Anda di halaman 1dari 47

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

Bab 3

Evaluasi Dampak

Dalam melakukan evaluasi perlu memperhatikan kegiatan yang sedang berjalan, dapat
berupa usaha dan atau kegiatan yang sudah berada pada tahap operasi dan berlangsung
selama bertahun – tahun, namun dapat juga berupa kegiatan baru mulai tahap
pembangunan sarana dan prasarana (konstruksi). Berikut tahapan kegiatan yang akan
dan /atau berjalan pada PT. Berkat Bhinneka Perkasa

Tabel 3.1
Komponen Kegiatan yang Telah Berjalan dan/atau akan Berjalan
PT. Berkat Bhinneka Perkasa

No Kegiatan Komponen Kegiatan Keterangan


1 Pra Survey Investigasi  Telah melakukan kegiatan survey lokasi dan pemancangan batas lahan
Konstruksi  Telah melakukan kegiatan eksplorasi; namun kedepannya akan dilakukan kembali
kegiatan eksplorasi pada lokasi IUP OP
Sosialisasi  Telah melakukan perjanjian kesepakatan lahan dengan pemilik lahan
 Telah melakukan Sosialisasi kegiatan Penambangan Galena; kedepannya akan melakukan
sosialisasi kembali karna terjadi Penambahan Kegiatan pengolahan Galena yaitu Flotasi
dan Dewatering.
2 Konstruksi Rekruitmen Tenaga Telah melakukan penerimaan tenaga kerja; dan kedepannya akan kembali dilakukan
Kerja untuk penerimaan tenaga kerja konstruksi karena akan diadakan kegiatan konstruksi lanjutan
Konstruksi
Mobilisasi Peralatan  Telah melakukan mobilisasi peralatan dan material; kedepannya akan diakukan kegiatan
dan Material mobilisasi bahan dan material konstruksi kembali
 Mobilisasi alat berat dan peralatan tambang
Pembangunan Sarana  Pembersihan lahan untuk pembangunan sarana dan prasarana tambang juga telah
dan Prasarana dilakukan dan kedepannya juga akan dilakukan kembali seiring dengan kegiatan
konstruksi yang akan dikerjakan.
 Pembangunan sarana dan prasarana tambang; Kedepannya akan dilakukan pembenahan
terhadap sarana dan prasarana tersebut serta penambahan sarana baru yang belum ada.
 Sarana dan prasarana tersebut antara lain adalah Gedung Kantor, Mess Karyawan,
Musholla, bengkel dan gudang, pos jaga, rumah genset, stasiun BBM, lampu penerangan,
rambu-rambu peringatan dan keselamatan, sumber air dan pengelolaannya, pengelolaan
limbah cair dan toilet, pengelolaan limbah padat, gudang LB3, drainase, jalan tambang,
lokasi topsoil dan overburden, sedimenpond/ settlingpond, nursery (pembibitan tanaman
reklamasi) dan lainnya.
Rekruitmen Tenaga  Rekrutmen tenaga operasi yang diprioritaskan masyarakat Tanjung Balit dan Tanjung
Kerja Operasional Pauh sesuai dengn kualifikasi yang dibutuhkan
 Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan 71 orang, dengan potensi tenaga lokal sebanyak 45
orang, daerah lain 12 orang , tenaga kerja asing 13 0rang.
3 Operasional Persiapan Tambang  Kegiatan penambangan Galena pada 2 Front yang direncanakan ditambang secara
Dalam bertahap.
 Pembersihan lahan pada 2 Front yang akan ditambang tersebut secara umum 2 Front
tersbut merupakan kawasan semak belukar dan hutan
 Membuat terowongan atau tunnel yang berbentuk huruf U sehingga antara terowongan
masuk dan keluar menyatu
 Telah melakukan pembangunan dan pematangan jalan tambang serta tanggul

Evaluasi Dampak | III-1


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

No Kegiatan Komponen Kegiatan Keterangan


mengontrol aliran air/erosi
Peledakan (Blasting) Telah melakukan sitem peledakan yang dengan menggunakan pola pembuatan cut hole
dengan jenis burn cut.
Pengangkutan Raw Telah melakukan pemindahan raw material galena dengan menggunakan dump truk dari
Material Menuju ROM stock pile ke raw stock pile
Pengolahan Raw Telah melakukan pengolahan raw material dengan system crushing ; dan kegiatan
Material penambahan pengolahan adalah tahap Flotasi guna memisahkan Pb dan Zn selanjutnya
dilakukan pentirisan dengan sitem Dewatering.
Operasional IPAL Pengolahan sisa limbah yang dihasilkan dari pengolahan galena yang menghasilkan
konsentrat Pb dan Zn, limbah tersebut dihasilkan dari proses flotasi dan dewatering
Mobilisasi Hasil Telah melakukan proses pengangkutan hasil tambang keluar dari lokasi pertambangan
Produksi menggunakan Dump Truck.
Operasional Telah membuat Basecamp yang terdiri dari berbagai sarana pendukung seperti, dapur,
Basecamp sarana MCK dan lainnya dan sudah dioperasikan untuk penginapan bagi karyawan PT.
Bhhinneka Perkasa
Pemeliharaan Sarana  Pembuatan dan perawatan drainase pada area perkantoran dan mess karyawan
dan Prasarana (domestic) yang akan dilengkapi dengan grasetrap; area bengkel dan gudang serta
stasium BBM yang dilengkapi dengan oiltrap serta pada area Front tambang dan
penumpukan raw material dilengkapi dengan setlingpond/sedimenpond
 Pembuatan dan perawatan septictank
 Pemanfaatan air permukaan dalam untuk keperluan domestik karyawan dan kegiatan
tambang yang membutuhkan air
 Instalasi listrik PLN kapasitas 2500 KVA dan penyediaan genset 5 Unit
 Perawatan kendaraan operasional, gedung, serta kendaraan pengangkut dan alat berat
produksi
 Penyediaan BBM industry
 Pelaksanaan K3 dan Penaggulangan Kebencanaan
 Pengelolaan limbah LB3
 Pengelolaan Limbah Padat
 Pengelilaan Limbah Cair
 Penyediaan dan penyimpanan bahan peledak
4 Pasca Pembongkaran Pembongkaran sarana dan prasarana yang dibangun selama kegiatan penambangan Galena
Operasional Sarana Tambang
Reklamasi/Rehabilitas  Perencanaan Reklamasi
i Lahan Pasca  Pematangan Bibit pada Nursery
Operasional  Penutupan Front tambang dan pemindahan peralatan tambang
 Penutupan areal tambang atau reklamasi lainnya
 penanaman tanaman pionir (revegetasi)
 Perawatan
 Demobilisasi peralatan tambang
 Pembersihan lahan dari peralatan dan zat-zat berbahaya lainnya
 Pengembalian tanah lokasi IUP ke pemilik lahan dan kegiatan pada IUP berakhir
 Reklamasi dapat dilakukan bertahap (pada blok yang telah habis tambang) dan pada
tahap akhir dilakukan reklamasi secara menyeluruh
Penanganan Tenaga Pemutusan hubungan kerja
Kerja Setelah
Kegiatan Berakhir

Evaluasi Dampak | III-2


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

3.1 Evaluasi Komponen Kegiatan yang Menimbulkan Dampak


3.1.1 Geofisika Kimia
1) Kualitas Udara Ambien, Kebisingan dan Getaran
A. Peningkatan Kandungan Debu dan Gas

1. Jenis Dampak
Dampak penurunan kualitas udara adalah bersifat negatif karena terjadi
penurunan kualitas udara dan peningkatan kandungan debu total (TSP) udara
ambien.

2. Sumber Dampak
Sumber dampak terhadap peningkatan kandungan debu dan gas untuk
kegiatan konstruksi berasal dari kegiatan mobilisasi Peralatan dan material
dan pembangunan sarana dan prasarana. Untuk kegiatan operasional sumber
dampak berasal dari kegiatan persiapan tambang dalam, peledakan
(blasting), pengangkutan Raw material menuju Rom, pengolahan Raw
material, kegiatan mobilisasi hasil produksi dan kegiatan pemeliharaan sarana
dan prasarana. Untuk kegiatan pasca operasional sumber dampak berasal dari
kegiatan pembongkaran sarana dan prasarana tambang dan
reklamasi/rehabilitasi lahan pasca operasional.

