Bab 3
Evaluasi Dampak
Dalam melakukan evaluasi perlu memperhatikan kegiatan yang sedang berjalan, dapat
berupa usaha dan atau kegiatan yang sudah berada pada tahap operasi dan berlangsung
selama bertahun – tahun, namun dapat juga berupa kegiatan baru mulai tahap
pembangunan sarana dan prasarana (konstruksi). Berikut tahapan kegiatan yang akan
dan /atau berjalan pada PT. Berkat Bhinneka Perkasa
Tabel 3.1
Komponen Kegiatan yang Telah Berjalan dan/atau akan Berjalan
PT. Berkat Bhinneka Perkasa
1. Jenis Dampak
Dampak penurunan kualitas udara adalah bersifat negatif karena terjadi
penurunan kualitas udara dan peningkatan kandungan debu total (TSP) udara
ambien.
2. Sumber Dampak
Sumber dampak terhadap peningkatan kandungan debu dan gas untuk
kegiatan konstruksi berasal dari kegiatan mobilisasi Peralatan dan material
dan pembangunan sarana dan prasarana. Untuk kegiatan operasional sumber
dampak berasal dari kegiatan persiapan tambang dalam, peledakan
(blasting), pengangkutan Raw material menuju Rom, pengolahan Raw
material, kegiatan mobilisasi hasil produksi dan kegiatan pemeliharaan sarana
dan prasarana. Untuk kegiatan pasca operasional sumber dampak berasal dari
kegiatan pembongkaran sarana dan prasarana tambang dan
reklamasi/rehabilitasi lahan pasca operasional.
3. Kondisi Rona
Timbulnya kandungan debu pada lokasi tambang disebabkan oleh debu dari
aktivitas konstruksi dan operasional pertambangan. Sedangkan untuk
kandungan gas (CO, SO2, dan NO2) yang masuk ke lingkungan udara ambien
adalah berasal dari emisi mesin seperti kendaraan yang membawa hasil
tambang. Kandungan gas untuk parameter lebih tinggi pada lokasi tambang
dibandingkan dengan akses jalan masuk. Ini terjadi karena emisi dari alat
operasional serta kendaraan pengangkut hasil tambang.
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Sudah ada
6. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
a) Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tetap melakukan kegiatan pengelolaan yang sudah dilakukan
b) Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
Melakukan pengujian laboratorium trhadap peningkatan kandungan debu
dan gas setiap tiga bulan sekali dengan mengacu kepada Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 41 Tahun 1999.
B. Peningkatan kebisingan
1. Jenis Dampak
Dampak penurunan kualitas udara bersifat negatif karena terjadi peningkatan
kebisingan.
2. Sumber Dampak
Dampak terhadap peningkatan kebisingan selama kegiatan berlangsung
berasal dari kegiatan :
Mobilisasi Peralatan dan Material
Pembangunan Sarana dan Prasarana
Persiapan Tambang Dalam
Peledakan (Blasting)
Pengolahan Raw Material
Mobilisasi Hasil Produksi
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Pembongkaran Sarana dan Prasarana Tambang
3. Kondisi Rona
Terjadinya peningkatan kebisingan pada lokasi tambang disebabkan oleh
aktivitas konstruksi dan operasional pertambangan. Tingkat kebisingan masih
berada dibawah nilai baku mutu.
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
C. Peningkatan getaran
1. Jenis Dampak
Terjadinya peningkatan getaran saat kegiatan
2. Sumber Dampak
Dampak terhadap peningkatan getaran selama kegiatan berlangsung berasal
dari kegiatan Peledakan (Blasting) dan Pengolahan Raw Material
3. Kondisi Rona
Getaran yang ditimbulkan akibat kegiatan konstruksi dan operasional
tambang masih berada dibawah baku mutu. Hal ini juga diakibatkan karena
jarak antara pemukiman dan lokasi tambang cukup jauh.
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Tidak terjadi getaran yang bersifat menganggu
b) Evaluasi Perubahan Dampak
Dengan adanya kegiatan operasional tambang timbul dampak getaran
namun, tingkat getaran tidak menganggu aktivitas masyarakat.
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Tidak terjadinya getaran yang bersifat mengganggu akibat aktivita
penambangan dilokasi kegiatan.
d) Upaya Penanggulangan Dampak
Peledakan dilakukan dengan kedalaman tertentu (sesuai standar
peledakan) untuk mencegah timbulnya getaran yang kuat.
Melakukan pemantauan tingkat getaran secara berkala
Penggunaan peralatan dan mesin yang memenuhi standar.
