Anda di halaman 1dari 11

Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahirrabbilalamin. Puji syukur kami panjatkan kepada
Allah Swt. karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini di susun untuk melengkapi tugas mata pelajaran Fisika,
dan membahas tentang Cahaya Sebagai Gelombang-Perubahan Fase
Gelombang Cahaya. Makalah ini berisikan tentang informasi tentang
perubahan fase gelombang cahaya dan aplikasinya. Diharapkan Makalah ini
dapat memberikan informasi dan pelajaran kepada kita semua tentang
GELOMBANG CAHAYA.
Dengan terselesaikannya tugas makalah kami ini, maka kami berharap
telah memenuhi tugas FISIKA dan mendapatkan nilai yang baik. Serta
bermanfaat bagi teman-teman dan pembaca sekalian.

Sungai Penuh, 19 September 2014

Kelompok 1

Kelompok 1 - XII IPA 5 1


Daftar Isi
1. Kata Pengantar.....................................................................................1
2. Daftar Isi...............................................................................................2
3. Bab 1| Pendahuluan..............................................................................3
a. Latar belakang................................................................................3
b. Rumusan masalah...........................................................................3
4. Bab 2| Perubahan fase gelombang cahaya............................................4
a. Karena perubahan kerapatan medium............................................4
b. Karena pemantulan.........................................................................7
c. Aplikasi dari Perubahan Fase Gelombang Cahaya........8
5. Bab 3| Penutup.....................................................................................10
6. Daftar Pustaka......................................................................................11

Kelompok 1 - XII IPA 5 2


Bab 1 | Pendahuluan
A. Latar Belakang

Optika dibagi menjadi dua studi: optika geometris dan optika fisis. Optika
geometris yang mempelajari tentang pemantulan, pembiasan, dan dispersi
cahaya telah Anda pelajari di kelas X. Sedangkan, optika fisis yang
mempelajari tentang polarisasi, difraksi, dan interferensi akan Anda pelajari
dalam bahasan ini.

Pada lapisan tipis gelembung-gelembung sabun akan tampak berbagai


warna pada permukaan air, sebelum gelembung-gelembung tersebut pecah.
Dan juga pada lapisan tipis minyak pada permukaan air akan membentuk
garis-garis berwarna ketika dikenai cahaya matahari. Bagaimanakah proses
terjadinya garis-garis warna pada lapisan ini? Untuk mengetahuinya, silahkan
pelajari bahasan ini dengan gembira dan antusias.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang menyebabkan Perubahan Fase Gelombang Cahaya ?


2. Bagaimana contoh atau aplikasi Perubahan Fase Gelombang Cahaya di
kehidupan sehari-hari ?

Kelompok 1 - XII IPA 5 3


Bab 2 | Perubahan Fase Gelombang
Cahaya

A. Karena Perubahan Kerapatan Medium

Persamaan cepat rambat gelombang cahaya (gelombang elektromagnetik)


dapat diperoleh melalui persamaan-persamaan Maxwell (telah dibahas dalam
bab gelombang elektromagnetik dan optika geometrik). Hasil perhitungan dari
persamaan-persamaan Maxwell menunjukkan bahwa cepat rambat gelombang
elektromagnetik di dalam suatu medium adalah
1
v= (2.1)

dengan menyatakan permitivitas listrik medium tempat menjalarnya


gelombang elektromagnetik dan adalah permeabilitas magnetik medium itu.
Permitivitas listrik dan permeabilitas magnetik merupakan watak khas suatu
medium. Oleh karena itu, cepat rambat atau laju rambat gelombang
elektromagnetik sangat tergantung dari medium tempat ia menjalar. Dalam
ruang hampa,
= 0 = [(4)( 9 109) ]-1 F/m atau 8,85 10-12 C2/N.m2
= 0 = 4 10-7 H/m atau 1,26 10-6 N/A2.