3. Kondisi Rona
Timbulnya kandungan debu pada lokasi tambang disebabkan oleh debu dari
aktivitas konstruksi dan operasional pertambangan. Sedangkan untuk
kandungan gas (CO, SO2, dan NO2) yang masuk ke lingkungan udara ambien
adalah berasal dari emisi mesin seperti kendaraan yang membawa hasil
tambang. Kandungan gas untuk parameter lebih tinggi pada lokasi tambang
dibandingkan dengan akses jalan masuk. Ini terjadi karena emisi dari alat
operasional serta kendaraan pengangkut hasil tambang.
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung

Evaluasi Dampak | III-3


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

Terjadinya peningkatan kandungan debu akibat beberapa aktivitas


pertambangan seperti kegiatan mobilisasi kendaraan dan operasional
tambang.
b) Evaluasi Perubahan Dampak
Pada lokasi tapak kegiatan masih berupa lahan yang banyak di tumbuhi oleh
tanaman perkebunan maupun tanaman hutan untuk kualitas kandungan debu
dan gas masih berada dibawah nilai baku mutu. Kegiatan yang dilakukan PT.
Berkat Bhinneka Perkasa mengakibatkan perubahan kualitas kandungan debu
dan gas akibat adanya kegiatan konstruksi dan operasional.
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Menjaga agar tidak terjadi peningkatan kandungan debu dan gas pada saat
konstruksi dan operasional tambang.
d) Upaya Penanggulangan Dampak
 Penggunaan masker bagi pekerja
 Penggunaan alat berat yang telah memenuhi uji laik fungsi.
 Melakukan pengujian kualitas emisi udara dan kebisingan sumber bergerak
 Melakukan penyiraman pada rute mobilisasi dan melakukan penyiraman
secara berkala pada musim kemarau untuk lahan yang di buka dan
dijadikan mulut tambang.
 Pembatasan jumlah dan kecepatan kendaran
 Menggunakan bahan peledak sesuai standar peraturan yang berlaku.
 Melakukan penutupan lubang saat melakukan peledakan.
 Tenaga kerja yang menggunakan earplug.
 peledakan dilakukan dengan kedalaman tertentu (sesuai standar
peledakan) untuk mencegah timbulnya ledakkan yang keras.
 Menggunakan kendaraan dan peralatan yang memenuhi standar.

5. Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang telah Dilakukan


a) Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sudah ada
b) Efektivitas Pemantauan Lingkungan Hidup

Evaluasi Dampak | III-4


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

Sudah ada
6. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
a) Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tetap melakukan kegiatan pengelolaan yang sudah dilakukan
b) Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
Melakukan pengujian laboratorium trhadap peningkatan kandungan debu
dan gas setiap tiga bulan sekali dengan mengacu kepada Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 41 Tahun 1999.
B. Peningkatan kebisingan

1. Jenis Dampak
Dampak penurunan kualitas udara bersifat negatif karena terjadi peningkatan
kebisingan.
2. Sumber Dampak
Dampak terhadap peningkatan kebisingan selama kegiatan berlangsung
berasal dari kegiatan :
 Mobilisasi Peralatan dan Material
 Pembangunan Sarana dan Prasarana
 Persiapan Tambang Dalam
 Peledakan (Blasting)
 Pengolahan Raw Material
 Mobilisasi Hasil Produksi
 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
 Pembongkaran Sarana dan Prasarana Tambang
3. Kondisi Rona
Terjadinya peningkatan kebisingan pada lokasi tambang disebabkan oleh
aktivitas konstruksi dan operasional pertambangan. Tingkat kebisingan masih
berada dibawah nilai baku mutu.
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung

Evaluasi Dampak | III-5


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

Terjadinya peningkatan kebisingan akibat beberapa aktivitas pertambangan


seperti kegiatan mobilisasi kendaraan dan operasional tambang
b) Evaluasi Perubahan Dampak
Pada lokasi tapak kegiatan masih berupa lahan yang banyak di tumbuhi oleh
tanaman perkebunan maupun tanaman hutan serta jarak antara lokasi
tambang dengan pemukiman cukup jauh. Untuk peningkatan kebisingan
masih berada dibawah nilai baku mutu. Kegiatan yang dilakukan PT. Berkat
Bhinneka Perkasa mengakibatkan terjadinya peningkatan akibat adanya
kegiatan konstruksi dan operasional.
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Menjaga agar tidak terjadi peningkatan kebisingan pada saat konstruksi dan
operasional tambang.
d) Upaya Penanggulangan Dampak
 Menggunakan peralatan dan kendaraan yang memenuhi standar.
 Pembatasan jumlah dan kecepatan kendaran
 Maintenance teratur pada mesin kendaraan yang digunakan.
 Penggunaan kendaraan yang memenuhi syarat layak jalan secara
administrasi dan teknis.
 Tenaga kerja yang menggunakan earplug.

 Peledakan dilakukan dengan kedalaman tertentu (sesuai standar


peledakan) untuk mencegah timbulnya ledakkan yang keras.
 Melakukan managemen waktu pengolahan raw material.
 Penggunaan pelaratan dan mesin yang memenuhi standar.
 Melakukan pemantauan tingkat kebisingan secara berkala
 Membuat dan melaporkan pengendalian kebisingan secara berkala
 Melakukan managemen lalu lintas pada saat pengangkutan material hasil
produksi.
5. Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang telah Dilakukan
a) Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sudah ada

Evaluasi Dampak | III-6


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

b) Efektivitas Pemantauan Lingkungan Hidup


Sudah ada
6. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
a) Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tetap melaksanakan pengelolaan yang sudah dilakukan

Evaluasi Dampak | III-7


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

b) Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup


Melakukan pengukuran peningkatan kebisingan setiap enam bulan sekali
dengan mengacu kepada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 48
Tahun 1996

C. Peningkatan getaran

1. Jenis Dampak
Terjadinya peningkatan getaran saat kegiatan
2. Sumber Dampak
Dampak terhadap peningkatan getaran selama kegiatan berlangsung berasal
dari kegiatan Peledakan (Blasting) dan Pengolahan Raw Material
3. Kondisi Rona
Getaran yang ditimbulkan akibat kegiatan konstruksi dan operasional
tambang masih berada dibawah baku mutu. Hal ini juga diakibatkan karena
jarak antara pemukiman dan lokasi tambang cukup jauh.
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Tidak terjadi getaran yang bersifat menganggu
b) Evaluasi Perubahan Dampak
Dengan adanya kegiatan operasional tambang timbul dampak getaran
namun, tingkat getaran tidak menganggu aktivitas masyarakat.
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Tidak terjadinya getaran yang bersifat mengganggu akibat aktivita
penambangan dilokasi kegiatan.
d) Upaya Penanggulangan Dampak
 Peledakan dilakukan dengan kedalaman tertentu (sesuai standar
peledakan) untuk mencegah timbulnya getaran yang kuat.
 Melakukan pemantauan tingkat getaran secara berkala
 Penggunaan peralatan dan mesin yang memenuhi standar.
 Melakukan pemeriksaan peralatan secara berkala

Evaluasi Dampak | III-8


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

 Membuat dan melaporkan pengendalian getaran secara berkala


5. Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang telah Dilakukan
a) Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sudah ada
b) Efektivitas Pemantauan Lingkungan Hidup
Sudah ada
6. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
a) Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tetap melakukan pengelolaan tingkat getaran yang telah dilakukan
b) Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
Melakukan pengujian tingkat getaran setiap enam bulan seklai dengan
mengacu kepada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 49 Tahun 1996.

2) Hidrologi
A. Kualitas Air Sungai

1. Jenis Dampak
Terjadinya penurunan kualitas air sungai
2. Sumber Dampak
Dampak terhadap peningkatan getaran selama kegiatan berlangsung berasal
dari kegiatan :
 Mobilisasi Perlatan dan Material
 Pembangunan Sarana dan Prasarana
 Operasional Tailing Pond
 IPAL
 Operasional Basecamp
 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
3. Kondisi Rona
Hasil pengukuran kualitas sungai pada lokasi pengukuran beberapa parameter
masih ada yang berada diatas baku mutu diantaranya parameter pengukuran
Besi (Fe). Untuk parameter Parameter Besi (Fe) pada sungai Marang Kiri nilai

Evaluasi Dampak | III-9


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

hulu berada diatas nilai baku mutu sebesar 0,156 mg/L dan nilai hilir 0,203 dari
nilai baku mutu yang ditetapkan sebesar 0 mg/L. Sedangkan untuk parameter
Parameter Besi (Fe) pada sungai Batang Maek nilai hulu berada diatas nilai
baku mutu sebesar 0,094 mg/L dan nilai hilir 0,038 dari nilai baku mutu yang
ditetapkan sebesar 0 mg/L. Adanya kandungan besi (Fe) dalam air
menyebabkan warna air berubah menjadi kuning-coklat setelah beberapa saat
kontak dengan udara. Disamping itu dapat mengganggu kesehatan, juga
dapat menimbulkan bau yang kurang enak.
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Terjadinya penurunan kualitas air sungai akibat kegiatan konstruksi dan
operasional tambang.
b) Evaluasi Perubahan Dampak
Kualitas air sungai di dua sungai yaitu sungai marang kiri dan sungai batang
maek nilai kandungan Fe (Besi) sudah berada di atas baku mutu dengan
adanya kegiatan konstruksi dan operasional tambang terutama pada
pengolahan hasil tambang, sehingga dapat menimbulkan penurunan kualitas
air sungai.
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Tidak terjadi penurunan kualitas air sungai akibat kegiatan konstruksi dan
operasional penambangan.
d) Upaya Penanggulangan Dampak
 Membuat aliran larian air.
 Operasional tailing pond untuk meminimalisir pembuangan limbah
langsung ke lingkungan sekitar pertambangan.
 Melakukan pengujian kualitas air sungai untuk semua parameter dengan
mengacu pada baku mutu peraturan Gubernur Sumatera Barat No 5 tahun
2008
 Operasional IPAL yang bertujuan untuk meminimalisir pembuangan limbah
langsung ke lingkungan sekitar pertambangan.
 Melakukan pelaporan pengendalian pencemaran air secara berkala