Melakukan pemeriksaan peralatan secara berkala
2) Hidrologi
A. Kualitas Air Sungai
1. Jenis Dampak
Terjadinya penurunan kualitas air sungai
2. Sumber Dampak
Dampak terhadap peningkatan getaran selama kegiatan berlangsung berasal
dari kegiatan :
Mobilisasi Perlatan dan Material
Pembangunan Sarana dan Prasarana
Operasional Tailing Pond
IPAL
Operasional Basecamp
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
3. Kondisi Rona
Hasil pengukuran kualitas sungai pada lokasi pengukuran beberapa parameter
masih ada yang berada diatas baku mutu diantaranya parameter pengukuran
Besi (Fe). Untuk parameter Parameter Besi (Fe) pada sungai Marang Kiri nilai
hulu berada diatas nilai baku mutu sebesar 0,156 mg/L dan nilai hilir 0,203 dari
nilai baku mutu yang ditetapkan sebesar 0 mg/L. Sedangkan untuk parameter
Parameter Besi (Fe) pada sungai Batang Maek nilai hulu berada diatas nilai
baku mutu sebesar 0,094 mg/L dan nilai hilir 0,038 dari nilai baku mutu yang
ditetapkan sebesar 0 mg/L. Adanya kandungan besi (Fe) dalam air
menyebabkan warna air berubah menjadi kuning-coklat setelah beberapa saat
kontak dengan udara. Disamping itu dapat mengganggu kesehatan, juga
dapat menimbulkan bau yang kurang enak.
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Terjadinya penurunan kualitas air sungai akibat kegiatan konstruksi dan
operasional tambang.
b) Evaluasi Perubahan Dampak
Kualitas air sungai di dua sungai yaitu sungai marang kiri dan sungai batang
maek nilai kandungan Fe (Besi) sudah berada di atas baku mutu dengan
adanya kegiatan konstruksi dan operasional tambang terutama pada
pengolahan hasil tambang, sehingga dapat menimbulkan penurunan kualitas
air sungai.
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Tidak terjadi penurunan kualitas air sungai akibat kegiatan konstruksi dan
operasional penambangan.
d) Upaya Penanggulangan Dampak
Membuat aliran larian air.
Operasional tailing pond untuk meminimalisir pembuangan limbah
langsung ke lingkungan sekitar pertambangan.
Melakukan pengujian kualitas air sungai untuk semua parameter dengan
mengacu pada baku mutu peraturan Gubernur Sumatera Barat No 5 tahun
2008
Operasional IPAL yang bertujuan untuk meminimalisir pembuangan limbah
langsung ke lingkungan sekitar pertambangan.
Melakukan pelaporan pengendalian pencemaran air secara berkala
Melakukan pemisahan saluran air hujan dan saluran air limbah aliran air
limbah dari kolam penampungan, cucian utilitas menuju kolam IPAL
Melakukan pengujian dan pengukuran kualitas air limbah secara berkala
Memenuhi baku mutu air limbah untuk semua parameter yang mengacu
pada Peraturan Mentri Lingkungan Hidup No 4 Tahun 2006
Melakukan pemantauan Harian PH Air Limbah
Memiliki izin pembuangan limbah cair dari pemerintah daerah Kabupaten
Limapuluh Kota
Membuat SOP pengoperasian IPAL dan SOP penanggulangan keadaan
darurat terkait pengelolaan air limbah
Penggunaan tangki septik dalam pengolahan limbah yang berasal dari
operasional mess.
Membuat izin pembuangan air limbah domestik
Melakukan pemantauan kualitas air limbah domestik secara berkala
Operasional IPAL yang bertujuan untuk meminimalisir pembuangan limbah
langsung ke lingkungan perairan sekitar pertambangan.
5. Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang telah Dilakukan
a) Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sudah ada
b) Efektivitas Pemantauan Lingkungan Hidup
Sudah ada
6. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
a) Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Melakukan pengelolaan lanjutan terhadap limbah cair dari proses
pengolahan galena sampai menghasilkan Pb dan Zn.
Tetap melakukan pengelolaan terhadap dampak yang ditimbulkan dari
kegiatan konstruksi dan operasional yang telah dilaksanakan.
b) Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
1. Jenis Dampak.
Dampak yang ditimbulkan adalah perubahan laju erosi tanah
2. Sumber Dampak
Sumber dampak peningkatan laju erosi yang timbul akibat kegiatan
penambangan Galena berasal dari kegiatan Pembangunan Sarana dan
Prasarana
3. Kondisi Rona
Tingkat laju erosi tanah di lokasi kegiatan pada lokasi yang belum dibuka
sudah masuk kriteria berat dengan tingkat laju erosi lebih dari 200 ton/ha/th.
Hal ini disebabkan karena bentuk bentang lahan yang di dominasi oleh
perbukitan dengan tingkat kemiringan lahan tinggi. Kondisi tersebut
diperburuk oleh karakteristik tanah yang juga kurang menguntungkan,
dimana kemampuan tanah dalam meloloskan air tergolong rendah dengan
bobot volume tinggi. Sedagkan pada lahan yang sudah dibuka, tingkat laju
erosi meningkat menjadi kategori sangat berat dengan laju erosi lebih dari
600 ton/ha/th, sebagai akibat dari hilangnya tutupan lahan.