Dengan memasukkan kedua tetapan tersebut ke dalam persamaan (2.1)


maka akan didapat nilai cepat rambat gelombang elektromagnetik di ruang
hampa sebesar c = 3 108 m/dt. Untuk medium lain, nilai permitivitas
listriknya menjadi = r 0 dan permeabilitas magnetiknya = r 0 sehingga
laju rambat gelombangnya menjadi

v= = (2.2)
0
dengan r dan r masing-masing merupakan permitivitas relatif dan
permeabilitas relatif medium dan n menyatakan ukuran kerapatan medium
yang kemudian disebut indeks bias medium. Oleh karena permeabilitas relatif
berbagai macam bahan pada umumnya mendekati nilai 1, maka n
permitivitas listriknya saja. Tabel 2.1 menyajikan nilai indeks bias beberapa
bahan.

Kelompok 1 - XII IPA 5 4


Tabel 2. 1 Beberapa indeks bias
Medium Indeks Bias
Air 1,33
Etil alcohol 1,36
Karbon bisulfida 1,63
Udara (1 atm 20) 1,003
Metilin Iodida 1,74
Leburan kuarsa 1,46
Gelas, kaca krona (Crown) 1,52
Gelas, flinta 1,66
Natrium Klorida 1,53

Telah dijelaskan dalam bab optika geometrik bahwa perpindahan


berkas cahaya dari satu medium ke medium yang lain akan disertai adanya
pemantulan dan pembiasan. Dalam bagian ini kita akan menyaksikan gejala
lain yang menyangkut aspek gelombang cahaya, yakni perubahan fase. Telah
dijelaskan pula bahwa dalam perpindahan cahaya dari satu medium ke
medium yang lain besaran yang tidak berubah adalah ferkuensi. Sekarang, bila
seberkas sinar memiliki panjang gelombang dalam ruang hampa, maka anda
dapat membuktikan sendiri bahwa sinar itu dalam suatu medium berindeks
bias n, akan memiliki panjang gelombang

n = (2.2)

1
Jadi, panjang gelombang sinar itu berubah dengan faktor . Semakin rapat
suatu medium, maka panjang gelombang sinar yang melaluinya semakin
pendek. Ini berarti jumlah gelombang (lebih tepatnya kalau disebut sebagai
jumlah getaran) yang melalui medium itu menjadi lebih banyak dibandingkan
di ruang hampa atau di medium lain yang kurang rapat untuk jarak tempuh
yang sama. Marilah kita lihat hal ini lebih seksama. Andaikan seberkas sinar
yang diceritakan di atas menempuh jarak sejauh L dalam medium itu, maka
jumlah gelombang yang ada adalam rentang jarak L itu adalah

Nn = = = = nN

dengan N adalah jumlah gelombang dalam rentang jarak yang sama di ruang
hampa. Karena n > 1, maka nN > N. Ini menegaskan pernyataan di atas. Satu
istilah lagi, lintasan optis adalah hasil kali antara indek bias dengan panjang
lintasan geometrik yang dilalui oleh cahaya. Dalan kasus di atas lintasan optis
bagi berkas sinar tersebut adalah nL.
Ambillah dua kaca plan paralel dengan ukuran yang sama tetapi
terbuat dari bahan yang berbeda. Masing-masing memiliki indeks bias n1 dan
n2. Letakkanlah kedua kaca itu berdampingan seperti diperlihatkan pada
gambar 2.1.

Kelompok 1 - XII IPA 5 5


Kemudian pada kedua
kaca plan paralel itu
dilewatkan dua berkas sinar
dengan frekuensi yang sama
(dengan kata lain, kedua
berkas itu koheren). Andaikan
1 fase sinar yang melalui kaca
pertama tepat sebelum masuk
ke kaca plan paralel pertama
dan 2 fase sinar yang melalui
kaca plan paralel kedua tepat
sebelum masuk ke kaca itu.
Jadi, sebelum memasuki kaca plan paralel terdapat beda fase sebesar 2 1.
Untuk jarak tempuh sejauh L, yakni panjang kedua kaca plan paralel, kedua
berkas sinar itu memiliki jumlah gelombang yang berbeda, yakni

N1 = n1 dan N2 = n2 ,

dengan panjang gelombang berkas sebelum memasuki kaca plan paralel.
Fase gelombang cahaya tepat setelah keluar dari kaca plan paralel pertama
adalah

1 + 2N1 = 1 + 2 n1 .

