mempunyai sifatsifat yang sama ke dalam kelompokkelompok dan sub kelompok berdasarkan
pemakaiannya (Das,1995).
Sistem klasifikasi tanah dibuat pada dasarnya untuk memberikan informasi tentang karakteristik dan sifat-
sifat fisis tanah. Karena variasi sifat dan perilaku tanah yang begitu beragam, sistem klasifikasi secara
umum mengelompokan tanah ke dalam kategori yang umum dimana tanah memiliki kesamaan sifat fisis.
Klasifikasi tanah juga berguna untuk studi yang lebih terperinci mengenai keadaan tanah tersebut serta
kebutuhan akan pengujian untuk menentukan sifat teknis tanah seperti karakteristik pemadatan,
kekuatan tanah, berat isi dan sebagainya (Bowles, 1989).
Sistem klasifikasi bukan merupakan sistem identifikasi untuk menentukan sifat-sifat mekanis dan
geoteknis tanah. Karenanya, klasifikasi tanah bukanlah satu-satunya cara yang digunakan sebagai dasar
untuk perencanaan dan perancangan konstruksi.
Dimana :
W = Well Graded (tanah dengan gradasi baik),
P = Poorly Graded (tanah dengan gradasi buruk),
L = Low Plasticity (plastisitas rendah, LL<50),
H = High Plasticity (plastisitas tinggi, LL> 50).
Sistem klasifikasi tanah dibuat pada dasarnya untuk memberikan informasi tentang karakteristik dan sifat-
sifat fisis tanah. Karena variasi sifat dan perilaku tanah yang begitu beragam, sistem klasifikasi secara
umum mengelompokan tanah ke dalam kategori yang umum dimana tanah memiliki kesamaan sifat fisis.
Klasifikasi tanah juga berguna untuk studi yang lebih terperinci mengenai keadaan tanah tersebut serta
kebutuhan akan pengujian untuk menentukan sifat teknis tanah seperti karakteristik pemadatan,
kekuatan tanah, berat isi dan sebagainya (Bowles, 1989).
Sistem klasifikasi bukan merupakan sistem identifikasi untuk menentukan sifat-sifat mekanis dan
geoteknis tanah. Karenanya, klasifikasi tanah bukanlah satu-satunya cara yang digunakan sebagai dasar
untuk perencanaan dan perancangan konstruksi.
Adapun sistem klasifikasi tanah yang telah umum digunakan adalah :
1. Sistem Unified Soil Clasification System (USCS).
Dalam sistem ini, Cassagrande membagi tanah atas 3 (tiga) kelompok (Sukirman, 1992) yaitu :
1. Tanah berbutir kasar, < 50% lolos saringan No. 200.
2. Tanah berbutir halus, > 50% lolos saringan No. 200.
3. Tanah organik yang dapat dikenal dari warna, bau dan sisa-sisa tumbuh-
tumbuhan yang terkandung di dalamnya.
Sistem Klasifikasi Tanah USCS
Dimana :
W = Well Graded (tanah dengan gradasi baik),
P = Poorly Graded (tanah dengan gradasi buruk),
L = Low Plasticity (plastisitas rendah, LL<50),
H = High Plasticity (plastisitas tinggi, LL> 50).
Garis A pada umumnya memisahkan material seperti tanah liat (clay) dari material tanah gambut
(silty), dan organik dari non-organik.
Garis U menyatakan batas teratas untuk tanah pada umumnya.
catatan: Jika batas pengukuran tanah berada di kiri garis U, maka perlu dilakukan pengecekan
ulang. (Holtz and Kovacs, 1981)
Klasifikasi tanah
Garis A pada umumnya memisahkan material seperti tanah liat (clay) dari material tanah gambut (silty),
dan organik dari non-organik.
Garis U menyatakan batas teratas untuk tanah pada umumnya.
catatan: Jika batas pengukuran tanah berada di kiri garis U, maka perlu dilakukan pengecekan
ulang. (Holtz and Kovacs, 1981)
Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh Hoentogler dan Terzaghi, yang akhirnya diambil oleh Bureau
Of Public Roads. Pengklasifikasian sistem ini berdasarkan kriteria ukuran butir dan plastisitas. Maka
dalam mengklasifikasikan tanah membutuhkan pengujian analisis ukuran butiran, pengujian batas cair
dan batas palstis.
