengangkat alat pengambil sampel;
Stop kontak aliran listrik yang sesuai dengan peralatan yang
digunakan yaitu Voltase 220V, 3A, single phase, 50 Hz AC.
Penempatan sumber aliran listrik dekat dengan lubang
pengambilan sampel.

2.3.3 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun


(LB3)

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) merupakan


suatu rangkaian kegiatan yang mencakup penyimpanan, pengumpulan,
pemanfaatan, pengangkutan, dan pengolahan limbah B3 termasuk
penimbunan hasil pengolahan tersebut. Dalam rangkaian kegiatan
tersebut terkait beberapa pihak yang masing-masing merupakan mata
rantai dalam pengelolaan limbah B3, yaitu :

a. Penghasil Limbah B3;


b. Pengumpul Limbah B3;
c. Pengangkut Limbah B3;
d. Pemanfaat Limbah B3;
e. Pengolah Limbah B3;
f. Penimbun Limbah B3.

32
Dengan pengolahan limbah sebagaimana tersebut di atas, maka mata
rantai siklus perjalanan limbah B3 sejak dihasilkan oleh penghasil
limbah B3 sampai penimbunan akhir oleh pengolah limbah B3 dapat
diawasi. Setiap mata rantai perlu diatur, sedangkan perjalanan limbah
B3 dikendalikan dengan sistem manifest berupa dokumen limbah B3.
Dengan sistem manifest dapat diketahui berapa jumlah B3 yang
dihasilkan dan berapa yang telah dimasukkan ke dalam proses
pengolahan dan penimbunan tahap akhir yang telah memiliki
persyaratan lingkungan. Mekanisme pengelolaan limbah B3 melalui
manifest dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Mekanisme Pengelolaan LB3

Lingkup kegiatan pengelolaan limbah B3 terdiri daripengurangan,


penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan
dan penimbunan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.

33
KEGIATAN PENGELOLAAN LIMBAH B3

PENGURANGAN

PENYIMPANAN

PENGUMPULAN

PENGANGKUTAN

PEMANFAATAN

PENGOLAHAN

PENIMBUNAN

Gambar 3 Diagram Pengelolaan Limbah B3

Adapun kewenangan dalam perizinan dan pengawasan pengelolaan


limbah B3 menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel
12.

Tabel 12 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999


Pengelolaan Perizinan Pengawasan
Limbah B3 Pusat Provinsi Kab/Kota Pusat Provinsi Kab/Kota
Penyimpanan
Pengumpulan
Pengangkutan
Pemanfaatan
Pengolahan
Penimbunan
Catatan: izin pengumpulan oli bekas di pusat

34
Fasilitas pengelolaan Limbah B3, yaitu sebagai berikut:
a. Tempat Penyimpanan Limbah B3 (TPS LB3)
Seluruh kegiatan usaha yang menghasilkan limbah B3 wajib memiliki
Tempat penyimpanan Limbah B3 baik berbentuk gudang penyimpanan
limbah B3 maupun sludge pond apabila limbah B3 berupa sludge.
Check list form evaluasi TPS LB3 dapat dilihat pada Tabel13.

Tabel 13 Checklist Form Evaluasi TPS LB3

CHECKLIST
TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH B3
SEKTOR Contoh: Peleburan
NAMA PERUSAHAAN
INDUSTRI : Timah Hitam
LOKASI : Kab/Kota...
PT. ABCDE
TIM PENILAI :
TGL PENILAIAN:

NO KETENTUAN YA TIDAK KET

PENGEMASAN
apakah pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai
1
dengan bentuk limbah B3?
apakah pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai
2
dengan karakteristik limbah B3?
apakah pengemasan limbah B3 dilengkapi dengan
3
simbol label limbah B3?
apakah penempatan limbah B3 disesuaikan dengan
4
jenis dan karakteristik limbah B3?
5 apakah kondisi kemasan limbah B3 bebas karat?
6 apakah kondisi kemasan limbah B3 tidak bocor?
7 apakah kondisi kemasan limbah B3 tidak meluber?

BANGUNAN DAN PENYIMPANAN


8 apakah bagian luar bangunan diberi papan nama?

apakah bagian luar diberi simbol limbah B3 sesuai


9
dengan karakteristik limbah B3 yang disimpan?
apakah limbah B3 terlindung dari hujan dan sinar
10
matahari?
11 apakah bangunan mempunyai sistem ventilasi?
apakah bangunan memiliki saluran dan bak
12 penampung tumpahan (jika menyimpan limbah B3
cair)?

35
13 apakah penyimpanan menggunakan sistem blok / sel
apakah masing-masing blok/sel dipisahkan
14
gang/tanggul?
15 apakah kemasan/limbah limbah B3 diberi alas / pallet?
16 apakah tumpukan limbah B3 maksimal 3 lapis?
apakah limbah B3 disimpan sesuai dengan masa
17
penyimpanan dalam izin?
(jika baru mengajukan izin, tidak perlu diisi)

PEMANTAUAN
adakah logbook/catatan untuk mencatat keluar masuk
18
limbah limbah B3?
apakah jumlah dan jenis limbah B3 sesuai dengan
19
yang tercatat di logbook/catatan?

PENGELOLAAN LANJUTAN
apakah melakukan pengelolaan lanjutan terhadap
20 limbah B3 yang disimpan? (diserahkan ke pihak
ketiga/dimanfaatkan internal)

LAIN-LAIN
tersediakah alat tanggap darurat yang mudah
21
dijangkau?

22 tersediakah fasilitas P3K yang mudah dijangkau?

23 apakah memiliki SOP penyimpanan?

24 apakah memiliki SOP tanggap darurat?


tersediakah pagar, pintu darurat dan rute evakuasi?
(sesuai dengan SOP penyimpanan dan tanggap
25 darurat)
apakah kebersihan / housekeeping terkelola dengan
26 baik?

TOTAL YA
TOTAL TIDAK

PROSENTASE PENTAATAN LB3 100%


Keterangan:
Diisi dengan tanda checklist pada kolom YA atau TIDAK.

36
b. Pemanfaatan Limbah B3
Seluruh kegiatan pemanfaatan limbah B3 wajib memiliki izin
pemanfaatan dari Kementerian Lingkungan Hidup, kecuali untuk
pemanfaatan sebagai reuse atau penggunaan kembali pada proses yang
sama. Pemanfaatan limbah B3 berdasarkan Permen LH No. 2 Tahun
2008 tentang Pemanfaatan Limbah B3 terdiri dari 3 jenis, yaitu reuse,
recycle, dan recovery, yaitu sebagai:
1. Substitusi bahan bakar
Checklist form pemanfaatan dapat dilihat pada Tabel 14 dengan isi
disesuaikan dengan ketentuan izin pemanfaatan yang dimiliki
perusahaan tersebut. Selain check list pengawas juga memeriksa
pelaksanaan ketentuan izin lainnya yang tidak tercantum dalam
checklist pemanfaatan serta memeriksa log book pemanfaatan
limbah B3 yang dimiliki perusahaan dan mengecek kesesuainnya
dengan izin. Jika ketentuan izin mewajibkan pengukuran emisi,
maka periksa:
Hasil pengukuran emisi oleh laboratorium (sertifikat hasil
analisa)
Laboratorium yang mengukur wajib terakreditasi dan
teregistrasi di KLH
Periksa kesesuaian jumlah parameter yang diukur dengan izin
yang berlaku
Periksa kesesuaian frekuensi pengukuran yang dilakukan dengan
izin yang berlaku
Periksa hasil pengukuran emisi dan bandingkan dengan baku
mutu emisi yang berlaku baik berdasarkan ketentuan izin
maupun berdasarkan peraturan yang berlaku.

37
Tabel 14 Checklist Pemanfaatan Fly ash dan Bottom ash Batubara

CHECKLIST
PEMANFAATAN FLY ASH&BOTTOM ASH BATUBARA

NAMA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI :


LOKASI : Kab./Kota
PT. ABCDE
TIM PENILAI :
TGL PENILAIAN:

NO KETENTUAN YA TIDAK KET

PENAATAN UMUM
1 apakah dilakukan pengujian karakteristik kimia fisik
fly ash dan bottom ash sekurang-kurangnya 1
bulan sekali atau sesuai izin?
2 apakah hasil pengujian karakteristik kimia fisik fly
ash dan bottom ash memenuhi kriteria yang
ditetapkan dalam izin?
3 apakah dilakukan analisa kandungan logam berat
total fly ash dan bottom ash?
4 apakah hasil analisa kandungan logam berat total
fly ash dan bottom ash memenuhi kriteria yang
ditetapkan dalam izin (cek sertifikat hasil uji)
apakah penyimpanan fly ash dan bottom ash dilaksanakan sesuai dengan izin?, seperti:
5
a. Bentuk dan kualitas tempat penyimpanan
6 c. Kesesuaian tempat penyimpanan dgn limbah
yang disimpan
7 d. Dilengkapi simbol dan label
8 e. Waktu penyimpanan (<90 hari)
9 apakah fasilitas pemanfaatan dilengkapi dengan
prosedur tanggap darurat?
10 Fasilitas pemanfaatan batas-batas fisik yang jelas
dan dilengkapi dengan pintu darurat

PENAATAN KHUSUS
11 apakah persentase kualitatif pemanfaatan sesuai
dengan izin?
12 apakah spesifikasi teknis pemanfaatan sesuai
dengan izin?

LAIN-LAIN (berkaitan dengan penunjang dan tanggap darurat di fasilitas)


13 apakah tersedia alat tanggap darurat yang sesuai
dan mudah dijangkau?
14 apakah kebersihan / housekeeping terkelola
dengan baik?

TOTAL YA
TOTAL TIDAK

PROSENTASE PENTAATAN LB3

38
2. Substitusi bahan baku
Contoh substitusi ini adalah pemanfaatan sebagai paving block,
batako, semen dan lain-lain. Checklist pemanfaatan substitusi
bahan baku dapat dilihat pada Tabel 15 jika belum ada checklist
yang spesifik maka pengawas wajib membuat checklist berdasarkan
ketentuan izin pemanfaatan yang dimiliki perusahaan. Kemudian
periksa pelaksanaan ketentuan izin lainnya yang tidak tercantum
dalam checklist pemanfaatan dan periksa loog book pemanfaatan
limbah B3 yang dimiliki perusahaan dan cek kesesuainnya dengan
izin.
3. Jenis lainnya setelah melalui penelitian dari kajian yang
memperhatikan aspek-aspek lingkungan.

Tabel 15 Checklist Pemanfaatan Substitusi Bahan Bakar

CHECKLIST
PEMANFAATAN MINYAK PELUMAS BEKAS UNTUK SUBSTITUSI BAHAN BAKAR
SEKTOR
NAMA PERUSAHAAN
INDUSTRI :
LOKASI : Kab./Kota
PT. ........ ................
TIM PENILAI :
TGL
PENILAIAN:

NO KETENTUAN YA TIDAK KET

PENAATAN UMUM
1 apakah dilakukan uji karakteristik minyak
pelumas bekas minimal 1 bulan sekali atau sesuai
izin?
2 apakah Hasil uji karakteristik minyak pelumas
bekas dan atau proses pemanfaatan minyak
pelumas bekas sesuai dan memenuhi kriteria
yang ditetapkan dalam izin? (cek sertifikat hasil
uji)
3 apakah dilakukan uji dampak terhadap proses
energi yang dihasilkan sebagai akibat perubahan
karakteristik?
apakah penyimpanan minyak pelumas bekas dilaksanakan sesuai dengan izin?, seperti:
4
a. Bentuk dan kualitas kontainer sesuai izin
5 b. Resistensi terhadap air dan bahan kimia lain

sesuai izin

39
6 c. Kesesuaian bahan kontainer dengan isi

kontainer
7 d. Dilengkapi simbol dan label
8 e. Waktu penyimpanan (<90 hari)
9 apakah fasilitas pemanfaatan dilengkapi dengan
prosedur tanggap darurat dan penanganan
tumpahan?
10 apakah fasilitas pemanfaatan memiliki batas-
batas fisik yang jelas dan dilengkapi dengan pintu
darurat?

PENAATAN KHUSUS
11 apakah persentase kualitatif pemanfaatan

minyak pelumas bekas sesuai dengan izin?
apakah Informasi kriteria pemanfaatan sesuai dengan izin?, seperti:
a. Pelaporan kualitas udara emisi (Frekuensi

12 sesuai izin)
b. Pelaporan udara ambien (frekuensi setahun

13 sekali)
14 c. Jumlah oli bekas yang dihasilkan (ton/bulan)
d. Jumlah oli bekas yang dimanfaatkan

15 (ton/bulan)
16 e. Menyebutkan semua sumbernya
apakah spesifikasi teknis pemanfaatan minyak pelumas bekas sesuai izin?, seperti:
17 a. Terdapat spray nozzle
b. Flow rate pelumas bekas ke combustion

18 chamber sesuai izin
c. Aliran pelumas bekas (temperatur combustion

19 chamber >950C)
d. Flow rate dan volume total pelumas bekas

20 tercatat harian
e. Wajib diemisikan tunggal pada cerobong

21 pembakaran
f. pelumas bekas tidak digunakan selama start up

22 dan shut down
g. tidak memasukkan pelumas bekas diluar

23 ketentuan dalam izin
h. tidak mencampur dengan limbah B3 lain

24 selama proses recovery energy

LAIN-LAIN (berkaitan dengan penunjang dan tanggap darurat di fasilitas)


25 terdiakah tersedia alat tanggap darurat yang

sesuai dan mudah dijangkau?
26 memiliki SOP tanggap darurat?
27 apakah kebersihan / housekeeping terkelola

dengan baik?

TOTAL YA
TOTAL TIDAK

PROSENTASE PENTAATAN LB3

40
c. Pengolahan Limbah B3
Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara thermal, stabilisasi,
solidifikasi, fisika, kimia, biologi dan cara lainnya sesuai dengan
perkembangan teknologi. Untuk pengolahan secara thermal,
pengamatan lapangan mengikuti checklist pada Tabel 16 dan untuk
pengolahan lainnya, pengamatan lapangan dapat mengikuti checklist
pada Tabel 16 dengan mengacu pada izin pengolahan yang dimaksud.

Tabel 16 Checklist Pengolahan Secara Thermal

CHECKLIST
PENGOLAHAN LIMBAH B3 SECARA THERMAL (INSINERATOR)

SEKTOR
NAMA PERUSAHAAN
INDUSTRI :
LOKASI : Kab./Kota
PT.
TIM PENILAI :
TGL
PENILAIAN:

NO KETENTUAN YA TIDAK KET

PENAATAN UMUM
apakah selama pengakutan tidak terjadi

1 ceceran?
apakah Jenis limbah yang dibakar sesuai

dengan yang tercantum dalam izin?
2
3 apakah pengoperasian insinerator sesuai izin?