Sedangkan fase gelombang cahaya tepat setelah keluar dari kaca plan
paralel kedua adalah

2 + 2N2 = 2 + 2 n2 .

Beda fase kedua berkas itu tepat setelah keluar dari kaca plan paralel
adalah

2 1 + 2 (n2n1) .

Terlihat adanya perubahan beda fase senilai

2 (n2n1) (2.3)

Khususnya, bila kedua berkas itu memiliki fase yang sama tepat
sebelum memasuki masing-masing kaca plan paralel, maka timbul beda fase
senilai yang ditunjukkan oleh ungkapan (2.3). Kesimpulannya adalah
:Perbedaan fase antara dua berkas sinar yang koheren dapat berubah
manakala kedua berkas sinar itu melalui dua bahan yang mempunyai indeks
bias (kerapatan) berbeda.
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab 1 bahwa superposisi dua
gelombang yang koheren menghasilkan penguatan pada beberapa tempat dan
pelemahan di beberapa tempat yang lain tergantung dari beda fase kedua

Kelompok 1 - XII IPA 5 6


gelombang itu. Gejala ini disebut interferensi gelombang. Superposisi dua
gelombang koheren beramplitudo sama menghasilkan interferensi dengan
penghapusan di beberapa tempat yang memiliki beda fase n (dengan n
ganjil). Dengan adanya perubahan beda fase akibat perubahan indeks bias,
maka orang dapat menghasilkan gejala interferensi dari dua berkas cahaya
koheren yang memiliki fase yang sama.

B. Karena Pemantulan
Perubahan fase gelombang cahaya dapat pula diakibatkan oleh peristiwa
pemantulan. Tetapi perubahan fase yang terjadi akibat pemantulan bersifat
diskret dan lebih tepat kalau disebut pembalikan fase. Pemantulan cahaya oleh
bidang batas dua medium yang memiliki indeks bias berbeda dapat
dianalogikan dengan pemantulan gelombang yang merambat pada tali (lihat
kembali bab 1 buku ini) dengan ujung tetap dan ujung bebas. Bila cahaya
datang dari medium dengan indeks bias lebih tinggi dan dipantulkan oleh
medium dengan indeks bias yang lebih rendah, maka tidak ada perubahan atau
pembalikan fase. Hal ini terjadi sebagaimana pada pemantulan gelombang
yang merambat pada tali oleh ujung bebas. Bila cahaya menjalar dari medium
dengan indeks bias lebih rendah dan dipantulakn oleh permukan medium
dengan indeks bias lebih tinggi maka terjadi pembalikan fase, yakni
mengalami perubahan fase sebesar . Hal ini terjadi sebagaimana pada
pemantulan gelombang yang merambat pada tali oleh ujung tetap. Pembalikan
fase oleh pemantulan ini mengakibatkan misalnya gejala interferensi pada
lapisan tipis seperti gelembung sabun ataupun tumpahan minyak tanah di atas
air. Gejala lain yang diakibatkan oleh pembalikan fase akibat pemantulan ini
adalah peristiwa interferensi pada cermin Llyod.

Kelompok 1 - XII IPA 5 7


C. Aplikasi dari Perubahan Fase Gelombang
Cahaya
1. Gelembung Sabun atau Tumpahan minyak tanah di permukaan air
merupakan contoh lapisan tipis. Ketebalan gelembung sabun ataupun
tumpahan minyak di atas permukaan air kira-kira seukuran dengan
panjang gelombang cahaya tampak. Hal ini pada gilirannya menyebabkan
terjaganya koherensi cahaya yang jatuh pada lapisan. Kejadian itu akan
terus terjadi selama cahaya dibiaskan dan dipantulkan kembali oleh dua
permukaan.