Sistem ini membedakan tanah dalam 8 ( delapan ) kelompok yang diberi nama dari A-1 sampai A-8. A-8
adalah kelompok tanah organik yang bersifat tidak stabil sebagai bahan lapisan struktur jalan raya, maka
pada revisi terakhir oleh AASHTO diabaikan (Sukirman, 1992).
Klasfikasi tanah untuk tanah dasar jalan raya, AASHTO
Klasifikasi tanah
GEOTEKNIK HIDROLOGI
Pengumpulan data geoteknik dan hidrogeologi dilakukan dalam persiapan penambangan, umumnya
mulai pada tahap pre-feasibility study. Data-data geoteknik dan hidrogeologi digunakan sebagai
laporan di dalam tahap studi kelayakan, sekaligus sebagai dasar perancangan tambang.
Dalam urutan kegiatan pertambangan, eksplorasi merupakan proses evaluasi teknis untuk
mendapatkan model badan bijih. Model cadangan suatu badan bijih yang diinterpretasikan dari
hasil eksplorasi langsung maupun tak langsung, sebelum ditentukan cara penambangannya apakah
dengan open pit atau underground mining harus dianalisis secara geoteknik. Salah satu faktor yang
mempengaruhi keputusan tersebut adalah ketidakselarasan struktur geologi. Pola-pola dari patahan,
rekahan, dan bidang perlapisan mendominasi perilaku batuan dalam tambang terbuka karena
terdapat gaya penahan yang kecil untuk mencegah terjadinya luncuran dan karena terdapat
semacam gaya tekan ke atas dari permukaan air yang terdapat dalam rekahan.
Dalam tambang bawah tanah pengaruh ketidakselarasan kurang dominan namun tetap harus
diperhatikan. Permukaan patahan pada kedalaman tertentu merupakan tempat yang memiliki
kohesi yang rendah dan berakumulasinya tegangan. Permukaan rekahan dan belahan merupakan
bidang lemah dengan resistansi yang rendah untuk menahan tegangan, dan memiliki
kecenderungan terbuka saat terganggu oleh aktivitas peledakan (blasting).
Instrumentasi yang modern dalam mekanika batuan memberikan cara pengukuran yang lebih baik
terhadap pengaruh kombinasi kekuatan batuan dan cacat struktur. Keuntungan khusus dari studi
mekanika batuan modern adalah lokasi dan material dapat diuji lebih lanjut. Daerah kerja tambang
dapat dirancang secara detail. Detail-line mapping dilakukan untuk menggambarkan proyeksi
rekahan dan kontak yang orientasinya menyebar sepanjang singkapan atau suatu muka tambang.
Gambar adalah lembar data tipikal yang digunakan dalam metoda ini, menunjukkan jenis informasi
yang dikumpulkan. Posisi rekahan yang dihasilkan dalam detail-line mapping diplot pada stereonet
untuk dievaluasi. Pendekatan lainnya untuk studi struktur detail dalam pertambangan adalah
fracture-set mapping yang dalam hal ini semua rekahan diukur dan dideskripsikan dalam beberapa
area tambang kemudian dikelompokkan berdasarkan karakteristik tertentu. Kelompok tersebut
dideskripsikan dan posisi individualnya diplot pada Schmidt net (equal-area net).
Persentase terbesar tentang informasi struktur yang digunakan dalam perencanaan tambang berasal
dari inti bor. Spasi rekahan, posisi relatif terhadap lubang bor, dan jenis pengisian rekahan harus
dideskripsikan secermat mungkin. Dalam pengamatan inti bor untuk informasi struktur dikenal
istilah RQD (rock-quality designation) yaitu persen inti bor yang diperoleh dan hanya dihitung
untuk inti bor yang memiliki panjang 10 cm atau lebih. Klasifikasi kualitas berdasarkan RQD.
Tabel Klasifikasi kualitas batuan berdasarkan RQD (Peters, 1978)
RQD (%) Kualitas
0 - 25 Sangat buruk
25 - 50 Buruk
50 - 75 Sedang
75 - 90 Baik
90 - 100 Baik Sekali
Sebagai contoh :
Jika total kemajuan pemboran 130 cm, total inti bor yang diperoleh 104 cm, maka perolehan inti bor
(core recovery) adalah 104/130 = 80%. Jumlah panjang inti bor dengan panjang 10 cm atau lebih
adalah 71,5 cm, sehingga besarnya RQD = 71,5/130 = 55% artinya kualitas batuan yang bersangkutan
adalah sedang.