Evaluasi Dampak | III-10


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

 Melakukan pemisahan saluran air hujan dan saluran air limbah aliran air
limbah dari kolam penampungan, cucian utilitas menuju kolam IPAL
 Melakukan pengujian dan pengukuran kualitas air limbah secara berkala
 Memenuhi baku mutu air limbah untuk semua parameter yang mengacu
pada Peraturan Mentri Lingkungan Hidup No 4 Tahun 2006
 Melakukan pemantauan Harian PH Air Limbah
 Memiliki izin pembuangan limbah cair dari pemerintah daerah Kabupaten
Limapuluh Kota
 Membuat SOP pengoperasian IPAL dan SOP penanggulangan keadaan
darurat terkait pengelolaan air limbah
 Penggunaan tangki septik dalam pengolahan limbah yang berasal dari
operasional mess.
 Membuat izin pembuangan air limbah domestik
 Melakukan pemantauan kualitas air limbah domestik secara berkala
 Operasional IPAL yang bertujuan untuk meminimalisir pembuangan limbah
langsung ke lingkungan perairan sekitar pertambangan.
5. Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang telah Dilakukan
a) Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sudah ada
b) Efektivitas Pemantauan Lingkungan Hidup
Sudah ada
6. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
a) Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Melakukan pengelolaan lanjutan terhadap limbah cair dari proses
pengolahan galena sampai menghasilkan Pb dan Zn.
 Tetap melakukan pengelolaan terhadap dampak yang ditimbulkan dari
kegiatan konstruksi dan operasional yang telah dilaksanakan.
b) Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup

Evaluasi Dampak | III-11


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

 Melakukan pengujian kualitas air sungai untuk semua parameter dengan


mengacu pada baku mutu peraturan Gubernur Sumatera Barat No 5 tahun
2008
 Memenuhi baku mutu air limbah untuk semua parameter yang mengacu
pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 4 Tahun 2006

3) Ruang Tanah dan lahan


A. Erosi Tanah

1. Jenis Dampak.
Dampak yang ditimbulkan adalah perubahan laju erosi tanah
2. Sumber Dampak
Sumber dampak peningkatan laju erosi yang timbul akibat kegiatan
penambangan Galena berasal dari kegiatan Pembangunan Sarana dan
Prasarana
3. Kondisi Rona
Tingkat laju erosi tanah di lokasi kegiatan pada lokasi yang belum dibuka
sudah masuk kriteria berat dengan tingkat laju erosi lebih dari 200 ton/ha/th.
Hal ini disebabkan karena bentuk bentang lahan yang di dominasi oleh
perbukitan dengan tingkat kemiringan lahan tinggi. Kondisi tersebut
diperburuk oleh karakteristik tanah yang juga kurang menguntungkan,
dimana kemampuan tanah dalam meloloskan air tergolong rendah dengan
bobot volume tinggi. Sedagkan pada lahan yang sudah dibuka, tingkat laju
erosi meningkat menjadi kategori sangat berat dengan laju erosi lebih dari
600 ton/ha/th, sebagai akibat dari hilangnya tutupan lahan.
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Terjadinya peningkatan laju erosi tanah akibat berbagai aktivitas dalam areal
pertambangan seperi pembangunan sarana prasarana tambang selama tahap
konstruksi.
b) Evaluasi Perubahan Dampak

Evaluasi Dampak | III-12


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

Pada lokasi yang belum dibuka, tingkat laju erosi tanah sudah tergolong tinggi
(>200 ton/ha/th) sebagai akibat dari bentuk bentang lahan yang di dominasi
oleh perbukitan dengan tingkat kemiringan lahan tinggi, serta tidak adanya
Tindakan pencegahan seperti pembentukan teras yang akan mengurangi
kecepatan aliran permukaan. Setelah dilakukan pembukaan lahan, ternyata
laju erosi mengalami peningkatan menjadi tiga kali lipat (>600 ton/ha/tahun),
akibat hilangnya tutupan lahan dan terpaparnya terhadap pukulan langsung
butiran hujan.
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Tidak terjadi peningkatan laju erosi secara tidak terkendali akibat aktivitas
penambangan di lokasi kegiatan.
d) Upaya Penanggulangan Dampak
Melakukan pembangunan sarana prasarana tambang secara bertahap guna
meminimalkan dampak peningkatan laju erosi dan hanya dilakukan pada
lokasi yang sesuai dengan tujuan kegiatan dan dilakukan.
5. Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang telah Dilakukan
a) Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Belum ada
b) Efektivitas Pemantauan Lingkungan Hidup
Belum ada
6. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
a) Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Melakukan kegiatan pembersihan lahan, pengupasan tanah pucuk (top
soil), penggalian tanah penutup (overburden) hanya dilakukan pada lokasi
yang akan digunakan sesuai tujuan kegiatan dan dilakukan secara
bertahap.
 Menghindari kegiatan pembukaan lahan, pengupasan tanah pucuk (top
soil) dan penggalian lapisan penutup (overburden) pada saat musim hujan.
 Melakukan reklamasi dengan mengembalikan lapisan tanah penutup
(overburden) di ikuti dengan lapisan tanah pucuk (top soil) dengan cara

Evaluasi Dampak | III-13


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

berurutan, serta melakukan revegetasi pada lokasi lahan bekas tambang


dengan tanaman yang mampu bertahan dalam kondisi marginal.
b) Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
 Melakukan pemantauan perubahan laju erosi tanah secara periodik untuk
mengetahui laju perubahan parameter terkait.

B. Bentang Lahan
1. Jenis Dampak.
Dampak yang ditimbulkan adalah perubahan bentang lahan
2. Sumber Dampak
Sumber dampak peningkatan laju erosi yang timbul akibat kegiatan
penambangan Galena adalah:
 Pembangunan Sarana dan Prasarana
 Persiapan Tambang Dalam
 Peledakan (Blasting)
 Reklamasi/Rehabilitasi Lahan Pasca Operasional
3. Kondisi Rona
Kondisi bentang lahan saat ini merupakan Kawasan perbukitan alami dengan
Tingkat kemiringan lahan bervariasi dari agak curam sampai sangat curam.
Pembukaan lahan, pengupasan tanah pucuk penggalian lapisan penutup,
pembuatan jalan tambang dan reklamasi lahan akan menyebabkan terjadinya
perubahan bentang lahan dalam Kawasan kegiatan.
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Terjadinya perubahan bentang lahan dalam lokasi kegiatan merupakan
dampal lingkungan langsung dari kegiatan pembangunan sarana dan
prasarana, persiapan tambang dalam, peledakan (Blasting) serta kegiatan
reklamasi setelah memasuki pasca tambang.
b) Evaluasi Perubahan Dampak

Evaluasi Dampak | III-14


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

Pada lokasi yang belum dibuka, Kawasan kegiatan merupakan perbukitan


alami dengan kemiringan yang bervariasi. Setelah dilakukan berbagai aktivitas
tembang, bentang lahan akan mengaklami perubahan akibat adanya kegiatan
pemotongan lereng, penggalian dan penimbunan yang akan merubah
bentang laian dari bentuk aslinya.
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Tidak terjadi perubahan bentang lahan dilar Kawasan kegiatan.
d) Upaya Penanggulangan Dampak
Melakukan kegiatan pembersihan dan perubahan bentang lahan hanya
dilakukan pada jalan keluar-masuk dan di lokasi pertambangan. Pada saat
mempersiapkan tambang dalam penggalian dan pengeboran dilakukan secara
bertahap dan di sesuaikan dengan keadaan bahan tambang
5. Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang telah Dilakukan
a) Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Belum ada
b) Efektivitas Pemantauan Lingkungan Hidup
Belum ada
6. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
a) Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Melakukan kegiatan pengupasan tanah pucuk (top soil), penggalian tanah
penutup (overburden) hanya dilakukan pada lokasi yeng akan digunakan
sesuai tujuan kegiatan dan dilakukan secara bertahap.
 Menghindari kegiatan pembukaan lahan, pengupasan tanah pucuk (top
soil) dan penggalian lapisan penutup (overburden) pada lokasi rawan
longsor.
 Melakukan reklamasi dengan mengembalikan lapisan tanah penutup
(overburden) di ikuti dengan lapisan tanah pucuk (top soil) dengan cara
berurutan, serta melakukan revegetasi pada lokasi lahan bekas tambang
dengan memberikan prioritas pada bekas pit tambang.
b) Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup

Evaluasi Dampak | III-15


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

Melakukan pemantauan perubahan bentang lahan secara priodik untuk


mengetahui tingkat perubahan bentang lahan dalam Kawasan kegiatan.