2. Aplikasi Hukum Malus.


Apa yang terjadi ketik Anda melihat pada cahaya tak terpolarisasi
melalui sebuah filter polaroid, sambil secara perlahan merotasi polaroid? Akan
tampak oleh Anda bahwa dalam posisi arah mana saja, intensitas cahaya yang
melewati polaroid tidak berubah. Tetapi jika Anda melihat pada cahaya
terpolarisasi melalui, hal berbeda akan terjadi. Begitu Anda merotasi polaroid
secara perlahan, Anda akan mengurangi intensitas cahaya lebih dan lebih kecil
lagi hingga pada suatu arah polaroid tertentu intensitas cahaya diserap
sempurna. Tak ada lagi cahaya yang melewati polaroid (intensitas cahaya
adalah nol) dan cahaya tampak gelap bagi Anda.

Ketika dua kacamata polaroid yang bertumpuk tidak bersilangan (foto


kiri), intensitas cahaya yang ditransmisikan berkurang sehubungan dengan
ketebalan plastik. Tetapi ketika keduanya bersilangan (foto kanan), intensitas
cahaya yang ditransmisikan berkurang hingga nol akibat efek polarisasi

3. Bulu-bulu burung merak yang sangat bedekatan bekerja mirip seperti


lapisan tipis minyak di atas permukaan air atau lapisan tipis sabun. Ketika
cahaya matahari yang mengandung beberapa oanjang gelombang jatuh
pada bulu-bulu merak, beberaa panjang gelombang akan mengalami

Kelompok 1 - XII IPA 5 8


interferensi konstruktif, sesuai dengan ketebalan berbeda dari bulu-bulu
merak. Interfernsi konstruktif dari berbagai warna (atau berbagai panjang
gelombang) menghasilkan sinar terang dari berbagai warna pada bulu-bulu
burung merak.
Peristiwa yang sama dapat dilihat pada minyak yang mengapung di atas
air. Jadi, warna-warna pada bulu merak dan minyak di sebabkan oleh efek
optic, dan bukan berasal dari benda itu sendiri.

4. Compact disc (CD) dan digital video disc (DVD) telah merevolusi
bagaimana teks, grafik, musik, dan
film bioskop disimpan untuk
digunakan dalam komputer, sistem
suara stereo, dan televisi. Cara kerja
cakram (disc) ini berdasarkan efek
interferensi.

Kelompok 1 - XII IPA 5 9


Bab 3 | Penutup
Demikianlah pembahasan mengenai Perubahan fase gelombang
cahaya, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi yang
membacanya. Apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini,
kami mohon maaf. Dan kami mohon kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penyusunan makalah yang berikutnya. Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih
Wassalamualikum Wr.Wb.

Sungai Penuh, 19 September 2014

Kelompok 1

Kelompok 1 - XII IPA 5 10


Daftar Pustaka
1. El Ghrari, H., 2003, Para Pelopor Peradaban Islam (judul asli:
Architects of The Scientific Thought in Islamic Civilization), Matan,
Yogyakarta
2. Halliday, David dan Resnick, Robert, 1992, Fisika, Jilid 1, Edisi
ketiga, Cetakan kedelapan, Erlangga,
3. Isaacs, Alan, (Ed.), 1994, Kamus Lengkap Fisika, Edisi Baru, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
4. Marrion, J.B., 1979, General Physics with Bioscience Essays, John
Wiley & Sons, New
5. Nolan, J. P., 1993, Fundamentals of College Physics, Wm. C. Brown
Communications, Inc.,
6. Prasetia, L., Tan Kian Hien, dan Sandi Setiawan, 1992, Mengerti
Fisika: Gelombang, Cetakan Pertama, Andi Offset, Yogyakarta
7. Kanginan, Marthen. 2008. Fisika untuk SMA/MA kelas XII. Jakarta:
Penerbit Erlangga.

Kelompok 1 - XII IPA 5 11

Anda mungkin juga menyukai