PENAATAN KHUSUS
apakah dilakukan pengukuran suhu gas bakar

4 di burning chamber?
apakah dilakukan pencatatan jumlah dan

5 komposisi limbah yang dibakar? (cek log book)
apakah komposisi limbah yang dibakar sesuai

8 izin?
apakah suhu ruang bakar I saat insinerator

6 beroperasi 600-800 C (atau sesuai izin)?
apakah suhu ruang bakar II saat insinerator

7 beroperasi 900-1100 C (atau sesuai izin)?
apakah efisiensi pembakaran terpenuhi? (Cek

9 sertifikat hasil uji)
apakah melakukan pengelolaan lanjutan
terhadap abu sisa pembakaran? (diserahkan
10 ke pihak ke-3/landfill)

41
PEMANTAUAN
11 apakah memiliki logbook/pencatatan keluar
masuk limbah yang dibakar dan abu
insinerator?

LAIN-LAIN
tersediakah alat tanggap darurat yang mudah

12 dijangkau?
tersediakah fasilitas P3K yang mudah

13 dijangkau?
apakah memiliki SOP pengoperasian

14 insinerator ?
15 apakah memiliki SOP tanggap darurat?
tersediakah pagar, pintu darurat dan rute
evakuasi? (sesuai dengan SOP penyimpanan
16 dan tanggap darurat)
apakah kebersihan / housekeeping terkelola

17 dengan baik?
TOTAL YA
TOTAL TIDAK

PROSENTASE PENTAATAN LB3

Pemeriksaaan pengolahan menggunakan insinerator meliputi:


Log book limbah B3 yang dibakar dalam insinerator
Kesesuaian jenis limbah B3 yang dibakar dengan izin yang berlaku
Housekeeping di sekitar fasilitas insinerator
Hasil pengukuran emisi oleh laboratorium terakreditasi dan
teregistrasi di KLH (sertifikat hasil analisis) selama satu tahun
Kesesuaian jumlah parameter yang diukur dengan izin yang
berlaku/peraturan yang berlaku
Kesesuaian frekuensi pengukuran dengan izin yang berlaku

Pemeriksaaan pengolahan secara biologis (bioremediasi) meliputi:


Ketentuan izin lainnya yang belum tercantum dalam checklist
Kesesuaian jenis limbah B3 yang diolah dengan perizinan yang
berlaku
Jenis dan jumlah limbah B3 yang diolah setiap siklusnya untuk satu
tahun terakhir

42
d. Penimbunan Limbah B3
Penimbunan limbah B3 dapat berupa landfill kategori I, kategori 2, dan
kategori 3. Hal tersebut tergantung dari jenis limbah B3 yang akan
ditimbun dan hasil uji analisis total logam berat limbah B3 yang akan
ditimbun. Checklist penimbunan limbah B3 dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Checklist Penimbunan Limbah B3


CHECKLIST
PENIMBUNAN LIMBAH B3
SEKTOR
NAMA PERUSAHAAN
INDUSTRI :
LOKASI : Kab./Kota
PT.
TIM PENILAI :
TGL
PENILAIAN:
NO KETERANGAN YA TIDAK KET

DATA PENAATAN
1 apakah Jenis limbah B3 yang ditimbun sesuai

dengan izin ?
2 apakah jenis limbah yang ditimbun memenuhi

bakumutu TCLP?
3 terdapat sumur pantau minimal 3 buah (1 upstream

dan 2 downstream)?

RANCANG BANGUN FASILITAS PENIMBUNAN


4 apakah lapisan dasar (sub base) adalah tanah
lempung yang dipadatkan dengan permeabilitas 1 x
-9
10 m/det?
5 apakah permeabilitas dari sistem pendeteksi

kebocoran (k) = 1 x 10-4 m/det?
6 apakah ketebalan minimum lapisan geomembran

HDPE 1,5 mm
7 apakah permeabilitas lapisan tanah penghalang k =

1 x 10-9 m/det
8 apakah lapisan pelindung adalah tanah setempat dg

tebal 20 cm dan dilapisi geotextile?

BAK PENGUMPUL LINDI


9 apakah berada di area lokasi landfill dan memiliki 1

unit pompa?
10 apakah konstruksi pondasi, lantai dan dinding dari

beton?
11 apakah air lindi diolah di IPAL ?
12 apakah melakukan uji kualitas lindi dalam bak

pengumpul lindi sebelum dipindah ke fasilitas IPAL?

43
13 apakah melakukan uji kualitas air tanah pada sumur

pantau rona awal?
14 apakah Baku Mutu air tanah ditetapka sesuai

dengan rona awal?
15 apakah pengujian dilakukan oleh laboratorium pihak
ketiga yang independen dan terakreditasi? (cek
sertifikat hasil uji)
16 apakah melakukan uji kualitas air lindi setiap 3

bulan/sesuai izin?
17 apakah melakukan pencatatan arus jumlah limbah
B3 yang keluar dan masuk tempat penimbunan?
(cek log book)

LAIN-LAIN
terdiakah tersedia alat tanggap darurat yang sesuai
18
dan mudah dijangkau?
19 apakah memiliki SOP tanggap darurat?
apakah kebersihan / housekeeping terkelola dengan

20 baik?

TOTAL YA
TOTAL TIDAK

PROSENTASE PENTAATAN LB3

Pemeriksaaan pengolahan secara biologis (bioremediasi) meliputi:


Ketentuan izin penimbunan lainnya jika terdapat ketentuan teknis
yang belum tercantum dalam checklist,
Akreditasi dan registrasi KLH dari laboratorium yang melakukan
analisis kualitas air lindi
Jumlah parameter air lindi yang diukur dibandingkan dengan
perizinan yang dimiliki atau peraturan penimbunan limbah B3 yang
berlaku
Frekuensi pengukuran air lindi dibandingkan dengan perizinan yang
dimiliki atau peraturan penimbunan limbah B3 yang berlaku
Pemenuhan kualitas air lindi terhadap baku mutu air lindi
berdasarkan izin atau peraturan penimbunan limbah B3 yang
berlaku.
Jenis dan jumlah limbah B3 yang ditimbun selama satu tahun
terakhir dalam log book

44
Jenis limbah yang ditimbun dan kesesuaian dengan izin
penimbunan yang dimiliki

45
BAB III
STRATEGI PENGAWASAN

Strategi dalam melaksanakan pengawasan terdiri dari beberapa tahapan,


antara lain tahap persiapan pengawasan, pelaksanaan pengawasan, dan
penyusunan berita acara, serta tindak lanjut hasil pengawasan.

3.1 Persiapan Pengawasan

Hal-hal yang harus disiapkan dan dipelajari sebelum melaksanakan


pengawasan dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Persiapan Pelaksanaan Pengawasan

No. Kegiatan Persiapan Uraian kegiatan


1. Administrasi Surat penugasan, tanda pengenal, format berita
acara (BA pengawasan penaatan lingkungan
hidup, BA pengambilan sampel, BA
pengambilan foto/video, BA penolakan
pengawasan penaatan lingkungan hidup, BA
penolakan pengambilan sampel, BA penolakan
pengambilan foto/video).
2. Peraturan/dokumen/ Riwayat ketaatan usaha dan/atau kegiatan
referensi terkait objek pengawasan, izin-izin terkait, peraturan
terkait, dokumen lainnya.
3. Kuesioner dan Check list Membuat kuesioner dan chek list sebagai
panduan untuk mengumpulkan informasi dan
pemeriksaan secara berurutan.
4. Perlengkapan inspeksi Alat pencatat, kamera/handycam,
perlengkapan keselamatan kerja, alat sampling,
GPS, sarana transportasi, dan perlengkapan
lain yang dianggap perlu.
5. Koordinasi Melakukan koordinasi dengan KLH, OPD
Lingkungan hidup kabupaten/kota,
laboratorium terakreditasi, dan kegiatan usaha
yang akan didatangi .

46
3.2 Pelaksanaan Pengawasan

Pelaksanaan pengawasan merupakan rangkaian pekerjaan untuk


memperoleh bahan keterangan mendalam tentang suatu usaha
dan/atau kegiatan diantaranya berupa: proses kegiatan, ketaatan
terhadap peraturan maupun persyaratan atau kewajiban yang
tercantum dalam izin, dan evaluasi terhadap cara pengelolaan
lingkungan. Rangkaian kegiatan pengawasan dapat dilihat pada
Gambar 4. Selain rangkaian kegiatan tersebut, dilakukan juga
pengambilan dokumentasi yang merupakan bagian penting dalam
kegiatan pengawasan untuk dijadikan alat bukti dalam menguatkan
temuan di lapangan.

Pertemuan pendahuluan

Pengamatan proses kegiatan

Pengamatan IPAL

Pengamatan sumber emisi & fasilitas PPU

Pengamatan TPS LB3

Penyusunan BAP

Gambar 4 Kegiatan Pengawasan

Adapun penjelasan dari rangkaian kegiatan tersebut tercantum pada


Tabel 19.

Tabel 19 Mekanisme Pengawasan

No. Nama kegiatan Uraian Kegiatan


1. Pertemuan Pendahuluan Pertemuan dengan pihak penanggungjawab usaha
dan/atau kegiatan membahas maksud dan tujuan
pelaksanaan pengawasan pihak-pihak yang akan
dihubungi objek yang akan dikunjungi
data/dokumen yang harus dilengkapi. Data-data
yang harus dilengkapi:

47
No. Nama kegiatan Uraian Kegiatan
Informasi umum usaha dan/atau kegiatan
Identitas penanggung jawab
Dokumen pelaporan pemeriksaan air limbah
Dokumen pelaporan pemeriksaan emisi udara
dan ambien
Dokumen AMDAL/UKL/UPL
Perizinan
2. Pengamatan proses Pengecekan terhadap:
kegiatan Layout, tata letak, luas
Peta drainase, sistem perpipaan
Jenis dan jumlah limbah (cair, padat, gas)
Flow meter, neraca air
Penggunaan energi dan sumbernya
Kemungkinan adanya by pass
Upaya minimasi limbah/teknologi proses daur
ulang limbah
3. Pengamatan IPAL Pengecekan terhadap:
Sumber air limbah dan kapasitasnya
Pengelolaan air limbah yang diterapkan dan
teknologinya
Jenis dan jumlah bahan kimia yang digunakan
dalam pengelolaan air limbah
Kondisi fisik IPAL (permanen, kedap air)
Kondisi kinerja IPAL (peralatan tidak bekerja,
rusak, pengoperasian kurang baik)
Teknik pengelolaan air limbah yang digunakan
dan sistem operasional IPAL (batch/continue)
Skema/lay out IPAL
Kapasitas limbah yang dihasilkan dari masing-
masing unit kerja
Debit air limbah inlet dan outlet IPAL
Saluran air limbah (bercampur dengan saluran
air hujan, by pass)
Alat ukur debit air limbah
Penggunaan air baku
Data swapantau analisa air limbah
Pengelolaan sludge IPAL
Upaya pemanfaatan air limbah (reuse, recycle,
reduce)
4. Pengamatan sumber Pengecekan terhadap:
emisi&fasilitas PPU Sumber-sumber emisi
Data swapantau emisi cerobong dan kualitas
udara ambien (periode pemeriksaan, lokasi
pengujian dan akretasi laboratorium)
Upaya pengendalian pencemaran udara yang
dilakukan (teknik/alat yang digunakan)
Sarana uji emisi cerobong (bandingkan
dengan Ketentuan Kepdal
205/BAPEDAL/09/1996)
Jenis bahan bakar
Pengaduan masyarakat/gangguang kualitas
udara yang terjadi
Upaya pengendalian kebisingan, getaran, dan
bau

48
No. Nama kegiatan Uraian Kegiatan
5. Pengamatan TPS LB3 Pengecekan terhadap:
Check list form evaluasi TPS LB3:
- Pemeriksaan bangunan : rancang bangun
dan luas sesuai dengan jenis, karakteristik,
dan jumlah LB3 yang dihasilkan, terlindung
dari masuknya air hujan, memiliki sistem
ventilasi udara dan penerangan yg
memadai, lantai kedap air, kemiringan 1%
landai ke arah bak penampung,
penandaan/simbol tempat penyimpanan;
- Pemeriksaan sarana lain yang tersedia:
peralatan sistem pemadam kebakaran,
pagar pengamanan, fasilitas pertolongan
pertama, pintu darurat, alarm;
- Pemeriksaan kemasan: kondisi baik, tidak
rusak, tidak karat dan tidak bocor; bentuk,
ukuran dan bahan kemasan saling cocok
dengan limbah B3;
- Pemeriksaan pengemasan: kecocokan
pengemasan, pemeriksaan dan pemasangan
simbol dan label;
- Pemeriksaan pewadahan LB3 dalam tangki:
rancang bangun, fasilitas dan sistem
penunjang memenuhi persyaratan, LB3
yang disimpan sesuai, memiliki
penampungan sekunder, dilakukan
pemeriksaan setiap hari, penanggulangan
bila terjadi kebocoran atau gangguan;
- Pemeriksaan cara penyimpananan LB3:
kemasan dibuat sistem blok, lebar gang
memenuhi persyaratan, penumpukan
kemasan stabil, tumpukan maksimal 3
lapis dan menggunakan palet, jarak dengan
atap dan dinding minimal 1 meter.
- Pemeriksaan penyimpanan dengan tangki:
mempunyai tanggul, saluran pembuangan
dan bak penampung (kedap air dan
kapasitas 110% kapasitas tangki),
terlindung dari penyinaran matahari dan
air hujan secara langsung.

Izin penyimpanan LB3


Catatan penyimpanan LB3 (sumber LB3, jenis
LB3, tanggal masuk, tanggal keluar, jumlah
LB3, neraca LB3,)
Waktu penyimpanan LB3 (>90 hari atau
tidak)
Pelaporan penyimpanan LB3
6. Penyusunan BAP (dibahas dalam bahasan format berita acara
pengawasan)

49
3.3 Format Berita Acara Pengawasan

Berikut adalah format Berita Acara Pengawasan yang telah disusun


melalui berbagai diskusi dengan OPD Lingkungan Hidup se-Jawa Barat:

BERITA ACARA
PENGAWASAN PENATAAN LINGKUNGAN HIDUP

Pada hari ini,..tanggal bulan.........tahun .., pukul ., di Kabupaten..,Provinsi Jawa


Barat, kami yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Instansi :
NIP. :
Pangkat/Gol :
Jabatan :

Beserta anggota pengawas:


Nama NIP/PPLH Jabatan

1. ..... ..... .....


2. ..... ..... .....

secara bersama-sama telah melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap :


Perusahaan :
Alamat :
Telp/Fax :
Pihak Perusahaan
Nama
Jabatan :
No.Kontak :
Email :

Pengawasan dan pemantauan tersebut dilakukan berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan PENGAWASAN
PENAATAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP, yang terdiri dari pemantauan, pemeriksaan dan
verifikasi teknis terhadap pelaksanaan kegiatan Pengendalian Pencemaran Air dan Pengendalian
Pencemaran Udara. Catatan temuan-temuan lapangan selama pengawasan dan pemantauan tersebut
disajikan dalam Lampiran Berita Acara ini dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Berita Acara ini.

Demikian Berita Acara Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan
disaksikan oleh yang bertanda tangan di bawah ini.