C. Tataguna lahan
1. Jenis Dampak.
Dampak yang ditimbulkan adalah perubahan tataguna lahan
2. Sumber Dampak
Sumber dampak peningkatan laju erosi yang timbul akibat kegiatan
penambangan Galena adalah:
a. Pembangunan Sarana dan Prasarana
b. Operasional IPAL
c. Reklamasi/Rehabilitasi Lahan Pasca Operasional
3. Kondisi Rona
Kondisi tataguna lahan saat ini merupakan Kawasan perkebunan karet
rakyat yang diselingi oleh semak belukar. Kurangnya pemeliharaan yang
dilakukan masyarakat terhadap perkebunan karet menyebabkan lokasi
lebih mirip hutan sekunder dengan tegakan pohon yang tidak beraturan.
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Terjadinya perubahan perubahan tataguna lahan dalam lokasi kegiatan
merupakan dampak lingkungan langsung dari kegiatan pembersihan
lahan, pengupasan tanah pucuk, pembuatan jalan tambang pada saat
konstruksi dan operasi, serta kegiatan reklamasi dan pengembalian
lapisan tanah penutup dan tanah pucuk setelah memasuki pasca
tambang.
b) Evaluasi Perubahan Dampak
Pada lokasi yang belum dibuka, Kawasan kegiatan merupakan kebun
karet rakyat yang kurang terpelihara diselingi oleh semak belukar. Bila
lahan tersebut dibuka untuk keperluan pertambangan, maka akan
terjadi perubahan menjadi Kawasan tambang ssuai dengan lokasi dan
peruntukannya.

Evaluasi Dampak | III-16


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji


Tidak terjadi perubahan tataguna lahan diluar Kawasan kegiatan.
d) Upaya Penanggulangan Dampak
Melakukan kegiatan pembersihan lahan, pengupasan tanah pucuk (top
soil) dan pembuatan jalan tambang hanya dilakukan pada lokasi yang
sesuai dengan tujuan kegiatan, dan dilakukan secara bertahap guna
meminimalkan dampaknya terhadap perubahan tataguna lahan.
5. Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang telah
Dilakukan
a) Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Belum ada
b) Efektivitas Pemantauan Lingkungan Hidup
Belum ada
6. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
a) Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Melakukan kegiatan pembersihan lahan, pengupasan tanah pucuk
(top soil) dan pembuatan jalan tambang hanya dilakukan pada lokasi
yeng akan digunakan sesuai tujuan kegiatan dan dilakukan secara
bertahap.
 Melakukan reklamasi dengan mengembalikan lapisan tanah penutup
(overburden) di ikuti dengan lapisan tanah pucuk (top soil) dengan
cara berurutan, serta melakukan revegetasi pada lokasi lahan bekas
tambang dan menanaminya dengan tanaman yang mempnyai nilai
ekonomi.

b) Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup


 Melakukan pemantauan perubahan tataguna lahan secara priodik
untuk mengetahui tingkat perubahan tataguna lahan dalam Kawasan
kegiatan.
3.1.2 Biologi
1) Vegetasi Darat

Evaluasi Dampak | III-17


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

A. Keanekaragaman flora
1. Jenis Dampak
Dampak yang ditimbulkan adalah berkurangnya keanekaragaman flora dari
segi jenis dan jumlah.
2. Sumber Dampak
Sumber dampak berkurangnya keanekaragaman flora adalah:
 Pembongkaran Sarana dan Prasarana
 Reklamasi/Rehabilitasi Lahan Pasca Operasional
3. Kondisi Rona
Penambangan galena PT. Berkat Bhinneka Perkasa berada di dalam kawasan
hutan sekunder yang diselang-selingi oleh kebun karet rakyat. Pada
pengamatan flora di kawasan produksi galena tersebut dilakukan
pengamatan flora pada tingkat pohon (diameter batang >10 cm), vegetasi
tingkat sapling (diameter batang <10 cm) serta vegetasi tingkat seedling atau
anakan dengan tinggi tumbuhan <1,5 m. Pengamatan dilakukan pada daerah
perencanaan tambang dan daerah bukan rencana tambang.
Data flora berdasarkan tipe vegetasi yang ditemukan pada sekitar lokasi
penambangan galena PT. Berkat Bhinneka Perkasa yaitu:
a. Vegetasi pohon dengan Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi pada daerah
perencanaan tambang galena adalah jenis Dipterocarpus gracilis atau
keruwing sebesar 0,84%, diikuti Quercus argentata (0,39%) dan Syzygium
rugosum (0,37%).
b. INP tertinggi tingkat pohon pada daerah bukan perencanaan tambang
adalah jenis Dipterocarpus gracilis (0,91%), diikuti jenis Quercus argentata
(0,33%).
c. INP tertinggi pada vegetasi sapling di daerah perencanaan tambang galena
PT. Berkat Bhinneka Perkasa adalah jenis Sterculia rubiginosa atau dikenal
dengan nama medang atau kumbu dengan INP 0,43%, diikuti oleh jenis
Macaranga triloba atau dikenal dengan mahang damar/ mahang kukur/ kayu
sepat dengan INP 0,33% dan Syzygium rugosum sejenis jambu air dengan INP
0,27%.

Evaluasi Dampak | III-18


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

d. INP tertinggi pada vegetasi sapling di daerah bukan perencanaan tambang


adalah jenis Baccaurea spp. (0,34%) atau jenis tumbuhan rambai, Syzygium
rugosum (0,28%) yang merupakan jenis jambu air, diikuti Buchanania
sessilifolia, Macaranga triloba, Artocarpus sp. dan sirih-sirih atau Piper
aduncum (0,23%).
Pada vegetasi seedling atau anakan (tinggi tumbuhan <1,5 m) ditemukan jenis
paku resam (Gleichenia linearis), sirih-sirih (Piper aduncum) dan sikaduduak
(Melastoma malabathricum) yang merupakan tumbuhan pionir. Tumbuhan
pionir atau perintis adalah tumbuhan yang pertama hadir dan bisa membuka
lahan hidup untuk organisme lain. Secara alami tanaman pionir dapat tumbuh
menggantikan tanaman yang hilang. Tanaman pionir dapat dijadikan acuan
pemulihan lahan karena tanaman ini dapat tumbuh di lahan yang mengalami
kerusakan karena berasosiasi dengan Plant GRawth Promoting Rhizobacteria
(PGPR). Selain itu keberadaan tanaman pionir dapat menghambat erosi tanah
karena kemampuan akarnya menahan tanah dari gerusan air.
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan Langsung
Terjadi pengurangan jenis dan jumlah flora karena adanya aktivitas
penebangangan pohon untuk pembersihan lahan pada saat konstruksi.
Sedangkan pada saat pascaoperasi, dengan adanya reklamasi atau
penanaman kembali maka akan akan terjadi peningkatan jumlah dan jenis
flora di lokasi kegiatan.
b) Evaluasi Perubahan Dampak
Pada lokasi yang belum dibuka untuk lokasi tambang, masih banyak terlihat
tumbuhan besar dengan vegetasi dan tajuk yang rapat. Sedangkan pada
lokasi yang sudah dibuka dan dijadikan sebagai lokasi tambang, ditumbuhi
dengan jenis paku resam (Gleichenia linearis), sirih-sirih (Piper aduncum) dan
sikaduduak (Melastoma malabathricum) yang merupakan tumbuhan pionir.
Tumbuhan pionir atau perintis adalah tumbuhan yang pertama hadir dan bisa
membuka lahan hidup untuk organisme lain. Secara alami tanaman pionir
dapat tumbuh menggantikan tanaman yang hilang.

Evaluasi Dampak | III-19


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji


Tidak terdapat jenis flora yang dilindungi di lokasi penambangan.
d) Upaya Penanggulangan Dampak
Melakukan penebangan pohon seperlunya, tidak dalam skala besar. Tetapi
hanya dilakukan di lokasi tambang, sesuai dengan kebutuhan kegiatan
tambang saja.
5. Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang telah Dilakukan
a) Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Belum ada
b) Efektivitas Pemantauan Lingkungan Hidup
Belum ada
6. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
a) Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Melakukan penebangan pohon seperlunya, tidak dalam skala besar. Tetapi
hanya dilakukan di lokasi tambang sesuai dengan kebutuhan kegiatan
tambang saja.
Melakukan reklamasi dengan memperhatikan sistem penanaman (multiple
cropping dan monokultur), pola tanam, penyesuaian jenis tanaman dengan
kondisi lahan, tanaman penutup (cover crop).
b) Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
Melakukan pemantauan perubahan vegetasi khususnya untuk pembukaan
lokasi baru dalam daerah rencana tambang
2) Fauna/Satwa Liar
D. Keaneka ragaman fauna

1. Jenis Dampak
Dampak yang ditimbulkan adalah berkurangnya keanekaragaman fauna dari
segi jenis dan jumlah.
2. Sumber Dampak
Sumber dampak berkurangnya keanekaragaman fauna adalah:
1) Pembersihan lahan dengan cara penebangan vegetasi sehingga
mempengaruhi aktivitas kegiatan pembersihan lahan.