Penyelidikan dengan seismik kadang-kadang digunakan untuk pengukuran secara tidak langsung
terhadap rock soundness. Salah satu aplikasi khusus metoda seismik adalah untuk menentukan
rippability yaitu suatu ukuran dimana batuan dan tanah dapat dipindahkan oleh bulldozer-ripper
dan scraper tanpa peledakan.
Tabel Informasi geologi yang diperlukan untuk merekam cacat struktur dalam batuan (Peters, 1978)
INFORMASI GEOTEKNIK
1. Peta lokasi atau rencana tambang.
2. Kedalaman di bawah datum referensi.
3. Kemiringan (dip).
4. Frekuensi atau spasi antar bidang ketidakselarasan yang berdekatan.
5. Kemenerusan atau perluasan bidang ketidakselarasan.
6. Lebar atau bukaan bidang ketidakselarasan.
7. Gouge atau pengisian antar muka bidang ketidakselarasan.
8. Kekasaran permukaan dari muka bidang ketidakselarasan.
9. Waviness atau lekukan permukaan bidang ketidakselarasan.
10. Deskripsi dan sifat-sifat batuan utuh diantara bidang ketidakselarasan.
Berikut ini merupakan beberapa istilah dan pengertiannya berkaitan dengan pengujian geomekanika
:
1. Tegangan (stress) adalah gaya yang bekerja tiap satuan luas permukaan. Simbolnya adalah s
(baca: sigma) untuk tegangan normal dan t (baca: tau) untuk tegangan geser.
2. Regangan (strain) adalah respon yang diberikan oleh suatu material akibat dikenai tegangan.
Simbolnya adalah e (baca: epsilon) yang menunjukkan deformasi (pemendekan atau pemanjangan)
per satuan panjang mula-mula.
3. Kuat geser (shear strength) adalah besarnya tegangan atau beban pada saat material hancur
dalam geserannya.
4. Modulus Young (E) adalah ukuran kekakuan yang merupakan suatu konstanta untuk setiap
padatan yang klastik. Sering disebut modulus elastisitas yang merupakan perbandingan antara
tegangan terhadap regangan (E=s/e).
5. Rasio Poisson (, baca: nu) berkaitan dengan besarnya regangan normal transversal terhadap
regangan normal longitudinal di bawah tegangan uniaksial. Nilainya berkisar sekitar 0,2 dan
persamaannya adalah :
Ey Ez
= ----- atau = ----
x x
Terdapat beberapa jenis kekuatan batuan, yaitu :
1. Kuat kompresif tak tertekan (uniaksial) yang diuji dengan suatu silinder atau prisma terhadap titik
pecahnya. Gambar menunjukkan jenis uji dan rekahan tipikal yang berkembang di atas bidang
pecahnya.
2. Kuat tarik (tensile strength) ditentukan dengan uji Brazilian dimana suatu piringan ditekan
sepanjang diameter atau dengan uji langsung yang meliputi tarikan sebenarnya atau bengkokan dari
prisma batuan.
3. Kuat geser (shear strength) yang diuji secara langsung dalam suatu shear box atau diukur
sebagai komponen pecahan kompresi.
Pola perilaku tanah dan batuan dipengaruhi oleh kehadiran air dan udara; terutama air. Klasifikasi
teknis yang umum untuk tanah berbutir halus melibatkan grafik plastisitas dimana batas likuid
diplot berlawanan terhadap indeks plastisitas. Garis A pada grafik merupakan suatu batas empiris
dengan lempung inorganik di atas dan dengan lanau dan lempung organik di bawah.
Sebagai tambahan peralatan pengujian kompresi triaksial, laboratorium pengujian tanah melibatkan
konsolidometer untuk mengukur konsolidasi di bawah pembebanan, dan direct shear box. Uji
kompresi tak tertekan dilakukan pada tanah kohesif. Untuk uji insitu di lapangan, vane shear test
digunakan; dalam hal ini pipa dengan empat-sayap disisipkan ke dalam tanah dan diputar dengan
suatu gaya ukur untuk menentukan kuat pergeseran.