BPLHD BPLH Pihak


Prov. Jabar Kabupaten/Kota ........ Perusahaan
Nama : Nama : Nama :

Ttd : Ttd : Ttd :

Nama : Nama :

Ttd : Ttd :

50
LAMPIRAN BERITA ACARA PENGAWASAN PENAATAN LINGKUNGAN HIDUP

Nama Perusahaan :
Jenis Industri :
Lokasi Kegiatan : Kab/Kota ........., Provinsi Jawa Barat

UMUM
Nama Perusahaan : ....
Alamat lokasi kegiatan : .
Telp./Fax. : ....
Alamat Kantor Pusat : .
Telp./Fax. : ....
Nama Holding Company :-
Alamat Kantor Holding Company :-
Telp./Fax. :-
Tahun Berdiri Perusahaan/ Beroperasi : ..
Perusahaan
Jenis Industri : .....
Status Permodalan : ...
Luas Area Pabrik/Lokasi Kegatan : ......
Jumlah Karyawan : ..
Kapasitas Produksi Terpasang : .....
Produksi Rill : .....
Bahan Baku Utama :
Bahan Penolong : (aditif)
Prosentase Pemasaran Eksport : .......... %
Prosentase Pemasaran Domestik/Lokal : ........... %
Dokumen Lingkungan yang dimiliki : ....
Nama Personal Kontak : ...
Nomor HP dan e-mail Personal Kontak : .....

PROSES PRODUKSI :

51
RINGKASAN TEMUAN LAPANGAN:

I. DOKUMEN LINGKUNGA/IZIN LINGKUNGAN (AMDAL/UKL-UPL)


Kewajiban
No. Penanggungjawab Usaha Penaatan Temuan
sesuai PP 27/2012
1. Memiliki dokumen lingkungan /
izin Lingkungan.
2. Melaksanakan ketentuan -
dalam dokumen lingkungan /
izin lingkungan :
A. Deskripsi kegiatan (luas
area dan kapasitas
produksi)
B. Pengelolaan lingkungan
terutama terutama aspek
pengendalian pencemaran
air, pengendalian
pencemaran udara, dan
Pengelolaan LB3 (matriks
pengelolaan dan matriks
pemantauan)
3. Melaporkan pelaksanaan
dokumen lingkungan/izin
lingkungan (terutama aspek
pengendalian pencemaran air,
pengendalian pencemaran
udara, dan Pengelolaan LB3)

II. PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

a. Perusahaan ini mempunyai beberapa titik penaatan sebagai berikut:


No Nama Outlet Lokasi Koordinat Sumber Keterangan

1.

52
b. Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC)
Titik Instansi
No No. Izin Masa Berlaku Keterangan
Penaatan Penerbit Izin

1.

2.

c. Data swapantau periode Bulan . sampai dengan Bulan sebagai berikut :


TAHUN 2014 BMAL Ket

Konsentrasi (mg/L)

Parameter Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des

Outlet

Produksi
(ton/bln)

Debit
(m3/bln)

53
d. Persyaratan Teknis:
Persyaratan teknis Ya / Tidak Keterangan
Melakukan pemantauan self monitoring
menggunakan laboratorium yang
terakreditasi
Memisahkan saluran pembuangan air
limbah dengan saluran air hujan
Saluran air limbah kedap air
Memasang alat pengukur debit
(flowmeter) atau laju alir air limbah
Melakukan pencatatan pH air limbah
harian dan debit air limbah harian;
Menetapkan titik penaatan untuk
pengambilan contoh uji
Tidak melakukan pengenceran air limbah
ke dalam aliran buangan air limbah

e. Perhitungan Beban Pencemaran :


No Parameter Beban Inlet Beban Outlet
(Ton/Tahun) (Ton/Tahun)

f. Hasil verifikasi lapangan terhadap kondisi IPAL dan kualitas air


limbah:.
.

54
III. PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

Ringkasan Temuan Lapangan:

a. Sumber emisi udara berasal dari :


b. Tabel sumber emisi : ...
Spesifikasi Cerobong Sarana Pendukung Sampling
No Sumber Emisi Bentuk D atau H Tinggi Lubang Alat Lubang Lantai Ket
Kode Flange Tangga Koordinat Pagar
Cerobong De (cm) (m) dari Elbow (m) PPU Sampling Kerja

Jumlah Total Cerobong


Aktif

55
c. Ketaatan Parameter dari Sumber Emisi yang Dipantau Tahun ..
No Sumber Kode Parameter Semester 1 Semester 2 Baku Mutu
Emisi (mg/m )
3 (mg/m3) (sebutkan BMEU)
1.

2.

d. Perhitungan Beban Pencemaran Udara (Ton/periode)


No. Parameter Semester II Tahun Semester I Tahun
1.
2.

e. Data Kualitas Ambien


Pengujian kualitas ambien : (Ada/Tidak ada*)
Periode pengujian : ...................
Laboratorium Penguji : ...................

f. Hasil verifikasi lapangan terhadap kegiatan pengendalian pencemaran udara


..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................

V. PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (LIMBAH B3)

A. Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun


Pengelolaan Status Perizinan No. SK/ No. Masa Keterangan
LimbahB3 Surat Berlaku
Penyimpanan -
Sementara
Pemanfaatan
Pengolahan
Penimbunan
Dst

56
B. Neraca Limbah B3 Periode .
Jenis Satuan Limbah Limbah Limbah Perlakuan
Limbah Dihasilkan Dikelola Belum
Dikelola
A. Sumber Dari Proses Produksi

B. Sumber Dari Luar Proses Produksi

C. Sumber dari Gabungan Proses dan Di luar Proses (jika ada)

Total
Persentrase
Ket : ..... % limbah B3 yang diserahkan ke pihak ke tiga yang memiliki izin, ......% limbah B3
dimanfaatkan....... % limbah B3 masih tersimpan di TPS. Secara umum ...... % limbah B3 sudah
dikelola sesuai dengan peraturan yang berlaku dan persyaratan dalam izin

C. Temuan dan Rekomendasi


No. Aspek Penilaian Temuan Rencana
Lapangan Tindak Lanjut
1 Pendataan Jenis dan Volume
a. Limbah yang dihasilkan
Identifikasi jenis limbah B3
Pencatatan Jenis dan Volume
Limbah B3 yang dihasilkan
Pendataan Pengelolaan Lanjutan
Limbah B3
b. Pelaporan

2. Perizinan Pengelolaan LB3


Kepemilikan izin PLB3 yang
dipersyaratkan
Masa berlaku izin -

3. Pelaksanaan ketentuan izin :


a. Pemenuhan terhadap ketentuan
teknis dalam izin selain Baku
Mutu Emisi, Effluent dan
Standard Mutu (check list).
b. Emisi dari kegiatan pengolahan
dan/atau pemanfaatan limbah
B3:
- Pemenuhan terhadap BME
- Jumlah parameter yang diukur
dan dianalisa
- Frekuensi pengukuran

c. Effluent dari kegiatan


pengolahan dan/atau
penimbunan dan/atau
pengelolaan limbah B3 lainnya
:

57
No. Aspek Penilaian Temuan Rencana
Lapangan Tindak Lanjut
d. Standar Mutu Produk dan/atau
kualitas limbah B3 untuk
pemanfaatan

4. Open dumping, pengelolaan


tumpahan, dan penanganan
media/tanah terkontaminasi
limbah B3 :
Jenis limbah dan jumlah limbah
yang di open dumping
Rencana pengelolaan lahan
terkontaminasi
Kesesuaian rencana dengan
pelaksanaa pengelolaan lahan
terkontaminasi
Jumlah total limbah dan tanah
terkontaminasi yang dilakukan
pengelolaan
Perlakuan pengelolaan limbah dan
tanah terkontaminasi yang
diangkat sesuai perencanaan
SSPLT (surat status pemulihan
lahan terkontaminasi)
Ketentuan dalam SSPLT

5. Jumlah limbah B3 yang dikelola


(Neraca Limbah B3)

6. Pengelolaan limbah B3 oleh


pihak ke-3
a. Pengelolaan melalui pengumpul
limbah B3
Masa berlaku izin
Kesesuaian jenis limbah B3 yang
dikumpul dengan izin yang berlaku
Kontrak kerjasama penghasil
limbah dan pengumpul limbah
Kontrak kerjasama antara
pengumpul dengan pihak
pemanfaat, pengolah atau
penimbun
Ada/tidak masalah pencemaran
lingkungan

b. Pihak ke-3 pengelola lanjut


limbah B3 (pemanfaat/
pengolah/ penimbun)
Masa berlaku izin
Kesesuaian jenis limbah B3 yang
dikumpul dengan izin yang berlaku
Kontrak kerjasama penghasil
limbah dan pengumpul limbah
Ada/tidak masalah pencemaran
lingkungan

58
No. Aspek Penilaian Temuan Rencana
Lapangan Tindak Lanjut
Pihak ke-3 Jasa Pengangkutan
Ada/tidak izin dari Kementerian
Perhubungan
Ada/tidak rekomendasi dari KLH
Kesesuaian jenis limbah yang
diangkut dengan izin
Kesesuaian alat angkut dengan
yang tercantum dalam izin (No.
polisi, no. rangka, no. mesin)
Rute pengangkutan sesuai dengan
izin
Penggunaan dokumen/manifest
yang sah

7. Dumping, injeksi dan


pengelolaan limbah B3 dengan
cara tertentu:
Izin dumping/izin pengelolaan
limbah B3 dengan cara tertentu
Jumlah/volume limbah B3 yang di
dumping

8. Pengelolaan Limbah B3 lainnya

D. Penaatan
No. Aspek Pelaksanaan Pengelolaan Taat Belum Taat Keterangan
Limbah B3
1. a. Pendataan jenis dan volume limbah
yang dihasilkan
b. Pelaporan
2. Status perizinan pengelolaan limbah B3
3. Pelaksanaan ketentuan dalam Izin
a. Pemenuhan Ketentuan Teknis
b. Pemenuhan Baku Mutu Emisi
c. Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah
d. Pemenuhan Pemanfaatan
4. Penanganan open dumping,
pengelolaan tumpahan, dan
penanganan media terkontaminasi LB3
a. Rencana pengelolaan
b. Pelaksanaan pengelolaan
c. Jumlah tanah terkontaminasi yang
dikelola
d. Pelaksanaan ketentuan SSPLT
5. Jumlah limbah B3 yang dikelola sesuai
dengan peraturan
6. Pengelolaan limbah B3 oleh pihak
ketiga dan pengangkutan limbah B3
7. Jumlah limbah B3 yang dikelola sesuai
dengan peraturan

59
E. Kesimpulan Hasil Pengawasan Pengelolaan Limbah B3
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................

60
3.4 Contoh dan Penjelasan Cara Pengisian Berita Acara

Berikut adalah contoh dan penjelasan cara pengisian Berita


Acara Pengawasan yang telah disusun melalui berbagai diskusi dengan
OPD Lingkungan Hidup se-Jawa Barat:

BERITA ACARA
PENGAWASAN PENATAAN LINGKUNGAN HIDUP

Pada hari ini, Selasa tanggal Tiga puluh bulan September tahun Dua Ribu Empat Belas, pukul 16.00 WIB,
di Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, kami yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ir. Hakim Malik
Instansi : BPLHD Provinsi Jawa Barat
NIP. : 19601123 198901 1 001
Pangkat/Gol : Pembina/IV a
Jabatan : PPLH

Beserta anggota pengawas:


Nama NIP/PPLH Jabatan

1. Harry Gunawan, ST, M.Eng 19721123 199901 1 001 Kasubid Pembinaan BPLHD Jawa Barat
2. Meisyara, ST 19871123 201001 2 001 Staf Subid Pembinaan BPLH Kota Bandung

secara bersama-sama telah melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap :


Perusahaan : PT. Prima Utama Persada
Alamat : Jl. ABCDE No.20, Kec. ABCDE, Kel ABCDE
Telp/Fax : 022-45xxxxx/022-45xxxxx
Pihak Perusahaan
Nama Puspita Sari
Jabatan : Manager HSE
No.Kontak : 08123920xxxxx
Email : puspitaxx@gmail.com

Pengawasan dan pemantauan tersebut dilakukan berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan PENGAWASAN
PENAATAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP, yang terdiri dari pemantauan, pemeriksaan dan
verifikasi teknis terhadap pelaksanaan kegiatan Pengendalian Pencemaran Air dan Pengendalian
Pencemaran Udara. Catatan temuan-temuan lapangan selama pengawasan dan pemantauan tersebut
disajikan dalam Lampiran Berita Acara ini dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Berita Acara ini.

Demikian Berita Acara Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan
disaksikan oleh yang bertanda tangan di bawah ini.

BPLHD BPLH Pihak


Prov. Jabar Kota Bandung Perusahaan
Nama : Ir. Hakim Malik Nama : Meisyara, ST Nama : Puspita Sari

Ttd : Ttd : Ttd :


Nama : Harry Gunawan, ST, M.Eng Nama : Haryono

Ttd : Ttd :

61
LAMPIRAN BERITA ACARA PENGAWASAN PENAATAN LINGKUNGAN HIDUP

Nama Perusahaan : PT. Prima Utama Persada


Jenis Industri : Tekstil
Lokasi Kegiatan : Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat

UMUM
Nama Perusahaan : ....
Alamat lokasi kegiatan : .
Telp./Fax. : ....
Alamat Kantor Pusat : .
Telp./Fax. : ....
Nama Holding Company :-
Alamat Kantor Holding Company :-
Telp./Fax. :-
Tahun Berdiri Perusahaan/ Beroperasi : ..
Perusahaan
Jenis Industri : .....
Status Permodalan : ...
Luas Area Pabrik/Lokasi Kegatan : ......
Jumlah Karyawan : ..
Kapasitas Produksi Terpasang : .....
Produksi Rill : .....
Bahan Baku Utama :
Bahan Penolong : (aditif)
Prosentase Pemasaran Eksport : .......... %
Prosentase Pemasaran Domestik/Lokal : ........... %
Dokumen Lingkungan yang dimiliki : ....
Nama Personal Kontak : ...
Nomor HP dan e-mail Personal Kontak : .....

PROSES PRODUKSI : (lampirkan proses produksi (diagram/bagan alir/gambar)

62
RINGKASAN TEMUAN LAPANGAN:

I. DOKUMEN LINGKUNGA/IZIN LINGKUNGAN (AMDAL/UKL-UPL)


Kewajiban
No. Penanggungjawab Usaha Penaatan Temuan
sesuai PP 27/2012
1. Memiliki dokumen lingkungan/ Taat/Tidak Taat Sudah/Belum memiliki
izin Lingkungan. dokumen lingkungan :
(sebutkan dokumen
lingkungan : Amdal,
UKL/UPL)
2. Melaksanakan ketentuan Taat/Tidak Taat - Luas area dan kapasitas
dalam dokumen lingkungan/izin produksi sesuai/Tidak
lingkungan : sesuai dengan ketentuan
C. Deskripsi kegiatan (luas dokumen lingkungan
area dan kapasitas - Telah melaksanakan
produksi) pengendalian pencemaran
D. Pengelolaan lingkungan udara dan pengelolaan
terutama terutama aspek limbah B3 sesuai dengan
pengendalian pencemaran ketentuan dalam dokumen
air, pengendalian lingkungan.
pencemaran udara, dan
Pengelolaan LB3 (matriks
pengelolaan dan matriks
pemantauan)
3. Melaporkan pelaksanaan Taat/Tidak Taat Telah/belum melaporkan
dokumen lingkungan/izin pelaksanaan RKL-RPL
lingkungan (terutama aspek secara periodik setiap 6
pengendalian pencemaran air, bulan sekali kepada BPLH
pengendalian pencemaran Kota Bandung dan
udara, dan Pengelolaan LB3) tembusan ke BPLHD
Provinsi Jawa Barat dan
Kementerian Lingkungan
Hidup.

II. PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

a. Perusahaan ini mempunyai beberapa titik penaatan sebagai berikut:


No Nama Lokasi Koordinat Sumber Keterangan
Outlet

1. IPAL Sebelah LS : 062150.5 Proses Berfungsi


selatan Produksi dengan baik
pabrik BT : 1703122.03

63
b. Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC)
Titik Instansi
No No. Izin Masa Berlaku Keterangan
Penaatan Penerbit Izin

1. IPAL No.... BLH Kab/Kota... 19/9/12 19/9/15 (sebutkan badan air penerima serta debit maksimum. sebutkan juga baku
BPPT... (3 tahun) mutu yang diacu/ IPLC belum dilampirkan BMLC).

2. Utilitas

c. Data swapantau periode Bulan Januari 2014 sampai dengan Bulan Desember 2014 sebagai berikut:
TAHUN 2014 BMAL Ket

Konsentrasi (mg/L)

Parameter Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des

Outlet 1

BOD5 40 10 15 37 35 26 30 19 15.5 22.75 20.1 33 50 KepGub No.6 Tahun 1999 Lampiran III Gol.
mg/L 1 (sesuai dengan IPLC)

Parameter...

Produksi 2000 1989 1900


(ton/bln)

Debit 100
(m3/bln)

64
d. Persyaratan teknis:
Persyaratan teknis Ya / Tidak Keterangan
Melakukan pemantauan self Ya/Tidak (lampirkan copy akreditasi lab
monitoring menggunakan laboratorium dan berikut parameternya)
terakreditasi
Memisahkan saluran pembuangan air Ya / Tidak (lampirkan dengan foto)
limbah dengan saluran air hujan
Saluran air limbah kedap air Ya / Tidak
Memasang alat pengukur debit Ya / Tidak (terpasang flowmeter tipe
(flowmeter) atau laju alir air limbah (lampirkan dengan foto))
Melakukan pencatatan pH air limbah Ya / Tidak (lampirkan dengan copy log
harian dan debit air limbah harian; book)
Menetapkan titik penaatan untuk Ya / Tidak (telah dilengkapi dengan titik
pengambilan contoh uji koordinat di lokasi titik
penaatan (lampirkan foto))
Tidak melakukan pengenceran air Ya / Tidak (kalau ada bypass atau potensi
limbah ke dalam aliran buangan air tumpahan langsung ke
limbah lapangan, lampirkan dengan
foto)

e. Perhitungan Beban Pencemaran :


No Parameter Beban Inlet Beban Outlet
(Ton/Tahun) (Ton/Tahun)
1. BOD .... .
... . .... .

Catatan:
Cara menghitung beban pencemaran:
( )
Beban Pencemaran (Ton/bulan) =

Beban Pencemaran (Ton/tahun) = Kumulatif beban pencemaran per


bulan (Beban Pencemaran selama 1 Tahun)

f. Informasi lain:
1) Jumlah IPAL : 1 buah
2) Proses IPAL : Pengolahan Fisika-Kimia
3) Diagram alir IPAL : InletKoagulasi Flokulasi Sedimentasi Outlet
4) Kapasitas IPAL : 500 m3/hari
5) Bahan Kimia IPAL : PAC
6) Debit Riil Outlet Saat Kunjungan : 100 m3/hari

65
g. Hasil verifikasi lapangan terhadap kondisi IPAL dan kualitas air limbah :
Secara visual, air outlet IPAL jernih, pH 6,9, dan suhu 26,6o C. Perusahaan belum
melaporkan kinerja pengelolaan lingkungan ke BPLH Kota Bandung, BPLHD Prov. Jawa
Barat, dan Kementerian Lingkungan Hidup (tambahkan penjelasan lainnya sesuai dengan
kondisi di lapangan).

66
III. PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

Ringkasan Temuan Lapangan:

a. Sumber emisi udara berasal dari: Steam Boiler, Oil Thermal Heater dan Genset ......
b. Tabel sumber emisi :
Spesifikasi Cerobong Sarana Pendukung Sampling
D
No Sumber Emisi Bentuk atau H Tinggi Lubang Lubang Lantai Ket
Kode Alat PPU Flange Tangga Koordinat Pagar
Cerobong De (m) dari Elbow (m) Sampling Kerja
(cm)
1. 1 Unit Boiler: Silinder B-1 100 10 8 Scrubber - LS: 062151 Tangga
Portable
Kapasitas : 1200 BT:
ton/jam 1703122.03
Bahan Bakar
solar
Jenis
pengoperasian:
aktif/cadangan
2. ...
3. ...
Jumlah Total Cerobong 1
Aktif

67
c. Ketaatan Parameter dari Sumber Emisi yang Dipantau Tahun 2014
No Sumber Kode Parameter Semester 1 Semester 2 Baku Mutu
Emisi (mg/m3) (mg/m3) (sebutkan BMEU)
1. 1 Unit Boiler B-1 SO2 250 500 700 mg/m3

Kapasitas : 1200 NO2 410 300 700 mg/m3


ton/jam
Bahan Bakar : Partikulat 150 100 200 mg/m3
Solar
Jenis
Pengoperasian: Opasitas 10 10 15%
Aktif
2.

d. Perhitungan Beban Pencemaran Udara (Ton/tahun)


No. Parameter Semester II Tahun Semester I Tahun
1.
2.

Catatan:
Cara menghitung beban pencemaran udara:
Beban Pencemaran (Ton) =
( ) ( )
x 3600

Beban Pencemaran (Ton/tahun) = Kumulatif beban pencemaran per


bulan (Beban Pencemaran selama 1 Tahun)

e. Data Kualitas Ambien


Pengujian kualitas ambien : (Ada/Tidak ada*)
Periode pengujian : Semester II tahun 2014 bulan Agustus
Laboratorium Penguji : ...................

f. Hasil verifikasi lapangan terhadap pengendalian pencemaran udara : Perusahaan belum


melaporkan kinerja pengelolaan lingkungan ke BPLH Kota Bandung, BPLHD Prov. Jawa
Barat, dan Kementerian Lingkungan Hidup. Cerobong B-2 belum beroperasi karena masih
dalam proses pembangunan. Boiler direncanakan beroperasi bulan Januari 2015
(tambahkan penjelasan lainnya sesuai dengan kondisi di lapangan).

68
IV. PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (LIMBAH B3)

A. Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun


Pengelolaan Status No. SK/ No. Masa Berlaku Keterangan
LimbahB3 Perizinan Surat
Penyimpanan Sk bupati/ 5 (lima) - 1 unit TPS
Sementara (bila mempunyai walikota, tahun(lihat di LB3 dengan
izin diisi dengan No. izin dari izin) ukuran (19,6
tanda BPPT misalnya) x 5,2 x 2)m
sedangkan bila , tanggal surat untuk
tidak izin menyimpan
mempunyai izin limbah
diisi dengan --- sludge, oli
Jika izin masih bekas
dalam proses, - TPS LB3
dilihat dimana berada di
proses akhirnya, titik
apabila di koordinat
perusahaan LS:
maka tidak taat, 062151.6
apabila di BT:
instansi yang 1703122.03
bertanggung - Persetujuan
jawab maka penyimpanan
taat) limbah B3
lebih dari 90
hari
(sebutkan
dengan lengkap
serta diisi
dengan hal-hal
yang penting
untuk
diinformasikan,
seperti limbah
yang dapat
disimpan, batas
masa
penyimpanan di
TPS yang tidak
standar,
kronologis
persuratan
pengajuan izin
yang masih
dalam proses)

69
Pengelolaan Status Perizinan No. SK/ No. Masa Keterangan
LimbahB3 Surat Berlaku
Pemanfaatan Surat Keputusan 5 (lima) Pemanfaatan oli bekas
Menteri Negara tahun untuk substitusi bahan
Lingkungan bakar di Steam Coal
Hidup Nomor : Boiler (SCB)
52 Tahun 2014
tanggal 28 Maret
2014
SK. Menteri 5 (lima) Pemanfaatan abu
Lingkungan tahun batubara (fly ash dan
Hidup, Nomor : bottom ash) sebagai
568 Tahun 2009, bahan baku pembuatan
tanggal 27 batako dan paving block
September 2010
Pengolahan SK. Menteri 5 (lima) Pengoperasian
Lingkungan tahun incenerator untuk
Hidup, Nomor : Pembakaran limbah B3
455 Tahun 2009 sludge ETP (Polyester),
tanggal 13 limbah cair (lab dan
Agustus 2009 plant), kain majun
terkontaminasi,
kemasan bekas B3 dan
katalis Sb2O3 serta
limbah cair ex
laboratorium yang
berasal dari kegiatannya
sendiri
Penimbunan SK. Menteri Sampai Izin
Lingkungan landfill penimbunan/Landfill
Hidup, Nomor : penuh fly ash/bottom ash.
261 tahun 2010, Kategri landfill Kelas
Tanggal 14 1 (secure landfill
Oktober 2010. double liner)

Catatan:
Kolom pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan diisi apabila
perusahaan melakukan kegiatan tersebut.

B. Neraca Limbah B3 Periode 01 Jan 2014 31 Des 2014


Jenis Satuan Limbah Limbah Limbah Perlakuan
Limbah Dihasilkan Dikelola Belum
Dikelola
A. Sumber Dari Proses Produksi
Disimpan di TPS Limbah B3
Residu
Ton 0.2 0.2 0 dengan masa simpan masih
Destilasi
sesuai dengan izin

70
Jenis Satuan Limbah Limbah Limbah Perlakuan
Limbah Dihasilkan Dikelola Belum
Dikelola
B. Sumber Dari Luar Proses Produksi
Diserahkan dan diangkut oleh PT.
15 Wastec International dengan Kode
Manifest HL
Dimanfaatkan sebagai bahan baku
Fly ash/Bottom 9 pembuatan batako dan paving
ash batubara Ton 50 0 block
Boiler Dilakukan penimbunan di landfill
25
sesuai dengan izin
Disimpan di TPS Limbah B3
1 dengan masa simpan masih sesuai
dengan izin
Diserahkan dan diangkut oleh PT.
74 Wastec International dengan Kode
Manifest HL
Sludge IPAL Ton 75
0 Disimpan di TPS Limbah B3
1 dengan masa simpan masih sesuai
dengan izin
Majun Diolah melalui incinerator sesuai
Ton 5 5 0
terkontaminasi dengan izin
Kemasan Diolah melalui incinerator sesuai
Ton 1 1 0
Bekas dengan izin
Diserahkan ke PT. PPLI melalui
0.038 transporter PT. Jasa Medivest
Lampu TL dengan Kode Manifest QR.
Ton 0.041
Bekas 0 Disimpan di TPS Limbah B3
0.003 dengan masa simpan masih sesuai
dengan izin
Scrap Dikirim ke PT. Putra Harapan Urip
terkontaminasi Ton 249.072 249.072 0 melalui transporter PT. Putra
LB3 Harapan Urip (kode manifest : AAA)
Diserahkan dan diangkut oleh PT.
Limbah Medis Ton 0.002 0.002 Jasa Medivest dengan Kode
0
Manifest QR.
Belum dihasilkan sampai dengan
E-Waste Ton 0 0 0
periode pengawasan
C. Sumber Dari Kegiatan Lain
Dimanfaatkan sendiri sebagai
602.050
Oli Bekas Ton 608.200 0 subtitusi bahan bakar di boiler
6.150 Disimpan di tanki induk
TOTAL Ton 988.515 988.515 0
Persentase % 100 0

Ket : 60.90% limbah B3 dimanfaatkan sendiri sebagai substitusi bahan bakar di boiler, 34.20%
diserahkan ke pihak ke tiga yang berizin, 2.53% ditimbun (landfill), 0.91% dimanfaatkan
sebagai bahan baku pembuatan batako dan paving block, 0.85% masih disimpan di TPS, dan
0.61% diolah dengan insinerator. Secara umum 100% limbah B3 sudah dikelola sesuai
dengan peraturan yang berlaku dan persyaratan dalam izin.

71
Catatan :
1. Kolom limbah belum dikelola diisi jika limbah B3 disimpan di luar TPS
limbah B3, dikelola oleh pihak ketiga yang tidak berizin dan dilakukan
pengelolaan oleh perusahaan tanpa izin.
2. kolom perlakuan lihat di logbook/neraca dan manifest salinan 7.

C. Temuan dan Rekomendasi

No. Aspek Penilaian Temuan Rencana


Lapangan Tindak Lanjut
1 Pendataan Jenis dan Volume
a. Limbah yang dihasilkan
Identifikasi jenis limbah B3 Telah melakukan identifikasi Tetap melakukan
terhadap seluruh limbah B3 yang identifikasi terhadap
dihasilkan. seluruh limbah B3
yang dihasilkan.
Pencatatan Jenis dan Volume Telah melakukan pencatatan Tetap melakukan
Limbah B3 yang dihasilkan terhadap jenis dan volume seluruh pencatatan terhadap
limbah B3 yang dihasilkan. jenis dan volume
seluruh limbah B3
yang dihasilkan.
Pendataan Pengelolaan Telah melakukan pendataan Tetap melakukan
Lanjutan Limbah B3 pengelolaan terhadap jenis limbah pendataan terhadap
yang teridentifikasi dan telah identifikasi dan dan
melakukan pengelolaan lebih lanjut. tetap melakukan
pengelolaan lebih
lanjut.
b. Pelaporan Belum melaporkan realisasi Wajib melaporkan
pengelolaan semua limbah B3 yang realisasi pengelolaan
dihasilkan dengan menyampaikan semua limbah B3
neraca limbah B3, logbook, dan yang dihasilkan
manifest salinan #2 per triwulan dengan
kepada BPLH Kota Bandung menyampaikan
dengan tembusan kepada BPLHD neraca limbah B3,
Provinsi Jawa Barat, Kementerian logbook, dan manifest
Lingkungan Hidup. salinan #2 per
triwulan kepada
BPLH Kota Bandung
dengan tembusan
kepada BPLHD
Provinsi Jawa Barat,
Kementerian
Lingkungan Hidup.

2. Perizinan Pengelolaan LB3


Kepemilikan izin PLB3 yang 1. Surat Rekomendasi Tempat Tetap memiliki izin
dipersyaratkan Penyimpanan Sementara pengelolaan limbah
(TPS) Limbah B3 dari BPLH B3 yang
Kota Bandung, Nomor : dipersyaratkan.
660.1/254/wasdal tertanggal
16 Juli 2013.

72
No. Aspek Penilaian Temuan Rencana
Lapangan Tindak Lanjut
2. Izin Pemanfaatan Limbah B3
dari Kementerian Lingkungan
Hidup Nomor 26 Tahun 2013,
tertanggal 21 Januari 2013.
3. SK. Menteri Lingkungan Hidup,
Nomor : 568 Tahun 2009,
tanggal 27 September 2010
4. SK. Menteri Lingkungan Hidup,
Nomor : 455 Tahun 2009
tanggal 13 Agustus 2009
5. SK. Menteri Lingkungan Hidup,
Nomor : 261 tahun 2010,
Tanggal 14 Oktober 2010.
Masa berlaku izin 1. Rekomendasi Tempat Tetap memastikan
Penyimpanan Sementara semua izin yang
(TPS) Limbah B3 masa dimiliki masih berlaku
berlaku 2 (dua) Tahun;
2. Izin Pemanfaatan Sludge IPAL
masa berlaku 5 (lima) Tahun.
3. Izin Pemanfaatan Abu Batu
Bara masa berlaku 5 (lima)
Tahun.
4. Izin Pengolahan (Incinerator)
masa berlaku 5 (lima) Tahun.
5. Izin Penimbunan/Landfill masa
berlaku 5 (lima) Tahun.