Evaluasi Dampak | III-20


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

2) Aktivitas penambangan dan pengolahan jika menimbulkan kebisingan


maka akan mempengaruhi aktivitas dari hewan liar yang ada di sekitar
lokasi.
3. Kondisi Rona
Terdapat tujuh jenis fauna yang dilindungi menurut Permen LHK No.106
Tahun 2018 yaitu Symphalangus syndactylus atau Siamang, Manis javanica atau
trenggiling, Mintiacus muntjak atau kijang, Spilornis cheela atau Elang Ular
Bido, Nisaetus cirrhatus atau Elang Brontok dan Chloropsis cyanopogon atau
Burung Cica Daun Kecil dan Loriculus galgulus atau Burung Serindit Melayu.
Menurut kategori IUCN jenis fauna yang ditemukan tergolong ke dalam
kategori Vurnerable, Least Consern, Endanger, Critically Endanger, Near
Thretened. Vurnerable adalah spesies yang rentan terancam yaitu Macaca
nemestrina atau beruk. Least Consern adalah jenis merupakan spesies yang
diperhatikan karena banyak ditemukan di alam seperti kera ekor panjang, babi
hutan, beberapa jenis burung yang masih banyak terlihat di sekitar lokasi
rencana kegiatan. Endanger atau status spesies terancam di alam. Ditemukan
satu jenis fauna dengan status terancam yaitu Symphalangus syndactylus atau
Siamang. Melalui Permen LHK No.106 Tahun 2018 (di atas) siamang
dimasukkan ke dalam jenis fauna yang dilindungi. Critically Endanger atau
rentan terancam ditemukan satu jenis yaitu Manis javanica atau trenggiling.
Near Thretened atau status mendekati terancam ditemukan pada jenis burung
cica daun kecil dan cucak kelabu.
Status penggolongan menurut CITES terdapat dua jenis spesies yang
termasuk ke dalam Appendix I yaitu jenis Symphalangus syndactylus atau
Siamang dan Manis javanica atau trenggiling. Sedangkan spesies yang
termasuk Appendix II yaitu Phyton reticulatus atau ular piton dan satu jenis
termasuk Appendix III yaitu Paradoxurus hermaphroditus atau musang.
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Terjadi pengurangan jenis dan jumlah fauna karena adanya aktivitas
penebangangan pohon untuk pembersihan lahan pada saat konstruksi.

Evaluasi Dampak | III-21


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

Sehingga aktivitas satwa liar seperti mencari makan akan berpindah ke


tempat lain.
Sedangkan pada saat pascaoperasi, dengan adanya reklamasi atau
penanaman kembali maka akan akan terjadi peningkatan jumlah dan jenis
flora di lokasi kegiatan. Tetapi hal tersebut tidak langsung terjdi setelah
penanaman vegetasi, butuh waktu beberapa tahun untuk mengembalikan
satwa liar untuk beraktivitas kembali di lokasi bekas tambang.
b) Evaluasi Perubahan Dampak
Pada lokasi yang belum dibuka, dengan adanya vegetasi yang beragam dan
rapat merupakan tempat yang masih baik untuk satwa liar dalam
beraktivitas. Pada lokasi yang sudah mengalami perubahan atau
pembukaan sangat jarang ditemukan satwa liar. Jenis satwa liar yang
terlihat di sekitar lokasi yang sudah dilakukan penambangan adalah jenis-
jenis burung karena burung termasuk hewan yang mudah beradaptasi
dengan perubahan lingkungan.

c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji


Tidak terjadi eksplorasi terhadap satwa liar yang dilindungi.
d) Upaya Penanggulangan Dampak
Melakukan penebangan pohon seperlunya, tidak dalam skala besar. Tetapi
hanya dilakukan di lokasi tambang, sesuai dengan kebutuhan kegiatan
tambang saja. Karena akan berpengaruh kepada aktivitas satwa liar di
lokasi tambang. Untuk pembukaan tambang baru pada lokasi rencana
tambang, diharapkan terlebih dahulu memperhatikan lingkungan di sekitar
lokasi. Jika lokasi tersebut diperkirakan adalah habitat dari satwa liar yang
dlindungi atau satwa liar yang rentan ada baiknya untuk
mempertimbangkan lokasi baru yang berpotensi untuk penambangan.

5. Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang telah Dilakukan


a) Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Belum ada
b) Efektivitas Pemantauan Lingkungan Hidup

Evaluasi Dampak | III-22


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

Belum ada
6. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
a) Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Menyediakan 10% lahan pertambangan untuk lokasi konservasi.
b) Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
Melakukan pemantauan terhadap perubahan jumlah dan jenis satwa jika
melakukan pembukaan tambang baru.
1) Biota Perairan
A. Alga planktonik

1. Jenis Dampak
Dampak yang ditimbulkan adalah gangguan biota Alga Planktonik
2. Sumber Dampak
Sumber dampak yaitu dari operasional IPAL
3. Kondisi Rona
Dari pengamatan yang telah dilakukan plankton di perairan sungai
Batang maek teridentifikasi sebanyak 19 spesies pada bagian hulu
kegiatan Tambang dan 21 spesies pada bagian hilir kegiatan Tambang.
Pada sungai Marang Kanan teridentifikasi sebanyak 5 spesies dan pada
sungai marang kiri teridentifikasi sebanyak 6 spesies.
Rona awal keberadaan alga planktonik di sekitar kegiatan Tambang
Galena ini ditemukan sebanyak 21 jenis yang terdiri dari Lima Divisi, yaitu
Bassilariophyta, Crysophyta sebanyak Enam jenis, Crysophyta sebanyak
Satu jenis, Chlorophyta sebanyak Sembilan jenis, Cyanophyta sebanyak
Tiga jenis dan Euglenophyta sebanyak 2 jenis.
Analisis indeks diversitas alga planktonik pada sungai Batang Maek yaitu
1,97, dan 1,89. Dari hasil analisis Indeks diversitas tersebut dapat
dikategorikan bahwa keanekaragaman alga planktonik di sungai
tersebut termasuk kategori sedang. Pada keanekaragaman kategori
sedang dapat mengindikasikan peraian tersebut termasuk kategori
tercemar sedang. Keanekaragaman sungai Batang maek yang lebih

Evaluasi Dampak | III-23


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

tinggi dari sungai marang kiri dan kanan tidak membedakan


pengelompokan kriteria kualitas kedua sungai tersebut.

4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Kegiatan operasional IPAL yang membuang hasil olahannya ke badan
perairan sungai berpotensi mengganggu kelimpahan dan
keanekaragaman alga planktonik.
b) Evaluasi Perubahan Dampak
Saat ini indeks keanekaragaman Alga Planktonik tergolong sedang, jika
operasioanal IPAL tidak dilaksanakan dengan baik sesuai dengan
prosedur baku mutu untuk dibuang ke badan perairan sungai, hal ini
dapat berdampak negatif dalam bentuk penurunan kelimpahan dan
indeks keanekaragaman Alga Planktonik.
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Tidak terjadi penurunan kepadatan populasi alga planktonik
d) Upaya Penanggulangan Dampak
Belum ada
5. Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang telah
Dilakukan
a) Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Belum ada
b) Efektivitas Pemantauan Lingkungan Hidup
Sudah ada
6. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
a) Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Memastikan pengelolaan hasil pengolahan IPAL yang dibuang ke
sungai sesuai dengan baku mutu.
 Menempatkan operator pengelolaan IPAL untuk menjaga dan
mengelola IPAL dari kebocoran.
 Melakukan pengambilan data kelimpahan dan keanekaragaman alga
planktonik secara periodik.

Evaluasi Dampak | III-24


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

b) Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup


Periode pengambilan data kelimpahan dan keanekaragmaan alga
planktonik minimal setiap 6 bulan atau minimial 2 kali dalam satu tahun
dan melaporkannya ke DLH kabupaten sebagai bukti monitoring dan
evaluasi dampak akibat operasional IPAL terhadap Alga planktonik.
B. Bentos

1. Jenis Dampak
Gangguan terhadap Biota Bentos
2. Sumber Dampak
Sumber dampak yaitu dari operasional IPAL
3. Kondisi Rona
Jenis hewan bentos yang ditemukan termasuk dalam kelas Molusca, Dipter
a dan Anelida. Dari komposisi jenis hewan bentos yang ditemukan bahwa
jumlah jenis dan jumlah individu menunjukkan adanya ditribusi yang tidak t
erlalu beragam. Bentos yang ditemukan di sungai Maek hampir semua juga
ditemukan pada sungai Marang Kanan dan kiri. Kelas Bivalvia dan
Gastropoda menunjukkan jumlah dan kelimpahan yang lebih tinggi dibandi
ng yang lain. Beberapa jenis yang mendominasi antara lain Branciura dan C
orbicula. Kebanyakan jenis bivalvia dan gastropoda merupakan orgasnisme
yang hidup di substrat perairan berlumpur dan berpasir. Organisme yang te
lah memiliki aliran darah dan mampu mengikat oksigen untuk kelangsunga
n hidupnya. Dengan demikian walaupun berada pada perairan yang keruh d
an minim oksigen organisme ini mampu bertahan hidup. (Pennak, 1978 dan
Welch and Lindell, 1980).
Keanekaragaman jenis dari Hewan bentos yang ditemukan pada sungai
Batang Maek, Marang kanan dan marang kiri yaitu 1,26, 1,22, dan 0,69, 0,87.
Menurut Michel (1979) dan Lee et all. (1978), nilai indeks diversitas yang
berkisar antara 2,00 < H’ < 2,99 termasuk kedalam criteria Keanekaragaman
Tinggi. Indeks Keanekaragaman Bentos pada kedua sungai termasuk dalam
Kriteria keanekaraman rendah dan sangat rendah, kualitas air yang

Evaluasi Dampak | III-25


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

digambarkan dari keanekaraman rendah dan sangat rendah, memberikan


gambaran bahwa kualitas air pada perairan tersebut tercemar berat.