Gambar Grafik plastisitas tanah menunjukkan
karakteristik beberapa jenis tanah (Peters, 1978)
Data hidrologi sangat diperlukan untuk pengontrolan aktivitas penambangan di suatu daerah. Aliran
air permukaan dapat diperkirakan dan lokasi sumber mata air dapat diplot selama pemetaan
geologi. Pengukuran dapat dibuat selama program pemboran eksplorasi. Contoh kualitas air dapat
diambil dan uji pemompaan sederhana dapat dilakukan sementara data geologi dikumpulkan.
Masalah air memiliki dampak sosial maupun politik. Penyaliran suatu tambang dapat menyebabkan
sumur seseorang atau suatu sumber aliran menjadi kering. Gambar menunjukkan beberapa hal yang
berkaitan dengan air tanah. Pada semua jenis batuan terdapat variasi lokal mengenai level air,
misalnya disebabkan oleh isolasi dari blok-blok tanah oleh barrier patahan yang terisi dengan suatu
material dan dike impermeabel
Dua parameter pengukuran yang terpenting dalam hidrologi airtanah adalah koefisien permeabilitas
dan koefisien penyimpanan, atau porositas efektif. Koefisien permeabilitas (k) merupakan suatu
elemen dari Hukum Darcy : V = k.i, dimana V adalah kecepatan aliran laminer (kondisi
nonturbulen) dan I adalah gradien hidraulik yang merupakan rasio kehilangan dalam tinggi
hidraulik (tekanan) oleh resistansi friksional terhadap satuan jarak dalam arah aliran. Koefisien
permeabilitas ditentukan secara eksperimen untuk daerah yang spesifik dengan uji pompa dan di
laboratorium dengan uji permeameter.
Koefisien penyimpanan dalam suatu akifer ditunjukkan sebagai fraksi desimal, yang menunjukkan
volume air yang dapat diharapkan untuk dikuras dari suatu satuan volume tanah. Parameter
tersebut berkaitan dengan pori, rekahan, dan lubang bukaan larutan untuk pengisian oleh airtanah.
Koefisien penyimpanan umumnya dihitung dari uji pompa dalam sumur observasi yang digunakan
untuk memonitor perbedaan kurva penurunan atau permukaan piezometrik di sekitar sumur atau
shaft, seperti yang diperlihatkan pada Gambar.
Gambar Uji drawdown dengan pemompaan dalam suatu tambang atau sumur (Peters)
1. PENDAHULUAN
Gerakan tanah adalah proses perpindahan massa batuan dan tanah dari tempat asalnya ketempat yang lebih
rendah (oleh gaya gravitasi) akibat proses gangguan keseimbangan lereng. Gerakan tanah dapat berupa
rayapan tanah atau berupa longsoran tanah, sehingga gerakan tanah seringkali disebut sebagai longsoran dari
massa tanah atau batuan. Rayapan diartikan jikalau gerakan ini sangat lambat dan bila gerakan menjadi
cepat maka akan terjadi runtuhan yang tidak teratur dari tanah yang biasanya bersamaan jalannya dengan
pemusnahan tumbuh-tumbuhan yang ada diatasnya. Dengan demikian betuk ekstrim dari rayapan tanah
adalah longsoran tanah.
Gerakan tanah merupakan salah satu jenis bahaya geologi yang sering terjadi sebagaimana bencana geologi
lainya (seperti erupsi gunung api, gempa bumi, tsunami. Disebut bahaya geologi karena fenomena alam
tersebut ditimbulkan oleh proses-proses geologi baik oleh gaya-gaya yang bekerja dalam bumiendogen,
maupun yang berasal dari luar bumi - eksogen ). Bahaya yang timbul akibat proses-proses geologi disebut
dengan bahaya geologi (geological hazards). Gerakan tanah masuk kategori bahaya geologi karena
dipengaruhi oleh kondisi geologi, morfologi/litologi, kedudukan struktur geologi, curah hujan dan tutupan
vegetasi.
Karena dampak gerakan tanah dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda maka masalah tersebut telah
lama menjadi perhatian, khususnya oleh para ahli geologi ataupun ahli geoteknik dan ahli geofisika.
Indonesia rentan terhadap bahaya gerakan tanah. Berdasarkan catatan bencana gerakan tanah di berbagai
daerah meningkat secara tajam, baik dalam tingkat dan skala kejadiannya dan berdasarkan statistik jumlah
korban jiwa serta harta benda juga meningkat. Ketidaksiapan dalam menghadapi bencana, pencegahan dan
mitigasi bencana merupakan isu-isu yang sangat penting pada saat ini.