3. Pelaksanaan ketentuan izin :


a. Pemenuhan terhadap 100% Pemenuhan ketentuan Tetap menjaga
ketentuan teknis dalam izin teknis Tempat Penyimpanan ketentuan teknis
selain Baku Mutu Emisi, Sementara Limbah B3 Tempat Penyimpanan
Effluent dan Standard Mutu (Ketentuan TPS Limbah B3 telah Sementara (TPS)
(check list). sesuai dengan Kepdal Nomor : Limbah B3 dan
01/1995 tentang Tata cara pemanfaatan oli
Penyimpanan dan Pengumpulan bekas sesuai dengan
Limbah B3); dan peraturan yang
100% Pemenuhan ketentuan berlaku.
teknis Pemanfaatan oli bekas
Limbah B3 (Ketentuan
Pemanfaatan Limbah B3 telah
sesuai dengan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 26 Tahun 2013,
tertanggal 21 Januari 2013
tentang Izin Pemanfaatan limbah
B3).
Pemanfaatan Limbah B3
- Tata tata cara penyimpanan fly
ash/bottom ash di lokasi
kegiatan produksi batako dan
paving blok belum sesuai
dengan Kepdal Nomor : 01
Tahun 1995 tentang Tata cara

73
No. Aspek Penilaian Temuan Rencana
Lapangan Tindak Lanjut
penyimpanan limbah B3. Fly
ash/bottom ash disimpan
disimpan dengan sistem curah,
sebagian berada di dalam
tempat yang terlindung dari
masuknya air hujan, dan
sebagian lagi disimpan di
tempat terbuka.
Pengolahan Limbah B3
- Belum melakukan pencatatan
temperatur ruang bakar secara
keseluruhan. Pencatatan hanya
dilakukan pada ruang bakar 1.
- Berdasarkan pencatatan pihak
perusahaan, temperatur ruang
bakar 1 belum sesuai dengan
ketentuan, yaitu hanya 400 OC.
Sedangkan ketentuan dalam
izin, bahwa selama pembakaran
limbah B3, kondisi temperatur
ruang bakar 1 berkisar antara
800 OC 1.000 OC, dan ruang
bakar 2 bekisar antara 1.000 OC
1.100 OC.
Penimbunan Limbah B3
- Sedang dalam proses
penutupan dan alih fungsi lahan.
b. Emisi dari kegiatan
pengolahan dan/atau
pemanfaatan limbah B3:
- Pemenuhan terhadap BME Hasil analisa emisi 2 (dua) buah Tetap menjaga
cerobong boiler pada Semester II kualitas udara emisi
Tahun 2012 (bulan Juli 2013) dan boiler selalu
Semester I Tahun 2013 (bulan memenuhi baku mutu
Januari 2013) telah memenuhi BME
sesuai dengan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor : 26 Tahun 2013,
tertanggal 21 Januari 2013 tentang
Izin Pemanfaatan limbah B3 PT.
Sinkona Indonesia Lestari.
- Jumlah parameter yang Jumlah Parameter yang diukur dan Tetap melakukan
diukur dan dianalisa dianalisa telah sesuai dengan penggukuran emisi
ketentuan perizinan, yaitu : Partikel, cerobong dengan
SO2, NO2, HF, HCl, CO, CH4, As, jumlah parameter
Cd, Cr, Pb, Hg, Ti dan opasitas. sebagaimana
tercantum dalam izin
- Frekuensi pengukuran Frekuensi pengukuran telah sesuai Tetap melakukan
dengan ketentuan perizinan yaitu pemantauan kualitas
setiap 6 (enam) bulan sekali. udara emisi cerobong
sebagaimana
tercantum dalam izin.

74
No. Aspek Penilaian Temuan Rencana
Lapangan Tindak Lanjut
c. Effluent dari kegiatan
pengolahan dan/atau
penimbunan dan/atau
pengelolaan limbah B3
lainnya:
Pemenuhan terhadap BMAL Semua parameter hasil pengolahan Tetap
air lindi (basin clarifier) sudah mempertahankan
memenuhi baku mutu. kinerja IPAL CPP
sehingga hasilnya
tetap memenuhi baku
mutu.
Jumlah parameter yang diukur Jumlah parameter yang diukur dan Tetap melakukan
dan dianalisa dianalisa sesuai dengan Permen LH pemantauan dan
No. 8 Tahun 2009 tentang Baku analisa dengan
Mutu Air Limbah Bagi jumlah parameter
Usaha/Kegiatan Pembangkit Listrik sesuai dengan
Tenaga Thermal. ketentuan perundang-
undangan.
Frekuensi pengukuran Frekuensi pengukuran telah sesuai Tetap melakukan
dengan ketentuan perizinan yaitu pemantauan kualitas
setiap 1 (satu) bulan sekali. udara emisi cerobong
sebagaimana
tercantum dalam izin.
d. Standar Mutu Produk
dan/atau kualitas limbah B3
untuk pemanfaatan
Pemenuhan terhadap standard Sudah melakukan analisa uji tekan Tetap memperhatikan
(mis : kuat tekan, toleransi terhadap hasil pemanfaatan batako komposisi campuran
kadar pencemar dalam limbah dan paving blok sesuai dengan SII- antara semen, pasir
B3 yang akan dimanfaatkan) 0964-84. dan fly ash/bottom
ash dalam kegiatan
pemanfaatan fly
ash/bottom ash
menjadi batako dan
paving blok.
Frekuensi Pengujian dilakukan sebagai -
pengukuran/pengujian persyaratan izin.

4. Open dumping, pengelolaan Kegiatan yang dimaksud adalah


tumpahan, dan penanganan penanganan lahan terkontaminasi
media/tanah terkontaminasi dari ceceran oil yang berjumlah 22
limbah B3 : titik.
Jenis limbah dan jumlah limbah Ceceran oil yang diakibatkan dari
yang di open dumping adanya kebocoran Marine Hose di
SPM 150 DWT.
Rencana pengelolaan lahan Telah melakukan penanganan lahan
terkontaminasi terkontaminasi pada 22 titik sesuai
dengan rencana, yaitu :
Penganan ceceran yang
berada di perairan SPM 150
DWT dilakukan dengan cara
memasang Oil Boom dan
penyemprotan dengan oil

75
No. Aspek Penilaian Temuan Rencana
Lapangan Tindak Lanjut
dispersant. Oil Dispersant yang
digunakan sesuai rekomendasi
Ditjen Migas No 1840
/28.02/DMT/ 2006;
Melokalisir Ceceran oil agar
tidak meluas
Melakukan clean up terhadap
tanah dan pasir diseluruh
lahan terkontaminasi.

Kesesuaian rencana dengan Pelaksanaan pengelolaan lahan Tetap memastikan


pelaksanaa pengelolaan lahan terkontaminasi telah sesuai dengan pelaksanaan
terkontaminasi rencana yang telah dibuat pengelolaan lahan
terkontaminasi telah
sesuai dengan
rencana yang telah
dibuat
Jumlah total limbah dan tanah Jumlah limbah B3 berupa
terkontaminasi yang dilakukan tanah/pasir serta kemasan dan
pengelolaan material terkontaminasi sebanyak
9.509,57 ton;

Perlakuan pengelolaan limbah Telah dilakukan pengelolaan


dan tanah terkontaminasi yang lanjutan terhadap semua limbah B3
diangkat sesuai perencanaan dari kebgiatan penaganan lahan
terkontaminasi tersebut, yaitu :
Tanah/pasir terkontaminasi
sebanyak 2,474.58 ton
diserahkan kepada Pihak-3
yang berizin yaitu PT.
Teknotama Lingkungan
Internusa dan plastik bekas
terkontaminasi sebanyak 84.4
ton diserahkan kepada PT.
PPLi. Bukti penyerahan
tanah/pasir serta kemasan
terkontaminasi terekam dalam
dokumen manifest serta bukti
kontrak kerja/MOU pengelolaan
limbah B3 dengan PT. TLI
maupun PT. PPLi ;
Tanah/pasir terkontaminasi
sebanyak 6,950.59 ton
dimanfaatkan sebagai material
backfill di area TPS Lay down.
Hal tersebut sesuai dengan
surat rekomendasi dari Deputi
IV Kementerian Lingkungan
Hidup, Nomor : B-
4969/Dep.IV/LH/07/2012
tertanggal 1 Juli 2012
dinyatakan bahwa tanah/pasir
terkontaminasi minyak yang

76
No. Aspek Penilaian Temuan Rencana
Lapangan Tindak Lanjut
nilai TPH-nya lebih kecil
daripada 1% (10.000 mg/kg)
dapat digunakan langsung
tanpa harus diolah lebih
dahulu. Adapun hasil analisa
kadar TPH yang telah
dilakukan melalui laboratorium
ALS sebesar 109 mg/kg.
SSPLT (surat status Telah terbit Surat Status Agar segera
pemulihan lahan Penyelesaian Lahan Terkontaminasi melaporkan hasil
terkontaminasi) (SPPLT) dari Kementerian pembahasan
Lingkungan Hidup berdasarkan pemulihan lahan
surat nomor : B- terkontaminasi pada
12630/Dep.IV/LH/PDAL/12/2012 area/titik 3 kepada
tertanggal 27 Desember 2012 yang Kementerian
diperuntukkan untuk 13 (tiga belas) Lingkungan Hidup,
titik. Sementara itu, 8 (delapan) titik dan tembusannya
sedang dalam proses penerbitan kepada BPLH Kota
SPPLT dari KLH dan 1 (satu) titik Bandung serta
yaitu titik 3 sedang dalam proses BPLHD Provinsi Jawa
pembahasan dengan Kementerian Barat.
Lingkungan Hidup..
Ketentuan dalam SSPLT - Ketentuan yang tertera dalam Hasil monitoring
SPPLT adalah perusahaan sebagai kewajiban
berkewajiban untuk melakukan yang tertera dalam
monitoring terhadap sedimen dan SPPLT wajib
perairan di lokasi terjadinya dilaporkan kepada
pencemaran. Frekuensi Kementerian
pengujian sebagaimana Lingkungan Hidup
dimaksud dilaksanakan setiap 6 serta ditembuskan
(enam) bulan sekali oleh kepada BPLH Kota
laboratorium terakreditasi selama Bandung serta
1 (satu) tahun terhitung sejak BPLHD Provinsi Jawa
ditandatanganinya SPPLT; Barat.
- Pengujian pertama rencananya
akan dilakukan pada awal bulan
Juli 2013, dan pada saat ini
penunjukan laboratorium sedang
dalam proses.

5. Jumlah limbah B3 yang Jumlah limbah B3 yang dihasilkan Tetap mengelola


dikelola (Neraca Limbah B3) dan dikelola dari tangga 1 Juli 2013 seluruh limbah B3
s/d 8 Mei 2014 sebanyak 610.613 yang dihasilkan
ton. 98.60% limbah B3 sesuai ketentuan
dimanfaatkan sebagai subtitusi yang berlaku.
bahan bakar di boiler, 0.34%
diserahkan ke pihak ketiga yang
berizin, 1.06% limbah yang masih
tersimpan di TPS limbah B3
menunggu pengelolaan lanjut
berikutnya. Secara umum, 100%
limbah B3 sudah dikelola sesuai
dengan peraturan yang berlaku dan

77
No. Aspek Penilaian Temuan Rencana
Lapangan Tindak Lanjut
persyaratan dalam izin

6. Pengelolaan limbah B3 oleh


pihak ke-3
a. Pengelolaan melalui Perusahaan telah menjalin Tetap melakukan
pengumpul limbah B3 kerjasama pengelolaan limbah B3 kerjasama
yang berupa Scrap terkontaminasi, pengelolaan limbah
Kemasan bekas dan oli bekas B3 dengan pihak
dengan PT. Putra Harapan Urip ketiga yang berizin.
yang memiliki Izin Pengumpulan
limbah B3 sesuai dengan
Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor : 06 Tahun 2012,
tanggal 20 Januari 2012.
Masa berlaku izin Masa berlaku Izin Pengumpulan Tetap memperhatikan
Limbah B3 masih berlaku. masa berlaku izin
pihak ketiga.
Kesesuaian jenis limbah B3 Jenis limbah yang dikelola oleh PT. Tetap melakukan
yang dikumpul dengan izin PT. Putra Harapan Urip telah sesuai pengecekan jenis
yang berlaku dengan izin yang dimilikinya. limbah B3 yang
dikelola pihak ketiga
sesuai dengan izin
yang dimiliki.
Kontrak kerjasama penghasil Kerjasama pengelolaan limbah B3 Tetap bekerjasama
limbah dan pengumpul limbah dengan PT. Putra Harapan Urip dengan pihak ketiga
telah dimuat dalam Surat Perjanjian berizin dalam
Kerjasama/MOU nomor pengelolaan limbah
:05/PHU/IX/2013 tanggal 1 B3 yang dilengkapi
September 2013. dengan kontrak
kerja/MOU.
Kontrak kerjasama antara PT. Putra Harapan Urip telah
pengumpul dengan pihak bekerjasama dengan pihak
pemanfaat, pengolah atau pemanfaat/pengolah atau penimbun
penimbun yaitu dengan :
1. PT. WGI Nomor 04/Log
Ref/III/2014;
2. Sarana Alloy Casting
Nomor :
036/XI/SAC/SE/2013;
3. PT. Luth Putra Solder
Ada/tidak masalah pencemaran - Tidak ada berita/informasi terkait Tetap Update
lingkungan dengan pencemaran lingkungan terhadap
yang telah dilakukan oleh pihak berita/informasi
ketiga selaku pemanfaat ; pencemaran
- Telah dilengkapi dengan surat lingkungan dan
pernyataan dari pihak ketiga memiliki surat
dengan nomor : Ref.112/PHU- pernyataan dari pihak
IV/2013 yang menyatakan bahwa ketiga yang
perusahaan tersebut tidak menyatakan bahwa
bermasalah dengan pencemaran perusahaan tersebut
lingkungan. tidak bermasalah
dengan pencemaran
lingkungan.

78
No. Aspek Penilaian Temuan Rencana
Lapangan Tindak Lanjut

b. Pihak ke-3 pengelola lanjut Perusahaan telah menjalin


limbah B3 (pemanfaat/ kerjasama pengelolaan limbah B3
pengolah/ penimbun) yang dihasilkan dengan :
1. PT. Wastec International,
2. PT. Jasa Medivest.
3. PT. PPLI
Masa berlaku izin 1. Masa berlaku izin PT. Wastec Tetap melakukan
International adalah 5 tahun pengecekan terhadap
sampai dengan masa berlaku izin dari
tanggal/bulan/tahun pihak ketiga.
2. Masa berlaku izin PT. Jasa
Medivest adalah 5 tahun
sampai dengan
tanggal/bulan/tahun.
3. Masa berlaku izin PT. PPLI
adalah 5 tahun sampai dengan
tanggal/bulan/tahun.