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Terjadinya peningkatan laju erosi tanah akibat berbagai aktivitas dalam areal
pertambangan seperi pembangunan sarana prasarana tambang selama tahap
konstruksi.
b) Evaluasi Perubahan Dampak
Pada lokasi yang belum dibuka, tingkat laju erosi tanah sudah tergolong tinggi
(>200 ton/ha/th) sebagai akibat dari bentuk bentang lahan yang di dominasi
oleh perbukitan dengan tingkat kemiringan lahan tinggi, serta tidak adanya
Tindakan pencegahan seperti pembentukan teras yang akan mengurangi
kecepatan aliran permukaan. Setelah dilakukan pembukaan lahan, ternyata
laju erosi mengalami peningkatan menjadi tiga kali lipat (>600 ton/ha/tahun),
akibat hilangnya tutupan lahan dan terpaparnya terhadap pukulan langsung
butiran hujan.
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Tidak terjadi peningkatan laju erosi secara tidak terkendali akibat aktivitas
penambangan di lokasi kegiatan.
d) Upaya Penanggulangan Dampak
Melakukan pembangunan sarana prasarana tambang secara bertahap guna
meminimalkan dampak peningkatan laju erosi dan hanya dilakukan pada
lokasi yang sesuai dengan tujuan kegiatan dan dilakukan.
5. Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang telah Dilakukan
a) Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Belum ada
b) Efektivitas Pemantauan Lingkungan Hidup
Belum ada
6. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
a) Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Melakukan kegiatan pembersihan lahan, pengupasan tanah pucuk (top
soil), penggalian tanah penutup (overburden) hanya dilakukan pada lokasi
yang akan digunakan sesuai tujuan kegiatan dan dilakukan secara
bertahap.
Menghindari kegiatan pembukaan lahan, pengupasan tanah pucuk (top
soil) dan penggalian lapisan penutup (overburden) pada saat musim hujan.
Melakukan reklamasi dengan mengembalikan lapisan tanah penutup
(overburden) di ikuti dengan lapisan tanah pucuk (top soil) dengan cara
B. Bentang Lahan
1. Jenis Dampak.
Dampak yang ditimbulkan adalah perubahan bentang lahan
2. Sumber Dampak
Sumber dampak peningkatan laju erosi yang timbul akibat kegiatan
penambangan Galena adalah:
Pembangunan Sarana dan Prasarana
Persiapan Tambang Dalam
Peledakan (Blasting)
Reklamasi/Rehabilitasi Lahan Pasca Operasional
3. Kondisi Rona
Kondisi bentang lahan saat ini merupakan Kawasan perbukitan alami dengan
Tingkat kemiringan lahan bervariasi dari agak curam sampai sangat curam.
Pembukaan lahan, pengupasan tanah pucuk penggalian lapisan penutup,
pembuatan jalan tambang dan reklamasi lahan akan menyebabkan terjadinya
perubahan bentang lahan dalam Kawasan kegiatan.
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Terjadinya perubahan bentang lahan dalam lokasi kegiatan merupakan
dampal lingkungan langsung dari kegiatan pembangunan sarana dan
prasarana, persiapan tambang dalam, peledakan (Blasting) serta kegiatan
reklamasi setelah memasuki pasca tambang.
b) Evaluasi Perubahan Dampak
C. Tataguna lahan
1. Jenis Dampak.
Dampak yang ditimbulkan adalah perubahan tataguna lahan
2. Sumber Dampak
Sumber dampak peningkatan laju erosi yang timbul akibat kegiatan
penambangan Galena adalah:
a. Pembangunan Sarana dan Prasarana
b. Operasional IPAL
c. Reklamasi/Rehabilitasi Lahan Pasca Operasional
3. Kondisi Rona
Kondisi tataguna lahan saat ini merupakan Kawasan perkebunan karet
rakyat yang diselingi oleh semak belukar. Kurangnya pemeliharaan yang
dilakukan masyarakat terhadap perkebunan karet menyebabkan lokasi
lebih mirip hutan sekunder dengan tegakan pohon yang tidak beraturan.
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Terjadinya perubahan perubahan tataguna lahan dalam lokasi kegiatan
merupakan dampak lingkungan langsung dari kegiatan pembersihan
lahan, pengupasan tanah pucuk, pembuatan jalan tambang pada saat
konstruksi dan operasi, serta kegiatan reklamasi dan pengembalian
lapisan tanah penutup dan tanah pucuk setelah memasuki pasca
tambang.
b) Evaluasi Perubahan Dampak
Pada lokasi yang belum dibuka, Kawasan kegiatan merupakan kebun
karet rakyat yang kurang terpelihara diselingi oleh semak belukar. Bila
lahan tersebut dibuka untuk keperluan pertambangan, maka akan
terjadi perubahan menjadi Kawasan tambang ssuai dengan lokasi dan
peruntukannya.