2. KONSEP DASAR ANALISIS KEMANTAPAN LERENG
Faktor internal yang dapat menyebabkan terjadinya gerakan tanah adalah daya ikat (kohesi) tanah / batuan
yang lemah sehingga butiran-butiran tanah / batuan dapat terlepas dari ikatannya dan bergerak ke bawah
dengan menyeret butiran lainnya yang ada disekitarnya membentuk massa yang lebih besar. Lemahnya daya
ikat tanah / batuan dapat disebabkan oleh sifat kesarangan (porositas) dan kelolosan air (permeabilitas) tanah /
batuan maupun rekahan yang intensif dari massa tanah/batuan tersebut. Sedangkan faktor eksternal yang
dapat mempercepat dan memicu terjadinya gerakan tanah terdiri dari berbagai sebab yang kompleks seperti
sudut kemiringan lereng, perubahan kelembaban tanah/batuan karena masuknya air hujan, tutupan lahan dan
pola pengolahan lahan, pengikisan oleh aliran air, ulah manusia seperti penggalian dan sebagainya.
Teori dasar geomekanika menganggap keruntuhan tanah / batuan terjadi akibat keruntuhan geser dalam (
shear failure) yaitu adanya gerak relative antara partikel butir tanah. Kekuatan geser tanah dapat dianggap
terdiri dari dua bagian yaitu :
1) Kohesi yaitu gaya tarik antar butir tanah yang tergantung pada macam tanah dan kepadatan butirnya.
2) Bagian yang bersifat gesekan yang tergantung pada tegangan efektif pada bidang geser, yaitu sudut geser
dalam
Secara umum dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :
S = C + (s - ) tan
Kekuatan geser pada batuan dalam kaitannya dengan stabilitas lereng yang terpenting adalah kekuatan geser
dari bidang-bidang discontinuity yang merupakan bidang gelinciran dari umumnya longsoran lereng pada
batuan.
Bidang discontinuity ini biasanya berupa bidang perlapisan, bidang kekar yang umumnya tersemen oleh clay
atau hasil pelapukan batuan lainnya.
Secara umum lereng dapat terbentuk secara alami dan secara buatan. Suatu kelongsoran lereng selalu terjadi
melalui suatu bidang yang disebut bidang longsor. Umumnya pada material yang lemah ( tanah / batuan yang
sudah lapuk, pasir atau batuan yang sangat fractured ) bidang longsor umumnya mempunyai bentuk yang
mirip lingkaran (rotational sliding), sedangkan untuk material yang dekat ke batuan (keras) biasanya
kelongsoran terjadi melalui bidang-bidang lemah (discontinuitas).
Dalam praktek keteknikan stabilitas didefinisikan sebagai faktor keamanan (safety factor) yang secara teoritis
merupakan perbandingan antara kekuatan geser (shear strength) yang bekerja menahan kelongsoran, dengan
Tegangan geser (shear strees) yang bekerja mendorong kelongsoran karena gaya beratnya.
Sebagai ilustrasi sederhana dapat dilihat pada gambar dibawah ini yaitu sebuah balok ditempatkan diatas
bidang miring :
- Balok akan meluncur bila W > R ---------------------- F < 1 lereng tidak mantap
- Balok dalam keadaan kritis bila W = R ---------------------- F = 1 lereng dalam keadaan kritis
- Balok akan mantap bila W < R ---------------------- F > 1 lereng mantap
1. Longsoran/Luncuran
Istilah yang paling banyak digunakan untuk merancang gerakan tanah atau batuan yang terjadi
pada lereng-lereng alamiah adalah longsoran dalam arti yang luas. Agar pengertian longsoran
dapat diperjelas, Coates (1977) membuat daftar beberapa faktor penting yang telah disetujui oleh
28 penulis yang telah menyumbangkan pikirannya untuk subyek ini. Daftar tersebut adalah
sebagai berikut :
Longsoran mewakili satu kategori dan suatu fenomena included under the general heading of
mass movement.
Gravitasi adalah gaya utama yang dilibatkan.
Gerakan harus cukup cepat, karena rayapan (creep) adalah begitu lambat sebagai longsoran.
Gerakan dapat berupa keruntuhan (falling), longsoran/luncuran (sliding) dan aliran (flow).
Bidang atau daerah gerakan tidak sama dengan patahan.