Evaluasi Dampak | III-26


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Kegiatan operasional IPAL yang membuang hasil olahannya ke badan
perairan sungai berpotensi mengganggu kelimpahan dan
keanekaragaman organisme bentos.
b) Evaluasi Perubahan Dampak
Saat ini indeks keanekaragaman Bentos tergolong rendah, jika
operasioanal IPAL tidak dilaksanakan dengan baik sesuai dengan
prosedur baku mutu untuk dibuang ke badan perairan sungai, hal ini
dapat berdampak negatif dalam bentuk hilangnya organisme bentos
pada badan perairan tersebut.
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Tidak terjadi penurunan kepadatan populasi Bentos
d) Upaya Penanggulangan Dampak
Belum ada
5. Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang telah
Dilakukan
a) Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Belum ada
b) Efektivitas Pemantauan Lingkungan Hidup
Sudah ada
6. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
a) Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Memastikan pengelolaan hasil pengolahan IPAL yang dibuang ke
sungai sesuai dengan baku mutu.
 Menempatkan operator pengelolaan IPAL untuk menjaga dan
mengelola IPAL dari kebocoran.
 Melakukan pengambilan data kelimpahan dan keanekaragaman
bentos secara periodik.
b) Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup

Evaluasi Dampak | III-27


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

Periode pengambilan data kelimpahan dan keanekaragaman bentos


minimal setiap 6 bulan atau minimial 2 kali dalam satu tahun dan
melaporkannya ke DLH kabupaten sebagai bukti monitoring dan
evaluasi dampak akibat operasional IPAL terhadap Bentos.
C. Nekton

1. Jenis Dampak
Gangguan terhadap Biota Nekton
2. Sumber Dampak
Sumber dampak yaitu dari operasional IPAL
3. Kondisi Rona

Nekton yang ada pada perairan sungai Batang Maek dan Marang Kanan
dan Marang Kiri diperoleh sebanyak 23 Spesies. Spesies tersebut tergolong
dalam Ikan kelas Pisces (osteichthyes). Populasi Nekton yang didapatkan
dikelompokkan berdasarkan kelimpahannya yaitu Sangat Banyak, Cukup
Banyak, Banyak, Sedikit dan sangat Sedikit. Dari data yang didapat nekton
yang terdapat pada sungai tersebut tergoloing sangat sedikit sampai cukup
banyak. Spesies Nekton yang tergolong kategori kelimpahan cukup banyak
yaitu Ikan Kapiek (Barbonymus schwanenfeldii), Ikan Katong (Thynnichthys
polylepis), dan Ikan Pantau (Rasbora argyrotaenia). Spesies yang termasuk
kategori banyak ditemukan yaitu Ikan Baung, Ikan Gariang, Ikan Tilan, dan
Ikan Toman. Kategori sedikit ditemukan yaitu Barau, Mas, Monsai, Nila,
Tapah, dan Tundik. Spesies yang paling sedikit ditemukan yang termasuk
dalam kategori sangat sedikit yaitu Balido, Bawal, Bakok, Gurame, Ngalan,
Paweh, Patin, Puyu, Silongang, dan Siburuk.
Menurut kategori data IUCN spesies nekton yang ditemukan tergolong ke
dalam kategori Least Concern, Not Evaluated, Vulnerable dan Data Deficient.
Least Consern merupakan spesies yang diperhatikan karena banyak
ditemukan di alam. Nekton yang ditemukan yang ttimah hitamuk kategori
ini adalah Ikan Katong, Ikan pantau, Tilan, tapah, tundik, dan silongang
termasuk kategori Not Evaluated, artinya spesies ini belum dievaluasi oleh

Evaluasi Dampak | III-28


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

IUCN. Ikan mas termasuk kategori Vulnerable artinya spesies ini rentan
keberadaannya di alam. Ikan Gariang, Balido, dan ikan Puyu termasuk ke
dalam kategori Data Deficient artinya spesies ini belum dapat dianalisa lebih
lanjut karena kurangnya data untuk menentukan status konservasinya.
Spesies ikan yang lain dari kategori diatas termasuk ke dalam kategori
Least concern.
Semua spesies nekton yang ditemukan tidak ada status penggolongan
menurut CITES, artinya perdagangan spesies tersebut yang ditemukan di
alam belum ada regulasi yang mengaturnya. Dalam Peraturan Pemerintah
no 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa semua
nekton yang ditemukan tidak ada yang termasuk kategori yang di lindungi.
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Kegiatan operasional IPAL yang membuang hasil olahannya ke badan perairan
sungai berpotensi mengganggu kelimpahan dan keanekaragaman organisme
Nekton.

Evaluasi Dampak | III-29


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

b) Evaluasi Perubahan Dampak


Saat ini keanekaragaman Nekton tergolong banyak, jika operasioanal IPAL
tidak dilaksanakan dengan baik sesuai dengan prosedur baku mutu untuk
dibuang ke badan perairan sungai, hal ini dapat berdampak negatif dalam
bentuk berkurangnya jenis organisme Nekton.
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Tidak terjadi penurunan kepadatan populasi nekton
d) Upaya Penanggulangan Dampak
Belum ada
5. Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang telah Dilakukan
a) Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Belum ada
b) Efektivitas Pemantauan Lingkungan Hidup
Sudah ada
6. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
a) Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Memastikan pengelolaan hasil pengolahan IPAL yang dibuang ke sungai
sesuai dengan baku mutu.
 Menempatkan operator pengelolaan IPAL untuk menjaga dan mengelola
IPAL dari kebocoran.
 Melakukan pengambilan data kelimpahan dan keanekaragaman Nekton
secara periodik.

b) Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup

Periode pengambilan data kelimpahan dan keanekaragaman Nekton minimal


setiap 6 bulan atau minimial 2 kali dalam satu tahun dan melaporkannya ke
DLH kabupaten sebagai bukti monitoring dan evaluasi dampak akibat
operasional IPAL terhadap biota Nekton.
3.1.3 Sosial Ekonomi dan Budaya
1) Sosial Ekonomi
A. Kesemptan Bekerja

1. Jenis Dampak

Evaluasi Dampak | III-30


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

Terjadinya penyerapan tenaga kerja untuk tahap konstruksi dan


operasional pertambangan.

Evaluasi Dampak | III-31


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

2. Sumber Dampak
Sumber dampak terhadap kesempatan bekerja yang timbul akibat
kegiatan penambangan berasal dari kegiatan Rekruitmen Tenaga Kerja
untuk Konstruksi dan Operasional Tambang
3. Kondisi Rona
Angkatan kerja sebagai orang yang dikategorikan mendapatkan
kesempatan kerja di wilayah studi relatif cukup tinggi. Ketersedian tenaga
kerja diwilayah penambangan timah hitam PT. Berkat Bhinneka Perkasa di
Nagari Tanjung Balit, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten
Limapuluh Kota cukup besar yang digambarkan berdasarkan struktur
penduduk berdasarkan kelompok umur
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Terjadinya penyerapan tenaga kerja untuk kegiatan konstruksi dan
operasional tambang
b) Evaluasi Perubahan Dampak
Penyerapan tenaga kerja tergolong tinggi terutama pada saat
operasional tambang terutama mulai dari kegiatan penambangan
sampai pengolahan
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Terjadi penyerapan tenaga kerja yang mengutamakan masyarakat lokal
d) Upaya Penanggulangan Dampak
Mengutamakan penerimaan tenaga kerja lokal sesuai dengan kualifikasi
yang dibutuhkan di sekitar lokasi kegiatan.
5. Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang telah
Dilakukan
a) Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sudah ada
b) Efektivitas Pemantauan Lingkungan Hidup
Sudah ada
6. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

Evaluasi Dampak | III-32


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

a) Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup


 Tetap melakukan pengelolaan yang telah terlaksana
 Memberikan jaminan kesehatan kepada tenaga kerja
 Melaporkan tenaga kerja kepada dinas terkait
b) Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
Melakukan pelaporan ketenaga kerjaaan kepada dinas terkait
B. Peluang berusaha

1. Jenis Dampak
Jenis dampak yang timbul adalah terciptanya peluang berusaha bagi
masyarakat sekitar
2. Sumber Dampak
Sumber dampak terhadap Peluang Berusaha yang timbul akibat kegiatan
penambangan berasal dari kegiatan :
 Rekruitmen Tenaga Kerja untuk Konstruksi dan Operasional
 Mobilisasi Peralatan dan Material
3. Kondisi Rona
Mayoritas masyarakat sekitar lokasi tambang bekerja sebagai petani dan
buruh tani hanya sebagian kecil yang berprofesi sebagai pedagang.
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Terjadinya peningkatan peluang berusaha dengan adanya kegiatan
konstruksi dan operasional tambang
b) Evaluasi Perubahan Dampak
Timbulnya peluang berusaha bagi masyarakat di sekitar lokasi tambang
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Memberikan kesempatan peluang berusaha bagi masyarakat sekitar
lokasi tambang
d) Upaya Penanggulangan Dampak
 Melakukan penerimaan tenaga kerja lokal sesuai dengan kualifikasi
yang dibutuhkan di kecamatan - kecamatan di lokasi kegiatan.