A. Keanekaragaman flora
1. Jenis Dampak
Dampak yang ditimbulkan adalah berkurangnya keanekaragaman flora dari
segi jenis dan jumlah.
2. Sumber Dampak
Sumber dampak berkurangnya keanekaragaman flora adalah:
Pembongkaran Sarana dan Prasarana
Reklamasi/Rehabilitasi Lahan Pasca Operasional
3. Kondisi Rona
Penambangan galena PT. Berkat Bhinneka Perkasa berada di dalam kawasan
hutan sekunder yang diselang-selingi oleh kebun karet rakyat. Pada
pengamatan flora di kawasan produksi galena tersebut dilakukan
pengamatan flora pada tingkat pohon (diameter batang >10 cm), vegetasi
tingkat sapling (diameter batang <10 cm) serta vegetasi tingkat seedling atau
anakan dengan tinggi tumbuhan <1,5 m. Pengamatan dilakukan pada daerah
perencanaan tambang dan daerah bukan rencana tambang.
Data flora berdasarkan tipe vegetasi yang ditemukan pada sekitar lokasi
penambangan galena PT. Berkat Bhinneka Perkasa yaitu:
a. Vegetasi pohon dengan Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi pada daerah
perencanaan tambang galena adalah jenis Dipterocarpus gracilis atau
keruwing sebesar 0,84%, diikuti Quercus argentata (0,39%) dan Syzygium
rugosum (0,37%).
b. INP tertinggi tingkat pohon pada daerah bukan perencanaan tambang
adalah jenis Dipterocarpus gracilis (0,91%), diikuti jenis Quercus argentata
(0,33%).
c. INP tertinggi pada vegetasi sapling di daerah perencanaan tambang galena
PT. Berkat Bhinneka Perkasa adalah jenis Sterculia rubiginosa atau dikenal
dengan nama medang atau kumbu dengan INP 0,43%, diikuti oleh jenis
Macaranga triloba atau dikenal dengan mahang damar/ mahang kukur/ kayu
sepat dengan INP 0,33% dan Syzygium rugosum sejenis jambu air dengan INP
0,27%.
1. Jenis Dampak
Dampak yang ditimbulkan adalah berkurangnya keanekaragaman fauna dari
segi jenis dan jumlah.
2. Sumber Dampak
Sumber dampak berkurangnya keanekaragaman fauna adalah:
1) Pembersihan lahan dengan cara penebangan vegetasi sehingga
mempengaruhi aktivitas kegiatan pembersihan lahan.
Belum ada
6. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
a) Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Menyediakan 10% lahan pertambangan untuk lokasi konservasi.
b) Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
Melakukan pemantauan terhadap perubahan jumlah dan jenis satwa jika
melakukan pembukaan tambang baru.
1) Biota Perairan
A. Alga planktonik
1. Jenis Dampak
Dampak yang ditimbulkan adalah gangguan biota Alga Planktonik
2. Sumber Dampak
Sumber dampak yaitu dari operasional IPAL
3. Kondisi Rona
Dari pengamatan yang telah dilakukan plankton di perairan sungai
Batang maek teridentifikasi sebanyak 19 spesies pada bagian hulu
kegiatan Tambang dan 21 spesies pada bagian hilir kegiatan Tambang.
Pada sungai Marang Kanan teridentifikasi sebanyak 5 spesies dan pada
sungai marang kiri teridentifikasi sebanyak 6 spesies.
Rona awal keberadaan alga planktonik di sekitar kegiatan Tambang
Galena ini ditemukan sebanyak 21 jenis yang terdiri dari Lima Divisi, yaitu
Bassilariophyta, Crysophyta sebanyak Enam jenis, Crysophyta sebanyak
Satu jenis, Chlorophyta sebanyak Sembilan jenis, Cyanophyta sebanyak
Tiga jenis dan Euglenophyta sebanyak 2 jenis.
Analisis indeks diversitas alga planktonik pada sungai Batang Maek yaitu
1,97, dan 1,89. Dari hasil analisis Indeks diversitas tersebut dapat
dikategorikan bahwa keanekaragaman alga planktonik di sungai
tersebut termasuk kategori sedang. Pada keanekaragaman kategori
sedang dapat mengindikasikan peraian tersebut termasuk kategori
tercemar sedang. Keanekaragaman sungai Batang maek yang lebih
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Kegiatan operasional IPAL yang membuang hasil olahannya ke badan
perairan sungai berpotensi mengganggu kelimpahan dan
keanekaragaman alga planktonik.
b) Evaluasi Perubahan Dampak
Saat ini indeks keanekaragaman Alga Planktonik tergolong sedang, jika
operasioanal IPAL tidak dilaksanakan dengan baik sesuai dengan
prosedur baku mutu untuk dibuang ke badan perairan sungai, hal ini
dapat berdampak negatif dalam bentuk penurunan kelimpahan dan
indeks keanekaragaman Alga Planktonik.