Gerakan akan ke arah bawah dan menghasilkan bidang bebas, jadi subsidence tidak termasuk.
Material yang tetap ditempat mempunyai batas yang jelas dan biasanya melibatkan hanya
bagian terbatas dari punggung lereng.
Material yang tetap ditempat dapat meliputi sebagian dari regolith dan/ atau bedrock.
Fenomena frozen ground biasanya tidak termasuk kategori ini.
Klasifikasi dari longsoran pada umumnya dapat didasarkan pada faktor-faktor sebagai berikut :
Jenis dari material
Morfologi dari material
Karakteristik geomekanik
Kecepatan dan lama dari gerakan
Bentuk dari permukaan longsoran (bidang, baji, busur)
Volume yang dilibatkan
Umur dari longsoran
Penyebab longsoran
Mekanisme longsoran
Longsoran atau luncuran dalam arti yang sebenarnya dihasilkan umumnya pada suatu material
yang kurang rapuh. Gerakan ini terjadi sepanjang satu atau beberapa bidang luncuran. Gerakan
ini bisa berupa rotasi atau translasi yang tergantung pada keadaan material serta strukturnya.
Kalau luncurannya merupakan rotasi, maka biasanya akan menghasilkan longsoran busur atau
lingkaran. Tetapi bila gerakan ini merupakan translosi, maka akan menghasilkan longsoran
bidang. gabungan kedua gerakan ini akan menghasilkan longsoran bidang dan busur. Jenis
gerakan ini yang paling banyak terjadi, seperti yang dialami desa sukasari, bogor timur, pada
tanggal 22 november 1992 yang lalu dan meminta korban sembilan orang meninggal. juga di
desa cikalong, tasikmalaya yang terjadi pada tanggal 11 oktober 1992 dan meminta korban 56
orang meninggal (m.m.purbo hadiwidjoyo, 1992).
2. Runtuhan (falling)
Runtuhan dapat terjadi dari bidang-bidang diskontiniu pada suatu lereng yang tegak, pada
rayapan dari lapisan lunak (misalnya marl lempung) atau gulingan blok, sebagai contoh runtuhan
yang terjadi di gunung granier en savoie pada tahun 1248 (hantz, 1988). Keruntuhan dari jurang
batukapur dengan ketinggian sekitar 1.000 m, mengikuti gelinciran / longsoran dari marl dan
menggerakkan suatu volume yang sangat besar yaitu sekitar 500.000.000 m3, yang menyebar
sepanjang 7 km dengan luas 20 km & membunuh ribuan penduduk.
3. Rayapan (Creep)
Rayapan merupakan gerakan yang kontinu dan relatif lambat. Kita tidak dapat melihat dengan
jelas bidang rayapan, contoh daerah pelanggan jenis gerakan ini adalah Pangadegang di Cianjur
Selatan. Disana daerah yang bergerak mencakup sekitar 100 km. Selain itu didaerah Ciamis
Utara, Banjarnegara di Jawa Tengah (M.M. Purbo Hadiwidjoyo, 1992).
4. Aliran
Gerakan ini berasosiasi dengan transportasi material oleh air atau udara dan dipicu oleh gerakan
longsoran sebelumnya, kecepatan gerakan bisa sangat tinggi.
PEMICU DAN PEMACU GERAKAN MASSA TANAH ATAU BATUAN
Kedua istilah "pemicu" dan "pemacu" ini dipakai oleh M.M. Purbo Hadiwidjoyo (1992). Pemicu
itu misalnya adalah gempa bumi. Salah satu gerakan tanah besar yang diduga kuat dipicu oleh
gempa adalah terjadi di Cianjur Selatan pada 13 Desember 1924. Gempa itu sendiri tidak
bersumber di Jawa Barat. Tempat yang sama lagi-lagi bergerak pada Desember 1964. Ketika itu
sumbernya kebetulan juga ada di Jawa Barat dan kebesarannya mencapai 6 pada skala Richter.
Getaran yang timbul karena lewatnya kereta api dapat pula memicu terjadinya gerakan tanah.
Hal itu rupanya telah menimbun kereta api Jakarta-Jogyakarta di dekat Purwokerto waktu zaman
revolusi 1947. Selain itu hujan juga dapat disebut sebagai pemicu gerakan tanah seperti yang
terjadi di jalan antara Sibolga dan Medan bulan Januari 1993.