Kesesuaian jenis limbah B3 Jenis limbah B3 yang dikelola oleh Wajib bekerjasama
yang dikumpul dengan izin PT. Wastec International tidak dengan pihak ketiga
yang berlaku sesuai dengan izin, sedangkan PT. yang jenis limbah B3
Jasa Medivest ddan PT. PPLI telah nya sesuai dengan
sesuai dengan izin yang dimiliki. ijin yang dimiliki.
Kontrak kerjasama penghasil Surat kontrak kerjasama/MoU Tetap memiliki MoU
limbah dan antara penghasil dengan : dengan pihak ketiga
pemanfaat,/pengolah/penimbun 1. PT. Wastec International yang pengelola limbah B3
limbah B3 dimuat dalam Surat Perjanjian yang berizin.
Kerjasama/MOU nomor :
604/WI/SKLB3/ VI/2014 dengan
masa berlaku sampai dengan 09
Februari 2016.
2. PT. Jasa Medivest yang dimuat
dalam Surat Perjanjian
Kerjasama/MOU nomor :
421.0d/JM/K-
PT.SIL/KSN/IX/2013 dengan
masa berlaku sampai dengan 02
September 2014
3. PT. PPLI yang dimuat dalam
Surat Perjanjian
Kerjasama/MOU nomor
021/PPLI-LOA/III/2013;

Ada/tidak masalah pencemaran - Tidak ada berita/informasi terkait Tetap memantau atau
lingkungan dengan pencemaran lingkungan mencari informasi
yang telah dilakukan oleh semua ada tidaknya
pihak ketiga; pencemaran yang
- Perusahaan telah memiliki surat dilakukan oleh pihak
pernyataan dari PT. Wastec ketiga pengelola
International, PT. Jasa Medivest limbah B3 dan
dan PT. PPLI yang menyatakan memiliki surat
bahwa pihak ketiga tersebut tidak pernyataan dari pihak

79
No. Aspek Penilaian Temuan Rencana
Lapangan Tindak Lanjut
memiliki masalah pencemaran ketiga yang
lingkungan menyatakan bahwa
perusahaan tersebut
tidak bermasalah
dengan pencemaran
lingkungan.
Pihak ke-3 Jasa
Pengangkutan
Ada/tidak izin dari Kementerian 1. PT. Wastec International Tetap melakukan
Perhubungan memiliki izin pengangkutan pengecekan terhadap
limbah B3 dari Kementerian masa berlaku izin
Perhubungan dengan salah pengangkutan
satu nomor izinnya SK.
5984/AJ309/DJPD/2013/36072
0516BB-0010 dengan masa
berlaku sampai dengan 09
Oktober 2014;
2. PT. Jasa Medivest memiliki izin
pengangkutan limbah B3 dari
Kementerian Perhubungan
dengan salah satu nomor
izinnya SK.
2111/AJ309/DJPD/2013/32004
0034BB-0005 dengan masa
berlaku sampai dengan 30
April 2014;
3. PT. Putra Harapan Urip.
memiliki izin pengangkutan
limbah B3 dari Departemen
Perhubungan, diantaranya
Nomor :
SK.542/AJ309/DJPD/2013/
320750574BB-0002 tanggal
19 Oktober 2013 dengan masa
berlaku sampai dengan 21
Oktober 2014.
Ada/tidak rekomendasi dari 1. PT. Wastec International Tetap melakukan
KLH memiliki rekomendasi pengecekan terhadap
pengangkutan dari masa berlaku
Kementerian Lingkungan rekomendasi izin
Hidup Nomor : B-8631/ pengangkutan
Dep.IV/LH/PDAL/07/2013
tanggal 29 Juli 2013, dengan
masa berlaku 5 (lima) tahun;
2. PT. Jasa Medivest memiliki
rekomendasi pengangkutan
dari Kementerian Lingkungan
Hidup Nomor B-9994/
Dep.IV/LH/PDAL/09/2013
tanggal 10 September 2013,
dengan masa berlaku 5 (lima)
tahun.
3. PT. Putra Harapan Urip telah
memiliki rekomendasi

80
No. Aspek Penilaian Temuan Rencana
Lapangan Tindak Lanjut
pengangkutan limbah B3 dari
Kementerian Lingkungan
Hidup dengan Rekomendasi
Nomor : B - 7463/ Dep.IV/
LH/PDAL/06/2013 tanggal 28
Juni 2013 dengan masa
berlaku 5 tahun
Kesesuaian jenis limbah yang Jenis Limbah B3 yang diangkut tetap bekerjasama
diangkut dengan izin sesuai dengan izin dan rekomendasi dengan pengangkut
yang berlaku. yang jenis limbah B3-
nya sesuai dengan
ijin yang dimiliki.
Kesesuaian alat angkut dengan Alat angkut sesuai dengan izin dan Tetap melakukan
yang tercantum dalam izin (No. rekomendasi yang berlaku dengan pengecekan terhadap
polisi, no. rangka, no. mesin) salah satu nomor kendaraan yang alat angkut sesuai
tercantum dalam izin adalah : izin.
1. PT. Wastec International
(B 9405 IN)
2. PT. Jasa Medivest (D
8396 EE)
3. PT. Putra Harapan Urip
(B 9017 MX)
Rute pengangkutan sesuai Rute pengangkutan sesuai dengan Tetap melakukan
dengan izin izin yang berlaku. pengecekan terhadap
rute pengangkutan
sesuai dengan izin.
Penggunaan Manifest salinan #3 dan #7, telah Tetap menggunakan
dokumen/manifest yang sah sesuai dengan ketentuan yang dan memiliki manifest
dipersyaratkan sesuai dengan
ketentuan yang
berlaku

7. Dumping, injeksi dan


pengelolaan limbah B3
dengan cara tertentu:
Izin dumping/izin pengelolaan --- ---
limbah B3 dengan cara tertentu
Jumlah/volume limbah B3 yang --- ---
di dumping

8. Pengelolaan Limbah B3 Perusahaan telah menyimpan oli Perusahaan


lainnya bekas diluar TPS limbah B3 (dapat wajibmemindahkan oli
diisi dengan temuan yang tidak bekas ke dalam TPS
tertulis dalam kriteria). limbah B3

Catatan:
1. Kolom Temuan Lapangan dan Rencana Tindak Lanjut diisi
sesuai dengan kondisi di lapangan terkait dengan kegiatan
perusahaan dalam pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya.

81
2. Kolom Temuan Lapangan :diisi hal-hal yang sesuai dan tidak
sesuai dengan aspek penilaian.
3. Kolom Rencana Tindak Lanjut : diisi dengan hal-hal yang
harus dilakukan selanjutnya terkait dengan temuan lapangan yang
tidak sesuai dengan aspek penilaian. Apabila pada temuan
lapangan sudah sesuai dengan aspek penilaian, maka kolom
rencana tindak lanjut .

D. Penaatan
No. Aspek Pelaksanaan Taat Belum Taat Keterangan
Pengelolaan Limbah B3
1. a. Pendataan jenis dan volume --- ---
limbah yang dihasilkan
b. Pelaporan ---
2. Status perizinan pengelolaan --- ---
limbah B3
3. Pelaksanaan ketentuan dalam --- ---
Izin
a. Pemenuhan Ketentuan --- TPS LB3 memenuhi
Teknis 100% ketentuan teknis
b. Pemenuhan Baku Mutu --- ---
Emisi
c. Pemenuhan Baku Mutu Air --- ---
Limbah
d. Pemenuhan Pemanfaatan --- ---
4. Penanganan open dumping, ---
pengelolaan tumpahan, dan
penanganan media
terkontaminasi LB3
a. Rencana pengelolaan --- ---
b. Pelaksanaan pengelolaan --- ---
c. Jumlah tanah --- ---
terkontaminasi yang
dikelola
d. Pelaksanaan ketentuan --- ---
SSPLT
5. Jumlah limbah B3 yang --- 100% limbah B3
dikelola sesuai dengan dikelola sesuai dengan
peraturan ketentuan yang berlaku.
6. Pengelolaan limbah B3 oleh --- Jenis limbah B3 yang
pihak ketiga dan pengangkutan dikelola oleh PT.
limbah B3 Wastec tidak sesuai
dengan izin yang
dimiliki
7. Pengelolaan limbah B3 dengan --- --- ---
cara tertentu (antara lain :
Dumping, Re-injeksi, dll)

82
E. Kesimpulan Hasil Pengawasan Pengelolaan Limbah B3
Segera melakukan pelaporan perbaikan sesuai dengan rencana tindak lanjut pada
tabel D. dan menyampaikan hasil perbaikan tindak lanjut dari berita acara beserta
data-data pendukung kepada BPLH Kota Bandung dengan tembusan kepada
BPLHD Provinsi Jawa Barat dan Kementerian Lingkungan Hidup.

83
3.5 Kegiatan Paska Kunjungan Lapangan

Kegiatan paska kunjungan lapangan adalah kegiatan yang


dilaksanakan setelah pengawasan ke industri selesai dilakukan. Pada
prinsipnya kegiatan yang menjadi bagian dari kegiatan paska
kunjungan lapangan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

3.5.1 Pengolahan Data dan Informasi Hasil Pengawasan

Data yang terkait dengan pengendalian pencemaran air dan udara


serta pengelolaan limbah padat non B3 baik berupa hasil analisis
laboratorium maupun temuan di lapangan selanjutnya diolah untuk
dijadikan dasar dalam menetapkan status penaatan serta tindak
pengawasan.

3.5.2 Penyusunan Laporan Pengawasan

Setiap pengawas wajib melaporkan hasil pengawasan kepada pejabat


yang menugaskan/yang memberi tugas. Sementara, isi laporan
memuat tentang profil industri, kondisi lingkungan setempat saat
kunjungan serta data dan informasi tentang pelaksanaan pengendalian
pencemaran.

Data dan informasi yang disampaikan dalam laporan harus dapat


dipertanggungjawabkan secara hukum dan ilmiah. Berkenaan dengan
hal tersebut maka penulisan sebaiknya:

Harus jelas dan sistematis;


Akurat, aktual dan faktual;
Harus difokuskan sesuai dengan tujuan pengawasan;
Bukan merupakan pendapat, pandangan, dan asumsi-asumsi
pribadi;
Didukung dengan data atau bukti yang akurat dan faktual;

84
Dokumen pendukung seperti foto dan berita acara disebutkan
secara jelas.

Sementara isi atau format laporan seperti format pada lampiran


Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 56 Tahun 2006
tentang Pedoman Umum Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup
adalah sebagai berikut:

a. Pendahuluan
b. Kegiatan lapangan
c. Analisis yuridis/ketaatan
d. Kesimpulan dan saran tindak
e. Lampiran

3.5.3 Penyusunan Rekomendasi (Rencana Tindak)


Pengawasan

Data yang terkait dengan pengendalian pencemaran air dan udara


serta pengelolaan limbah B3 baik berupa hasil analisis laboratorium
maupun kondisi di lapangan yang diperoleh dari pihak perusahaan
maupun dari pemerintah daerah selanjutnya akan diolah untuk
dijadikan dasar dalam menerapkan status penaatan serta rencana
tindak pengawasan. Rencana tindak pengawasan bisa berupa
pembinaan maupun penetapan sanksi administrasi. Bagi industri yang
beberapa kali dibina/diberi kesempatan untuk melakukan perbaikan,
akan tetapi masih belum bisa melaksanakan pengendalian pencemaran
sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka Pemerintah Daerah,
Kabupaten/Kota, maupun KLH baik langsung maupun melalui
Pemerintah Provinsi dapat menindaklanjuti dengan upaya penegakan
hukum. Tindak lanjut pengawasan dapat berupa rekomendasi
pembinaan, teguran, maupun sanksi administrasi sampai pada sanksi
pidana atau perdata.

85
3.5.4 Pemeliharaan Data dan Informasi

Data dan informasi hasil kunjungan perlu disimpan dalam database.


Hal ini diperlukan untuk menghindari adanya data yang hilang serta
mempermudah pengawasan di masa yang akan datang.

86
BAB IV
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

Agar pelaksanaan pengawasan pengendalian pencemaran lingkungan


sesuai amanat Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dapat lebih efisien
dan efektif, berikut ini daftar berbagai peraturan lingkungan hidup
untuk mempermudah para pengawas dalam melaksanakan tugasnya.

4.1 Peraturan Perundang-Undangan Skala Nasional

Daftar peraturan perundang-undangan skala nasional bidang


perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan pengelolaan
sampah berdasarkan lingkupnya:

4.1.1 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup.

4.1.2 Pengelolaan Sampah

1. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan


Sampah.

2. Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan


Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga.

87
3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce,
Reuse, Dan Recycle Melalui Bank Sampah.

4.1.3 Perlindungan dan Pengelolaan Air

1. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan


Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun


2003 tentang Pedoman Teknis Pengkajian Pemanfaatan Air
Limbah dari Industri Minyak Sawit pada Tanah di Perkebunan
Kelapa Sawit.

3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun


2003 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan Pemanfaatan Air
Limbah Industri Minyak Kelapa Sawit pada Tanah di Perkebunan
Kelapa Sawit.

4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 37 Tahun


2003 tentang Metoda Analisis Kualitas Air Permukaan dan
Pengambilan Contoh Air Permukaan.

5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 110 Tahun


2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban
Pencemaran Air pada Sumber Air.

6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun


2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan
Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air atau
Sumber Air.

7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 114 Tahun


2003 tentang Pedoman Pengkajian Untuk Menetapkan Kelas Air.

88
8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun
2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.

9. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 142 Tahun


2003 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun 2003 tentang Pedoman
Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian
Pembuangan Air Limbah Ke Air Atau Sumber Air.

10. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun


2007 tentang Pedoman Pengkajian Teknis Untuk Menetapkan
Kelas Air.

11. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun


2007 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengelolaan Air Limbah
Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Serta Panas
Bumi Dengan Cara Injeksi.

12. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun


2009 tentang Sertifikasi Kompetensi dan Standar Kompetensi
Manajer Pengendalian Pencemaran Air.

13. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun


2009 tentang Pemanfaatan Air Hujan.

14. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun


2009 tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau
dan/atau Waduk

15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun


2010 tentang Tatalaksana Pengendalian Pencemaran Air

89
4.1.4 Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3)

1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2009 tentang Pengesahan


Stockholm Convention On Persistens Organic Pollutant (Konvensi
Stokholm tentang Bahan Pencemar Organik Yang Persistent)

2. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan


Bahan Berbahaya dan Beracun

3. Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1992 tentang Pengesahan


Vienna Convention for The Ozon Layer dan Montreal Protocol on
substances That Deplete The Ozone Layer As Adjusted and
Amanded by The Second Meeting of Parties London, 27-29 June
1990.

4. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2005 tentang Pengesahan


Beijing Amendment to the Montreal Protocol on Substances That
Deplete The Ozone Layer (Amandemen Beijing Atas Protokol
Montreal tentang Bahan-Bahan Yang Merusak Lapisan Ozon),

5. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2005 tentang Pengesahan


Montreal Amendment to the Montreal Protocol on Substances
That Deplete The Ozone Layer (Amandemen Montreal atas
Protokol Montreal tentang Bahan-Bahan Yang Merusak Lapisan
Ozon)

6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun


2008 tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label pada Bahan
Berbahaya dan Beracun.

7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun


2010 tentang Penggunaan Sistem Elektronik Registrasi Bahan
Berbahaya dan Beracun dalam Kerangka Indonesia Nation Single
Window di Kementerian Lingkungan Hidup.