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Tidak terjadi penurunan kepadatan populasi alga planktonik
d) Upaya Penanggulangan Dampak
Belum ada
5. Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang telah
Dilakukan
a) Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Belum ada
b) Efektivitas Pemantauan Lingkungan Hidup
Sudah ada
6. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
a) Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Memastikan pengelolaan hasil pengolahan IPAL yang dibuang ke
sungai sesuai dengan baku mutu.
Menempatkan operator pengelolaan IPAL untuk menjaga dan
mengelola IPAL dari kebocoran.
Melakukan pengambilan data kelimpahan dan keanekaragaman alga
planktonik secara periodik.
1. Jenis Dampak
Gangguan terhadap Biota Bentos
2. Sumber Dampak
Sumber dampak yaitu dari operasional IPAL
3. Kondisi Rona
Jenis hewan bentos yang ditemukan termasuk dalam kelas Molusca, Dipter
a dan Anelida. Dari komposisi jenis hewan bentos yang ditemukan bahwa
jumlah jenis dan jumlah individu menunjukkan adanya ditribusi yang tidak t
erlalu beragam. Bentos yang ditemukan di sungai Maek hampir semua juga
ditemukan pada sungai Marang Kanan dan kiri. Kelas Bivalvia dan
Gastropoda menunjukkan jumlah dan kelimpahan yang lebih tinggi dibandi
ng yang lain. Beberapa jenis yang mendominasi antara lain Branciura dan C
orbicula. Kebanyakan jenis bivalvia dan gastropoda merupakan orgasnisme
yang hidup di substrat perairan berlumpur dan berpasir. Organisme yang te
lah memiliki aliran darah dan mampu mengikat oksigen untuk kelangsunga
n hidupnya. Dengan demikian walaupun berada pada perairan yang keruh d
an minim oksigen organisme ini mampu bertahan hidup. (Pennak, 1978 dan
Welch and Lindell, 1980).
Keanekaragaman jenis dari Hewan bentos yang ditemukan pada sungai
Batang Maek, Marang kanan dan marang kiri yaitu 1,26, 1,22, dan 0,69, 0,87.
Menurut Michel (1979) dan Lee et all. (1978), nilai indeks diversitas yang
berkisar antara 2,00 < H’ < 2,99 termasuk kedalam criteria Keanekaragaman
Tinggi. Indeks Keanekaragaman Bentos pada kedua sungai termasuk dalam
Kriteria keanekaraman rendah dan sangat rendah, kualitas air yang
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Kegiatan operasional IPAL yang membuang hasil olahannya ke badan
perairan sungai berpotensi mengganggu kelimpahan dan
keanekaragaman organisme bentos.
b) Evaluasi Perubahan Dampak
Saat ini indeks keanekaragaman Bentos tergolong rendah, jika
operasioanal IPAL tidak dilaksanakan dengan baik sesuai dengan
prosedur baku mutu untuk dibuang ke badan perairan sungai, hal ini
dapat berdampak negatif dalam bentuk hilangnya organisme bentos
pada badan perairan tersebut.
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Tidak terjadi penurunan kepadatan populasi Bentos
d) Upaya Penanggulangan Dampak
Belum ada
5. Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang telah
Dilakukan
a) Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Belum ada
b) Efektivitas Pemantauan Lingkungan Hidup
Sudah ada
6. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
a) Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Memastikan pengelolaan hasil pengolahan IPAL yang dibuang ke
sungai sesuai dengan baku mutu.
Menempatkan operator pengelolaan IPAL untuk menjaga dan
mengelola IPAL dari kebocoran.
Melakukan pengambilan data kelimpahan dan keanekaragaman
bentos secara periodik.
b) Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
1. Jenis Dampak
Gangguan terhadap Biota Nekton
2. Sumber Dampak
Sumber dampak yaitu dari operasional IPAL
3. Kondisi Rona
Nekton yang ada pada perairan sungai Batang Maek dan Marang Kanan
dan Marang Kiri diperoleh sebanyak 23 Spesies. Spesies tersebut tergolong
dalam Ikan kelas Pisces (osteichthyes). Populasi Nekton yang didapatkan
dikelompokkan berdasarkan kelimpahannya yaitu Sangat Banyak, Cukup
Banyak, Banyak, Sedikit dan sangat Sedikit. Dari data yang didapat nekton
yang terdapat pada sungai tersebut tergoloing sangat sedikit sampai cukup
banyak. Spesies Nekton yang tergolong kategori kelimpahan cukup banyak
yaitu Ikan Kapiek (Barbonymus schwanenfeldii), Ikan Katong (Thynnichthys
polylepis), dan Ikan Pantau (Rasbora argyrotaenia). Spesies yang termasuk
kategori banyak ditemukan yaitu Ikan Baung, Ikan Gariang, Ikan Tilan, dan
Ikan Toman. Kategori sedikit ditemukan yaitu Barau, Mas, Monsai, Nila,
Tapah, dan Tundik. Spesies yang paling sedikit ditemukan yang termasuk
dalam kategori sangat sedikit yaitu Balido, Bawal, Bakok, Gurame, Ngalan,
Paweh, Patin, Puyu, Silongang, dan Siburuk.