Selain terkena picu, gerakan massa tanah atau batuan, dapat juga dipacu. Misalnya saja, lereng
yang semula tahan terhadap gerakan, karena kakinya (toe) dipotong untuk jalan atau untuk
perumahan, akhirnya memiliki kecenderungan lebih besar untuk bergerak.
Selanjutnya Terzaghi (1950) dan Bruwsden (1979) menyatakan bahwa untuk mengklasifikasikan
penyebab sebagai pemicu adalah tidak bijaksana apabila kejadian perpindahan tergantung pada
kondisi dan kejadian tersebut sudah berlangsung selama beberapa hari atau beberapa minggu.
Sebagai gambaran kedua penulis ini hanya mengklasifikasikan penyebab gerakan massa tanah
atau batuan sebagai penyebab eksternal, internal dan kombinasi.
Penyebab Eksternal :
Perubahan geometri lereng ; pemotongan kaki lereng, erosi, perubahan sudut kemiringan,
panjang, dll.
Pembebasan beban ; erosi, penggalian.
Pembebanan ; penambahan material, penambahan tinggi.
Shock dan vibrasi ; buatan, gempa bumi, dll
Penurunan permukaan air
Perubahan kelakukan air ; hujan, tekanan pori, dll.
Penyebab Internal :
Longsoran, progresif ; mengikuti ekspansi lateral, fissuring dan erosi.
Pelapukan.
Erosi seepage : solution, pemipaan (piping)
Secara umum di daerah tropis seperti Indonesia, penyebab utama longsoran lereng adalah air,
baik tekanan air dalam rekahan, alterasi mineral maupun erosi dari lapisan lunak (Hantz, 1988).
Selanjutnya penyebab utama lainnya diperkirakan oleh adanya kekar yang mengalami
pelapukan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan penyebab dari longsoran dapat dikategorikan dalam 3
faktor geometrik, hidraulik, dan mekanik.
3. Tahap Kelayakan
Penyelidikan geoteknik dan hidrogeologi dilakukan lebih rinci dan spesifik yang disesuaikan
dengan alat dan metoda pertambangan.
Memberi penilaian statistik pada semua parameter teknik perancangan termasuk rata-rata dan
distribusi untuk semua unit geoteknik.
Bersama dengan perencana tambang memastikan faktor-faktor geoteknik yang berhubungan
dengan perancangan.
Memberi perancangan lereng menurut falsafah yang disetujui oleh perencana tambang dan
pemilik proyek. Sudut perancangan lereng tergantung pada pengembangan tambang,
dengan toleransi sebagai berikut : Open pit : sudut overall + 10 - 30, strip mine : sudut
highwall + 50, sudut spoil pile + 10 - 30, open pit (batuan keras).
Memberi perancangan lereng secara detail termasuk tinggi jenjang, lebar berm, sudut jenjang,
interamp dan sudut overall pit slope maksimum pada tiap bagian perancangan tambang.
Memberi perancangan detail untuk external waste dumps.
Strip mine (batubara).
Memberi perancangan detail lereng termasuk: sudut highwall, sudut spoil dump, perancangan
pit waste dump, sudut low wall, perancangan footwall, jarak dengan mesin.
Memperkirakan pengeringan tambang termasuk desain detail, rancangan, spesifikasi dan biaya.
Bersama dengan perencana tambang dan para ahli geoteknik memastikan perancangan air
bawah tanah sesuai dan tidak akan merugikan operasi penambangan.
Bersama dengan perencana tambang merancang jalan masuk angkutan dan resikonya secara
ekonomis.
Memberi petunjuk pada teknik peledakan akhir dan peralatan yang sesuai.
Bersama dengan perencana tambang memilih staff untuk masalah geoteknik atau air bawah
tanah.
Rancangan dan biaya program pemantauan air bawah tanah.
Laporan yang jelas mengenai kelayakan pertambangan yang direncanakan.
Merancang dan memantau peralatan yang digunakan pada operasi.
4. Tahap Operasi
Menilai bagaimana kondisi geoteknik selama penyelidikan awal apakah sesuai perancangan
parameter kelayakan.
Menyusun dan melaksanakan secara terus menerus pengumpulan data sebagai bagian dari
geologi pertambangan dan geoteknik.
Rancangan dan melaksanakan rencana pada studi kelayakan seperti : Peledakan akhir dan
penggalian, penyangga lereng, mengubah geometri lereng, dan depressurisation lereng.