Evaluasi Dampak | III-33


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

 Mengutamakan tenaga kerja dan penyalur kebutuhan konstruksi


yang mampu untuk dipenuhi oleh masyarakat sekitar.
 Pada perekrutan tenaga kerja perlu adanya kesempatan berusaha
dengan pelatihan khusus atau keterampilan bagi keluarga tenaga
kerja atau bahkan kepada tenaga kerja tersebut
5. Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang telah
Dilakukan
a) Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sudah ada
b) Efektivitas Pemantauan Lingkungan Hidup
Sudah ada
6. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
a) Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Tetap melakukan pengelolaan yang telah dilaksanakan
 Memberikan peluang berusaha bagi masyarakat sekitar lokasi tambang
b) Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
Melakukan wawancara kepada masyarakat terkait peluang berusaha
yang ada akibat kegiatan penambangan galena.
C. Pendapatan

1. Jenis Dampak
Jenis dampak yang timbul adalah terjadinya peningkatan pendapatan bagi
masyarakat
2. Sumber Dampak
Sumber dampak terhadap peningkatan pendapatan yang timbul akibat
kegiatan penambangan berasal dari kegiatan :
 Rekruitmen Tenaga kerja untuk Konstruksi dan Operasional
 Mobilisasi Peralatan dan Material
3. Kondisi Rona
Tingkat pendapatan masyarakat sekitar lokasi tambang masih rendah
4. Evaluasi Dampak

Evaluasi Dampak | III-34


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

a) Dampak Lingkungan langsung


Meningkatkan pendapatan masyarakat yang bekerja pada PT. Berkat
Bhinneka Perkasa

b) Evaluasi Perubahan Dampak


Terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat yang bekerja pada PT.
Berkat Bhinneka Perkasa
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Terjadinya peningkatan pendapatan
d) Upaya Penanggulangan Dampak
 Mengutamakan penerimaan tenaga kerja lokal sesuai dengan
kualifikasi yang dibutuhkan di sekitar lokasi kegiatan.
 Memberi peluang usaha kepada masyarakat sekitar yang memiliki
peralatan, kendaraan dan material untuk di sewa
 Memberikan Upah sesuai standar pemerintah (UMP)
 Memberikan tunjangan dan bonus sesuai dengan ketetapan
perusahaan dengan mengutamakan hak hak tenaga kerja
5. Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang telah Dilakukan
a) Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sudah ada
b) Efektivitas Pemantauan Lingkungan Hidup
Sudah ada
6. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
a) Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tetap melakukan pengelolaan yang telah dilaksanakan
b) Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
Melakukan wawancara kepada tenaga kerja tentang peningkatan
pendapatan
2) Sosial budaya
A. Persepsi masyarakat

1. Jenis Dampak

Evaluasi Dampak | III-35


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

Timbulnya persepsi masyarakat terhadap kegiatan penambangan timah


Hitam (Galena)

2. Sumber Dampak
Sumber dampak terhadap persepsi masyarakat yang timbul akibat kegiatan
penambangan berasal dari kegiatan :
 Survey investigasi
 Sosialisasi
 Rekruimen Tenaga Kerja untuk Konstruksi
 Persiapan Tambang Dalam
 Peledakan (Blasting)
 IPAL
 Operasional Mess
 Reklamasi/Rehabilitasi Lahan Pasca Operasional
3. Kondisi Rona
Persepsi masyarakat terhadap penambangan batuan di Jorong Panang,
Nagari Tanjung Balit cukup bervariasi yang dapat menimbulkan berbagai
interpretasi/penafsiran masyarakat terhadap kegiatan tambang. Persepsi
masyarakat dalam hal ini adalah tentang status lahan yang masih
menganjal masyarakat yang beranggapan bahwa lahan tersebut merupkan
bagian tanah masyarakat.
Berdasarkan informasi di lapangan bahwa lahan yang diolah oleh PT.
Berkat Bhinneka Perkasa seluas 104,75 Ha awalnya merupakan lahan/tanah
rakyat tapi atas persetujuan semua unsur pemerintahan Nagari Tanjung
Balit termasuk pucuk adat, ninik mamak, seluruh pemilik lahan dan
masyarakat Nagari Tanjung Balit tanah tersebut disewa pakai kepada PT.
Berkat Bhinneka Perkasa untuk dikelola selama 30 tahun. Persepsi positif
masyarakat bahwa kegiatan penambangan memberikan kesempatan kerja
dan peluang berusaha. Keberadaan tambang tentu akan bermanfaat
terhadap terbukanya lapangan kerja dan usaha masyarakat sekitar.

Evaluasi Dampak | III-36


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Timbulnya berbagai persepsi dari masyarakat yang diakibatkan dari
kegiatan konstruksi dan operasional tambang.

b) Evaluasi Perubahan Dampak


Adanya persepsi negatif dari masyarakat yang diakibatkan dari kegiatan
konstruksi dan operasional tambang
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Tidak timbulkan persepsi negatif dari masyarakat disekitar lokasi
d) Upaya Penanggulangan Dampak
 Melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang terkena dampak
terkait proses akuisisi lahan dan hakekat keberadaan kegiatan
penambangan Galena
 Melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai penerimaan
tenaga kerja.
 Melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai sistem tambang
yang digunakan.
 Melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai proses
pengolahan limbah didaerahnya.
 Melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai sistem
pengoperasian basecamp yang digunakan.
5. Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang telah
Dilakukan
a) Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sudah ada
b) Efektivitas Pemantauan Lingkungan Hidup
Sudah ada
6. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
a) Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tetap melakukan pengelolaan yang telah dilaksanakan

Evaluasi Dampak | III-37


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

b) Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup


Melakukan wawancara kepada masyarakat terkait persepsi negatif dari
kegiatan konstruksi dan operasional pertambangan galena.

Evaluasi Dampak | III-38


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

B. Keresahan masyarakat

1. Jenis Dampak
Timbulnya keresahan masyarakat terhadap kegiatan penambangan timah
Hitam (Galena)
2. Sumber Dampak
• Survey investigasi
• Sosialisasi
• Rekruimen Tenaga Kerja untuk Konstruksi
3. Kondisi Rona
Muncul konflik sosial ditengah masyarakat dari kegiatan penambangan,
pengolahan Galena sampai pengangkutan hasil produksi menyebabkan
peningkatan kuantitas debu dijalan yang dilewati kendaraan dan terjadinya
kerusakan jalan terutama pada musim hujan. Keresahan akan
memunculkan keinginan masyarakat untuk medapatkan pengelolaan lahan
setelah penambangan berakhir.
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Timbulnya keresahan masyarakat dari kegiatan konstruksi dan
operasional tambang
b) Evaluasi Perubahan Dampak
Dari tingkat keresahan masyarakat di sekitar lokasi tambang telah ada
terkait tentang keberadaan tanah ulayat. Dengan adanya kegiatan
penambangan masyarakat akan mudah terpicu terkait keresahan yang
ditimbul dari kegiatan pertambangan.
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Tidak terjadinya keresahan dari masyarakat
d) Upaya Penanggulangan Dampak
 Melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang terkena dampak
terkait proses akuisisi lahan dan hakekat keberadaan kegiatan
penambangan Galena

Evaluasi Dampak | III-39


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

 Melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai penerimaan


tenaga kerja.
5. Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang telah
Dilakukan
a) Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sudah ada
b) Efektivitas Pemantauan Lingkungan Hidup
Sudah ada
6. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
a) Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tetap melakukan sosialisai kepada masyarakat sekitar
b) Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
Melakukan wawancara terkait keresahan masyarakat di lokasi
pertambangan
3.1.4 Kesehatan Masyarakat
A. Prevalensi penyakit
1. Jenis Dampak
Dampak terhadap kesehatan masyarakat disekitar kegiatan adalah terjadinya
penurunan tingkat kesehatan masyarakat dan bersifat negatif.
2. Sumber Dampak
Sumber dampak berasal dari kegiatan :
 Mobilisasi peralatan dan material
 Pengelolaan raw material
 Operasional IPAL
 Mobilisasi hasil produksi
 Operasional Mess
3. Kondisi Rona
Sesuai dengan wilayah studi pembangunan Pertambangan Galena PT. Berkat
Bhinneka Perkasa berada pada kecamatan Pangkalan Koto baru dengan
gambaran status kesehatan masyarakat pada wilayah studi berdasarkan
pengumpulan data puskesmas Rimbo Data, terlihat penyakit berbasis

Evaluasi Dampak | III-40


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

lingkungan didominasi oleh penyakit ISPA sebesar 16,5% Selain penyakit diatas
Tahun 2019 Pada Puskesmas Rimbo data kasus Kecelakaan 3,6% penduduk.