Menurut kategori data IUCN spesies nekton yang ditemukan tergolong ke
dalam kategori Least Concern, Not Evaluated, Vulnerable dan Data Deficient.
Least Consern merupakan spesies yang diperhatikan karena banyak
ditemukan di alam. Nekton yang ditemukan yang ttimah hitamuk kategori
ini adalah Ikan Katong, Ikan pantau, Tilan, tapah, tundik, dan silongang
termasuk kategori Not Evaluated, artinya spesies ini belum dievaluasi oleh
IUCN. Ikan mas termasuk kategori Vulnerable artinya spesies ini rentan
keberadaannya di alam. Ikan Gariang, Balido, dan ikan Puyu termasuk ke
dalam kategori Data Deficient artinya spesies ini belum dapat dianalisa lebih
lanjut karena kurangnya data untuk menentukan status konservasinya.
Spesies ikan yang lain dari kategori diatas termasuk ke dalam kategori
Least concern.
Semua spesies nekton yang ditemukan tidak ada status penggolongan
menurut CITES, artinya perdagangan spesies tersebut yang ditemukan di
alam belum ada regulasi yang mengaturnya. Dalam Peraturan Pemerintah
no 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa semua
nekton yang ditemukan tidak ada yang termasuk kategori yang di lindungi.
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Kegiatan operasional IPAL yang membuang hasil olahannya ke badan perairan
sungai berpotensi mengganggu kelimpahan dan keanekaragaman organisme
Nekton.
1. Jenis Dampak
2. Sumber Dampak
Sumber dampak terhadap kesempatan bekerja yang timbul akibat
kegiatan penambangan berasal dari kegiatan Rekruitmen Tenaga Kerja
untuk Konstruksi dan Operasional Tambang
3. Kondisi Rona
Angkatan kerja sebagai orang yang dikategorikan mendapatkan
kesempatan kerja di wilayah studi relatif cukup tinggi. Ketersedian tenaga
kerja diwilayah penambangan timah hitam PT. Berkat Bhinneka Perkasa di
Nagari Tanjung Balit, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten
Limapuluh Kota cukup besar yang digambarkan berdasarkan struktur
penduduk berdasarkan kelompok umur
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Terjadinya penyerapan tenaga kerja untuk kegiatan konstruksi dan
operasional tambang
b) Evaluasi Perubahan Dampak
Penyerapan tenaga kerja tergolong tinggi terutama pada saat
operasional tambang terutama mulai dari kegiatan penambangan
sampai pengolahan
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Terjadi penyerapan tenaga kerja yang mengutamakan masyarakat lokal
d) Upaya Penanggulangan Dampak
Mengutamakan penerimaan tenaga kerja lokal sesuai dengan kualifikasi
yang dibutuhkan di sekitar lokasi kegiatan.
5. Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang telah
Dilakukan
a) Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sudah ada
b) Efektivitas Pemantauan Lingkungan Hidup
Sudah ada
6. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
1. Jenis Dampak
Jenis dampak yang timbul adalah terciptanya peluang berusaha bagi
masyarakat sekitar
2. Sumber Dampak
Sumber dampak terhadap Peluang Berusaha yang timbul akibat kegiatan
penambangan berasal dari kegiatan :
Rekruitmen Tenaga Kerja untuk Konstruksi dan Operasional
Mobilisasi Peralatan dan Material
3. Kondisi Rona
Mayoritas masyarakat sekitar lokasi tambang bekerja sebagai petani dan
buruh tani hanya sebagian kecil yang berprofesi sebagai pedagang.
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Terjadinya peningkatan peluang berusaha dengan adanya kegiatan
konstruksi dan operasional tambang
b) Evaluasi Perubahan Dampak
Timbulnya peluang berusaha bagi masyarakat di sekitar lokasi tambang
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Memberikan kesempatan peluang berusaha bagi masyarakat sekitar
lokasi tambang
d) Upaya Penanggulangan Dampak
Melakukan penerimaan tenaga kerja lokal sesuai dengan kualifikasi
yang dibutuhkan di kecamatan - kecamatan di lokasi kegiatan.