Melaksanakan pemantauan lereng.
Rancangan dan melaksanakan rencana hidrogeologi, memantau debit aliran air atau air bawah
tanah.
Terus menerus merubah perancangan lereng selama umur tambang seperti perubahan kondisi
geoteknis atau karena alasan ekonomi.
Algoritma adalah suatu prosedur untuk memecahkan masalah yang terbatas dan digunakan
untuk proses merancang, tetapi tidak pernah digunakan untuk merancang lereng tambang.
Definisi heuristic yang lainnya adalah pertimbangan induktif, yaitu :
"Proses penjelasan penemuan untuk suatu fakta yang khusus, dengan memperkirakan besarnya
fakta pengamatan dimana penjelasan ini meliputi seluruh fakta".
Hal ini tidak umum untuk suatu proses deduktif dimana kesimpulan didasarkan pada fakta yang
diketahui atau prinsip yang ada. Merancang lereng tambang didasarkan pada pengamatan
kuantitatif dari sebagian kecil conto tanah atau massa batuan. Oleh karena itu pertimbangan yang
penting adalah :
"hanya keahlian yang tepat mengelola suatu lingkungan heuristic (the institution of engineers
australia, 1990).
Pada tambang bawah tanah dengan batuan yang keras masalah teknik mekanika batuan adalah
pengontrolan bawah tanah (brady, 1986); pengontrolan atas deformasi dan displacement untuk
memastikan kestabilan secara keseluruhan, melindungi jalan masuk, memelihara kondisi kerja
yang aman dan cadangan bijih (brady & brown, 1985). Masalah teknik dalam merancang lereng
tambang terbuka adalah tidak dapat mengontrol bawah tanah dan dengan asumsi yang implisit
sehingga lereng dapat runtuh. Sasaran pokok dalam perancangan lereng tambang terbuka adalah
:
"tercapainya desain yang optimum adalah kompromi antara lereng yang ekonomis dan cukup
aman" (hoek and bray, 1973).
7. PENUTUP
Indonesia salah satu negara di dunia yang memilki berbagai kerawanan bencana, salah satu diantaranya
adalah bahaya gerakan tanah. Bahaya gerakan tanah, satu dari sekian bahaya geologi yang setiap tahun
mengancam berbagai wilayah, terutama pada musim hujan. Bahaya gerakan tanah selain dipengaruhi oleh
faktor alam, manusia tidak sedikit menjadi pemicu hadirnya gerakan tanah.
Bencana gerakan tanah di negara kita, beberapa tahun terakhir ini meningkat secara tajam, baik dalam tingkat
dan skala kejadiannya maupun berdasarkan statistik jumlah korban jiwa serta kerugian harta benda juga cukup
tinggi. Tingginya jumlah korban dan kerugian tidak terlepas dari ketidak siapan kita menghadapi dan
menanggulangi kejadian alam ini, hal ini menjelaskan pula bahwa manajemen bencana di negara kita masih
jauh dari yang seharusnya.
Berbagai tindakan bersifat preventif sudah seharusnya dilakukan dalam penanggulangan bencana. Dalam
manajemen bencana dikenal dengan istilah mitigasi.
Mitigasi bencana adalah semua tindakan untuk menghindari atau meminimalisasi dampak / resiko bencana
yang dapat dilakukan sebelum bencana, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka
panjang.
Mitigasi sebagai bagian dari manajemen bencana, terdiri dari mitigasi struktural dan mitigasi non struktural.
Pemetaan dan penyelidikan gerakan tanah bertujuan untuk merelokalisir daerah-daerah yang mempunyai
tingkat zona kerentanan gerakan tanah tinggi, menengah, rendah dan sangat rendah. Informasi dan Peta
zonasi kerentanan gerakan tanah selanjutnya dipakai sebagai acuan pengembangan wilayah dan penanganan
bencana gerakan tanah, serta model pengembangan rekayasa teknik penanggulangan bencana gerakan
tanah.
Pemetaan dan penyelidikan dan rekayasa teknik penanggulangan gerakan tanah merupakan bagian dari
mitigasi struktural. Memberdayakan masyarakat dengan meningkatkann pengetahuan, kesadaran dan
kesiapan menghadapi bencana gerakan tanah merupakan bagian dari upaya mitigasi non struktural.