4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Terjadinya peningkatan pola/prevalensi penyakit terhadap masyarakat
sekitar lokasi pertambangan
b) Evaluasi Perubahan Dampak
Dengan adanya kegiatan penambangan tidak menimbulkan dampak
peningkatan pola/prevalensi penyakit kepada masyarakat
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Meminimalisir terjadinya peningkatan pola/prevalensi penyakit
d) Upaya Penanggulangan Dampak
 Penggunaan APD
 Melakukan koordinasi dengan pelayanan kesehatan terdekat
5. Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang telah Dilakukan
a) Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sudah ada
b) Efektivitas Pemantauan Lingkungan Hidup
Sudah ada
6. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
a) Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tetap melakukan pengelolaan terhadap pola/prevalensi penyakit yang
telah dilaksanakan
b) Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
Melakukan pengumpulan data terkait pola/prevalensi penyakit di
Kecamatan Pangkalan Koto Baru

B. Sanitasi lingkungan
1. Jenis Dampak
Tergganggunya sanitasi lingkungan

Evaluasi Dampak | III-41


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

2. Sumber Dampak
 Peledakan (blasting)
 Pengelolaan raw material
 Operasi IPAL
 Operasi Mess
 Pemeliharaan sarana dan prasarana
3. Kondisi Rona
Berdasarkan pola pengumpulan sampah pada rumah tangga masih rendah
yaitu 75% dibakar dan 25 % dibuang sembarangan.
Melihat kondisi kesehatan lingkungan dilihat dari penyediaan air bersih, pola
BAB, Pola pengelolaan ar limbah, dan pembuangan sampah, maka dapat
disimpulkan skala kualitas lingkungan rona lingkungan hidup awal adalah
sedang dengan derajat kepentingan dampak adalah lebih penting.
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Tergganggunya sanitas lingkungan dari kegiatan konstruksi dan
operasional tambang
b) Evaluasi Perubahan Dampak
Kegiatan tambang menyebabkan tergganggunya sanitasi lingkungan yang
diakibatkan dari kegiatan konstruksi dan operasional tambang. Perubahan
dampak ini hanya terjadi pada lokasi pertambangan.
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Tidak tergganggunya sanitasi lingkungan
d) Upaya Penanggulangan Dampak
 Mengumpulkan sisa hasil peledakan seperti kemasan dan liannya ke
Gudang penyimpanan limbah B3
 Operasional tailing pond untuk meminimalisir pembuangan limbah
langsung ke lingkungan sekitar pertambangan.
 Menjaga housekeeping didalam fasilitas Gudang B3 pada pabrik
pengolahan RAW Material dalam kondisi baik

Evaluasi Dampak | III-42


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

 Melengkapi MSDS (Material safety Data Seet) untuk semua B3 yang di


manfaatkan
 Melengkapi kemasan B3 dengan symbol dan label
 Melengkapi papan nama pada gudang B3
 Melakukan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun yang di
manfaatkan sesuai dengan peraturan perundang undangan
 Membuat SOP penangan Limbah B3, penanganan kecelakan atau
tumpahan atau ceceran B3 dan tanggap darurat
 Melakukan pelaporan Limbah B3 kepada dinas lingkungan hidup
Kabupaten Limapuluh Kota
 Melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan
 Memeiliki izin penyimpanan sementara limbah B3 pada lokasi kegiatan
 Membuat neraca Limbah B3 untuk setiap jenis limbah B3 yang telah di
hasilkan
 Membuat pencatatan keluar masuknya Limbah B3 pada logbook
limbah b3
 Melakukan MOU pengangkutan Limbah B3 dengan perusahan
bersertifikat
 Operasional tailing pond untuk meminimalisir pembuangan limbah
langsung ke lingkungan sekitar pertambangan.
 Menyediakan tempat sampah
 Melakukan pengolahan sampah organik
5. Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang telah Dilakukan
a) Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sudah ada
b) Efektivitas Pemantauan Lingkungan Hidup
Sudah ada
6. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
a) Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tetap melakukan pengelolaan yang telah di laksanakan
b) Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
Melakukan pengamatan di lapangan terkait keadaan sanitasi lingkungan

C. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


1. Jenis Dampak
Terjadinya gangguan terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
2. Sumber Dampak
 Mobilisasi peralatan dan material

Evaluasi Dampak | III-43


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

 Persiapan tambang dalam


 Pledakan (blasting)
 Pengangkutan raw material menuju rom
 Pengolahan raw material
 Pemeliharaan sarana dan prasarana

3. Kondisi Rona
Penyebab pokok terganggunya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah
kontraktor konstruksi proyek pembangunan Pertambangan Galena PT. Berkat
Bhinneka Perkasa mengabaikan tanggung jawab K-3; tidak mensosialisasikan
keselamatan kerja kepada pekerja menyebabkan rendahnya kesadaran
pekerja atas keselamatan kerja, tidak pernah melatih pekerja terampil
menjaga keselamatan kerja, upah yang rendah, pekerja memacu kerja demi
premi sehingga mengabaikan aspek keselamatan kerja, serta target kerja
(beban kerja) tinggi tidak diimbangi oleh pola makan (gizi) yang cukup.
Melihat kondisi keselamatan dan kesehatan kerja, maka dapat disimpulkan
skala kualitas lingkungan rona lingkungan hidup awal adalah Sangat baik
dengan derajat kepentingan dampak adalah lebih penting

4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Terjadinya penurunan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
b) Evaluasi Perubahan Dampak
Dengan adanya kegiatan konstruksi dan operasional tambang dapat
menyebabkan timbulnya kecelakaan kerja sehingga terjadi penurunan
Kesehatan dan Keselamatan (K3)
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Tidak terjadinya penurunan Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi tenaga
kerja
d) Upaya Penanggulangan Dampak
 Menyediakan APD untuk di gunakan oleh tenaga kerja
 Penggunaan APD bagi tenaga kerja dan melakukan sistem persiapan
tambang dalam sesuai dengan peraturan yang berlaku
 Melakukan sistem peledakan sesuai dengan peraturan yang berlaku
 Menempatkan tenaga ahli di bidang peledakan di peruhaan
 Melakukan pelaporan rutin terhadap jenis dan sitem peledakan yang di
gunakan

Evaluasi Dampak | III-44


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

 Penggunaan rambu-rambu keselamatan kerja


 Menggunakan kendaraan dan peralatan yang memenuhi standar.
 Menggunakan mesin pengolahan yang memenuhi standar.
5. Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang telah Dilakukan
a) Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sudah ada

b) Efektivitas Pemantauan Lingkungan Hidup


Sudah ada
6. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
a) Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tetap melakukan pengelolaan yang telah dilaksanakan
b) Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
Melakukan wawancara kepada tenaga kerja terkait Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3)

3.1.5 Transportasi
A. Gangguan lalulintas
1. Jenis Dampak
Terjadinya gangguan lalu lintas
2. Sumber Dampak
 Adanya mobilisasi Peralatan dan Material
 Adanya Kegiatan Mobilisasi Hasil Produksi.
3. Kondisi Rona
Lokasi pertambangan berada tidak jauh dari jalur lintas Sumbar-Riau,
mobilisasi yang melintasi jalan tersebut cukup padat
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Terjadinya gangguan lalu lintas akibat keluar mobilisasi kendaraan
pengangkut material dan hasil tambang
b) Evaluasi Perubahan Dampak
Dengan adanya kegiatan konstruksi dan operasional tambang
mengakibatkan terjadinya peningkatan mobilisasi kendaraan sehingga
menambah tingkat kepadatan jalur lintas Sumbar-Riau
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Tidak menimbulkan kemacetan lalu lintas
d) Upaya Penanggulangan Dampak
 Memberikan rambu-rambu pada sekitar lokasi perusahaan guna
meminimalisir terjadinya kecelakaan.

Evaluasi Dampak | III-45


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

 Membuat rambu-rambu himbauan keselamatan bagi kendaraan yang


keluar-masuk proyek.
 Melaksanakan pengangkutan material sesuai dengan tatacara
pengangkutan barang di jalan.
5. Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang telah Dilakukan
a) Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sudah ada
b) Efektivitas Pemantauan Lingkungan Hidup
Sudah ada
6. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
a) Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tetap melakukan pengelolaan yang telah dilaksanakan
b) Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
Melakukan pengamatan langsung terkait gangguan lintas kendaraan

B. Kerusakan jalan
1. Jenis Dampak
Timbulnya kerusakan jalan
2. Sumber Dampak
Mobilisasi hasil produksi
3. Kondisi Rona
Keadaan jalan lintas sudah ber aspal dengan lebar sekitar 6 m
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Terjadinya kerusakan jalan akibat mobilisasi kendaraan pengangkut untuk
kegiatan konstruksi dan operasional tambang
b) Evaluasi Perubahan Dampak
Dengan adanya kegiatan mobilisasi pertambangan maka dapat
menimbulkan kerusakan jalan
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Tidak menimbulkan kerusakan jalan
d) Upaya Penanggulangan Dampak
 Melakukan perbaikkan jalan rusak pada jalan yang dilewati kendaraan
mobilisasi hasil produksi.
5. Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang telah Dilakukan
a) Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sudah ada
b) Efektivitas Pemantauan Lingkungan Hidup
Sudah ada
6. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

Evaluasi Dampak | III-46


Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

a) Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup


Tetap melakukan pengelolaan yang telah dilaksanakan
b) Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
Melakukan pengamatan langsung kelapangan terkait kerusakan jalan yang
ditimbulkan dari kegiatan pertambangan

Evaluasi Dampak | III-47

Anda mungkin juga menyukai