1. Jenis Dampak
Jenis dampak yang timbul adalah terjadinya peningkatan pendapatan bagi
masyarakat
2. Sumber Dampak
Sumber dampak terhadap peningkatan pendapatan yang timbul akibat
kegiatan penambangan berasal dari kegiatan :
Rekruitmen Tenaga kerja untuk Konstruksi dan Operasional
Mobilisasi Peralatan dan Material
3. Kondisi Rona
Tingkat pendapatan masyarakat sekitar lokasi tambang masih rendah
4. Evaluasi Dampak
1. Jenis Dampak
2. Sumber Dampak
Sumber dampak terhadap persepsi masyarakat yang timbul akibat kegiatan
penambangan berasal dari kegiatan :
Survey investigasi
Sosialisasi
Rekruimen Tenaga Kerja untuk Konstruksi
Persiapan Tambang Dalam
Peledakan (Blasting)
IPAL
Operasional Mess
Reklamasi/Rehabilitasi Lahan Pasca Operasional
3. Kondisi Rona
Persepsi masyarakat terhadap penambangan batuan di Jorong Panang,
Nagari Tanjung Balit cukup bervariasi yang dapat menimbulkan berbagai
interpretasi/penafsiran masyarakat terhadap kegiatan tambang. Persepsi
masyarakat dalam hal ini adalah tentang status lahan yang masih
menganjal masyarakat yang beranggapan bahwa lahan tersebut merupkan
bagian tanah masyarakat.
Berdasarkan informasi di lapangan bahwa lahan yang diolah oleh PT.
Berkat Bhinneka Perkasa seluas 104,75 Ha awalnya merupakan lahan/tanah
rakyat tapi atas persetujuan semua unsur pemerintahan Nagari Tanjung
Balit termasuk pucuk adat, ninik mamak, seluruh pemilik lahan dan
masyarakat Nagari Tanjung Balit tanah tersebut disewa pakai kepada PT.
Berkat Bhinneka Perkasa untuk dikelola selama 30 tahun. Persepsi positif
masyarakat bahwa kegiatan penambangan memberikan kesempatan kerja
dan peluang berusaha. Keberadaan tambang tentu akan bermanfaat
terhadap terbukanya lapangan kerja dan usaha masyarakat sekitar.
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Timbulnya berbagai persepsi dari masyarakat yang diakibatkan dari
kegiatan konstruksi dan operasional tambang.
B. Keresahan masyarakat
1. Jenis Dampak
Timbulnya keresahan masyarakat terhadap kegiatan penambangan timah
Hitam (Galena)
2. Sumber Dampak
• Survey investigasi
• Sosialisasi
• Rekruimen Tenaga Kerja untuk Konstruksi
3. Kondisi Rona
Muncul konflik sosial ditengah masyarakat dari kegiatan penambangan,
pengolahan Galena sampai pengangkutan hasil produksi menyebabkan
peningkatan kuantitas debu dijalan yang dilewati kendaraan dan terjadinya
kerusakan jalan terutama pada musim hujan. Keresahan akan
memunculkan keinginan masyarakat untuk medapatkan pengelolaan lahan
setelah penambangan berakhir.
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Timbulnya keresahan masyarakat dari kegiatan konstruksi dan
operasional tambang
b) Evaluasi Perubahan Dampak
Dari tingkat keresahan masyarakat di sekitar lokasi tambang telah ada
terkait tentang keberadaan tanah ulayat. Dengan adanya kegiatan
penambangan masyarakat akan mudah terpicu terkait keresahan yang
ditimbul dari kegiatan pertambangan.
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Tidak terjadinya keresahan dari masyarakat
d) Upaya Penanggulangan Dampak
Melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang terkena dampak
terkait proses akuisisi lahan dan hakekat keberadaan kegiatan
penambangan Galena
lingkungan didominasi oleh penyakit ISPA sebesar 16,5% Selain penyakit diatas
Tahun 2019 Pada Puskesmas Rimbo data kasus Kecelakaan 3,6% penduduk.
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Terjadinya peningkatan pola/prevalensi penyakit terhadap masyarakat
sekitar lokasi pertambangan
b) Evaluasi Perubahan Dampak
Dengan adanya kegiatan penambangan tidak menimbulkan dampak
peningkatan pola/prevalensi penyakit kepada masyarakat
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Meminimalisir terjadinya peningkatan pola/prevalensi penyakit
d) Upaya Penanggulangan Dampak
Penggunaan APD
Melakukan koordinasi dengan pelayanan kesehatan terdekat
5. Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang telah Dilakukan
a) Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sudah ada
b) Efektivitas Pemantauan Lingkungan Hidup
Sudah ada
6. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
a) Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tetap melakukan pengelolaan terhadap pola/prevalensi penyakit yang
telah dilaksanakan
b) Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
Melakukan pengumpulan data terkait pola/prevalensi penyakit di
Kecamatan Pangkalan Koto Baru
B. Sanitasi lingkungan
1. Jenis Dampak
Tergganggunya sanitasi lingkungan
2. Sumber Dampak
Peledakan (blasting)
Pengelolaan raw material
Operasi IPAL
Operasi Mess
Pemeliharaan sarana dan prasarana
3. Kondisi Rona
Berdasarkan pola pengumpulan sampah pada rumah tangga masih rendah
yaitu 75% dibakar dan 25 % dibuang sembarangan.
Melihat kondisi kesehatan lingkungan dilihat dari penyediaan air bersih, pola
BAB, Pola pengelolaan ar limbah, dan pembuangan sampah, maka dapat
disimpulkan skala kualitas lingkungan rona lingkungan hidup awal adalah
sedang dengan derajat kepentingan dampak adalah lebih penting.