90
4.1.5 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun
(LB3)

1. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan


Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan


Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

3. Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1993 tentang Pengesahan


Basel Convention on The Control of Transboundary Movements of
Hazardous Wastes and Their Disposal.

4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2005 tentang Pengesahan


Amendment to the Basel Convention on the control of
Transboundary Movement of hazardous waste and their disposal
(Amandemen Atas Konvensi Basel tentang Pengawasan
Perpindahan lintas batas limbah bahan berbahaya dan
pembuangannya).

5. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan


Nomor 01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan
Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.

6. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan


Nomor 02/BAPEDAL/09/1995 tentang Dokumen Limbah B3.

7. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan


Nomor 03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan Teknis
Pengolahan Limbah B3.

8. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan


Nomor 04/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara Persyaratan

91
Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas
Pengolahan, dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah B3.

9. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan


Nomor 05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah
B3.

10. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan


Nomor 255/BAPEDAL/08/1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan
Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas.

11. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan


Nomor 02/BAPEDAL/01/1998 tentang Tata Laksana Pengawasan
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Daerah.

12. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan


Nomor 03/BAPEDAL/01/1998 tentang Program Kemitraan dalam
Pengelolaan Limbah B3.

13. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 128 Tahun


2003 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengolahan
Limbah Minyak Bumi dan Tanah Terkontaminasi oleh Minyak
Bumi Secara Biologis

14. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun


2008 tentang Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun


2008 tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan
Berbahaya dan Beracun

16. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun


2009 tentang Pengelolaan Limbah di Pelabuhan (Menggantikan
Permen No.03 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pengumpulan Dan

92
Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Di
Pelabuhan).

17. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun


2009 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun

18. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun


2009 tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Serta Pengawasan
Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun oleh Pemerintah Daerah

19. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 33 Tahun


2009 tentang Tata Cara Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.

4.1.6 Perlindungan dan Pengelolaan Keanekaragaman


Hayati

1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United


Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati)

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber


Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pengesahan


Cartagena Protokol on Biosafety to The Convention on Biological
Diversity (Protokol Cartagena tentang Keamanan Hayati Atas
Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati).

4. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan


Hayati Produk Rekayasa Genetika.

93
5. Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1987 tentang Pengesahan
Amandemen 1979 atas Convention on International Trade in
Endangered Species of Wild Fauna and Flora, 1973.

6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun


2009 tentang Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati di
Daerah

7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia


Nomor 15 tahun 2012 tentang Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem
Hutan

4.1.7 Perlindungan dan Pengelolaan Tutupan Lahan

1. Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 tentang


Pengendalian Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 04 Tahun 2001 tentang


Pengendalian Kerusakan dan/atau Pencemaran Lingkungan Hidup
yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan/atau Lahan

3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-


43/MENLH/10/1996 tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi
Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis
Lepas Di Dataran

4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun


2006 tentang Tata Cara Pengukuran Kriteria Baku Kerusakan
Tanah untuk Produksi Biomassa.

5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 23 Tahun


2008 tentang Pencegahan Pencemaran dan/atau Kerusakan
Lingkungan Hidup Akibat Pertambangan Emas Rakyat.

94
6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2012 tentang Panduan Valuasi Ekonomi
Ekosistem Gambut

4.1.8 Pelestarian Fungsi Atmosfer

1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United


Nations Frame Work Convention on Climate Change (Konvensi
Kerangka Kerja PBB Mengenai Perubahan Iklim).

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan


Protokol Kyoto Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan
Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (Ratification of Kyoto
Protocol to the United Nations Framework convention on climate
Change)

3. Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1992 tentang Pengesahan


Vienna Convention for The Ozon Layer dan Montreal Protocol on
substances That Deplete The Ozone Layer As Adjusted and
Amanded by The Second Meeting of Parties London, 27-29 June
1990

4. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2005 tentang Pengesahan


Beijing Amendment to the Montreal Protocol on Substances That
Deplete The Ozone Layer (Amandemen Beijing Atas Protokol
Montreal tentang Bahan-Bahan Yang Merusak Lapisan Ozon)

5. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2005 tentang Pengesahan


Montreal Amendment to the Montreal Protocol on Substances
That Deplete The Ozone Layer (Amandemen Montreal atas
Protokol Montreal tentang Bahan-Bahan Yang Merusak Lapisan
Ozon)

95
6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun
2008 tentang Pedoman Teknis dan Persyaratan Kompetensi
Pelaksanaan Retrofit dan Recycle Pada Sistem Refrigerasi

7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 396 Tahun


2008 tentang Penunjukan Lembaga Sertifikasi Kompetensi untuk
Teknisi Retrofit dan Recycle pada Sistem Refrigerasi

4.1.9 Pelestarian Fungsi Udara

1. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian


Pencemaran Udara.

2. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan


Nomor KEP-205/BAPEDAL/07/1996 tentang Pedoman Teknis
Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak.

3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-


45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara.

4. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan


Nomor KEP-107/BAPEDAL/11/1997 tentang Pedoman Teknis
Perhitungan dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar
Pencem Udara.

5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun


2007 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel
Uap.

6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun


2007 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha
dan/atau Kegiatan Pembangkit Tenaga Listrik Termal

96
7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun
2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di
Daerah

8. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 35 Tahun


2009 tentang Pengelolaan Halon

9. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun


2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di
Daerah

10. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun


2011 tentang Standar Kompetensi dan Sertifikasi Kompetensi
Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran Udara

4.1.10 Perlindungan dan Pengelolaan Laut

1. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian


Pencemaran dan/atau Perusakan Laut.

2. Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2006 tentang


Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut

3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun


2001 tentang Kriteria Baku Mutu Kerusakan Terumbu Karang.

4. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan


Nomor 47 Tahun 2001 tentang Pedoman Pengukuran Kondisi
Terumbu Karang.

5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun


2004 tentang Baku Mutu Air Laut.

97
6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 179 Tahun
2004 tentang Ralat atas Keputusan MENLH No. 51 Tahun 2004
tentang Baku Mutu Air Laut.

7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 200 Tahun


2004 tentang Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan
Status Padang Lamun.

8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun


2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan
Mangrove.

9. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun


2006 tentang Persyaratan dan Tata Cara Perizinan Pembuangan
Air Limbah ke Laut.

10. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia


Nomor 12 Tahun 2012 TentangPedoman Penghitungan Beban
Emisi Kegiatan Industri Minyak Dan GasBumi

4.1.11 Instrumen Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup

1. Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup

1) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun


2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan
Hidup dalam Penataan Ruang

2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 110


Tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung
Beban Pencemaran Air pada Sumber Air

98
3) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun
2009 tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau
dan/atau Waduk

2. Kajian Lingkungan Hidup Strategis

1) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 27 Tahun


2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
2) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun
2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup
Strategis

3. Tata Ruang

1) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penataan


Ruang

2) Peraturan Menteri Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman


Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan
Ruang

4. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

1) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin


Lingkungan

2) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan


Hidup Nomor 56 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai
Ukuran Dampak Penting.

3) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan


Hidup Nomor Kep-299/11/1996 tentang Pedoman Teknis

99
Kajian Aspek Sosial dalam Penyusunan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.

4) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan


Hidup Nomor Kep-124/12/1997 tentang Panduan Kajian Aspek
Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.

5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04


Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Kegiatan Pembangunan Permukiman
Terpadu.

6) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05


Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Kegiatan Pembangunan di Daerah Lahan
Basah.

7) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan


Nomor 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan
Keterbukaan Informasi dalam Proses Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup.

8) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 49


Tahun 2004 tentang Pendelegasian Kewenangan untuk
Menandatangani Surat Keputusan Kerangka Acuan Analisis
Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)

9) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun


2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (Menggantikan Keputusan Kepala
BAPEDAL No.09 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan
Amdal)

100
10) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun
2006 tentang Dokumen Pengelolaan Dan Pemantauan
Lingkungan Hidup Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Tidak
Memiliki Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup

11) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun


2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (Menggantikan Keputusan Kepala
BAPEDAL No.09 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan
Amdal.

12) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun


2008 tentang Tata Kerja Komisi Penilai Analisis mengenai
Dampak Lingkungan Hidup

13) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun


2008 tentang Tata Laksana Lisensi Komisi Penilai Analisis
mengenai Dampak Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota

14) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun


2008 tentang Persyaratan Kompetensi Dalam Penyusunan
Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Dan
Persyaratan Lembaga Pelatihan Kompetensi Penyusun
Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

15) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun


2009 tentang Panduan Penilaian Dokumen Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup (Menggantikan Kepmen No. 02
Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen Analisis
Mengenai Dampak lingkungan Hidup).

101
16) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 25 Tahun
2009 tentang Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Komisi
Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

17) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun


2010 tentang Sertifikasi Kompetensi Penyusunan Dokumen
AMDAL dan Peryaratan Lembaga Pelatihan Kompetensi
Penyusun Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

18) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun


2010 tentang Persyaratan dan Tata Laksana Lisensi Komisi
Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

19) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun


2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang
Wajib Memiliki AMDAL

20) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik


IndonesiaNomor 17 Tahun 2012 tentang Pedoman Keterlibatan
Masyarakat Dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Dan Izin Lingkungan.

5. Dokumen Lingkungan Hidup

1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 45


Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan
Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)

2) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik


Indonesia Nomor 16 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan
Dokumen Lingkungan Hidup

102
6. Baku Mutu Lingkungan Hidup

a. Baku Mutu Air dan air Limbah

1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-


51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Industri.

2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-


52/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Hotel.

3) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-


58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Rumah Sakit.

4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112


Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.

5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 113


Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan
atau Kegiatan Pertambangan Batu Bara.

6) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 122


Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-51/MENLH/10/1995
tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.

7) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 202


Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha
dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Emas atau Tembaga

103
8) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun
2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Rumah
Pemotongan Hewan.

9) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun


2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Pertambangan Bijih Timah.

10) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun


2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Pertambangan Bijih Nikel.

11) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10 Tahun


2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Usaha
dan/atau Kegiatan Industri Vinyl Chloride Monomer dan Poly
Vinyl Chloride.

12) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun


2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Minyak dan Gas Serta Panas Bumi.

13) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun


2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Pengolahan Buah-Buahan dan/atau Sayuran.

14) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun


2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Pengolahan Hasil Perikanan.

15) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun


2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Industri Petrokimia Hulu.

104
16) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun
2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Industri Rayon.

17) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10 Tahun


2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Industri Purified Terephthalate Acid dan Poly
Ethylene Terephthalate.

18) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun


2008 Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan
Pengolahan Rumput Laut.

19) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun


2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Pengolahan Kelapa.

20) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun


2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Pengolahan Daging.

21) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun


2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Pengolahan Kedelai

22) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun


2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Industri Keramik.

23) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun


2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Termal.

105
24) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun
2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Pengolahan Obat Tradisional/Jamu.

25) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10 Tahun


2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiaan Industri Oleokimia Dasar.

26) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun


2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Peternakan Sapi dan Babi.

27) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 21 Tahun


2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Pertambangan Bijih Besi.

28) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 34 Tahun


2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Pertambangan Bijih Bauksit.

29) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun


2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri.

30) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun


2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Industri Minyak Goreng.

31) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun


2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri Gula.

32) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun


2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri Rokok
dan/atau Cerutu.

106
33) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun
2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Minyak dan Gas.

34) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun


2011 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi Gas Metana Batubara.

b. Baku Mutu Air Laut

1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun


2004 tentang Baku Mutu Air Laut.

2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 179


Tahun 2004 tentang Ralat atas Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu
Air Laut.

c. Baku Mutu Udara

1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-


13/MENLH/03/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak
Bergerak.

2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-


48/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan.

3) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-


49/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Getaran.

4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-


50/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebauan.

5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-


45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara.

107
6) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun
2006 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan
Bermotor Lama((Menggantikan Permen No.35 Tahun 1993
tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor).

7) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun


2007 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi
Ketel Uap.

8) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun


2008 tentang Baku Mutu Emisi Sumber tidak Bergerak Bagi
Usaha dan/atau Kegiatan Industri Keramik.

9) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun


2008 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi
Usaha dan/atau Kegiatan Industri Carbon Black.

10) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 21 Tahun


2008 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi
Usaha an/atau Kegiatan Pembangkit Tenaga Listrik Termal.

11) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun


2009 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan
Bermotor Tipe Baru (Menggantikan Kepmen No.141 Tahun
2003 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan
Bermotor Tipe Baru dan Kendaraan Bermotor Yang Sedang
Diproduksi (current production).

12) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun


2009 tentang Ambang Batas Kebisingan Kendaraan Bermotor
Tipe Baru.

108
13) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun
2009 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi
Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas Bumi.

14) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik


Indonesia Nomor 10 Tahun 2012 tentang Baku MutuEmisi Gas
Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori L3.

15) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik


Indonesia Nomor 07 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Emisi
Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan
Industri Rayon.

16) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik


Indonesia Nomor 23 Tahun 2012 tentang Baku Mutu Emisi
Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori L3.

d. Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup

1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-


43/MENLH/10/1996 tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan
Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian
Golongan C Jenis Lepas Di Dataran.

2) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun


2006 tentang Tata Cara Pengukuran Kriteria Baku Kerusakan
Tanah Untuk Produksi Biomassa.

3) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04


Tahun 2001 tentang Kriteria Baku Mutu Kerusakan Terumbu
Karang.

109
4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 200
Tahun 2004 tentang Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman
Penentuan Status Padang Lamun.

5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201


Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan
Kerusakan Mangrove.

7. Perizinan

1) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin


Lingkungan

2) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun


2009 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun

3) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun


2009 tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan dan Beracun Serta
Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun oleh Pemerintah Daerah

4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29


Tahun 2003 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan
Pemanfaatan Air Limbah Industri Minyak Kelapa Sawit pada
Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit.

5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 111


Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara
Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah Ke
Air atau Sumber Air.

110
6) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 142
Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun 2003 tentang
Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta
Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air Atau Sumber
Air.

7) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun


2006 tentang Persyaratan dan Tata Cara Perizinan
Pembuangan Air Limbah Ke Laut.

8. Program Insentif dan Disinsentif

1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-


15/MENLH/4/1996 tentang Program Langit Biru.

2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-


45/MENLH/11/1996 tentang Program Pantai Lestari.

3) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor


04/BAPEDAL/01/1998 tentang Penetapan Prioritas Daerah
Tingkat I Program Kemitraan Dalam Pengelolaan Limbah B3.

4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 93


Tahun 2004 tentang Program Bangun Praja.

5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 252


Tahun 2004 tentang Program Penilaian Peringkat Hasil Uji
Tipe Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru.

6) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun


2006 tentang Program Menuju Indnoesia Hijau.

111
7) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun
2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata.

8) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun


2009 tentang Urusan Pemerintah diBidang Lingkungan Hidup
Yang Dapat Didekonsentrasikan.

9) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun


2009 tentang Program ADIPURA(Menggantikan Permen
No.99 Tahun 2006 tentang Program ADIPURA dan Permen
No.14 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Program
ADIPURA).

10) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun


2011 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan
dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.

11) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun


2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adipura.

12) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun


2012tentangProgram Menuju Indonesia Hijau.

9. Anggaran Berbasis Lingkungan Hidup

1) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun


2011 tentang Ganti Kerugian Akibat Pencemaran dan/atau
Kerusakan Lingkungan Hidup.

2) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tentang Nomor 22 Tahun


2012 tentang Perubahan atas Peraturan MENLH Nomor 14
Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Anggaran,
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan pada Satker di
Lingkup Kementerian LH.

112
3) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun 2012
tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan dan Tugas
Pembantuan Bidang Lingkungan Hidup Tahun 2013.

4) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 26 Tahun 2012


tentang Petunjuk Teknis Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus
Bidang Lingkungan Hidup Tahun Anggaran 2013.

10. Audit Lingkungan Hidup

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2013 tentang


Audit Lingkungan Hidup

4.1.12 Data dan Informasi

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 6 Tahun 2011


tentang Pelayanan Informasi Publik.

4.1.13 Pengawasan dan Penegakan Hukum

1. Penegakan Hukum Administrasi

1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 7 Tahun


2001 tentang Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup dan Pejabat
Pengawas Lingkungan Hidup Daerah.

2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 56


Tahun 2002 tentang Pedoman Umum Pengawasan Penaatan
Lingkungan Hidup Bagi Pejabat Pengawas.

3) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 57


Tahun 2002 tentang Tata Kerja Pejabat Pengawas Lingkungan
Hidup di Kementerian Lingkungan Hidup.

113
4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58
Tahun 2002 tentang Tata Kerja Pejabat Pengawas Lingkungan
Hidup Di Propinsi/Kabupaten/Kota.

5) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun


2010 tentang Tata Cara Pengaduan dan Penanganan
Pengaduan Akibat Dugaan Pencemaran dan/atau Perusakan
Lingkungan Hidup.

6) Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan


Reformasi Birokrasi Nomor 39 Tahun 2011 tentang Jabatan
Fungsional Pengawas Lingkungan Hidup dan Angka Kreditnya.

7) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun


2012 tentang Tata Laksana Jabatan Penyidik Pegawai Negeri
Sipil Lingkungan Hidup

2. Penegakan Hukum Perdata

1) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2000 tentang Lembaga


Penyedia Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan
Hidup Di Luar Pengadilan.

2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 77


Tahun 2003 tentang Pembentukan Lembaga Penyedia Jasa
Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Di Luar
Pengadilan (LPJP2SLH) pada Kementerian Lingkungan Hidup.

3) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 78


Tahun 2003 tentang Tata Cara Pengelolaan Permohonan
Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Di Luar Pengadilan
pada Kementerian Lingkungan Hidup.

114
4) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyidikan
Tindak Pidana Di Bidang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup

4.1.14 Kapasitas Sumber Daya Manusia

1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 95 Tahun


2004 tentang Klasifikasi Pendidikan dan Pelatihan Lingkungan
Hidup.

2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 178 Tahun


2004 tentang Kurikulum Penyusunan, Penilaian dan Pedoman
Serta Kriteria Penyelenggaraan Pelatihan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup.

3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 26 Tahun


2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
di Bidang Lingkungan Hidup.

4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun


2007 tentang Pedoman Teknis dan Persyaratan Kompetensi
Pelaksanaan Retrofit dan Recycle pada Sistem Refrigerasi.

5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun


2006 tentang Pedoman Umum Standardisasi Kompetensi Personil
dan Lembaga Jasa Lingkungan.

6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun


2009 tentang Sertifikasi Kompetensi dan Standar Kompetensi
Menager Pengendalian Pencemaran Air.

115
7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 22 Tahun
2009 tentang Tata Laksana Registrasi Kompetensi Bidang
Lingkungan.

8. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 31 Tahun


2009 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penerapan Sistem
Manajemen Lingkungan, Ekolabel, Produksi Bersih, dan Teknologi
Berwawasan Lingkungan di Daerah.

9. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun


2009 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penerapan Standar
Nasional Indonesia dan Standar Kompetensi Bidang Pengelolaan
Lingkungan Hidup di Daerah.

10. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun


2010 tentang Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah
Lingkungan.

11. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia


Nomor 06 Tahun 2012 tentang Pedoman Rencana Pembiayaan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup
Daerah Provinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota

12. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia


Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan
Pendidikan dan/atau Pelatihan di Bidang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.

4.1.15 Kapasitas Kelembagaan

1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian


Negara.

116
2. Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2005 tentang Pengesahan
Framework Agreement Between The Government Of The Republic
Of Indonesia And The Secretariat Of The Basel Convention On The
Control Of Transboundary Movement Of Hazardous Waste And
Their Disposal On The Establishment Of A Basel Convention
Regional Centre For Training And Technology Transfer For
Southeast Asia (Persetujuan kerangka kerja antara Pemerintah
republik Indonesia dan Sekretariat Konvensi Basel mengenai
Pengawasan perpindahan lintas batas limbah bahan berbahaya dan
beracun serta pembuangannya tentang pembentukan pusat
regional konvensi basel untuk pelatihan dan alih teknologi bagi
Asia Tenggara.

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan


dan Organisasi Kementerian Negara.

4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,


Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi,
Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara.

5. Keputusan Bersama Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Kepala


Kepegawaian Negara Nomor 08 Tahun 2002 & Nomor 22 Tahun
2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Pengendalian Dampak Lingkungan dan Angka Kreditnya.

6. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor


47/Kep/M.Pan/8/2002 tentang Jabatan Fungsional Pengendalian
Dampak Lingkungan dan Angka kreditnya.

7. Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparaturan Negara dan


Reformasi Birokrasi Nomor 39 Tahun 2011 tentang Jabatan
Fungsional Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup dan Angka
Kreditnya.

117
8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 61 Tahun
2003 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penyesuaian
(INPASSING) ke dalam Jabatan dan Angka Kredit Pengendali
Dampak Lingkungan.

9. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 62 Tahun


2004 tentang Tata Cara Permintaan, Pemberian dan Pergantian
Tunjangan Jabatan Fungsional Pengendalian Dampak Lingkungan.

10. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 75 Tahun


2004 tentang Organisasi dan Tata Laksana Pusat Produksi Bersih.

11. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 148 Tahun


2004 tentang Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan
Hidup Daerah.

12. Peraturan MENLH Nomor 19 Tahun 2008 tentang Standar


Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan
Daerah Kabupaten/Kota.

13. Peraturan MENLH Nomor 20 Tahun 2008 tentang Petunjuk


Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup
Daerah Provinsi Kabupaten/Kota.

14. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun


2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara
Lingkungan Hidup.

15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun


2009 tentang Laboratorium Lingkungan Hidup.

16. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun


2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Lingkungan Hidup
Tahun 2010 2014.

118
17. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2011
tentang Pedoman Tata Naskah Dinas Kementerian Lingkungan
Hidup.

18. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10 Tahun


2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2010 tentang Rencana
Strategis Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2010 2014.

19. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun


2011 tentang Tata Cara Penyusunan Peraturan Perundang-
undangan di Kementerian Lingkungan Hidup.

20. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun


2011 tentang Pedoman Perumusan Materi Muatan Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Peraturan Perundang-
undangan.

21. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun


2011 tentang Pedoman Materi Muatan Rancangan Peraturan
Daerah di Bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.

22. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun


2011 tentang Pedoman Materi Muatan Rancangan Peraturan
Daerah tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga.

23. Peraturan Bersama Menteri Negara Lingkungan Hidup Dan Kepala


Badan Kepegawaian Negara Nomor : 09 Tahun 2012 Nomor : 06
Tahun 2012 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi

119
Nomor 39 Tahun 2011 tentang Jabatan Fungsional Pengawas
Lingkungan Hidup Dan Angka Kreditnya.

24. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia


Nomor 08 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2011 tentang Petunjuk
Teknis Penyelenggaraan Dekonsentrasi Bidang Lingkungan Hidup
Tahun 2012.

25. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia


Nomor 18 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup.

26. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia


Nomor 19 Tahun 2012 tentang Program Kampung Iklim.

27. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia


Nomor 21 Tahun 2012 tentang Akreditasi Lembaga Pelaksana
Pendidikan dan/atau Pelatihan di Bidang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup .

28. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia


Nomor 11 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Negara Lingkungan HIdup Nomor 10A Tahun 2006 tentang
Pedoman Teknis Penyaluran Pembiayaan Bagi Kegiatan Debt for
Nature Swap (DNS) Dengan Pemerintah Jerman Untuk Investasi
Lingkungan Bagi Usaha Mikro Dan Kecil (UMK).

29. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia


Nomor 19 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10A Tahun 2006
tentang Pedoman Teknis Penyaluran Pembiayaan Bagi Kegiatan

120
Debt for Nature Swap (DNS) Dengan Pemerintah Jerman Untuk
Investasi Lingkungan Bagi Usaha Mikro Dan Kecil (UMK)

4.1.16 Perjanjian Internasional

1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United


Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati).

2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United


Nations Frame Work Convention on Climate Change (Konvensi
Kerangka Kerja PBB Mengenai Perubahan Iklim).

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan


Protokol Kyoto Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan
Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (Ratification of Kyoto
Protocol to the United Nations Framework Convention on Climate
Change).

4. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pengesahan


Cartagena Protokol on Biosafety to The Convention on Biological
Diversity (Protokol Cartagena tentang Keamanan Hayati Atas
Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati).

5. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2009 tentang Pengesahan


Stockholm Convention On Persistens Organic Pollutant (Konvensi
Stokholm tentang Bahan Pencemar Organik Yang Persistent).

6. Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1987 tentang Pengesahan


Amandemen 1979 atas Convention on International Trade in
Endangered Species of Wild Fauna and Flora, 1973.

7. Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1992 tentang Pengesahan


Vienna Convention for The Ozon Layer dan Montreal Protocol on

121
substances That Deplete The Ozone Layer As Adjusted and
Amanded by The Second Meeting of Parties London, 27-29 June
1990.

8. Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1993 tentang Pengesahan


Basel Convention on The Control of Transboundary Movements of
Hazardous Wastes and Their Disposal.

9. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2005 tentang Pengesahan


Beijing Amendment to the Montreal Protocol on Substances That
Deplete The Ozone Layer (Amandemen Beijing Atas Protokol
Montreal tentang Bahan-Bahan Yang Merusak Lapisan Ozon).

10. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2005 tentang Pengesahan


Montreal Amendment to the Montreal Protocol on Substances
That Deplete The Ozone Layer (Amandemen Montreal atas
Protokol Montreal Tentang Bahan-Bahan Yang Merusak Lapisan
Ozon).

11. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2005 tentang Pengesahan


Amendment to the Basel Convention on the control of
Transboundary Movement of hazardous waste and their disposal
(Amandemen Atas Konvensi Basel tentang Pengawasan
Perpindahan lintas batas limbah bahan berbahaya dan
pembuangannya).

12. Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2005 tentang Pengesahan


Framework Agreement Between The Government Of The Republic
Of Indonesia And The Secretariat Of The Basel Convention On The
Control Of Transboundary Movement Of Hazardous Waste And
Their Disposal On The Establishment Of A Basel Convention
Regional Centre For Training And Technology Transfer For
Southeast Asia (Persetujuan kerangka kerja antara Pemerintah

122
republik Indonesia dan Sekretariat Konvensi Basel mengenai
Pengawasan perpindahan lintas batas limbah bahan berbahaya dan
beracun serta pembuangannya tentang pembentukan pusat
regional konvensi basel untuk pelatihan dan alih teknologi bagi
Asia Tenggara.

4.2 Peraturan Perundang-Undangan Skala Provinsi Jawa


Barat

Berikut ini adalah daftar peraturan perundang-undangan skala


provinsi bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan
pengelolaan sampah berdasarkan tahun pembuatan:

1) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor


6 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Industri di Jawa Barat.

2) Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2004


tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air.

3) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 69 Tahun 2005 tentang


Pedoman Penentuan Status Mutu Air.

4) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2006


tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

5) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 11 Tahun 2006


tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

6) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2009


tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah
Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013.

123
7) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 7 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Perikanan.

8) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 24 Tahun 2007 tentang


Pengendalian Pencemaran Air.

9) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2008


tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung
Utara.

10) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2008


tentang Pengelolaan Air Tanah.

11) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2008


tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi
Jawa Barat Tahun 2005-2025.

12) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2010


tentang Pengelolaan Sampah Di Jawa Barat.

13) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2011


tentang Pengurusan Hutan Mangrove Dan Hutan Pantai.

14) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2012


tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Penaatan Hukum
Lingkungan.

15) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2012


tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Penaatan Hukum
Lingkungan.

16) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 23 Tahun 2012


tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Di
Jawa Barat.

124
17) Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 56 Tahun 2012
tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Gas Rumah Kaca.

18) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2013


tentang Pedoman Pelestarian dan Pengendalian Pemanfaatan
Kawasan Lindung.

19) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2013 tentang


Baku Mutu Air dan Pengendalian Pencemaran Air Sungai Cimanuk,
Sungai Cilamaya dan Sungai Bekasi.

20) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 78 Tahun 2013 tentang


Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

21) Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat


Nomor 660.31/Sk/694-BKPMD/82 Tahun 1982 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Kriteria Pencemaran Lingkungan Akibat Industri.

22) Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 660.3/Kep.1197-


Bplhd/2004 tentang Pembentukan Pos Pengaduan Kasus
Pencemaran Dan Perusakan Lingkungan Hidup.

23) Surat Edaran Gubernur Jawa Barat Nomor 660.3/46/BPLHD


Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Inventarisasi dan Identifikasi
Sumber Pencemaran di Jawa Barat (Air).

24) Surat Edaran Gubernur Jawa Barat Nomor 660.31/58/BPLHD


Tahun 2010 tentang Pengendalian Pencemaran Air di DAS
Cilamaya.

125
DAFTAR PUSTAKA

Hamrat H., dan Bambang P., 2007. Pengawasan Industri dalam


Pengendalian Pencemaran Lingkungan, Yayasan Obor
Indonesia.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2010. Panduan Penataan
Pengelolaan Lingkungan Industri Minyak Sawit. Jakarta:
Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan
Kegiatan Industri Elektronika. Jakarta: Deputi Bidang
Pengendalian Pencemaran Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan
Kegiatan Industri Hotel. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian
Pencemaran Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan
Kegiatan Industri Kendaraan Bermotor (Otomotif). Jakarta:
Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan
Kegiatan Industri Keramik. Jakarta: Deputi Bidang
Pengendalian Pencemaran Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan
Kegiatan Industri Peleburan Besi dan Baja. Jakarta: Deputi
Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan
Kegiatan Industri Pulp dan Kertas. Jakarta: Deputi Bidang
Pengendalian Pencemaran Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan
Kegiatan Industri Pupuk. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian
Pencemaran Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan
Kegiatan Industri Rumah Sakit. Jakarta: Deputi Bidang
Pengendalian Pencemaran Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan
Kegiatan Industri Semen. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian
Pencemaran Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan
Kegiatan Industri Tekstil. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian
Pencemaran Lingkungan.

ix
Kementerian Lingkungan Hidup. 2013. Pedoman Pengawasan
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta:
Deputi Bidang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun Dan Sampah.
Pusdiklat Kementerian Lingkungan Hidup dan Pusdiklat Provinsi
Jawa Barat, 2012, Diklat Dasar-Dasar Pengawasan
Lingkungan Hidup.
Wahyuni, Sri. 2014. Pengawasan Pengendalian Pencemaran Udara.
Bandung: Pelatihan Aparatur Pengawas Kabupaten/Kota.

Anda mungkin juga menyukai