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Tergganggunya sanitas lingkungan dari kegiatan konstruksi dan
operasional tambang
b) Evaluasi Perubahan Dampak
Kegiatan tambang menyebabkan tergganggunya sanitasi lingkungan yang
diakibatkan dari kegiatan konstruksi dan operasional tambang. Perubahan
dampak ini hanya terjadi pada lokasi pertambangan.
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Tidak tergganggunya sanitasi lingkungan
d) Upaya Penanggulangan Dampak
Mengumpulkan sisa hasil peledakan seperti kemasan dan liannya ke
Gudang penyimpanan limbah B3
Operasional tailing pond untuk meminimalisir pembuangan limbah
langsung ke lingkungan sekitar pertambangan.
Menjaga housekeeping didalam fasilitas Gudang B3 pada pabrik
pengolahan RAW Material dalam kondisi baik
3. Kondisi Rona
Penyebab pokok terganggunya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah
kontraktor konstruksi proyek pembangunan Pertambangan Galena PT. Berkat
Bhinneka Perkasa mengabaikan tanggung jawab K-3; tidak mensosialisasikan
keselamatan kerja kepada pekerja menyebabkan rendahnya kesadaran
pekerja atas keselamatan kerja, tidak pernah melatih pekerja terampil
menjaga keselamatan kerja, upah yang rendah, pekerja memacu kerja demi
premi sehingga mengabaikan aspek keselamatan kerja, serta target kerja
(beban kerja) tinggi tidak diimbangi oleh pola makan (gizi) yang cukup.
Melihat kondisi keselamatan dan kesehatan kerja, maka dapat disimpulkan
skala kualitas lingkungan rona lingkungan hidup awal adalah Sangat baik
dengan derajat kepentingan dampak adalah lebih penting
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Terjadinya penurunan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
b) Evaluasi Perubahan Dampak
Dengan adanya kegiatan konstruksi dan operasional tambang dapat
menyebabkan timbulnya kecelakaan kerja sehingga terjadi penurunan
Kesehatan dan Keselamatan (K3)
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Tidak terjadinya penurunan Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi tenaga
kerja
d) Upaya Penanggulangan Dampak
Menyediakan APD untuk di gunakan oleh tenaga kerja
Penggunaan APD bagi tenaga kerja dan melakukan sistem persiapan
tambang dalam sesuai dengan peraturan yang berlaku
Melakukan sistem peledakan sesuai dengan peraturan yang berlaku
Menempatkan tenaga ahli di bidang peledakan di peruhaan
Melakukan pelaporan rutin terhadap jenis dan sitem peledakan yang di
gunakan
3.1.5 Transportasi
A. Gangguan lalulintas
1. Jenis Dampak
Terjadinya gangguan lalu lintas
2. Sumber Dampak
Adanya mobilisasi Peralatan dan Material
Adanya Kegiatan Mobilisasi Hasil Produksi.
3. Kondisi Rona
Lokasi pertambangan berada tidak jauh dari jalur lintas Sumbar-Riau,
mobilisasi yang melintasi jalan tersebut cukup padat
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Terjadinya gangguan lalu lintas akibat keluar mobilisasi kendaraan
pengangkut material dan hasil tambang
b) Evaluasi Perubahan Dampak
Dengan adanya kegiatan konstruksi dan operasional tambang
mengakibatkan terjadinya peningkatan mobilisasi kendaraan sehingga
menambah tingkat kepadatan jalur lintas Sumbar-Riau
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Tidak menimbulkan kemacetan lalu lintas
d) Upaya Penanggulangan Dampak
Memberikan rambu-rambu pada sekitar lokasi perusahaan guna
meminimalisir terjadinya kecelakaan.
B. Kerusakan jalan
1. Jenis Dampak
Timbulnya kerusakan jalan
2. Sumber Dampak
Mobilisasi hasil produksi
3. Kondisi Rona
Keadaan jalan lintas sudah ber aspal dengan lebar sekitar 6 m
4. Evaluasi Dampak
a) Dampak Lingkungan langsung
Terjadinya kerusakan jalan akibat mobilisasi kendaraan pengangkut untuk
kegiatan konstruksi dan operasional tambang
b) Evaluasi Perubahan Dampak
Dengan adanya kegiatan mobilisasi pertambangan maka dapat
menimbulkan kerusakan jalan
c) Aspek Ketaatan Hukum Atas Dampak Lingkungan yang Telah Dikaji
Tidak menimbulkan kerusakan jalan
d) Upaya Penanggulangan Dampak
Melakukan perbaikkan jalan rusak pada jalan yang dilewati kendaraan
mobilisasi hasil produksi.
5. Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang telah Dilakukan
a) Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sudah ada
b) Efektivitas Pemantauan Lingkungan Hidup
Sudah ada
6. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan